HUBUNGAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA.

(1)

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HUBUNGAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DENGAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI

MANUSIA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: DEA DIELLA

1101264

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Dea Diella, 2014

HUBUNGAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DENGAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI

MANUSIA

Oleh: Dea Diella

S.Pd, Universitas Pendidikan Indonesia, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi

Sekolah Pasca Sarjana

© Dea Diella 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. H. Riandi, M. Si. NIP. 196305011988031002

Pembimbing II,

Dr. Hj. Diana Rochintaniawati, M. Ed. NIP. 196709191991032001

Disetujui oleh,

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Sekolah Pascasarjana UPI

Dr. H. Riandi, M.Si NIP.196305011988031002


(4)

(5)

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi manusia, dan hubungan antara kemampuan metakognisi dengan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah. Subjek penelitian meliputi 100 orang siswa kelas XI IPA dari lima SMA di kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode korelasional. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data meliputi tes uraian kemampuan metakognisi, tes pilihan ganda beralasan dan uraian keterampilan berpikir kritis, dan skala sikap ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan metakognisi dan keterampilan berpikir kritis siswa memiliki nilai rata-rata yang rendah, sedangkan sikap ilmiahnya memiliki rata-rata cukup. Kemampuan metakognisi dengan skor tertinggi adalah sub komponen evaluasi dan skor terendahnya adalah sub komponen memperbaiki kesalahan. Keterampilan berpikir kritis dengan skor tertinggi adalah sub indikator analisis argumen dan skor terndahnya adalah sub indikator observasi. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa kemampuan metakognisi berhubungan cukup kuat dan signifikan dengan keterampilan berpikir kritis konsep sistem ekskresi manusia, sedangkan hubungan antara kemampuan metakognisi dan sikap ilmiah pada konsep yang sama, menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.


(6)

Dea Diella, 2014

Correlation Between Metacognition Skill with Critical Thinking Skill and Scientific Attitude of Students XI Grade in Human Excretory System

Abstract

The aim of this study was to reveal students XI grade metacognition skill, critical thinking skill, scientific attitude, and also the correlation between metacognition skill with crititical thinking skill and scientific attitude in human excretory system. Sample of this study were 100 students from XI grade of five different high school in Tasikmalaya. Correlational methode was used in this study. Intruments to obtain data consisted of metacognition skill test, critical thinking test, and scientific attitude scale. Result showed that metacognition skill and critical thinking skill has a low average but scientific attitude has an adequate score average. The higher score for metacognition skill component is evaluation and the lower score is debugging strategy. The higher score for students critical thinking skill is analyzing argument and the lower is observation. Metacognition has a positive correlation with critical thinking skill,which include in moderate strong correlation. Metacognition skill has no significant correlation with scientific attitude.


(7)

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B.Rumusan Masalah... 5

C.Batasan Masalah... 5

D.Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II Kemampuan Metakognisi, Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah... 8 A.Metakognisi... 8

B.Keterampilan Berpikir Kritis... 14

C.Sikap Ilmiah... 19

D.Analisis Materi Sistem Ekskresi... 23

E. Penelitian yang relevan... 24

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A.Lokasi dan Sampel Penelitian... 26

B.Metode Penelitian... 26

C.Definisi Operasional... 26

D.Instrumen Penelitian... 27

E. Pengembangan Instrumen Penelitian... 30

F. Prosedur Penelitian... 36

G.Teknik Pengumpulan Data... 37

H.Teknik Analisis Data... 38

I. Alur Penelitian... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

A.Hasil Penelitian... 42

B.Pembahasan... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 72

A.Kesimpulan... 72

B.Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA... 74


(8)

Dea Diella, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Taksonomi BloomRevisi... 13

Tabel 2.2 Pengelompokkan keterampilan berpikir kritis menurut Ennis... 17

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis Konsep Sistem Ekskresi Manusia... 29 Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Sikap Ilmiah... 30

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal... 31

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal... 31

Tabel 3.5 Klasifikasi Validitas Butir Soal... 32

Tabel 3.6 Klasifikasi Reliabilitas Tes... 33

Tabel 3.7 Rekap Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Metakognisi... 34

Tabel 3.8 Rekap Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis... 34

Tabel 3.9 Rekap Hasil Uji Coba Skala Sikap Ilmiah... 35

Tabel 3.10 Teknik Pengumpulan Data... 37

Tabel 3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi... 39

Tabel 4.1 Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-rata Kemampuan Metakognisi, Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah... 42 Tabel 4.2 Distribusi Kemampuan Metakognisi... 45

Tabel 4.3 Rata-rata Skor Keterampilan Berpikir Kritis... 47

Tabel 4.4 Distribusi Keterampilan Berpikir Kritis... 48

Tabel 4.5 Skor untuk setiap pernyataan... 49 Tabel 4.6 Konstanta dan Koefisien untuk Kemampuan Metakognisi dengan

Keterampilan Berpikir Kritis... 56 Tabel 4.7 Konstanta dan Koefisien untuk Kemampuan Metakognisi dengan

Sikap Ilmiah... 57


(9)

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

A.Instrumen

Penelitian...

78

1. Kisi-kisi Soal Metakognisi... 78

2. Rubrik Penilaian Metakognisi... 3. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis... 88

4. Rubrik Penilaian Soal Uraian... 101

5. Kisi-kisi Skala Sikap Ilmiah... 104

B.Validitas Instrumen... 110

C.Data Penelitian... 128

1. Rekap Hasil Keterampilan Berpikir Kritis... 128

2. Rekap Hasil Kemampuan Metakognisi... 132

3. Tabel Nilai Kemampuan Metakognisi, Keterampilan Berpikir Kritis dan Skor Sikap Ilmiah... 136 4. Hasil Pengolahan SPSS ( Korelasi dan Regresi)... 139

D.Jadwal Penelitian... 145 E. Surat Perizinan...


