Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan.

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKn di SD NEGERI DEMANGAN

Maria Dessy Natalia Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah adanya persepsi siswa yang cukup yang dilihat dari hasil observasi yaitu sebesar 35%, dan adanya sikap siswa yang cukup yaitu sebesar 25%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode survei. Sampel penelitian berjumlah 28 siswa kelas IIA di SD Negeri Demangan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas adalah persepsi, variabel terikatnya adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn dan variabel moderator adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis Correlation Pearson Product Moment pada uji hipotesis correlation kelompok siswa persepsi dan sikap dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,000 dan Pearson Correlation sebesar 0.034. Hubungan yang positif dari kedua variabel termasuk dalam hubungan yang kuat karena berada pada rentang nilai 0.20-0.399.


(2)

ABSTRACT

THE PERCEPTION AND ATTITUDE LINKAGE OF GRADE II STUDENTS IN CIVICS LESSON AT DEMANGAN ELEMENTARY SCHOOL

Maria Dessy Natalia Sanata Dharma University

2017

The background of this research is the observation result on students’ perception and attit ude which reach medium score, that is 35% on perception, and 25% on attitude.The main purpos e of this research is to describe the linkage between students’ perception and attitude on Civics L esson in Demangan Elementary School at 2016/2017 period.

The research was a quantitative research which using survey method and it took 28 grade II A students of Demangan Elementary School as the sample. The research consists of three varia bles, those are independent variable, dependent variable, and moderate variable. The independent variable is perception, with the sudent’s attitude on Civics lesson as the dependent variable, whil e the Problem Based Learning method placed as the moderator variable.

The analysis comes to result that shows that there is a positive correlation between grade II students’ perception and attitude on Civics Lesson. The score of Correlation Pearson Product Moment on perception and attitude correlation hypotheses test with sig. (2tailed) is 0,000 and the correlation Pearson is 0,034.

There is a strong positive correlation of both variable because it is in range of 0.20-0.399. Keywords : perception, Attitude


(3)

i HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA

PELAJARAN PKn di SD NEGERI DEMANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Dessy Natalia NIM: 131134063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

(5)

(6)

iv PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk semua orang yang telah mendukung dan mendoakan saya:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang setia mendampingiku. 2. Bapak Vinsensius Harinto dan Mama Clara Hartati.

3. Bapak Herman dan Mama Arce.

4. Bapak tuo Yatino, mbah Towo, Mamak tuo Kamikem dan mbah Tuki. 5. Om Tono dan bulek Yuni (Alm)

6. Adikku Veronika Derintika Paskalia, Grasia Stella Modesta, Cornelius Stenly Pradana.

7. Semua keluarga besar yang mendukungku.

8. Teman seperjuangan Cantikeeeeers, teman satu payung skripsi dan teman-teman PGSD 2013.

9. Seluruh sahabatku.

10. Teman luar biasa Vinsensius Verer Magur. 11. Semua pembaca yang budiman.


(7)

v MOTTO

Serahkanlah segala kekawatiranmu kepada-Nya,

sebab Ia yang memelihara kamu

(1 Petrus 5 : 7)

Roda itu selalu berputar

Jika hari ini aku menangis, esok Tuhan pasti membuatku

tersenyum


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKn di SD NEGERI DEMANGAN

Maria Dessy Natalia Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah adanya persepsi siswa yang cukup yang dilihat dari hasil observasi yaitu sebesar 35%, dan adanya sikap siswa yang cukup yaitu sebesar 25%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode survei. Sampel penelitian berjumlah 28 siswa kelas IIA di SD Negeri Demangan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas adalah persepsi, variabel terikatnya adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn dan variabel moderator adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis Correlation Pearson Product Moment pada uji hipotesis correlation kelompok siswa persepsi dan sikap dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,000 dan Pearson Correlation sebesar 0.034. Hubungan yang positif dari kedua variabel termasuk dalam hubungan yang kuat karena berada pada rentang nilai 0.20-0.399.


(11)

ix

ABSTRACT

THE PERCEPTION AND ATTITUDE LINKAGE OF GRADE II STUDENTS

IN CIVICS LESSON AT DEMANGAN ELEMENTARY SCHOOL Maria Dessy Natalia

Sanata Dharma University 2017

The background of this research is the observation result on students’ perc eption and attitude which reach medium score, that is 35% on perception, and 25 % on attitude.The main purpose of this research is to describe the linkage between

students’ perception and attitude on Civics Lesson in Demangan Elementary Sch ool at 2016/2017 period.

The research was a quantitative research which using survey method and it took 28 grade II A students of Demangan Elementary School as the sample. The r esearch consists of three variables, those are independent variable, dependent vari able, and moderate variable. The independent variable is perception, with the sude

nt’s attitude on Civics lesson as the dependent variable, while the Problem Based Learning method placed as the moderator variable.

The analysis comes to result that shows that there is a positive correlation between grade II students’ perception and attitude on Civics Lesson. The score of Correlation Pearson Product Moment on perception and attitude correlation hypot heses test with sig. (2tailed) is 0,000 and the correlation Pearson is 0,034.

There is a strong positive correlation of both variable because it is in range of 0.20 -0.399.


(12)

x KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atau rahmat dan kemurahannya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan dapat diselesaikan. Peneliti menyadari tanpa ada bantuan dari berbagai pihak pada skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kritik dan saran sangat peneliti harapkan demi menyempurnakan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku kepala Program Studi. 3. Apri Damai Sagita K, S. S.,M.Pd. selaku wakil Program Studi.

4. Drs. P. Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing satu yang dengan penuh ikhlas, sabar, dalam membimbing dan memberi petunjuk serta arahan bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen dua yang telah membantu dan selalu memberi semangat peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Maria Agustina Amelia S,Si.,M.Pd, selaku dosen penguji.

7. Bapak Vinsensius Harinto dan Mama Clara Hartati selaku orangtua peneliti yang selalu memberikan kekuatan dan dukungan semangat bagi peneliti. 8. Keluarga di Lampung dan Manggarai terima kasih atas dukungan yang

diberikan kepada peneliti.


(13)

xi


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….iv

HALAMAN MOTTO………..v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………..vii

ABSTRAK………....viii

ABSTRACT………..………ix

KATA PENGANTAR……….x

DAFTAR ISI………..xii

DAFTAR GAMBAR………...xv

DAFTAR TABEL………....xvii DAFTAR LAMPIRAN………...xviii

BAB 1 PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Rumusan Masalah………..6

