Ragam Gaya Calon Wakil Rakyat.
~8d~)Pikiran
) Se,,;,:
( Selasa
.R.,lJu
--.
4
5
6
7
20
21
22
OMar
Rakyat
-
( ) KJI/I;s
--- --_.
8
9
23
24
o Me; OJun
OApr
()
10
11
25
OJul
- ----
12
26
OAgs
13
27
OSep
Ragam Gaya
Calon Wakil Rakyat
Oleh DEDDYMULYANA
T
ATAPLAH baliho para caleg
yang terpampang di manamana. Begitu banyak gaya:
ekspresi wajah, postur tubuh, isyarat tangan, busana, dsb. Sebagian
dari mereka agaknya kurang memahami bagaimana mengekspresikan
diri agar tampak credible dan enak
dipandang.
Di Jakarta Selatan seorang caleg perempuan mejeng dengan rambut terurai dan wajah serius. Istri
saya pun berkomentar, "Seperti Nyi
Blorong". Di Bandung terdapat sejumlah baliho yang masing-masfng
memasang sekian banyak wajah,
sehingga wajah dan nama mereka diidentifikasi. Alasannya mung.
.
kin efisiensi.
Isyarat tangan para caleg juga menarik diamati. Ada caleg yang
mengepalkan tangan ke atas, menunjuk ke satu arah, atau memberi hormat. Caleg yang tersenyum boleh jadi mendorong khalayak
untuk bersimpati kepadanya daripada caleg yang berwajah datar.
Caleg yang menampilkan sete,ngah badan atau seluruh badan
membuat dirinya sendiri sulit untuk dikenal khalayak dibandingkan
dengan caleg yang tampil seeara close-up.
Aspek yang layak diamati adalah bus ana dan ornamen peleng.
kap lainnya. Banyak caleg menampilkan simbol keislaman, seperti
kopiah bag! pria dan jilbab bagi wanita, meski ada juga caleg wan~
ta yang memasang kerudung yang memble di kepala (ujung rambut
bagian depan menyembul). Banyak caleg pria berbusana lengkap
Oas dan dasi). Sebagian caleg, baik pria ataJJwanita, mengenakan
seragam partai yang mengusung mereka. Segelintir caleg pria mengenakan ornamen tradisional, misalnya bendo (belangkon). Ada
pula yang mengenakan baju koko dan syal di leher.
Namun, apa pun yang para caleg itu kenakan, sulit untuk memastikan seberapa efektif busana dan ornamen para caleg tersebut mendorong khalayak untuk memilih mereka. Soalnya tidak ada
rekam jejak memadai mengenai para caleg yang dapat dipertimbangkan khalayak dalam mengambil keputusan mengenai siapa
yang harus dipilih kelak.
Busana sebenarnya cukup penting untuk diperhatikan para caleg
untuk mendekatkan diri dengan rakyat pemilih. William Thourlby mengatakan dalam Oudul) bukunya bahwa: YouAre W1Iat You Wear(Anda adalah apa yang Anda kenakan). Sering orang menafsirkan busana yang kita kenakan. Pilihan seseorang atas busana mencerminkan kerpibadiannya, apakah ia konservatif, religius, modern,
atau berjiwa muda. Busana, seperti juga rumah, kendaraan, dan
perhiasan, digunakan untuk menampilkan citra tertentu yang diharapkan pemakainya. seperti kata peribahasa Latin: uestis u;rum
reddityang berarti "pakaian menjadikan orang" (Kaye, 1994).
Yang pasti para (calon) wakil rakyat kita yang pria, begitu gemar
berbusana lengkap agar-menurut pandangan mereka--berwibawa.
Benarkah? Apakah justru dampak berbusana seperti itu kontraproduktif, jika mereka ingin dekat dengan rakyat? Wong, banyak orang
masih miskin. Busana rakyat umumnya begitu bersahaja. Apakah
tidak lebih baik jika para anggota DPR(D) yang terhormat itu berbusana batik saja dalam keseharian mereka di lingkungan kerja, agar
mereka lebih dekat dengan rakyat. Apalagi jika mereka bersedia
bermobildinasToyotaKijang,bukansedanmewah.InsyaAllah.* * *
Penulis. Dekan dan Guru Besar Fikom Unpad.
u
Kliping
Humas
Un pad
U
\. ) SJIJIU
JUI/Ial
2009
14
28
OOkt
15
29
ONov
16
30
31
ODes
) Se,,;,:
( Selasa
.R.,lJu
--.
