Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra

(1)

PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL

MENJADI DJO

KARYA DYAH RINNI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH:

BONITA MELVIANA SIBUEA

110701021

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

(3)

PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJO

KARYA DYAH RINNI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra” adalah benar dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2015

Bonita Melviana Sibuea NIM 110701021


(4)

Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra

Oleh:

Bonita Melviana Sibuea

Abstrak

Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Menjadi Djo dapat dikaji dari sudut persahabatan antaretnis yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dan faktor pembentuk persahabatan yang dialami tokoh dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutika, dan metode deskriptif untuk meneliti novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh tidak menjadi penghalang dalam menjalin hubungan persahabatan yang sejati. Persahabatan yang sejati itu ditandai bentuk persahabatan yang berupa: bersenang-senang bersama, takut kehilangan, saling berbagi, menepati janji, saling menjaga/ melindungi, perbedaan tidak menjadi penghalang, rasa percaya, kekecewaan, kerinduan, persahabatan merupakan sebuah prioritas, setiap teman selalu ada untuk teman yang lain dalam keadaan baik maupun buruk, dan hubungan yang ada sederajat.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang tiada henti-hentinya dicurahkan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul ”Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra” sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini ditemukan pula berbagai hambatan. Berkat bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis ucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. M. Husnan Lubis, M.A. sebagai Pembatu Dekan I, Drs. Syamsul Tarigan sebagai Pembantu Dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian, M.A. sebagai Pembantu Dekan III di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU dan sebagai dosen pembimbing I saya. Kepada Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU dan sebagai dosen pembimbing II saya. Terima kasih karena telah memberikan banyak ilmu dan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan telah meluangkan banyak waktu


(6)

untuk memberikan didikan, perhatian, arahan, dan kesabaran yang luar biasa dalam membimbing penulis dan mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi umur yang panjang dan sehat selalu. Terima kasih dosen pembimbingku. 3. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra, maupun bidang-bidang umum lainnya dan juga kepada Bapak Slamet yang telah membantu penulis dalam hal administrasi. Terima kasih penulis sampaikan atas segala bimbingan dan pengajaran yang diberikan selama penulis menjalankan perkuliahan.

4. Terima kasih teramat besar penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Sibuea dan Ibunda T. Sinaga, yang telah memberikan segala dukungan baik moral, spiritual, maupun material dengan penuh kasih sayang. Buat Adik-adik saya Diana Debora Sibuea, Martin Leonardo Sibuea, Helena Lestari Sibuea, Michael Fifson Sibuea, terima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang tidak ada habisnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada abang Rimo Hardy Simanjuntak dan abang Riant Febriand Simamora yang selalu memberi semangat dan nasihat kepada penulis.

5. Sahabat-sahabat saya selama perkuliahan, Elina Sihombing, Devi Siahaan, Melisa Nainggolan, Roiyani Marbun, Natalia Simangunsong, Hearti Simanjorang, dan Jumpa Riama Tampubolon, terimakasih atas


(7)

canda tawanya dan semoga persahabatan ini akan tetap abadi. Kepada sahabat sejatiku, Sary Sibuea, Yossy Sibuea, Yan Sibuea terimakasih telah menjadi sahabatku yang selalu setia. Terimakasih juga kepada serta teman-teman Sasindo lainnya angkatan 2011 Sastra Indonesia atas dukungannya selama perkuliahan.

Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan isi skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi pengetahuan tentang Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

Bonita Melviana Sibuea NIM 110701021


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

ABSTRAK...ii

PRAKATA...iii

DAFTAR ISI...vi

BAB I PENDAHULUAN...……...………..1

1.1 Latar Belakang dan Masalah...…...……...………...…...1

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Batasan Masalah...5

1.4 Tujuan Penelitian………...……….…....5

1.5 Manfaat Penelitian…………...………...5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…..7

2.1 Konsep...……….7

A. Novel...….…...…...……….7

B. Persahabatan...7

C. Etnis...9

D. Persahabatan Antaretnis...10

2.2 Landasan Teori…….……...……….………...10

A. Sosiologi Sastra...10

B. Bentuk-Bentuk Persahabatan...11

C. Faktor Penyebab Persahabatan…...13

2.3 Tinjauan Pustaka………...………...15

BAB III METODE PENELITIAN……..…...………...18

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data….…...18

3.2 Sumber Data………...…..………19


(9)

BAB IV BENTUK DAN FAKTOR PEMBENTUK PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJOKARYA DYAH

RINNI...21

4.1 Bentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Oleh Tokoh...21

4.1.1 Bersenang-Senang Bersama...23

4.1.2 Takut Kehilangan...26

4.1.3 Saling Berbagi...27

4.1.4 Menepati Janji...28

4.1.5 Saling Menjaga/Melindungi...29

4.1.6 Perbedaan Tidak Menjadi Penghalang...32

4.1.7 Rasa Percaya...33

4.1.8 Kekecewaan...34

4.1.9 Kerinduan...35

4.1.10 Persahabatan Merupakan Sebuah Prioritas...37

4.1.11 Setiap Teman Selalu Ada Untuk Teman yang Lain, dalam Baik Maupun Buruk...38

4.1.12 Hubungan yang Ada Sederajat...40

4.2 Faktor Pembentuk Persahabatan yang Dialami Oleh Tokoh...40

4.2.1 Faktor Lingkungan...41

4.2.2 Faktor Individual...44

4.2.3 Faktor Situasional...45

4.2.4 Faktor Dyadic...46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...48

5.1 Simpulan...48

5.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA...50

LAMPIRAN...viii

1. Sinopsis...viii


(10)

Persahabatan Antaretnis dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni: Pendekatan Sosiologi Sastra

Oleh:

Bonita Melviana Sibuea

Abstrak

Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Menjadi Djo dapat dikaji dari sudut persahabatan antaretnis yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dan faktor pembentuk persahabatan yang dialami tokoh dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutika, dan metode deskriptif untuk meneliti novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh tidak menjadi penghalang dalam menjalin hubungan persahabatan yang sejati. Persahabatan yang sejati itu ditandai bentuk persahabatan yang berupa: bersenang-senang bersama, takut kehilangan, saling berbagi, menepati janji, saling menjaga/ melindungi, perbedaan tidak menjadi penghalang, rasa percaya, kekecewaan, kerinduan, persahabatan merupakan sebuah prioritas, setiap teman selalu ada untuk teman yang lain dalam keadaan baik maupun buruk, dan hubungan yang ada sederajat.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan suatu bentuk hasil pemikiran pengarang yang berupa pengalaman, ide, dan hasil pengamatannya yang dituangkan dalam suatu karya dengan menggunakan bahasa-bahasa yang indah dan dapat diterima oleh masyarakat. Menurut Sapardi Djoko Damono (dalam Siswanto, 2008:92), karya sastra adalah karya yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagai karya sastra, berwujud karya sastra, dan diterima oleh masyarakat sebagai karya sastra.

Karya sastra dibagi menjadi dua bagian yaitu karya sastra fiksi dan nonfiksi. Karya sastra fiksi yang sering disebut dengan cerita rekaan/cerita khayalan merupakan karya yang menceritakan sesuatu hal yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Sedangkan karya nonfiksi adalah karya yang dapat dibuktikan kebenarannya dalam dunia nyata atau bersifat faktual. Salah satu karya sastra fiksi yaitu berupa novel.

Novel telah menyebar luas ke segala kalangan dan cakupannya tidak terbatas oleh waktu, umur, maupun tempat. Masyarakat bisa melihat dunia lebih luas lagi atau menambah wawasan dan ikut merasakan problema sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat hanya dengan membaca hasil karya pengarang yang berupa novel tersebut. Novel menjadi sarana hiburan tersendiri bagi pembaca dan juga menjadi tempat pengarang menuangkan isi pikiran atau kreativitasnya. Seperti pendapat Rahmanto (1998:27), dilihat dari jumlah


(12)

halamannya yang lebih banyak, novel memungkinkan untuk mengemukakan sesuatu secara bebas, lebih banyak, lebih rinci, lebih mendalam, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.

Dalam novel pengarang berupaya untuk mengekspresikan hasil pemikirannya untuk menyampaikan pesan ataupun kesan tersendiri kepada para pembaca. Dengan adanya licentia poetica, pengarang memiliki kebebasan untuk dapat menyimpang dari aturan atau kenyataan yang ada untuk menghasilkan suatu karya yang jauh lebih menarik dan menjadi sorotan bagi masyarakat. Menurut (Siswanto, 2008:21), licentia poetica adalah kebebasan pengarang untuk menyimpang dari kenyataan, dan dari bentuk/aturan untuk mencapai suatu efek.

Pada kesempatan ini, penulis akan menganalisis sebuah novel yang tentu sangat menarik untuk dibahas yaitu Menjadi Djo karya Dyah Rinni. Novel ini menceritakan tentang persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama sebagai etnis Tionghoa dengan sahabat-sahabatnya yang beretnis Jawa, Batak, dan Betawi. Pada saat ini, persahabatan yang terdapat di dalam novel menjadi cerminan terhadap masyarakat tentang gambaran persahabatan antara etnis yang berbeda tetapi masih tetap bisa hidup rukun dan damai dengan segala suka dan duka yang mereka alami di dalam persahabatannya. Setiap orang pasti ingin memiliki sahabat sejati, tetapi tidak semua orang bisa mendapatkannya. Banyak orang yang telah menikmati indahnya persahabatan yang telah dijalin sekian lama namun harus putus dan hancur akibat penghianat dari sahabatnya sendiri.

Persahabatan diibaratkan seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu. Untuk menjadi kupu-kupu yang indah, haruslah terlebih dahulu


(13)

bermetamorfosis dengan sempurna supaya sesuai dengan apa yang diharapkan. Sama seperti persahabatan, untuk mencapai tahap persahabatan membutuhkan proses yang panjang dari teman biasa kemudian berubah menjadi sahabat dengan memelihara kesetiaan tanpa adanya niat jahat untuk memanfaatkannya atas kepentingan pribadi. Dalam persahabatan A Guan yang merupakan etnis Tionghoa tidaklah demikian. Segala perbedaan antara dirinya dengan sahabat-sahabatnya yang beretnis Jawa, Batak, ataupun Betawi yang berupa perbedaan kebudayaan, ciri fisik, kepercayaan, dan sebagainya tidak menjadi penghalang untuknya menjalin persahabatan yang sejati. Justru dengan adanya perbedaan tersebut menjadikan persahabatan itu menarik dengan segala keunikan masing-masing etnis dalam menjalin hubungan yang lebih dekat.