1.3 Tujuan Penelitian………...6

1.4 Manfaat Penelitian……….6

1.5 Definisi Operasional………...7

BAB II LANDASAN TEORI………..9

2.1 Kajian Pustaka………....9

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung……….…….9

2.1.1.1 Persepsi……….….………9


(15)

xiii

2.1.1.1.2 Indikator Persepsi……….10

2.1.1.1.3 Prinsip Dasar Persepsi………..11

2.1.1.1.4 Proses Terjadinya Persepsi………...11

2.1.1.1.5 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi………...12

2.1.1.2 Sikap………13

2.1.1.2.1 Pengertian Sikap………...13

2.1.1.2.2 Indikator Sikap……….14

2.1.1.2.3 Ciri-ciri Sikap………...15

2.1.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sikap………...17

2.1.1.3 Problem Based Learning (PBL)……….……….19

2.1.1.3.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)……….19

2.1.1.3.2 Ciri-ciri PBL……….………20

2.1.1.3.3 Tahap-tahap model PBL………...21

2.1.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model PBL………22

2.1.1.3.5 Teknik Penilaian Pembelajaran PBL………23

2.1.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan……….24

2.1.1.4.1 Pengertian PKn……….24

2.1.1.4.2 Tujuan PKn………..25

2.1.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn…………..26

2.1.1.4.4 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong...27

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan………28

2.2 Kerangka Berpikir………..31

2.3 Hipotesis Penelitian………33

BAB III METODE PENELITIAN……….34

3.1 Jenis Penelitian………...34

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………34

3.2.1 Waktu Penelitian………34


(16)

xiv

3.3 Populasi dan Sampel………..35

3.3.1 Populasi………..35

3.3.2 Sampel………35

3.4 Variabel Penelitian……….36

3.5 Teknik Pengumpulan Data………37

3.5.1 Kuesioner………...37

3.5.2 Observasi………37

3.5.3 Dokumentasi………..37

3.6 Intrumen Penelitian………38

3.7 Teknik Pengujian Instrumen………..47

3.7.1 Validitas……….47

3.7.2 Reliabilitas………..54

3.8 Teknik Analisis Data……….56

3.8.1 Uji Asumsi………..57

3.8.1.1 Uji Normalitas Data………57

3.8.1.2 Uji Homogenitas……….58

3.8.1.3 Uji Linearitas………...58

3.8.2 Uji Hipotesis………...59

3.8.2.1 Uji Hipotesis Korelasi: Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan………..59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...61

4.1 Hasil Penelitian………...…….61

4.1.1 Uji Asumsi………61

4.1.1.1 Uji Normalitas Persepsi dan Sikap……….61

4.1.1.2 Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap……….62

4.1.1.3 Uji Linearitas………..63

4.1.2 Uji Hipotesis………..65

4.1.2.1 Uji Hipotesis Korelasi: Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan………...65


(17)

xv

4.2 Pembahasan………..66

4.2.1 Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan………66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………68

5.1 Kesimpulan………..68

5.2 Keterbatasan Penelitian………68

5.3 Saran……….69

DAFTAR REFERENSI……….70


(18)

xvi DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Literatur Map………...31 3.1 Variabel Penelitian……….………..37


(19)

xvii DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Tahap-tahap Model PBL………..22

3.2 Kisi-kisi Kuesioner………...………39

3.3 Kisi-kisi Pernyataan Kusioner Persepsi Siswa……….42

3.4 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn…….44

3.5 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Persepsi………...46

3.6 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn….47 3.7 Expert Judgement………...48

3.8 Rentang Skor Expert Judgement………..49

3.9 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa………...50

3.10 Validitas Item Persepsi yang dinyatakan Valid Pada Setiap Indikator.…...52

3.11 Hasil Uji Validitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn………...52

3.12 Validitas Item Sikap yang dinyatakan Valid Pada Setiap Indikator………..53

3.13 Rumus Koefisien Alpha Crobach………...55

3.14 Kriteria Koefisien Reliabilitas………55

3.15 Tabel Reliabilitas Persepsi Siswa………...56

3.16 Tabel Reliabilitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn……….56

4.1 Hasil Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa………...62

4.2 Hasil Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa………...62

4.3 Hasil Uji Linearitas Persepsi dan Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PK…....63


(20)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian………...….……74

Lampiran 2 Surat Telah Melalukan Penelitian………...75

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Item Validitas dan Reliabilitas Persepsi………...76

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Item Validitas dan Reliabilitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn………77

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa……….78

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa…….78

Lampiran 7 Hasil Perhitungan Uji Linearitas………79

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Uji Correlation Pearson Product Moment…...…81

Lampiran 9 Lembar Kuesioner Siswa………82

Lampiran 10 Expert Judgement……….96

Lampiran 11 Silabus Pembelajaran………97

Lampiran 12 Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)………..127


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan pola pikir manusia. Menurut Syah (dalam Chandra, 2009: 33) dikatakan bahwa pendidikan berasal

dari kata dasar “didik” yang mempunyai arti memelihara dan memberi latihan.

Kedua hal tersebut memerlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan tentang kecerdasan pikiran. Peneliti mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pangajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan dalam lingkungan keluarga (nonformal) memiliki peranan yang sangat penting. Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan yang pertama berasal dari lingkungan keluarga. Selain dari keluarga pendidikan dapat diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau lembaga formal lainnya yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Dalam lingkungan formal ini setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai pedoman dan etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi pergaulan di masyarakat. Lingkungan ketiga yang menjadi penentu sukses tidaknya adalah lingkungan masyarakat (informal), lingkungan ini menuntut pengaplikasian pendidikan yang telah didapat oleh seorang individu baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan formal.


(22)

2 Sekolah adalah salah satu lembaga yang berperan penting dalam proses pendidikan tersebut. Hal ini tidak terlepas dengan adanya kerjasama antara guru dengan siswa. Guru berperan penting dalam mewujudkan pembelajaran dan memiliki kebebasan untuk mengelola kelas sehingga anak memiliki motivasi untuk belajar dan anak merasa senang. Dalam hal ini, model pembelajaran merupakan salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif agar tidak terkesan monoton dan membosankan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Pendidikan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan dalam Depdiknas (2006: 49), Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamankan oleh Pancasila dan UUD 1945. Namun pencapaian tujuan PKn sangat bergantung pada sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Sikap yang baik terhadap mata pelajaran akan membantu perwujudan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari mata pelajaran tersebut. Demikian sebaliknya, sikap yang buruk akan membawa kepada hasil yang buruk pula. Sikap adalah gambaran suatu kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau objek (Tursean; 1990).


(23)

3 Peneliti melakukan observasi berkaitan dengan persepsi siswa terhadap model pembelajaran dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Observasi lapangan dilakukan peneliti agar mendapatkan informasi mengenai proses pembelajaran yang terjadi di kelas IIA SD Negeri Demangan dengan jumlah siswa 28 orang. Fakta yang diperoleh peneliti adalah saat guru memasuki kelas, guru memberikan salam kepada siswa, tidak lupa setelah itu guru menanyakan kabar, kondisi siswa, dan menanyakan siswa yang tidak hadir serta meminta siswa menyiapkan buku serta alat tulis. Guru juga memotivasi siswa sebelum pembelajaran dan dilanjutkan penyampaian materi dengan model ceramah disertai tanya jawab. Kegiatan dilanjutkan dengan guru berkeliling memantau siswa saat mengerjakan latihan soal. Setelah itu kegiatan konfirmasi dilakukan, guru menyimpulkan pembelajaran dengan melempar pertanyaan kepada siswa dan sebelum meninggalkan kelas, guru tidak lupa untuk memberikan salam kepada siswa.

Peneliti selama melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), juga mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti melihat selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan materi dari guru, ada siswa yang asyik menggoda teman sebangkunya, ada siswa yang mengobrol saat guru menjelaskan materi sehingga membuat kegaduhan di kelas, ada siswa yang kurang bersemangat mengerjakan latihan soal di mana siswa yang hanya menunggu jawaban dari temannya, ada siswa yang enggan untuk bertanya kepada guru maupun teman ketika belum memahami materi pelajaran, ada siswa yang tidak berani maju ke depan untuk menuliskan jawaban di papan tulis, ada siswa yang melamun saat guru menjelaskan, serta


(24)

4 terlihat siswa jarang melakukan diskusi dengan temannya saat proses pembelajaran berlangsung.