(10)

Dea Diella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembelajaran sains harus disesuaikan dengan hakekat sains. Hakekat sains meliputi aspek proses, produk, dan sikap (Carin, 1997). Ketiga aspek tersebut harus dicapai secara seimbang agar hakekat pembelajaran sains terangkum dengan utuh. Proses sains meliputi segala upaya seseorang dalam mempelajari sains. Proses tersebut dapat berupa kegiatan fisik yang tampak dan kegiatan psikis (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Kegiatan fisik misalnya melakukan observasi, menguji hipotesis, bereksperimen dan lain-lain. Sedangkan kegiatan psikis melibatkan kognisi seperti menerima informasi, strategi mengolah informasi dan menyimpan informasi. Aspek produk meliputi teori, hukum, prinsip dan sebagainya yang merupakan hasil dari proses sains. Aspek sikap meliputi sikap ilmiah yang dimiliki seseorang ketika mempelajari sains.

Belajar sebagai bagian dari proses sains pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan menanamkan sikap positif. Tujuan mata pelajaran biologi yang tercantum dalam standar isi (BSNP, 2006) diantaranya yaitu, memupuk sikap ilmiah dan mengembangkan kemampuan berpikir (analitis, induktif dan deduktif) dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi. Proses belajar sebetulnya sulit diamati karena terjadi dalam otak (pikiran) setiap siswa. Aspek dari belajar yang dapat mudah diamati adalah hasil belajarnya. Setiap siswa datang ke sekolah dengan membawa isi


(11)

2

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pikiran (pengetahuan awal), cara menerima, mengolah, dan menyimpan informasi yang berbeda-beda.

Siswa pada umumnya tidak mengembangkan strategi belajar yang efektif (Matlin, 1994). Kebanyakan dari mereka sukses di sekolah melalui menghafal informasi hanya untuk ujian. Menghafal membuat proses belajar menjadi tidak bermakna karena belajar bermakna harus melibatkan proses kognitif dari mulai informasi diterima dan dikaitkan dengan informasi yang sudah ada (Ausubel dalam Dahar 1996). Ausubel juga menyatakan bahwa belajar hafalan terjadi jika siswa tidak mengasimilasi pengetahuan baru pada konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitifnya. Selain itu, menghafal juga tidak menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills). Berpikir tingkat tinggi dibangun mulai dari keterampilan sederhana seperti membedakan, aplikasi sederhana dan analisis, dan strategi kognitif untuk mengaitkan pengetahuan awal dengan materi yang baru. Berpikir tingkat tinggi dapat meliputi berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif dan kreatif (King et al, 1998).

Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (Costa, 1985: 54) yaitu berpikir masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang sangat penting bagi seseorang untuk dapat bersaing di dunia global. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan berbagai metode pembelajaran, misal pembelajaran berbasis inkuiri,


(12)

3

Dea Diella, 2014

Quitadamo,2007,2008; Chanchaichaovivat et al, White et al,2009; Garril,2011).

Keterampilan berpikir kritis memiliki keterkaitan dengan metakognisi. Metakognisi merupakan pengetahuan seseorang tentang pikirannya. Secara umum metakognisi meliputi komponen perencanaan, monitoring, dan evaluasi (Flavel dalam Tanner 2012). Seseorang dengan keterampilan berpikir kritis yang baik memiliki aktivitas metakognitif yang lebih baik terutama dalam aspek perencanaan dan strategi evaluasi (Ku & Ho, 2010).

Pembelajaran materi sistem ekskresi umumnya dilakukan secara ceramah ekspositori dan berbasis praktikum. Praktikum yang dilakukan terkait materi tersebut biasanya dilakukan saat mempelajari kelainan pada urin. Pembelajaran berbasis praktikum berpotensi besar dalam mengembangkan kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Pembelajaran secara ceramah pun sebetulnya berpotensi mengembangkan kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa jika guru memahami ketiga kemampuan tersebut dan mampu mengemasnya dalam kegiatan pembelajaran. Metakognisi, berpikir kritis dan sikap ilmiah memiliki beberapa komponen yang dapat dikembangkan dalam jenis pembelajaran apapun.

Materi sistem ekskresi manusia di jenjang SMA berdasarkan Standar Isi termasuk ke dalam Standar Kompetensi nomor tiga yaitu: menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi, serta implikasinya pada sains, lingkungan,


(13)

4

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teknonologi, dan masyarakat (salingtemas). Kompetensi dasar untuk sistem eksresi manusia tertuang pada no 3.5 yakni: menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan. Fenomena dalam sistem ekskresi manusia sangat dekat dengan keseharian siswa karena beberapa hasil ekskresi seperti urin dan keringat secara sadar ditemukan siswa setiap hari. Namun sistem ekskresi sebagai bagian dari fisiologi merupakan salah satu konsep yang sulit untuk dipahami dan bersifat abstrak (Lazarowitz dan Penso, 1992). Proses-proses yang terjadi dalam sistem ekskresi tersebut berpotensi untuk menuntut siswa berpikir kritis siswa dan menggunakan sikap ilmiah selama mempelajarinya.

Penelitian yang sudah dilakukan masih berfokus pada peningkatan keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan metakognisi dengan menggunakan pendekatan dan metode belajar tertentu. Analisis keterkaitan antara ketiganya dalam pembelajaran belum banyak dikaji lebih detil. Kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis, dan sikap ilmiah, masing-masing dibangun oleh sejumlah komponen. Keterkaitan antar komponen tersebut memungkinkan untuk dianalisis dengan tujuan melihat lebih jelas hubungan yang dibangun oleh ketiga jenis keterampilan itu. Penelitian tentang hubungan kemampuan metakognisi dengan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah dapat menunjukkan ada tidaknya pengaruh antar ketiganya. Bila terbukti adanya hubungan positif antara ketiganya maka penemuan tersebut dapat menjadi acuan guru dalam menyusun kegiatan


(14)

5

Dea Diella, 2014

pembelajaran. Guru dapat menyusun kegiatan pembelajaran biologi yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah secara bersamaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana hubungan kemampuan metakognisi dengan

keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi manusia?

Rumusan masalah di atas dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan metakognisi siswa pada konsep sistem ekskresi

manusia?

2. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem ekskresi manusia?

3. Bagaimana sikap ilmiah siswa pada konsep sistem ekskresi manusia

4. Bagaimana hubungan kemampuan metakognisi dengan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Kemampuan metakognisi yang diukur meliputi komponen pengetahuan tentang kognisi yang meliputi pengetahuan deklaratif, pengetahuan


(15)

6

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

prosedural dan pengetahuan kondisional, dan komponen pengaturan kognisi yang meliputi perencanaan, strategi pengaturan informasi, monitoring komprehensi, dan evaluasi (Schraw dalam Lai,2011).

