PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF : Penelitian Eksperimen Terhadap Pengajaran Bahasa Jepang di SMAN 1 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF

(Penelitian Eksperimen Terhadap Pengajaran Bahasa Jepang di SMAN 1 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh:

Andina Permatawaty 1107284

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pembelajaran Berbicara Melalui

Pembelajaran Kooperatif

(Penelitian Eksperimen Terhadap Pengajaran Bahasa

Jepang di SMAN 1 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran

2013/2014)

Oleh

Andina Permatawaty

S.Pd UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang


(3)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

DR. WAWAN DANASASMITA, M.ED NIP. 195201281982031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

DR. WAWAN DANASASMITA, M.ED NIP. 195201281982031002


(4)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF


(5)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pembelajaran Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatif

(Penelitian Eksperimen terhadap Pengajaran Bahasa Jepang di SMAN 1 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014)

Andina Permatawaty 1107284

ABSTRAK

Dalam mempelajari bahasa Jepang pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam berbicara menggunakan bahasa Jepang. Hal ini disebabkan karena sulitnya melafalkan dan membuat kalimat dalam bahasa Jepang. Dalam kegiatan berbicara kecemasan akan berpengaruh terhadap performa berbicara. Penelitian ini menginvestigasi pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan berbicara bahasa Jepang dan kecemasan ketika mempelajari bahasa Jepang. Pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah teknik Teams Games Tournaments (TGT). Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design control group pre-test-post-test. Sampel pada penelitian ini adalah 33 orang siswa kelas XI IPA 8 sebagai kelas eksperimen dan 32 orang siswa kelas XI IPA 7 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, angket, dan observasi. Untuk mengukur tingkat kecemasan, penulis mengadaptasi ke bahasa Indonesia Foreign Language Classroom Anxiety Scale (FLCAS) yang dibuat oleh Horwitz (1986). Dari hasil analisis data, peningkatan nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen sebesar 39.70, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 29.69. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan berbicara siswa pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan peningkatan nilai rata-rata di kelas kontrol. thitung sebesar 2.40 (pada taraf signifikasi 5%=1.9983). Karena thitung lebih besar

dari maka Ha tidak ditolak, artinya adanya perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TGT dengan kemampuan berbicara siswa yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TGT. Pembelajaran kooperatif teknik TGT efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Meskipun tingkat kecemasan kelas eksperimen dan kontrol berada pada level yang berbeda, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kecemasan yang muncul pada kedua kelas tersebut.


(6)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Tesis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Berbicara ... 9

1. Keterampilan Berbicara ... 9

2. Pembelajaran Berbicara ... 12

3. Penilaian Keterampilan Berbicara ... 16

B. Pembelajaran Kooperatif ... 16

C. Kecemasan ... 29

D. Penelitian Terdahulu ... 32

E. Hipotesis Penelitian... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

B. Desain dan Metode Penelitian... 35

C. Definisi Operasional ... 38


(7)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 40

2. Soal Tes ... 40

3. Foreign Language Classroom Anxiety Scale ... 40

4. Lembar Angket ... 41

5. Lembar Observasi ... 42

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 42

1. Penimbangan Instrumen... 42

2. Uji Keterbacaan Instrumen ... 43

3. Validitas ... 43

4. Realibilitas ... 44

5. Analisis Butir Soal ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Penggunaan Tes ... 47

2. Penggunaan Angket ... 47

3. Observasi... 47

G. Teknik Pengolahan Data ... 48

1. Tes Keterampilan Berbicara ... 48

a.Uji Normalitas ... 48

b.Uji Homogenitas ... 48

c.Uji T ... 49

d.Kriteria Efektivitas Pembelajaran ... 49

2. Tes Kecemasan ... 50

a.Tingkat Kecemasan ... 50

b.Analisis Komponen FLCAS ... 51

c.Uji T ... 51

3. Angket ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Laporan Hasil Penelitian ... 53

B. Analisis ... 68


(8)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a.Uji Normalitas ... 70

b.Uji Homogenitas ... 71

c.Uji T ... 72

d.Kriteria Efektivitas Pembelajaran ... 75

2. Tes Kecemasan ... 77

a.Tingkat Kecemasan ... 77

b.Analisis Komponen FLCAS ... 79

c.Uji T ... 84

3. Angket ... 86

4. Observasi... 93

C. Pembahasan ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Rekomendasi ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1 Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang di Indonesia ... 1

2.1 ACTFL-OPI ... 11

2.3 Menghitung Poin-poin Turnamen ... 26

2.4 Komponen FLCAS pada Penelitian Terdahulu ... 30

2.5 Komponen FLCAS pada Penelitian Ini ... 32

3.1 Kisi-kisi Angket ... 41

3.2 Perhitungan Uji Validitas ... 43

3.3 Nilai Reliabilitas... 44

3.4 Penafsiran Angka Korelasi ... 45

3.5 Penafsiran Tingkat Kesukaran ... 46

3.6 Tingkat Kesukaran Instrumen ... 46

3.7 Penafsiran Efektivitas Pembelajaran ... 50

3.7 Kategori Tingkat Kecemasan ... 50

3.9 Penafsiran Data Angket... 52

4.1 Hasil Turnamen 1 ... 54

4.2 Hasil Turnamen 2 ... 56

4.3 Hasil Turnamen 3 ... 58

4.4 Hasil Turnamen 4 ... 59

4.5 Hasil Turnamen 5 ... 61

4.6 Nilai Rata-rata Tes ... 68

4.7 Standar Penilaian UPI ... 68

4.8 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 70

4.9 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 70

4.10 Uji Homogenitas ... 71

4.11 Nilai Pretes, Postes, dan Gained ... 72

4.12 Penafsiran Efektivitas Pembelajaran ... 75

4.13 Normalized Gain ... 76


(10)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.15 Kecemasan terhadap Tes ... 79

4.16 Ketakutan Komunikasi ... 80

4.17 Ketakutan Terhadap Evaluasi Negatif ... 81

4.18 Anggapan Kinerja Negatif dan Perbandingan Sosial ... 81

4.19 Sikap Negatif terhadap Kelas Bahasa Jepang ... 82

4.20 Perwujudan Kecemasan ... 83

4.21 Perhitungan Kecemasan ... 84

4.22 Angket nomor 1 ... 86

4.23 Angket nomor 2 ... 87

4.24 Angket nomor 3 ... 87

4.25 Angket nomor 4 ... 88

4.26 Angket nomor 5 ... 89

4.27 Angket Nomor 6 ... 89

4.28 Angket Nomor 7 ... 90

4.29 Angket Nomor 8 ... 90

4.30 Angket Nomor 9 ... 91


(11)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Tahapan Pembelajaran Berbicara Bahasa Jepang ... 15

2.2 Aturan Permainan... 26

2.3 Pergeseran Tempat ... 28

3.2 Prosedur Penelitian... 37

Diagram 4.1 Rata-rata Skor Kelompok ... 62

4.2 Perkembangan Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang ... 69

4.3 Tingkat Kecemasan ... 78


(12)

1

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Peminat bahasa Jepang semakin meningkat dari tahun ke tahun, berdasarkan survey sementara Lembaga Pendidikan Bahasa Jepang Tahun 2012, jumlah pembelajar bahasa Jepang di Indonesia berada pada peringkat ke-2 di dunia, yaitu 872.406 orang atau dapat dikatakan meningkat 21.8% dibandingkan dengan hasil survey pada tahun 2009, yaitu 716.353 orang (Japan Foundation, 2013:1). Jika dilihat dari tingkat pendidikan, jumlah pembelajar bahasa Jepang adalah sebagai berikut.

