PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

(1)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT YANG BERKUALITAS PADA

AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

0613010014 / FE / EA

ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh:

0613010014 / FE / EA

ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

SKRIPSI

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT YANG BERKUALITAS PADA

AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA Disusun Oleh :

0613010014/FE/EA Arithika Widya Sari Basuki

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim penguji skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur pada tanggal 30 Juli 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs.Ec.H,Tamadoy Thamrin, MM

Sekretaris

Drs.Ec. H,Tamadoy Thamrin, MM

Anggota

Drs. Ec. Diah Hari S,Ak ,Msi

Rina Mustika, SE, MM Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

NIP. 030 202 389


(4)

AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA

Yang diajukan

0613010014 / FE / EA

ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :

Pembimbing Utama

Drs. Ec.H. Tamadoy Thamrin, MM NIP. 030 194 434

Tanggal : …….…….…………

Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi

NIP. 030 217 167 Dr. Sri Trisnaningsih, MSi


(5)

SKRIPSI

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT YANG BERKUALITAS PADA

AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA

Yang diajukan

0613010014 / FE / EA

ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Drs. Ec.H. Tamadoy Thamrin, MM NIP. 030 194 434

Tanggal : ………

Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi

NIP. 030 217 167 Dr. Sri Trisnaningsih, MSi


(6)

TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT YANG BERKUALITAS PADA AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA

Yang diajukan

0613010014 / FE / EA

ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI

Telah disetujui untuk Ujian Lisan oleh Pembimbing Utama

Drs. Ec.H. Tamadoy Thamrin, MM

Tanggal : ………

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

NIP. 030 194 437 Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Keahlian Audit, Kompetensi dan Independensi terhadap pelaksanaan audit yang Berkualitas pada auditor independen di Surabaya ”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Saiful Anwar, Msi Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi


(8)

5. Bapak Drs. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

6. Para Auditor yang khususnya bekerja di KAP Surabaya Barat dan Surabaya Pusat yang bersedia menyediakan waktunya untuk membantu saya dalam memperoleh data kuisioner.

Semoga Allah SWT yang selalu melindungi Arithika dan tetap memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 30 Juli 2010


(9)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi Auditor Terhadap Pendapat Audit di KAP Surabaya”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

8. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

9. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 10. Bapak. DRS. EC. H. TAMADOY THAMRIN,.MM, selaku Dosen Pembimbing

Utama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.


(10)

11. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Uneversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

12. Buat Mama dan Papaku yang tercinta, serta buat saudara – saudaraku yang tersayang, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Juni 2010


(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 16

2.2.1. Auditing ... 16

2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 16

2.2.1.2. Tujuan Auditing ... 20

2.2.1.3. Proses Auditor ... 21

2.2.1.4. Jenis – jenis Auditor ... 23


(12)

2.2.2. Keahlian Audit ... 26

2.2.2.1 Definisi Keahlian ... .26

2.2.2.2. Pengetahuan ... .27

2.2.2.3. Pengalaman ... .29

2.2.2.4. Komponen Audit ... .31

2.2.3. Kompetensi ... 31

2.2.3.1. Definisi Kompetensi ... .31

2.2.3.2. Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan Publik ... .33

2.2.4. Independensi Auditor ... 35

2.2.4.1. Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .38

2.2.4.2. Standar Pengendalian Mutu ... .40

2.2.5. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .43

2.2.7. Pengaruh Independensi Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .44

2.2.8. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .44

2.2.9. Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi Auditor Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .45


(13)

2.4. Hipotesis ... .49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... .50

3.1.1. Definisi Operasional ... .50

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... .52

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... .54

3.2.1. Populasi ... .54

3.2.2. Sampel ... .55

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... .56

3.3.1. Jenis Data ... .56

3.3.2. Sumber Data ... .56

3.3.3. Metode Pengumpulan Data ... .56

3.4. Uji Analisis Data ... .57

3.4.1. Uji Validitas ... .57

3.4.2. Uji Reliabilitas ... .58

3.4.3. Uji Normalitas ... .58

3.5. Uji Asumsi Klasik ... .59

3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... .61

3.6.1. Teknik Analisis ... .61

3.7. Uji Hipotesis ... .61

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model ... .61


(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... .64

4.1.1. Fungsi Akuntan...65

4.1.2. Ketentuan Dan Peraturan...65

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... .67

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... .72

4.3.1. Uji Analisis Data ... .72

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... .72

4.3.1.1.1. Uji Validitas ... .72

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... .74

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... .75

4.4. Uji Asumsi Klasik ... .76

4.5. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ... .79

4.6. Uji Hipotesis ... .81

4.6.1. Uji Kesesuaian Model ... .81

4.6.2. Uji t ... .82

4.7. Pembahasan ... .84

4.8. Pengembangan Ilmu Pengetahuan……….86

4.8.1. Implikasi ... .87


(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... .89 5.2. Saran ... .90 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel. 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu Dengan

Penelitian Sekarang ... 15

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1 Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi (X ) 68 2 Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai ) .. 69

Independensi(X3 Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai ) ... 70

KualitasAudit (Y) ... 71

Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows . 73 Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 74 Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 75 Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 77

Tabel. 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 78

Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 79

Tabel. 4.11 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model … ... 81

Tabel. 4.12 Koefisien Determinasi (R Square / R2 Tabel. 4.13 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial … ... 83


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir ... 48


(18)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN

INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP

KUALITAS AUDIT

PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA

Oleh :

ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI Abstrak

Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para Akuntan Publik dapat menghasilkan kualitas audit yang sangat baik, tapi dalam praktiknya kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik masih tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing, masyarakat masih ada yang meragukan tingkat keahlian audit, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para Akuntan Publik di KAP yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh Akuntan Publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi, dan kompetensi Akuntan Publik terhadap kualitas audit.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 30 Akuntan Publik yang bekerja di KAP Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 30 responden (Akuntan Publik) dan kuesioner tersebut terdiri dari 15 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh keahlian audit, kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dari Akuntan Publik yang bekerja di KAP Surabaya, teruji kebenarannya.

Keyword : Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi Auditor dan Pendapat Audit


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik disuatu Negara dipengaruhi oleh perkembangan perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di Negara tersebut. Akuntan publik harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesionalnya baik sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tanggung jawab profesi, kompetensi, dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya (Elfarini, 2007). Profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1988:3).