2. Keterampilan berpikir kritis yang dianalisis yaitu keterampilan berpikir kritis berdasarkan Ennis (Costa, 1985: 54) yang meliputi: (a) memberikan penjelasan sederhana, (b) membangun keterampilan dasar, (c) membuat inferensi, (d) mengatur strategi dan taktik.

3. Sikap ilmiah yang diukur meliputi rasa ingin tahu, skeptis, jujur, objektif, kritis, dan terbuka.

4. Konsep yang terkait dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi manusia berdasarkan kompetensi dasar no 3.5 dengan rumusan : menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa kelas XI pada konsep sistem ekskresi manusia. Selain itu penelitian ini akan menganalisis hubungan kemampuan metakognisi dengan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa pada konsep tersebut.


(16)

7

Dea Diella, 2014

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat bagi Guru

Membantu guru dalam memahami metakognisi siswa, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah seta efeknya terhadap prestasi belajar siswa sehingga mampu menyusun kegiatan pembelajaran yang tepat.

2. Manfaat bagi Siswa

Membantu siswa dalam memahami kognisi dirinya dan strategi pengaturan kognisinya sehingga dapat belajar dengan efektif .

3. Manfaat bagi Sekolah

Memberikan informasi tentang kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis, dan sikap ilmiah siswa yang dapat dijadikan bahan evaluasi bagi penyelenggaraan proses pendidikan disekolah.


(17)

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, dan SMAN 5 kota Tasikmalaya. Pengambilan data dilakukan pada pertengahan bulan April sampai dengan akhir Mei 2013.

Populasi dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, dan SMAN 5 kota Tasikmalaya. Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah 100 orang siswa yang terdiri atas 25 orang SMAN 1, 23 orang SMAN 2, 6 orang SMAN 3, 7 orang SMAN 4, dan 39 orang SMAN 5. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple random sampling) (Fraenkel dan Wallen, 2006).

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional. Penelitian korelasional mengkaji tentang hubungan antara dua atau lebih variabel melalui penghitungan koefisien korelasi (McMillan dan Schumacher, 2001).

C. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Kemampuan metakognisi dalam penelitian ini meliputi komponen pengetahuan tentang kognisi yang terdiri atas pengetahuan deklaratif,


(18)

27

Dea Diella, 2014

pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional, dan komponen pengaturan kognisi yang meliputi perencanaan, strategi pengaturan informasi, monitoring komprehensi, dan evaluasi (Schraw dalam Lai,2011). Kemampuan metakognisi dijaring dengan soal uraian yang mengacu pada komponen metakognisi Schraw dan Denison juga berjenjang C1 sampai C6.

2. Keterampilan berpikir kritis yang dianalisis yang dijaring dalam penelitian meliputi (a) memberikan penjelasan sederhana, (b) membangun keterampilan dasar, (c) membuat inferensi, dan (d) mengatur strategi dan taktik. Keterampilan berpikir kritis dijaring dengan soal tes keterampilan berpikir kritis berupa Pilihan Ganda (PG) beralasan dan uraian yang diberikan pada akhir pembelajaran konsep sistem ekskresi.

3. Sikap ilmiah dalam penelitian ini meliputi rasa ingin tahu, skeptis, jujur, objektif, kritis, dan terbuka. Sikap ilmiah dijaring menggunakan skala sikap ilmiah yang terdiri atas pernyataan positif dan negatif dengan skala tertinggi empat dan skala terendah satu.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Jumlah instrumen yang digunakan sebanyak tiga jenis. Berikut merupakan rincian instrumen yang digunakan dalam penelitian:

1. Soal Uraian Metakognisi Konsep Sistem Ekskresi Manusia.

Soal uraian metakognisi disusun berdasarkan delapan sub komponen kemampuan metakognisi. Sub komponen tersebut meliputi pengetahuan


(19)

28

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

deklaratif, pengetahuan prosedural, pengetahuan kondisional, perencanaan, strategi pengaturan informasi, memantau pemahaman, strategi memperbaiki kesalahan, dan evaluasi. Setiap sub komponen diwakili oleh satu soal uraian. Penyusunan soal uraian kemampuan metakognisi diawali dengan penyusunan kisi-kisi dan dilanjutkan dengan pembuatan kunci jawaban serta pedoman penskoran. Setiap jawaban diskor dengan panduan rubrik penilaian. Skor untuk setiap pertanyaan adalah tiga, dua, satu dan nol bergantung pada kriteria yang telah ditetapkan pada rubrik penilaian. Pada tahap rekap nilai kemampuan metakognisi, siswa yang memperoleh

skor tiga dapat dikategorikan “baik”, skor dua dikategorikan “cukup”, skor satu dikategorikan “kurang” , dan skor nol berarti siswa tidak mampu

mencapai komponen yang diwakili oleh soal tersebut.

2. Instrumen tes keterampilan berpikir kritis sistem ekskresi manusia

Soal berpikir kritis konsep sistem ekskresi disusun berdasarkan empat indikator berpikir kritis Ennis. Keempat indikator itu meliputi: (a) memberikan penjelasan sederhana, (b) membangun keterampilan dasar, (c) membuat inferensi, dan (d) mengatur strategi dan taktik. Indikator – indikator tersebut dijabarkan menjadi tujuh sub indikator.

Penyusunan soal tes berpikir kritis diawali dengan pembuatan kisi-kisis soal. Tabel 3.1 menunjukkan kisi-kisi soal tes keterampilan berpikir kritis. Kisi-kisi soal tersebut disusun berdasarkan jumlah sub indikator dan konten konsep sistem ekskresi manusia yang meliputi organ ginjal, paru-paru, hati dan kulit. Setiap sub indikator diwakili minimal oleh dua


(20)

29

Dea Diella, 2014

nomor soal baik berupa pilihan ganda maupun uraian atau keduanya. Proses berikutnya adalah pembuatan soal, kunci jawaban, dan pedoman penskoran. Jumlah soal yang digunakan untuk menjaring keterampilan berpikir kritis adalah 15 butir soal. Soal terdiri atas lima butir soal pilihan ganda beralasan dan 10 butir soal uraian.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis Konsep Sistem Ekskresi Manusia

Indikator Sub Indikator No

Soal Jumlah 1. Elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan

(mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan)