Hubungan yang baik haruslah dijalin dengan siapa aja, di mana saja, dan kapan saja. Tidak perlu untuk membatasi diri dengan cara membuat sekat yang tidak bisa untuk dimasuki oleh orang lain. persahabatan yang berbeda etnis mengajarkan untuk lebih banyak meluangkan waktu untuk berbagi cerita atau pengalaman terhadap sahabat, bersifat toleransi dalam beragama, menerima kebudayaan antaretnis yang berbeda, dan menghargai nilai-nilai kebudayaan etnis lainnya. Persahabatan itu terbentuk karena adanya faktor yang menunjukkan suatu proses yang membentuk ikatan dari pertemanan biasa kemudian berubah menjadi persahabatan sebagaimana yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor pembentuk persahabatan seperti: adanya faktor kesamaan minat atau bakat, faktor lingkungan tempat tinggal, sekolah, tempat kerja, atau tempat bermain yang sama, dan faktor lainnya.


(14)

Persahabatan tidaklah selalu berjalan mulus dan tanpa rintangan. Kadang kala persahabatan itu diterpa masalah untuk menggoyahkan keteguhan dalam persahabatan tersebut. Itulah sebabnya persahabatan itu harus saling menguatkan dan harus bisa melewati setiap rintangan/cobaan untuk mendapatkan persahabatan yang sejati. Pada saat proses menjalani hubungan persahabatan tersebut akan terlihat gambaran atau bentuk dari persahabatan itu. Bersifat sukarela, timbal balik, dan memprioritaskan persahabatan merupakan sebahagian dari bentuk persahabatan supaya bisa tetap bertahan dan abadi.

Novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni belum pernah dikaji oleh orang lain. Kelihaian pengarang dalam menggambarkan keadaan dan jalannya cerita dan juga penceritaan tentang persahabatan antaretnis yang berbeda tersebutlah yang menarik perhatian penulis untuk menganalisis novel tersebut. Untuk lebih mudah memahami pesan dan makna dari novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni, penulis akan menganalisis bentuk persahabatan antaretnis dalam novel dan faktor pembentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama dan sahabat-sahabatnya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah bentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dalam novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni?

2. Apa sajakah faktor pembentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dalam novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni?


(15)

1.3 Batasan Masalah

Pembahasan terhadap bentuk dan faktor pembentuk persahabatan antarernis yang dialami oleh A Guan sebagai tokoh utama yang merupakan etnis Tionghoa hanya dibatasi pada etnis Jawa, etnis Batak, dan etnis Betawi.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka penelitian ini difokuskan untuk mencapai tujuan yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan bentuk persahabatan antaretnis dalam novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pembentuk persahabatan antaretnis dalam novelMenjadi Djokarya Dyah Rinni.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan, masukan, serta gambaran yang lebih luas mengenai bentuk persahabatan antaretnis dan faktor pembentuk persahabatan yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya, terutama dalam menganalisis bentuk persahabatan antaretnis dan faktor pembentuk persahabatan yang ada dalam karya sastra.


(16)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang persahabatan antaretnis yang terdapat dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni.

b. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca untuk memahami dan menikmati novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni.


(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Alwi, 2000:588). Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

A. Novel

Novel ialah suatu karangan prosa yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan seseorang (tokoh cerita). Dikatakan kejadian yang luar biasa karena dari kejadian itu lahir konflik, suatu pertikaian, dan akhir dari cerita. Novel hanya menceritakan salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan perubahan nasib dari tokoh dalam cerita. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai unsur cerita yang membangun novel itu (Nurgiyantoro, 1998:11).

Menurut H.B. Jassin (dalam Suroto, 1989:29), novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang meng-alihkan jurusan nasib mereka.

B. Persahabatan

Dalam kehidupan sehari-hari, persahabatan di dalam masyarakat menjadi suatu hubungan yang sering ditemui. Persahabatan merupakan hubungan antara


(18)

dua orang atau lebih yang saling mendukung dan melengkapi karena adanya persamaan nasib baik suka dan duka.

”Persahabatan merupakan konsep sosial yang murni. Persahabatan menuntut pemeliharaan dalam semua interaksinya. Interaksi yang mengabaikan pemeliharaan biasanya akan mengganggu kelangsungan persahabatan. Umumnya persahabatan timbul karena kecenderungan adanya persamaan. Dua orang yang semula berhubungan sebagai teman biasa berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan di antara keduanya. Persamaan tersebut dapat berupa persamaan kesenangan atau hobby, berpikir, keinginan atau cita-cita, nasib, dan sebagainya.” (Ahmadi, 2009:215).

Seorang ahli Psikologi Sosial Suzanne Kurth (dalam Ahmadi 2009:215), mengatakan bahwa persahabatan dengan pertemanan merupakan dua hal yang berbeda. Persahabatan adalah hubungan antar pribadi yang akrab/intim yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Sedangkan pertemanan adalah hubungan tahap awal yang akan berkembang menjadi hubungan persahabatan karena adanya rasa nyaman dan aman yang dialami oleh dua orang atau lebih.

Menurut Yager (2006:17), pada hakekatnya persahabatan memiliki empat elemen dasar yaitu:

1. persahabatan adalah hubungan antara paling sedikit dua orang yang tidak terikat hubungan darah.

2. persahabatan bersifat sukarela.

3. persahabatan tidak memiliki dasar kontrak hukum/legal. 4. persahabatan bersifat timbal balik.

Persahabatan/pertemanan adalah pengelompokan sosial yang melibatkan orang-orang yang berhubungan relatif akrab satu sama lain atas dasar seringnya


(19)

bertemu dan adanya kesamaan perhatian dan kepentingan, bukan atas dasar hubungan darah atau ketetanggaan dan bukan pula atas dasar cinta asmara.

http://novanifqiawansyah.blogspot.co.id/2010/05/materi-sosiologi-kelas-x-sma-bab-1.html: Diakses Tanggal 22 September 2015.

Menurut Baron (dalam Susanti, 2008:14), Persahabatan adalah hubungan yang membuat dua orang yang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi, tidak mengikutsertakan orang lain dalam hubungan tersebut, dan saling memberikan dukungan emosional.

Menurut Wikipedia Indonesia, Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang

melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Persahabatan: Diakses Tanggal 22 September 2015.

C. Etnis

Menurut Koentjaraningrat (dalam Narwoko 2007:197), etnis atau suku bangsa didasarkan pada persamaan kebudayaan. konsep yang tercakup dalam istilah suku bangsa atau etnis adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, dan kesadaran dan identitas tadi sering kali-tetapi tidak selalu-juga dikuatkan oleh kesatuan atau persamaan bahasa. Di Indonesia terdapat bermacam-macam etnis. Misalnya, etnis Jawa, Batak, Betawi, Tionghoa, Ambon, dan sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Etnis (etnik) bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang


(20)

mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa (Alwi, 2000:309).

D. Persahabatan Antaretnis

Persahabatan antaretnis adalah persahabatan yang dijalin antara etnis yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut semakin mempererat jalinan persahabatan karena itu tidak menjadi penghalang untuk menjalin persahabatan dengan siapa pun, kapan pun, dan dimana pun.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendapat ahli atau teori yang dianggap lebih cocok dan sesuai dengan data yang akan dicari. Sosiologi Sastra sebagai teori utama dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori lainnya seperti bentuk persahabatan dan faktor pembentuk persahabatan.

A. Sosiologi Sastra

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang bertujuan untuk menganalisis persahabatan antaretnis dalam novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni. Sosiologi dan sastra adalah dua bidang ilmu pengetahuan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua bidang ilmu ini memiliki hubungan yang sangat erat dan jika kedua disatukan maka akan menghasilkan suatu kajian baru yang disebut dengan sosiologi sastra.

Sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan


(21)

sastra yang terdiri dari dua suku kata yaitu sas(Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan instruksi; akhiran Tra berarti alat atau sarana. Jadi makna dari kata sastra tersebut adalah kumpulan hasil karya yang baik (Ratna 2003:1). Menurut Damono (1984:2), sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis.

Menurut Wellek (dalam Damono, 1984:3), telaah sosiologi mempunyai tiga klasifikasi, sebagai berikut:

a. Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi, politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang sebagai penghasil sastra;

b. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan tentang karya sastra itu sendiri. Yang menjadi menjadi pokok telaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya;

c. Sosiologi pembaca yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.

B. Bentuk Persahabatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, bentuk adalah gambaran, rupa, wujud (Alwi, 2000:135). Bentuk persahabatan merupakan gambaran hubungan persahabatan yang dapat dilihat dari suka duka yang dialami dan cara mempertahankan hubungan persahabatan tersebut supaya tetap harmonis dan menjadi contoh yang baik untuk orang lain.


(22)

1. Saling menyukai atau menyayangi. 2. Bersenang-senang bersama.

3. Saling berbagi rahasia, aktivitas, obrolan, dan/atau dukungan moril atau emosional.

4. Rasa saling percaya, kejujuran, dan loyalitas tampak ada. 5. Hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali kecemburuan. 6. Kompetisi hanya ada dalam kadar rendah dan sehat.

7. Kontak antara anda berdua sesering yang anda butuhkan dan inginkan. 8. Saling menjaga rahasia masing-masing.

9. Gosip hampir tidak ada atau sangat jarang.

10. Anda berdua tidak pernah saling membuat posisi masing-masing berada dalam posisi sulit/terjepit.

11. Saling menepati janji.

12. Barang-barang yang dipinjam selalu dikembalikan. 13. Selalu menjaga omongan.

14. Kejujuran selalu dijunjung tetapi tidak digunakan untuk alasan-alasan yang menyakitkan.

15. Persahabatan yang ada bersifat fleksibel, selalu berubah sesuai dengan situasi atau kebutuhan atau berputar karena alasan pendidikan, karir, atau pribadi.

16. Betapa sibuknya masing-masing pihak, persahabatan tetap merupakan sebuah prioritas.


(23)

17. Setiap teman selalu ada untuk teman yang lain, dalam keadaan baik maupun buruk.

18. Anda berdua memiliki banyak sekali kemiripan tetapi tetap ada cakupan perbedaan untuk membuat persahabatan tersebut tetap menarik.

19. Hubungan yang ada sederajat.

C. Faktor Pembentuk Persahabatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Faktor adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu (Alwi, 2000:312).

