HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF DAN SIKAP ILMIAH DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMAN SE-KABUPATEN TAPANULI UTARA.
HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF DAN SIKAP ILMIAH DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMAN
SE-KABUPATEN TAPANULI UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Meperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
CHINTANI SIHOMBING NIM: 8126173001
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2015
(2)
(3)
(4)
iii ABSTRAK
Chintani Sihombing. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMAN Se-Kabupaten Tapanuli Utara, Medan. 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar biologi; (2) Hubungan antara sikap ilmiah dengan hasil belajar biologi; dan (3) Hubungan antara keterampilan metakognitif, sikap ilmiah bersama-sama dengan hasil belajar biologi. Sampel penelitian ini adalah SMAN sekabupaten Tapanuli Utara kelas XI yang diambil dengan random sampling dengan jumlah siswa 249. Instrumen penelitian ini berupa angket dan tes. Metode penelitian ini secara deskriptif dan teknik analisis data dengan teknig regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan; (1) Terdapatnya hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar biologi siswa (r = 0,818). Keterampilan metakognitif 66,9% berkontribusi dengan hasil belajar biologi siswa.; (2) Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ilmiah dengan hasil belajar biologi siswa (r = 0,757). Sikap ilmiah 57,4% berkontribusi dengan hasil belajar biologi siswa; (3) Terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif, sikap ilmiah secara bersama-sama dengan hasil belajar biologi siswa (r = 0,902). Keterampilan metakognitif, sikap ilmiah secara bersama-sama 81,3% berkontribusi dengan hasil belajar biologi siswa.
(5)
iii ABSTRACT
Chintani Sihombing. Relationship Metacognitive Skills and Scientific Attitude to Learning Outcomes Biology the Students of Class XI SMAN Se-Kabupaten Tapanuli Utara, Medan. 2015.
This research aims to determine: (1) The relationship between metacognitive skills learning outcomes biology; (2) The relationship between the scientific attitude towards learning outcomes biology; and (3) The relationship between metacognitive skills, scientific attitude together on the results of studying biology. The sample was SMAN Sekabupaten Tapanuli Utara class XI taken with random sampling by the number of students 249. This research instrument in the form of questionnaires and tests. This research ‘methods’ is descriptive and analysis technique of path. The results showed; (1) The presence of a significant relationship between metacognitive skills with biology student learning outcomes ( r = 0.818 ). 66.9 % metacognitive skills contribute to students' learning outcomes biology; (2) There is a significant relationship between the scientific attitude with biology student learning outcomes ( r = 0.757 ). Scientific attitude 57.4 % contributed by biology student learning outcomes; (3) There is a significant correlation between metacognitive skills, scientific attitude together with biology student learning outcomes ( r = 0.902 ). Metacognitive skills, scientific attitude jointly contribute 81.3% to the biology student learning outcomes .
(6)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMAN Se Kabupaten Tapanuli Utara”.
Dalam penyususnan tesis ini penulis memperoleh arahan, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd selaku Dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sejak awal penulisan sampai selesainya tesis ini.
3. Kepada bapak Prof. Dr. rer.nat. Binari Manurung, M.Si, Dr. Syahmi Edi, M.Si, dan ibu Dr. Fauziah Harahap, M.Si selaku nara sumber yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini.
4. Kepala Dinas Pendidikan dan sekretaris Dinas Pendidikan Tapanuli Utara juga kepada seluruh kepala sekolah SMAN Se Kabupaten Tapanuli Utara yang telah memberikan kesempatan dan tempat pelaksanaan penelitian ini. 5. Ayahanda Walman Sihombing dan Ibunda Asima Panggabean yang tercinta
beserta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan moril dan materil sehingga penyusunan tesis ini terlaksana dengan baik.
(7)
vi
6. Sahabat dan teman-teman program studi pendidikan biologi pascasarjana yang telah membantu menyelesaikan tesis ini.
Penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini. Penulis harapkan semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi semua pihak, Amin.