Menunjang profesionalismenya sebagai kantor akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonsia (IAI), yakni standar umum,


(20)

standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengaharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup dalam melaksanakan program audit. Standar pekerjaan lapangan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan (IAI,2001:300). Sedangkan standar pelaporan yaitu auditor harus memeriksa apakah manajemen perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia (IAI,2001:400).

Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai (Herawaty dan Susanto, 2008). Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan atau jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.

Skandal dalam negeri terlihat dari diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik


(21)

3

yang diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1988. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto,2002 dalam Christiawan 2002 : 82).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009 hingga kini telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada delapan akuntan publik (AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen Keuangan dalam pengumuman yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Mereka yang terkena sanksi adalah AP Drs. Basyiruddin Nur yang dikenakan sanksi melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor: 1093/KM.1/2009 tanggal 2 September 2009. AP Drs. Basyiruddin Nur, telah dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena yang bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan konsolidasian PT. Datascrip dan Anak Perusahaan tahun buku 2007, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Auditor lainnya AP Drs. Hans Burhanuddin Makarao yang dikenakan sanksi melalui KMK Nomor: 1124/KM.1/2009 tanggal 9 September 2009. Yang bersangkutan dikenakan


(22)

sanksi pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya mematuhi SA - SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Sanksi juga diberikan kepada AP Drs. Dadi Muchidin melalui KMK Nomor: 1140/KM.1/2009 tanggal 4 September 2009. Yang bersangkutan dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena KAP Drs. Dadi Muchidin telah, SE telah dibekukan sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 71 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan bahwa izin AP Pemimpin KAP dibekukan apabila izin usaha KAP dibekukan. Auditor lainnya KAP Drs. Dadi Muchidin melalui KMK Nomor: 1103/KM. 1/2009 tanggal 4 September 2009, dengan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena KAP tersebut telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini, KAP Drs. Dadi Muchidin masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2008. Selain itu KAP Matias Zakaria melalui KMK Nomor: 1117/KM.1/2009 tanggal 7 September 2009, selama tiga bulan karena KAP tersebut telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini, KAP Drs. Matias Zakaria masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2007 dan 2008. Sanski juga diberikan kepada KAP Drs. Soejono melalui KMK Nomor: 1118/KM.1/2009 tanggal 7 September 2009, selama tiga bulan karena KAP tersebut telah


(23)

5

dikenakan sanksi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini, KAP Drs. Soejono masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2005 hingga 2008. Menkeu juga menetapkan sanksi untuk KAP Drs. Abdul Azis B. melalui KMK Nomor: 1119/KM.1 /2009 tanggal 7 September 2009, selama tiga bulan karena KAP tersebut telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak tiga kali dalam jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini, KAP Drs. Abdul Azis B. masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2005, 2007, dan 2008. Sanksi juga diberikan kepada KAP Drs. M. Isjwara melalui KMK Nomor: 1120/KM.1/2009 tanggal 7 September 2009, selama tiga bulan, karena KAP tersebut telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak tiga kali dalam jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini, KAP Drs. M. Isjwara masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2007 dan 2008 (http://antaranews.com).

Berdasarkan konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti permasalahannya adalah kompetensi


(24)

atau keahlian auditor tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik.

Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhwatiran akan merebaknya skandal keuangan, dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akutan publik. (Elfarini,2007)

Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. Sementara itu Financial

Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002 : 83) menyatakan bahwa

kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit.

Saat melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP, 2001). Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencangkup aspek teknis maupun pendidikan umum.


(25)

7

Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar itu mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah terpengaruh), karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian auditor tidak dibenarkan untuk memihak. Auditor harus melaksanakan kewajiban untuk bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.

Pelaksanaan audit yang berkualitas merupakan tulang punggung akuntan publik profesional. Artinya pelaksanaan audit yang berkualitas sudah merupakan tuntutan umum. Hal ini dibuktikan dalam standar Profesional akuntan publik, disana dibuat standar pelaksanaan audit yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan, dan juga standar pengendalian mutu. Dengan mempertahankan semua standar tersebut maka laporan keuangan hasil auditan akan mempunyai nilai tambah yaitu dengan lebih dipercaya oleh masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut.

Waktu melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan kepada pengguna. Para pemakai laporan keuangan atau sering disebut sebagai pihak ketiga hendaknya memberikan kepercayaan yang penuh terhadap KAP sebagai pihak yang independen dan


(26)

kompeten karena hal tersebut akan membuat nilai audit atau kualitas audit juga meningkat sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi.

Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Keahlian, Independensi dan Kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada Auditor Independen di Surabaya”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah keahlian auditor, kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada auditor independen di Surabaya?

2. Manakah variabel keahlian auditor, kompetensi dan independensi auditor yang berpengaruh secara dominan terhadap kualitas audit pada auditor independen di Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis apakah keahlian auditor, kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada auditor independen di Surabaya.


(27)

9

2. Untuk menguji secara empiris menganalisis apakah variabel keahlian auditor, kompetensi dan independensi auditor yang berpengaruh secara dominan terhadap kualitas audit pada auditor independen di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan segi motivasi penelitian ini, implikasinya dilakukan karena bukti empiris tentang hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan audit yang berkualitas. Adapaun manfaat dan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Universitas

Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta sebagai Dharma Bakti Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional pada umumnya dan fakultas ekonomi pada khususnya.

2. Bagi peneliti

Memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir dan menambah pengetahuan praktis masalah audit khususnya tentang pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap kualitas akuntan publik.


(28)

3. Bagi auditor independen

Agar dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat bagi auditor independen dalam memahami dan mengatasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keahlian audit dan independensi. Sehingga dapat melaksanakan audit yang berkualitas.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Noryulia Rahmawati (2004) dengan judul “Pengaruh keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang

berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya”. Dengan hipotesis H1

terdapat pengaruh secara simultan tehadap keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di

Surabaya. H2 Kompetensi mempunyai pengaruh paling dominan terhadap

pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan pada hipotesis I menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara simultan keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya teruji kebenarannya, hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung (7,273) > Ftabel (3,10). Sedangkan hipotesis II

yang menyatakan bahwa kompetensi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya, teruji dengan nilai thitung (2,181) > ttabel

Penelitian Eunike Christina Elfarini (2007) dengan judul “Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit (studi empiris


(30)

pada kantor akuntan publik di Jawa Tengah)”. Dengan hipotesis H1 bahwa

kompetensi dan independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. H2 bahwa kompetensi dan independensi secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan pada hipotesis I menyatakan bahwa kompetensi dan independensi secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan hipotesis II menyatakan bahwa hasil penelitian diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,282. Koefisien ini mempunyai arti bahwa kedua variabel bebas tersebut secara bersama-sama (simultan) memberikan sumbangan terhadap variabel terikat sebesar 28,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Sedangkan sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial yaitu dapat dilihat berdasarkan koefisien determinasi parsial (r2

Penelitian M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti (2007) dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap kualitas audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderator”. Dengan Hipotesis H

) variabel kompetensi sebesar 15,5% dan variabel independensi sebesar 5,9%.