Sikap siswa tersebut tentunya dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap model pembelajaran yang digunakan guru kelas. Persepsi siswa ketika diajar oleh guru menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) terlihat pada ekspresi siswa yang tidak bersemangat, sulit berkonsentrasi dan siswa merasa bosan ketika proses pembelajaran PKn berlangsung. Persepsi negatif yang terbentuk dalam diri siswa akan mempengaruhi sikap. Dimana sikap siswa menjadi kurang baik dalam mencapai tujuan yang ada dalam pembelajaran PKn. Sikap merupakan salah satu aspek pikir yang akan membentuk pola berpikir tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mempengaruhi sikap kegiatan yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap akan menentukan perilaku seseorang mengenai hubungannya dalam memberikan penilaian terhadap objek-objek tertentu serta memberikan arah pada tindakan selanjutnya. Menurut Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan (dalam Wawan&Dewi M, 2012) sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu: komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilakukan, permasalahan pada persepsi yang dialami adalah ketika guru menggunakan model pembelajaran konvensional, di mana guru lebih banyak ceramah sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan dan asyik dengan teman sebangkunya. Hal ini diperkuat dengan hasil kuesioner pretest persepsi siswa bahwa persepsi siswa dengan nilai maksimal cukup terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas. Hasil ini terlihat dari rata-rata skor persepsi pada menyerap dan mengamati yang


(25)

5 didapat oleh siswa adalah 35%. Skor memperlihatkan bahwa siswa mempunyai persepsi cukup tentang materi, media dan sarana pembelajaran terhadap model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), persepsi cukup tentang langkah-langkah pembelajaran terhadap Problem Based Learning (PBL), dan persepsi cukup tentang interaksi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Permasalahan berikutnya adalah sikap siswa dengan nilai maksimal cukup terhadap mata pelajaran PKn. Hal ini terlihat dari rata-rata skor sikap pada kognitif, afektif dan konaktif yang di dapat oleh siswa adalah 25%. Skor ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap rendah sebelum mengikuti pelajaran PKn dan sesudah mengikuti pelajaran PKn.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993). Model pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata. Salah satu pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat dibantu dengan menggunakan model pembalajaran Problem Based Learning (PBL).


(26)

6 Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1.2.1 Apakah ada hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mendeskripsikan hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dan melakukan proses pembelajaran di dalam kelas.


(27)

7 1.4.2 Bagi Siswa

Dapat memperoleh pengalaman dalam mempelajari Kompetensi Dasar (KD) mengenal sikap pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

1.4.2 Bagi Guru

Dapat menambah wawasan dan inspirasi guru tentang model pembelajaran PKn yang sesuai dengan karakteristik siswa untuk dijadikan alternatif pembelajaran yang bisa dikembangkan.

1.4.3 Bagi Sekolah

Dapat menambah bahan bacaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam mengajarkan mata pelajaran PKn dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Persepsi adalah suatu proses pemahaman atas informasi yang diperoleh dari luar maupun dalam individu untuk mengutarakan pendapat tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya.

1.5.2 Sikap adalah suatu bentuk reaksi perasaan dan pemahaman, yang diungkapkan melalui tindakan.

1.5.3 Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah.


(28)

8 1.5.4 PKn adalah suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral, dalam hal ini tujuan pendidikan yaitu agar anak mampu menyelesaikan masalah-masalah untuk dapat mewujudkan nilai-nilai gotong royong.


(29)

9 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori Yang Mendukung 2.1.1.1Persepsi

2.1.1.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi dapat diartikan juga sebagai proses pemahaman ataupun pemberian maksud atas suatu informasi terhadap stimulus, stimulus di dapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang diproses oleh otak. Persepsi menunjukkan bagaimana melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami manusia (Morgan dalam Sumanto, 2014: 51).

Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu (Sunaryo, 2013: 96). Sedangkan menurut Aditimo (2008: 77) persepsi adalah tindakan menyusun informasi dari organ-organ sensorik menjadi keseluruhan yang bisa dipahami.

Dari beberapa pengertian persepsi di atas yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pemahaman atas informasi yang diperoleh dari luar maupun dalam individu untuk


(30)

10 mengutarakan pendapat tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya.

2.1.1.1.2 Indikator Persepsi

Menurut Hamka (2002: 101-106), persepsi memiliki indikator-indikator, yaitu sebagai berikut:

1.) Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, di klasifikasikan dan diorganisir dengan pengalaman-pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya. Karena itu penyerapan itu bersifat individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap sama.

2.) Mengamati, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda bagi setiap individu.

Alasan peneliti menggunakan pendapat Hamka (2012) yaitu lebih lengkap dan memadahi. Selanjutnya indikator-indikator persepsi tersebut sangat berguna untuk pengembangan intrumen persepsi dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn.


(31)

11 2.1.1.1.3 Prinsip Dasar Persepsi

Menurut Prawiradilaga & Siregar (2008) ada beberapa prinsip dasar persepsi yaitu:

1.) Persepsi bersifat relatif, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda tergantung dari pandangan yang melakukan persepsi.

2.) Persepsi bersifat sangat selektif, persepsi tergantung pada pilihan, minat, manfaat dan kesesuaian bagi sesorang yang melakukan persepsi.

3.) Persepsi dapat diatur, persepsi perlu diatur serta ditata agar orang lain mudah mencerna informasi yang dimaksud.

4.) Persepsi bersifat subjektif, persepsi seseorang oleh keinginan dan harapan dari yang melakukan persepsi.

5.) Persepsi seseorang atau kelompok bervariasi, walau mereka berada dalam keadaan yang sama. Perbedaan karakteristik individu akan mempengaruhi setiap individu dalam mencerna informasi sehingga memiliki persepsi yang berbeda-beda.

2.1.1.1.4 Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (2010; 102) proses terjadinya persepsi akan dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.


(32)

12 Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terahkir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), diharapkan siswa memiliki persepsi yang positif terhadap masalah-masalah serta cara penyelesaiannya berkenaan dengan perwujudan nilai-nilai gotong royong. 2.1.1.1.5 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor menurut Walgito (2010: 101) yaitu: 1.) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung


(33)

13 mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2.) Alat indera, syaraf, dan pusat sususan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan responden diperlukan syaraf motoris.

3.) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekelompok objek.

2.1.1.2 Sikap

2.1.1.2.1 Pengertian Sikap

Menurut Allport (dalam Maeinarno dan Sarwono, 2009) sikap merupakan kesiapan mental yang mana berlangsung pada diri seseorang bersama dengan pengalaman individual masing-masing mengarah dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu apabila ia menghadapi rangsangan tertentu.


(34)

14 Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2000). Sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu atau orang. Sikap didasarkan pada informasi afektif, behavioral, dan kognitif (Taylor dkk, 2009)

Berdasarkan definisi sikap di atas penelitian ini mengacu pada definisi sikap menurut Walgito (2000) sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan sesorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya. Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk reaksi perasaan dan pemahaman, yang diungkapkan melalui tindakan.

2.1.1.2.2 Indikator Sikap

Kothandapani (dalam Azwar, 2015: 24) sikap mengandung tiga indikator yaitu:

1.) Kognitif

Indikator kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu (Mann dalam Azwar, 1995). Indikator kognitif berisi kepercayaan seseorang terhadap apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap (Azwar, 1995).