Menurut Fehr (dalam Susanti, 2008:23-26), faktor pembentuk persahabatan sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan menandakan adanya kedekatan fisik antara orang-orang yang bersahabat. Artinya, orang-orang yang berada pada lingkungan yang sama lebih berpeluang untuk membentuk persahabatan. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal, tempat-tempat dimana menghabiskan waktu sehari-hari seperti sekolah, tempat kerja, ataupun tempat bermain. Sahabat juga dapat dijumpai melalui organisasi sosialisasi dan melalui perantaraan teman lain atau saudara.

2. Faktor Individual

Karakteristik yang dimiliki seseorang akan mendorong keinginan individu untuk menjalin persahabatan dengannya atau tidak. Faktor individual meliputi:


(24)

a. Ketertarikan Fisik

Penampilan fisik juga mempengaruhi terhadap pembentukan persahabatan. Seseorang cenderung melihat bahwa orang-orang yang menarik secara fisik memiliki kemiripan dengan dirinya dalam sikap dan kepribadian dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menarik. Berinteraksi dengan orang yang menarik secara fisik (cantik atau ganteng) akan lebih menyenangkan.

b. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk merespon dan bersifat secara tepat pada yang orang katakan atau alami serta mengikuti percakapan sesuai aturan.

c. Responsivitas

Seseorang cenderung lebih tertarik pada orang-orang yang bersifat responsif terhadapnya.

d. Perasaan Malu atau Segan

Seseorang pasti lebih tertarik untuk bersahabat dengan orang yang tidak pemalu. Orang yang pemalu cenderung lebih sedikit berbicara pada awal pertemuan, kurang sigap menjawab komentar dalam berinteraksi dengan orang lain, kurang senyum, kurang mau menatap lawan bicara, ataupun kurang responsif.


(25)

e. Kemiripan

Seseorang akan membentuk persahabatan dengan orang-orang yang dianggap mirip dengannya berupa usia, kesehatan fisik, pendidikan, latar belakang keluarga, status sosial, sikap, dan sebagainya.

3. Faktor Situasional

Faktor situasional meliputi hal-hal seperti seberapa sering kita bertemu dengan seseorang. Apakah terdapat ketergantungan kepada seseorang tentang suatu hal, serta apakah tersedia tempat untuk membentuk hubungan persahabatan pada masing-masing pihak yang terlibat dalam interaksi.

4. Faktor Dyadic

Seseorang yang bertanya tentang informasi pribadi menandakan bahwa dia memiliki keinginan untuk membentuk persahabatan. Pertemuan awal umumnya dimulai dengan membuka diri terhadap informasi-informasi yang bersifat dangkal, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang lebih mendalam dengan topik yang lebih bervariasi. Pada tahap awal dari hubungan, keterbukaan yang timbal-balik merupakan hal yang penting dalam membentuk persahabatan.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni belum pernah dilakukan. Hal ini disebabkan karena novel ini merupakan novel yang masih baru diterbitkan yaitu pada tahun 2014. Tetapi penelitian yang mengkaji tentang persahabatan antaretnis atau yang menggunakan pendekatan sosiologi sastra


(26)

sebagai kajiannya telah banyak diteliti dan mendapat sambutan baik dari para pembacanya.

Pertama, skripsi Susanti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2008 yang membahas tentang ”Gambaran Persahabatan dan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswi UIN Jakarta yang Mengenakan Cadar”. Susanti membahas tentang gambaran persahabatan antara mahasiswi bercadar dengan yang tidak bercadar terjalin karena didasarkan pada rasa saling membutuhkan antara dua belah pihak yang kemudian saling mengisi. Oleh sebab itu peneliti menyimpulkan persahabatan yang terjalin lebih mengarah kepada persahabatan timbal-balik (reciprocal friendship). Sebagai makhluk sosial, mahasiswi bercadar juga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dari ketiga subyek, penyesuaian diri yang dilakukan mereka termasuk penyesuaian diri yang baik dengan sahabatnya, ini terlihat dari tidak adanya perilaku menyimpang yang dilakukan para subyek.

Kedua, tesis Purwanto dari Universitas Diponegoro 2006 yang membahas tentang ”Persahabatan Empat Tokoh Perempuan dalam Novel The Sisterhood of The Traveling Pants Karya Ann Brashares (Sebuah Telaah dengan Pendekatan Feminisme).” Persahabatan yang terjadi pada empat tokoh utama novel The Sisterhood of The Traveling Pants. Empat tokoh utama itu adalah Lena, Carmen, Bridget dan Tibby. Bagi mereka, persahabatan adalah sesuatu yang istimewa. Persahabatan merupakan kata kunci untuk menumbuhkan persaudaraan yang erat pada mereka. Jarak antara mereka tidak menjadi masalah untuk saling membantu. Keempat sahabat itu saling menolong dan membantu setiap saat. Saling


(27)

mengirimkan surat dan menelpon adalah beberapa cara yang menunjukkan bahwa tidak ada jarak antara empat sahabat itu. Jarak dekat atau jauh tidak memisahkan mereka dalam persahabatan. Keempatnya mempunyai suatu komitmen bahwa jarak yang terbentang tidak akan menghancurkan persahabatan dan persaudaraan yang erat. Mereka memiliki rasa sayang dan cinta sebagai sahabat.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam menganalisis novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutik, dan metode deskriptif. Menurut Alsa (2004:40), dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan adalah berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka seperti dalam penelitian kuantitatif. Menurut Tantawi (2014:111), metode Hermeneutika yaitu dengan membaca novel objek kajian dengan cara memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya yang menyangkut tema, alur, gaya bahasa, dan tokoh. Menurut Nasir (dalam Tantawi 2014:111), metode deskriptif adalah mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu membaca dan mencatat. Data yang dicatat dalam penelitian ini adalah data verbal yang berupa deskripsi tentang cara pengarang dalam menampilkan bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama dan faktor penyebab persahabatan antaretnis dalam novel. Pembacaan dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh kemudian dilakukan pencatatan terhadap data. Data yang telah dicatat kemudian diklasifikasikan dan didokumentasikan untuk digunakan sebagai sumber informasi dalam penyelesaian penelitian ini.


(29)

Menurut Tantawi (2008:111), dalam pengumpulan data, sumber data dibagi menjadi dua bagian yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data utama , dalam kajian ini adalah novel Menjadi Djo sedangkan data sekunder adalah data tambahan, seperti buku-buku, majalah, makalah seminar, kamus, skripsi, tesis, desertasi, dan dari media internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.2 Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data ini yaitu :

Judul : Menjadi Djo

Pengarang : Dyah Rinni

Penerbit : PT Gramedia Utama

Tahun : Mei 2014

Tebal : X+290 halaman

Cetakan : Pertama

Desain sampul : Staven Andersen

Gambar sampul : Dua orang anak yang berkulit putih dan hitam.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif, yaitu dengan menggambarkan atau mendeskripsikan situasi dengan sistematis, faktual, akurat sehingga berhubungan antara satu dengan yang lain. penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan masalah secara objektif dan dijelaskan secara verbal, yaitu berupa kata-kata dalam tulisan.


(30)

Data yang dikumpulkan dalam metode deskriptif ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan sebagai tokoh utama dengan Yanto yang merupakan etnis Jawa yang terjadi pada saat Sekolah Dasar dapat dilihat dalam kutipan di dalam novel. Berikut ini adalah satu contoh teknik analisis data terhadap bentuk persahabatan mereka ketika bersenang-senang bersama yang terdapat dalam novel Menjadi Djokarya Dyah Rinni yaitu:

A Guan menoleh dan menemukan Yanto berdiri di depan kedai, memanggil dirinya. Begitu melihat sahabatnya, masalah Ho Peng langsung menguap dari pikiran A Guan. Kini, pikiran sederhananya hanya dipenuhi oleh satu hal: bermain. (MD:14).

Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan pada saat SMP dan SMA ketika bersenang-senang bersama dapat terlihat dalam kutipan berikut:

”Ntar malam kumpul di rumah gue. Kita bakal berburu pakaian pesta buat pangeran kita yang satu ini.” Malamnya, Apache melaju menuju taman hiburan Lokasari, sebuah kawan perdagangan yang ramai di Jalan Mangga Besar. (MD:149).

Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan pada saat kuliah ketika bersenang-senang bersama dapat terlihat dalam kutipan berikut:

Jerry duduk persis di samping Syaiful dengan sigap mengambil gitarnya. ”Lagu apa, Pul?” ”Lagu kebangsaan kitalah!” ”Madekdek Magambiri!” teriak Djo, Hendra, dan Bambang nyaris berbarengan. Jerry selalu menyanyikan lagu tersebut di setiap acara FCC. Saking seringnya lagu itu dimainkan, seluruh anggota FCC hafal liriknya, meski nada mereka sering kali kacau-balau tidak jelas. (MD:254).


(31)

BAB IV

BENTUK DAN FAKTOR PEMBENTUK PERSAHABATAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MENJADI DJOKARYA DYAH RINNI

4.1 Bentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Oleh Tokoh dalam Novel

Menjadi DjoKarya Dyah Rinni

Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh utama yang bernama A Guan dan kemudian berganti nama menjadi Djohan dapat dilihat dari upaya yang dilakukannya untuk tetap mempertahankan persahabatannya. A Guan merupakan etnis Tionghoa totok yang telah berasimilasi/berbaur untuk menjadi orang Indonesia seutuhnya atau diakui keberadaannya dimata orang Indonesia. Djohan memiliki sahabat-sahabat yang berbeda dengannya yaitu berupa etnis, ciri fisik, status sosial, latar belakang keluarga, dan sebagainya. Namun, perbedaan yang melekat pada diri mereka tidaklah menjadi penghalang bagi mereka menjalin dan menjalani hubungan persahabatan itu sebagaimana hubungan persahabatan yang dialami oleh yang satu etnis atau satu kebudayaan.

Pada tahun 1960-an bertempat di Medan, A Guan memiliki seorang sahabat sejati bernama Yanto yang sangat jauh berbeda dengannya. Yanto merupakan anak dari pembantu rumah tangganya yang beretnis Jawa dan karena keterbasan ekonomi membuat Yanto tidak dapat bersekolah. Perbedaan yang sangat jelas ini tidak menghalangi A Guan mau bersahabat dengan Yanto yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Ikatan persahabatan antara Djohan dan Yanto adalah persahabatan di masa kecil yang akan menjadi memori terindah dalam potongan kisah perjalanan hidupnya.


