PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA PUSAT.

(1)

DI SURABAYA PUSAT

SKRIPSI

Oleh :

WAHYUNINGTIAS 0613010251/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN

KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT

PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

DI SURABAYA PUSAT

yang diajukan :

WAHYUNINGTIAS 0613010251/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM Tanggal : ………. NIP. 030.194.434

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Pusat“, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak. Drs. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama

yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, November 2010

Penulis


(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Auditing ... 11

2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 11

2.2.1.2. Standar Auditing ... 12

2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik ... 13

2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 15

2.2.2. Keahlian Audit... 16

2.2.3. Independensi ... 18

2.2.4. Kompetensi ... 20

2.2.5. Kualitas Audit ... 23


(6)

2.3. Kerangka Pikir ... 29

2.4. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 31

3.1.1. Definisi Operasional ... 31

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 32

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 35

3.2.1. Populasi... 35

3.2.2. Sampel... 35

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.3.1. Jenis dan Sumber Data... 37

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 37

3.4. Uji Kualitas Data ... 38

3.4.1. Uji Validitas ... 38

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 38

3.4.3. Uji Normalitas... 38

3.5. Uji Asumsi Klasik... 39

3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 40

3.6.1. Teknik Analisis ... 40

3.6.2. Uji Hipotesis ... 41

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 41

3.6.2.2. Uji Parsial... 42


(7)

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 49

4.3.1. Uji Analisis Data... 49

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 49

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 49

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 50

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 51

4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 52

4.3.3. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda... 55

4.3.4. Uji Hipotesis ... 56

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 56

4.3.4.2. Uji t ... 58

4.4. Pembahasan ... 59

4.4.1. Implikasi ... 59

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 64

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 65

4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Halaman Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1) 46 Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Independensi (X2) 47

Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi (X3).. 48

Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Audit (Y) 49 Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows. 50 Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 51 Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 52 Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 53

Tabel. 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 54

Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 55

Tabel. 4.11 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model …... 57

Tabel. 4.12 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 57

Tabel. 4.13 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial … ... 58

Tabel. 4.14 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang... 64


(9)

Halaman Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 30


(10)

viii

DI SURABAYA PUSAT

Oleh :

WAHYUNINGTIAS Abstrak

Perubahan dan perkembangan iklim dunia usaha secara global pada saat ini telah mengakibatkan terjadinya perkembangan pada perubahan strategi usaha, praktek bisnis antar negara serta jumlah investasi yang mengakibatkan transaksi yang terjadi menjadi semakin kompleks dan rumit, hal ini akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan terhadap pelayanan jasa yang dilakukan oleh para auditor. (Anonim, 2007) Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian pendapat akuntan publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap kualitas audit.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 25 Auditor yang bekerja selama 3 tiga tahun pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 25 responden dan kuesioner tersebut terdiri dari 17 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas, teruji kebenarannya.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perubahan dan perkembangan iklim dunia usaha secara global pada saat ini telah mengakibatkan terjadinya perkembangan pada perubahan strategi usaha, praktek bisnis antar negara serta jumlah investasi yang mengakibatkan transaksi yang terjadi menjadi semakin kompleks dan rumit, hal ini akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan terhadap pelayanan jasa yang dilakukan oleh para auditor. (Anonim, 2007)

Peningkatan kebutuhan jasa auditor ini terlihat dari meningkatnya jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sekarang beroperasi di Indonesia. Di sisi lain, Pemerintah, yang dalam hal ini adalah Depkeu dan Bapepam, juga telah mengeluarkan peraturan rotasi audit yang memperketat independensi seorang auditor. Selain itu juga dituntut adanya review mutu terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh auditor agar bekerja sesuai dengan kode etik dan standar yang telah ditetapkan. (Anonim, 2007)

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Akuntan publik berfungsi sebagai pihak yang menilai atas kewajaran laporan keuangan perusahaan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU). Akuntan publik akan melaksanakan audit menurut ketentuan yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Profesi Akuntan Publik. Standar Auditing yang ada meliputi (1) Standar Umum, (2) Standar Pekerjaan Lapangan dan (3) Standar Pelaporan. Standar umum bersifat


(12)

pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan criteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan (Anonim, Standar Profesional Akuntan Publik, 2001). Dari hasil auditnya tersebut kemudian auditor akan menyampaikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan melalui opini atau pendapat yang disajikan dalam “Laporan Auditor Independen”.

Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan dan menganalisa bukti audit, auditor harus mempunyai keahlian audit dan kompetensi yang baik agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan (Suraida, 2005)

Libby (1985) dalam artikel Koroy (2005 : 917) dalam Eka dan Ratnadi (2007 : 6), menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert) Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia mengahasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan.

Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003 : 26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan, mereka juga lebih mampu memberi


(13)

penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari, kemudian Tubbs (1990) dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut, sehingga pemberian opini akuntan yang akan diberikan akan berkualitas

Menurut Christiawan (2002) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi, kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi, sedangkan independensi berkaitan dengan masalah etika akuntan publik yang tidak mudah dipengaruhi.

Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena seorang auditor yang tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

Menurut Agoes (2004 : 33) Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Akuntan publik tidak dapat memberikan opini yang objektif jika ia tidak independen, meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup,


(14)

masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen, oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Alim (2007) menemukan bukti empiris bahwa independensi dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003).

Pertanyaan tentang kualitas audit yang dilakukan akuntan publik oleh masyarakat bertambah besar setelah terjadi beberapa kasus yang berkaitan dengan hasil audit para akuntan publik.

Seperti kasus yang terjadi pada tahun 2009, yaitu adanya sanksi pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap beberapa KAP dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Keuangan Sri Mulyani membekukan izin dua akuntan publik (AP) dan satu kantor akuntan publik (KAP). Mereka adalah KAP Atang Djaelani, dan AP Muhamad Zen serta AP Rutlat Hidayat. Izin KAP Atang Djaelani dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui KMK Nomor 877/KM. 1/2008 terhitung mulai tanggal 17 Desember 2008. KAP tersebut telah dikenai sanksi peringatan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir, pelanggaran yang telah dilakukan yaitu tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha dan laporan keuangan KAP tahun takwim 2004 dan 2007, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap Kualitas audit yang diberikan oleh KAP Atang Djaelani.

Muhamad Zen selaku pemimpin rekan KAP Drs.Muhamad Zen dan rekan, dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui KMK Nomor


(15)

896/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 22 Desember 2008. Sanksi terhadap Muhamad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Pura Binaka Mandiritahun tahun 2007, sehingga berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor independen.

Sementara izin AP Rutlat Hidayat dibekukan selama 9 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 866/KM 1/2008 terhitung mulai tanggal 15 Desember 2008. Rutlat telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) saat melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri, Tbk. untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006, sehingga berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor independen (www.detikfinance.com).

Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pengguna jasa KAP mengharapkan agar auditor dapat memberikan pendapat yang tepat, tetapi dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian pendapat akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP (Suraida, 2005). Untuk itu para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart auditing dan Stand Profesional Akuntan Publik (SPAP), serta berperilaku sesuai dengan kode etik, sehingga laporan audit yang diberikan akan lebih berkualitas

Berdasarkan dari fenomena tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :“Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Pusat“.


(16)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu

“Apakah keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kantor Akuntan Publik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam meningkatkan kualitas audit

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan skripsi ini.


(17)

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran untuk menambah pengalaman dan pengetahuan praktis masalah audit. sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah yang dihadapi oleh para auditor.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Mayangsari (2003) a Judul

“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”

b Permasalahan

1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut?

2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor yang tidak ahli?

c Kesimpulan

1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan ini diambil


(19)

karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lain.

2) Selanjutnya dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih memperhatikan informasi typical.

2. Alim (2007) a Judul

“Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”

b Permasalahan

1) Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 2) Apakah Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit? c Kesimpulan

1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa


(20)

ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), dalam Mayangsari (2003).

2) Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa

independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003).

3. Mardisar dan Sari (2007) a Judul

“Pengaruh Akuntanbilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”

b Permasalahan

Apakah Akuntanbilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor?

c Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa Akuntanbilitas dan pengetahuan memiliki hubungan yang positif terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor, hal ini berarti dengan Akuntanbilitas dan tingkat pengetahuan yang tinggi dapat meningkatkan Kualitas Hasil Kerja Auditor


(21)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Pengertian Auditing

Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 1) auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksudkan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.

Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 11) ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.


(22)

2.2.1.2. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2009 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :

1 Standar Umum

a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.

b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2 Standar Pekerjaan Lapangan

a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3 Standar Pelaporan

a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.


(23)

b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus

dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik

Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :

1 Standar Auditing

Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.


(24)

2 Standar Atestasi

Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).

3 Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review. 4 Standar Jasa Konsultasi

Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.

5 Standar Pengendalian Mutu

Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.


(25)

2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit

Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan meliputi:

1 Penerimaan Perikatan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit dari klien. 6 (Enam) langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu:

a Mengevaluasi integritas manajemen.

b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa. c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.

d Menilai independensi.

e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan. f Membuat surat perikatan audit.

2 Perencanaan Audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 (tujuh) tahap yang harus ditempuh, yaitu:

a Memahami bisnis dan industri klien b Melaksanakan prosedur analitik

c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal d Mempertimbangkan risiko bawaan

e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama


(26)

f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan g Memahami pengendalian intern klien.

3 Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a Pengujian analitis (analytical tests). b Pengujian pengendalian (tests of control). c Pungujian substantive (substantive tests). 4 Pelaporan Audit

Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan pendapat auditor.

2.2.2. Keahlian Audit

Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.


(27)

Hayes-Roth et.al (1983) dalam Mayangsari (2003: 4) keahkian

sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Selanjutnya pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam Qudus (2004) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas dan bantuan berarti dari pihak lain.

Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu

1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.


(28)

2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian audit.

Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.

Dari keterangan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

2.2.3. Independensi

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Sesuai dengan Standar Profesi Akunatan Publik 2001 seksi 220 PSA No.04 Alinea 2, dijelaskan bahwa Independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum


(29)

(dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.

Mulyadi (2002: 26) menjelaskan bahwa independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu: (1) independensi sikap mental, (2) independensi penampilan. Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya. Sedangkan independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik (Agoes, 2004: 33).


(30)

Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut:

1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.

2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.

3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat

menyebabkan lepasnya klien.

Berdasarkan keterangan-keterangan yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan.

2.2.4. Kompetensi

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002: 83).


(31)

Definisi kompetensi menurut Mitrani (1995) dalam Rahamawati (2004) adalah sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

Selanjutnya menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007) mendefinisikan kompetensi adalah sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, system nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto (2000) dalam Alim (2007 : 6) mendefinisikan tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pendidikan dan pengalaman (Mayangsari, 2003).

Adapun Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain seperti:

1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant) 2. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik) 3. PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan)


(32)

4. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern

5. Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain

Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah/sertifikat yang dimiliki serta jumlah/banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar/simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya

Berdasarkan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik, kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Kompetensi professional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :

1. Pencapaian Kompetensi Profesional

Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.

2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional

a Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan professional secara berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.

b Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.


(33)

c Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa professional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya (Mulyadi, 2002: 58).

2.2.5. Kualitas Audit

Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan. Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut. Untuk mengukur kualitas audit maka diperlukan suatu criteria. Standat auditing merupakan salah satu ukuran kualitas audit. Standar ini harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen. Standar ini dapat diterapkan tanpa memandang besar kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri maupun sifat organisasi bisnis.


(34)

Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit, dalam SPAP seksi 161 paragraf 1, dinyatakan bahwa dalam penugasan audit, auditor bertanggung jawab untuk mematuhi standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Menurut Christiawan (2002: 83) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Good quality audits require both

competence (expertise) and independence. These qualities have direct effects on actual audit quality, as well as interactive effects. In addition, financial statementuser’s perception of audit quality are function oftheir perceptions of both auditor independence and expertise (AAA Finansial

Accounting Standard Committee 2000). Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi, sedangkan independensi berkaitan dengan masalah etika akuntan publik yang tidak mudah dipengaruhi.

Perlu diketahui bahwa standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, hal ini dinyatakan dalam SPAP seksi 150 paragraf 1, yaitu :“Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan criteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing


(35)

berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya”.

Auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu perusahaan harus didasarkan pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing tersebut merupakan ukuran mutu (kualitas) dari kualitas audit yang dihasilkannya. Sedangkan kompetensi dan independensi merupakan faktor-faktor penentu dari kualitas audit seorang akuntan publik dalam pelaksanaan audit sesuai dengan standar auditing tersebut.

2.2.6. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Kualitas Audit

Seorang Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi merencanakan, menyusun dan melaksanakan program kerja pemeriksaan, serta menyusun kertas kerja, berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.(Qudus, 2004)

Libby (1985) dalam artikel Koroy (2005 : 917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert) Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia mengahasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003 : 26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman


(36)

mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan-kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.

Kemudian Tubbs (1990) dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut. dan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman auditor berhubungan positif dengan kualitas audit, demikian juga dengan Kartika (2006) yang memperkuat penelitian tersebut dengan menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit, sehingga dapat disimpulkan bahwa keahlian audit berpengaruh terhadap kualitas audit, hal ini sesuai dengan Teori dua faktor (two factors) dari Fredrick Herzberg yang mengatakan bahwa sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi tersebut ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28)

2.2.7. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

Tugasnya, akuntan publik harus selalu mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam Standar Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan


(37)

Indonesia. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. (Agnes, 2004 : 33).

Akuntan publik tidak dapat memberikan opini yang objektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Dapat disimpulkan, bahwa seorang akuntan publik harus selalu mempertahankan sikap mental independennya dalam setiap melaksanakan audit, dengan pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia maka akuntan publik dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan para pemakai laporan keuangan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alim (2007) yang menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003). Selain itu hal ini juga sesuai dengan Teori Pengharapan (Expectancy Theory) Teori ini telah dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurth Levin dan Edward Tolman yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pengertian


(38)

seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan yang ingin diperolehnya sebagai harapan, hal ini berarti dengan adanya sikap independensi yang tinggi diharapkan kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 30)

2.2.8. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit

Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit. Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan. (Suraida, 2005)

Semua penugasan dan dalam semua tanggung jawab, setiap akuntan publik harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme yang disyaratkan oleh Prinsip Etika.

Akuntan publik dalam mempertahankan kompetensi professional harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional (Mulyadi, 2002: 58).

Menurut Christiawan (2002: 85) pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman merupakan komponen dasar kompetensi akuntan publik yang memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit. Menurut Alim (2007)


(39)

menyebutkan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik, dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991) dalam Mayangsari (2003). Selain itu hal ini juga sesuai dengan Teori Keseimbangan (Equity Theory) yang dikembangkan oleh Adam (Mangkunegara, 2005 : 120-121) yang menyebutkan bahwa semua nilai yang diterima oleh karyawan akan dapat menunjang pelaksanaan kerja yang artinya jika seorang auditor memiliki sikap kompetensi yang tinggi maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil penelitian, maka diajukan beberapa premis, sebagai berikut :

Premis 1 : Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002: 83).

Premis 2 : Semakin berpengalamannya auditor, maka semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit, sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik (Kartika, 2006)

Premis 3 : Kompetensi dan Independensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit (Alim, 2007).


(40)

Premis 4 : Independensi akuntan publik merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. (Agnes, 2004). Premis 5 : Pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman merupakan

komponen dasar kompetensi akuntan publik yang memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit. (Christiawan, 2002) Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu diagram kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut.

Keahlian Audit (X1)

Kompetensi (X3) Independensi

(X2)

Kualitas Audit. (Y)

Regresi Linier Berganda

Gambar. 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

“Diduga keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit” (Didukung oleh premis 1,2,3,4, dan premis 5)


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Penelitian ini mengunakan 3 (tiga) variabel bebas (X) yaitu Keahlian Audit (X1), Independensi (X2), dan Kompetensi (X3), Sedangkan

variabel terikatnya yaitu kualitas audit (Y).

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X), yang terdiri dari : a. Keahlian Audit (X1)

Merupakan keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan internal, dalam menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan.

b. Independensi (X2)

Merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.

c. Kompetensi (X3)

Merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, dan simposium.