(35)

15 2.) Afektif

Indikator afektif (Azwar, 1995) merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai indikator sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

3.) Konatif

Indikator konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang sedang dihadapinya (Azwar, 1995).

Alasan peneliti menggunakan pendapat Azwar yang membentuk struktur sikap dengan tiga indikator yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Terkait dari indikator tersebut terdapat sikap yang positif (favorable) dan sikap yang negatif (unfavorable).

2.1.1.2.3 Ciri-ciri Sikap

Sikap mempunyai ciri-ciri yaitu, sebagai berikut:

1.) Sikap tidak dibawa seseorang sejak lahir, melainkan dibentuk sepanjang perkembangannya. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu berbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan.


(36)

16 2.) Sikap dapat berubah-ubah, dapat berlangsung lama atau sebentar. Kalau sesuatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah dan kalau pun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Sebaliknya, bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama dan sikap tersebut akan mudah berubah.

3.) Sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu berkaitan dengan suatu objek. Dengan kata lain, sikap dapat berbentuk dan dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.

4.) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju sekumpulan objek-objek. Misalnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu merupakan contoh dari sikap yang tertuju pada satu objek. Sikap yang tertuju pada sekumpulan objek dapat dilihat pada sikap terhadap sebuah organisasi. Seseorang yang memiliki sikap negatif terhadap sebuah organisasi akan tertuju pula pada objek-objek yang berkaitan dengan organisasi tersebut.

5.) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi. Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (menyenangkan), tetapi juga dapat bersifat negatif (tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Di


(37)

17 samping itu, sikap juga mengandung motivasi, yang berarti bahwa sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya (Walgito, 1978: 113-115; Soetarano, 1989: 42; Gerungan, 1988: 151-152).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap memiliki ciri-ciri yaitu terdapat perasaan yang positif, negatif yang dapat berubah-ubah dan sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu berkaitan dengan suatu objek yang terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan.

2.1.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi khususnya psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkaan sikap sebagai hal yang sentral. Pendapat tersebut kiranya beralasan jika dilihat pentingnya sikap dalam tingkah laku dan perbuatan manusia sehari-hari. Sikap seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut dalam menanggapi sesuatu. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan perubahan sikap.

Menurut (Azwar, 2005: 30) faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap adalah:

1.) Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal tersebut melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih membekas.


(38)

18 2.) Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh yang benar terhadap pembentukan sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

3.) Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan bersikap sama seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap memang pantas untuk dijadikan panutan.

4.) Pengaruh Faktor Emosi

Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Suatu sikap yang didasari emosional adalah prasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap sekelompok orang. 5.) Media Masa

Pengaruh media masa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media masa tidak kecil artinya.

6.) Lembaga Pendidikan dan Agama

Kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat


(39)

19 menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap seseorang akan mempengaruhi tingkat laku dalam menanggapi sesuatu yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar ataupun dari dalam orang tersebut.

2.1.1.3 Problem Based Learning (PBL)

2.1.1.3.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993).

Menurut (Boud, dkk.,1997; Fogarty, 1997) PBL adalah suatu model pembelajaran yang membuat konfrontasi kepada pembelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. (Borrow: 1997) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) sebagai “pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut


(40)

20 dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran” (1980: 1). PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran (Barr, dkk., 1995).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah.

2.1.1.3.2 Ciri-ciri PBL

Mardi (dalam Rusmono, 2012, 61) mengungkapkan ciri-ciri PBL ada tujuh, yaitu sebagai berikut: (1) pembelajaran dipicu oleh permasalahan, (2) masalah didasarkan pada situasi yang nyata, maksudnya masalah yang diambil dalam pembelajaran berdasarkan situasi pada dunia nyata, bukan rekayasa, (3) informasi yang diperlukan menyelesaikan masalah tidak diberikan terlebih dahulu, guna untuk memecahkan masalah dalam PBL, guru tidak memberikan cara penyelesaikan masalah terlebih dahulu kepada siswa. Siswa dituntun mencari sendiri cara penyelesaiannya. (4) dilaksanakan dalam kelompok kecil, kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang siswa dalam satu kelompok, (5) berfokus pada kemampuan berpikir, diantaranya adalah menyelesaikan masalah, analisis, penetapan keputusan, dan berpikir kritis, (6) memerlukan integrasi pengetahuan, siswa berbagi pengetahuan dengan temannya satu kelompok saat pembelajaran, dan menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah, (7) terjadi self directed learning dan interpendent learning, merupakan peran aktif siswa dalam menyelesaikan masalah. Siswa menentukan jawaban


(41)

21 sementara, menentukan sumber informasi untuk menyelesaikan masalah dan cara mencarinya dan setelah itu melakukan pembagian tugas pada masing-masing anggota. Sedangkan interpendent learning merupakan siswa yang saling berbagi pengetahuan dengan temannya dalam kelompok. Pengetahuan baru yang siswa dapat akan dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah.

Ciri-ciri PBL menurut Baron (dalam Rusmono, 2012, 74) disampaikan sebagai berikut, yaitu: (1) menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, (2) pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator. Kemudian masalah yang digunakan menurutnya harus relevan dengan tujuan pembelajaran dan menarik berdasarkan informasi yang luas, terbentuk secara konsisten dengan masalah lain, dan termasuk dalam dimensi kemanusiaaan.

2.1.1.3.3 Tahap-tahap model PBL

Ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBL yang dipaparkan oleh Nur (dalam Rusmono, 2012, 81) sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahap-tahap model PBL

Tahap pembelajaran Perilaku Guru Tahap 1

Mengorganisasikan siswa kepada masalah

Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.

Tahap 2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa menentukan dan

mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.


(42)

22

(Nur dalam Rusmono, 2012: 81)

2.1.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL)

Kelebihan model PBL menurut Sanjaya (dalam Rusmono, 2012: 208-219) ada delapan, yaitu: (1) pemecah masalah teknik yang bagus untuk lebih memahami isi atau materi pelajaran, (2) pemecah masalah dapat menantang siswa untuk giat belajar terhadap pengetahuan baru yang didapat, (3) pemecah masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran, (4) pemecah masalah dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk mengembangkan pengetahuan baru dan bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang mereka lakukan serta mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses pembelajaran, (5) pemecahan masalah lebih menyenangkan dan disukai siswa, (6) pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menyesuaikan terhadap pengetahuan baru, (7) pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata, (8) Tahap 3

Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, yang melaksanakan siswa, mencari penjelasan dan solusi. Tahap 4

Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil karya serta pameran

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model serta membantu mereka berbagi karya mereka. Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.


(43)

23 pemecahan masalah dapat mengembangkam minat siswa untuk terus belajar meski telah menyelesaikan pendidikan formal.

Sedangkan kelemahan model PBL menurut Sanjaya (dalam Rusmono, 2012: 219) ada tiga, yaitu (1) sulitnya mencari masalah yang relevan, (2) persiapan untuk mencapai keberhasilan membutuhkan waktu lama, (3) jika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, maka mereka akan malas mencoba. 2.1.1.3.5 Teknik Penilaian Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Hosnan (2014) menyatakan bahwa penilain PBL sesuai dengan tujuan dari PBL yaitu ditujukan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah atau kemampuan berpikir kritis. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilain kinerja yang dilakukan dalam bentuk checklist dan rating scale. Penilaian juga ditujukan pada pengembangan keterampilan sosial atau keterampilan kolaboratif melalui aktivitas diskusi. Keterampilan tersebut dapat dinilai melalui observasi.

Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah sebagai titik utama dalam suatu pembelajaran. Masalah yang diangkat dalam pembelajaran adalah masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa agar siswa dapat berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah. PBL berpusat pada siswa sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan pendukung.Tahap-tahap yang ada di dalam model pembelajaran PBL yaitu pengajuan masalah, merangcang strategi dalam


(44)

24 pemecahan masalah, melakukan siswa untuk menerapkan strategi, menyajikan hasil karya, dan mengevaluasi.

2.1.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

2.1.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Menurut Azis Wahab, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan target tersebut (Cholisin, 2000:18). Sedangkan menurut Zamroni (dalam Tim ICCE, 2005:7)

pengertian pendidikan kewarganegaraaan adalah: “Pendidikan demokrasi

yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat”.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Somantri, 2001: 154). Berbeda dengan pendapat di atas pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya (Samsuri, 2011: 28).


(45)

25 Pendidikan Kewarganegaraan dapat diharapkan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat NKRI adalah negara kesatuan modern. Negara kebangsaan adalah negara yang pembentuknya didasarkan pada pembentukan semangat kebangsaan dan nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakt untuk membangun masa depan bersama dibawah satu negara yang sama. Walaupun warga masyarakat itu berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral, dalam hal ini tujuan pendidikan yaitu agar anak mampu menyelesaikan masalah-masalah untuk dapat mewujudkan nilai-nilai gotong royong.

2.1.1.4.2 Tujuan PKn

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar pendidikan memiliki kemampuan menurut (Sahid, 2011: 7) adalah sebagai berikut:

1.) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2.) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.


(46)

26 3.) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

2.1.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn

Muchtar (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran PKn antara lain sebagai berikut: 1) Guru, Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai

kemampuan-kemampuan tertentu. Guru merupakan pribadi yang berkaitan erat dengan tindakannya di dalam kelas, cara berkomunikasi, berinteraksi dengan warga sekolah dan masyarakat umumnya.

2) Siswa, dalam mata pelajaran PKn siswa adalah faktor penting demi tercapainya suatu pembelajaran. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelajaran PKn kepada siswa sebab siswa kurang menyenangi pembelajaran PKn.

3) Sarana dan prasarana, Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika sarana dan prasarananya menunjang. Sarana yang cukup lengkap seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn yang relevan.

4) Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif, Pembelajaran aktif ditandai oleh dua faktor yaitu:

a) adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses pembelajaran terutama antara guru dan siswa.

b) berfungsi secara optimal seluruh siswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan nalar.


(47)

27 2.1.1.4.5 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong

1.) Gotong Royong

Purna Made (1996: 53) mendefinisikan gotong royong sebagai bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dengan asas timbal balik yang mewujudkan ketentuan sosial dalam masyarakat. Menurut Made Nasroen, gotong royong merupakan dasar Filsafat Indonesia. Gotong royong sebagai filsafat berarti dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Gotong royong adalah nilai budaya yang diwariskan para leluhur pada generasi penerus bangsa. Sebuah bangsa harus memiliki jati diri, agar tetap kokoh sebagai bangsa yang memiliki ciri khas tersendiri. Dapat disimpulkan bahwa gotong royong adalah kegiatan bekerjasama antara individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bersama-sama.

2.) Pentingnya Hidup Rukun

Hidup rukun adalah keadaan masyarakat yang hidup bersama secara selaras, serasi, seimbang sehingga terjalin sikap hidup tolong menolong antar sesama manusia. Hidup rukun bertujuan untuk menciptakan ketentraman dan kedamaian dalam bermasyarakat.

3.) Pentingnya Saling Berbagi

Manusia tidak bisa hidup sendirian kita hidup bersama orang lain karena itu kita harus saling berbagi juga saling bekerja sama. Perbedaan jenis kelamin suku dan agama tidak menjadi penghalang untuk berbagi


(48)

28 pekerjaan atau tugas dengan berbagi bersama keluarga teman dan tetangga hidup akan terasa lebih ringan.

4.) Pentingnya Saling Tolong Menolong

Menolong artinya membantu orang yang mengalami kesulitan. Tolong menolong artinya saling membantu, orang yang suka menolong biasanya punya banyak teman. Tolong menolong dapat dilakukan di rumah juga di sekolah serta di masyarakat. Tolong menolong sangat penting untuk mewujudkan hidup rukun.

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian dari beberapa orang sebelumnya yang relevan dengan masalah yang diteliti: 1. Miftakhuddin (2012) berjudul Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kualitas

Dan Pelayanan Perpustakaan Terhadap Pemanfaatan Perpustakaan Oleh Siswa Kelas XI dan XII Bidang Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hubungan antara persepsi siswa tentang kualitas perpustakaan dan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa (2) hubungan antara persepsi siswa tentang pelayanan perpustakaan dan pemanfaatan oleh siswa (3) hubungan persepsi siswa tentang kualitas perpustakaan dan pelayanan perpustakaan dengan pemanfaataan perpustakaan oleh siswa. Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kualitas perpustakaan dengan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa, ditunjukkan dengan persamaan regresi Y = 36.137 + 0,757 X1,dengan


(49)

29 koefisien determinasi sebesar 0,189 yang menunjukkan persentase sebesar 18,9%.; 2) terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang pelayanan perpustakaan dengan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa, ditunjukkan dengan persamaan regresi Y = 30,296+ 0,948 X2, dengan koefisien determinasi sebesar 0,207 yang menunjukkan persentase sebesar 20,7%; 3)terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kualitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan dan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa dengan persamaan regresi Y= 18,168 + 0,476 X1+ 0,658X2.

2. Prastika (2015) berjudul Hubungan Persepsi Guru Tentang Perencanaan Pembelajaran Tematik Dengan Kinerja Guru Dalam Perencanaan Pembelajaran Tematik di SD Se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran tematik di SD se-Kecamatan Mingir, Kabupaten Sleman. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa adanya hubungan persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik (X) dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran (Y) di SD se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,001, artinya p < 0,05. Nilai koefisien Correlation antara persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik (X) dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran tematik (Y) sebesar 0,411 yang termasuk ke dalam kategori sedang.


(50)

30 3. Rianda (2016) berjudul Hubungan Motivasi dan Sikap Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Belah Ketupat dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Toegether (NTH) pada Siswa Kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui (1) hubungan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa, (2) hubungan antara sikap belajar terhadap hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ada Correlation tetapi tidak signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien Correlation sebesar 0,314 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 9,85%, (2) ada Correlation tetapi tidak signifikan antara sikap belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien Correlation sebesar 0,296 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 8,76%.

Ketiga hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian relevan tersebut memiliki variabel persepsi guru, sikap belajar dan persepsi tentang kualitas perpustakaan. Perbedaan penelitian relevan pada variabel persepsi guru yang dilakukan oleh Prastika adalah pembelajaran tematik, perbedaan penelitian relevan pada variabel sikap belajar yang dilakukan oleh Rianda adalah mata pelajaran yang digunakan oleh peneliti, dan perbedaan penelitian relevan pada variabel persepsi tentang kualitas perpustakaan adalah persepsi tentang pelayanan perpustakaan. Peneliti mengembangkan sebuah penelitian baru yang berjudul Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan.