Medan, September 2015 Penulis,
(8)
(9)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN…………...……….. i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah . ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Batasan Masalah... 6
1.4 Rumusan Masalah ... 6
1.5 Tujuan Penelitian ... 7
1.6 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 8
2.1.1 Pengetahuan Kognitif ... 8
2.1.2 Regulasi Diri dalam Belajar (Self Regulated Learning) ... 9
2.1.3 Teori Konstruktivis ... 10
2.1.4 Pengertian Metakognitif ... 10
2.1.4.1 Keterampilan Metakognitif... 13
2.1.4.2 Pengukuran Keterampilan Metakognitif ... 15
2.1.5 Sikap Ilmiah... ... 15
2.1.6 Hasil Belajar ... 18
2.1.7 Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar ... 19
2.1.8 Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar ... 20
2.1.9 Metakognitif, Sikap Ilmiah, dan Hasil Belajar ... 21
2.2 Kerangka Berpikir ... 22
2.3 Hipotesis Penelitian ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian . ... 25
3.2 Populasi Sampel. ... 25
3.2.1 Populasi ... 25
3.2.2 Sampel ... 26
3.3 Variabel Penelitian ... 26
3.3.1 Variabel Bebas ... 26
(10)
viii
3.4 Desain Penelitian ... 26
3.5 Prosedur Penelitian ... 27
3.6 Definisi Operasional ... 29
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 29
3.7.1 Angket Sikap Ilmiah ... 30
3.7.2 Tes Hasil Belajar ... 30
3.8 Validasi Instrumen Penelitian ... 30
3.8.1 Uji Coba Instrumen ... 30
3.8.2 Analisis Validitas Tes ... 30
3.8.3 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 31
3.8.4 Tingkat Kesukaran Soal ... 32
3.8.5 Daya Pembeda Soal ... 32
3.8.6 Validitas Angket ... 33
3.8.7 Reliabilitas Instrumen Angket ... 35
3.8.8 Keterampilan Metakognitif... 35
3.8.5 Sikap Ilmiah ... 35
3.9 Teknik Analisis Data... ... 35
3.9.1.1 Uji Normalitas Data ... 36
3.9.1.2 Uji Homogenitas Data ... 36
3.9.1.3 Uji Linearitas Data ... 37
3.9.1.4 Uji Analisis Korelasi ... 37
3.9.2 Uji Regresi Ganda ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 39
4.1.1 Hubungan Keterampilan Metakognitif dengan Hasil Belajar ... 39
4.1.2 Hubungan Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar ... 41
4.1.3 Hubungan Keterampilan Metakognitif, Sikap Ilmiah Secara Bersama-sama Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa……… 42
4.2 Pembahasan ... 43
4.2.1 Hubungan Keterampilan Metakognitif dengan Hasil Belajar ... 43
4.2.2 Hubungan Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar ... 44
4.2.3 Hubungan Keterampilan Metakognitif, Sikap Ilmiah Secara Bersama-sama Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa ... 46
4.2.4 Keterbatasan Penelitian ... 47
BAB V SIMPILAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 49
5.2 Implikasi ... 49
5.3 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA... 51
(11)
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Gambaran Populasi ... 25
Tabel 3.2. Sebaran Sampel ... 26
Tabel 3.3. Hasil Perhitungan Validitas Tes Biologi ... 31
Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Kesukaran Soal ... 32
Tabel 3.5. Hasil Daya Pembeda Soal Tes Biologi ... 33
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Validitas Angket Keterampilan Metakognitif ... 34
Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Validitas Angket Sikap Ilmiah ... 34
Tabel 3.8. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 37
(12)
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Kerangka Konseptual ... 24
Gambar 3.1.Skema DesainPenelitian ... 26
Gambar 3.2.Skema ProsedurPenelitian ... 29
Gambar 4.1.Hubungan Metakognitif dengan Hasil Belajar Biologi Siswa ... 40
(13)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Keterampilan Metakognif ... 55
Lampiran 2. Kisi –kisi Angket ... 56
Lampiran 3. Soal Tes Hasil Belajar ... 57
Lampiran 4. Angket Keterampilan Metakognitif ... 58
Lampiran 5. Angket Sikap Ilmiah ... 61
Lampiran 6. Soal Tes Hasil Belajar ... 63
Lampiran 7. Data UjiValiditas Tes ... 69
Lampiran 8. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 71
Lampiran 9. Data Uji Validitas Angket Sikap Ilmiah ... 72
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas Angket Sikap Ilmiah ... 74
Lampiran 11. Data Uji Validitas Angket Keterampilan Metakognitif... 75
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas Angket Keterampilan Metakognitif ... 77
Lampiran 13. Hasil Uji Realibilitas Instrumen ... 78
Lampiran 14. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ... 79
Lampiran 15. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar ... 80
Lampiran 16. Hasil Tes ... 81
Lampiran 17. Hasil Angket Keterampilan Metakognitif ... 91
Lampiran 18. Hasil Angket Sikap Ilmiah ... 101
Lampiran 19. Deskriptif Statistik ... 111
Lampiran 20. Uji Normalitas ... 112
Lampiran 21. Hasil Uji Homogenitas ... 113
Lampiran 22. Hasil Uji Linieritas Data ... 114
Lampiran 23. Hasil Korelasi, Koefisien Korelasi dan Arah Regresi ... 115
Lampiran 24. Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar ... 116
Lampiran 25. Metakognitif, Sikap Ilmiah Bersama-sama dengan Hasil Belajar Biologi ... 117
(14)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk memecahkan masalah. Keterampilan metakognitif adalah kemampuan siswa untuk mengontrol proses belajarnya, mulai dari tahap perencanaan, memilih strategi yang tepat sesuai masalah yang dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam belajar dan secara bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama memahami konsep, menganalisis keefektifan dari strategi yang dipilih (Risnanosanti, 2008). Contoh dari keterampilan metakognitif yaitu siswa yang sedang belajar tentang organ tubuh manusia, maka siswa harus berpikir sendiri menganalis dari materi tersebut. Apa yang sudah diketahui tentang sistem pencernaan, dan juga mampu memilah materi mana yang harus dipelajari dalam materi sistem pencernaan itu sendiri. Jadi siswa diharapkan mampu berpikir guna menganalisis masalah dirinya sendiri.