1, 6 2

Menganalisis argumen/sudut pandang (menganalisis alasan yang dikemukakan)

2, 7 2

Bertanya dan menjawab suatu pertanyaan klarifikasi & tantangan

3, 8 2

2. Basic support

(membangun keterampilan dasar)

Menilai kredibilitas suatu sumber (kemampuan memberikan alasan)

9, 10 2 Mengobservasi dan menilai hasil

observasi

4, 11 2

3. Membuat inferensi Membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

5, 12, 13

3 4. Strategy and tactics

(mengatur strategi dan taktik)

Menentukan tindakan (merumuskan solusi alternatif)

14, 15

2

JUMLAH 15

3. Skala Sikap Likert

Angket skala sikap disusun untuk menjaring data enam jenis sikap ilmiah siswa yang terdiri atas rasa ingin tahu, skeptis, jujur, objektif, kritis, dan terbuka. Keenam sikap tersebut dijabarkan menjadi 12 indikator (satu sikap diwakili oleh dua indikator). Setiap indikator diwakili oleh satu pernyataan positif dan satu pernyataan negatif. Sehingga total penyataan pada angket skala sikap ilmiah adalah 24


(21)

30

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pernyataan. Kisi-kisi skala sikap dapat dilihat di pada Tabel 3.2. Tanggapan untuk setiap pernyataan pada skala sikap yaitu berupa sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Sikap Ilmiah

Indikator Sikap Nomor Pernyataan

Rasa ingin tahu 1, 2, 3, 4 Skeptis 5, 6, 7, 8

Jujur 9,10,11,12

Objektif 13,14,15,16

Kritis 17,18,19,20

Terbuka 21,22,23,24

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Kemampuan Metakognisi dan Keterampilan Berpikir Kritis

Untuk analisis uji coba instrumen tes penguasaan konsep dan tes keterampilan berpikir kritis dilakukan analisis sebagai berikut :

a. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, soal yang terlalu mudah akan menyebabkan peserta didik tidak termotivasi untuk berfikir tingkat tinggi, sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa berputus asa (Arikunto, 2008: 207). Tingkat kesukaran merupakan analisis pokok uji untuk menentukan proporsi item soal yang berada pada tingkat mudah, sedang atau sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2008: 208)

JS B P


(22)

31

Dea Diella, 2014

Nilai tingkat kesukaran kemudian diinterpretasikan melalui klasifikasi indeks kesukaran seperti terdapat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

Nilai Kategori Soal 0,00 sampai 0,30 Sukar 0,31 sampai 0,70 Sedang 0,71 sampai 1,00 Mudah

(Arikunto, 2008: 210)

b. Daya pembeda

Tahapan awal dalam pengukuran daya pembeda, dengan cara menentukan kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower

group), dengan mengacu pada nilai yang diperoleh berdasarkan tes.

Rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda sebagai berikut:

Keterangan :

DP :daya pembeda

JA :banyaknya peserta kelompok atas JB :banyaknya peserta kelompok bawah

BA :banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA :proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB :proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Arikunto, 2008: 213-214) Nilai tingkat daya pembeda kemudian diinterpretasi melalui klasifikasi daya pembeda seperti pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Nilai Kriteria

<0,00 Sangat jelek

0,00-0,20 Jelek

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71-1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2008: 218)


(23)

32

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menghitung validitas butir soal pilihan ganda digunakan teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yakni :

√[ ][ ]

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi tiap item

N : banyaknya subjek uji coba

Σ X : jumlah skor item

ΣY : jumlah skor total

Σ X2

: jumlah kuadrat skor item

Σ Y2

: jumlah kuadrat skor total

Σ XY : jumlah perkalian skor item dan skor total

(Arikunto, 2008: 72) Nilai validitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menggunakan tabel interpretasi validitas butir soal seperti pada Tabel 3.5 .

Tabel 3.5 Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai Kriteria

0,00 rxy 0,20 Sangat rendah

0,20 < rxy 0,40 Rendah

0,40 < rxy 0,60 Cukup

0,60 < rxy 0,80 Tinggi

0,80 < rxy < 0,10 Sangat tinggi

(Arikunto, 2008:75)

d. Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes berhubungan dengan tingkat kepercayaan dan keajegan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

 

  


(24)

33

Dea Diella, 2014

tetap. Untuk pengujian reliabilitas soal pilihan ganda dapat menggunakan rumus K-R 21 sebagai berikut :

             2 1 11 S . n M) M(n 1 1 n n r Keterangan :

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

M : rerata skor total n : banyaknya item soal S : standar deviasi dari tes

(Arikunto, 2008:103)

Nilai reliabilitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi menggunakan tabel interpretasi reliabilitas butir soal seperti pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6 Klasifikasi Reliabilitas Tes

Nilai Kriteria

0,00-0,20 Sangat rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Sedang

0,61-0,80 Tinggi

0,81-1,00 Sangat tinggi

Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengembangkan sendiri instrumen untuk menjaring data yang dibutuhkan. Hasil uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep adalah sebagai berikut.

e. Hasil Uji Coba Instrumen

1). Kemampuan Metakognisi

Uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI IPA yang telah mendapat pembelajaran konsep sistem ekskresi. Analisis hasil uji coba instrumen tes kemampuan metakognisi meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, menggunakan program aplikasi Anates


(25)

34

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil uji coba, instrumen tes kemampuan metakognisi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya pembeda, tingkat kesukaran, dan validitas seperti pada Tabel 3.7, sedangkan korelasi xy = 0,57 (cukup) dan reliabilitas sebesar 0,72 (tinggi).

Tabel 3.7 Rekap Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Metakognisi

Butir Asli Butir Baru Daya Pembeda

Korelasi Tingkat Kesukaran

Keterangan 1 1 46,67 0,727 Sedang Soal baik 2 2 33,33 0,538 Sedang Soal revisi 3 3 40,00 0,601 Sedang Soal baik 4 4 33,33 0,640 Sedang Soal baik 5 5 46,67 0,723 Sedang Soal baik 6 6 33,33 0,660 Sedang Soal baik 7 7 40,00 0,752 Sukar Soal baik 8 8 33,33 0,536 Sedang Soal revisi

2). Keterampilan Berpikir Kritis

Uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI IPA yang telah mendapat pembelajaran konsep sistem ekskresi. Analisis hasil uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, menggunakan program aplikasi Anates

v.4.

