Studi Deskriptif tentang Motif Prososial pada Mahasiswa Anggota Pencinta Alam "X" di Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam “X” di Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian yang diajukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang tidak hanya melihat masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah yang diuraikan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah motif prososial. Subjek penelitian adalah mahasiswa anggota pencinta alam “X”. Pemilihan sampel dengan menggunakan purposive sampling atau sampling bersyarat yang berjumlan 20 orang. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur motif prososial yang telah dimodifikasi dari alat ukur yang dibuat oleh Sri Untari Pidada (1988)

yang mengacu pada Thematic Apperception Test-Kornadt yang diterapkan pada teori Hoffman (1975) yang meliputi aspek kognitif dan aspek afektif yang terdiri atas lima elemen motif prososial. Alat ukur motif prososial terdiri 10 cerita situasi dilematis yang akan dipersepsikan oleh responden sehingga dapat merangsang munculnya reaksi-reaksi prososial.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan statistika desktiptif dengan menggunakan distribusi frekuensi, diperoleh hasil bahwa 55% mahasiswa anggota pencinta alam “X”memiliki motif prososial pada derajat yang lemah dan 45% mahasiswa anggota pencinta alam “X” memiliki motif prososial pada derajat yang kuat.

Mahasiswa anggota pencinta alam “X”memiliki motif prososial pada derajat yang lemah memiliki aspek kognitif yang tergolong tinggi namun rendah dalam aspek afektifnya. Didapatkan pula motif prososial perempuan lebih kuat dibandingkan motif prososial laki-laki.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi mahasiswa anggota pencinta alam yang memiliki motif prososial pada derajat yang lemah untuk mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial seperti donor darah, SAR, guna meningkatkan kepekaan terhadap situasi dan meningkatkan kepekaan perasaan dengan menempatkan diri ke dalam perasaan orang lain. Serta memberikan reward berupa pujian pada anggota yang menunjukkan perilaku menolong orang yang membutuhkan bantuan serta teguran bagi anggota yang tidak menunjukan perilaku menolong pada orang yang membutuhkan bantuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti mengajukan saran agar meneliti lebih dalam tentang pengaruh peer group dalam hal pemberian reward berupa pujian dan teguran terhadap perkembangan motif prososial baik pada masa anak-anak maupun remaja.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman Lembar judul

Lembar pengesahan

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. .….. ii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL ………ix

DAFTAR BAGAN………..…..x

DAFTAR LAMPIRAN……….………x

Bab I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...1

1.2 Idendifikasi Masalah………....8

1.3 Maksud dan Tujuan………..8

1.4 Kegunaan penelitian ………8

1.4.1 Kegunaan teoritis………...8

1.4.2 Kegunaan Praktis………...8

1.5 Kerangka Penelitian………..9

1.6 Asumsi Penelitian………....16

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Prososial………...17

2.2 Pengertian Prososial………..17


(3)

2.3 Teori Perkembangan Prososial………..19

2.4 Peran Kognitif ………...21

2.5 Peran Afeksi………..22

2.6 Peran Motivasional………...23

2.7 Faktor Internal ……….29

2.7.1 Usia………...29

2.7.2 Jenis Kelamin………...31

2.7.3 Perkembangan Kognitif………...32

2.7.4 Ciri-Ciri Kepribadian……….……...33

2.8 Faktor Eksternal ………...33

2.9 Teori Remaja………....34

2.9.1 Definisi dan Batasan Remaja………….…………...34

2.9.2 Tugas Perkembangan Masa Remaja………...35

2.9.3 Perubahan Dasar Masa Remaja………36

2.9.3.1 Perubahan Biologis………...36

2.9.3.2 Perubahan Kognitif………..37

2.9.3.3 Perubahan Sosial……….37

2.9.3.4 Perubahan Kognisi Sosial………...37

2.10 Sejarah Perkembangan Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam………41

2.10.1 Keanggotaan………..…...42

2.10.2 Kode Etik Pencinta Alam………43


(4)

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian………..……44

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….44

3.3 Alat Ukur ……..………...46

3.3.1 Alat Ukur Motif Prososial………...46

3.3.2 Data Penunjang ……….49

3.3.3 Validitas dan Reliabilitas…………..………..50

3.3.3.1 Validitas Alat ukur………..…………...50

3.3.3.2 Reliabilitas Alat ukur………..51

3.3 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling……….53

3.4.1 Populasi Sasaran………53

3.4.2 Ukuran Sampel.……….53

3.4.3 Teknik Sampling………. ………..53

3.4 Teknik Analisis………..54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ………54

4.1.1 Gambaran Responden Menurut Jenis Kelamin….54 4.1.2 Gambaran Responden Menurut Usia…………...54

4.2 Hasil Penelitian ……….…....55

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………...63


(5)

BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan………...69

5.2 Saran……….70

5.2.1 Saran Praktis………..70

5.2.2 Saran untuk Penelitian Lanjut………70

DAFTAR PUSTAKA………71

DAFTAR RUJUKAN………72


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data penunjang………50 Tabel 4.1.1 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin……..….55 Tabel 4.1.2 Persentase responden berdasarkan usia…………..……….55 Tanel 4.2.1 Distribusi frekuensi motif prososial…………..…………..56 Tabel 4.2.2 Tabulasi silang antara motif prososial dengan jenis kelamin ………56 Tabel 4.2.3 Tabulasi silang antara motif prososial dengan usia……....57 Tabel 4.2.4 Gambaran elemen motif prososial ……….58 Tabel 4.2.5 Tabulasi silang antara elemen motif prososial dengan

jenis kelamin ……….……….59 Tabel 4.2.6 Tabulasi silang antara motif prososial dengan pengaruh

lingkungan………..61


(7)

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1.1 Kerangka Pikir ………..15 BAGAN 3.1 Rancangan Penelitian………....44

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas Lampiran II Alat ukur lengkap

Lampiran III Data primer

Lampiran IV Tabulasi silang data penunjang Lampiran V Data penunjang


(8)

LAMPIRAN


(9)

LAMPIRAN I

Validitas dan Reliabilitas

Validitas Cerita 1 0.71

Cerita 2 0.43 Cerita 3 0.86 Cerita 4 0.54 Cerita 5 0.54 Cerita 6 0.43 Cerita 7 0.60 Cerita 8 0.60 Cerita 9 0.89 Cerita 10 0.88

• Reliabilitas alat ukur ini memiliki r = 0.89


(10)

LAMPIRAN II

KATA PENGANTAR

Dalam rangka menyusun skripsi, maka penyusun bermaksud mengadakan penelitian mengenai motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam. Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan penelitian. Sehubungan dengan kepentingan tersebut, saya sangat mengharapkan bantuan saudara untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang tersedia.

