Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan pola pikir manusia. Menurut Syah dalam Chandra, 2009: 33 dikatakan bahwa pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang mempunyai arti memelihara dan memberi latihan. Kedua hal tersebut memerlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan tentang kecerdasan pikiran. Peneliti mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pangajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan dalam lingkungan keluarga nonformal memiliki peranan yang sangat penting. Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan yang pertama berasal dari lingkungan keluarga. Selain dari keluarga pendidikan dapat diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau lembaga formal lainnya yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Dalam lingkungan formal ini setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai pedoman dan etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi pergaulan di masyarakat. Lingkungan ketiga yang menjadi penentu sukses tidaknya adalah lingkungan masyarakat informal, lingkungan ini menuntut pengaplikasian pendidikan yang telah didapat oleh seorang individu baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan formal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Sekolah adalah salah satu lembaga yang berperan penting dalam proses pendidikan tersebut. Hal ini tidak terlepas dengan adanya kerjasama antara guru dengan siswa. Guru berperan penting dalam mewujudkan pembelajaran dan memiliki kebebasan untuk mengelola kelas sehingga anak memiliki motivasi untuk belajar dan anak merasa senang. Dalam hal ini, model pembelajaran merupakan salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif agar tidak terkesan monoton dan membosankan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning PBL. Pendidikan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan dalam Depdiknas 2006: 49, Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamankan oleh Pancasila dan UUD 1945. Namun pencapaian tujuan PKn sangat bergantung pada sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Sikap yang baik terhadap mata pelajaran akan membantu perwujudan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari mata pelajaran tersebut. Demikian sebaliknya, sikap yang buruk akan membawa kepada hasil yang buruk pula. Sikap adalah gambaran suatu kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau objek Tursean; 1990. 3 Peneliti melakukan observasi berkaitan dengan persepsi siswa terhadap model pembelajaran dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Observasi lapangan dilakukan peneliti agar mendapatkan informasi mengenai proses pembelajaran yang terjadi di kelas IIA SD Negeri Demangan dengan jumlah siswa 28 orang. Fakta yang diperoleh peneliti adalah saat guru memasuki kelas, guru memberikan salam kepada siswa, tidak lupa setelah itu guru menanyakan kabar, kondisi siswa, dan menanyakan siswa yang tidak hadir serta meminta siswa menyiapkan buku serta alat tulis. Guru juga memotivasi siswa sebelum pembelajaran dan dilanjutkan penyampaian materi dengan model ceramah disertai tanya jawab. Kegiatan dilanjutkan dengan guru berkeliling memantau siswa saat mengerjakan latihan soal. Setelah itu kegiatan konfirmasi dilakukan, guru menyimpulkan pembelajaran dengan melempar pertanyaan kepada siswa dan sebelum meninggalkan kelas, guru tidak lupa untuk memberikan salam kepada siswa. Peneliti selama melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL, juga mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti melihat selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan materi dari guru, ada siswa yang asyik menggoda teman sebangkunya, ada siswa yang mengobrol saat guru menjelaskan materi sehingga membuat kegaduhan di kelas, ada siswa yang kurang bersemangat mengerjakan latihan soal di mana siswa yang hanya menunggu jawaban dari temannya, ada siswa yang enggan untuk bertanya kepada guru maupun teman ketika belum memahami materi pelajaran, ada siswa yang tidak berani maju ke depan untuk menuliskan jawaban di papan tulis, ada siswa yang melamun saat guru menjelaskan, serta 4 terlihat siswa jarang melakukan diskusi dengan temannya saat proses pembelajaran berlangsung. Sikap siswa tersebut tentunya dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap model pembelajaran yang digunakan guru kelas. Persepsi siswa ketika diajar oleh guru menggunakan model pembelajaran konvensional ceramah terlihat pada ekspresi siswa yang tidak bersemangat, sulit berkonsentrasi dan siswa merasa bosan ketika proses pembelajaran PKn berlangsung. Persepsi negatif yang terbentuk dalam diri siswa akan mempengaruhi sikap. Dimana sikap siswa menjadi kurang baik dalam mencapai tujuan yang ada dalam pembelajaran PKn. Sikap merupakan salah satu aspek pikir yang akan membentuk pola berpikir tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mempengaruhi sikap kegiatan yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap akan menentukan perilaku seseorang mengenai hubungannya dalam memberikan penilaian terhadap objek-objek tertentu serta memberikan arah pada tindakan selanjutnya. Menurut Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan dalam WawanDewi M, 2012 sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu: komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilakukan, permasalahan pada persepsi yang dialami adalah ketika guru menggunakan model pembelajaran konvensional, di mana guru lebih banyak ceramah sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan dan asyik dengan teman sebangkunya. Hal ini diperkuat dengan hasil kuesioner pretest persepsi siswa bahwa persepsi siswa dengan nilai maksimal cukup terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas. Hasil ini terlihat dari rata-rata skor persepsi pada menyerap dan mengamati yang 5 didapat oleh siswa adalah 35. Skor memperlihatkan bahwa siswa mempunyai persepsi cukup tentang materi, media dan sarana pembelajaran terhadap model pembelajaran Problem Based Learning PBL, persepsi cukup tentang langkah- langkah pembelajaran terhadap Problem Based Learning PBL, dan persepsi cukup tentang interaksi model pembelajaran Problem Based Learning PBL. Permasalahan berikutnya adalah sikap siswa dengan nilai maksimal cukup terhadap mata pelajaran PKn. Hal ini terlihat dari rata-rata skor sikap pada kognitif, afektif dan konaktif yang di dapat oleh siswa adalah 25. Skor ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap rendah sebelum mengikuti pelajaran PKn dan sesudah mengikuti pelajaran PKn. Model pembelajaran Problem Based Learning PBL merupakan salah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993. Model pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata. Salah satu pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn yang dapat dibantu dengan menggunakan model pembalajaran Problem Based Learning PBL. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1.2.1 Apakah ada hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn?

1.3 Tujuan Penelitian