Keterampilan metakognitif berfungsi untuk mengarahkan siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modal belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik. Keterampilan metakognitif meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Dengan mengetahui kesadaran siswa akan pengetahuannya sendiri dan kemampuannya untuk memahami, mengontrol, serta mendorong untuk mempersiapkan diri dalam belajar.
Keterampilan metakognitif siswa akan menentukan cara berpikirnya dalam memahami konsep-konsep biologi dan memecahkan masalah dalam proses belajar
(15)
2
biologi. Ketika seorang siswa sedang menghadapi masalah dalam pembelajaran maka akan memikirkan langkah atau prosedur yang harus ditempuh agar mendapatkan penyelesaian yang paling tepat dan mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan salah satu keterampilan metakognitif dan sangat penting untuk dilatihkan pada siswa di sekolah. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif akan segera sadar dan mencoba mencari jalan keluar. Pengembangan keterampilan metakognitif pada siswa adalah tujuan pendidikan karena dapat membantu siswa menjadi self-regulated learner (Eggen dan
Kauchak, 1996). Dengan keterampilan metakognitif siswa berusaha
mengembangkan diri, mampu memotivasi diri sendiri, menentukan tujuan, dan berusaha mencapai tujuannya dengan kemandirian yang dimilikinya sehingga keberhasilan akan lebih mudah diraih.
Keterampilan metakognitif sangat penting dimiliki setiap siswa yang berkaitan dengan kemandirian dalam belajar. Susantini (2004) menemukan bahwa dengan keterampilan metakognitif siswa mampu belajar mandiri, menumbuhkan sikap jujur, mengembangkan diri dengan menentukan tujuan dan berusaha untuk mencapai tujuan sehingga meningkatkan hasil belajar. Coutinho (2007) menemukan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki tingkat metakognitif tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat metakognitif rendah.
Keterampilan metakognitif terlihat masih rendah (Sugihartono dan Baskoro, 2010). Rendahnya keterampilan metakognitif yang dimiliki siswa menyebabkan siswa tidak dapat memantau dirinya atau tidak tahu tujuan belajarnya. Siswa tidak pernah merencanakan waktu yang akan digunakan untuk
(16)
3
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru sehingga siswa merasa kekurangan waktu. Paidi (2009) menemukan bahwa kualitas pembelajaran biologi siswa SMA masih dianggap rendah. Dinilai berdasarkan beberapa indikator klasik kualitas yang meliputi prestasi literasi di bidang IPA, rendahnya kemampuan berpikir dan kesulitan siswa untuk memahami persoalan biologi kontekstual, yang memerlukan pemahaman, pikiran reflektif, dan kritis.
Nilai-nilai karakter yang selama ini dikembangkan dalam pembelajaran sains adalah ranah sikap. Sikap merupakan bagaimana siswa bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari siswa. Kurangnya sikap positif dalam belajar dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar biologi siswa. Pada sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil belajar siswa ke arah yang positif. Sikap ilmiah siswa kurang dalam kecermatan bekerja dengan ceroboh dalam mengerjakan tugas dan disiplin siswa (Natalina, 2010). Siswa pasif dan kurangnya sikap kerjasama, toleransi, rasa ingin tahu, tanggung jawab siswa dalam kelompok, dan kurang jujur dalam belajar.
Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk mengedepankan kegiatan eksplorasi, kemandirian, kemampuan bekerja sama, dan belajar kontekstual (Marigit, 2013). Kurikulum 2013 siswa harus memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. Pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas umumnya berfokus pada guru sehingga siswa cenderung hanya mendengar, mencatat kemudian menghafal materi yang disampaikan oleh guru (Wardhani,
(17)
4
2010). Pembelajaran yang berfokus pada siswa membuat siswa hanya menerima informasi, siswa tidak mencari tahu informasi. Rasa ingin tahu siswa kurang ketika guru menjelaskan atau bertanya kepada siswa, hal ini karena kurangnya kepercayaan diri siswa untuk bertanya (Pertiwi, 2013). Guru menfokuskan pada penilaian kognitif saja sehingga sikap ilmiah siswa kurang diperhatikan.
Salah satu tujuan mata pelajaran biologi yang tercantum dalam standar isi (BSNP, 2006) yaitu memupuk sikap ilmiah. Pengembangan sikap dan perilaku siswa penting dalam proses pembelajaran, karena hasil dari proses pembelajaran adalah perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik. Sikap ilmiah juga memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Tingkat sikap ilmiah siswa dapat dilihat dari bagaimana mereka memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi, memahami suatu konsep baru dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan, kritis terhadap suatu permasalahan yang perlu dibuktikan kebenarannya, dan mengevaluasi kinerjanya sendiri. Hal-hal inilah yang dapat membantu siswa belajar secara ilmiah, terstruktur, dan mandiri.
Penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran biologi, penting dilaksanakan karena dalam pembelajaran biologi. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum hal yang dilakukan siswa yang berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sikap ilmiah dapat dibedakan tidak hanya sekedar sikap terhadap sains, karena sikap terhadap sains hanya terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran biologi. Tentu saja sikap positif terhadap pembelajaran sains akan memberikan kontribusi tinggi dalam pembentukan sikap ilmiah siswa (Dasta, 2012).
(18)
5
Natalina (2010) menyatakan kurangnya sikap ilmiah siswa seperti sikap ingin tahu, sikap ingin menemukan sesuatu yang baru, berpikir kritis, dan percaya diri sewaktu belajar. Hal ini disebabkan oleh pola pembelajaran yang menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang menjadikan guru memilih metode ceramah untuk menginformasikan fakta dan konsep-konsep biologi akibatnya para siswa memiliki sedikit pengetahuan, tidak bisa menemukan konsep-konsep pembuktiannya dan mengaitkan materi pelajaran yang sedang dipelajarinya dengan materi pelajaran yang lalu. Kurang lengkapnya buku pelajaran yang digunakan menyebabkan siswa kurang aktif dan kreatif dalam belajar untuk menemukan dan mengembangkan konsep sains biologi.
Sikap ilmiah yang diharapkan adalah objektif, jujur, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama, teliti, dan kritis. Ini dikarenakan dengan sikap ilmiah tersebut pembelajaran akan berjalan dengan baik sehingga mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan, dimana siswa diharapkan mampu aktif dan kreatif memahami dan menemukan dalam pembelajaran dengan menumbuhkan sikap seperti rasa ingin tahu, bekerjasama secara terbuka, bekerja keras, bertanggung jawab, kepedulian, kedisplinan, dan kejujuran.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Keterampilan metakognitif siswa terlihat masih rendah sehingga hasil belajar biologi rendah.
2. Penilaian pembelajaran yang tertuju pada aspek kognitif saja membuat peserta didik cenderung mengabaikan proses dan sikap ilmiah.
(19)
6
3. Pembelajaran yang tidak merangsang siswa untuk bersikap ilmiah sehingga peserta didik cenderung merasa diberi tahu bukan mencari tahu dan siswa kurang bertanggung jawab.
4. Kurangnya sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi. 1.3 Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitan menjadi lebih fokus. Peneliti hanya meneliti tentang gambaran keterampilan metakognitif, sikap ilmiah dan hubungan keterampilan metakognitif, sikap ilmiah dengan hasil belajar siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Tapanuli Utara kelas XI. Keterampilan metakognitif yang diteliti pada aspek planning (perencanaan), monitoring (pengawasan), dan evaluation (evaluasi). Pada sikap ilmiah siswa aspek meliputi rasa ingin tahu, kerjasama, sikap kritis, dan jujur. Hasil belajar kognitif pada materi sistem pencernaan dengan tes.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar biologi pada siswa kelas XI SMAN Se-Kabupaten Tapanuli Utara?
2. Bagaimana hubungan antara sikap ilmiah dengan hasil belajar biologi pada siswa kelas XI SMAN Se-Kabupaten Tapanuli Utara?
3. Bagaimana hubungan metakognitif siswa dan sikap ilmiah dengan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN Se-Kabupaten Tapanuli Utara?
(20)
7
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Hubungan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar biologi pada siswa kelas XI SMAN Se-Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Hubungan antara sikap ilmiah dengan hasil belajar biologi pada siswa kelas XI SMAN Se-Kabupaten Tapanuli Utara.