Informasi yang saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Karena itu besar harapan saya agar saudara dapat mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan kondisi pribadi saudara, sehinggainformasi yang diperoleh akan menggambarkan kondisi saudara sesungguhnya dan saya akan mejaga kerahasiaan jawaban saudara.

Atas kesediaan dan bantuan saudara, saya ucapkan terimakasih.

Penyusun


(11)

LAMPIRAN II

DATA PRIBADI Nama/Inisial :

Jenis kelamin : L / P

Usia :

Semester :

Kegiatan/Pengalaman berorganisasi yang pernah dan sedang diikuti : a………., lamanya……… b………., lamanya……… c………., lamanya………


(12)

LAMPIRAN II

KUESIONER DATA PENUNJANG

Jawablah dengan jujur pertanyaan-pertanyaan dibawah ini. Pilih jawaban yang sesuai/menggambarkan keadaan diri saudara. Berilah tanda silang (X), pada kolom yang tersedia

YA TIDAK

1. Ketika sedang dilakukan kegiatan membersihkan lingkungan rumah bersama para tetangga, apakah ibu/ayahmu turut serta dalam kegiatan tersebut?

2. Teman-teman akan menegur saya bila saya bersikap tidak peduli pada orang yang membutuhkan pertolongan. 3.Orang tua saya akan menegur bila anak-anaknya bersikap acuh atau tidak peduli pada orang yang membutuhkan pertolongan.

4. Ketika ada tetangga atau saudara yang datang kerumahmu dan bercerita tentang kesulitan dan kesedihannya kepada ibu/ayahmu, apakah mereka menghiburnya sebagai tanda simpati kepadanya?

5. Orang tua saya mengajarkan anak-anaknya untuk


(13)

membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

6. Teman-teman memuji saya bila saya membantu sesama yang memerlukan bantuan.

7. Pada saat ada acara keagamaan seperti Natal/Lebaran, teman-teman membantu membuat perayaan di lingkungan kampus maka kamu juga akan membantu untuk membuat perayaan di lingkungan kampus.

8. Jika kamu melihat teman membagikan oleh-oleh dan kamu juga mendapat oleh-oleh berupa makanan/ barang, apakah kamu akan membaginya dengan saudara atau temanmu ?

9. Orang tua saya akan memuji saya bila menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

10. Kakak senior mengajarkan saya untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan.


(14)

LAMPIRAN II

KUESIONER MOTIF PROSOSIAL

INSTRUKSI

Saudara akan menjumpai 10 cerita mengenai permasalahan yang dapat ditemui dalam kegiatan pencinta alam yang mungkin pernah atau bahkan sering saudara alami.Bayangkanlah bahwa saudara ada dalam kejadian itu. Bacalah cerita dengan teliti kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan yang menyertai cerita tersebut sesuai dengan penghayatan saudara terhadap kejadian yang ada. Bayangkanlah bahwa saudara benar-benar berada dalam keadaan seperti dicerita.

JAWABLAH DENGAN LENGKAP DAN CERITAKANLAH APA YANG SAUDARA PIKIRKAN, RASAKAN, ATAU PENDAPAT SAUDARA MENGENAI KEJADIAN DALAM CERITA. JAWABLAH SETIAP PERTANYAAN DENGAN SPONTAN/ APA YANG PERTAMA KALI MELINTAS DALAM PIKIRAN SAUDARA.TIDAK ADA JAWABAN YANG BENAR ATAU SALAH KARENA SETIAP ORANG MEMPUNYAI ALASAN MASING-MASING DALAM MEMBERIKAN JAWABANNYA.

Jangan lewatkan satu pertanyaan pun!! Selamat bekerja.


(15)

LAMPIRAN II

CERITA 1 : TERSESAT

A mengadakan survei untuk Diklatsar ke daerah Situ Lembang. Ketika berada didaerah ‘siweh’ yang terkenal angker, A beserta rombongan bertemu dengan dua orang anggota pencinta alam lain yang tersesat dan terlihat tidak sehat. Kebetulan A cukup menguasai daerah situ lembang tersebut.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2. Apa yang akan saudara lakukan?

3. Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4. Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(16)

LAMPIRAN II

CERITA 2 : KEHAUSAN 5.

Dimusim pengembaraan, A beserta lima orang anggota pencinta alam mengadakan perjalanan ke Gunung Merapi-Merbabu. Salah seorang teman A kehausan karena persediaan air minumnya telah habis dan meminta air kepada A . Teman-teman yang lain pura-pura tidak mendengar karena sumber mata air di daerah ini sangat sulit didapat. A masih memiliki air minum, namun terbatas sedangkan perjalanan yang harus ditempuh masih cukup jauh.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2. Apa yang akan saudara lakukan?

3. Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4. Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(17)

LAMPIRAN II

CERITA 3 : KEHUJANAN

Sepulang dari rapat dikampus, ternyata hari sudah malam dan turun hujan lebat. A harus cepat-cepat pulang kerumah karena masih banyak tugas yang belum dikerjakan untuk besok. Ternyata ada seorang teman wanita A yang kebingungan karena tidak bisa pulang sebab sudah jam 9 malam dan tidak ada angkutan umum yang lewat, sedangkan hujan masih turun dengan lebatnya. A membawa mobil, rumah teman A berlawanan arah dengan rumah A.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2.Apa yang akan saudara lakukan?