1998 2003 2006 2009 2012

Pendidikan Dasar

35.410 61.723 224.304 3.704 5.750

Pendidikan Menengah 682.548 835.938

Pendidikan Tinggi 11.110 13.881 17.777 19.676 22.076 Pendidikan Non Formal

& Informal 7.496 9.617 10.638 10.426 8.642

Jumlah 54.016 85.221 272.719 716.353 872.406

Tabel 1.1

Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang di Indonesia

Jumlah pembelajar bahasa Jepang pada tingkat Pendidikan menengah meningkat 95.8%. Meskipun jumlah pembelajar bahasa Jepang pada tingkat Pendidikan Menengah mengalami peningkatan yang tinggi, namun tidak jarang pembelajar bahasa Jepang tingkat Pendidikan Menengah yang mengeluh bahwa mempelajari dan berbicara menggunakan bahasa Jepang adalah hal yang sulit. Menurut Muneo Kimura, salah satu kesulitan yang dihadapi orang asing ketika belajar bahasa Jepang di antaranya karena adanya perbedaan antara bahasa ibu pembelajar dengan bahasa Jepang. Muneo Kimura pun beranggapan bahwa ketika mempelajari bahasa kedua tersebut jelas dalam dirinya sudah terdapat penguasaan bahasa ibu. Oleh sebab itu, wajar bila pembelajar mengalami


(13)

2

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesulitan atau hambatan-hambatan dan wajar pula jika bahasa ibu tersebut mempengaruhi bahasa asing yang sedang dipelajari (1988:7).

Bahasa Jepang adalah bahasa yang unik dan cukup sulit dipelajari bagi pembelajar yang bahasa ibunya tidak memiliki latar belakang kanji. Dilihat dari aspek-aspek kebahasaannya bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu yang dapat diamati dari huruf, kosakata, sistem pengucapan, dan ragam bahasanya.

Terdapat 4 komponen keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh pembelajar, yaitu kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Keterampilan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang. Kepandaian atau kesuksesan seseorang dapat terlihat dari keterampilannya dalam berbicara, baik dari cara penyampaian dan isi atau topik pembicaraannya. Keterampilan berbicara yang buruk dapa mengakibatkan komunikasi menjadi tidak lancar dan memungkinkan terjadinya miskomunikasi. Oleh karena itu, keterampilan berbicara sangatlah penting.

Dalam penelitian kependidikan di ranah pendidikan bahasa Jepang pada jenjang SMA, jumlah penelitian mengenai keterampilan berbicara masih sedikit bila dibandingkan dengan penelitian untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lainnya. Umumnya penelitian berfokus pada penguatan kosakata pada siswa. Padahal keterampilan berbicara siswa SMA masih bisa dikatakan kurang.

Bila kita melihat Standar Kompetensi yang berada pada silabus mata pelajaran Bahasa Jepang pada jenjang SMA, kita dapat melihat bahwa Standar Kompetensi yang diharapkan adalah siswa dapat mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana. Oleh karena itu, perlu ditemukan alternatif pengajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Berdasarkan studi pendahuluan, umumnya guru menggunakan metode ceramah dan wawancara dalam mengajarkan materi pelajaran kepada siswa. Media yang digunakan biasanya hanya berupa papan tulis dan gambar. Kekurangan dari metode ini adalah pembelajaran cenderung berpusat pada guru, siswa kurang termotivasi dalam mempelajari materi bahasa Jepang yang


(14)

3

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

disampaikan oleh guru, dan pembelajaran cenderung monoton sehingga siswa mudah merasa bosan. Banyak siswa yang mengeluh terhadap metode ekspositori yang biasa digunakan oleh guru.

Kualitas pembelajaran dan karakter siswa yang meliputi bakat, minat, dan kemampuan merupakan faktor yang menentukan kualitas pendidikan. Kualitas pembelajaran dilihat pada interaksi siswa dengan sumber belajar, termasuk pendidikan. Interaksi yang berkualitas merupakan interaksi yang menyenangkan. Menyenangkan berarti peserta didik belajar dengan senang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan. Peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajaran, tetapi sebagai fasilitator, pengarah, dan motivator. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar merupakan suatu keterlibatan langsung atau memperoleh pengalaman individual yang unik. Belajar juga tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, berkesinambungan, tanpa henti (Dimyanti, 1999:8).

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dalam mempelajari bahasa asing, salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan dalam berbahasa asing adalah perasaan gelisah, khawatir, gugup dan ketakutan yang dialami oleh non-penutur asli ketika belajar atau menggunakan bahasa kedua atau asing. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan. Sebagai contoh, tingkat instruksional siswa, instruktur, jenis kelamin, usia, bahasa asli, penggunaan bahasa asing, lamanya waktu mempelajari bahasa kedua, nilai akhir, pengalaman sebelumnya, instruktur-pelajar interaksi, prosedur kelas dan sebagainya.

Siswa yang merasa cemas cenderung diam selama kegiatan berbicara spontan, kurang percaya diri, kurang mampu mengidentifikasi dan mengedit kesalahan bahasa, dan siswa pun cenderung menggunakan strategi penghindaran, seperti melewatkan kelas.

Telah banyak penelitian yang menunjukan bahwa adanya hubungan antara kecemasan dengan keberhasilan belajar siswa. Leichsenring (2010:1) menemukan bahwa kecemasan dalam pengalaman belajar asing kelas bahasa asing dapat dikaitkan dengan kinerja lisan. Elliot (dalam Anwar, 2009: 15)


(15)

4

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyatakan bahwa siswa sering mengalami kecemasan saat akan menghadapi ujian ataupun pada saat harus berbicara di depan orang banyak, dan kecemasan tersebut akan mempengaruhi performansinya, sejalan dengan hal ini Ericson dan Gardner menambahkan bahwa kecemasan terbukti dapat meninggalkan banyak efek yang merugikan teradap mahasiswa di dalam kelas.

Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukan bahwa kecemasan dalam mempelajari bahasa asing memiliki peran negatif dalam pemerolehan keberhasilan pembelajar. Semakin tingginya tingkat kecemasan pembelajar, maka akan semakin buruk tingkat keberhasilan pembelajar, Sebaliknya, semakin rendah tingkat kecemasan, maka akan semakin baik tingkat keberhasilan pembelajar dalam menguasai bahasa asing.

Begitu pula dalam mempelajari bahasa Jepang, siswa mengalami kecemasan dalam mempelajari bahasa Jepang, khususnya dalam berbicara bahasa Jepang. Oleh karena itu, interaksi yang menyenangkan dianggap perlu dalam proses pembelajaran bahasa Jepang. Metode yang tepat diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa, mengurangi kecemasan, serta memotivasi siswa dalam mempelajari bahasa Jepang khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara.

Siswa SMA masih tergolong pada usia remaja. Pada masa remaja peranan teman sebaya semakin bertambah penting. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran, yakni dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran. Diharapkan pembelajaran kooperatif berpengaruh positif dalam pembelajaran berbicara bahasa Jepang.

Dalam penelitian sebelumnya, Sri Mulyati (2007:51) merekomendasikan agar perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif dengan materi yang berbeda guna meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi, dan dalam pembuatan media pembelajaran harus dipersiapkan dengan matang dan terencana sehingga dapat digunakan oleh siswa dengan baik.


(16)

5

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penulis pun sempat meneliti tentang efektivitas metode pembelajaran kooperatif teknik teams games tournament untuk meningkatkan kemampuan kakujoshi pada pembelajar tingkat dasar. Berdasarkan penelitian tersebut, motivasi siswa meningkat dan kemampuan siswa pun meningkat, hanya saja dalam penelitian ini penulis hanya membahas kemampuan akademik siswa, tidak membahas secara mendalam faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa.

Terdapat banyak peneliti yang merekomendasikan metode ini digunakan untuk diajarkan pada materi lain. Namun kebanyakan penelitian hanya membahas mengenai peningkatan aspek akademiknya saja. Masih jarang peneliti pada ranah pendidikan bahasa Jepang di Indonesia yang membahas keefektifan metode ini dan dihubungkan dengan aspek psikologis.

Berpijak pada latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas permasalahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul: Pembelajaran Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatif (Penelitian Eksperimen Terhadap Pengajaran Bahasa Jepang di SMAN 1 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014).

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Sehubungan dengan judul penelitian yang dipilih penulis, Pembelajaran Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatif (Penelitian Eksperimen Terhadap Pengajaran Bahasa Jepang di SMAN 1 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014), maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri adalah sebagai berikut.

a. Variabel bebas: Pembelajaran kooperatif

b. Variabel terikat: Keterampilan berbicara dan kecemasan ketika berbicara bahasa Jepang

Yang dimaksud dengan efektif dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan berbicara siswa yang diukur oleh tes berbicara setelah mengikuti pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang digunakan pada penelitian ini adalah Teams Games Tournament.


(17)

6

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana prestasi siswa dalam kemampuan berbicara setelah diterapkan pembelajaran kooperatif?

b. Adakah perbedaan yang signifikan antara prestasi siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif dan metode ekpositori?

c. Bagaimana kesan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif? d. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan

siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif dan metode ekpositori?

Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

Kemampuan berbicara yang dimaksud pada penelitian ini adalah kemampuan dalam memaparkan informasi secara lisan dengan percakapan sederhana sesuai dengan materi SMA kelas XI, yaitu Kazoku, Shigoto, dan Hansamu.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mendeskripsikan bagaimana prestasi siswa dalam kemampuan

berbicara setelah diterapkan pembelajaran kooperatif.

b. Untuk mendeskripsikan adakah perbedaan yang signifikan antara prestasi siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif dan metode ekpositori. c. Untuk mendeskripsikan bagaimana kesan dan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran kooperatif.

d. Untuk mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif dan metode ekpositori.


(18)

7

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan mengenai kajian tentang metode pembelajaran, khususnya mengenai pengembangan metode pembelajaran kooperatif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ranah penelitian bahasa Jepang dan dapat dijadikan alternatif dalam mempelajari materi bahasa Jepang, terutama untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ranah penelitian bahasa Jepang terutama yang diselenggarakan di UPI dan diharapkan dapat dijadikan acuan bagi yang akan melakukan penelitian serupa. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan menjadi referensi tambahan bagi referensi-referensi lain yang sudah ada di perpustakaan UPI.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, memperdalam wawasan, pengetahuan, dan pengalaman mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar dan motivasi siswa dalam mempelajari bahasa Jepang sehingga dapat mengembangkan strategi dalam mengajar.

b. Bagi siswa, diharapkan dapat menikmati proses pembelajaran sehingga dapat dengan mudah memahami materi dan dapat memotivasi siswa dalam mempelajari bahasa Jepang.

c. Bagi guru, diharapkan pengembangan pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternatif dalam mengajar bahasa Jepang.

d. Bagi sekolah, memberikan sumbangsih dalam upaya peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran bahasa Jepang di sekolah.

E. Sistematika Penulisan

Tesis yang merupakan laporan hasil penelitian ini secara sistematis dibagi menjadi lima bab. Bab satu berupa pendahuluan, di dalamnya dibahas mengenai


(19)

8

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada bab dua dibahas mengenai landasan teoritis, di dalamnya diantaranya dibahas mengenai pembelajaran, pembelajaran kooperatif, teori mengenai keterampilan berbicara, dan kecemasan. Pada bab tiga dibahas mengenai metodologi penelitian, desain penelitian, dan teknik pengolahan data yang mencakup metode penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data. Pada bab empat dibahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan penelitian kuantitatif sesuai dengan desain penelitian yang diuraikan pada bab 3. Uji hipotesis dilakukan sebagai bagian dari analis data. Sedangkan pada bab terakhir yaitu bab lima dikemukakan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan pembahasan bab-bab sebelumnya serta memberikan rekomendasi kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

35

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini diadakan di SMAN Negeri 1 Bandung dari tanggal 28 Agustus 2013 s.d tanggal 13 November 2013.

Arikunto (2006:130) menyatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Bandung kelas XI tahun ajaran 2013/2014. Arikunto (2006:131) menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini diambil secara acak (random) sebanyak 1 kelas kontrol dan 1 kelas eksperimen dari populasi, yakni kelas XI IPA 8 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 7 sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kelas XI IPA 7 adalah 32 orang, sedangan kelas XI IPA 8 adalah 33 orang.

B. Desain dan Metode Penelitian

Dalam kegiatan penelitian metode dapat diartikan cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan. Fungsi metode adalah untuk memperlancar pencapaian tujuan secara lebih efektif dan efisien (Sutedi, 2009: 53).