3. Hubungan metakognitif siswa dan sikap ilmiah dengan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN Se-Kabupaten Tapanuli Utara.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelolan lembaga pendidikan, dan peneliti selanjutnya yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang gambaran keterampilan metakognitif dan sikap ilmiah siswa.
2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi kepada peneliti lain untuk mengukur dan mengembangkan keterampilan metakognitif dan sikap ilmiah siswa.
(21)
49 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar biologi siswa sebesar r = 0,818 dengan kontribusi 66,9%. 2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap ilmiah dengan hasil
belajar biologi siswa sebesar r = 0,757 dengan kontribusi 57,4%
3. Terdapat hubungan secara signifikan antara metakognitif, sikap ilmiah secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa sebesar r =0,902 dengan kontribusi 81,3%.
5.2 Implikasi
Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa metakognitif, sikap ilmiah dengan hasil belajar terdapat hubungan yang signifikan. Keterampilan metakognitif dapat membantu peserta didik menjadi self-regulated learners bertanggung jawab terhadap kemajuan belajarnya sendiri dan mengadaptasi strategi belajarnya mencapau tuntutan tugas. Melalui metakognitif siswa mampu menjadi siswa yang mandiri, menumbuhkan sikap jujur, berani mangakui kesalahan dan akan dapat meningkatkan hasil belajar secara nyata. Sehingga siswa dapat mengatur, mengembangkan diri, menentukan tujuan, dan berusaha untuk mencapainya.
Metakognitif dan sikap ilmiah merupakan komponen penting yang harus dimiliki siswa untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Dengan siswa memiliki keterampilan metakognitif siswa dapat memantau, mengawasi dan
(22)
50
mengevaluasi belajar sejara jujur, memiliki rasa ingin tahu dan dapat bekerjasama dalam pembelajaran. Sikap ilmiah siswa dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajarnya. Dalam proses belajar mengajar guru sebaiknya menanamkan keterampilan metakognitif dan sikap ilmiah siswa agar tercapai hasil belajar.
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka tindak lanjut penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dengan meningkatkan metakognitif, sikap ilmiah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan membiasakan dalam proses belajar mengajar.
2. Guru biologi lebih meningkatkan keterampilan metakognitif dan selalu menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dalam proses pembelajaran. Guru selalu mendorong siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Menyarankan kepada peneliti berikutnya untuk dapat mengembangkan hasil penelitian ini agar bermanfaat sebagai informasi. Dengan menggunakan strategi pembelajaran dan instrument yang lebih dapat menilai keterampilan dan sikap ilmiah siswa, serta mencari faktor lainnya dalam meningkatkan hasil belajar.
(23)
51
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 1998. Learning to Teach. New York: MC Grow Hill. Inc. Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baker, L. 1989. Metacognition, Comprehension monitoring, and The adult reader. Educ. Psychol. Rev. 1: 3–38.
Bennett, J. 2003. Teaching and learning science. New York: Continuum.
BNSP. 2006. Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah(standar kompetensi dan kompetensi daasar SMA/MA). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Coutinho, Savia A. 2007. The relationship between goals, metacognition, and academic success, 7(1): 39-47.
Corebima, A.D. 2006. Metakognitif: Satu Ringkasan Kajian. Makalah disampaikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-Guru Biologi di SMA, Palangkaraya 23 Agustus 2006.
Dasta.A. 2012. Penilaian Sikap Ilmiah. (http://ratzaby.blogspot.com/penilaian-sikap-ilmiah.html, diakses 6 November 2013).
Desoete, A. 2001. Off-Line Metacognition in Children with Mathematics Learning Disabilities. Faculteit Psychologies en Pedagogische Wetenschappen. Universiteit-Gent. (https:/archive.ugent.be/retrieve/917/ 801001505476.pdf, diakses 6 November 2013).
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eggen, P.D & Kauchak. 1996. Strategies for Teachers. Boston: Allyn and Bacon. Everson, H. T, & Tobias, S. 1998. The ability to estimate knowledge and
performance in college: A metacognitive analysis. Instructional Science, 26(3): 65-79.
Fredericks, J. A., Blumenfeld, P.C., & Paris, A.H. (2004). School Engagement: Potential of the Concept, State of the Evidence. Review of Educational Research. 74: 59-109.
(24)
52
Graham, S, & Harris, K.R. 1993. Selfregulated strategy development: Helping students with learning problems develop as writers. The Elementary School Journal. 94(2): 169-181.
Herson, A. 2010. Penilaian Sikap llmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5): 103-114.