(32)

Bentuk persahabatan tokoh A Guan juga terlihat setelah Djohan masuk ke SMP Pax di Jakarta. Dia menemukan sahabat-sahabat baru yaitu Corby, Herman, Raymond, dan Kenny yang juga berbeda etnis dengannya dimana dalam persahabatan tersebut mereka saling membantu dan saling menjaga antara yang satu dengan yang lain. Mereka menjalani persahabatan itu dengan penuh kegembiraan dan memprioritaskan persahabatan mereka.

Pada saat A Guan dan keluarga mengalami musibah akibat kekacauan politik G30S PKI yang terjadi di Medan, keluarga A Guan harus terpaksa pindah ke Jakarta untuk memulai hidup dan nenetap disana. Etnis Tionghoa dianggap bersekongkol/turut membantu para PKI untuk menguasai Indonesia yang mengakibatkan etnis Tionghoa menjadi orang yang sangat dibenci oleh Indonesia. Akhirnya pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan terhadap semua orang Tionghoa untuk berasimilasi atau berbaur dengan orang Indonesia. Salah satu peraturan pemerintah itu adalah dengan mengganti nama dari nama etnis Tionghoa menjadi nama orang Indonesia dan A Guan mengganti nama menjadi Djohan.

Bentuk persahabatan antara Djohan sebagai tokoh utama dengan sahabat-sahabatnya juga terlihat pada saat Djohan memasuki dunia perkuliahan di Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan Trisakti, Jurusan Akunting. Sahabat-sahabatnya itu yaitu: Syaiful, Hendra, Bambang, dan Jerry. Bentuk persahabatan mereka dapat dilihat dari kekompakan mereka untuk memberi dukungan dan saling membantu disaat salah satu sahabatnya sedang dalam masalah. Mereka juga selalu membela sahabatnya disaat sedang dalam keadaan terpojok dan tak


(33)

berdaya. Seperti yang dialami oleh Djohan yang dilecehkan dan dihina oleh orang yang tidak bisa menerima perbedaan etnis yaitu Alvaro, sahabat-sahabat Djohan selalu ada untuk membelanya.

4.1.1 Bersenang-Senang Bersama

Salah satu bentuk dari persahabatan adalah bersenang-senang bersama untuk menghabiskan waktu dengan melakukan banyak hal yang menarik dan disukai. Segala kegembiraan yang dialami oleh Djohan bersama sahabat-sahabatnya dituangkan kedalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan membuat mereka merasa bahagia. Dengan bersenang-senang bersama, masalah-masalah yang sedang dialami akan hilang dan terlupakan. Walau berbeda etnis, Djohan tetap merasa senang bisa bersenang-senang bersama tanpa memperdulikan apa pendapat orang lain tentang dirinya. Sebagai etnis Tionghoa, Djohan tidak merasa malu untuk bermain dan bersenang-senang bersama dengan Yanto yang beretnis Jawa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Dalam sekejap keduanya sudah meluncur di jalanan, keluar dari daerah perumahan dan menuju jalan yang lebih besar. A Guan berteriak kesenangan, diikuti oleh Yanto. Meski hanya menggunakan sepeda, mereka merasa menjadi penguasa jalanan, menuju dengan kecepatan tinggi dan berjalan seenaknya. Mereka tidak merasa menjadi perhatian sejumlah orang sore itu. Sebagian orang menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat kelakuan kedua sahabat itu. Yang lain heran melihat dua anak manusia dengan warna kulit yang berseberangan bisa bermain bersama tanpa memedulikan apapun. (MD:17).

Djohan dan Yanto menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mereka sukai seperti pergi bermain ke tanah lapang untuk bermain layang-layang, bermain gundu, memanjat pohon trambesi, membaca komik,


(34)

ataupun menangkap burung. Mereka bermain bersama tanpa memperdulikan bagaimana pandangan orang lain tentang perbedaan etnis dan status sosial yang terdapat dalam diri mereka.

Memasuki masa remaja di Jakarta, Djohan begitu menikmati persahabatannya yang baru dengan sahabat-sahabatnya di SMP Pax. Djohan dengan cepat dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya setelah pindah dari Medan. Corby yang juga berasal dari Medan menjadi orang pertama yang menjadi sahabat bagi Djohan dan kemudian disusul oleh sahabat lainnya yaitu Herman, Raymond, dan Kenny. Mereka menamai persahabatan mereka dengan Apache. Tali persahabatan mereka semakin erat lagi dengan adanya hasil kreatifitas Djohan bersama sahabat-sahabatnya berupa majalah Samantha. Mereka merasa senang karena dengan adanya Samantha, mereka bisa terkenal di SMP Pax bahkan sampai ke SMA Strada Ricci. Apache sering mendapat undangan untuk meliput suatu kegiatan yang mengakibatkan mereka sibuk untuk menata penampilan supaya terlihat menarik dihadapan banyak orang. Seperti kutipan berikut:

Tak lama kemudian, Apache meneruskan langkah mereka, berjalan menyusuri kios pakaian untuk mencari baju yang mereka inginkan. Akhirnya, mereka tiba di toko pakaian Fen Xiang. Di toko yang dipenuhi nuansa kayu kecokelatan dan bau hio yang menyengat itu. Mereka mulai memilih-milih pakaian. ”Gue rasa baju ini pas buat Herman,” Djohan menarik sepotong kemeja lengan pendek berornamen kotak-kotak hitam, kemudian mengepaskannya ke punggung sahabatnya itu. (MD:151).

Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka saat berbelanja baju di taman hiburan Lokasari, sebuah perdagangan yang ramai di Jalan Mangga Besar.


(35)

Djohan dan sahabat-sahabatnya mencari-cari baju yang akan mereka kenakan ke pesta tempat mereka meliput berita. Djohan selalu mengutamakan kepentingan sahabatnya terlebih dahulu sebelum memilikirkan dirinya sendiri. Dia tampak sibuk memilihkan baju yang cocok untuk sahabatnya Herman.

Persahabatan Djohan memang patut untuk diteladani. Dia selalu mampu bersahabat dengan orang yang selalu berbeda dengan dirinya. Djohan tidak ingin membuat batasan-batasan atau sekat antara dirinya dengan orang lain dalam hal apapun itu. Jelas terlihat pada saat Djohan memasuki jenjang pendidikan tingkat perkuliahan dimana Djohan dapat menemukan sahabat-sahabat baru yaitu Syaiful yang berasal dari Medan, Bambang yang merupakan etnis Jawa, Jerry beretnis Batak, dan Hendra beretnis Betawi. Persahabatan mereka yang berbeda-beda etnis tersebut dapat dilihat pada saat mereka sedang bersenang-senang bersama seperti kutipan berikut:

Jerry duduk persis di samping Syaiful dengan sigap mengambil gitarnya. ”Lagu apa, Pul?” ”Lagu kebangsaan kitalah!” ”Madekdek Magambiri!” teriak Djo, Hendra, dan Bambang nyaris berbarengan. Jerry selalu menyanyikan lagu tersebut di setiap acara FCC. Saking seringnya lagu itu dimainkan, seluruh anggota FCC hafal liriknya, meski nada mereka sering kali kacau-balau tidak jelas. (MD:254).

Mereka sering berkumpul dan bernyanyi bersama untuk menghabiskan waktu dan juga untuk menjaga kekompakan diantara mereka. Mereka memiliki lagu kebangsaan yang sering mereka nyanyikan disaat mereka sedang berkumpul bersama. Lagu yang mereka nyanyikan merupakan lagu dengan bahasa Batak dimana lirik lagunya sudah sangat melekat dalam otak mereka. Jerry yang merupakan etnis Batak sering menyanyikan lagu tersebut setiap kali ada acara


(36)

FCC yang mengakibatkan orang yang sering mendengar lagu itu menjadi hafal lirik lagunya. Djohan, yang bukan merupakan etnis Batak bisa dengan lancar menyanyikan lagu tersebut yang menandakan bahwa perbedaan tidak menghalangi persahabatan antara mereka.

4.1.2 Takut Kehilangan

Kehilangan sahabat sejati dalam persahabatan menjadi hal yang paling ditakutkan. Tidak ada orang yang menginginkan sahabat yang disayanginya pergi dan hilang begitu saja. Saat rasa takut kehilangan itu muncul maka akan ada upaya atau tindakan untuk mempertahankan/menjaga persahabatan itu supaya tetap terjalin. Seperti yang dirasakan dalam persahabatan antara A Guan dan Yanto, mereka saling berusaha untuk tetap mempertahankan persahabatan tersebut supaya tidak pudar ataupun hilang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Yanto hanya tertawa mendengarnya. Tanpa diberi peringatan pun ia tidak akan melakukannya. Yanto takut pada nyonya besar, tetapi ia lebih takut kalau A Guan marah padanya atau berhenti bermain dengannya. (MD:10).

Dalam kutipan tersebut menjelaskan bagaimana Yanto sangat takut kehilangan Djohan yang menjadi sahabat sejatinya. Dia takut Djohan tidak mau lagi bermain dengannya hanya kerena melaporkan Djohan kepada mamanya kerena belum mengerjakan tugas sekolah. Hal ini menjelaskan bahwa Yanto tidak ingin menyakiti A Guan dan sangat menyayanginya.


(37)

4.1.3 Saling Berbagi

Dalam hubungan persahabatan dibutuhkan sikap saling berbagi antara yang satu dengan yang lainnya untuk menutupi setiap kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri sahabatnya. Sikap saling berbagi ini tidak hanya berbagi uang atau barang saja, melainkan dalam berbagai hal seperti: berbagi rahasia, berbagi cerita, pengalaman, dan sebagainya. Sikap saling berbagi dapat dilihat dalam kutipan berikut:

A Guan merogoh kantongnya dan menemukan satu bungkus kue sagon. Ia membukanya, kemudian membelahnya menjadi dua. Satu untuknya, satu lagi ia berikan kepada Yanto. (MD:15).