3.Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4.Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(18)

LAMPIRAN II

CERITA 4 : UJIAN PRAKTEK

Pada hari minggu, A bangun kesiangan dan terburu-buru pergi ke kampus karena akan diadakan ujuan praktek rock climbing. Ketika A baru keluar dari pagar, anak tetangga sebelah rumah menghampiri A sambil menangis, menarik-narik tangan saudara dan menunjuk rumahnya. Ia mengatakan kalau ibunya terpeleset di kamar mandi dan kepalanya berdarah.

1.Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2.Apa yang akan saudara lakukan?

3.Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4.Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(19)

LAMPIRAN II

CERITA 5 : BENCANA ALAM

Organisasi pencinta alam di kampus A diminta perwakilannya untuk menjadi sukarelawan dalam membantu korban tanah longsor di daerah Bandung Selatan. A adalah salah seorang yang terpilih untuk mewakilinya karena A dianggap cukup mempunyai keahlian dan pengalaman medis yang cukup. Namun sebenarnya pada hari yang bersamaan A sudah berjanji pada ibu untuk menemaninya check up ke dokter.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2. Apa yang akan saudara lakukan?

3. Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4. Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(20)

LAMPIRAN II

CERITA 6 : DONOR DARAH

Teman A terkena penyakit demam berdarah, ia membutuhkan darah golongan AB. Namun persediaan darah di PMI golongan AB sudah habis. Teman-teman lain kebetulan mengetahui kalau golongan darah A sesuai dengan yang dibutuhkan dan meminta A untuk mendonorkan darahnya. A sebenarnya paling takut disuntik.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2. Apa yang akan saudara lakukan?

3. Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4. Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(21)

LAMPIRAN II

CERITA 7 : TIDAK MEMPERHATIKAN

Pada saat pengajaran Rock Climbing, senior sedang menerangkan tentang cara menggunakan harness, belay, runner, menjelaskan peralatan dan memasang simpul. A sebagai senior melihat dua orang anak yang sejak awal mengobrol. Pada saat praktek kedua anak tersebut tidak tahu apa yang harus dilakukan kemudian bertanya bagaimana cara menggunakan peralatan yang ada kepada A sebagai kakak senior yang sedari tadi mengetahui bahwa mereka tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2. Apa yang akan saudara lakukan?

3. Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4. Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(22)

LAMPIRAN II

CERITA 8 : TABRAK LARI

Sepulang dari kampus, A terburu-buru untuk pulang kerumah untuk menemani ibu yang terbaring sakit. Kemudian A melihat ada seorang gelandangan yang menjadi korban tabrak lari sebuah mobil. Gelandangan tersebut mengeluarkan banyak darah.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2. Apa yang akan saudara lakukan?

3. Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4. Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(23)

LAMPIRAN II

CERITA 9 : SAHABAT

Malam sudah larut, A sedang belajar karena keesokan harinya akan ujian akhir. Tiba-tiba telepon berdering dan terdengar suara sahabat A, S sedang menangis. S mengutarkan maksudnya untuk menginap malam ini juga di rumah A karena ia baru saja putus dengan pacarnya dan membutuhkan teman untuk “curhat”. A termasuk orang yang harus belajar di tempat yang tenang dan tidak dapat belajar jika ada orang lain. Kalau A menyetujui S menginap dirumah, maka A akan terganggu belajarnya. Padahal A baru mulai belajar.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2. Apa yang akan saudara lakukan?

3. Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4. Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(24)

LAMPIRAN II

CERITA 10 : PENCURIAN DIANGKOT

Pada saat itu A sedang dalam perjalanan kekampus menggunakan angkutan kota (angkot). Angkot cukup penuh, didepan A duduk seorang nenek tua dan disamping kiri kanannya duduk dua orang pemuda. Tanpa sengaja, A melihat salah satu pemuda yang duduk disebelah nenek itu berusaha untuk mencuri dompet nenek tua itu. Ternyata pencuri itu tidak sendirian, ada tiga orang temannya lagi yang salah satunya duduk disebelah nenek tua tersebut dan satunya lagi disebelah A. Pencuri tersebut terus-menerus menatap A dengan pandangan mengancam dan temannya tadi terus berusaha mencuri dompet

nenek tua tersebut.

1. Ceritakan apa yang sedang terjadi pada situasi diatas?

2. Apa yang akan saudara lakukan?

3. Menurut saudara apa yang sedang dialami temanmu?

4. Bagaimana perasaan saudara pada saat itu?


(25)

(26)

(27)

LAMPIRAN IV

Tabulasi silang antara motif prososial dengan lamanya berorganisasi di MAPEKA

Motif Prososial

lemah kuat Total

frekuensi 3 4 7

1 tahun

Presentase 27.3% 44.4% 35.0%

frekuensi 3 1 4

2 tahun

Presentase 27.3% 11.1% 20.0%

frekuensi 1 2 3

3 tahun

Presentase 9.1% 22.2% 15.0%

frekuensi 4 2 6

MAPEKA

4 tahun

Presentase 36.4% 22.2% 30.0%

frekuensi 11 9 20

Total

Presentase 100.0% 100.0% 100.0%

Tabulasi silang antara motif prososial dengan organisasi lain yang diikuti. Motif Prososial

lemah kuat Total

Frekuensi 2 7 9

ya

Presentase

18.2% 77.8% 45.0%

Frekuensi 9 2 11

Organisasi lain

tidak

Presentase

81.8% 22.2% 55.0%

Frekuensi 11 9 20

Total

Presentase

100.0% 100.0% 100.0%


(28)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang membutuhkan orang lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia hidup dalam suatu masyarakat secara berdampingan satu sama lain, sehingga dituntut untuk dapat hidup rukun, saling menghormati, menolong dan saling berbagi satu sama lainnya demi tercapainya kesejahteraan bersama.

Sebagai mahluk sosial, manusia juga perlu berkomunikasi antar sesamanya dengan memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi komunikasi yang ada. Semakin pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi, membawa dampak positif maupun negatif pada masyarakat. Dampak positif yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah semakin majunya teknologi komunikasi misalnya untuk berhubungan dengan teman yang berada beribu – ribu kilo meter jauhnya seseorang dapat menghubunginya dengan menggunakan telepon genggam maupun menggunakan e-mail. Akan tetapi disisi lain, dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi juga semakin bervariasi. Salah satunya adalah berkembangnya teknologi komunikasi adalah justru semakin mengurangi interaksi langsung antar sesama manusia, keberadaan


(29)

telepon genggam atau sms dan e-mail dipandang sebagai media berkomunikasi yang efektif dan efisien dibandingkan harus bertemu langsung dengan orangnya.