(42)

2. Variabel Terikat (Y) Kualitas Audit

Yaitu merupakan ukuran pelaksanaan audit apakah telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akutansi Indonesia, dalam hal ini Standar Auditing merupakan penentuan mutu (kualitas) kinerja serta seluruh tujuan yang harus dicapai dalam audit laporan keuangan.

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel

Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keahlian Audit (X1)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Keahlian Audit yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Keahlian Audit yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.


(43)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009). dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

2. Independensi (X2)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai sikap independensi dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai sikap independensi dalam melaksanakan tugas audit.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan


(44)

3. Kompetensi

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

Sangat tidak setuju Sangat setuju

4. Kualitas Audit (Y)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7


(45)

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Kualitas Audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Kualitas Audit.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Bumiarini (2005) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 2 (dua) item pertanyaan.

.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 90).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat minimal selama 3 (tiga) tahun, dengan alasan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik dan tercatat 34 Auditor.(sesuai dengan data dari www.iapi.or.id).

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari junlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). (Sugiyono, 2006:91).


(46)

Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian, Untuk itu teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling (penarikan

sampel secara acak) yaitu setiap anggota populasi memiliki peluang yang besarnya sudah diketahui untuk terpilih sebagai sampel dan peneliti bisa

memperkirakan besarnya kesalahan penarikan sampel (sampling error).

Sedangkan metode yang digunakan adalah sampel random sampling yaitu

setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

1 Ne

N

(Umar, 2001 : 74) Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi (34 Auditor)

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 10%).

Cara Perhitungan : n = 2 ) 1 , 0 .( 34 1 34 

n = 25,37 = 25 responden

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 Auditor.


(47)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005: 109).

Sumber Data primer dalam penelitian ini berasal dari jawaban Kuesioner yang disebar pada 25 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat dan dijadikan sampel

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109).

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Directory Kantor Akuntan Publik mengenai jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya yang masih aktif dan terdaftar pada tahun 2009

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan Anket (Kuisioner) kepada responden. Menurut Nazir (2005 : 246) Anket (Kuisioner) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data.


(48)

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas Data

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai

r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2002 : 135)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau

dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2002 : 133)

3.4.3. Uji Normalitas

Merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov


(49)

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai

probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item

pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal(Sumarsono, 2004 :40)

3.5. Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji Durbin-Watson (DW test), dengan ketentuan, yaitu sebagai berikut : (Santoso, 2001 : 218)

a. Angka D-W di bawah - 2, hal ini berarti ada Autokolerasi positif.

b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, hal ini berarti tidak ada

Autokolerasi.

2. Multikolineritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).


(50)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)

3. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji korelasi rank spearman

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 161)

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

(Anonim, 2009: L-21) Keterangan :

Y = Kualitas Audit


(51)

X1 = Keahlian Audit

X2 = Independensi

X3 = Kompetensi

β1…3 = Koefisien regresi

e = Standart Error

3.6.2. Uji Hipotesis

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model

Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit (Anonim, 2009: L-21)

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok

guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi

dan kompetensi terhadap kualitas audit

H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit

2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05,, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit


(52)

tensi kualitas audit

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit

3.6.2.2. Uji Parsial

Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi secara parsial terhadap kualitas audit (Anonim, 2009: L-21)

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan

keahlian audit, independensi dan kompe

secara parsial terhadap

H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan keahlian

audit, independensi dan kompetensi secara parsial

terhadap kualitas audit

2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan keahlian audit, independensi dan kompetensi secara parsial terhadap kualitas audit

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti ada pengaruh yang signifikan keahlian audit, independensi dan kompetensi secara parsial terhadap kualitas audit


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik

Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun 1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu seperti:

1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi

negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.

2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang

diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.

3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor

akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.

Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan keuangan.


(54)

4.1.2. Ketentuan dan Peraturan

Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan public.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut

1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun

1954 serta memiliki register Negara. 2. WNI dan bertempat tinggal di Indonesia.

3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas dari kewajiban kerja sarjana.

4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang

berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja atas dasar ikatan dinas.

5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun

sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan, hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh dalam lingkungan pemerintahan atau BUMN.