Berdasarkan hasil uji coba, instrumen tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya pembeda, tingkat kesukaran, dan validitas seperti pada Tabel 3.8, sedangkan korelasi xy = 0,66 (tinggi) dan reliabilitas sebesar 0,79 (tinggi).

Tabel 3.8 Rekap Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Butir Asli Butir Baru Daya Pembeda

Korelasi Tingkat Kesukaran

Keterangan 1 1 33,33 0,605 Sedang Soal baik 2 2 53,33 0,637 Sedang Soal baik 3 3 20,00 0,211 Sukar Soal revisi 4 4 20,00 0,714 Sedang Soal baik 5 5 46,67 0,592 Sedang Soal baik


(26)

35

Dea Diella, 2014

Butir Asli Butir Baru Daya Pembeda

Korelasi Tingkat Kesukaran

Keterangan 6 6 53,33 0,507 Sedang Soal baik 7 7 33,33 0,336 Sedang Soal revisi 8 8 26,67 0,429 Sedang Soal revisi 9 9 33,33 0,507 Sedang Soal baik 10 10 46,67 0,337 Sukar Soal revisi 11 11 66,67 0,514 Sedang Soal baik 12 12 13,33 0,382 Sedang Soal revisi 13 13 20,00 0,453 Sedang Soal revisi 14 14 60,00 0,774 Sedang Soal baik 15 15 26,67 0,607 Sedang Soal baik

3). Sikap Ilmiah

Uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI IPA yang telah mendapat pembelajaran konsep sistem ekskresi. Analisis hasil uji coba instrumen angket sikap ilmiah meliputi validitas dan reliabilitas setiap pernyataan sikap menggunakan program aplikasi Anates v.4.

Instrumen skala sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki korelasi xy sebesar 0,48 (cukup) dan reliabilitas sebesar 0,65 (tinggi). Validitas masing-masing butir pernyataan dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Rekap Hasil Uji Coba Skala Sikap Ilmiah

Butir Asli

Butir Baru

Jenis

Pernyataan Korelasi Validitas Keterangan

1 1 Positif 0,461 Cukup baik

2 2 Negatif 0,588 Cukup baik

3 3 Positif 0,691 Tinggi baik

4 4 Negatif 0,702 Tinggi baik

5 5 Positif 0,422 Cukup baik

6 6 Negatif 0,720 Tinggi baik

7 7 Positif 0,521 Cukup baik

8 8 Negatif 0,060 Sangat rendah revisi

9 9 Positif 0,226 Rendah revisi

10 10 Negatif 0,463 Cukup baik

11 11 Positif 0,513 Tinggi baik

12 12 Negatif 0,324 Rendah revisi

13 13 Positif 0,747 Tinggi baik


(27)

36

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Butir

Asli

Butir Baru

Jenis

Pernyataan Korelasi Validitas Keterangan

15 15 Positif -0,162 - dibuang

16 16 Negatif -0,006 - dibiang

17 17 Positif 0,446 Cukup baik

18 18 Negatif 0,005 Sangat Rendah revisi 19 19 Positif 0,300 Rendah revisi

20 20 Negatif 0,300 Rendah revisi

21 21 Positif 0,888 Sangat tinggi baik 22 22 Negatif 0,225 Rendah revisi

23 23 Positif 0,262 Rendah revisi

24 24 Negatif 0,300 Rendah revisi

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap:

1. Tahap persiapan, yaitu meliputi studi pendahuluan, penyusunan proposal, kajian teoritis, penentuan sampel dan penyusunan instrumen. Studi pendahuluan dilakukan dengan penjaringan kemampuan metakognisi dengan soal uraian pada salah satu kelas IPA. Penyusunan proposal dilatarbelakangi oleh temuan studi pendahuluan dan dikembangkan berdasarkan kajian teoritis. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana yaitu dengan teknik undian. Penyusunan instrumen mengacu pada komponen metakognisi dari Schraw dan Denison, indikator keterampilan berpikir kritis Ennis, kompetensi dasar no 3.5. Instrumen yang telah disusun kemudian divalidasi oleh ahli dan diujicobakan pada sekelompok siswa.

2. Tahap pelaksanaan, yaitu :

a. Pemberian informasi kepada siswa tentang metakognisi : siswa-siswa yang menjadi sampel penelitian diberikan penjelasan tentang pengertian metakognisi dan komponen penyusunnya.


(28)

37

Dea Diella, 2014

b. Pemberian soal metakognisi : soal uraian metakognisi terkait materi sistem ekskresi diberikan pada siswa setelah mereka mendapatkan materi tersebut dari guru di sekolah masing-masing.

c. Tes keterampilan berpikir kritis : soal keterampilan berpikir kritis terkait materi sistem ekskresi manusia diberikan pada siswa setelah mereka mendapatkan materi tersebut dari guru di sekolah masing-masing.

d. Pemberian angket skala sikap : angket skala sikap terkait materi sistem ekskresi manusia diberikan pada siswa setelah mereka mendapatkan materi tersebut dari guru di sekolah masing-masing.

3. Tahap penyusunan laporan, yaitu meliputi hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan satu macam cara pengumpulan data yaitu melalui tes. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Instrumen

1. Siswa Keterampilan berpikir kritis

satu kali tes Butir soal pilihan gandan beralasan dan uraian yang disusun berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (Costa, 1985) 2. Siswa Kemampuan satu kali tes Butir soal uraian yang memuat


(29)

38

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Instrumen

metakognisi kemampuan metakognisi siswa. 3. Siswa Sikap ilmiah

siswa

satu kali Butir pernyataan sikap ilmiah

H. Teknik Analisis Data 1. Kemampuan metakognisi

Skor kemampuan metakognisi dihitung dengan panduan penskoran soal metakognisi. Skor tersebut juga dijabarkan berdasarkan sub komponen metakognisi untuk mendapatkan rekap capaian kemampuan metakognisi. Mengolah skor mentah menjadi nilai berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2008: 234):

Nilai =

x 100

2. Keterampilan berpikir kritis

Skor keterampilan berpikir kritis dihitung dengan panduan penskoran soal keterampialn berpikir kritis. Skor tersebut juga dijabarkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis untuk mendapatkan rekap capaian keterampilan berpikir kritis. Mengolah skor mentah menjadi nilai berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2008: 234):

Nilai =

x 100

Nilai keterampilan berpikir kritis dikorelasikan dengan nilai kemampuan metakognisi dengan menggunakan uji Perason atau Spearman


(30)

39

Dea Diella, 2014

dan Kendall’tau pada program SPSS. Berikut merupakan tahapan uji

korelasional : a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data nilai metakognisi dan nilai keterampilan berpikir kritis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for window, yaitu dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Ketentuannnya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05, maka data berdistribusi normal

Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal b. Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi (r). Jenis uji korelasi yang digunakan yaitu uji Pearson jika data

berdistribusi normal atau uji Spearman atau Kendall’s tau jika data

tidak berdistribusi normal.