Dalam kutipan tersebut jelas digambarkan bagaimana A Guan yang beretnis Tionghoa memiliki sikap saling berbagi terhadap sahabatnya Yanto yang beretnis Jawa. A Guan rela membagi kue sagon yang dimilikinya kepada sahabatnya Yanto dengan iklas tanpa meminta imbalan. Apapun yang dimiliki oleh A Guan, dia selalu ingin Yanto juga memilikinya. Maka dengan bentuk saling berbagi itulah mereka bisa memiliki apa yang ada pada sahabatnya. Tidak hanya berbagi makanan saja, berbagi rahasia juga merupakan upaya untuk mempererat tali persahabatan. Keterbukaan kepada sahabat disaat ada masalah bisa menjadi obat penenang. Paling tidak, kita bisa membagi cerita dan sedikit lebih lega karena ada sahabat kita yang menjadi tempat kita mencurahkan isi hati. Mungkin saja sahabat kita itu bisa untuk membantu meringankan masalah kita atau mungkin memberi motivasi untuk membangkitkan semangat. hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut:


(38)

Corby memperhatikan ke belakang Djohan, memastikan tidak ada teman yang mengikuti mereka. Corby menarik nafas panjang sebelum akhirnya berkata, ”Djo, duit kita hilang.” (MD:149).

Corby menceritakan bahwa uang kas dari penjualan majalah Samantha telah hilang entah dimana. Corby yang berbeda etnis dengan Djohan menganggap Djohan dapat menyimpan rahasianya atau mungkin dapat memberi solusi terbaik atas masalah yang sedang menimpanya.

Rasa saling berbagi juga ditunjukkan pada saat Djohan menyukai seorang perempuan, dia juga berbagi rahasia kepada sahabatnya Syaiful seperi dalam kutipan berikut:

Mata Djohan kemudian beralih pada sahabatnya, Syaiful yang ada di sudut toko buku kecil itu. Di sana, Syaiful tengah membuka sebuah majalah lama. Sebenarnya Djohan enggan berbicara. Ia tidak ingin gadis yang disukainya itu mendengar pembicaraan mereka dan kemudian menghapus peluang. ”Gue mau konsultasi sama lo, Pul.” ”Soal apa, sih? Soal cewek, ya?” Syaiful nyengir. (MD:233-234).

Djohan berbagi rahasia dalam hal perasaannya yang merasa tertarik kepada seorang perempuan yang bernama Jelita yang menjadi pemilik toko buku. Saat Djohan menyukai seseorang, hanya Syaiful yang menjadi tempatnya berbagi rahasia karena Djohan merasa malu diejekin jika sahabat-sahabat yang lainnya tahu hal tersebut.

4.1.4 Menepati Janji

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, janji adalah ucapan yang meyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat seperti: hendak memberi,


(39)

menolong, datang, dan bertemu (Alwi, 2000:458). Sikap menepati janji dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Setelah beberapa saat, barulah ia sadar Yanto tengah menatapnya. Bocah itu kelihatan ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. ”Apa?” tanya A Guan. ”Komik,” tagih Yanto. ”Kata kau tadi, kau mau bacakan komik buat aku.” A Guan nyengir dan menggaruk-garuk kepala. ”Hehe, aku lupa bawa komiknya.” Yanto mendesis, kemudian duduk di samping A Guan. ”Padahal aku sudah penasaran seperti apa terusan ceritanya setelah ketiga sahabat itu bersumpah menjadi saudara di bawah pohon pit. Eh, A Guan, pohon pit itu seperti apa?” ”Pohon peach. Bukan pohon pit,” koreksi A Guan. (MD:19).

Djohan sangat senang membacakan komik untuk Yanto yang tidak bisa membaca. Yanto tidak bersekolah sehingga dia tidak bisa membaca dan menulis. Walaupun demikian, Yanto tetap bisa menikmati dan mengikuti jalan cerita di dalam komik dengan bantuan Djohan yang sukarela membacakannya. Pada kutipan diatas, Djohan mengingkari janjinya kepada Yanto untuk membacakannya komik. Pada saat mereka hendak pergi ke tanah lapang, Djohan lupa membawa komiknya karena terburu-buru takut ketahuan sama mamanya kalau dia akan pergi bermain. Yanto merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mendengarkan kelanjutan cerita yang ada dalam komik kesukaannya tersebut.

4.1.5 Saling Menjaga/Melindungi

Sikap saling menjaga/melindungi juga harus dimiliki dalam persahabatan. Disaat satu pihak merasa terancam karena adanya suatu masalah, maka satu pihak lainnya haruslah dengan spontan melindungi dan memberikan rasa aman terhadap sahabatnya tersebut. Tindakan saling menjaga/melindungi ini diterapkan Djohan


(40)

dan sahabat-sahabatnya dalam persahabatannya. Tidak perlu berpikir dua kali untuk hal ini. Disaat sahabatnya sedang dalam keadaan terpuruk atau terancam keberadaannya, maka sahabat akan siap sedia untuk menjaga dan melindungi walaupun harus mendapat ancaman atau masalah yang baru. Saling menjaga/melindungi ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

”Nyonya hukum saya juga,” Yanto mengejar rombongan kecil itu hingga ia berdiri di depan majikannya. ”Saya juga bersalah.” Mama menghentikan langkahnya. Beliau menarik nafas panjang. Sejenak ia mengagumi kesetiaan bocah Jawa itu. Setidaknya anak itu tau bagaimana harus bertanggung jawab. Satu hal yang masih harus dipelajari oleh A Guan. (MD:27).

Yanto mencoba melindungi Djohan dari amarah majikannya/mamanya Djohan. Yanto meminta kepada majikannya supaya dia saja yang dihukum atas kesalahan yang sebenarnya dilakukan oleh mereka berdua karena telah memakai sepeda angin petugas PLN tanpa izin. Yanto selalu saja berusaha untuk melindungi A Guan walaupun dia sebenarnya tidak mampu untuk melindungi. Seperti kutipan berikut:

Akan tetapi, kali ini Yanto tidak ingin menghindar. Ia akan melakukan apa saja untuk melindungi sahabatnya. Ia tidak mau berdiam diri melihat A Guan dalam bahaya. ”A...aku akan tendang kau sampai terbang ke bulan!” tiba-tiba saja Yanto menirukan salah satu kalimat tokoh komik yang ia dengar dari A Guan. (MD:61).

Saat Swan Tiem dan A Guan bertengkar memperebutkan layang-layang yang putus, secara tidak sadar, A Guan berlari ke arah Yanto untuk meminta pertolongan. Yanto dengan cekatan memberi perlindungan terhadap A Guan dan mencoba untuk melawan Swan Tiem. Hal ini merupakan bentuk dari persahabatan


(41)

antara mereka yang akan saling menjaga dan melindungi antara yang satu dengan yang lainnya.

Disaat Djohan kembali diterpa masalah, sahabat-sahabatnya yaitu Corby, Herman, Raymond, dan Kenny selalu menjaga dan melindungi Djohan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

Corby menatap kertas itu berkali-kali. Di sekelilingnya ada Raymond, Herman, dan Kenny. Semula Djohan hanya ingin berbicara dengan Corby, tetapi entah dari mana, tiba-tiba ketiga sahabatnya yang lain muncul dan langsung bergabung. Djohan melihat wajah-wajah mereka begitu panas, seakan-akan baru saja mendapatkan tantangan berkelahi dari kelompok lain. (MD:169).

Dalam geng Apache, masing-masing anggota dari geng ini saling menjaga satu sama lainnya. Djohan mendapat teror dari seseorang yang tidak dikenal. Orang tersebut meneror dengan cara melempar batu yang terikat bersama kertas yang bertuliskan ”Mati lo China!”. Hal tersebut membuat Djohan merasa takut karena dia merasa tidak pernah membuat masalah terhadap orang lain. dia berusaha menyembunyikan masalah itu dari anggota keluarganya dan juga sahabatnya. Namun, pelaku terus saja menerornya sehingga dia memutuskan untuk memberitahu keluarga dan sahabatnya. Saat geng Apache mengetahui hal tersebut, mereka marah dan ikut merasa tersakiti. Begitulah persahabatan, disaat satu orang tersakiti, maka sahabat yang lain akan ikut merasakannya. Pelaku teror itu adalah Alvaro, orang yang sangat membenci Djohan karena dianggap telah merebut Rinai (gadis yang disukai oleh Djohan dan Alvaro). Kebencian tersebut berlanjut sampai Djohan telah masuk ke jenjang perkuliahan. Alvaro tetap mengandalkan segala cara untuk membuat Djohan dijauhi atau diasingkan dari


(42)

lingkungannya dan orang-orang disekitarnya. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:

”Alvaro,” tanpa sengaja Djohan menyebut namanya. ”Ah, si China,” balas Alvaro. Syaiful langsung tidak suka mendengarnya. ”Di sini nggak ada suku-sukuan, Bung. Kita semua sama.” (MD:257).

Pada saat Djohan diasingkan karena faktor etnis oleh Alvaro (orang yang sangat membenci Djohan), Syaiful dngan tegas membela Djohan dengan cara mengingatkan bahwa tidak ada faktor kesukuan dan semua sederajat atau sama. Semua berhak untuk mendapatkan hak-haknya tanpa diskriminasi. Syaiful sangat marah jika membahas tentang perbedaan yang akan menjadi bumerang dan membuat perpecahan diantara mereka. Sudah semestinya, Bhineka Tunggal Ika itu diterapkan dalam bermasyarakat. Indonesia yang terdiri atas banyak suku bangsa, banyak bahasa, banyak kebudayaan, dan sebagainya haruslah bersatu untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian.

4.1.6 Perbedaan Tidak Menjadi Penghalang

Perbedaan merupakan ketidaksamaan suatu unsur yang menjadikannya berlainan dari apa yang ada pada umumnya. Dalam persahabatan pasti terdapat perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya baik berupa etnis, kebudayaan, agama, kegemaran, dan sebagainya. Akan tetapi perbedaan itu tidak menjadi penghalang dalam keakraban persahabatan. Tidak perlu menganggap bahwa kebudayaan kita lebih baik dari orang lain. menghina atau mengejek kebudayaan orang lain sama saja dengan menghilangkan peranan Bhineka


(43)

Tunggal Ika dari diri bangsa Indonesia. Seperti persahabatan antara A Guan dan Yanto yang memiliki banyak sekali perbedaan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

”Kasihan sekali kamu, A Guan. Sudah tidak ada yang mau bermain denganmu sampai kamu harus berteman dengan huana seperti dia.” Wajah A Guan memerah mendengar penghinaan tersebut. begitu juga dengan Yanto. Yanto tidak mengerti apa arti huana, tetapi melihat mimik Swan Tiem, Yanto tahu bahwa Swan Tiem tengah menghina dirinya sebagai orang pribumi. (MD:61)

Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa perbedaan itu tidak menjadi halangan untuk Djohan dan Yanto dalam bersahabat. Djohan sering diejek dan dihina karena selalu bermain dengan anak pembantunya dan merupakan orang pribumi yang tidak sederajat dengannya. Tapi walaupun demikian, Djohan tidak mempedulikan omongan Swan Tiem tersebut. Djohan merupakan etnis Tionghoa dan masuk dalam kelas sosial yang berada pada tingkat golongan atas tetapi dia tidak malu untuk bermain dan bersahabat dengan Yanto yang merupakan etnis Jawa dan hanya anak pembantu. Hal inilah yang menjadikan persahabatan mereka tetap abadi dan apa adanya.