6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi pemerintahan, atau


(55)

Badan Usaha Milik Swasta. Ketentuan ini berlaku bagi akuntan public yang merangkap sebagai dosen tetap pada perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta dan juga sebagai pimpinan pada suatu usaha konsultasi manajemen.

7. Anggota Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI )

8. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Ketentuan tentang kewajiban bagi akuntan yang akan membuka praktek akuntan publik untuk menyelesaikan wajib kerja sarjana dalam butir ketiga diatas telah dicabut dengan SK Menkeu RI No. 374/KMK.013/1998 tanggal 28 Mei 1998.

4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya

Akuntan tidak diperkenankan untuk menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien. Akuntan dilarang untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya. Hal ini sesuai dengan kode etik akuntan public pasal 20 dan 21.

Adapun cara Kantor Akuntan publik untuk menjual jasanya yaitu dengan cara:

1. Mengikuti seminar yang berhubungan dengan bidang akuntansi.

2. Menjadi pembicara seminar.

3. Menulis hasil audit laporan keuangan suatu perusahaan yang diperiksa dengan mencantumkan nama akuntan akuntan public sebagai auditornya.

4. Menulis suatu analisa atau konsultasi di luar jasa yang diberikannya. 5. Menjadi Dosen di perguruan tinggi.


(56)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 25 responden (Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat), dan kuesioner tersebut terdiri dari 17 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian.

Untuk memperjelas uraian di atas, maka berikut ini adalah hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel, yaitu sebagai berikut:

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Keahlian Audit

(X1)”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009). dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai keahlian audit, dapat dilihat pada tabel 4.1, sebagai berikut :

Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :

Keahlian Audit (X1)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 2 8,00 3 12,00 1 4,00 4 16,00 7 28,00 3 12,00 5 20,00

2 3 12,00 1 4,00 2 8,00 6 24,00 5 20,00 2 8,00 6 24,00

3 2 8,00 3 12,00 1 4,00 4 16,00 5 20,00 4 16,00 6 24,00

4 2 8,00 3 12,00 2 8,00 0 - 2 8,00 6 24,00 10 40,00

5 2 8,00 4 16,00 0 - 2 8,00 5 20,00 2 8,00 10 40,00

Mean 8,80 11,20 4,80 12,80 19,20 13,60 29,60

Sumber : Lampiran. 1

Berdasarkan dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 7 atau jawaban sangat


(57)

setuju yaitu sebesar 29,60% yang artinya bahwa tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh 25 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat tersebut adalah tinggi.

2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Independensi

(X2)”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai independensi, dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut :

Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :

Independensi (X2)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 6 24,00 7 28,00 5 20,00 2 8,00 3 12,00 1 4,00 1 4,00

2 4 16,00 6 24,00 6 24,00 7 28,00 1 4,00 0 - 1 4,00

3 4 16,00 10 40,00 3 12,00 1 4,00 4 16,00 1 4,00 2 8,00

4 5 20,00 12 48,00 3 12,00 2 8,00 1 4,00 2 8,00 0 -

5 5 20,00 8 32,00 4 16,00 3 12,00 3 12,00 0 - 2 8,00

Mean 19,20 34,40 16,80 12,00 9,60 3,20 4,80

Sumber : Lampiran. 2

Berdasarkan dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 2 atau jawaban tidak setuju yaitu sebesar 34,40% yang artinya bahwa tingkat independensi yang dimiliki oleh 25 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat tersebut adalah rendah.


(58)

3 Bagian III berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kompetensi

(X3)”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai kompetensi, dapat dilihat pada tabel 4.3, sebagai berikut :

Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :

Kompetensi (X3)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 7 28,00 8 32,00 3 12,00 2 8,00 2 8,00 1 4,00 2 8,00

2 7 28,00 5 20,00 5 20,00 4 16,00 0 - 1 4,00 3 12,00

3 7 28,00 6 24,00 5 20,00 2 8,00 1 4,00 2 8,00 2 8,00

4 5 20,00 11 44,00 4 16,00 1 4,00 1 4,00 0 - 3 12,00

5 3 12,00 11 44,00 4 16,00 1 4,00 4 16,00 0 - 2 8,00

Mean 23,20 32,80 16,80 8,00 6,40 3,20 9,60

Sumber : Lampiran. 3

Berdasarkan dari tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 2 atau jawaban tidak setuju yaitu sebesar 32,80% yang artinya bahwa tingkat kompetensi yang dimiliki oleh 25 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat tersebut adalah rendah.

