BAGAIMANAKAH OBJEKTIVITAS BERITA PENGAMBIL ALIHAN KENDALI PARTAI DEMOKRAT OLEH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo Bambang Yudhoyono di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 9, dan 10 F

BAGAIMANAKAH OBJ EKTIVITAS BERITA PENGAMBIL ALIHAN
KENDALI PARTAI DEMOKRAT OLEH SUSILO BAMBANG
YUDHOYONO
(Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat
Oleh Susilo Bambang Yudhoyono di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 9, dan 10 Februari
2013)

SKRIPSI

OLEH :

RATNA MUSTIKA
NPM. 0743010083
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


OBJ EKTIVITAS BERITA PENGAMBIL ALIHAN KENDALI PARTAI
DEMOKRAT OLEH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
(Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo
Bambang Yudhoyono di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 9, dan 10 Februari 2013)

Disusun Oleh :
Ratna Mustika
NPM. 0743010083
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji
Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Pada Tanggal 20 Juni 2013
Menyetujui,

Pembimbing:

Tim Penguji :
1. Ketua


J uwito, S. Sos, Msi
NPT. 36704 950 0361

J uwito, S. Sos, Msi
NPT. 36704 950 0361
2. Sekretaris

Dr s. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 370069400351
3. Anggota

Drs. Kusnarto, Msi
NIP. 195808011984021001
Mengetahui,
WS.Dekan

Dra. Sumardjijati, M.Si
NIP. 19020323 1999309 2001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji sukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat
dan hidayatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“OBJ EKTIVITAS PEMBERITAAN PENGAMBIL ALIHAN KENDALI PARTAI
DEMOKRAT OLEH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO”. Tujuan penulis
meneliti objektivitas pemberitaan pengambil alihan kendali partai democrat oleh Susilo
Bambang Yudhoyono ini adalah untuk mengetahui objektiv atau tidak pemberitaan ini
Selama Melakukan penulisan skripsi ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa
terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan
skripsi ini :
1. Allah SWT, karena telah melimpahkan segala karunia-Nya sehingga penulis
mendapat kemudahan selama proses penyusunan skripsi.
2. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarta MP, selaku rektor UPN “Veteran” Jatim.
3. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.
4. Juwito S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN
“Veteran” Jatim.
5. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si sebagai Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jatim.
6. Juwito S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi Penulis, Terima Kasih atas

segala waktu, masukan, bimbingan Bapak
iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan FISIP hingga
UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
8. Kedua orang tua penulis yang sangat berjasa bagi penulis. Terima kasih yang
sebanyak-banyaknya aba dan umi.
9. Resia Nory Fitriani, Ahmad selaku teman terbaik yang selama ini sangat membantu
dan memotivasi penulis sebelum hingga selesainya penulisan Skripsi ini.
10. Teman-teman yang membantu penulis menyelesaikan laporan magang ini: Marlin,
Doyok, Sigit, Kancil, Yoyo, teman-teman AK.Upn Radio dan juga media Ilmu
Komunikasi lainnya, Kinne, Xphose, UPN Tv, dan juga teman-teman dari
komunitas Kinetik Surabaya.
11. Dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisdan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki

kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya
teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi
Surabaya, 20 Juni 2013

Penulis

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL .........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................


ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................

iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

ix

ABSTRAK ..........................................................................................................


x

BAB I

1

BAB II

PENDAHULUAN....................................................................
1.1. Latar Belakang......................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah…………………………………….…..

11

1.3. Tujuan Penelitian……………………………………….…..

12


1.4. Manfaat Penelitian………………………………………...

12

KAJ IAN PUSTAKA ...................................................................

13

2.1. Landasan Teori.......................................................................

13

2.1.1. Media Cetak..................................................................

13

2.1.2. Surat Kabar...................................................................

13


2.1.3. Karakteristik Surat Kabar............................................

16

2.1.4. Pengertian Dan Fungsi Pers.........................................

17

2.1.5. Teori Kebebasan Pers...................................................

20

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III


2.1.6. Berita............................................................................

31

2.2. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik...............................................

39

2.3. Objektifitas Berita .................................................................

43

2.3.1. Konsep Penyajian Berita……………………………

50

2.5. Kerangka Berpikir…………………………………………

52


METODE PENELITIAN…………………………………….