(51)

31 Gambar 2.1 Literatur Map

2.2 Kerangka Berpikir

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat sesuai ketentuan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan PKn untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki sikap, wawasan dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk

Persepsi Prastika (2015) berjudul Hubungan Persepsi Guru Tentang Perencanaan Pembelajaran Tematik Dengan Kinerja Guru Dalam

Perencanaan Pembelajaran Tematik di SD Se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Miftakhuddin (2012)

berjudul Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kualitas Dan

Pelayanan Perpustakaan Terhadap Pemanfaatan Perpustakaan Oleh Siswa Kelas XI dan XII Bidang Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2

Yogyakarta.

Sikap

Rianda (2016) Hubungan Motivasi dan Sikap Belajar

Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan

Belah Ketupat dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Toegtehr (NTH) pada Siswa Kelas VII B

SMP Pangudi Luhur Moyudan.

Penelitian yang dilakukan: Hubungan Persepsi dan Sikap

Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri


(52)

32 berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik, apabila guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan model ceramah, dan terpaku pada satu sumber saja tetapi menerapkan pembelajaran yang menghadapkan pada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.

Dari pengalaman siswa, ketika guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, persepsi siswa yang terlihat tidak baik. Hal tersebut dikarenakan siswa beranggapan jika mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang membosankan. Siswa memiliki persepsi jika mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang yang menyulitkan karena banyak materi yang harus dihafalkan.

Persepsi yang terbentuk di dalam diri siswa akan berpengaruh pada sikap siswa. Ketika siswa memiliki persepsi yang buruk pada mata pelajaran PKn, maka siswa tersebut akan memiliki sikap yang buruk pula. Sikap tersebut dapat terlihat ketika siswa siswa berbincang-bincang dengan teman sebangkunya, siswa malas mengikuti pembelajaran di kelas, dan siswa tidak memperhatikan saat proses pembelajaran. Sikap siswa tersebut terbentuk karena persepsi siswa yang dipengaruhi oleh model pembelajaran konvensional yang tidak disukai oleh siswa, monoton dan membosankan.

Model pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang sangat cocok untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata terutama dalam mata pelajaran PKn. Hal ini sesuai dengan standar kompetensi yang dipilih oleh peneliti yaitu standar kompetensi : Membiasakan hidup bergotong-royong. Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal


(53)

33 pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong. 1.2 Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah. Apabila model pembelajaran PBL ini diterapkan di SDN Demangan maka akan mempengaruhi sikap siswa khususnya dalam mata pelajaran PKn.

Dalam prosesnya, peserta didik diberikan permasalahan terlebih dahulu, sehingga mereka dapat menemukan hipotesis yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecapakan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta pencarian dan pengolahan informasi. 2.3 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Terdapat hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn.


(54)

34 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode Survei. Menurut Sugiyono (2014: 80-81) menjelaskan bahwa metode survei adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel yang diambil dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan (wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil penelitian cenderung untuk digeneralisasikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian

Pada bulan Agustus tahun 2016 sampai Desember 2016. 3.2.2 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Waktu pelaksanaan

Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb 1 Observasi Awal, Bab 1


(55)

35 2 Bab 2 dan Bab 3

3 Ambil Data dan Analisis Data

4 Bab IV 5 Bab V 6 Revisi

7 Daftar Ujian dan Pengujian Skripsi

3.2.3 Tempat Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas IIA SD Negeri Demangan yang terletak di Jln. Munggur No.38, Demangan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta 55221.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Bungin (2013:101), populasi adalah keseluruhan dari jumlah objek penelitian yang akan diteliti berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala nilai, peristiwa dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah 28 siswa kelas II SD Negeri Demangan Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada kelas II karena Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian merupakan Kompetensi Dasar kelas II.

3.3.2 Sampel

Sugiyono (2010: 118) berpendapat bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel untuk


(56)

36 penelitian ini adalah siswa kelas IIA SD Negeri Demangan. Jumlah kelas II adalah 28 siswa terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. 3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 63) Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh suatu informasi tentang hal tersebut, kemudian akan ditarik kesimpulan. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada tiga yaitu:

1.) Variabel Indenpendent (Bebas)

Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi siswa.

2.) Variabel Dependent (Terikat)

Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

3.) Variabel Moderator (Variabel Yang Mempengaruhi Perlakuan)

Menurut Sugiyono (2012: 62) adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Variabel moderator dalam peneliltian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).


(57)

37 Variabel Indenpendent Variabel Dependent

Variabel Moderator Gambar 3.1 Variabel Penelitian 3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Kuesioner

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2010:199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Cara ini diberikan kepada siswa sebagai alat pengumpulan data yang pokok. 3.5.2 Observasi

Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2015: 203-204) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono,

Persepsi Siswa Sikap Siswa

Terhadap Mata Pelajaran PKn Problem Based


(58)

38 2008: 340). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian di kelas, dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hasil observasi dan pengamatan akan lebih dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi.

3.6 Intrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:148) instrumen penelitian merupakan alat ukur dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn. Menurut Sugiyono (2010:199) Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Penelitian ini berdasarkan materi mata pelajaran PKn yaitu hidup gotong royong dengan KD 1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan untuk mengukur persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

Menurut Sukardi (2003:76) kuesioner atau yang disebut angket terdapat bermacam-macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan. Kuesioner persepsi siswa terdapat 3 indikator (no 1 sampai 3) yaitu; persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajaran PKn, persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn, persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn, dan kuesioner tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn terdapat 3


(59)

39 indikator (no 4 sampai 5) yaitu; sikap sebelum mengikuti pelajaran, sikap saat mengikuti Pelajaran, sikap setelah mengikuti pelajaran. Indikator tentang persepsi siswa diperoleh dari Walgito (1990: 54-55), sedangkan indikator tentang sikap siswa pada mata pelajaran PKn terdapat 3 indikator diambil dari Azwar (2007). Berikut adalah tabel Persepsi siswa:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner No Kisi-kisi Indikator Pembagian

Indikator

Pernyataan

Favorable Unfarvorable 1 Persepsi Persepsi tentang

materi, media, dan sarana pelajaran dalam

pembelajaran PKn

Menyerap 1,2,3 8,9,10 Mengamati 4,5,6,7 11,12,13,14 2 Persepsi tentang

langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn

Menyerap 15, 16 20, 21 Mengamati 17, 18, 19 22, 23, 24 3 Persepsi tentang

interaksi dalam pembelajaran PKn

Menyerap 25, 26 30, 31, 32 Mengamati 27, 28, 29 33, 34, 38 4 Sikap

siswa terhadap mata pelajaran PKn Sikap sebelum mengikuti pelajaran

Kognitif 1, 2 7, 8 Afektif 3, 4 9, 10 Konatif 5, 6 11, 12

5 Sikap saat

mengikuti Pelajaran

Kognitif 13, 14 19, 20 Afektif 15, 16 21, 22 Konatif 17, 18 23, 24

6 Sikap setelah

mengikuti pelajaran

Kognitif 25, 26 31, 32 Afektif 27, 28 33, 34, 35 Konatif 29, 30 36, 37, 38

Dari keseluruhan jumlah indikator tersebut (Persepsi siswa) dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn) kemudian dirinci ke dalam beberapa pernyataan


(60)

40 yang disusun oleh peneliti bersama dengan peneliti yang lain dalam melakukan penelitian payung yang dibimbing oleh dosen pembimbing. Deskriptor diambil dari buku-buku PKn kelas II dengan materi Membiasakan Hidup Bergotong-Royong. Indikator dalam kuesioner ini dijabarkan kedalam 66 deskriptor. Deskriptor ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable.