Setiap penelitian memiliki metode tersendiri, namun pada intinya suatu metode digunakan untuk pemecahan masalah. Ada banyak metode yang digunakan dalam penelitian, termasuk penelitian kependidikan. Namun, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan penelitian eksperimen. Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu (Arikunto, 2006:3). Tujuan penelitian eksperimen yaitu untuk menguji efektivitas dan efisiensi dari suatu pendekatan, metode, teknik, atau media pengajaran dan pembelajaran sehingga hasilnya dapat diterapkan jika memang baik, atau tidak digunakan jika memang


(21)

36

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tidak baik dalam pengajaran yang sebenarnya (Sutedi, 2009:64). Dengan kata lain, eksperimen dilakukan dengan tujuan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Menurut Sutedi (2009:66) penelitian eksperimental memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya manipulasi terhadap variabel bebas,

2. Adanya kegiatan pengontrolan terhadap variabel lain yang berpengaruh, dan

3. Adanya pengamatan dan pengukuran terhadap efek atau pengaruh dari manipulasi terhadap variabel bebas tadi.

Campbel & Stanley (Arikunto, 2006:84) membagi jenis-jenis desain penelitian berdasarkan baik buruknya eksperimen dan mengelompokkannya menjadi pre experimental design (eksperimen yang belum baik) dan true experimental design (eksperimen yang dianggap sudah baik).

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design, yaitu jenis-jenis eksperimen yang sudah baik karena dianggap sudah memenuhi persyaratan. Persyaratan yang dimaksud adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Dengan adanya kelompok lain yang disebut kelompok kontrol ini akibat perlakuan dapat diketahui dengan pasti karena adanya pembanding dengan kelompok eksperimen.

Jenis true experimental design yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group pre-test-post-test, yaitu eksperimen murni dengan desain penelitian sebelum dan sesudah perlakuan. Desain penelitian menggunakan dua sampel. Pada kelompok pertama sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan (metode pembelajaran kooperatif teknik teams games tournament) dan kelompok lainnya sebagai kelas kontrol tidak diberi perlakuan, akan tetapi pada kedua kelompok tadi dilakukan pretest dan posttest. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Eksperimen O1 X1 O2


(22)

37

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan:

O1 : kemampuan kelas eksperimen sebelum tindakan (perlakuan)

O2 : kemampuan kelas eksperimen sesudah tindakan (perlakuan)

X1 : perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelas eksperimen

X2 : pengajaran dengan metode konvensional pada kelas kontrol

O3 : Kelas kontrol sebelum pengajaran

O4 : kelas kontrol sesudah pengajaran

Dalam hal ini dapat dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen (O2-O1) dengan pencapaian kelas kontrol (O4-O3).

Prosedur penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian


(23)

38

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Langkah- langkah penelitian diuraikan berikut ini:

1. Pada tahapan studi pendahuluan, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan untuk mengidentifikasi masalah.

2. Mengkaji literatur yang relevan dengan masalah yang diteliti, yaitu tentang keterampilan berbicara, metodelogi, pembelajaran kooperatif, dan lain-lain 3. Mengidentifikasi dan membatasi masalah yang akan dipecahkan dalam

penelitian.

4. Merumuskan hipotesis penelitian.

5. Menyusun rancangan eksperimen secara lengkap.

6. Melakukan uji validasi instrumen dengan bertanya ke pakar dan uji empiris. 7. Melaksanakan eksperimen sesuai prosedur. Dimulai dari

pretes-perlakuan-postes.

8. Mengolah dan menganalisis data sesuai dengan prosedur. 9. Melaporkan hasil penelitian.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendeketan kuantitatif digunakan untuk menghitung signifikansi perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Berbicara

Menurut Witherington, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman (Susilana, 2006:92). Sedangkan berbicara berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:114) adalah 1 berkata; bercakap; berbahasa; 2 melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb); 3 berunding; merundingkan. Berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menyampaikan informasi secara lisan sesuai dengan konteks materi yang diajarkan. Pada penelitian ini pembelajaran berbicara dilakukan dengan cara pembelajaran kooperatif.


(24)

39

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sharan, Cooperative learning is defined as a set of instructional strategies "which employ{s} small teams of pupils to promote peer interaction and cooperation for studying academic subjects", sedangkan menurut Slavin, "the term refers to classroom techniques in which students work on learning activities in small groups and receive rewards or recognition based on their group's performance" (Robinson, 1991:1).

Menurut Johnson, Holubec, dan Slavin, Model pembelajaran kooperatif merekomendasikan kemampuan heterogen atau prestasi strategi pengelompokan untuk sebagian besar waktu pembelajaran. Sebagian besar model termasuk pedoman yang jelas untuk komposisi kelompok di mana sejumlah siswa berprestasi tinggi, sedang, dan rendah adalah untuk ditempatkan di masing-masing kelompok kooperatif (Robinson,1991:1).

Pembelajaran kooperatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Teams Games Tournament, dimana setelah diadakannya pembelajaran bersama kelompok kecil, diadakan permainan dan kompetisi akademik.

3. Kecemasan Berbicara

Pada penelitian ini, kecemasan berbicara yang dimaksud adalah rasa cemas yang muncul ketika siswa mempelajari dan menggunakan bahasa Jepang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam eksperimen, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif (Sutedi, 2009:155). Menurut Arikunto (2006:149), instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data ketika melakukan suatu penelitian.

Sesuai dengan kebutuhannya, instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(25)

40

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Menurut Nana Sudjana (Susilana, 2006:241), perencanaan pembelajaran adalah memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode, teknik, dan media) serta bagaimana cara mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis.

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat penulis adalah sebanyak enam buah RPP yang terdiri dari tiga buah RPP untuk kelas kontrol dan tiga buah RPP untuk kelas eksperimen. Materi yang tercantum pada RPP adalah Kazoku, Shigoto, dan Hansamu.

2. Soal Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes berbicara. Pretes berupa tes percakapan tentang jadwal pelajaran di sekolah, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 soal, tapi penulis membuat 20 soal untuk mengantisipasi adanya soal yang tidak valid. Soal tes yang digunakan menyangkup materi mengenai jadwal pelajaran dan kesan yang disesuaikan dengan materi pada buku Mengenal Bahasa Jepang 2 dan untuk postes penulis meminta siswa melakukan percakapan berpasangan di depan kelas sesuai dengan materi yang telah dipelajari siswa.

3. Foreign Language Anxiety Scale (FLCAS)

Untuk mengukur tingkat kecemasan digunakan Foreign Language Classroom Anxiety Scale (FLCAS) yang diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia yang merupakan skala untuk menilai sejauh mana responden merasa cemas dalam kelas bahasa asing berdasarkan ketakutan berkomunikasi, ketakutan atas evaluasi negatif, dan tes kecemasan. Nilai reliabilitas instrument ini adalah 0.904. Skala yang digunakan adalah 5 poin skala Likert yang terdiri dari 33 item yang meliputi 24 pernyataan bernada positif dan 8 pernyataan bernada negatif.