54

3.1. Definisi Operasional………………………………………

54

3.1.1. Partai Demokrat …………………….……....…….

54

3.1.2. Berita Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat Oleh

BAB IV

Susilo Bambang Yudhoyono …….…………………

56

3.2. Kategorisasi Objektivitas Berita…………………..…….…

58

3.2.1. Truth …………………………….…………………..

59

3.2.2. Relevansi ……………………………………….……

59

3.2.3. Ketidakberpihakan ………………………..…………

60

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel………..…

61

3.3.1. Populasi…………………………………………….

61

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel……………..

61

3.4. Teknik Pengumpulan Data…………………………….….

62

3.5. Teknik Analisis Data……………………………………...

62

HASIL DAN PEMBAHASAN………………….…………….

64

4.1. Gambaran Umum Perusahaan.................................................

64

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.1. Gambaran Singkat Surat Jawa Pos ............................... .
4.2. Penerapan Objektivitas Pemberitaan di Surat Kabar Jawa Pos

BAB V

64
70

4.2.1. Analisis Berita 1 .............................................................

75

4.2.2. Analisis Berita 2 .............................................................

81

KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….

89

5.1

Kesimpulan ...............................................................................

89

5.2

Saran..........................................................................................

89

Daftar Pustaka ...................................................................................................

91

Lampiran ..........................................................................................................

92

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Ratna Mustika. Bagaimanakah Objektivitas Ber ita Pengambil Alihan
Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo Bambang Yudhoyono . (Analisis Isi
Objektivitas Pemberitaan Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo
Bambang Yudhoyono di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 9, dan 10 Februari 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektifitas berita pada
surat kabar Jawa Pos dalam Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo
Bambang Yudhoyono.
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Surat kabar,
Karakteristik Surat Kabar, Pengertian Dan Fungsi Pers, teori kebebasan pers,
objektifitas berita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset
kuantitatif, yang menggunakan analisis isi dari Hotman Siahaan. Populasi dalam
penelitian adalah seluruh berita yang berada di halaman depan surat kabar Jawa Pos
tentang Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 9 dan 10 Februari 2013.
Hasil dari penelitian ini adalah pemberitaan di Jawa Pos mengenai Pengambil
Alihan Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo Bambang Yudhoyono tidak objektif,
ada dua unsur objektivitas yang belum terpenuhi (Relevansi dan ketidakberpihakan)
hanya unsur truth saja yang sudah terpenuhi, hal ini hanya bisa menyatakan bahwa
berita ini benar terjadi sesuai dengan kejadian nyata tapi belum objektif.
Kata Kunci : analisis isi berita, objektifitas, Siahaan, Demokrat, SBY, Jawa Pos
ABSTRACT
Ratna Mustika. How then objectivity news takeover control partai demokrat
by susilo bambang yudhoyono. (analysis contents objectivity annunciation takeover
control partai demokrat by susilo bambang yudhoyono at the paper java post edition
9, and 10 february 2013).
The purpose of research is is to know objektifitas news on a newspaper java
heading in takeover control partai demokrat by SBY. The theory worn in this research
is the newspaper characteristic of the newspaper understanding and function of the
press, theory press freedom, objektifitas news. Methods used in this research is
method research quantitative, using analysis the contents of hotman siahaan.
Population in research was all news located in the front page of a newspaper java post
takeover about democratic control by SBY on 9 and 10 February 2013.
The results of this research are the Annunciation in the Jawa Pos on the
takeover of control of the Democratic Party by SBY not objective, there are two
elements of objectivity that has not been fulfilled (relevance and impartiality) is only
the truth that is complete, it can only be said that this news is true according to the
real events but has not been objective.
Keywords: Analysis Of News Content, Objectivity, Siahaan, SBY, Jawa Pos

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan utama manusia adalah informasi, dalam perkembangan

yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhkan
informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan
juga alat untuk mendapatkan kekuasaan. Penguasaan terhadap media informasi
mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum
bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)
Faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada khalayak
adalah dengan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam
proses komunikasi, hal ini bisa tergambar dari relita yang ada saat ini banyak korankoran baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media massa. Masing-masing
media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Salah satu kelebihan surat kabar dibanding media lain adalah surat kabar lebih
terdokumen, sehingga bisa “dikonsumsi” kapan dan dimana saja. Berbeda dengan
penyajian informasi pada media televisi, di media televisi kita harus berada di depan
televisi pada jam-jam tertentu. Hal inilah yang membuat surat kabar masih tetap