Howard, J.B. 2004. Metacognitive Inquiry. School of Education Elon University. (Online). (http://Education-journal.htm, diakses 30 Oktober 2013).
In’am, A. 2009. Peningkatan kualitas pembelajaran melalui lesson study berbasis metakognitif. Jurnal Ilmu Pendidikan, (online), 12(1), (http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/viewfile/438/445 umm scientific journal.pdf, diakses 17 November 2013).
Istiyono, E. 2005. Fisika untuk Kelas X. Klaten: Intan Pariwara.
Livingston, J. 1997. Metacognition: An overview. Retrieved Sept. 23, 2005 from (http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm, diakses 7 Oktober 2013).
Lorch, R. F, & Klusewitz, M. A. 1993. College students’ conditional knowledge about reading. J. Educ. Psychol. 85(3): 239–252.
Marigit. 2013. Tantangan dan Harapan Kurikulum 2013 Bagi Pendidikan Matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Moore, K.C., (2004). Constructivism & Metacognition
(http://www.tier1.performance.com /Articles/constructivism.pdf, diakses 23 oktober 2014).
Muslih, M. 2008. Filsafat Ilmu, Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Belukar.
Natalina, Y.Yusuf & Maifitri. 2010. Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan CTL untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP.6(12):235-262.
Paidi. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi yang Mengimplementasikan PBL dan Strategi Metakognitif serta Efektivitasnya Terhadap Kemampuan Metakognitif, Pemecahaman Masalah, dan Penguasaan Konsep Biologi Siswa SMA di Sleman-Yogyakarta. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Pertiwi, U. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Question Students Have Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMP. Skripsi. IKIP Semarang. Peters, M. 2000. “Does Constructivist Epistemology Have a Place in Nurse
(25)
53
Putra. 2010. Pengaruh Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Hasil Belajar. (http://bungo.blogspots, diakses 17 November 2013).
Rahman & Phillips. 2006. Hubungan antara Metakognitif, Motivasi dan Pencapaian Hasil Belajar Akademik Pelajar University. Jurnal Pendidikan. 31(3): 21-39.
Risnanosanti. 2008. Melatih Kemampuan Metakognitif Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Bengkulu.
Rivers, W.S . 2001. Autonomy at All Cosis. An Ethnography of Metacognitive Self-Assessment and Self-Management among Experienced Language Learners. Modern Language Journal. 86(2): 279-290.
Singh, Y.G. 2012. Metacognitive Ability of Secondary Students and Its Association With Academic Achievement in Science Subject. International Indexed & Referred Research Journal (Online). (http://www.ssmrae9.com/admin/images/46ea3b75e3be24e9aa5bbd27d42 ba053.pdf), diakses 21 Februari 2013).
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek.Jakarta:PT. Indeks Stanovich, K. E. 1990. Concepts in developmental theories of reading skill:
Cognitive resources, automaticity, and modularity. Rev. 10: 72–100. Sudjana, N. 2000. Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru
Algesindo.
Sugihartono, B & P.B.Adi. 2010. Mengoptimalkan Minat, Keaktifan Berkomunikasi, Keterampilan Metakognitif, dan Penguasaan Konsep dengan Classwide Peer Tutoring (CWPT) Pada Pembelajaran Biologi Siswa SMA. Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi, 7 (1): 473-486. Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:
Alfabeta.
Sugiarto, B. & Fitaria S. 2013. Identifikasi Level Metakognitif Siswa dalam Memecahkan Masalah Materi Perhitungan Kimia. Journal of Chemical Education. 2(1): 21-27.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.
(26)
54
Susantini, E. 2004. Memperbaiki Kualitas Proses Belajar Genetika Melalui Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Kooperatif pada Siswa SMU. Disertasi: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Taşdemir, A & Tezcan, K. 2013. Survey of the Science and Primary School Teachers Candidates’ Scientific Attitudes in Terms of Multi-Variables. Journal of Turkish Science Education. 10(1): 44-55.
Thomas, G. 2003. Conceptualisation, development and validation of an instrument for investigating the metacognitive orientations of science classroom learning environments: The Metacognitive Orientation Learning Environment Scale–Science (MOLES–S). Learning Environment Research, 6(2): 175–197.
Veenman, M. V. J, & Spaans, M. A. 2006. Relation between intellectual and metacognitive skills: Age and task differences. Learning and Individual Differences. 15(2):159–176.
Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Wildan, M. 2013. Kecerdasan Metakognitif Pada Kurikulum 2013. (http://gurupembelajaran.blogspot.com/kecerdasan-metakognitif pada kurikulum.html), diakses 20 Februari 2013).
Woolfolk, A, Hughes, M, & Walkup, V. 2008. Psychology in Education. England.British Library Cataloguing-in Publication Data.