Kuesioner ini disusun menggunakan skala Likert. Menurut (Sugiyono, 2014: 134-135) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan Persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Dalam menciptakan alat ukur menggunakan pertanyaan-pertanyaan, dengan menggunakan lima alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-peryataan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang dikemukakan oleh Likert adalah, Sangat Setuju, Setuju, Tidak Mempunyai Pendapat, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju (Walgito, 2003).

Pernyataan farvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: - Sangat Setuju (SS) : Skor 5

- Setuju (S) : Skor 4 - Tidak Mempunyai Pendapat : Skor 3 - Tidak Setuju (TS) : Skor 2 - Sanggat Tidak Setuju(STS) : Skor 1


(61)

41 Pernyataan unfarvorable, dengan pilihan jawaban dan skor:

- Sangat Setuju (SS) : Skor 1 - Setuju (S) : Skor 2 - Tidak Mempunyai Pendapat : Skor 3 - Tidak Setuju (TS) : Skor 4 - Sangat Tidak Setuju(STS) : Skor 5

Kemudian skala Likert ini dimodifikasi. Peneliti membuat empat skor dalam tiap-tiap alternatif jawaban. Hal ini dilakukan karena untuk menghindari jawaban dari responden memilih jawaban yang tidak mempunyai pendapat. Jadi kuesioner yang digunakan adalah kuesioner berstruktur atau tertutup. Kuesioner berstruktur adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut (Farchan, 2007). Cara mengisi kuesioner ini yaitu responden hanya perlu memberikan tanda

centang (√) pada kolom sesuai dengan pilihannya.

Pernyataan farvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: - Sangat Setuju (SS) : Skor 5

- Setuju (S) : Skor 4 - Tidak Setuju (TS) : Skor 2 - Sangat Tidak Setuju(STS) : Skor 1

Pernyataan unfarvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: - Sangat Setuju (SS) : Skor 1

- Setuju (S) : Skor 2 - Tidak Setuju (TS) : Skor 4 - Sangat Tidak Setuju(STS) : Skor 5


(62)

42 Tabel 3.3 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Persepsi Siswa

1. Persepsi tentang materi, media, dan sarana prasarana dalam pembelajaran PKn No Indikator Pernyataan

Farvorable

Pernyataan Unfarvorable 1 Menyerap Saya menerima

penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya mengabaikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Menyerap Setelah mengamati media yang digunakan saya bertanya jika ada informasi yang belum jelas

Saya tidak mengamati media yang digunakan dalam mata pelajaran PKn

3 Materi dalam mata

pelajaran PKn mudah dipahami

Materi dalam mata pelajaran PKn sukar dipahami

4

Mengamati

Media pembelajaran dapat membuat tugas saya cepat selesai

Media pembelajaran membuat tugas saya selesai dalam waktu yang lama

5 Saya menggunakan

media pembelajaran yang telah disediakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan Penggunaan media pembelajaran menghambat saya untuk mencari informasi yang dibutuhkan

2. Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn No Indikator Pernyataan

Farvorable Pernyataan Unfarvorable 1 Menyerap Saya mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya lupa dengan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Saya mampu membuat

kesimpulan dari pembelajaran PKn

Saya kesulitan membuat kesimpulan dari pembelajaran PKn

3 Saya menyampaikan

hasil pembelajaran yang didapatkan di depan

Saya menolak untuk menyampaikan hasil pembelajaran yang


(63)

43 kelas didapatkan di depan

kelas 4 Mengamati Saya mencoba menemukan manfaat pembelajaran PKn

Saya merasa kesulitan menemukan manfaat pembelajaran PKn

5 Saya memiliki rasa

tanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok

Saya menolak untuk melakukan tugas kelompok

6 Saya bisa menemukan

inti pembelajaran sendiri

Saya merasa sukar menemukan inti pembelajaran

3. Persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn No Indikator Pernyataan

Farvorable Pernyataan Unfarvorable 1 Menyerap Saya dapat mengembangkan pengetahuan yang didapatkan kepada teman Saya mengalami hambatan dalam mengembangkan pengetahuan yang didapat

2 Saya menyadari

pentingnya bekerja sama dalam mencari pengetahuan

Saya memilih bekerja sendiri daripada bekerja sama dengan teman saat berdiskusi

3 Saya dapat membantu

teman dengan cara mengajarkan tentang penggunaan media pembelajaran

Saya mengajarkan kepada teman tanpa menggunakan media pembelajaran

4 Saya dapat bekerjasama

dengan kelompok untuk memecahkan permasalahan dalam belajar Saya malas bekerjasama dengan kelompok untuk memecahkan permasalahan dalam belajar

5 Saya senang dapat

berinteraksi dengan teman sekelompok

Saya sungkan berinteraksi dengan teman sekelompok 6 Mengamati Saya dapat membantu

teman yang kesulitan dalam belajar

Saya menjauhi teman yang kesulitan dalam belajar

7 Saya dapat bekerja

kelompok bersama

Saya mengalami


(64)

44

teman kelompok bersama

teman 8 Saya ikut terlibat dalam

diskusi saat pembelajaran

Saya hanya mengikuti pendapat teman dalam diskusi saat

pembelajaran

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Sikap Pada Mata Pelajaran PKn 4.) Sikap sebelum mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan

Farvorable Pernyataan Unfarvorable 1 Kognitif Saya memperhatikan terhadap mata pelajaran PKn

Saya malas

memperhatikan mata pelajaran PKn

2 Saya segera

memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn

Saya kurang

memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn

3

Afektif

Saya tertarik mengikuti pelajaran PKn

Saya malas mengikuti pelajaran PKn

4 Saya rajin masuk

sekolah saat akan belajar PKn

Saya bolos sekolah saat akan belajar PKn

5 Saya senang saat akan

belajar PKn

Saya tidak senang saat akan belajar PKn 6 Konatif Saya perlu persiapan

dalam mengikuti pelajaran PKn

Saya tidak perlu persiapan dalam pelajaran PKn

7 Saya aktif menyiapkan

buku

Saya tidak menyiapkan buku PKn

5. Sikap saat mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan

Farvorable

Pernyataan Unfarvorable 1 Kognitif

Saya mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

Saya tidak

mendapatkan manfaat pembelajaran yang

akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.


(65)

45 2

Mata Pelajaran PKn membuat ilmu pengetahuan saya berkembang.

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi kehidupan saya.

3

Mata Pelajaran PKn membuat ilmu pengetahuan saya berkembang.

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi kehidupan saya. 4 Afektif Saya bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PKn.

Saya kesulitan dalam mengikuti

pembelajaran PKn.

5 Bagi saya pembelajaran

PKn itu menyenangkan.

Bagi saya pembelajaran PKn itu sulit.

6

Konatif Saya mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn.