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

disukai. Karena berita di surat kabar lebih terdokumen maka efek negatifnya akan
lebih termemori (apabila pemberitaan tersebut negatif), begitu juga sebaliknya.
Semakin banyaknya jumlah dan beragamnya jenis surat kabar yang beredar di
masyarakat saat ini dapat memberi dampak maupun pengaruh pada penerbit surat
kabar maupun pembaca. Pengaruh akan banyaknya penerbit adalah konsumen /
pembaca akan lebih selektif dalam pemilihan surat kabar, sedangkan untuk penerbit
mereka harus selalu berupaya memperbaiki dan meningkatkan penyajian beritaberitanya.
Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers
dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan
informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya
aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar
yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi,
sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan seleb. Surat kabar dapat
memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu
menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut
menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama
sekali.
Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda
yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media
dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan
informasi kepada masyarakat.
Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu
berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan tepat
atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil,
dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini
sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki
power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus
memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan. (Kusumaningrat
2006 : 47)
Akhir-akhir ini banyak berita tentang partai Demokrat yang menjadi perhatian
khalayak. Mulai dari kasus Hambalang yang menyeret sejumlah pejabat partai
Demokrat seperi M. Nazarudin dan Angelina Sondakh. Bahkan Menpora saat itu
Andi Malarangeng yang berasal dari Partai Demokrat ditetapkan menjadi tersangka
kasus Hambalang oleh KPK. Kasus yang pelik ini juga sering menyeret nama Ketua
Umum Partai, Anas Urbaningrum. Selain itu ada juga kasus Sekjen Partai Demokrat
yaitu Edhie Baskoro Yudhoyono yang kedapatan mengisi absensi rapat DPR yang
dilakukannya diruangannya. Kasus yang paling hangat adalah pengambil alihan
kepengurusan oleh ketua dewan Pembina Susislo Bambang Yudhoyono.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang Yudhoyono
yang terilhami oleh kekalahan terhormat saudara Susilo Bambang Yudhoyono pada
pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001.

Partai ini pertama kali mengikuti pemilihan umum pada tahun 2004 dan
meraih suara sebanyak 7,45% (8.455.225) dari total suara dan mendapatkan kursi
sebanyak 57 di DPR. Dengan perolehan tersebut, Partai Demokrat meraih peringkat
ke 5 Pemilu Legislatif 2004. Menjelang Pemilu 2004, popularitas partai ini cukup
terdongkrak dengan naiknya popularitas Yudhoyono waktu itu. Bersama PKS, partai
ini menjadi the rising star pada pemilu kedua di Era Reformasi itu. Popularitas partai
ini terutama berada di kota-kota besar, dan di wilayah eks-Karesidenan Madiun,
tempat Yudhoyono berasal.

Pada pemilu 2009, Partai Demokrat menjadi Pemenang Pemilu Legislatif
2009. Partai Demokrat memperoleh 150 kursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat
21.703.137 total suara (20,4%). Partai Demokrat meraih suara terbanyak di banyak
provinsi, hal yang pada pemilu sebelumnya tidak terjadi, seperti di Aceh, DKI
Jakarta, dan Jawa Barat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Demokrat)

Tahun ini pamor partai yang mempunyai warna kebanggaan biru ini terjun
bebas di mata masyarakat. Tingkat popularitas dan elektibitas Partai Demokrat saat
ini berada pada titik terendah sejak pemilu 2004. Hasil survey Saiful Mujani

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Research and Consultant (SMRC) terbaru mengungkap bahwa dukungan terhadap
partai peraih suara terbesar pada pemilu 2009 itu hanya tersisa 8,3 persen.

Hasil survei SMRC ini ditanggapi serius oleh politisi Partai Demokrat.
Sejumlah kader senior Partai demokrat gelisah dengan hasil survey SRMC. Mereka
berharap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pendiri Partai Demokrat turun
langsung menyelamatkan partai. SBY akhirnya melakukan langkah tegas dengan
mengambil alih partai Demokrat dari ketua umum Anas Urbanningrum. Hal ini
mengakibatkan riak didalam tubuh partai Demokrat antara Loyalis Anas yang
menginginkan dia bertahan sebagai ketua umum dan loyalis SBY yang menginginkan
SBY mengambil alih kekuasaan di partai Demokrat.

Berita pengambila alihan kekuasaan di tubuh partai Demokrat ini sangat
menghebohkan masyarakat. Hampir setiap media massa yang ada di Indonesia
memberitakan peristiwa ini secara besar-besaran. Termasuk surat kabar Jawa Pos
yang mejadikan peristiwa ini sebagai headline di beberapa edisi.