1 bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit. H2 interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. H3 independensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit. H4 interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil membuktikan kompetensi berpengaruh terhadap


(31)

13

kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana komperensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian Sekar Mayangsari (2003) yang meneliti tentang “Pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit: sebuah kuasieksperimen”. Dari penelitian ini secara umum dapat disimpulkan bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai karakter tersebut, berdasarkan hasil pengujian ANOVA POST HOC menunjukkan bahwa pendapat auditor ahli dan non ahli tidak independen tidak berbeda secara signifikan, sedangkan berdasarkan hasil pengujian Bonferroni menunjukkan bahwa auditor yang independen memberikan pendapat yang lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen.

Penelitian Wilopo (2001) yang meneliti tentang “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor: studi pada kantor akuntan publik di jawa timur. Dengan Hipotesis H1 locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor. H2


(32)

auditor. H3 kinerja auditor berpengaruh secara negatif terhadap perilaku

disfungsional auditor. H4 eskternal locus of control berpengaruh negatif

terhadap komitmen organisasi. H5 moralitas auditor berpengaruh secara

positif terhadap komitmen organisasi. H6 locus of control eksternal

berpengaruh secara negatif terhadap kinerja auditor. H7 moralitas auditor

berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor. H8

Penelitian Yulius Jogi Christiawan (2002) Dalam penelitiannya yang berjudul “kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris” meneliti mengenai kompetensi dan independensi akuntan publik tersebut ditinjau dari dua aspek yaitu : independensi sikap mental dan independensi dalam penampilan. Yulius meneliti dua faktor yang dapat mempengaruhi independensi penampilan Akuntan Publik yaitu :

komitmen organisasi berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor. Penelitian ini membuktikan bahwa perilaku disfungsional auditor dan kinerja auditor berpengaruh terhadap locus of control eksternal sebagai bentuk dari karakter dan kepribadian auditor.

1. Mengaudit pekerjaan Akuntan Publik sendiri

2. Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi independensi penampilan Akuntan Publik.


(33)

15

Persamaan

1. Penelitian ini juga meneliti mengenai pengaruh keahlian audit dan independensi audit.

2. Penelitian ini juga meneliti tentang pengaruh independensi dalam audit yang berkualitas yang telah diteliti oleh peneliti terdahulu. 3. Penelitian ini juga meneliti tentang pengaruh independensi dalam

audit yang berkualitas yang telah diteliti oleh peneliti terdahulu.

Perbedaan

1. Penelitian terdahulu dilakukan dengan menggunakan subyek

auditor dan mahasiswa, sedangkan penelitian sekarang hanya menggunakan subyek auditor yang bekerja di KAP Surabaya.

2. Penelitian terdahulu populasi penelitian dengan responden adalah para auditor pada sektor publik/pemerintah, sedangkan dalam penelitian kali ini populasi penelitian dengan responden adalah para auditor yang bekerja di KAP.

3. Penelitian terdahulu merupakan refleksi dari hasil penelitian empiris dari hasil penelitian empiris yang meneliti mengenai independensi dan kompetensi akuntan publik, sedangkan dalam penelitian ini meneliti mengenai pengaruh keahlian audit,independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas.

4. Penelitian terdahulu, responden yang digunakan para akuntan


(34)

partner, supervisior, dan asisten auditor sedangkan pada penelitian sekarang responden yang digunakan adalah para akuntan publik yang bekerja di kantor Akuntan Publik di Surabaya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Definisi, Tujuan dan Proses Auditing 2.2.1.1.Definisi Auditing

Auditing merupakan suatu profesi yang komplek dimana hanya terdapat jumlah yang relatif sedikit dari profesi ini mempunyai derajat keahlian pada suatu spesialisasi bidang atau area tertentu. Profesi auditor mempunyai kedudukan yang unik dibandingkan dengan profesi lain. Tekanan dari klien dan lamanya hubungan dengan klien (audit tenure)

berhubungan negatif dengan kualitas audit. Akan tetapi telaah rekan auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.

Adapun Purnomo (2007) melakukan penelitian mengenai persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Dimana keahlian diproksikan dalam lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien dan pelaksanaan jasa lain dengan klien. Hasil penelitian faktor keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan dari faktor independensi hanya tekanan dari klien yang berpengaruh terhadap kualitas audit.

Widhi (2006) juga melakukan penelitian serupa dengan Harhinto (2004) tetapi dengan obyek penelitian auditor pada KAP di Jakarta Selatan, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian dan telaah dari rekan


(35)

17

auditor berhubungan positif terhadap kualitas audit. Sedangkan lama hubungan dengan klien dan tekanan dari klien berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

Menurut (Mulyadi dan Kanaka,2002 : 9) mendefinisikan auditing secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan

(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha perusahaan/organisasi tersebut (Mulyadi, 1998).

Menurut (Arens,1998:145), auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.


(36)

Sedangkan definisi auditing secara umum memiliki unsur-unsur penting sebagai berikut (Mulyadi, 1998).

1. Suatu proses sistematik

Pemeriksaan akuntan dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan.

2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

Proses sistematik tersebut dutujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan dekat tidaknya pernyataan tersebut dengan kriteria.

3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi

Adalah hasil proses akuntansi. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok, yaitu neraca, laporan laba rugi, laba ditahan, dan laporan keuangan pokok.

4. Menentukan tingkat kesesuaian

Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan dekat tidaknya pernyataan tersebut dengan kriteria.

5. Kriteria yang ditetapkan.

Patokan atau standar yang dipakai sebagai dasar menilai pernyataan tersebut berupa :


(37)

19

b. anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh

manajemen

c. prinsip akuntansi berterima umum 6. Penyampaian hasil

Penyampaian hasil dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan akuntan (audit report)

7. Pemakai yang berkepentingan

Adalah pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh dan inspeksi pajak.