Tabel 3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi (Riduwan dan Akdon, 2006)

Interval Koefisien Kriteria 0,80-1,00 Sangat kuat

0,60-0,799 Kuat

0,40-0,599 Cukup Kuat 0,20-0,399 Rendah 0,00-0,199 Sangat rendah

Berikutnya adalah analisis hubungan secara deskriptif antara indikator berpikir kritis capaian siswa dengan sub komponen metakognisi capaian siswa.


(31)

40

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas. Pada penelitian ini menggunakan regresi sederhana dengan kemampuan metakognisi sebagai variabel bebas, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah sebagai variabel terikat. Uji regresi dilakukan dengan bantuan program SPSS.

3. Sikap Ilmiah

Skor sikap ilmiah siswa diolah dengan merujuk pada pengolahan skala Likert. Total skor setiap siswa diperoleh dari :

Total Skor =

x 100

Skor untuk setiap pernyataan diolah dengan cara berikut : Skor pernyataan=

x 100%

(Riduwan dan Akdon, 2006) Kriteria Interpretasi Skor

Angka 0% - 20% = sangat lemah Angka 21% - 40% = lemah Angka 41% - 60% = cukup Angka 61% - 80% = kuat

Angka 81% – 100%= sangat kuat

Nilai sikap ilmiah dikorelasikan dengan nilai kemampuan metakognisi dengan menggunakan uji Pearson atau Spearman pada program SPSS. Tahapan uji korelasi sama dengan yang dijelaskan pada poin 2. Kemudian dilakukan pula uji regresi sederhana.


(32)

41

Dea Diella, 2014

I. Alur Penelitian

Pengambilan data

Tes Keterampilan berpikir kritis Rumusan Masalah

Penyusunan Proposal

Penyusunan Instrumen

Judgement & uji coba

instrumen Seminar proposal

Revisi Proposal

Tes Kemampuan metakognisi

Tes Sikap Ilmiah

Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan dan Pelaporan Pemberian informasi


(33)

26

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia


(34)

Dea Diella, 2014

BAB V

Kesimpulan dan Saran A.Kesimpulan

Kemampuan metakognisi berhubungan positif dan signifikan dengan keterampilan berpikir kritis konsep sistem ekskresi manusia. Besarnya nilai korelasi antara kedua kemampuan menunjukkan korelasi cukup kuat. Sedangkan hubungan antara kemampuan metakognisi dan sikap ilmiah pada konsep yang sama, menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.

Kemampuan metakognisi pada konsep sistem ekskresi manusia memiliki rata-rata nilai yang rendah. Capaian skor untuk setiap sub komponen secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu evaluasi, pengetahuan prosedural, pengetahuan kondisional, perencanaan, strategi pengaturan informasi, memantau pemahaman, pengetahuan deklaratif, dan strategi memperbaiki kesalahan.

Keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem ekskresi manusia menunjukkan rata-rata yang rendah. Capaian skor untuk setiap sub indikator secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu mengalisis argumen, memfokuskan atau merumuskan pertanyaan, menetukan tindakan, membuat induksi, menjawab pertanyaan klarifikasi (tantangan), menilai kredibilitas, dan mengobservasi .

Sikap ilmiah siswa pada konsep sistem ekskresi manusia memiliki rata-rata skor yang cukup baik. Skor untuk sikap rasa ingin tahu, skeptis, jujur, objektif, kritis dan terbuka berada pada kategori kuat dan cukup.


(35)

73

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian diantaranya:

1. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji hubungan metakognisi dengan jenis penalaran tingkat tinggi lainnya dan pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

2. Penalaran tingkat tinggi seperti metakognisi dan berpikir kritis harus dilatihkan secara berkala pada siswa.

3. Guru hendaknya mengenalkan, mengembangkan, dan mengajak siswa menggunakan kemampuan metakognisi pada setiap kegiatan belajar mengajar.

4. Pihak sekolah dapat memfasilitasi guru untuk melakukan pemantauan kemampuan kognisi dan sikap siswa secara berkala.


(36)

74

Dea Diella, 2014

Daftar Pustaka

Anderson et al. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumu Aksara BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Campbell et al. (2008). Biology eight edition. San Fransisco: Pearson education Inc

Carin, A.A. (1997). Teaching Science Through Discovery Eight edition.New Jersey: Prentice-Hall,Inc

Chanchaichaovivat, A., Panijpan, B., dan Ruenwongsa, P. (2009). Enhancing

Conceptual Understanding and Critical Thinking with Experiential Learning: A Case Study with Biological Control. Dalam Asian Journal of Food and Agro-Industry [Online] Vol (-) 20 halaman. Tersedia:

www.ajofai.info [7 Februari 2012]

Chaplin. (2007). A Model of Student Success: Coaching Students to Develop Critical Thinking Skills In Introductory Biology Courses. Dalam International Journal for the Shcolarship of Teaching and Learning

[Online] Vol 1 (No 2) 7 halaman. Tersedia:

http://www.georgiasouthern.edu/ijsotl [13 Februari 2012]

Costa, L.A. (1985). Developing Mind-A Resource Book for Teaching

Thinking.Virginia: Association for Supervision and Curriculum

Development


(37)

75

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Flavel, J. (1979). Metacognition Theory. [Online] Tersedia:

http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/constructivism/flavell.html. (3 desember 2012) Fraenkel, J.R dan Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in

Education (Sixth Edition. New York: McGraw-Hill

Garrill. (2011). Adding an Extra Dimension to What Students See through the

Light Microscope: A Lab Exercice Demonstrating Critical Analysis for Micriscopy Students. Dalam CBE-Life Sciences Education [Online] Vol