Pada edisi sabtu 9 Februari 2010 Jawa Pos memberitakan kasus ini dengan
judul “SBY Ambil Alih Demokrat”. Judul ini menggunakan Font yang besar dan
beritanya di letakkan di atas pada halaman depan dan ditambahkan juga foto SBY
untuk memeperkuat berita.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Dalam edisi tersebut diberitakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) bertindak tegas dalam menyikapi kemelut partai yang
didirikannya itu. Dalam rapat yang dilaksanaknnya di Puri Cikeas tadi malam, dia
mengambil alih seluruh kendali partai. Dalam rapat yang dikuti oleh seluruh anggota
majelis tinggi partai tersebut, dikeluarkan delapan solusi. Semua dipimpin dan
dikendalikan majelis tinggi partai. Solusi tersebut antara lain, ketua majelis tinggi
partai bertugas, berwenang, dan bertanggung jawab untuk memimpin penyelamatan
serta konsolidasi partai.

Tidak hanya itu, selain mengambil alih pemuihan kondisi internal partai, SBY
mempersilahkan seluruh kader yang tidak bersepakat dengan solusi tersebut untuk
keluar dari partai. Baik mereka yang gelisah atas turunnya elektabilitas maupun
langkah

penyelamatan

partai.

Langkah

penyelamatan

dimulai

dengan

penandatanganan pakta integritas. SBY juga menjelaskan nasib Anas Urbaningrum.
“Kepada Ketua Umum Partai Demokrat, Saudara Anas Urbaningrum yang tetap
menjadi wakil ketua majelis tinggi, sementara saya memimpin langsung gerakan
penataan dan pembersihan partai ini. Saya berikan kesempatan saudara untuk
menghadapi masalah hukum dengan harapan keadilan benar-benar tegak dan tim
hukum siap untuk memberikan bantuan hokum,” ujar SBY dalam konfrensi pers tadi
malam. Ketua Dewan Pembina PD tersebut juga menekankan saat ini partainya akan
mengutamkan upaya pentaan dan pembersihan partai daripada berfokus pada pemilu
2014. Sebagai salah satu upaya, SBY meminta dilakukan penandatanganan pakta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

integritas oleh semua kader partai. Terutama dewan Pembina, dewan kehormatan,
dewan pimpinan pusat, dewan pimpinan daerah, dewan cabang, baik legislatif
maupun daerah.

Dalam edisi ini juga diberitakan juga tanggapan loyalis Anas Urbaningrum
mengenai pengambil alihan partai Demokrat yang dilakukan oleh SBY. Bersamaan
dengan pertemuan terbatas di cikeas tersebut, dua hari terakhir Anas dan
pendukungnya juga melakukan pertemuan. Mereka berkumpul di kediaman Anas,
Duren Sawit, Jakarta Timur. Bahkan dalam pertemuan itu yang hadir bukan hanya
mereka yang duduk di struktur pengurusan DPP, tapi sejumlah pengurus daerah baik
DPD maupun DPC.

Pada edisi 10 Februari 2013, Jawa Pos juga memberikan porsi yang besar
pada pemberitaan kasus ini. Pada edisi ini Jawa Pos menggunakan judul “Anas Tak
Terpengaruh Hasil Cikeas”. Judul tersebut dicetak dengan font besar. Peletakan
berita juga diletakkan di atas pada halaman utama dan ada foto Anas Urbaningrum
yang digunakan sebagai pelengkap berita.

Dalam berita tersebut dijelaskan jika Anas masih melakukan tugas sebagai
ketua umum partai. Rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat di Cikeas (8/2) yang
berujung pada pengambil alihan kendali partai oleh Susislo Bambang Yudhoyono
(SBY) tidak ditanggapi serius oleh Anas Urbaningrum. Sehari kemarin dia masih
menjalankan tugas sebagai ketua umum partai. Saat disinggung soal hasil pertemuan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

di Ckeas, Anas menganggap tidak ada lagi yang perlu dipersoalkan. “Jangan diaduadu, ini bagian dari dari ikhtiar PD ke depan makin baik,” katanya.

Pada berita ini, Jawa Pos juga mewawancarai beberapa para pakar politik dari
beberapa lembaga seperti Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari dan
pengamat politik dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Barkah Pattimahu . Mereka
dimintai pendapatnya mengenai pengambil alihan kekuasaan partai dari Anas
Urbaningrum ke SBY.