Definisi audit menurut (Arthur,1990:1), auditing adalah

pemeriksaan yang obyektif atas laporan keuangan yang disiapkan oleh suatu perseroan, persekutuan / firma, perusahaan perorangan / badan usaha lain yang dilakukan oleh para professional independen yang terpecaya yang berpraktek secara perorangan / sebagai Kantor Akuntan.

Sedangkan definisi auditing menurut (Jusup,2001:11), auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.


(38)

2.2.1.2.Tujuan Auditing.

Menurut (Mulyadi,2002:72), tujuan auditing adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.

Auditing itu sendiri bertujuan untuk memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. ( Jusup, 2001 : 117)

Menurut (Arthur,1990:1), tujuan audit adalah untuk menginvestasi dan menentukan apakah laporan keuangan yang diaudit tersebut telah disusun sesuai dengan cara-cara pelaporan keuangan yang semestinya oleh pihak yang diaudit.

Sedangkan tujuan auditing menurut (Arens,1998:145), tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas yang sesuai dengan prinsip yang berlaku umum. Langkah-langkah untuk menyusun tujuan audit :

1. Memahami berbagai tujuan dan tanggungjawab audit. 2. Merencanakan masalah laporan keuangan.


(39)

21

4. Mengetahui berbagai tujuan audit umum atas berbagai akun dan kelas transaksi.

5. Mengetahui berbagai tujuan audit spesifik atas berbagai akun dan kelas transaksi.

2.2.1.3.Proses Auditing

Proses auditing disebut juga tahap-tahap audit, merupakan langkah-langkah yang dilakukan auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan samapai pada penerbitan laporan akuntan. Menurut (Abdul Halim,1995:31) ada empat tahap pelaksanaan audit, yaitu :

1. Penerimaan penugasan audit

Perlu dilakukan terutama bila auditor belum pernah mengenal maupun berhubungan dengan klien sebelumnya. Tahap ini berkaitan erat dengan standar umum.

2. Perencanaan audit

Merupakan hal yang sangat penting yang bertujuan untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan audit. Tahap ini berkaitan erat dengan standar umum dan standar pekerjaan lapangan.

3. Pelaksanaan audit

Pengujian atau tes audit dimaksudkan untuk menghimpun bukti mengenai efektivitas struktur pengendalian intern dan untuk memberikan dasar pemberian pernyataan pendapat mengenai


(40)

kewajaran laporan keuangan klien. Tahap ini berkaitan erat dengan standar umum dan standar pekerjaan lapangan.

4. Pelaporan hasil temuan

Pelaporan hasil audit atas berbagai temuan, dilakukan dalam bentuk laporan auditor independen. Auditor juga dapat melaporkan temuan lain misalnya, pelaporan mengenai struktur pengendalian intern. Tahap pelaporan temuan berkaitan erat dengan standar umum dan standar pelaporan.

Menurut (Mulyadi,2002:122) proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat tahap yaitu :

1. Penerimaan perikatan audit

Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu perikatan perjanjian. Klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor, kemudian klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah tersebut merupakan awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien berulang.


(41)

23

2. Perencanaan audit

Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.

3. Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ini disebut juga dengan tahap “pekerjaan lapangan”. Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu pada standar auditing yang termasuk dalam kelompok “standar pekerjaan lapangan” tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektifitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan.

4. Pelaporan audit

Pelaksanaan tahap ini harus mengacu pada “standar pelaporan”. Ada dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini:

a. Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik kesimpulan.

b. Menerbitkan audit.

2.2.1.4.Jenis-jenis Auditor

Menurut (Mulyadi,2002:28) Jenis-jenis auditor atau orang-orang yang melaksanakan audit dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :


(42)

1. Auditor independen

Auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh klien.

2. Auditor pemerintah

Auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atau pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah untuk ditujukan kepada pemerintah.

3. Auditor intern

Auditor yang bekerja dalam perusahaan (Negara atau swasta) yang tugas pokoknya menentukan apakah kebijakan dan prodesur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.

2.2.1.5.Jenis-jenis Auditing

Auditing pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga golongan menurut (Jusup, 2001 : 15), yaitu :

1. Audit laporan keuangan

Audit yang dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan sebagai keseluruhan yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa, dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan, pada


(43)

25

umumnya kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku umum.

2. Audit kesesuaian

Adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

3. Audit operasional

Adalah pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metode yang ditetapkan suatu organisasi dengan tujuan mengevaluasi efesiensi dan efektivitas.

Menurut (Mulyadi,2001:30) auditing pada umumnya digolongkan menjadi 3 golongan , yaitu :

1. Audit laporan keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur dan kantor pelayanan pajak.


(44)

2. Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit Operasional (operational audit)

Audit operasioanl merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk :

a. Mengevaluasi kinerja

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

2.2.2.Keahlian Audit

2.2.2.1.Definisi Keahlian Audit

Saat melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli dibidang akuntansi dan auditing. Dalam beberapa study auditing belum terdapat kesepakatan dalam mendefinisikan keahlian dan masih sering menggunakan variabel pengalaman sebagai pendukung keahlian. Tentunya variabel ini tidak memadai bagi seorang untuk pertimbangan-pertimbangan keputusan yang baik dan menjadi lebih ahli, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain keahlian.


(45)

27

Shanteau (1987), memberikan definisi operasional ahli sebagai seorang yang telah diakui dalam profesinya sebagai seorang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting.

Sedangkan menurut Mayangsari (2001), keahlian adalah keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Definisi keahlian dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman. Tetapi Ashton (1991), mengatakan bahwa ukuran keahlian audit tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman.

2.2.2.2.Pengetahuan

Widhi (2006) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Adapun SPAP 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.