4
5
6
7
20
21
22
OMar
Rakyat
-
( ) KJI/I;s
--- --_.
8
9
23
24
o Me; OJun
OApr
()
10
11
25
OJul
- ----
12
26
OAgs
13
27
OSep
Ragam Gaya
Calon Wakil Rakyat
Oleh DEDDYMULYANA
T
ATAPLAH baliho para caleg
yang terpampang di manamana. Begitu banyak gaya:
ekspresi wajah, postur tubuh, isyarat tangan, busana, dsb. Sebagian
dari mereka agaknya kurang memahami bagaimana mengekspresikan
diri agar tampak credible dan enak
dipandang.
Di Jakarta Selatan seorang caleg perempuan mejeng dengan rambut terurai dan wajah serius. Istri
saya pun berkomentar, "Seperti Nyi
Blorong". Di Bandung terdapat sejumlah baliho yang masing-masfng
memasang sekian banyak wajah,
sehingga wajah dan nama mereka diidentifikasi. Alasannya mung.
.
kin efisiensi.
Isyarat tangan para caleg juga menarik diamati. Ada caleg yang
mengepalkan tangan ke atas, menunjuk ke satu arah, atau memberi hormat. Caleg yang tersenyum boleh jadi mendorong khalayak
untuk bersimpati kepadanya daripada caleg yang berwajah datar.
Caleg yang menampilkan sete,ngah badan atau seluruh badan
membuat dirinya sendiri sulit untuk dikenal khalayak dibandingkan
dengan caleg yang tampil seeara close-up.
Aspek yang layak diamati adalah bus ana dan ornamen peleng.
kap lainnya. Banyak caleg menampilkan simbol keislaman, seperti
kopiah bag! pria dan jilbab bagi wanita, meski ada juga caleg wan~
ta yang memasang kerudung yang memble di kepala (ujung rambut
bagian depan menyembul). Banyak caleg pria berbusana lengkap
Oas dan dasi). Sebagian caleg, baik pria ataJJwanita, mengenakan
seragam partai yang mengusung mereka. Segelintir caleg pria mengenakan ornamen tradisional, misalnya bendo (belangkon). Ada
pula yang mengenakan baju koko dan syal di leher.
Namun, apa pun yang para caleg itu kenakan, sulit untuk memastikan seberapa efektif busana dan ornamen para caleg tersebut mendorong khalayak untuk memilih mereka. Soalnya tidak ada
rekam jejak memadai mengenai para caleg yang dapat dipertimbangkan khalayak dalam mengambil keputusan mengenai siapa
yang harus dipilih kelak.
Busana sebenarnya cukup penting untuk diperhatikan para caleg
untuk mendekatkan diri dengan rakyat pemilih. William Thourlby mengatakan dalam Oudul) bukunya bahwa: YouAre W1Iat You Wear(Anda adalah apa yang Anda kenakan). Sering orang menafsirkan busana yang kita kenakan. Pilihan seseorang atas busana mencerminkan kerpibadiannya, apakah ia konservatif, religius, modern,
atau berjiwa muda. Busana, seperti juga rumah, kendaraan, dan
perhiasan, digunakan untuk menampilkan citra tertentu yang diharapkan pemakainya. seperti kata peribahasa Latin: uestis u;rum
reddityang berarti "pakaian menjadikan orang" (Kaye, 1994).
Yang pasti para (calon) wakil rakyat kita yang pria, begitu gemar
berbusana lengkap agar-menurut pandangan mereka--berwibawa.
Benarkah? Apakah justru dampak berbusana seperti itu kontraproduktif, jika mereka ingin dekat dengan rakyat? Wong, banyak orang
masih miskin. Busana rakyat umumnya begitu bersahaja. Apakah
tidak lebih baik jika para anggota DPR(D) yang terhormat itu berbusana batik saja dalam keseharian mereka di lingkungan kerja, agar
mereka lebih dekat dengan rakyat. Apalagi jika mereka bersedia
bermobildinasToyotaKijang,bukansedanmewah.InsyaAllah.* * *
Penulis. Dekan dan Guru Besar Fikom Unpad.
u
Kliping
Humas
Un pad
U
\. ) SJIJIU
JUI/Ial
2009
14
28
OOkt
15
29
ONov
16
30
31
ODes