Muhammad Qodari mengatakan jika langkah yang dilakukan oleh SBY
adalah langkah yang mengeseankan. Namun dia juga mengatakan jika pengambil
alihan kekuasaan ini bisa jadi blunder politik karena akan membuat SBY tidak
berkonsentrasi dalam mengurus pemerintahan. Barkah Pattimahu malah mengatakan
jika langkah yang dilakukan oleh SBY ini sangat berbahaya bagi kelangsungan
mekanisme partai. Partai Demokrat tidak akan tumbuh dalam demokrasi yang sehat,
melainkan selalu berada dalam baying-bayang SBY.

Berita di atas merupakan kutipan dari surat kabar Jawa Pos, di dua edisi yaitu
pada tanggal 9, dan 10 Februari 2013. Dalam penulisan berita tersebut judul berita
dituliskan dengan ukuran besar. Menurut Junaedhi (1991 : 29) berita yang ditulis
dengan huruf ukuran besar pada judulnya merupakan berita utama atau berita
istimewa. Berita utama dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan
redaksionalnya, dan sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui oleh masyarakat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

pada saat itu. Dalam sebuah berita bisa terbentuk opini publik yang kuat, sehingga
dalam penulisan berita wartawan harus objektif dalam penulisannya, apalagi berita ini
merupakan headline dalam Jawa Pos.
Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa berita yang objektif adalah berita yang menyajikan fakta,
tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut
mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam
sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan
untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing
dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya objektif. Meskipun
demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak objektif”.
Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh
dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi
informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita
yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur
objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian
sebuah berita. Penyajian berita yang tidak objektif dapat menimbulkan banyak
ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada
sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun
harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai
pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat
sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers
juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta
bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert
tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).
Sebuah berita bisa dikatakan obyetif bila memenuhi beberapa unsur,
diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada
tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang
disajikan belum memenuhi unsur-unsur objektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita
tersebut tidak objektif. Suatu berita yang disajikan tidak objektif hanya akan
menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain. Dimensi-dimensi
objektifitas menurut Rachma Ida terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas
pemberitaan, dalam akurasi pemberitaan dituliskan bahwa harrus ada kesesuaian
judul dengan isi berita. (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154155).
Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih
surat kabar Jawa Pos. Surat kabar Jawa Pos dipilih sebagai obyek penelitian karena
Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar besar Nasional yang mempunyai jaringan
yang sangat besar di Indonesia, sehingga dampak dari berita yang dikeluarkan oleh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Jawa Pos akan luas membentuk opini publik secara Nasional. Alasan kedua penulis
memilih koran Jawa Pos karena pemberitaan kisruhnya kegaiatan PON XVIII Riau
2012 ini menjadi sebuah berita yang istimewa, berita ini menggunakan font dengan
size besar pada judulnya dan 3 berita menjadi headline di surat kabar ini.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga
diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat
kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (flournoy,
1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat
implementasi di lapangan atas obyektivitas pemberitaan dari surat kabar yang
menjadi subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).
1.2.

Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian

ini, maka judul penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah
Objektivitas berita Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo Bambang
Yudhoyono.”
1.3.

Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui objektivitas berita Pengambil Alihan Kendali Partai Demokrat
Oleh Susilo Bambang Yudhoyono di surat kabar Jawa Pos.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

1.4.

Manfaat penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan
penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa
menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi
redaksi Jawa Pos dalam memberitakan Objektivitas berita Pengambil Alihan
Kendali Partai Demokrat Oleh Susilo Bambang Yudhoyono di surat kabar
Jawa Pos tidak memihak, transparan, dan sumber berita yang jelas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media
massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan
media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas
kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media
massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan
komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat
(Sugiharti dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang
mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan
sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali,
1995 : 99).
2.1.2 Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh johann Gutenberg di Jerman (Ardianto &
Erdinaya, 2005:99).

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan
panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
menjelang kemerdekaan, zamana orde lama, serta orde baru. Surat kabar sebagai
media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesanpesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. (Deppen,
2002:46)
Setelah itu perkembangan surat kabar bralih ke era reformasi. Era ini adalah
era kebebasan pers. Presiden ketiga Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus
Dur, membubarkan Departemen Penerangan, biang pembatasan pers pada orde
baru yang dipimpin Harmoko. Surat kabar dan majalah kemudian dibiarkan
tumbuh dan menjamur, begitu juga media-media lainnya: televisi dan radio.
Tanpa tekanan; tanpa batasan. “Informasi adalah urusan masyarakat,” kata Gus
Dur.
Kebebasan ini kemudian melahirkan raksasa-raksasa media. Disebut
raksasa karena hampir semua lini media digeluti: surat kabar, majalah, televisi,
radio, dan website (surat kabar digital). Mereka adalah Kompas (Jacoeb Oetama),
Jawa Pos (Dahlan Iskan), Media Indonesia (Surya Paloh), Media Nusantara Citra
(Hary Tanusoedibjo), dan Tempo (Goenawan Mohamad). Luar biasanya, media
mereka

sampai

ke

daerah-daerah

di

seluruh

Indonesia.