4.1.7 Rasa Percaya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya adalah menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur. (Alwi, 2000:856). Rasa percaya menjadi satu sikap yang harus dimiliki dalam persahabatan karena tanpa adanya rasa percaya maka persahabatan akan mudah hancur. Jangan mudah terpengaruh oleh gosip


(44)

atau omongan orang lain tentang sahabat kita kalau kebenarannya belum terbukti. Hal ini dapat terlihat di dalam kutipan yang ada pada novel sebagai berikut:

”pedangnya sudah ketemu?” mata besar Yanto membulat. A Guan menggeleng. ”Belum. Tapi itu nggak penting. Aku percaya bukan kamu yang ngambil. Kamu nggak mungkin ngambil, To.” Senyum Yanto langsung mengembang mendengarnya. Ada perasaan haru saat mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir A Guan. Selama berhari-hari ini perasaannya juga tidak enak. Ia tidak memiliki teman bermain. Ia juga tidak tahu harus melakukan apa. (MD:93).

Rasa percaya itu ditunjukkan oleh A Guan terhadap Yanto yang tidak mungkin mengambil pedang kesayangannya. Dia meyakini bahwa Yanto bukan seorang pencuri seperti apa yang sebelumnya terlintas dipikirannya karena ucapan Swan Tiem yang menyebut orang pribumi adalah pencuri. Walaupun pedang kesayangan A Guan belum ditemukan, itu tidak penting lagi untuknya melainkan dia hanya butuh sahabat yang selalu menemaninya dan melindunginya.

4.1.8 Kekecewaan

Kecewa merupakan suatu perasaan yang merasa tidak puas karena keinginan dan harapan yang tidak terkabul. Disaat apa yang kita inginkan berbanding terbalik dengan kenyataan, maka kekecewaan akan menghampiri. Dalam persahabatan juga sering kali sahabat kita membuat hati terasa kecewa oleh perbuatannya ataupun perkataannya. Bentuk kekecewaan dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

”Pedangnya bagus,” puji Yanto tak lama kemudian. ”Pinjam, dong.” ”Jangan!” teriak A Guan. Yanto terkejut mendengar


(45)

menduga suaranya akan sekencang itu. Wajah Yanto berubah menjadi takut, seakan-akan ia tengah melanggar sebuah garis yang tak boleh ia lewati. ”Ya tak apa-apa kalau tak boleh,” Yanto menunduk. (MD:67).

Dalam kutipan diatas, Yanto merasa kecewa terhadap penolakan Djohan kerena tidak memberikan pedangnya untuk dipinjam. Yanto merasa kaget saat Djohan menolak memberi pedangnya karena selama ini apapun yang dimiliki Djohan selalu bisa juga untuk dimiliki oleh Yanto. Yanto merasa telah melakukan hal yang fatal terhadap Djohan karena telah melewati batas antara majikan dan anak pembantu atau antara etnis Tionghoa dengan etnis Jawa.

4.1.9 Kerinduan

Disaat orang yang selama ini selalu bersama dengan kita menjauh, maka akan timbul kerinduan. Kerinduan adalah keinginan atau harapan ingin segera bertemu dengan orang yang dirindukannya. Kerinduan ini timbul karena adanya suatu hal yang memisahkan antara yang satu dengan yang lain. Seperti yang dialami oleh Djohan dan Yanto terlihat dalam kutipan berikut:

Dari balik pintu dapur, Yanto berdiri menatap A Guan. Ia senang karena perasaan A Guan sepertinya membaik. Selama ini Yanto sebenarnya ingin sekali mendekati A Guan dan mengajaknya bermain. Yanto menghentikan langkahnya dan menunduk. Ia terlalu takut untuk mendekat. Bagaimana pun, bocah itu belajar untuk sadar bahwa dia dan A Guan memiliki perbedaan yang terlalu besar. Mereka mungkin bermain bersama, berbagi kue sagon, mencuri sepeda, dan membaca komik bersama. Akan tetapi, mereka tetaplah majikan dan pembantu. Ada satu garis pemisah yang amat dipahami oleh Yanto. Yanto tidak akan pernah berani menyeberangi garis itu. (MD:76).


(46)

Kerinduan yang dirasakan oleh Yanto terhadap Djohan timbul pada saat mereka sedang dalam kesalahpahaman. Yanto merindukan semua hal yang sering dilakukannya bersama dengan Djohan. Djohan telah menuduh Yanto mengambil pedang mainannya dan membuat Yanto merasa tersinggung karena bukan dia yang mencurinya. Dia mulai menyadari bahwa dirinya dan Djohan berbeda kelas sosialnya. Djohan sebagai anak majikan, dan Yanto sebagai anak pembantu. Setiap kerinduan yang sedang dialami hanya akan membuat hati kacau dan ingin secepatnya bisa melepas kerinduan tersebut. sering kali kita mengingat-ingat kenangan yang dulu sering dilakukan bersama orang yang disayangi. Hal ini mengakibatkan kerinduan terhadap seseorang atas kegiatan yang sering dilakukan bersamanya seperti dalam kutipan berikut:

Terkadang ia merindukan acara berangkat bersama Apache. Namun, apa boleh buat. Kenny dan Raymond memilih sekolah yang lain. untung masih ada Herman dan Corby yang memutuskan untuk bersekolah di tempat yang sama. (MD:186).

Bentuk kerinduan juga dirasakan Djohan terhadap geng Apache yang telah terpecah karena Kenny dan Raymond memilih sekolah yang berbeda dengan Djohan, Herman, dan Corby. Djohan rindu saat mereka berangkat ke sekolah secara bersama-sama dan kegiatan yang mereka lakukan bersama untuk menghabiskan waktu.

Disaat kerinduan menghampiri, maka akan timbul harapan supaya apa yang dirindukan dapat terulang kembali. Harapan merupakan sesuatu yang diharapkan atau inginkan untuk menjadi kenyataan. Harapan dalam novel Menjadi Djodapat dilihat secara jelas dalam kutipan sebagai berikut:


(47)

Djohan memejamkan mata sesaat. Ia masih berharap suatu hari nanti bisa kembali bertemu dengan Yanto. Kalaupun Tuhan tidak mengizinkan mereka bertemu kembali, ia berharap bisa bersahabat dengan Yanto-Yanto lainnya. (MD:289).

Setelah Djohan beranjak dewasa dan telah menyelesaikan perkuliahan, dia sangat merindukan sahabat kecilnya yang menjadi kenangan terindah. Mereka tidak pernah lagi bertemu sejak perpisahan terakhir mereka di Medan pada saat mereka menonton karnaval 17 Agustus dari atas rumah paman Djohan. Saat itu Djohan pamit kepada Yanto bahwa dia dan semua anggota keluarganya akan pergi berlibur ke Singapura. Setelah mereka berada di Singapura dan hendak balik ke Indonesia, terjadilah konflik G30S PKI tersebut. Djohan tidak sempat lagi bertemu dengan Yanto karena harus segera meninggalkan Medan dan harus pindah ke Jakarta. Itu menjadi perpisahan yang sangat dibenci oleh Djohan. Djohan berharap dapat bertemu lagi dengan Yanto walau hanya sebentar untuk melepas kerinduannya dan berbagi kebahagiaan yang dirasakan. Dan walaupun dia tidak bisa bertemu dengan Yanto lagi, Djohan berharap dapat menemukaan sahabat yang seperti Yanto.

4.1.10 Persahabatan Merupakan Sebuah Prioritas

Prioritas yaitu mendahulukan atau mengutamakan daripada hal yang lain. dalam hal ini, bentuk persahabatan yang merupakan sebuah prioritas dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Pada saat itu, Djohan bisa saja memarahi Corby. Bagaimana juga uang adalah tanggung jawab Corby. Sudah selayaknya ia menyimpan uang itu baik-baik. Akan tetapi, entah mengapa Djohan tidak bisa melakukannya. Mungkin karena ia tahu, jauh di


(48)

dalam hatinya, persahabatan mereka tidak bisa dinilai dengan uang. ”Udah, jangan dipikirin dulu. Duit gampang dicari. Kalau persahabatan lenyap, mau dicari ke mana?” (MD:150).

Persahabatan menjadi prioritas bagi Djohan. Dia lebih mengutamakan Persahabatannya daripada uang yang telah hilang karena kecerobohan sahabatnya sendiri yaitu Corby. Dia berprinsip bahwa uang bisa dicari, tetapi sahabat sejati tidak mudah ditemukan seperti mencari uang. Djohan tidak ingin membuat Corby merasa terpuruk dan merasa bersalah berkepanjangan.

4.1.11 Setiap Teman Selalu Ada Untuk Teman yang Lain, dalam Keadaan Baik Maupun Buruk

Sikap selalu ada saat dibutuhkan ini dapat dilihat pada saat satu sahabat mengalami masalah, maka sahabat yang lain selalu ada dan memberikan dorongan dan bantuan yang bisa untuk dilakukan. Hal ini dapat dalam kutipan berikut:

Satu-satunya hal yang membuatnya merasa lega adalah ia tidak sendirian. Di sampingnya ada Corby dan Herman. Ini sungguh di luar dugaannya. Ketika ia membicarakan masalah Horsin kepada meraka, Corby dan Herman langsung mau ikut bergabung. Mereka tertarik untuk ikut menambah uang saku. Djohan merasa sedikit lega karena setidaknya ada dua sahabatnya yang menemani. (MD:193).

Pada kutipan diatas dapat terlihat Corby dan Herman yang selalu ada saat dibutuhan. Pada saat keluarga Djohan mengalami kesusahan ekonomi, Djohan terpaksa harus bekerja paruh waktu supaya dapat mengumpulkan uang supaya dia bisa melanjutkan sekolah ke SMA Strada Ricci. Corby dan Herman tidak membantu Djohan dalam bentuk memberi uang. Tetapi mereka membantu Djohan


(49)

dengan cara selalu ada saat dibutuhkan untuk menemani Djohan bekerja di toko kaset Horsin.