(26)

41

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4. Lembar Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi dirinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2006:151). Angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawabannya.

Pada penelitian ini terdapat 10 pertanyaan pilihan ganda untuk mengetahui kesan terhadap metode pembelajaran kooperatif teknik teams games tournament dalam pembelajaran berbicara. Kisi-kisi bahan angket adalah sebagai berikut.

Tujuan/Masalah Penelitian Nomor Soal Sumber

Untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran berbicara

1,2, dan 3 Siswa

Untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model ekspositori.

4, 5, 6, dan 7 Siswa

Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT cocok diterapkan dalam pembelajaran berbicara bahasa Jepang.

9 Siswa

Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatan motivasi siswa dalam mempelajari bahasa Jepang.

8 Siswa

Untuk mengetahui kecemasan siswa dalam berbicara bahasa Jepang sebagai bahasa asing

10 Siswa

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket


(27)

42

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5. Lembar Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra (Arikunto, 2006:156). Dari pengertian tersebut, mengobservasi dapat dilakukan dengan melihat, mencium, meraba, mendengar, dan mengecap.

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Observasi non-sistematis yang dilakuan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan cara observasi sistematis dengan menggunakan lembar observasi untuk pengamatan. Ada 6 aspek yang diperhatikan dalam proses observasi, yaitu kemauan atau motivasi untuk belajar, kemampuan menangkap pelajaran, rasa toleransi terhadap anggota kelompok, rasa tanggung jawab terhadap kelompok, keinginan untuk bersaing dalam meja turnamen, dan kecemasan yang tampak ketika turnamen.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Di dalam penelitian data berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, oleh karena itu, benar tidaknya data sangat berpengaruh terhadap bermutu tidaknya hasil penelitian. Benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Oleh karena itu, instrumen perlu diuji kelayakannya.

1. Penimbangan Instrumen (Expert Judgement)

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item-item yang valid yang dapat mengukur permasalahan ditinjau dari aspek materi dan tingkat kesulitan instrumen. Instrumen penelitian ditimbang dan ditelaah berdasaran segi isi, redaksi kalimat, serta kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Penimbang tersebut adalah Dr. Wawan Danasasmita, M.Pd. yang merupakan pakar dalam bidang Pendidikan Bahasa Jepang. Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari penimbang tersebut.


(28)

43

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Uji Keterbacaan Instrumen

Instrumen yang sudah dinilai dan direvisi kembali kemudian ditelaah oleh tujuh orang responden dari kalangan siswa SMA kelas XI untuk mengetahui apakah setiap item dapat dan mudah dipahami oleh responden.

3. Validitas

Validitas dimaksudkan untuk mengukur derajat tes apakah benar-benar dapat mengukur hal yang ingin diukur (Kobayashi, 1998). Sebuah instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap data dari variabel data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya data menunjukkan sejauh mana data tidak menyimpang dari gambaran yang dimaksud. Ada dua macam validitas berdasarkan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan internal.

Dalam penelitian ini, untuk soal postes, validitas tes diukur dengan validitas kesamaan, yaitu dengan menyusun soal berdasarkan pada rancangan program yang ada kemudian dikonsultasikan pada pakar.

Sedangkan untuk instrument pretes, selain tes diukur dengan validitas kesamaan, untuk menguatkan kevalidan instrumen, penulis juga melakukan uji coba soal kepada 7 orang siswa.

Untuk mencari validitas setiap item soal, peneliti menggunakan SPSS 16 dan hasilnya adalah sebagai berikut.

Butir

Soal Korelasi Signifikansi No1 .013 Tidak Valid

No2 .671 Valid

No3 .468 Valid

No4 .788 Valid

No5 .468 Valid

No6 .471 Valid

No7 .427 Valid


(29)

44

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No9 .471 Valid

No10 .000 Tidak Valid No11 .000 Tidak Valid

No12 .926 Valid

No13 .895 Valid

No14 .000 Tidak Valid

No15 .637 Valid

No16 .788 Valid

No17 .637 Valid

No18 -.342 Tidak Valid No19 .025 Tidak Valid No20 -.143 Tidak Valid

Tabel 3.2 Uji Validitas

Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 20 soal terdapat 13 soal yang valid dan 7 soal yang tidak valid.

4. Reliabilitas

Reliabel dapat diartikan dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2011:178). Dari pengertian tersebut instrumen harus mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya.

Untuk mencari realibilitas penulis menggunakan SPSS 16 dan hasilnya adalah sebagai berikut.

Cronbach's

Alpha N of Items

.815 20

Tabel 3.3 Nilai Reliabilitas

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai realibilitas instrumen adalah 0,815.


(30)

45

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Cronbachs’s Alpha Penafsiran

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,60 Sedang

0,61 – 0,80 Kuat

0,81 – 1,00 Sangat Kuat Tabel 3.4

Tabel Penafsiran Angka Korelasi

(Sutedi, 2009:220) Dari tabel tersebut dapat ditafsirkan bahwa tingkat realibilitas soal ini sangat kuat. Maka soal ini mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya.

5.Analisis Butir Soal

Analisis butir soal minimal mencangkup tingkat kesukaran (TK), daya pembeda (DP) dan analisis distraktor. Ketika membuat soal peneliti biasanya menentukan terlebih dahulu berapa persen soal kategori sulit dan berapa persen soal berkategori sedang, dan mudah. Misalnya, suatu perangkat tes dibuat dengan perkiraan di dalamnya mencangkup soal yang berkategori sulit 25%, kategori sedang 50% dan kategori mudah 25% (Sutedi, 2009 : 176-177).

a. Tingkat Kesukaran

Rumus yang digunakan untuk mengukur tigkat kesukaran adalah sebagai berikut.

Keterangan:

TK : Tingkat Kesukaran

BA : Jumlah jawaban benar kelompok atas BB : Jumlah jawaban benar kelompok bawah


(31)

46

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indeks Kesukaran Klasifikasi

0,00 – 0,25 Sukar 0,26 – 0,75 Sedang 0,76 – 1,00 Mudah

Tabel 3.5

Penafsiran Tingkat Kesukaran

(Sutedi,2009:178)

Dari data yang dimiliki, maka didapatkan: No.