Semakin menurunnya keinginan individu untuk berinteraksi secara langsung (tatap muka) dengan individu lain, secara tidak langsung akan menurunkan nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang telah dibudayakan sejak dahulu. Aktivitas dan semangat gotong-royong, tolong-menolong, kerjabakti yang menjadi dasar kehidupan bersama antar sesama manusia pada masa-masa sebelumnya menjadi fenomena yang langka ditengah-tengah masyarakat modern, terutama dikota-kota besar yang semakin bercorak egosentris dan individualistis (Rafael Raga Maran, 2000). Menurut Bambang Suteng (1999), pergeseran nilai-nilai di masyarakat dewasa ini, dapat terlihat melalui kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat dahulu sangat peduli terhadap sesama dan lingkungannya seperti melakukan silahturahmi ke tetangga, mengadakan gotong- royong untuk membersihkan lingkungan. Tetapi orang-orang di jaman modern lebih mengejar kepentingannya sendiri dan kurang mempedulikan kepentingan orang lain ini terlihat dari keengganan orang untuk mengantri di loket – loket, tidak mematuhi peraturan sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas bahkan sampai mengganggu ketentraman dan membahayakan keselamatan orang lain.


(30)

Ketika kepedulian manusia dalam masyarakat kian bergeser dan terkikis, maka manusia hidup dalam ketidakacuhan satu sama lain. Manusia kembali diingatkan adanya hal-hal mendasar tetapi sering terlupakan yaitu saling menolong antar sesama manusia, bersimpati terhadap keadaan orang lain, bersedia membagi kepedulian pada orang lain baik materi maupun immaterial, saling berbagi untuk kesejahteraan orang lain. Ketika manusia kembali menilik hal-hal yang mendasar tersebut, diharapkan rasa kepedulian dan kepekaan dalam melihat keadaan disekitarnya dapat dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Menolong, bersimpati, menyumbang, berbagi dan bekerja sama merupakan perilaku yang termasuk kedalam bentuk – bentuk tingkah laku prososial. Tingkah laku prososial adalah segala bentuk perilaku yang bertujuan untuk memperhatikan dan membantu orang lain, merujuk kepada perilaku yang tidak mementingkan diri sendiri (Hoffman dalam Eisenberg, 1982). Meskipun banyak dijumpai tingkah laku yang menunjukkan ketidakpedulian pada sesama, namun masih terdapat pula peristiwa-peristiwa di sekitar kita yang memperlihatkan perilaku menolong.

Perilaku menolong juga dijumpai di lingkungan kampus. Fenomena yang terjadi pada sekelompok mahasiswa yang secara spontan mendorong mobil yang mogok di depan kampus tanpa mengharapkan imbalan, meminjamkan catatan pada teman yang


(31)

tidak masuk kuliah, menengok teman yang sedang sakit, merupakan contoh -contoh perilaku prososial yang sering dijumpai dikalangan mahasiswa.

Pada masa remaja, mahasiswa menghabiskan sebagian besar waktunya di kampus dan berelasi bersama teman-temannya. Kampus adalah salah satu wadah untuk mendapatkan ilmu, mengembangkan diri secara optimal dan dapat mengajarkan tingkahlaku prososial yakni bisa melalui belajar kelompok ataupun mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Kampus sebagai wadah untuk mendapatkan ilmu dan mengembangkan diri terdapat beragam macam kegiatan ekstrakulikuler yang dapat diikuti oleh mahasiswa. Salah satunya adalah kegiatan mahasiswa pencinta alam.

Kegiatan mahasiswa pencinta alam ini tidak hanya kegiatan fisik seperti mendaki gunung, arung jeram, caving, dan rock climbing saja tetapi ada pula kegiatan-kegiatan sosial dan kemanusiaan. Melakukan pengobatan gratis ke darerah-daerah terpencil, melakukan donor darah secara rutin setiap tiga bulan sekali, menjadi tim sukarelawan bantuan medis pada korban tsunami di Aceh, menjadi sukarelawan SAR (Search and Rescue),

menyumbangkan uang dan pakaian pada orang orang yang membutuhkan.

Kegiatan melakukan pengobatan gratis ke darerah-daerah terpencil, mendonorkan darah, menyumbang merupakan contoh


(32)

tingkah laku prososial yang dilakukan oleh anggota mahasiswa pencinta alam. Selain melakukan pengobatan gratis ke darerah-daerah terpencil, medis dan SAR (Search and Rescue) juga adalah kegiatan–kegiatan sosial yang ada pada kegiatan mahasiswa pencinta alam.

Kegiatan medis mengajarkan anggotanya untuk memberikan pertolongan pertama pada orang yang membutuhkan. Misalnya pada saat pendakian ada teman yang terluka, anggota yang memiliki keahlian medis dapat memberikan pertolongan pertama untuk mencegah korban tersebut menjadi lebih parah lukanya. SAR juga merupakan salah satu kegiatan sosial karena SAR bertujuan mencari dan menyelamatkan korban kecelakaan dan hilang baik di hutan, gunung, laut maupun di dalam gua. Anggota yang ingin menjadi sukarelawan (rescuer) dalam SAR tidak saja harus memiliki kemampuan membaca peta kompas, dan kemampuan fisik saja tapi juga harus memiliki keterampilan medis. Tapi yang terutama, menjadi rescuer harus memiliki rasa ingin menolong dan kepedulian yang besar terhadap sesama yang akan ditolongnya.

Didalam

kode etik pencinta alam

(

Gladian IV-1974

)

tercantum butir-butir yang merupakan implemantasi dari

perilaku prososial seperti menghormati tata kehidupan yang

berlaku pada masyarakat sekitarnya serta menghargai


(33)

manusia dengan kerabatnya; mempererat tali persaudaraan;

saling membantu serta saling menghargai sesama manusia.