(http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/surat-kabar-di-indonesia/) Dari empat
fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang
paling menonjol adalah informasi. (Ardianto & Erdinaya, 2005: 104).

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak
yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana
saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy,1993:241).
Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan
berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada
umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini.
Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada
pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai
beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan
dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam.
Terdapat rubrik olahraga, berita local, nasional, maupun internasional, terdapat
media cetak terkini bila dibandingkan dengan media cetak lainya karena nilai
kebaruannya. Adanya rubric-rubrik tersebut membuat isi surat kabar lebih variatif,
mulai dari berita-berita nasional hingga internasional. Namun secara sederhana isi
surat kabar dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising).
Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyrakat
(seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun
semua fenomena atau peristiwa dalam realitas yang dilaporkan (Effendy,
2000:92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan
karikartunis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.

2.1.3 Karakteristik Surat Kabar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Surat kabar mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Sam Abede
Pareno (2005:24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : Berita
merupakan unsure utama yang dominan, memiliki ruang yang relatif lebih leluasa,
dan memiliki waktu untuk dibaca ulang lebih lama.

Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan
sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :
1.

Publisitas (Publicity)

Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena
diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini
terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu,
penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai
surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau golongan.
2. Periodesitas (Periodicity)
Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali
sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai
keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan
sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak
disebarkan secara periodik dan berkala.
3. Universalitas (universality)
Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru
dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri
pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur,
koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa
berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkala,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak
dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar.
4. Aktualitas (Actuality)
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Keduaduanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar.
Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain
laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus
benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah
pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran
berita (Effendy, 1993:119-121).
2.1.4. Pengertian dan Fungsi Pers
Pers berasal dari perkataan belanda pers yang artinya menekan atau
mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris
berarti menekan atau mengepres. Jadi, secara harfiah kata pers atau press
mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara barang
cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua
kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun
berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak
(kusumaningrat, 2006 : 17).
Pers mengandung dua arti, arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit pers
hanya menunjuk kepada media cetak berkala : surat kabar, majalah, dan tabloid,
sedangkan pers dalam arti luas pers bukan hanya menunjuk pada media cetak
berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

audivisual berkala yakni radio, televisi, film, dan media on line internet. Pers
dalam arti luas berarti media massa. Dalam paparan ini yang akan dibahas adalah
pers dalam arti sempit, khususnya surat kabar. Surat kabar adalah media massa
paling tua dan merupakan media yang paling banyak dan luas penyebarannya
(Sumadiria 2005 : 31).
Secara yuridis formal, seperti dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) UU pokok
pers no. 40/1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, elektronik, dan segala jenis media yang tersedia
(Sumadiria 2005 : 32).
Pers adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem dari
sistem kemasyarakatan tempat ia beroperasi, bersama-sama dengan sub sistem
lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia akan
menyesuaikan kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya.
Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri kepada perubahan kondisi dan
situasi lingkungan maka ia akan mati ( Efendy, 2002 : 62 ).

Fungsi pers menurut Kusumaningrat (2006 : 27) :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

1. Fungsi Informatif, yaitu memberikan informasi atau berita kepada
khalayak ramai dengan cara yang teratur . pers menghimpun berita yang
dianggap

berguna

dan

penting

bagi

orang

banyak

mekudian

menuliskannya dengan kata-kata.
2. Fungsi Kontrol, yaitu pers masuk ke balik panggung kejadian untuk
menyelidiki