Zimmerman, B.J, & Martinez P. M. 2001. Students differences in self regulated learning: Relating grade, sex, and giftedness to self efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology. 82 (1): 51-59.
(1)
49 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar biologi siswa sebesar r = 0,818 dengan kontribusi 66,9%. 2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap ilmiah dengan hasil
belajar biologi siswa sebesar r = 0,757 dengan kontribusi 57,4%
3. Terdapat hubungan secara signifikan antara metakognitif, sikap ilmiah secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa sebesar r =0,902 dengan kontribusi 81,3%.
5.2 Implikasi
Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa metakognitif, sikap ilmiah dengan hasil belajar terdapat hubungan yang signifikan. Keterampilan metakognitif dapat membantu peserta didik menjadi self-regulated learners bertanggung jawab terhadap kemajuan belajarnya sendiri dan mengadaptasi strategi belajarnya mencapau tuntutan tugas. Melalui metakognitif siswa mampu menjadi siswa yang mandiri, menumbuhkan sikap jujur, berani mangakui kesalahan dan akan dapat meningkatkan hasil belajar secara nyata. Sehingga siswa dapat mengatur, mengembangkan diri, menentukan tujuan, dan berusaha untuk mencapainya.
Metakognitif dan sikap ilmiah merupakan komponen penting yang harus dimiliki siswa untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Dengan siswa memiliki keterampilan metakognitif siswa dapat memantau, mengawasi dan
(2)
50
mengevaluasi belajar sejara jujur, memiliki rasa ingin tahu dan dapat bekerjasama dalam pembelajaran. Sikap ilmiah siswa dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajarnya. Dalam proses belajar mengajar guru sebaiknya menanamkan keterampilan metakognitif dan sikap ilmiah siswa agar tercapai hasil belajar.
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka tindak lanjut penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dengan meningkatkan metakognitif, sikap ilmiah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan membiasakan dalam proses belajar mengajar.
2. Guru biologi lebih meningkatkan keterampilan metakognitif dan selalu menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dalam proses pembelajaran. Guru selalu mendorong siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Menyarankan kepada peneliti berikutnya untuk dapat mengembangkan hasil penelitian ini agar bermanfaat sebagai informasi. Dengan menggunakan strategi pembelajaran dan instrument yang lebih dapat menilai keterampilan dan sikap ilmiah siswa, serta mencari faktor lainnya dalam meningkatkan hasil belajar.
(3)
51
Arends, R.I. 1998. Learning to Teach. New York: MC Grow Hill. Inc. Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baker, L. 1989. Metacognition, Comprehension monitoring, and The adult reader. Educ. Psychol. Rev. 1: 3–38.
Bennett, J. 2003. Teaching and learning science. New York: Continuum.
BNSP. 2006. Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah(standar
kompetensi dan kompetensi daasar SMA/MA). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Coutinho, Savia A. 2007. The relationship between goals, metacognition, and academic success, 7(1): 39-47.
Corebima, A.D. 2006. Metakognitif: Satu Ringkasan Kajian. Makalah
disampaikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-Guru Biologi di SMA, Palangkaraya 23 Agustus 2006.
Dasta.A. 2012. Penilaian Sikap Ilmiah. (http://ratzaby.blogspot.com/penilaian-sikap-ilmiah.html, diakses 6 November 2013).
Desoete, A. 2001. Off-Line Metacognition in Children with Mathematics Learning Disabilities. Faculteit Psychologies en Pedagogische Wetenschappen. Universiteit-Gent. (https:/archive.ugent.be/retrieve/917/ 801001505476.pdf, diakses 6 November 2013).
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eggen, P.D & Kauchak. 1996. Strategies for Teachers. Boston: Allyn and Bacon. Everson, H. T, & Tobias, S. 1998. The ability to estimate knowledge and
performance in college: A metacognitive analysis. Instructional Science, 26(3): 65-79.
Fredericks, J. A., Blumenfeld, P.C., & Paris, A.H. (2004). School Engagement: Potential of the Concept, State of the Evidence. Review of Educational Research. 74: 59-109.
(4)
52
Graham, S, & Harris, K.R. 1993. Selfregulated strategy development: Helping students with learning problems develop as writers. The Elementary School Journal. 94(2): 169-181.
Herson, A. 2010. Penilaian Sikap llmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5): 103-114.
Howard, J.B. 2004. Metacognitive Inquiry. School of Education Elon University. (Online). (http://Education-journal.htm, diakses 30 Oktober 2013).
In’am, A. 2009. Peningkatan kualitas pembelajaran melalui lesson study berbasis
metakognitif. Jurnal Ilmu Pendidikan, (online), 12(1),
(http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/viewfile/438/445 umm scientific journal.pdf, diakses 17 November 2013).