Harhinto (2004) menemukan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit. Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu :


(46)

1. Pengetahuan pengauditan umum

Seperti resiko audit, prosedur audit, dan lain-lain kebanyakan diperoleh diperguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan pengalaman 2. Pengetahuan area fungsional

Seperti perpajakan dan pengauditan dengan computer sebagian didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari penelitian dan pengalaman

3. Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru

Auditor bisa mendapatkannya dari pelatihan professional yang diselenggarakan secara berkelanjutan

4. Pengetahuan mengenai industry khusus

Pengetahuan industry khusus dan hal-hal umum kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman

5. Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah

Selanjutnya Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003) meneliti auditor dari berbagai tingkat jenjang yakni dari partner sampai staf dengan 2 pengujian. Pengujian pertama dilakukan dengan membandingkan antara pengaetahuan auditor mengenai frekuensi dampak kesalahan pada laporan keuangan (error effect) pada 5 industri dengan frekuensi archival. Pengujian kedua dilakukan dengan membandingkan pengetahuan auditor dalam menganalisa sebab (error cause) dan akibat kesalahan pada industri manufaktur dengan frekuensi archival. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan pengatahuan auditor mempengaruhi error effect pada


(47)

29

tingkat pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh lama pengalaman dalam mengaudit industri tertentu dan jumlah klien yang mereka audit. Selain itu pengetahuan auditor yang mempunyai pengalaman yang sama mengenai sebab dan akibat menunjukkan perbedaan yang besar. Singkatnya, auditor yang mempunyai tingkat pengalaman yang sama, belum tentu pengetahuan yang dimiliki sama pula. Jadi ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki unsur lain disamping pengalaman, misalnya pengetahuan.

Murtanto dan Gudono (1999) terdapat 2(dua) pandangan mengenai keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang didasarkan pada paradigma einhorn. Pandangan ini bertujuan untuk menggunakan lebih banyak kriteria objektif dalam mendefinisikan seorang ahli. Kedua pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut pandang pengetahuan.

Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman langsung (pertimbangan yang dibuat dimasa lalu dan umpan balik terhadap kinerja) dan pengalaman tidak langsung (pendidikan).

2.2.2.3.Pengalaman

Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman.


(48)

Menurut Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan :

1. Mendeteksi kesalahan

2. Memahami kesalahan secara akurat 3. Mencari penyebab kesalahan

Menurut Gibbins (1984) dalam Hernadianto (2002 : 25), pengalaman menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistematis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu.

Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari (Libby et. al, 1985) dalam Mayangsari (2003 : 4).

Sedangkan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Widhi (2006) memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor makan semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.


(49)

31

2.2.2.4.Komponen Audit

Komponen keahlian menurut (Murtanto,1998:25) yang terdiri atas :

1. Komponen pengetahuan yang merupakan komponen penting dalam

suatu keahlian komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prsedur dan pengalaman.

2. Ciri-ciri psikologi seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

Bedasarkan keterangan-keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kahlian audit dapat diukur dari keterampilan dan pengalaman seorang auditor dalam memecahkan masalah dalam bidang auditing.

2.2.3.Kompetensi Akuntan Publik

2.2.3.1.Definisi Kompetensi Akuntan Publik

Standar umum pada standar professional akuntan publik SA seksi (210) menyatakan bahwa “audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Pengertian keahlian dalam standar umum pertama adalah keahlian yang meliputi pendidikan formal serta pelatihan teknis dalam bidang akuntansi dan auditing bukan keahlian dalam ilmu lain.

Menurut kamus kompentensi LOMA (1998) dalam Nizarul Alim (2007) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang


(50)

pekerjaan yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan non rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman.

Standar umum yang pertama dijelaskan bahwa seorang auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknik yang cukup sebagai auditor, karena sebelum menerima perikatan auditor harus memikirkan apakah ia dan anggotanya memiliki kompetensi yang memadai untuk menyelesaikan perikatan tersebut.

Menurut (Arens dan Loebbecke,1997:2) seorang auditor harus mempunyai kemampuan (kompetensi) memahami kriteria yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bukti yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambil.

Saat melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002 : 83). Sedangkan Hayes-Roth et.al (1983) dalam Mayangsari (2003 : 4) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam


(51)

33

lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan professional melebihi kompetensi anggota perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten (Mulyadi, 2002 : 58).

Jadi kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh akuntan publik dibidang auditing dan akuntansi yang diperolehnya melalui pendidikan formal, sertifikat pelatihan yang telah diikuti oleh auditor dan pengalaman praktik dalam auditing.

2.2.3.2.Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan Publik

Menurut (Mulyadi,2002:58) pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khususnya, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan dan pengalaman kerja.

Asisten yunior untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesional dengan mendapatkan supervise yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman.


(52)

Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik harus memperlajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip

akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi (Christiawan, 2002 : 83).

Menurut (Mulyadi,2002:58) setelah akuntan publik mencapai kompetensinya, maka harus dilakukan oleh akuntan publik selanjutnya adalah memelihara kompetensinya dengan cara :

1. Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk

belajar dan melakukan peningkatan professional secara berkesinambungan selama kehidupan profesi anggota.

2. Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntan, termasuk diantaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing, peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.

3. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk

memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesi yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

Sedangkan menurut (Boynton, dkk,2002:61) kompetensi auditor ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :

1. Pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi 2. Pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing


(53)

35

3. Mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karier profesi auditor.

Jadi seorang akuntan publik harus memiliki latar belakang pendidikan formal auditing dan akuntansi, pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang akan ditekuninya dan selalu mengikuti pendidikan-pendidikan profesi berkelanjutan. Jika akuntan publik atau asistennya tidak mampu menangani suatu masalah maka mereka berkewajiban untuk mengupayakan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan, mengalihkan pekerjaanya kepada orang lain yang lebih mampu (kompeten) atau mengundurkan diri dari penugasan.

2.2.4.Independensi Auditor

Independensi menjadi penting tatkala dihadapkan pada situasi dan kondisi adanya tarik menarik berbagai kepentingan pada satu atau lebih subyek tertentu, yang berusaha mempengaruhi sang pengambil keputusan atau memberi pendapat agar berpihak pada kepentingan kelompok antar subyek tertentu. Oleh karena itu sikap mental independensi sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor (Christiawan, 2002).

Pengertian independensi menurut (Mulyadi dan Kanaka,1998 : 25) adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.


(54)

Kode etik akuntan, disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Kemudian menurut Standar Auditing dari Ikatan Akuntan Indonesia mengenai standar umum kedua menentukan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Dengan kata lain, ini berhubungan dengan masalah etika sehingga tidak aneh jika independensi menjadi salah satu hal yang ditentukan dalam kode etik yang harus dipatuhi oleh akuntan publik. Independensi auditor lebih ditekankan pada independensi secara instrinsik merupakan masalah pengendalian mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara obyektif.

Berdasarkan standar profesional akuntan publik dengan tegas disebutkan bahwa seorang akuntan publik tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independensi, tetapi ia harus mengindari keadaan yang dapat mneyebabakan pihak luar meragukan sikap independensinya. (IAI,2001:220).