Sehingga diharapkan agar para anggota pencinta alam dapat

menjalankan butir-butir dalam kode etik pencinta alam ini

didalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam diri setiap individu terdapat suatu dorongan yang mengarahkan individu untuk bertingkah laku yang disebut motif. Banyak juga motif yang melatarbelakangi seseorang untuk menolong seperti motif ingin dipuji dan dikenal orang lain karena telah menolong. Dalam hal ini, motif yang melatarbelakangi anggota pencinta alam untuk melakukan tingkah laku prososial yaitu menolong, bersimpati, menyumbang, dan berbagi dengan orang lain adalah motif prososial. Motif prososial ini yang akan mendorong anggota pencinta alam melakukan tingkah laku prososial dalam hal ini SAR. Menurut Eisenberg (1982), motif prososial adalah dorongan dan keinginan yang ada dan dimunculkan dalam diri seseorang untuk menolong, berbagi dan tingkah laku lainnya yang memiliki tujuan dan bersifat sukarela .

Deskripsi dibawah ini adalah proses dalam diri seorang anggota pencinta alam saat memunculkan dorongan untuk menolong. Diawali ketika anggota pencinta alam melihat ada orang yang mengalami kecelakaan di jalan raya dan mengeluarkan banyak darah, maka anggota tersebut melihat dan menilai apakah


(34)

korban kecelakaan itu membutuhkan bantuan atau tidak (menurut Hoffman,1977 dalam Eisenberg 1982, disebut persepsi tentang situasi) selanjutnya anggota pencinta alam tersebut dapat saja merasa kasihan atau tidak, ia juga dapat membayangkan atau tidak, bagaimana seandainya jika dirinya yang menjadi korban kecelakaan itu (empati). Anggota pencinta alam tersebut bisa mengingat atau tidak mengingat bahwa ia pernah diajarkan untuk menolong orang yang sedang kesusahan dan memaknakan situasi tersebut sebagai situasi yang membutuhkan bantuan karena adanya nilai-nilai prososial yang telah tertanam dalam dirinya (nilai prososial). Kemudian anggota tersebut merasa iba atau bisa juga tidak merasa iba pada korban kecelakaan itu (afek positif) dan berpikir untuk memberikan/tidak memberikan bantuan yang diperlukan korban kecelakaan tersebut (perspektif sosial). Anggota pencinta alam tersebut dapat mengambil tindakan yang menurutnya tepat untuk dilakukannya yaitu dengan membawanya ke rumah sakit terdekat dan menyumbangkan darahnya pada korban kecelakaan tersebut (perilaku prososial).

Wawancara peneliti dengan sepuluh orang anggota didapatkan bahwa 70% dari mereka mengatakan akan berinisiatif menolong dan langsung tergerak hatinya jika melihat orang yang membutuhkan pertolongan alasannya mereka merasa kasihan dan membayangkan seandainya mereka yang berada pada posisi orang yang membutuhkan pertolongan sehingga mereka langsung memberikan bantuan, sedangkan 30% lagi mengatakan mengetahui kalau ada orang yang butuh bantuan namun belum


(35)

tentu langsung menolong karena tidak mudah menaruh belas kasihan pada orang lain.

Anggota pencinta alam yang berinisiatif (langsung melakukan pemaknaan atas situasi lingkungan sebagai situasi yang memerlukan bantuan, tanpa mempermasalahkan penyebab dari terjadinya situasi tersebut), memiliki nilai pribadi tentang prososialitas yang dijadikan orientasi dan patokan dalam menentukan tindakan terhadap orang yang membutuhkan bantuan. Mereka langsung tergerak hatinya ketika melihat orang yang membutuhkan pertolongan karena merasa kasihan dan iba sehingga dapat segera memberikan pertolongan dapat digolongkan pada anggota pencinta alam yang memiliki motif prososial yang kuat. Sedangkan anggota pencinta alam yang kurang bahkan tidak berinisiatif (tidak langsung melakukan pemaknaan atas situasi lingkungan sebagai situasi yang memerlukan bantuan, tanpa mempermasalahkan penyebab dari terjadinya situasi tersebut), kurang bahkan tidak memiliki nilai pribadi tentang prososialitas yang dijadikan orientasi dan patokan dalam menentukan tindakan terhadap orang yang membutuhkan bantuan dan tidak langsung tergerak hatinya ketika melihat orang yang membutuhkan pertolongan karena kurang merasa kasihan dan iba dapat digolongkan pada anggota pencinta alam yang memiliki motif prososial yang lemah.


(36)

Melihat fenomena adanya variasi motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam, maka peneliti tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam “X” di Bandung.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi dari masalah yang akan diteliti adalah bagaimanakah derajat motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam “X” di Bandung.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Maksud penelitian ini adalah untuk menjaring data tentang derajat motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alan “X” di Bandung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai derajat motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam “X” di Bandung.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Ilmiah


(37)

a. Sebagai bahan masukan bagi psikologi sosial mengenai derajat motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam “X” di Bandung.

b. Memberi masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai motif prososial.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Memberi wawasan dan masukan mengenai motif prososial kepada dewan pengurus mahasiswa pencinta alam dan pembantu rektor yang menangani bidang ekstrakurikuler mahasiswa pencinta alam sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun tujuan dan materi kegiatan selanjutnya dalam kaitannya dengan motif prososial.

b. Memberikan informasi bagi para mahasiswa anggota pencinta alam mengenai derajat motif prososial yang dimilikinya agar para mahasiswa anggota pencinta alam dapat memiliki kesadaran yang tinggi untuk memunculkan motif prososial yang ada dalam dirinya .

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Setiap individu mengalami beberapa fase perkembangan, dan perkembangan ini berlangsung sepanjang rentang kehidupan manusia. Salah satu fase perkembangan individu adalah masa remaja. Kata remaja atau adolsence berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Remaja merupakan masa untuk bertumbuh dari masa kanak-kanak menuju pada kematangan masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami banyak perubahan seperti perubahan


(38)

secara fisik, kogitif, emosional dan sosial. Adapun yang dimaksud perubahan sosial adalah, karena pada masa remaja ini, remaja akan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas dibandingkan masa kanak – kanak. Remaja akan berinteraksi dengan banyak orang diluar lingkungan keluarga. Untuk bisa diterima di lingkungan masyarakat, remaja harus menunjukkan sikap yang tidak berorientasi pada diri sendiri, mereka juga dituntut untuk menunjukkan tingkah laku sosial yang positif dengan lebih memperhatikan kepentingan dan keberadaan orang lain atau tingkah laku prososial (Eisenberg, 1982).