10 6 halaman. Tersedia:

http://www.lifescied.org/content/10/4/430.full.pdf+html?sid=ea779d07-9813-40bb-bce4-4585e3b6bf66 [22 Februari 2012]

King, FJ., Goodson, L., dan Rohani, F. (1998). Higher Order Thinking

Skills.[Online] Tersedia: www.cala.fsu.edu.[10 februari 2012]

Ku, K.Y.L dan Ho,I.T. (2010). Metacognitive Strategy that Enhance critical

Thinking. Dalam Springerlink [Online] Vol 5 (No 3). Tersedia:

http://www.springerlink.com/content/h51t66v655167701/.[9 Juni 2012] Lai, E.R. (2011). Metacognition: a Literature Review. [Online] Tersedia:

www.pearsonassessments.com/.../metacognition_literature_review_Final.p df. [1 Agustus 2012]

Lazarowitz, R dan Penso, S. (1992). High School Student Difficulties in Learning

Biology Concepts”. Dalam Journal of Biology Education [Online] Vol 3. Tersedia:

http://www.tandfonline.com/abs/10.1080/002/9266.1992.9655276#previe w. [26 September 2013]


(38)

76

Dea Diella, 2014

Livingston, J.A. (1997). Metacognition: An Overview Jennifer A.Livingston. [Online] Tersedia: http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm. [23 Agustus 2013]

Magno, C. (2010). The Role of Metacognitive Skills in Developing Critical

Thinking. [Online] Tersedia: http//www.academia.edu. [23 Agustus 2013]

Marzano, R.J dan Kendall, J.S. (2008). Designing and Assessing Educational

Objectives. California: Corwin Press

Matlin, M.W. (1994). Cognition third edition. Florida: Harcourt Brace Publishers McMillan, J.H dan Schumacher,S. (2001). Research in Education: a Conceptual

Introduction ( fifth edition).Longman

Poedjiadi, A. (2001). Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung : Penerbit Schraw, G dan Dennison, R.S. (1994). Assessing Metacognitive Awareness.Dalam

Contemporary Educational Psychology [Online] Vol 19, 5 halaman.

Tersedia: josotl.indiana.edu/article/download/1891/1876. [12 desember 2012]

Stiggins, R. J. (1994). Student-centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Tanner, K. (2012). Promoting Student Metacognition. Dalam CBE - Life Sciences

Education [Online] Vol 11, 8 halaman. Tersedia:

http://www.lifescied.org/content/11/2/113.full.pdf+html. [7 Juni 2012]

Tata. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berorientasi Teori Van Hiele. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana


(39)

77

Dea Diella, 2014

Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tosun, C dan Senocak, E. (2013). The Effect of Problem-Based Learning on

Metacognitive Awareness ad Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds. Dalam Australian Journal of Teacher Education [Online] Vol 38, 14 halaman. Tersedia:

http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol38/iss/4. [3 September 2013]

Quitadamo. (2007). Learning to Improve: Using Writing to Increase Critical Thinking Performance in General Education Biology. Dalam CBE-Life

Sciences Education [Online] Vol 6, 15 halaman. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1885902/. [7 Februari 2012]

Quitadamo. (2008). Community-based Inquiry Improves Critical Thinking in

General Education Biology. Dalam CBE-Life Sciences Education [Online]

Vol 7, 11 halaman. Tersedia:

http://www.lifescied.org/content/7/3/327.full.pdf+html. [7 Februari 2012] Vitriani, I.R. (2012). Analisis Wacana Sistem Ekskresi pada Buku Pelajaran IPA

Terpadu SMP dan Buku Pelajaran Biologi SMA. Tesis Jurusan Pendidikan

IPA Konsentrasi Pendidikan Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan

White et al. (2009). The Use of Interrupted Case Studies to Enhance Critical

Thinking Skills in Biology. Dalam Journal of Microbiology and Biology

Education [Online] Vol 10, 7 halaman. Tersedia:


(1)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

A.Kesimpulan

Kemampuan metakognisi berhubungan positif dan signifikan dengan keterampilan berpikir kritis konsep sistem ekskresi manusia. Besarnya nilai korelasi antara kedua kemampuan menunjukkan korelasi cukup kuat. Sedangkan hubungan antara kemampuan metakognisi dan sikap ilmiah pada konsep yang sama, menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.

Kemampuan metakognisi pada konsep sistem ekskresi manusia memiliki rata-rata nilai yang rendah. Capaian skor untuk setiap sub komponen secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu evaluasi, pengetahuan prosedural, pengetahuan kondisional, perencanaan, strategi pengaturan informasi, memantau pemahaman, pengetahuan deklaratif, dan strategi memperbaiki kesalahan.

Keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem ekskresi manusia menunjukkan rata-rata yang rendah. Capaian skor untuk setiap sub indikator secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu mengalisis argumen, memfokuskan atau merumuskan pertanyaan, menetukan tindakan, membuat induksi, menjawab pertanyaan klarifikasi (tantangan), menilai kredibilitas, dan mengobservasi .

Sikap ilmiah siswa pada konsep sistem ekskresi manusia memiliki rata-rata skor yang cukup baik. Skor untuk sikap rasa ingin tahu, skeptis, jujur, objektif, kritis dan terbuka berada pada kategori kuat dan cukup.


(2)

B.Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian diantaranya:

1. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji hubungan metakognisi dengan jenis penalaran tingkat tinggi lainnya dan pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

2. Penalaran tingkat tinggi seperti metakognisi dan berpikir kritis harus dilatihkan secara berkala pada siswa.

3. Guru hendaknya mengenalkan, mengembangkan, dan mengajak siswa

menggunakan kemampuan metakognisi pada setiap kegiatan belajar mengajar.