Istiyono, E. 2005. Fisika untuk Kelas X. Klaten: Intan Pariwara.
Livingston, J. 1997. Metacognition: An overview. Retrieved Sept. 23, 2005 from (http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm, diakses 7 Oktober 2013).
Lorch, R. F, & Klusewitz, M. A. 1993. College students’ conditional knowledge about reading. J. Educ. Psychol. 85(3): 239–252.
Marigit. 2013. Tantangan dan Harapan Kurikulum 2013 Bagi Pendidikan
Matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.
Moore, K.C., (2004). Constructivism & Metacognition
(http://www.tier1.performance.com /Articles/constructivism.pdf, diakses 23 oktober 2014).
Muslih, M. 2008. Filsafat Ilmu, Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Belukar.
Natalina, Y.Yusuf & Maifitri. 2010. Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan CTL untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP.6(12):235-262.
Paidi. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi yang Mengimplementasikan PBL dan Strategi Metakognitif serta Efektivitasnya Terhadap Kemampuan Metakognitif, Pemecahaman Masalah, dan Penguasaan Konsep Biologi Siswa SMA di Sleman-Yogyakarta. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Pertiwi, U. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Question Students Have Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMP. Skripsi. IKIP Semarang. Peters, M. 2000. “Does Constructivist Epistemology Have a Place in Nurse
(5)
Putra. 2010. Pengaruh Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Hasil Belajar. (http://bungo.blogspots, diakses 17 November 2013).
Rahman & Phillips. 2006. Hubungan antara Metakognitif, Motivasi dan Pencapaian Hasil Belajar Akademik Pelajar University. Jurnal Pendidikan. 31(3): 21-39.
Risnanosanti. 2008. Melatih Kemampuan Metakognitif Siswa dalam
Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Bengkulu.
Rivers, W.S . 2001. Autonomy at All Cosis. An Ethnography of Metacognitive Self-Assessment and Self-Management among Experienced Language Learners. Modern Language Journal. 86(2): 279-290.
Singh, Y.G. 2012. Metacognitive Ability of Secondary Students and Its Association With Academic Achievement in Science Subject. International Indexed & Referred Research Journal (Online). (http://www.ssmrae9.com/admin/images/46ea3b75e3be24e9aa5bbd27d42 ba053.pdf), diakses 21 Februari 2013).
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek.Jakarta:PT. Indeks Stanovich, K. E. 1990. Concepts in developmental theories of reading skill:
Cognitive resources, automaticity, and modularity. Rev. 10: 72–100. Sudjana, N. 2000. Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru
Algesindo.
Sugihartono, B & P.B.Adi. 2010. Mengoptimalkan Minat, Keaktifan
Berkomunikasi, Keterampilan Metakognitif, dan Penguasaan Konsep dengan Classwide Peer Tutoring (CWPT) Pada Pembelajaran Biologi Siswa SMA. Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi, 7 (1): 473-486. Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:
Alfabeta.
Sugiarto, B. & Fitaria S. 2013. Identifikasi Level Metakognitif Siswa dalam Memecahkan Masalah Materi Perhitungan Kimia. Journal of Chemical Education. 2(1): 21-27.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.
(6)
54
Susantini, E. 2004. Memperbaiki Kualitas Proses Belajar Genetika Melalui Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Kooperatif pada Siswa SMU. Disertasi: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Taşdemir, A & Tezcan, K. 2013. Survey of the Science and Primary School Teachers Candidates’ Scientific Attitudes in Terms of Multi-Variables. Journal of Turkish Science Education. 10(1): 44-55.
Thomas, G. 2003. Conceptualisation, development and validation of an instrument for investigating the metacognitive orientations of science classroom learning environments: The Metacognitive Orientation Learning
Environment Scale–Science (MOLES–S). Learning Environment
Research, 6(2): 175–197.
Veenman, M. V. J, & Spaans, M. A. 2006. Relation between intellectual and metacognitive skills: Age and task differences. Learning and Individual Differences. 15(2):159–176.
Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Wildan, M. 2013. Kecerdasan Metakognitif Pada Kurikulum 2013.
(http://gurupembelajaran.blogspot.com/kecerdasan-metakognitif pada
kurikulum.html), diakses 20 Februari 2013).
Woolfolk, A, Hughes, M, & Walkup, V. 2008. Psychology in Education. England.British Library Cataloguing-in Publication Data.
Zimmerman, B.J, & Martinez P. M. 2001. Students differences in self regulated learning: Relating grade, sex, and giftedness to self efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology. 82 (1): 51-59.