Soal

Tingkat Kesukaran (TK = BA + BB)

N

Kategori

1 0,88 Mudah

2 0,5 Sedang

3 0,63 Sedang

4 0,38 Sedang

5 0,63 Sedang

6 0,88 Mudah

7 0,75 Sedang

8 0,5 Sedang

9 0,88 Mudah

10 1 Mudah

11 1 Mudah

12 0,5 Sedang

13 0,63 Sedang

14 1 Mudah

15 0,75 Sedang

16 0,38 Sedang


(32)

47

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

18 0,25 Sukar

19 0,88 Mudah

20 0,25 Sukar

Tabel 3.6

Tingkat Kesukaran Instrumen

Dari perhitungan tingkat kesukaran soal di atas, diperoleh 8 soal yang tingkat kesukarannya berkategori mudah, 10 soal berkategori sedang, dan 2 soal berkategori sukar. Soal yang digunakan dalam penelitian adalah 1 soal berkategori sukar, 8 soal berkategori sedang, dan 1 soal berkategori mudah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Meyusun instrumen adalah hal yang penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi, mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti (Arikunto, 2006:222). Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penggunaan tes, penggunaan angket, dan penggunaan metode observasi.

1. Penggunaan Tes

Pada penelitian ini tes dilakukan dua kali, yaitu pretest dan posttest. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah perlakuan. Tes yang dilakukan merupakan tes lisan.

2. Penggunaan Angket

Pada penelitian ini, angket digunakan untuk memperoleh gambaran dan data kualitatif mengenai motivasi dan kesan yang timbul dikarenakan metode pembelajaran kooperatif teknik TGT. Sampel yang diberi angket hanya sampel yang berasal dari kelas eksperimen.

3. Observasi

Pada penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui kondisi siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.


(33)

48

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu G. Teknik Pengolahan Data

1. Tes Keterampilan Berbicara

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengolahan data adalah data yang akan diolah. Pemilihan teknik analisis data interval ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain penyebaran datanya. Yang dimaksud penyebaran data adalah bagaimana data tersebut tersebar antara nilai paling tinggi dengan paling rendah, serta variabilitas di dalamnya. Apabila data yang dianalisis berbentuk sebaran normal, maka peneliti boleh menggunakan teknik statik parametrik, sedangkan apabila data yang diolah bukan merupakan sebaran normal, maka peneliti hars menggunakan statsistik non-parametrik (Arikunto, 2006:313).

Untuk memeriksa keabsahan sampel untuk diterapi teknik tertentu, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas sampel, namun uji normalitas yang peneliti lakukan adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho: Data penelitian berdistribusi normal. Pengambilan keputusan:

Jika Sig. (p)>0,05 maka Ho diterima Jika Sig. (p)<0,05 maka Ho ditolak

Untuk mengolah data, peneliti menggunakan alat bantu olah data SPSS 16.

b. Uji Homogenitas

Untuk menguji seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama maka perlu diadakan uji homogenitas. Uji homogenitas yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan 2 buah varian. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho: Data penelitian bersifat homogen. Pengambilan keputusan:

Jika Sig. (p)>0,05 maka Ho diterima Jika Sig. (p)<0,05 maka Ho ditolak


(34)

49

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk mengolah data, peneliti menggunakan alat bantu olah data SPSS 16. Jika data yang diolah memenuhi kedua syarat di atas, maka untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan uji t.

c. Uji T

Setelah penelitian selesai dilaksanakan maka hasil kedua kelompok diolah dengan membandingkan kedua mean. Untuk sampel random bebas, pengujian perbedaan mean dihitung dengan rumus t-test sebagai berikut (Furqon, 2011: 181):

t =

Keterangan:

t : nilai t hitung yang dicari : mean kelas eksperimen

: mean kelas kontrol : varian kelas eksperimen : varian kelas kontrol

d. Kriteria Efektivitas Pembelajaran

Untuk mengetahui tingkat keefektifitasan teknik pembelajaran yang digunakan selama penelitian, terlebih dahulu dicari gain yang dinormalisir (normalized gain) dari hasil pretest dan posttest baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Hake dalam Safarini (2010: 70) mengemukakan bahwa untuk mencari nilai normalized gain digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan ;


(35)

50

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

: pretest : posttest

Sm : nilai maksimal

Setelah mendapatkan hasil normalized gain, selanjutnya dilakukan penafsiran berdasarkan rincian berikut.

Rentang normalized gain Penafsiran

0.71 – 1.00 Sangat efektif

0.41 – 0.70 Efektif

0.01 – 0.40 Kurang efektif

Tabel 3.7

Penafsiran Efektifitas Pembelajaran

2. Tes Kecemasan

a. Tingkat Kecemasan

Untuk mengukur tingkat kecemasan, penulis menggunakan FLCAS yang dikembangkan oleh Horwitz dan diadaptasi ke bahasa Indonesia oleh penulis. Pernyataan terdiri dari 33 item dan menggunakan skala Likert 5 poin mulai dari 5 sangat setuju (5 poin) ke 1 sangat tidak setuju (1 poin), dengan item 2, 5, 8, 11, 14, 18, 22, 28, dan 32 kunci terbalik. Skor skala total berkisar dari 33-165 dengan rata-rata hipotik 99.

Skor total penulis interpetasikan ke dalam kategori berdasarkan tingkat kecemasan yang ditemukan Krinis (2002) dalam Linh (2011:68), yaitu sebagai berikut.

Skor Total Tingkat Kecemasan Bahasa Asing

33-82 1 Sangat Rendah

83-89 2 Cukup Rendah

90-98 3 Sedang

99-108 4 Cukup Tinggi

109-165 5 Sangat Tinggi Tabel 3.8


(36)

51

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b. Analisis Komponen FLCAS

Analisis komponen FLCAS pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Komponen Nomor Soal

Kecemasan Terhadap Tes 8, 10, 21

Ketakutan Komunikasi 1, 4, 9, 14, 15, 18, 24, 27, 29, 30, 32

Ketakutan Terhadap Evaluasi Negatif

2, 9, 10, 13, 19, 20, 31

Anggapan Kinerja Negatif dan Perbandingan Sosial

1, 7, 23

Sikap Negatif Terhadap Kelas Bahasa Jepang

5, 6, 11, 16, 17, 22, 25, 26, 28

Perwujudan Kecemasan 3, 6, 12, 20, 27

c. Uji T

Setelah penelitian selesai dilaksanakan maka hasil kedua kelompok diolah dengan membandingkan kedua mean. Untuk sampel random bebas, pengujian perbedaan mean dihitung dengan rumus t-test sebagai berikut (Furqon, 2011: 181):

t =

Keterangan:

t : nilai t hitung yang dicari : mean kelas eksperimen : mean kelas kontrol

: varian kelas eksperimen : varian kelas kontrol


(37)

52

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3. Angket

Teknik pengolahan data angket dengan cara menghitung presentase tiap jawaban per nomor soal, kemudian mengintrepetasikannya. Rumus pengolahan data angket adalah sebagai berikut.

P =

Dalam Agnes (2000:38), Sugihartono mengungkapkan penafsiran data presentase diklasifikasikan sebagai berikut.