Sebagian remaja menghabiskan sebagian besar waktunya di kampus dan kegiatan lain yang berguna bagi pengembangan dirinya seperti kegiatan-kegiatan organisasi baik yang berada di dalam maupun luar kamus. Kampus menjadi wadah bagi mahasiswanya untuk menyalurkan minat mereka dan mengembangkan diri secara optimal yakni melalui kegiatan–kegiatan ekstrakulikuler yang tersedia di kampus seperti kegiatan olahraga, fotografi, kerohanian dan himpunan mahasiswa. Salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di kampus adalah kegiatan mahasiswa pencinta alam.

Kegiatan mahasiswa pencinta alam ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat menyalurkan tingkah laku prososial yang ada pada diri anggotanya melalui kegiatan-kegiatan yang terdapat di pencinta alam ini. Sebenarnya secara langsung atau tidak langsung sejak dini orang tua sudah memperkenalkan konsep prososial kepada anak – anaknya, yaitu tindakan menolong orang secara sukarela atau suatu tindakan yang menguntungkan orang lain


(39)

Tingkah laku prososial adalah tingkah laku menolong atau berbagi tanpa memperhatikan kepentingan sendiri ( Hoffman dalam Eisenberg, 1982). Dalam menghadapi situasi prososial di masyarakat sampai terbentuknya motif prososial dalam diri remaja, tidak lepas dari pengaruh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang melekat dalam diri remaja terdiri dari usia, jenis kelamin, perkembangan kognisi. Faktor internal ini berpengaruh langsung terhadap perkembangan remaja, (dalam Eisenberg, 1982) kualitas tingkah laku prososial seorang anak berkembang sejalan dengan perubahan kemampuan kognitif yang berubah seiring dengan bertambahnya usia. Eisenberg (1982) mengungkapkan bahwa perempuan memiliki kesediaan yang lebih tinggi untuk menolong, lebih sering bertempati, termasuk pada perhatiannya terhadap hal-hal kemanusiaan dibandingkan laki-laki.

Faktor eksternal yaitu faktor di lingkungan sekitar remaja. Lingkungan turut memberi pengaruh pada perkembangan motif prososial dalam diri remaja untuk mengarahkan tingkah lakunya, diantaranya keluarga dan peer group, baik peer group yang berada didalam maupun di luar lingkungan kampus (Eisenberg, 1982).

Suatu dorongan yang mengarahkan dan memberi energi pada individu untuk melakukan sesuatu disebut motif (Atkinson edisi ke-11). Dalam hal ini motif yang melatarbelakangi mahasiswa anggota pencinta alam untuk menolong, bersimpati, menyumbang, berbagi, dan bekerjasama dengan orang lain dengan sukarela dan disengaja adalah motif prososial. Menurut Eisenberg (1982), motif prososial adalah dorongan dan keinginan yang ada dan dimunculkan dalam diri


(40)

mahasiswa anggota pencinta alam untuk menolong, berbagi dan tingkah laku lainnya yang memiliki tujuan dan bersifat sukarela. Ketika anak–anak tumbuh dan berkembang menjadi remaja, mereka akan mengembangkan motif prososial yang sudah ditanamkan orang tuanya sejak anak–anak melalui kegiatan–kegiatan yang akan lebih mengembangkan motif prosial yang ada dalam dirinya.

Menurut Hoffman (dalam Eisenberg, 1982), motif prososial terdiri atas dua aspek utama yang menyusun motif prososial yaitu aspek kognisi dan aspek afeksi. Aspek kognisi terdiri atas tiga elemen motif yaitu elemen persepsi terhadap situasi, nilai prososial, dan perspektif sosial. Sedangkan aspek afeksi terdiri atas dua elemen motif, yaitu empati dan afek positif.

Persepsi tentang situasi prososial yang dihadapi mahasiswa anggota pencinta alam sangat penting dan merupakan syarat awal untuk memunculkan tingkah laku prososial. Mahasiswa anggota pencinta alam akan memaknakan situasi yang dihadapinya sebagai situasi yang membutuhkan bantuan, kemudian mahasiswa anggota pencinta alam akan memberikan penilaian apakah situasi tersebut memerlukan bantuan atau tidak. Pemberian penilaian terhadap situasi ini berkaitan dengan eleman yang kedua yaitu nilai prososial yang dianut oleh mahasiswa anggota pencinta alam tersebut.

Nilai prososial adalah nilai mengenai prososial yang dianut oleh mahasiswa anggota pencinta alam sebagai hasil dari interaksi nilai dan norma lingkungan. Nilai ini menjadi patokan dan merupakan keyakinan bagi mahasiswa anggota pencinta alam untuk menentukan tindakan mana yang harus diambil. Dalam hal ini persepsi dan nilai sosial memiliki hubungan timbal balik, yaitu


(41)

persepsi akan mengaktifkan sistem nilai pribadi seseorang dan nilai itu sendiri akan mengarahkan persepsi. Untuk dapat menentukan tindakan yang paling tepat dan sesuai dengan situasi prososial yang dihadapi diantara alternatif tindakan yang ada, maka dibutuhkan semacam pemahaman secara kognitif, yang disebut sebagai perspektif sosial.

Perspektif sosial adalah kemampuan kognitif untuk menempatkan diri pada keadaaan orang lain dan kemampuan untuk memahami situasi dari sudut pandang orang yang membutuhkan bantuan. Menurut Hoffman (1977 dalam Eisenberg 1982), perspektif sosial sangat penting dalam pembentukan tingkah laku prososial. Perspektif sosial tidak dapat dipisahkan dari empati yang merupakan elemen dari aspek afeksi. Perspektif sosial berkembang sejalan dengan kemampuan empati seseorang. Tanpa adanya empati dan hanya pemahaman kognitif saja, tidak akan mendorong orang untuk melakukan tindakan prososial.