pekerjaan

pemerintah

atau

perusahaan,

pers

harus

memberitakan apa yang berjalan baik maupun yang berjalan tidak baik.
3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu pers harus menceritakan kepada
masyarakat tentang arti suatu kejadian, biasanya dilakukan pers melalui
tajuk rencana atau tulisan-tulisan latar belakang.
4. Fungsi Menghibur, yaitu para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia
dengan hidup dan menarik.
5. Fungsi Regeneratif, yaitu pers membantu menyampaikan warisan sosial
kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan yang
sudah tua kepada angkatan yang lebih muda.
6. Fungsi Pengawalan Hak-hak Warga Negara, yaitu mengawal dan
mengamankan hak-hak pribadi.
7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Tanpa
radio, televisi, majalah, dan surat kabar, maka beratlah untuk dapat
mengembangkan perekonomian sepesat seperti sekarang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk
kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruhpengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan.
Lebih lanjut Sumadiria ( 2005 : 32-35 ) menjelaskan bahwa ada lima
fungsi pers yang unversal, kerena fungsi ini dapat ditemukan pada setiap negara di
dunia yang menganut paham demokrasi, kelima fungsi tersebut adalah :
1. Informasi ( to inform ), menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada
masyarakat yang seluas-luasnya.
2. Edukasi ( to educate ), apapun informasi yang disampaikan oleh pers
hendaknya dalam kerangka mendidik.
3. Koreksi (to influence), pers akan senantiasa menyalak ketika melihat
berbagai penyimpangan dan ketidak-adilan dalam suatu masyarakat atau
negara.
4. Rekreasi ( to entertaint ), menghibur, pers harus memerankan dirinya
sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan
bagi semua lapisan masyarakat.
5. Mediasi ( to mediate ), mediasi artinya penghubung. Bisa juga disebut
sebagai mediator atau fasilitator.
2.1.5. Teori Kebebasan Pers
Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Scramm dalam bukunya
berjudul Four Theoris of the Press menyebutkan empat teori pers, yaitu;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Authoritarian press, Lebertarian press, social responsibility press dan Soviet
Communist perss. Khusus teori yang terakhir, Soviet Communist Press,
sebenarnya

pengembangan

dari

Authoritarian

Press,

sedangan

Social

Responsibility Press merupakan perkembangan dari Libertarian Press. Berikut ini
merupakan penjelasan dari keempat teori itu yang dikutip dari berbagai sumber
{(Effendi, 2004:62-63),(Bungin, 2007:289-292),(Nurudin, 2004:72-76),(Tankard
& Severin, 2005:373-383),(Ardianto, 2005:54-60)}.
1. Authoritarian Press (per s otoriter)
Teori otoriter adalah pers yang mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Teori ini muncul setelah mesin cetak ditemukan dan menjadi dasar
perkembangan pers komunis soviet. Dikenal sebagai sistem tertua yang
lahir sekitar abad 15-16 pada masa pemerintahan absolut. saat itu , apa
yang disebut kebenaran (truth) adalah milik beberapa gelintir penguasa
saja. Karena itu fungsi pers adalah dari puncak turun kebawah.

Ketika dasar dan teori pers pertama mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Mesin cetak harus memiliki izin dan dalam beberapa kondisi harus
mendapat hak ijin pemakaian khusus dari kerajaan atau pemerintah agar
bisa digunakan dalam penerbitan. Melalui penerapan hak khusus, lisensi,
sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh
serikat pemilik mesin cetak, indvidu dijauhkan dari kemungkinan
mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoriter, pers bisa
dimiliki baik secara publik maupun perorangan, namun demikian, tetap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah. Pers
lebih digunakan untuk memberi informasi kepada rakyat mengenai apa
yang penguasa pikirkan, apa yang mereka inginkan, dan apa yang harus
didukung oleh rakyat. Berbagai kejadian yang akan diberitakan dikontrol
oleh pemerintah karena kekuasaan raja sangat mutlak. Negara dengan raja
sebagai kekuatan adalah pusat segala kegiatan. Oleh karena itu, individu
tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai tujuan akhir
individu. Benito Mussolini (Italia) dan Adolf Hitler (Jerman) adalah dua
penguasa yang mewarisi sistem pers otoriter.

Saat ini penyensoran, baik oleh pemerintah maupun swasta, masih hidup
dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk yang menyatakan
yang menganut demokrasi. Misalnya perselisihan yang sering terjadi
antara wartawan dengan pemerintahan Singapura yang terkenal dengan
kontrol media yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor
atau pengeditan pada program dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall
Street Journal, Far Eastern Economic Review, dan International Herald
Tribune merupakan harian yang pernah berselisih dengan pemerintah
Singapura, dan harus membayar denda serta menghadapi kontrol yang
ketat.
2. Libertarian Press (pers liberal)

Sistem pers liberal (libertarian) berkembang pada abad ke 17-18 sebagai
akibat munculnya revolusi industri, dan adanya tuntutan kebebasan
pemikiran di negara barat yang disebut aufklarung (pencerahan). Teori ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

berkembang sebagai dampak dari masa pencerahan dan teori umum
tentang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan
pandangan yang otoriter. Esensi dasar sistem ini memandang manusia
mempunyai hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa
mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan.

Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan
bisa mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah
hal yang utama untuk mewujudkan esensi dasar itu, sedangkan control
pemerintah dipandang sebagai menifestasi “pemerkosaan” kebebasan
berpikir. Oleh karena itu, pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya
untuk mencari kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi
kebebasan sehingga kebebasan pers menjadi tolak ukur dihormatinya hak
bebas yang dimiliki oleh manusia.

Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social responsibility theory,
dan merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan
posisi manusia terhadap negara. Manusia tidak lagi dianggap bebas untuk
dipimpin dan diarahkan. Kebenaran bukan lagi milik kodrati manusia. Dan
pers dianggap partner dalam mencari kebenaran. Untuk selama dua ratus
tahun, pers Amerika dan Inggris menganut teori liberal ini, bebas dari
pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fourth Estate (kekuasaan
keempat) dalam proses pemerintahan, setelah kekuasaan pertama lembaga
eksekutif, kekuasaan kedua lembaga legislatif, dan kekuasaan ketiga
lembaga yudikatif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Teori liberal pers berkembang di Inggris selama abad ke 18 tetapi tidak
diperbolehkan dijalankan di koloni Inggris di Amerika Utara sampai
putusnya hubungan dengan Negara induk tersebut. Setelah tahun 1776,
teori

ini

diimplementasikan

diseluruh

wilayah

yang

lepas

dari

pemerintahan colonial dan secara resmi diadopsi dengan adanya
Amandemen pertama pada piagam Hak Asasi Manusia baru yang
ditambahkan ke dalam Undang-undang dasar. Dari tulisan Milton, Locke,
dan Mill dapat dimunculkan sebagai pemahaman bahwa pers harus
mendukung fungsi membantu menemukan kebenaran dan mengawasi
pemerintah sekaligus sebagai media yang memberikan informasi,
menghibur, dan mencari keuntungan. Di bawah teori liberal, pers bersifat
swasta, dan siapaun yang mempunyai uang yang cukup dapat menerbitkan
media. Media dikontrol dalam dua cara. Dengan beragamnya pendapat
“proses pembuktian kebenaran” dalam “pasar bebas gagasan” akan
memungkinkan individu membedakan mana yang benar dan yang salah.
Demikian pula dengan sistem hokum yang memiliki ketentuan untuk
menindak tindakan fitnah, tindakan senonoh, ketidaksopanan, dan hasutan
dalam masa peperangan.

On Liberty, perwujudan terbaik dan ringkas dari gagasan mendukung
”pers bebas”, diterbitkan pada pertengahan abad 19 oleh John Stuart Mill.
Pada bab 2 buku ini, Mill berpendapat bahwa kalau kita mematikan opini,
maka mati pula kebenaran. Teori liberal mengatakan bahwa manusia dapat
membetulkan kesalahannya, namun hanya bila ada kemungkinan atau
kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat agar fakta dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

kebenaran akhirnya bisa terlihat. Mill berpendapat bahwa satu-satunya
cara manusia agar bisa memahami segala sesuatu secara utuh adalah
dengan mendengar berbagai pendapat orang tentang hal tersebut. Teori
liberal dengan paham kebenarannya yang diterima secara luas, berguna
dan

terus

berkembang

sampai

akhirnya

revolusi

industri

juga

mempengaruhi dunia penerbitan dan penyiaran. Ketika teknologi
memungkinkan distribusi koran dengan luas dan cepat, nilai ekonomi
produksi masal menjadi sangat penting.

Perusahaan penerbit koran mulai membeli atau bergabung dengan penerbit
yang kecilsampai akhirnya kini banyak kota yang memiliki lebih dari satu
surat kabar yang bersaing satu sama lain. Hal ini menyebabkan banyak
orang, baik di dalam maupun luar media, mulai mempertanyakan manfaat
teori liberal dalam masyarakat yang demokratis. Saat ini pandangan yang
tidak populer walaupun penting sulit untuk diterima. Selain itu, psikologi
abad 20 telah menunjukkan bahwa manusia tidak selalu berhubungan
dengan informasi dengan cara yang tampak rasional. Rasionalisasi sendiri
adalah usaha untuk memberikan pe

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25