4. Pihak sekolah dapat memfasilitasi guru untuk melakukan pemantauan kemampuan kognisi dan sikap siswa secara berkala.


(3)

Daftar Pustaka

Anderson et al. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumu Aksara BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Campbell et al. (2008). Biology eight edition. San Fransisco: Pearson education Inc

Carin, A.A. (1997). Teaching Science Through Discovery Eight edition.New Jersey: Prentice-Hall,Inc

Chanchaichaovivat, A., Panijpan, B., dan Ruenwongsa, P. (2009). Enhancing Conceptual Understanding and Critical Thinking with Experiential Learning: A Case Study with Biological Control. Dalam Asian Journal of Food and Agro-Industry [Online] Vol (-) 20 halaman. Tersedia: www.ajofai.info [7 Februari 2012]

Chaplin. (2007). A Model of Student Success: Coaching Students to Develop Critical Thinking Skills In Introductory Biology Courses. Dalam International Journal for the Shcolarship of Teaching and Learning

[Online] Vol 1 (No 2) 7 halaman. Tersedia:

http://www.georgiasouthern.edu/ijsotl [13 Februari 2012]

Costa, L.A. (1985). Developing Mind-A Resource Book for Teaching

Thinking.Virginia: Association for Supervision and Curriculum

Development


(4)

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Flavel, J. (1979). Metacognition Theory. [Online] Tersedia:

http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/constructivism/flavell.html. (3 desember 2012) Fraenkel, J.R dan Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in

Education (Sixth Edition. New York: McGraw-Hill

Garrill. (2011). Adding an Extra Dimension to What Students See through the Light Microscope: A Lab Exercice Demonstrating Critical Analysis for Micriscopy Students. Dalam CBE-Life Sciences Education [Online] Vol

10 6 halaman. Tersedia:

http://www.lifescied.org/content/10/4/430.full.pdf+html?sid=ea779d07-9813-40bb-bce4-4585e3b6bf66 [22 Februari 2012]

King, FJ., Goodson, L., dan Rohani, F. (1998). Higher Order Thinking Skills.[Online] Tersedia: www.cala.fsu.edu.[10 februari 2012]

Ku, K.Y.L dan Ho,I.T. (2010). Metacognitive Strategy that Enhance critical Thinking. Dalam Springerlink [Online] Vol 5 (No 3). Tersedia: http://www.springerlink.com/content/h51t66v655167701/.[9 Juni 2012] Lai, E.R. (2011). Metacognition: a Literature Review. [Online] Tersedia:

www.pearsonassessments.com/.../metacognition_literature_review_Final.p df. [1 Agustus 2012]

Lazarowitz, R dan Penso, S. (1992). High School Student Difficulties in Learning Biology Concepts”. Dalam Journal of Biology Education [Online] Vol 3. Tersedia:

http://www.tandfonline.com/abs/10.1080/002/9266.1992.9655276#previe w. [26 September 2013]


(5)

Livingston, J.A. (1997). Metacognition: An Overview Jennifer A.Livingston. [Online] Tersedia: http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm. [23 Agustus 2013]

Magno, C. (2010). The Role of Metacognitive Skills in Developing Critical Thinking. [Online] Tersedia: http//www.academia.edu. [23 Agustus 2013] Marzano, R.J dan Kendall, J.S. (2008). Designing and Assessing Educational

Objectives. California: Corwin Press

Matlin, M.W. (1994). Cognition third edition. Florida: Harcourt Brace Publishers McMillan, J.H dan Schumacher,S. (2001). Research in Education: a Conceptual

Introduction ( fifth edition).Longman

Poedjiadi, A. (2001). Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung : Penerbit Schraw, G dan Dennison, R.S. (1994). Assessing Metacognitive Awareness.Dalam

Contemporary Educational Psychology [Online] Vol 19, 5 halaman. Tersedia: josotl.indiana.edu/article/download/1891/1876. [12 desember 2012]

Stiggins, R. J. (1994). Student-centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Tanner, K. (2012). Promoting Student Metacognition. Dalam CBE - Life Sciences

Education [Online] Vol 11, 8 halaman. Tersedia:

http://www.lifescied.org/content/11/2/113.full.pdf+html. [7 Juni 2012]

Tata. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui

Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berorientasi Teori Van Hiele. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan


(6)

Tosun, C dan Senocak, E. (2013). The Effect of Problem-Based Learning on Metacognitive Awareness ad Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds. Dalam Australian Journal of Teacher Education [Online] Vol 38, 14 halaman. Tersedia: http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol38/iss/4. [3 September 2013]

Quitadamo. (2007). Learning to Improve: Using Writing to Increase Critical Thinking Performance in General Education Biology. Dalam CBE-Life

Sciences Education [Online] Vol 6, 15 halaman. Tersedia:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1885902/. [7 Februari

2012]

Quitadamo. (2008). Community-based Inquiry Improves Critical Thinking in General Education Biology. Dalam CBE-Life Sciences Education [Online]

Vol 7, 11 halaman. Tersedia:

http://www.lifescied.org/content/7/3/327.full.pdf+html. [7 Februari 2012] Vitriani, I.R. (2012). Analisis Wacana Sistem Ekskresi pada Buku Pelajaran IPA

Terpadu SMP dan Buku Pelajaran Biologi SMA. Tesis Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan

White et al. (2009). The Use of Interrupted Case Studies to Enhance Critical Thinking Skills in Biology. Dalam Journal of Microbiology and Biology

Education [Online] Vol 10, 7 halaman. Tersedia:


Dokumen yang terkait

KETERAMPILAN METAKOGNISI BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN METAKOGNISI, KEMAMPUAN INTRAPERSONAL Keterampilan Metakognisi Biologi Ditinjau Dari Kemampuan Metakognisi, Kemampuan Intrapersonal Dan Kemampuan Interpersonal Pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4

0 1 15

KETERAMPILAN METAKOGNISI BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN METAKOGNISI, KEMAMPUAN INTRAPERSONAL Keterampilan Metakognisi Biologi Ditinjau Dari Kemampuan Metakognisi, Kemampuan Intrapersonal Dan Kemampuan Interpersonal Pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4

1 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING.

0 4 23

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI PADA MATERI PENGARUH HORMON TERHADAP METABOLISME.

0 0 37

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X PADA MATERI INVERTEBRATA.

1 2 44

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS PENEMUAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMK KELAS XI PADA MATERI KALOR.

0 0 16

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMA DALAM M

0 1 19

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP KEMAMPUAN BERTANYA DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

0 1 13

LEARNING (SIL) PADA MATERI SISTEM EKSKRESI DAN SISTEM IMUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA”

0 0 17

Metakognisi sebagai Keterampilan Melatih Siswa Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Bahasa

0 0 12