Selain aspek kognisi, aspek afeksi juga memegang peranan dalam pembentukan motif untuk menolong dalam diri mahasiswa anggota pencinta alam. Elemen dari aspek afeksi yakni empati dan reaksi positif. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan kebutuhan orang lain yang memerlukan pertolongan. Menurut Hoffman (1977 dalam Eisenberg 1982), kemampuan empati merupakan dasar bagi motif untuk menolong orang lain. Setelah menempatkan diri secara kognitif dan empati, maka akan memunculkan suatu perasaan yang disebut reaksi afek positif yang mendorong seorang mahasiswa anggota pencinta alam untuk memunculkan motif prososial. Wujud dari afek positif misalnya dalam bentuk keberadaan perasaan kasih, sayang, senang atau iba yang ditunjukan


(42)

mahasiswa anggota pencinta alam terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan. Aspek-aspek tersebut saling terkait satu sama lain dan menimbulkan motif prososial dalam diri mahasiswa anggota pencinta alam, yang kemudian akan memunculkan tingkah laku prososial.

Seorang mahasiswa anggota pencinta alam yang mempunyai derajat motif prososial yang kuat, maka ia mampu memaknakan suatu situasi. Ia juga memiliki nilai pribadi tentang prososialitas yang dijadikan orientasi dan patokan dalam menentukan tindakan terhadap orang yang membutuhkan bantuan serta mampu memahami situasi dari sudut pandang orang yang membutuhkan bantuan. Ia juga dapat ikut merasakan perasaan orang yang membutuhkan bantuan dan menunjukkan perasaan kasih, sayang, atau iba terhadap orang yang sedang membutuhkan bantuan yang kuat pula. Misalnya langsung memaknakan situasi prososial dan langsung memberikan bantuan pada orang yang membutuhkan. Sebaliknya anggota pencinta alam yang mempunyai derajat prososial lemah, maka ia kurang atau tidak mampu memaknakan suatu situasi. Ia memiliki nilai pribadi tentang prososialitas yang dijadikan orientasi dan patokan dalam menentukan tindakan terhadap orang yang membutuhkan bantuan. Kemampuan memahami situasi dari sudut pandang orang yang membutuhkan bantuan yang tergolong lemah. Kemampuan merasakan perasaan orang yang membutuhkan bantuan dan menunjukkan perasaan kasih, sayang, atau iba terhadap orang yang sedang membutuhkan bantuan yang tergolong lemah pula. Bahkan mahasiswa anggota pencinta alam yang mampunyai derajat motif prososial yang lemah bisa saja tidak


(43)

melihat orang yang sedang membutuhkan bantuan sebagai sesuatu yang harus dibantu atau tidak peka melihat orang yang membutuhkan bantuan.

Motif prososial amatlah berpengaruh didalam diri mahasiswa anggota pencinta alam untuk memunculkan tingkah laku prososial yang terwujud dalam bentuk menolong, menyumbang, berbagi secara sukarela dan tanpa pamrih.

Secara skematis, uraian diatas dapat digambarkan sebagai berikut :


(44)

BAGAN 1.1 KERANGKA PIKIR

Faktor eksternal Faktor internal

- Keluarga - Usia

- Peer group - Jenis kelamin.

Motif prososial mahasiswa anggota pencinta alam : 1. Kognitif

a. Persepsi tentang situasi b. Nilai prososial. c. Perspektif

sosial 2. Afeksi

a. Empati b. Afek positif

Kuat

Lemah Situasi prososial

yang dihadapi mahasiswa anggota pencinta alam

Mahasiswa anggota pencinta

alam


(45)

1.6 ASUMSI PENELITIAN

• Mahasiswa yang mengikuti kegiatan pencinta alam dihadapkan pada situasi-situasi seperti kegiatan donor darah, SAR, menyumbang korban bencana alam yang merupakan implemantasi dari situasi prososial.

• Mahasiswa pencinta alam yang dihadapkan pada situasi prososial pada aktivitas mahasiswa pencinta alam, akan mengintegrasikan aspek kognitif yang terdiri dari elemen persepsi tentang situasi, nilai prososial, dan perspektif sosial dan afektif yang terdiri dari elemen empati serta afek positif sebagai upaya untuk merespon situasi tersebut.

• Motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam akan bervariasi dalam kekuatannya.


(46)

Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam “X” Bandung, maka dapat disimpulkan:

a) Sebagian besar motif prososial anggota pencinta alam “X” Bandung berada pada taraf lemah.

b) Mahasiswa anggota pencinta alam “X” Bandung memiliki motif prososial yang lemah, artinya mereka mampu untuk memaknakan situasi lingkungan, memberikan penilaian terhadap situasi dan memahami secara kognitif sebuah situasi dari sudut pandang orang yang membutuhkan bantuan, namun kurang mampu untuk merasakan kebutuhan dan penderitaan orang lain (berempati), serta kurang mampu menunjukkan perasaan iba, kasih, sayang (afek positif).

c) Ditinjau dari faktor dalam diri yang mempengaruhi motif prososial yaitu jenis kelamin, maka motif prososial perempuan lebih kuat dibandingkan motif prososial laki-laki.


(47)

5.2 SARAN

Dari hasil penelitian dan pengolahan data serta pembahasan yang telah dilakukan , dan dengan menyadari keterbatasan yang ada, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

5.2.1 Saran Praktis

1) Mahasiswa anggota pencinta alam “X” Bandung yang memiliki motif prososial dengan derajat yang lemah, disarankan untuk mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial seperti donor darah, SAR, guna meningkatkan kepekaan terhadap situasi dan meningkatkan kepekaan perasaan dengan menempatkan diri ke dalam perasaan orang lain.

2) Bagi pengurus organisasi pencinta alam dan teman sebaya, hendaknya sering memberikan reward berupa pujian pada anggota yang menunjukkan perilaku menolong orang yang membutuhkan bantuan serta teguran bagi anggota yang tidak menunjukan perilaku menolong pada orang yang membutuhkan bantuan.

5.2.2 Saran untuk penelitian lanjutan

1) Disarankan untuk penelitian selanjutnya meneliti lebih dalam tentang pengaruh peer group dalam hal pemberian reward berupa pujian dan teguran terhadap perkembangan motif prososial baik pada masa anak-anak maupun remaja.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Smith, Bem., Pengantar Psikologi, edisi ke-11 jilid dua. Batam: Interaksara.