Sahabat sejati juga selalu memberi dukungan terhadap sahabatnya yang sedang mengalami keterpurukan mental, ataupun perasaan. Hal ini menandakan bahwa sahabat selalu ada bersama kita baik dalam keadaan baik atau buruk. Memberi dukungan merupakan bentuk dari persahabatan. Dengan memberi dukungan maka sahabat yang sedang dalam masalah merasa bahwa dia benar-benar memiliki sahabat yang selalu mendukungnya walaupun dalam keadaan terpuruk. Bentuk persahabatan ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

”Ya iyalah, Pul. Yang kelihatan jelas itu kan isi kantong, bukan isi otak. Tenang saja, bung,” Djohan menepuk pundak Syaiful. ”Suatu saat nanti mereka akan menyesal karena tidak memilih kita. Siapa tahu kelak kita jadi bos, lebih hebat daripada cowok yang mereka pilih sekarang.” (MD:243).

Sikap Djohan yang selalu ada untuk memberi dukungan kepada sahabat-sahabatnya terutama Syaiful yang sering galau karena gagal mendapatkan hati seorang perempuan. Djohan memberi dukungan kepada Syaiful dengan cara memberi gambaran masa depan yang cerah sehingga perempuan yang telah menolaknya akan menyesal suatu saat nanti. Bentuk dukungan yang diberikan Djohan memang terlihat sederhana, namun memiliki efek yang luar biasa untuk Syaiful dalam memperbaiki kualitas diri.


(50)

4.1.12 Hubungan yang Ada Sederajat

Dalam persahabatan, hubungan yang ada bersifat sederajat. Tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih dihargai dan yang lebih lemah atau jadi suruh-suruhan. Semua sama dan saling melengkapi. Faktor umur, jenis kelamin, etnis, kelas sosial dan lain sebagainya tidak menjadi penghalang terjalinnya suatu persahabatan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Biar lo tahu, kalau kulit itu Cuma pembungkus. Bagian dalam kita sebenarnya sama aja, sama-sama berdarah merah dan bertulang putih!” timpal Hendra. ”Mau China kek, Batak kek, Betawi kek, Jawa kek, semua sama derajatnya! Nggak ada yang lebih tinggi!” Bambang menambahkannya.” (MD:271).

Dari kutipan diatas, sahabat-sahabat Djohan menunjukkan kepada Alvaro bahwa hubungan persahabatan itu sederajat. Walaupun Djohan etnis Tionghoa dan sahabat-sahabatnya terdiri atas etnis yang berbeda (Jawa, Batak, dan Betawi), mereka dapat bersahabat dengan rukun dan damai tanpa melihat perbedaan tersebut.

4.2 Faktor Pembentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Tokoh dalam Novel Menjadi DjoKarya Dyah Rinni

Hubungan persahabatan antara Djohan sebagai tokoh utama dengan sahabat-sahabatnya dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni bukannya persahabatan yang instan. Persahabatan didasari oleh hasrat dan keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang biasa yang terpilih untuk dijadikan sahabat. Untuk menjadikan seseorang untuk dijadikan sahabat tidaklah


(51)

langsung terbentuk tanpa adanya proses. Kita tidak akan pernah tahu kapan, dimana, dan kepada siapa kita akan menjalin persahabatan itu. Orang yang dulunya kita anggap sebagai orang biasa, tapi mungkin karena kita sering berkomunikasi, bertegur sapa, sering berjumpa, memiliki minat atau kegemaran yang sama, tinggal di lingkungan yang sama, atau mungkin ciri fisik yang menarik, mengakibatkan berkembangnya hubungan pertemanan tersebut yaitu dari tingkatan orang biasa, kemudian menjadi teman akrab dan akhirnya menjalin persahabatan setelah sekian lama menjalin pertemanan dan telah mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing. Begitu pula dengan persahabatan antara Djohan sebagai etnis Tionghoa dengan sahabat-sahabatnya yang beretnis Jawa, Batak, dan Betawi. Persahabatan mereka terbentuk oleh beberapa faktor. Terdapat faktor-faktor yang mendasari seseorang untuk membangun hubungan persahabatan seperti yang diharapkan. Faktor pembentuk persahabatan tersebut antara lain:

4.2.1 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor terbentuknya persahabatan. Lingkungan dimana kita tinggal menjadi satu ranah yang sangat berpeluang untuk membentuk suatu hubungan persahabatan seperti yang diharapkan. Lingkungan yang dimaksud meliputi tempat tinggal, tempat bermain, lembaga pendidikan, tempat kerja, maupun tempat-tempat dimana seseorang menghabiskan waktu sehari-hari. Faktor lingkungan ini menjadi faktor terbentuknya persahabatan Djohan dengan sahabat-sahabatnya yang berbeda etnis dengannya. ketika Djohan


(52)

masih duduk dibangku Sekolah Dasar Methodist Medan, dia memiliki seorang sahabat sejati bernama Yanto yang merupakan etnis Jawa. Yanto merupakan anak dari pembantu rumah tangga keluarga Djohan dan selalu menghabiskan waktu dirumah Djohan untuk membantu orangtuanya bekerja. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Dibawah matahari sore yang masih panas, Yanto menarik pakaian yang telah kering dan memasukkannya ke ember besar. Tanpa kesulitan, putra Bu Bariyem itu menunaikan tugasnya. Satu per satu pakaian di jemuran berpindah ke tempatnya. A Guan ikut-ikutan mengambil salah satu pakaian yang telah kering. Ia mengenalinya sebagai kemeja sekolah salah satu kakaknya. A Guan kemudian melemparkannya ke dalam wadah, bergabung dengan pakaian-pakaian kering lainnya. ”Main yuk,” ajak A Guan. (MD:9).

Lingkungan tempat tinggal Djohan menjadi faktor pembentuk persahabatan antara Djohan dan Yanto. Rumah Djohan yang memiliki ukuran cukup luas dan berada di pinggiran kota menjadi tempat mereka membentuk dan memupuk rasa persahabatan sejati seperti yang mereka harapkan. Mereka berdua menghabiskan waktu untuk bermain gundu, bermain layang-layang bersama, menangkap burung, dan menaiki pohon trambesi yang merupakan tempat Djohan membacakan komik untuk Yanto.

Faktor lingkungan juga merupakan pembentuk persahabatan antaretnis antara Djohan dengan sahabat-sahabatnya di SMP Pax Jakarta yang merupakan sekolah Katolik di Paroki Kemakmuran. Sekolah adalah tempat yang pertama kali untuk bersosialisasi. Saat memasuki lingkungan sekolah, maka akan ada upaya untuk menemukan teman yang baik dan cocok dengan kepribadian kita. Tapi, memilih teman tidaklah semudah dan sesulit yang dibayangkan. Kita hanya perlu


(53)

mencari orang yang memiliki kriteria yang menyerupai orang yang akan kita jadikan sahabat, memiliki kepribadian yang hampir sama dengan kepribadian kita, bisa nyambung saat diajak berbicara, dan yang paling penting adalah rasa nyaman. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:

Hari itu keduanya baru saja memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang akan mengubah arah hidup mereka selamanya. Djohan merasakan kebahagiaan perlahan-lahan memenuhi dadanya. Ia tidak pernah mengira akan secepat ini menemukan sahabat baru. Ia sempat meragukan kemampuannya sendiri untuk mendapatkan teman baru pengganti Yanto. Namun, ternyata ia salah. Satu demi satu sahabat baru mulai memasuki kehidupannya. Selain Corby, ada Herman, Raymond, dan Kenny. Kedekatan mereka secara alami akhirnya membentuk geng bernama Apache. (MD:137).

Persahabatan antara Djohan, Corby, Herman, Raymond, dan Kenny yang disebut dengan geng Apache diawali pada saat Djohan pindah ke SMP Pax di Jakarta. Dia dengan mudahnya menemukan sahabat-sahabat baru yang selalu menemaninya menikmati kebersamaan, bercanda tawa, mengalami kegagalan, mencapai kesuksesan, dan sebagainya. Sekolah menjadi rumah kedua untuk mereka karena lebih banyak menghabiskan waktu.

Lingkungan sekolah sangat mempengaruhi karakter seseorang. Masa remaja adalah masa dimana banyak orang yang kehilangan jati dirinya. Banyak cobaan dan godaan yang datang menghampiri disaat masa remaja tersebut. Disaat salah satu sahabat salah melangkah dalam mengambil keputusan, maka saat itu jugalah kebijaksanaan sahabat yang lainnya untuk mengingatkan dan membantu mengarahkan ke jalan yang semestinya diambil.


(54)

Tingkat pendidikan juga menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukan persahabatan. Tingkat perguruan tinggi menjadi sarana Djohan menemukan sahabat-sahabat baru seperti dalam kutipan berikut:

Sejak masuk jurusan Akunting, Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan Trisakti, ia bertemu dengan sahabat-sahabat baru: Syaiful, Hendra, Bambang, dan Jerry. Mereka memiliki julukan masing-masing. Djohan mendapat julukan Tikus karena dianggap pandai ”mengerat” alias mengerjakan apa saja, termasuk menyalin catatan kuliah. (MD:221).

Ketulusan hati Djohan dalam persahabatan diterapkannya sampai ke tingkat perguruan tinggi. Dia dengan mudahnya menemukan sahabat-sahabat baru yang juga masih berbeda etnis dengan dirinya. Syaiful, Hendra, Bambang, dan Jerry adalah orang-orang yang memilih dan dipilih oleh Djohan menjadi sahabat.

4.2.2 Faktor Individual

Faktor individu terdiri dari ketertarikan fisik, keterampilan sosial, responsivitas, perasaan malu atau segan, dan kemiripan. Pembentukan persahabatan awalnya dimulai dari ketertarikan kita terhadap seseorang dari fisik yang mungkin karena tampan atau cantik, keterampilan dalam mengikuti percakapan yang sesuai aturan, yang tidak pemalu, dan memiliki kemiripan yang akan membuat kita senang/tertarik untuk menjadikannya sahabat. Seperti kutipan berikut:

Di hadapannya berdiri Corby, teman sekelasnya yang juga berasal dari Medan. Mungkin karena itu mereka langsung akrab. (MD:133).