Saya mendengarkan dengan tidak sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn.

6. Sikap setelah mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan

Farvorable Pernyataan Unfarvorable 1 Kognitif Setelah mendapatkan pengetahuan, saya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mendapatkan pengetahuan, saya tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2 Afektif

Saya memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan.

Saya kesulitan memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan. 3

Saya mengetahui sikap apa yang ingin saya kembangkan setelah mengikuti

pembelajaran.

Saya tidak mengetahui sikap yang ingin dikembangkan setelah mengikuti pembelajaran. 4 Konatif Saya dapat menggunakan pengetahuan yang didapatkan dalam kegiatan sehari-hari. Saya dapat menggunakan pengetahuan yang didapatkan terbatas di lingkungan rumah. 5

Saya berperilaku baik setelah mempelajari pembelajaran Pkn.

Saya mengalami hambatan


(66)

46 perilaku setelah

mempelajari Pkn.

Berdasarkan kisi-kisi penyusunan kuesioner persepsi dan sikap di atas, maka disusun sebaran item kuesioner sebagai berikut:

Tabel 3.5 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Persepsi Siswa

Indikator Indiaktor Ahli Pernyataan farvorable Pernyataan unfarvorable Jumlah pernyataan farvorable Jumlah pernyataan unfarvorable Total Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajara n PKn

Menyerap 1, 2, 3 8, 9, 10,

7 7 14

Mengamati 4, 5, 6, 7 11, 12, 13, 14 Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajara n PKn

Menyerap 15, 16 20, 21

5 5 10

Mengamati 17, 18, 19 22, 23,24

Persepsi tentang interaksi dalam pembelajara n PKn

Menyerap 25, 26 30, 31, 32

5 5 10


(67)

47 Tabel 3.6 sebaran Item Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran

PKn

Indikator Indikator Ahli Pernyataan farvorable Pernyataan unfarvorable Jumlah pernyataan farvorable Jumlah pernyataan unfarvorable Total Sikap siswa sebelum pembelajaran

kognitif 1, 2 7, 8

6 6 12

afektif 3 ,4 9, 10 konatif 5, 6 11, 12 Sikap siswa

saat

pembelajaran

kognitif 13, 14 19, 20,

6 6 12

afektif 15, 16 21,22 konatif 17, 18 23, 24 Sikap siswa

setelah pembelajaran

kognitif 25, 26 31, 32

6 8 14

afektif 27, 28 33, 34, 35 konatif 29, 30 36, 37, 38 3.7 Teknik Pengujian Intrumen

Teknik yang digunakan untuk menguji instrumen ini adalah validitas dan reliabilitas. Berikut ini penjelasan mengenai validitas dan reliabilitas pada penelitian ini.

3.7.1 Validitas

Instrumen yang valid adalah instrumen yang bisa diukur sesuai dengan tujuan yang akan diukur (Widoyoko, 2012: 128). Sugiyono menambahkan bahwa validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek tertentu yang diteliti dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2012: 361). Validitas penelitian dibagi menjadi dua, yaitu: (1) validitas internal merupakan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil penelitian. (2) Validitas eksternal merupakan derajat akurasi penelitian dengan generalisasi atau penerapan terhadap populasi di mana sampel itu diambil. Validitas internal harus memenuhi validitas konstrak dan validitas isi. Rencana validitas dalam penelitian ini


(68)

48 adalah uji validitas konstrak. Validitas konstrak dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistic 16.0 for windows dengan rumusan Pearson Correlation. Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrument atau item-item pernyataan Correlation signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Sedangkan reabilitas dikatakan kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik.

1. Validitas Instrumen

a. Validitas Isi (Content Validity)

Menurut Widoyoko (2009: 129), validitas isi adalah instrument yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar dalam aspek kecakapan akademik. Untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur.

Validitas dalam penelitian ini dilakukan melalui expert judgment adalah pengujian instrument kepada ahli di bidang yang diteliti. Expert judgment dilakukan oleh tiga ahli yaitu dua dosen ahli pengembangan dua alat ukur non tes dan satu guru kelas. Berikut adalah tabel hasil pengujian validitas isi:

Tabel 3.7 Expert Judgement

No Komponen Penelitian Expert Judgement Rerata Skor Dosen

I

Dosen II

Guru SD

Total

1 Kejelasan rumusan 3 4 3 10


(1)

155 10.) Penilaian

3) Jenis/teknik penilaian

Aspek Penilaian Jenis Penilaian Instrumen Penilaian Pengetahuan Tes uraian Soal tes isian

Keterampilan Performa Individu

Sikap Observasi Lembar Observasi

- Rubrik Penilaian (Terlampir) - Pedoman penskoran (Terlampir)

Penilaian pengetahuan :

Indikator : 4.1.1 sikap-sikap yang berkaitan dengan gotong royong tentang saling tolong-menolong di rumah dan di sekolah

Soal Kriteria Skor

Apakah kamu seang berbagi dengan adikmu?

Siswa menjawab namun jawaban sudah benar.

1 Siswa menjawab namun jawaban salah.

0

Keterangan :

Penilaaian : Jumlah skor nilai

(Jumlah jawaban benar x 2 : 3)= ... Penilaian keterampilan

No Nama

Aspek keterampilan yang di nilai Keaktifan Kreativitas Keberanian

1 2 3


(2)

156 Berikan tanda √ sesuai dengan kriteria penilaian sikap dan

keterampilan

Penilaian: Observasi (Pengamatan)

Indikator : Mengidentifikasi penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam cerita

No Nama

Perilaku yang diamati Percaya

diri

Displin Aktif 1

2 3

Berikan tanda √ sesuai dengan kriteria penilaian sikap dan keterampilan

Nama : Nama


(3)

157 1. Apa yang dilakukan pada gambar tersebut?

2. Apakah gambar tersebut mencerminkan sikap saling tolong-menolong? 3. Mengapa kalian harus saling tolong-menolong dengan keluarga dan teman?

1. Apa yang terjadi pada gambar tersebut?

2. Apakah gambar tersebut mencerminkan sikap saling tolong-menolong?

3. Apa yang sebaiknya kalian lakukan ketika meihat teman yang jatuh seperti pada gambar di atas?


(4)

158 Refleksi

1. Pembelajaran apa yang kamu dapatkan ?

2. Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari pembelajaran hari ini?

3. Kamu dapat belajar apa tentang pembelajaran hari ini?


(5)

159 Lampiran 13 Foto-foto kegiatan


(6)

160 BIODATA PENELITI

Maria Dessy Natalia lahir di Lumbirejo pada tanggal 24 Desember 1995. Putri pertama dari Bapak Vinsensius Harinto dan Ibu Clara Hartati. Penelititelah menempuh jenjang pendidikan formal pada tahun 1999 – 2001 di TK Slamet Riyadi Jakarta dan TK Dharma Wanita Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar pada tahun 2001 – 2007 di SD Negeri 1 Lumbirejo, Kab. Pesawaran, Lampung. Setelah menyelesaikan pendidikan di SD, peneliti melanjutkan ke jenjang SMP tahun 2007 – 2010 di SMP Negeri 1 Negeri Katon, Kab. Pesawaran, Lampung. Peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Xaverius Pringsewu, Kab. Pringsewu, Lampung pada tahun 2010 – 2013. Peneliti mendaftar diri sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan nomor induk siswa 131134063.