Bar-Tal, D., 1976. Prosocial Behavior Theory & Research. Washington DC: Hemisphere Publishing Corp

Eisenberg, Nancy., 1982. The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press.

Friedenberg, Lisa., 1995. Psychology Testing: Desig, analysis, and Use. USA: Allyn&Bacon.

Gulo, W., 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Raga Maran, Rafael., 2000. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Santrock, John W.,2004. Life Span Development, 9th Edition. New York: The Mc. Graw-Hill

Shaffer, David.R., 1994. Social & Personality Development, 3rd.ed. California: A Division of Wadsworth.

Singarimbun, Masri., 1989. Metoda Penelitian dan Survey. Jakarta: LP3ES Steinberg, Lawrence., 2002. Adolsence, 6th .ed. New York: McGraw-Hill. Inc Sudjana., 1992. Metoda Statistika.edisi ke-5. Bandung: Tarsito

Suteng, Bambang., 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlanga.


(49)

DAFTAR RUJUKAN Panduan DIKLATSAR XXV

Pidada, Sri Untari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan mengembangkan Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis. Bandung : Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Susan, Ivena. 2005. Survey Motif Prososial Pada anggota PMR Di 3 SLTP Kecamatan Cicendo Bandung. Skripsi. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(1)

BAGAN 1.1 KERANGKA PIKIR

Faktor eksternal Faktor internal

- Keluarga - Usia

- Peer group - Jenis kelamin.

Motif prososial mahasiswa anggota pencinta alam : 1. Kognitif

a. Persepsi tentang situasi b. Nilai prososial. c. Perspektif

sosial 2. Afeksi

a. Empati b. Afek positif

Kuat

Lemah Situasi prososial

yang dihadapi mahasiswa anggota pencinta alam

Mahasiswa anggota pencinta

alam


(2)

1.6 ASUMSI PENELITIAN

• Mahasiswa yang mengikuti kegiatan pencinta alam dihadapkan pada situasi-situasi seperti kegiatan donor darah, SAR, menyumbang korban bencana alam yang merupakan implemantasi dari situasi prososial.

• Mahasiswa pencinta alam yang dihadapkan pada situasi prososial pada aktivitas mahasiswa pencinta alam, akan mengintegrasikan aspek kognitif yang terdiri dari elemen persepsi tentang situasi, nilai prososial, dan perspektif sosial dan afektif yang terdiri dari elemen empati serta afek positif sebagai upaya untuk merespon situasi tersebut.

• Motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam akan bervariasi dalam kekuatannya.


(3)

Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai motif prososial pada mahasiswa anggota pencinta alam “X” Bandung, maka dapat disimpulkan:

a) Sebagian besar motif prososial anggota pencinta alam “X” Bandung berada pada taraf lemah.

b) Mahasiswa anggota pencinta alam “X” Bandung memiliki motif prososial yang lemah, artinya mereka mampu untuk memaknakan situasi lingkungan, memberikan penilaian terhadap situasi dan memahami secara kognitif sebuah situasi dari sudut pandang orang yang membutuhkan bantuan, namun kurang mampu untuk merasakan kebutuhan dan penderitaan orang lain (berempati), serta kurang mampu menunjukkan perasaan iba, kasih, sayang (afek positif).

c) Ditinjau dari faktor dalam diri yang mempengaruhi motif prososial yaitu jenis kelamin, maka motif prososial perempuan lebih kuat dibandingkan motif prososial laki-laki.


(4)

5.2 SARAN

Dari hasil penelitian dan pengolahan data serta pembahasan yang telah dilakukan , dan dengan menyadari keterbatasan yang ada, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

5.2.1 Saran Praktis

1) Mahasiswa anggota pencinta alam “X” Bandung yang memiliki motif prososial dengan derajat yang lemah, disarankan untuk mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial seperti donor darah, SAR, guna meningkatkan kepekaan terhadap situasi dan meningkatkan kepekaan perasaan dengan menempatkan diri ke dalam perasaan orang lain.

2) Bagi pengurus organisasi pencinta alam dan teman sebaya, hendaknya sering memberikan reward berupa pujian pada anggota yang menunjukkan perilaku menolong orang yang membutuhkan bantuan serta teguran bagi anggota yang tidak menunjukan perilaku menolong pada orang yang membutuhkan bantuan.

5.2.2 Saran untuk penelitian lanjutan

1) Disarankan untuk penelitian selanjutnya meneliti lebih dalam tentang pengaruh peer group dalam hal pemberian reward berupa pujian dan teguran terhadap perkembangan motif prososial baik pada masa anak-anak maupun remaja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Smith, Bem., Pengantar Psikologi, edisi ke-11 jilid dua. Batam:

Interaksara.

Bar-Tal, D., 1976. Prosocial Behavior Theory & Research. Washington DC:

Hemisphere Publishing Corp

Eisenberg, Nancy., 1982. The Development of Prosocial Behavior. New York:

Academic Press.

Friedenberg, Lisa., 1995. Psychology Testing: Desig, analysis, and Use. USA: Allyn&Bacon.

Gulo, W., 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Raga Maran, Rafael., 2000. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Santrock, John W.,2004. Life Span Development, 9th Edition. New York: The

Mc. Graw-Hill

Shaffer, David.R., 1994. Social & Personality Development, 3rd.ed. California: A Division of Wadsworth.

Singarimbun, Masri., 1989. Metoda Penelitian dan Survey. Jakarta: LP3ES Steinberg, Lawrence., 2002. Adolsence, 6th .ed. New York: McGraw-Hill. Inc Sudjana., 1992. Metoda Statistika.edisi ke-5. Bandung: Tarsito

Suteng, Bambang., 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlanga.


(6)

DAFTAR RUJUKAN Panduan DIKLATSAR XXV

Pidada, Sri Untari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan mengembangkan

Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis. Bandung : Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Susan, Ivena. 2005. Survey Motif Prososial Pada anggota PMR Di 3 SLTP

Kecamatan Cicendo Bandung. Skripsi. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.