Faktor individu yang berupa kemiripan terlihat dalam asal usul Djohan dan Corby yang sama-sama berasal dari Medan. Mereka pernah tinggal di daerah yang


(55)

sama dan telah mengetahui banyak tentang kebiasaan/adat istiadat yang ada disana. Banyak perbedaan antara Medan dan Jakarta seperti berikut ini:

”Kau kan bisa nulis lagi,” kata Djohan. Corby tertawa mendengar aksen Djohan. Meskipun ia juga berasal dari Medan, aneh rasanya mendengar ada anak yang menggunakan dialek Medan di Jakarta. Djohan merutuk dalam hati dan mengingatkan dirinya untuk lebih membiasakan bahasa lo-gue. Ia sudah di Jakarta, bukan di Medan lagi. (MD:133).

Orang Medan memang terkenal dengan dialek kasar dan suara keras. Orang Medan menyebut orang lain dengan panggilan ”Kau” yang terdengar sangat kasar. Sedangkan di Jakarta, menggunakan bahasa lo-gue. Corby merasa lucu saat Djohan memanggil dirinya dengan sebutan ”Kau” karena orang bisa dengan mudah menebak asal usulnya dari dialek yang digunakan. Djohan harus membiasakan diri mengikuti kebiasaan di Jakarta yang menggunakan bahas lo-gue supaya tidak ditertawakan oleh orang lain.

4.2.3 Faktor Situasional

Faktor situasional merupakan faktor yang ditandai dengan seberapa sering kita bertemu dengan seseorang, memiliki ketergantungan kepada seseorang tentang suatu hal, ketersediaan tempat untuk membentuk hubungan persahabatan pada masing-masing pihak yang terlibat dalam interaksi. Seperti kutipan berikut:

”Ntar nggak aku bacain komik, baru tahu rasa kamu.” Mendengar itu, yanto langsung berdecak. A Guan tahu persis Yanto tidak bisa membaca karena ia belum mulai bersekolah. Yanto mengandalkan A Guan untuk menikmati rangkaian komik yang dimiliki A Guan. Kalau tidak, ia hanya bisa pasrah menikmati gambarnya. (MD:10).


(56)

Pembentukan persahabatan Djohan dan Yanto ditandai dengan faktor situasional dimana keduanya saling berketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Djohan membutuhkan Yanto untuk diajak bermain, sedangkan Yanto bergantung kepada Djohan untuk dibacakan komik kesukaannya. Mereka saling memberi dan saling menerima tanpa ada yang merasa diuntungkan atau dirugikan. Situasi yang mengakibatkan persahabatan mereka tumbuh dan berkembang menjadi persahabatan yang sejati. Persahabatan Djohan dengan geng Apache juga terbentuk karena adanya faktor situasional yang mengakibatkan semua anggota geng saling berketergantungan. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:

Untuk pertama kali, ia merasa berhasil melakukan sesuatu yang dapat membuat orang lain bahagia. Untuk pertama kali, ia merasa diterima oleh teman-temannya melalui Samantha. Djohan bertekad akan terus melakukannya. (MD:144).

Dengan adanya majalah Samanthamenjadikan persahabatan geng Apache semakin erat. Mereka merasakan bersama keberhasilan dari Samanthaatas kerja keras mereka. Mereka semakin sering berkomunikasi, sering bertemu, dan berinteraksi untuk memikirkan cara memajukan majalah Samanthatersebut.

4.2.4 Faktor Dyadic

Faktor dyadicadalah faktor pembentuk persahabatan dimana seseorang yang mau untuk menanyakan informasi pribadi sebagai tanda bahwa seseorang tersebut mau untuk memulai/membentuk persahabatan dengannya. pertemuan awal umumnya dimulai dengan membuka diri terhadap informasi-informasi yang bersifat dangkal, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang lebih mendalam dan topik-topik yang lebih bervariasi. Pada tahap awal dari hubungan, keterbukaan yang


(1)

51 Internet/Blog:

http://novanifqiawansyah.blogspot.co.id/2010/05/materi-sosiologi-kelas-x-sma-bab-1.html. Diakses Tanggal 22 September 2015.


(2)

LAMPIRAN

SINOPSIS NOVEL MENJADI DJO KARYA DYAH RINNI

Novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni menceritakan tentang persahabatan yang terjalin antar etnis yang berbeda yaitu antara tokoh utama yang beretnis Tionghoa dengan tokoh lainnya yang beretnis Jawa, Batak, ataupun etnis lainnya. Novel Menjadi Djomenceritakan sekilas curahan hati seorang pemuda keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Indonesia. Dia bahkan telah menjadi seorang Direktur Perusahaan Pengiriman Terbesar di Indonesia, Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (Tiki JNE).

Alur dalam novel ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian satu di Medan pada awal tahun 1960-an, bagian dua di Jakarta tahun 1966, dan bagian tiga juga di Jakarta pada tahun 1972. Bagian satu terjadi pada awal tahun 1960-an, saat A Guan masih menjadi siswa di SD Methodist Medan. A Guan memiliki seorang sahabat yang bernama Yanto yang beretnis Jawa. Yanto adalah anak dari pembantu rumah tangga keluarga A Guan yang sering disebut dengan keluarga Tan. A Guan selalu menghabiskan waktu dengan Yanto untuk bermain atau sekadar memanjat pohon Trambesi untuk membacakan komik untuk Yanto karna sahabatnya itu tidak bisa membaca.

Persahabatan antara Djohan dan Yanto adalah persahabatan yang tanpa sekat dan tanpa batas yaitu antara anak majikan dengan anak pembantu, antara satu etnis dengan etnis lainnya, antara si miskin dengan si kaya, dan antara yang berpendidikan dengan yang tidak berpendidikan. Kisah mereka juga terjadi pada


(3)

ix

kondisi tersebut. A Guan sering diejek atau dihina oleh teman-temannya karena bermain dengan orang pribumi. Lingkungannya memang terkondisikan hanya bergaul dengan orang-orang keturunan Tionghoa. Akan tetapi, A Guan justru lebih senang bermain dengan Yanto, sahabatnya yang setia.

Pada bagian satu ini, peranan Yanto hampir sama dengan peranan A Guan sebagai tokoh utama. Mereka berdua hampir memiliki porsi yang sama dalam penceritaan. Pada bagian ini juga Yanto menghilang dalam cerita dan hanya tinggal dalam kenangan A Guan karena keluarga Tan terpaksa harus pindah ke tempat yang paling aman untuk berlindung yaitu Jakarta karena adanya konflik politik G30S-PKI yang sedang terjadi di Indonesia. Etnik Tionghoa dianggap bersekongkol dan bekerjasama dengan PKI untuk menguasai negara Indonesia.

Bagian kedua adalah cerita enam tahun kemudian, saat keluarga Tan harus pindah ke Jakarta karena kota Medan yang dirasa sudah tidak aman lagi untuk etnis Tionghoa seperti mereka. Pemerintah indonesia mengeluarkan peraturan terhadap etnik tionghoa untuk berasimilasi (berbaur). Akhirnya, seluruh anggota keluarga Tan harus berganti nama dari nama Tionghoa menjadi nama Indonesia. A Guan pun berganti nama menjadi Djohan.

Menjalani masa remaja di Jakarta, Djohan melihat pergaulan remaja Jakarta lebih toleran dan tidak terkotak-kotak. Djohan telah masuk ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Pax dan menemukan sahabat barunya yang terdiri dari Corby, Herman, Raymond, dan Kenny. Mereka menamai persahabatan mereka dengan geng Apache. Dalam segala perbedaan baik prinsip, etnis, dan budaya, mereka saling melindungi, saling mendukung, dan saling menyemangati antara


(4)

yang satu dengan yang lain walaupun dalam keterbatasan. Djohan juga diperkenalkan dengan beberapa wanita yang membuatnya terkagum-kagum dengan segala kelebihan masing-masing. Tetapi semua wanita yang disukai Djohan pada akhirnya berakhir dengan ikatan persahabatan.

Jiwa bisnisnya juga mulai muncul, dengan membuat majalah remaja yang langsung digemari remaja-remaja putri seusianya. Djohan juga sudah mulai jatuh cinta kepada seorang remaja putri bernama Rinai, yang kulitnya hitam manis, tak seperti gadis keturunan Tionghoa lainnya. Akan tetapi, menjelang usia dewasa, ibunya justru menjodohkannya dengan gadis Tionghoa yang bernama Rossie yang masih kerabatnya. Rossie memang telah menyukai Djohan sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar tetapi Djohan tidak memiliki perasaan yang lebih dari sekadar teman biasa terhadapnya. Djohan lebih menyukai perempuan pribumi yang berkulit hitam karena Djohan ingin menjadi orang indonesia seutuhnya dan status Indonesianya semakin diakui.

Bagian ketiga, cerita berpindah ke tahun 1972, di mana keluarga Djo sudah menjadi warga Negara RI seutuhnya. Di bagian ini, Djo bukan lagi seorang anak manja, ia sudah bertransformasi menjadi seorang laki-laki dewasa dengan persoalan dunia orang dewasa yang lebih rumit. Cerita bagian ini pun menjadi lebih dari sekadar ‘kisah pertemanan’ sebagaimana di dua bagian sebelumnya. Djohan masuk ke jenjang perkuliahan jurusan Akunting, Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan Trisakti. Ia bertemu dengan sahabat-sahabat baru yaitu: Syaiful, Hendra Etnis Betawi, Bambang etnis Jawa, dan Jerry Etnis Batak. Mereka sahabat-sahabat yang telah mengajarkan Djohan tentang kenyataan bahwa perbedaan tidak menjadi penghalang suatu persahabatan.


(5)

xi

Pada akhir cerita, saat Djohan ingin mengungkapkan perasaannya terhadap Rinai yang menjadi wanita yang disukai Djohan sejak masih duduk dibangku SMP, dia pun akhirnya mengetahui bahwa Rinai telah dijodohkan oleh orangtuanya. Sejak saat itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Djohan merasa menyesal karena telah mengacuhkan gadis yang baik seperti Rossie yang selalu perhatian, tulus menyayangi dan sabar menantinya.


(6)

Biografi Pengarang

Dyah Rinni lahir di Jakarta, 19 April 1979. Dia seorang penulis, editor, dan trainer di bidang kepenulisan. Karya-karyanya beragam mulai dari serial detektif untuk remaja yaitu Detektif Imai (Buah Hati), roman seperti Marginalia (Qanita) hingga teenlit seperti Unfriend You (Gagasmedia). Ia juga aktif di dalam komunitas penulis khusus perempuan Women’s Script & Co.