4 Bagian IV berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kualitas Audit

(Y)”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Bumiarini (2005) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 2 (dua) item pertanyaan.


(59)

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai kualitas audit, dapat dilihat pada tabel 4.4, sebagai berikut :

Tabel. 4.4. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Kualitas Audit (Y)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 2 8,00 1 4,00 5 20,00 5 20,00 3 12,00 0 - 9 36,00

2 2 8,00 3 12,00 3 12,00 3 12,00 5 20,00 5 20,00 4 16,00

Mean 8,00 8,00 16,00 16,00 16,00 10,00 26,00

Sumber : Lampiran. 4

Berdasarkan dari tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 7 atau jawaban sangat setuju yaitu sebesar 26,00% yang artinya bahwa tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh 25 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat tersebut adalah baik.

4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis.

4.3.1. Uji Analisis Data

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas

4.3.1.1.1.Uji Validitas

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan

nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2002 : 135)


(60)

Berdasarkan dari hasil uji validitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4.5, sebagai berikut :

Tabel. 4.5. Hasil Uji Validitas

Nilai r hitung Variabel Item

(Corrected Item - Total Correlation) r tabel Ket

Keahlian Audit (X1) Butir_1 0,947 Valid

Butir_2 0,933 Valid

Butir_3 0,972 Valid

Butir_4 0,901 Valid

Butir_5 0,934 Valid

Independensi (X2) Butir_1 0,823 Valid

Butir_2 0,692 Valid

Butir_3 0,903 Valid

Butir_4 0,800 Valid

Butir_5 0,740 Valid

Kompetensi (X3) Butir_1 0,892 Valid

Butir_2 0,817 Valid

Butir_3 0,924 Valid

Butir_4 0,905 Valid

Butir_5 0,838 Valid

Kualitas Audit (Y) Butir_1 0,852 Valid

Butir_2 0,852

0,344

Valid

Sumber : Lampiran. 5 – 8, dan Lampiran. 12

Berdasarkan pada tabel 4.5, di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir atau item pertanyaan kuesioner yang terbagi atas 4 bagian dan terdiri dari 17 item pernyataan, mempunyai nilai r hitung lebih besar

dari rtabel, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, hal ini

berarti bahwa butir atau item pertanyaan tersebut seluruhnya valid dan dapat digunakan dalam penelitian

4.3.1.1.2.Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).


(61)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2002 : 133)

Berdasarkan dari hasil uji reliabilitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4.6, sebagai berikut :

Tabel. 4.6. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Cronbach Alpha Ket

Keahlian Audit (X1) 0,978 Reliabel

Independensi (X2) 0,917 Reliabel

Kompetensi (X3) 0,955 Reliabel

Kualitas Audit (Y) 0,919

0,60

Reliabel Sumber : Lampiran 5 - 8

Berdasarkan pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai Cronbach Alpha pada seluruh variabel baik X1, X2, X3, dan Y

lebih besar dari 0,60, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, hal ini berarti bahwa butir atau item pertanyaan yang terbagi atas 4 bagian dan terdiri dari 17 item pernyataan tersebut reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.

4.3.1.1.3.Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item pertanyaan tersebut berdistribusi normal(Sumarsono, 2004 : 43)


(62)

Berdasarkan dari hasil uji normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, dapat dilihat pada tabel 4.7. sebagai berikut ::

Tabel. 4.7. Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 25

Mean .0000000

Normal Parametersa

Std. Deviation 2,13216456

Absolute 0,105

Positive 0,073

Most Extreme Differences

Negative -0,105

Kolmogorov-Smirnov Z 0,524

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,947

Sumber : Lampiran 9

Berdasarkan pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,947 lebih besar dari 5%, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, hal ini berarti bahwa butir atau item pertanyaan yang terbagi atas 4 bagian dan terdiri dari 17 item pernyataan tersebut adalah berdistribusi normal, sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut (Gujarati, 1999 : 153)


(1)

66

2. Jawaban responden yang disampaikan secara tertulis melalui kuesioner belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

3. Populasi yang diambil hanya berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat saja, yang juga akan mempengaruhi pengambilan sampel, sehingga jumlahnya sedikit


(2)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil Uji Kesesuaian Model dapat diketahui bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi, dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, sehingga hipotesis yang menyatakan diduga keahlian audit, independensi, dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, teruji kebenarannya.