Interval Presentase Keterangan

0% Tidak seorang pun

1% - 5% Hampir tidak ada

6%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Lebih dari setengah

76%-95% Sebagian besar

96%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Tabel 3.9 Penafsiran Data Angket


(38)

96

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berikut ini simpulan yang penulis peroleh dari penelitian ini:

1) Nilai rata-rata pretes kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa di kelas eksperimen sebesar 41.21 dan postes sebesar 80.91. Peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 39,70. Adapun nilai rata-rata kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa di kelas kontrol sebesar 46.88 dan postes sebesar 76.56. Peningkatan nilai rata-rata di kelas kontrol sebesar 29.69. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa di kelas eksperimen (kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TGT) lebih besar dibandingkan peningkatan nilai rata-rata di kelas kontrol (kelas yang menggunakan metode ekspositori).

2) Berdasarkan hasil penghitungan statistik, thitung sebesar 2.40, sedangkan

nilai adalah 1,9983. Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka Ha

tidak ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif teknik TGT terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

3) Berdasarkan hasil angket, tanggapan dan kesan siswa terhadap pembelajaran kooperatif adalah sebagian besar siswa senang dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan motivasi siswa untuk berbicara dalam bahasa Jepang, selain itu dengan metode ini siswa lebih mudah memahami materi dan tidak membuat siswa merasa cemas dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Jepang. Hanya saja jika metode ini dilakukan terus-menerus, siswa akan menjadi bosan. Kesulitan pengaplikasian metode ini adalah dalam hal mempersiapkan media dan mengontrol kegiatan siswa.


(39)

97

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Berdasarkan analisis data, tingkat kecemasan kelas kelas eksperimen berada pada tingkat 3 atau sedang, sedangkan pada kelas kontrol tingkat kecemasan berada pada tingkat 4 atau cukup tinggi. Pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TGT komponen-komponen yang sangat mempengaruhi kecemasan siswa adalah komponen-komponen anggapan kinerja negatif dan perbandingan sosial, komponen tes kecemasan, dan ketakutan terhadap evaluasi negatif. Pada kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori komponen-komponen yang sangat mempengaruhi kecemasan siswa adalah komponen ketakutan komunikasi, sikap negatif pada kelas bahasa Jepang, dan perwujudan kecemasan. Meskipun tingkat kecemasan kelas eksperimen dan kontrol berada pada level yang berbeda, setelah dilakukan uji t diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan kelas yang menggunakan metode ekspositori.

B. Rekomendasi

Dari penelitian ini penulis memiliki saran dan rekomendasi sebagai berikut.

1) Penelitian ini membuktikan bahwa metode pembelajaran kooperatif teknik TGT efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik TGT untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lainnya.

2) Sebaiknya sebelum melaksanakan KBM, pengajar melakukan analisis kebutuhan siswa sehingga baik media, maupun metode yang digunakan dapat menunjang kebutuhan siswa.

3) Kecemasan dapat mempengaruhi keterampilan berbicara seseorang, Oleh karena itu perlu dicari metode yang dapat mengurangi tingkat kecemasan siswa agar siswa dapat berbicara dalam bahasa Jepang dengan baik.

4) Perlu diteliti faktor lain yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara seseorang sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara.


(40)

98

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Fifin. (2009). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Terhadap Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Siswa Dalam Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

C. Richards, Jack, & S. Rogers, Theodore. (2001). Apurochi & Mesoddo: Sekai no Gengo KyoujuhouShidouhou. Tokyo: Tokyo Shoseki Co., Ltd., Anaheim University Press and Cambridge University Press.

Danasasmita, Wawan. (2009). Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bandung: Rizqi Press.

Dimyati. dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Duxbury, John G., Tsai, Ling-ling. (2010). The Effect of Cooperative Learning on

Foreign Language Anxiety: A Comparative Study of Taiwanese and American Universities. International Journal of Instruction, Vol. 3, No. 1, 1-18.

Hartanto, Budi. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Model Based Learning Pada Siswa Kelas V SDN Dero 2 Kecamatan Beringin Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Tidak diterbitkan.

Horwitz, E. K., Horwitz, M. B., & Lope, J. (1986). Foreign Language Classroom Anxiety. The Modern Language Journal, 70 (2). 125-132.

Japan Foundation. (2009). Hanasukoto o Oshieru. Tokyo: Hituzi.

Japan Foundation. (2013). “Hasil Survey Lembaga Pendidikan Bahasa Jepang

Tahun 2012”. Egao (Vol. 15/No. 4-Oktober 2013)

Kawaguchi. (2005). Nihongo Kyouiku Gaido Bukku. Tokyo: Hituzi.

Leichsenring, Andrew. (2010). The Experience of Anxiety of Japanese EFL Learners: A Case Study.


(41)

99

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

at Felte, Ulis. Tesis pada Fakultas Pendidikan Guru Bahasa Inggris Vietnam National University. Hanoi: tidak diterbitkan.

Mina, Kobayashi. (1998). Yoku Wakaru Kyoujuuhou. Tokyo: Space ALC

Mulyati, Sri. (2007). Penggunaan Metode Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan..

Muneo, Kimura. (1988). Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Bahasa Jepang. Tokyo: The Japan Foundation.

Ogawa, Yoshio. (1982). Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo: Taishuukan Shoten. Robinson, Ann. (1991). Cooperative Learning and The Academically Talented

Student. Storrs: The University of Connecticut.

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Tarigan, H.G. (1988). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (1991). Metodelogi Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. Thontowi, Ahmad. (1991). Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.

Muabai, Yasak. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/ [24 Maret 2011]


(1)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b. Analisis Komponen FLCAS

Analisis komponen FLCAS pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Komponen Nomor Soal

Kecemasan Terhadap Tes 8, 10, 21

Ketakutan Komunikasi 1, 4, 9, 14, 15, 18, 24, 27, 29, 30, 32

Ketakutan Terhadap Evaluasi Negatif

2, 9, 10, 13, 19, 20, 31

Anggapan Kinerja Negatif dan Perbandingan Sosial

1, 7, 23

Sikap Negatif Terhadap Kelas Bahasa Jepang

5, 6, 11, 16, 17, 22, 25, 26, 28

Perwujudan Kecemasan 3, 6, 12, 20, 27

c. Uji T

Setelah penelitian selesai dilaksanakan maka hasil kedua kelompok diolah dengan membandingkan kedua mean. Untuk sampel random bebas, pengujian perbedaan mean dihitung dengan rumus t-test sebagai berikut (Furqon, 2011: 181):

t =

Keterangan:

t : nilai t hitung yang dicari : mean kelas eksperimen : mean kelas kontrol

: varian kelas eksperimen : varian kelas kontrol


(2)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3. Angket

Teknik pengolahan data angket dengan cara menghitung presentase tiap jawaban per nomor soal, kemudian mengintrepetasikannya. Rumus pengolahan data angket adalah sebagai berikut.