Beradasarkan kode etik akuntansi Indonesia juga menetapkan agar akuntan publik menjaga dirinya dan jangan sampai kehilangan persepsi independen masyarakat. Ada dua macam independensi yaitu : (Rahmawati, 2004 : 28).


(55)

37

1. Independensi dalam fakta.

Independensi dalam fakta adalah independen dalam diri auditor yaitu kemapuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit.

2. Independen dalam penampilan.

Independen dalam penampilan adalah indenpenden yang dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya.

Menurut (Mulyadi,2002:72) independensi akuntan publik mempunyai tiga aspek :

1. Independensi dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan berbagai faktor yang dijumpainya dalam berbagai pemeriksaan. Aspek ini disebut juga independensi dalam kenyataan.

2. Independensi dipandang dari sudut pandang pihak lain yang

mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri akuntan, aspek ini disebut independen dalam kemampuan.

3. Independensi dipandang dari sudut pandang keahliannya seseorang dalam mempertimbangkan fakta dengan baik ia mempunyai keahlian mengenai pemeriksaan fakta tersebut.

Berdasarkan keterangan diatas yang dapat diambil kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang yang bertindak secara


(56)

obyektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual sedangkan obyektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan.

2.2.4.1.Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas

Menurut Dc Angelo yang dikutip oleh (Wilopo,2001:27) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan seorang auditor menemukan serta melaporkan segala pelanggaran pada sistem akuntansi kliennya.

Adapun faktor-faktor yang menentukan kualitas audit menurut Deis yang dikutip oleh (Wilopo,2001:28).

1. Kapabilitas teknikal auditing

Auditing harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Independensi auditor

Merupakan salah satu konsep dasar struktur teori auditing.

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik 2001(SA seksi 200), diuraikan mengenai standar auditing yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia agar pelaksanaan auditnya dapat berkualitas. Standar auditing tersebut adalah :


(57)

39

1. Standar umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dalam pelatihan khusus cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran professionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar pekerjaan lapangan

a. Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang dilakukan.

c. Bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengujian pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan auditan.

3. Standar pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

b. Laporan audit harus menunjukkan keadaaan yang ada didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam


(58)

penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan periode sebelumnya.

c. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas menganai sifat pekerjaan auditor, jika ada tingkat tanggungjawab yang dipikulnya (IAI, 2001).

Agar jasa akuntan berkualitas tinggi, maka hanya akuntan yang qualified yang diizinkan berpraktek, dan pelaksanaan kerja auditor akan selalu dimonitor dan diatur oleh lembaga pemerintah. Disamping itu kualitas jasa profesi akuntan publik ditentukan seberapa tingginya dalam menguasai dan mematuhi berbagai standar professional yang ditetapkan ikatan profesi dalam penyerahan jasa kepada pemakai jasa informasi keuangan. Standar auditing yang berlaku di Indonesia adalah standar auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.


(59)

41

Ikatan Akuntan Indonesia sebagai lembaga akuntansi Indonesia menyatakan mengenai pentingnya standar pengendalian mutu bagi kantor akuntan publik dalam “standar professional akuntan publik”(2001, SA seksi 161) kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar auditing yang ditetapkan ikatan akuntan Indonesia.

Standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar pengendalian berhubungan satu sama lain, dan kebijakan prosedur pengendalian mutu diterapkan oleh kantor akuntan publik yang berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual dan pelaksanaan audit kantor akuntan publik secara keseluruhan.

Unsur-unsur pengendalian mutu yang dikeluarkan IAI terdiri dari : ( Jusup, 2001 : 28).

1. Independensi yaitu semua personil/anggota organisasi kantor akuntan publik seharusnya mempertahankan dan menunjukkan independensi (sikap tidak memihal pada suatu kepentingan pribadi) sesuai dengan yang ditetapkan dalam standar professional akuntan publik.


(60)

2. Penguasaan pemeriksaan yaitu semua personal dalam pelaksanaan penugasan pemeriksaan harus mempunyai tingkat yang memadai atas latihan teknik dan keterampilan/keahlian.

3. Konsultasi yaitu apabila ada persoalan sangat rumit yang dialami oleh staf dalam kantor akuntan publik maka prosedur yang harus ada adalah memastikan siapa yang berhak memberikan bantuan dengan pertimbangan orang yang mempunyai dan pengetahuan yang kompeten serta pertimbangan otoritas.

4. Supervise yaitu kebijakan memastikan pengawasan dengan tepat atas pekerjaan disemua tingkat organisasi, agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak bahwa pekerjaan yang dilaksanaakan mematuhi standar pengendalian mutu yang mudah ditentukan.

5. Pengangkatan pemeriksaan yaitu pemeriksaan diangkat dengan

karakteristik atau dasar-dasar (kualifikasi yang sesuai, sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan kompeten).

6. Pengembangan profesional yaitu semua personal/anggota mendapatkan kesempatan yang sama dengan berkesinambungan dalam mengembangkan profesionalnya supaya mampu menangani pekerjaan mereka secara kompeten.

7. Promosi yaitu adanya kebijakan promosi yang telah ditetapkan,

sehingga memberikan kepastian atas promosi semua anggota organisasi dengan kualifikasi pertanggungjawaban baru. Adanya


(61)

43

kualifikasi standar yang harus dipenuhi dalam pernyataan untuk mendapatkan promosi.

8. Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan klien yaitu adanya

kebijakan untuk mengevaluasi keadaan dan potensi yang dimiliki klien untuk memperkecil kemungkinan keterlibatan auditor dengan klien yang mungkin mempunyai itikad dengan baik.

9. Inspeksi yaitu kebijakan dan prosedur yang seharusnya ada untuk memastikan atau memberi keyakinan bahwa kedelapan unsur diatas telah ditetapkan secara konsisten

2.2.5.Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas

Standar Profesional Akuntan Publik (2001:SA seksi 150) terdapat standar auditing yang dibagi dalam tiga standar yaitu :

1. Standar auditing, audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan khusus yang cukup sebagai auditor. 2. Standar pekerjaan lapangan,

3. Standar pelaporan

Menurut Standar Profesionalisme Akuntan Publik (SA seksi 210) standar umum yang pertama adalah “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa betapa tingginya kemampuan seorang dalam bidang lain-lain, termasuk dalam bidang bisnis


(62)

dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman dalam bidang auditing.

2.2.6. Pengaruh Independensi Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas

Menurut Mulyadi dan Kanaka independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pegnaruh, tidak dikendalikan pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Kanaka,1998:25). Oleh karena itu jika seorang auditor tersebut dapat melaksanakan audit secara berkualitas sehingga independensi sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas.