2. Dari hasil Uji t dapat diketahui bahwa keahlian audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga keahlian audit berpengaruh terhadap kualitas audit, teruji kebenarannya.

3. Selanjutnya dari hasil Uji t juga dapat diketahui bahwa independensi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga independensi berpengaruh terhadap kualitas audit, teruji kebenarannya.

4. Dan dari hasil Uji t juga dapat diketahui bahwa kompetensi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, teruji kebenarannya.


(3)

67

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas audit, dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Seorang akuntan publik harus selalu mempertahankan sikap mental independennya dalam setiap melaksanakan audit, dengan pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sehingga akuntan publik dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan para pemakai laporan keuangan,

2. Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit.

3. Diharapkan bagi para auditor untuk dapat mempertahankan keahlian audit, independensi dan kompetensinya agar kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik.

4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap kualitas audit


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi. Penerbit Jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timar.

---, 2008, “BPK Tindak Tegas Auditor Bermental Bobrok”,

http://www.antara.co.id/arc/2008/7/25/bpk-tindak-tegas-auditor-bermental-bobrok/ yang diakses pada tanggal 2 Mei 2009

---, 2009, “Menkeu Bekukan Izin 2 Akuntan Publik”,

http://hukumonline.com/2009/01/21/menkeu-bekukan-izin-2-akuntan-publik/ yang diakses pada tanggal 2 Mei 2009

---, 2009, “Directory Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik 2009”, http://iapi.or.id/ yang diakses pada tanggal 3 Juni 2009

Agoes, Sukrisno, 2004, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik. Edisi ketiga. Jilid 1. Penerbit Lembaga Penerbit FE - UI.

Arens, Alvin A dan James K. Loebecke, 1997, Auditing: Pendekatan Terpadu., Terjemahan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, 1999, Ekonometrika, Terjemahan, PT.Gelora Aksara Pratama, Yakarta Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Profesional Akuntan Publik Per

Januari 2009, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad, 2005, Akuntansi Keprilakuan, Penerbit Salemba Empat

Indriyo, Gitosudarmo,dan I Nyoman Sudita, 2000, Perilaku Keorganisasian, Edisi pertama, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta

Mangkunegara, Prabu A., 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi ke-6, jilid 1. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Riduwan, 2004, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfabeta, Bandung


(5)

Santoso, Singgih, 2001, Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, PT Gramedia, Jakarta

Simamora, Henry, 2002, Auditing, UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi, UPT Perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur

Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Umar, Husein, 2002, Metode Riset Bisnis, Cetakan Pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Jurnal

Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, Liliek Purwanti, 2007. ”Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simposium Nasional Akuntansi X

Christiawan, Yulius, Jogi, 2002. “Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Juranal Akuntansi dan Keuangan, Volume 4 No.2, November 2002.

Eka, Ni Putu dan Ratnadi, Ni Made Dwi, 2007, “Pengaruh Idependensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Pengendalian Struktur Intern Pada Bank Perkreditan Ratyat Di Kabupaten Badung”, Simposium Nasional Akuntansi X

Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal.25-60

Mardisar, Diani, dan Sari, Ria, Nelly, 2007. ”Pengaruh Akuntanbilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”. Simposium Nasional Akuntansi X

.

Mayangsari, Sekar, 2003. “Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 6 No.1 Edisi Januari

Suraida, Ida, 2005, “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit terhadap Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”, Sosiohumaniora, Volume 7 No. 3


(6)

Skripsi

Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi : Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan)

Setianingsih, Ari, 2009, “Pengaruh Kualitas Audit, Kompetensi, dan Independensi terhadap Opini Auditor”Skripsi Akuntansi, UPN “Veteran” Jawa Timur

Qudus, Rohana, 2004, Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya), S-1 Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.