P =

Dalam Agnes (2000:38), Sugihartono mengungkapkan penafsiran data presentase diklasifikasikan sebagai berikut.

Interval Presentase Keterangan

0% Tidak seorang pun

1% - 5% Hampir tidak ada

6%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Lebih dari setengah

76%-95% Sebagian besar

96%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Tabel 3.9 Penafsiran Data Angket


(3)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berikut ini simpulan yang penulis peroleh dari penelitian ini:

1) Nilai rata-rata pretes kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa di kelas eksperimen sebesar 41.21 dan postes sebesar 80.91. Peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 39,70. Adapun nilai rata-rata kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa di kelas kontrol sebesar 46.88 dan postes sebesar 76.56. Peningkatan nilai rata-rata di kelas kontrol sebesar 29.69. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa di kelas eksperimen (kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TGT) lebih besar dibandingkan peningkatan nilai rata-rata di kelas kontrol (kelas yang menggunakan metode ekspositori).

2) Berdasarkan hasil penghitungan statistik, thitung sebesar 2.40, sedangkan

nilai adalah 1,9983. Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka Ha

tidak ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif teknik TGT terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

3) Berdasarkan hasil angket, tanggapan dan kesan siswa terhadap pembelajaran kooperatif adalah sebagian besar siswa senang dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan motivasi siswa untuk berbicara dalam bahasa Jepang, selain itu dengan metode ini siswa lebih mudah memahami materi dan tidak membuat siswa merasa cemas dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Jepang. Hanya saja jika metode ini dilakukan terus-menerus, siswa akan menjadi bosan. Kesulitan pengaplikasian metode ini adalah dalam hal mempersiapkan media dan mengontrol kegiatan siswa.


(4)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

4) Berdasarkan analisis data, tingkat kecemasan kelas kelas eksperimen berada pada tingkat 3 atau sedang, sedangkan pada kelas kontrol tingkat kecemasan berada pada tingkat 4 atau cukup tinggi. Pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TGT komponen-komponen yang sangat mempengaruhi kecemasan siswa adalah komponen-komponen anggapan kinerja negatif dan perbandingan sosial, komponen tes kecemasan, dan ketakutan terhadap evaluasi negatif. Pada kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori komponen-komponen yang sangat mempengaruhi kecemasan siswa adalah komponen ketakutan komunikasi, sikap negatif pada kelas bahasa Jepang, dan perwujudan kecemasan. Meskipun tingkat kecemasan kelas eksperimen dan kontrol berada pada level yang berbeda, setelah dilakukan uji t diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan kelas yang menggunakan metode ekspositori.

B. Rekomendasi

Dari penelitian ini penulis memiliki saran dan rekomendasi sebagai berikut.

1) Penelitian ini membuktikan bahwa metode pembelajaran kooperatif teknik TGT efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik TGT untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lainnya.

2) Sebaiknya sebelum melaksanakan KBM, pengajar melakukan analisis kebutuhan siswa sehingga baik media, maupun metode yang digunakan dapat menunjang kebutuhan siswa.

3) Kecemasan dapat mempengaruhi keterampilan berbicara seseorang, Oleh karena itu perlu dicari metode yang dapat mengurangi tingkat kecemasan siswa agar siswa dapat berbicara dalam bahasa Jepang dengan baik.

4) Perlu diteliti faktor lain yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara seseorang sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara.


(5)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Fifin. (2009). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Terhadap Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Siswa Dalam Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

C. Richards, Jack, & S. Rogers, Theodore. (2001). Apurochi & Mesoddo: Sekai

no Gengo KyoujuhouShidouhou. Tokyo: Tokyo Shoseki Co., Ltd.,

Anaheim University Press and Cambridge University Press.

Danasasmita, Wawan. (2009). Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bandung: Rizqi Press.

Dimyati. dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Duxbury, John G., Tsai, Ling-ling. (2010). The Effect of Cooperative Learning on

Foreign Language Anxiety: A Comparative Study of Taiwanese and American Universities. International Journal of Instruction, Vol. 3, No. 1, 1-18.

Hartanto, Budi. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Model Based Learning Pada Siswa Kelas V SDN Dero 2 Kecamatan Beringin

Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis pada Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Tidak diterbitkan. Horwitz, E. K., Horwitz, M. B., & Lope, J. (1986). Foreign Language Classroom

Anxiety. The Modern Language Journal, 70 (2). 125-132. Japan Foundation. (2009). Hanasukoto o Oshieru. Tokyo: Hituzi.

Japan Foundation. (2013). “Hasil Survey Lembaga Pendidikan Bahasa Jepang

Tahun 2012”. Egao (Vol. 15/No. 4-Oktober 2013)

Kawaguchi. (2005). Nihongo Kyouiku Gaido Bukku. Tokyo: Hituzi.

Leichsenring, Andrew. (2010). The Experience of Anxiety of Japanese EFL Learners: A Case Study.


(6)

Andina Pernatawaty,2014

PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

at Felte, Ulis. Tesis pada Fakultas Pendidikan Guru Bahasa Inggris Vietnam National University. Hanoi: tidak diterbitkan.

Mina, Kobayashi. (1998). Yoku Wakaru Kyoujuuhou. Tokyo: Space ALC

Mulyati, Sri. (2007). Penggunaan Metode Cooperative Learning Tipe Teams

Games Tournament dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang. Skripsi

pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan..

Muneo, Kimura. (1988). Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Bahasa Jepang. Tokyo: The Japan Foundation.

Ogawa, Yoshio. (1982). Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo: Taishuukan Shoten. Robinson, Ann. (1991). Cooperative Learning and The Academically Talented

Student. Storrs: The University of Connecticut.

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Tarigan, H.G. (1988). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (1991). Metodelogi Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. Thontowi, Ahmad. (1991). Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.

Muabai, Yasak. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/ [24 Maret 2011]


Dokumen yang terkait

Kegiatan Pengajaran Bahasa Jepang Di SMA Negeri 1 Padalarang

0 2 1

Kegiatan Pengajaran Bahasa Jepang DI SMKN 10 Bandung

0 12 23

Kegiatan Pengajaran Bahasa Jepang Di SMA Plus Al-Ghifari Bandung

1 86 20

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 16 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 7 57

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN PEMETAAN KONSEP (Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 51 56

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN GALLERY WALK TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2012/2013)

0 15 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMAN 5 METRO

0 0 14

PENINGKATAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MEANINGFUL INSTRUCTIONNAL DESIGN (MID) DI KELAS XI.IPA.2 SMAN 1 PASAMAN Mistiawati SMAN 1 Pasaman Email: hj.mistiawatigmail.com

0 0 10

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BAMBOO DANCING DI KELAS XI IPA.1 SMAN 1 KINALI Kusuma Winanto SMAN 1 Kinali

0 0 12

KINERJA GURU SOSIOLOGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS XI IPS 1 SMAN 1 SAMBAS

0 0 11