2.2.7. Pengaruh Kompetensi Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas

Ikatan Akuntan Indonesia menetapkan kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang disana terdapat delapan prinsip etika, salah satunya kompetensi dan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya dan kompeten berdasarkan perkembangan praktek legislasi dan teknik yang paling mutakhir (Jusup,2001:96).

Kompetensi adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai


(63)

45

kerja, tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan (Suryana, 2003 : 4). Jadi diharapkan semakin kompeten seorang auditor maka dalam pelaksanaan auditnya akan lebih atau semakin berkualitas.

2.2.8. Pengaruh keahlian audit, kompetensi dan independensi auditor terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas

Teori penentuan tujuan mengasumsikan manusia sebagai individu yang berfikir (thingking individual), yang berusaha mencapai tujuan tertentu, teori ini memfokuskan pada proses penetapan tujuan, jika tujuan cukup spesifik dan menantang tujuan dapat menjadi faktor pemotivasi yang efektif baik untuk individu maupun untuk kelompok (Hanafi, 2004 : 318).

Teori Motivasi Reinforcement menjelaskan peranan balasan dalam membentuk perilaku tertentu. Teori ini mengatakan bahwa jika suatu perilaku akan memberi balasan yang menyenangkan (rewarding), maka perilaku tersebut akan diulangi lagi dimasa mendatang. Sebaliknya jika suatu perilaku diberi hukuman (balasan yang tidak menyenangkan / punishmen) maka perilaku tersebut akan diulangi masa mendatang (Hanafi, 2004 : 319).

Menurut Mc.Clelland menyatakan bahwa ada tiga kebutuhan dasar


(64)

1. Need for achievement yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan rasa tanggungjawab untuk memecahkan masalah. Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi cenderung mengambil resiko. Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi.

2. Need for affiliation yaitu kebutuhan untuk berafiliasi merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

3. Need for power yaitu kebutuhan untuk kekuasaan, merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas, untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.

Ketiga teori diatas menjelaskan bahwa Keahlian Audit, Kompetensi dan Independensi akuntan publik ditujukan untuk meningkatkan kualitas audit. Hasil kualitas audit senantiasa akan ditingkatkan untuk memenuhi harapan masyarakat terhadap kualitas audit yang dipertanggung jawabkan. Teori tersebut memotivasi para akuntan publik agar senantiasa meningkatkan dan mempertahankan independensinya untuk memenuhi tuntutan kualitas audit atas pelaksanaan auditnya.

2.3. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil premis yang kemudian dari


(65)

47

premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis. Premis-premis tersebut antara lain :

a. Premis I

Keahlian auditor merupakan bukti empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada diperusahaan yang menjadi kliennya (Christiawan, 2002).

b. Premis II

Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan (Mulyadi, 2002).

c. Premis III

Independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektivitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan audit (Mayangsari, 2003).

d. Premis IV

Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan indenpendensi (Christiawan, 2002).


(66)

e. Premis V

Dalam penugasan audit, auditor bertanggungjawab untuk mematuhi Standar Auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (Anonim, Standar Profesional Akuntan Publik, 2001)

Berdasarkan kerangka pikir diatas yang dapat dikemukakan adalah analisis faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas.

Dilihat dari variabel keahlian audit, semakin tinggi tingkat keahlian seorang auditor maka diharapkan dalam pelaksanaan auditnya akan lebih berkualitas.

1. Variabel keahlian audit dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan

yang didasarkan pada jumlah informasi maka auditor dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang auditor.

Keahlian Audit (X1)

Kompetensi (X2)

Independensi (X3)

Kualitas Auditor diKantor Akuntan Publik Surabaya

(Y)


(67)

49

2. Variabel kompeten yaitu auditor yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kualitas individu yang berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman yang memadai, jadi semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman seorang auditor dibidangnya maka diharapkan dalam pelaksanaan auditnya akan lebih berkualitas juga.

3. Variabel independen jika seorang auditor memiliki dan dapat

mempertahankan sikap independensinya maka dalam pelaksanaan auditnya diharapkan akan lebih berkualitas.

2.4.HIPOTESIS

Hipotesis pada dasarnya adalah kesimpulan yang bersifat sementara dan masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis yang dapat diuji adalah :

H1

H

: Bahwa keahlian auditor, kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik.

2 : Bahwa variabel independensi auditor yang berpengaruh secara


(68)

50

3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1.Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nazir (2005 : 126) adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau kontruk dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengatur kontruk atau variabel tersebut.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah :

1. Keahlian audit (X1

2. Kompetensi (X

)

2

3. Independensi auditor (X )

3

4. Kualitas audit (Y)

)

Agar tidak menimbulkan interprestasi yang berbeda makan, secara operasional variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut :

1. Keahlian audit (X1

Seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu sesuai dengan standar auditing dan standar pengendalian mutu. Pendidikan dan pengalaman


(69)

51

berpraktik sebagai auditor independen yang merupakan hasil kantor akuntan publik dan hasil dari mengikuti pelatihan serta seminar yang berhubungan dengan auditing. Selain itu keahlian seorang auditor juga diukur atas dasar lamanya pengalaman kerja, jenjang jabatan serta informasi yang digunakan.

1. Kompetensi (X2

Seorang yang memiliki pendidikan formal, pengalaman yang memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi

)

2. Independensi auditor (X3

Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan dapat mempertahankan independensinya sesuai dengan standar auditing, standar pengendalian mutu, dan juga kode etik akuntan Indonesia yang diwujudkan dengan kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor.

)

3. Kualitas audit (Y)

Melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing yang meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan dan juga standar pengendalian mutu yang diwujudkan dengan memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Selain itu juga pelaksanaan audit yang berkualitas dapat terwujud dari pemahaman akuntan yang memadai atas auditnya, memiliki bukti kompeten untuk menyatakan pendapat atas laporan yang diaudit, serta mengenai laporan


(70)

auditor yang harus disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala interval. Menurut Nazir (2003 : 131), skala interval merupakan suatu

pemberian angka kepada set dari sutu objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain yaitu jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Sedangkan teknik pengukurannya menggunakan metode Semantic Deferensial.

1. Pengukuran variabel bebas (keahlian)

Dalam pengukuran variabel keahlian ini digunakan teknik pengukuran

Semantic Deferensial seperti :

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala yang digunakan adalah skala interval. Indicator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing.


(71)

53

2. Pengukuran variabel bebas (kompetensi)

Dalam pengukuran variabel kompetensi ini digunakan teknik pengukuran

Semantic Deferensial seperti :

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala yang digunakan adalah skala interval. Indicator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kemampuan memberikan jasa, prosedur audit, kemampuan membuat laporan pemeriksaan.

3. Pengukuran variabel bebas (independensi)

Dalam pengukuran variabel independensi ini digunakan teknik pengukuran Semantic Deferensial seperti :

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala yang digunakan adalah skala interval. Indikator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kemampuan mempertahankan sifat independensi di mata masyarakat, kebijakan desain uji klien, hubungan dengan klien.

1 2 3 4 5


(72)

4. Pengukuran variabel terikat (kualitas audit)

Dalam pengukuran variabel kualitas audit ini digunakan teknik pengukuran Semantic Deferensial seperti :

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala yang digunakan adalah skala interval. Indicator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

3.2.Teknik Penentuan Sampel

a) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 90). Penelitian ini yang merupakan populasi adalah para auditor pada Kantor Akuntan Publik. Di Surabaya terdapat 13 Kantor Akuntan Publik yang jumlah populasinya adalah 40 auditor (terdaftar dalam IAPI, 2009). maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40Auditor.


(1)

Penelitian ini juga mendukung teori Penentuan Tujuan yang mengasumsikan manusia sebagai individu yang berfikir (thinking individual), yang berusaha mencapai tujuan tertentu. Tujuan dapat menjadi faktor pemotivasian yang efektif baik untuk individu maupun untuk kelompok. Tidak hanya itu, teori motivasi Reinforcement yang menjelaskan peranan balasan dalam membentuk perilaku individu juga didukung oleh penelitian ini. Kedua teori tersebut memotivasi para akuntan publik agar senantiasa meningkatkan dan mempertahankan independensinya untuk memenuhi tuntutan kualitas audit atas pelaksanaan audit.

4.8.1. Implikasi

Penelitian ini menimbulkan implikasi :

1. Kualitas Auditor Independen harus memiliki Keahlian Audit, Kompetensi dan Independensi berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak memiliki karakter tersebut.

2. Implikasi praktisnya adalah perlunya mengidentifikasi pengaruh Keahlian Audit, Kompetensi dan Independensi dalam upaya meningkatkan efesiensi dan efektifitas dalam proses audit, sehingga akan menghasilkan pelaksanaan audit yang berkualitas.


(2)

88

3. Implikasi teoristis yang diperoleh yaitu Keahlian Audit, Kompetensi, Independensi merupaka faktor penting kualitas audit.

4.9. Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis memiliki keterbatasan antara lain :

1. Reponden yang mampu dikumpulkan sangatlah sedikit sehingga bisa mempengaruhi hasil penelitian. Hal ini disebabkan waktu untuk melakukan penelitian kurang tepat karena auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) sedang sibuk menyelesaikan laporan auditnya.

2. Data penelitian yang berasal dari persepsi responden yang disampaikan secara tertulis melalui instrumen kuisioner mungkin mempengaruhi validitas hasil. Persepsi responden yang disampaikan belum tentu mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.


(3)

89 5.1. Kesimpulan

1. Menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara Keahlian Audit, Kompetensi dan Independensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada auditor independen di Surabaya.

2. Nilai Koefisien determinasi menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada pelaksanaan audit yang berkualitas dapat dijelaskan oleh variabel keahlian audit, kompetensi, independensi.

3. Menyatakan bahwa Independensi mempunyai pengaruh dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada auditor independen di Surabaya.

5.2. Saran

Beradasarkan hasil pembahasan, dapat diketahui bahwa peranan Keahlian Audit, Kompetensi, Independensi pada auditor independen sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan pelaksanaan audit yang berkualitas antara lain :


(4)

90

1. Auditor independen sebaiknya meningkatkan kemampuan Kahlian Audit sebelum melakukan audit pada perusahaan klien, sehingga hasil yang tercapai akan lebih sesuai dengan tujuan.

2. Auditor independen sebaiknya meningkatkan persyaratan kompetensi untuk penjaluran karier dan pekerjaan/kelompok pekerjaan dan pengembangan, karena kompetensi dan seperangkat penerapannya saling berhubungan untuk seleksi perencanaan pengalihan tugas, pengembangan, pemberi imbalan dan manajemen kinerja, yang banyak membantu untuk memperoleh yang terbaik dari organisasi.

3. Independensi perlu ditingkatkan karena indenpendensi diperlukan oleh auditor independen untuk memperoleh kepercayaan dari klien dan masyarakat, khususnya para pemakai laporan keuangan.


(5)

Al, Haryono Jusup, Januari 2001, Audit (pengauditan), Sekolah tinggi ilmu ekonomi YKPN

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Arens, Alvin A dan James K. Loebbecke, 1996, Auditing : Pendekatan Terpadu,

Terjemahan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Boynton, William C., Raymond N. Johnson dan Walter G. Kell, 2002, Modern Auditing. Edisi ke Tujuh. Jilid 1, Terjemahan Paul A. Rajoe, Gina Gania dan Ichsan Setyo Budi, Penerbit Erlangga

Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, D, 1999, Ekonometrika, Terjemahan, PT.Gelora Aksara Pratama, Jakarta. Nazir, Muhammad, 1988, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

IAI, 2001, Standar Profesi Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta. M.Guy, 2002, Auditing Edisi Kelima, Erlangga.

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja, 1998, Auditing, Salemba Empat, Jakarta.

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi, UPT Perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

Christiawan, Yulius Jogi, 2002, “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 4 no.2 Edisi November 2003

Kusharyanti, 2003, “Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Datang”, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Edisi Desember


(6)

Mayangsari, Sekar, 2003. “Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Eksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 6 No.1 Edisi Januari

Murtanto dan Gundono, 1999, “Indentifikasi Karakteristik-karakteristik Audit Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing Volume 2 no.1 Edisi Januari

Wilopo, 2001, “Faktor-Faktor Yang Menentukan Kualitas Audit Pada Sektor Publik Pemerintah”, Ventura, Volume 4 no.1 Edisi Juni

Rahman, Deni, 2009, Pengaruh Keahlian Audit, Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Fakultas Ekonomi, STIE Perbanas, Surabaya.

Retno, Citra, 2009, Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit Akuntan Publik. Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Surabaya.