EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA.

(1)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Variabel Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Hipotesis Penelitian ... 7

H. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II PEMBELAJARAN VIRTUAL DAN INTERAKTIF ………..9

A. Kurikulum ICT ... ..9

B. Pembelajaran Konseptual Interaktif ... 10


(2)

vi

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Metode Penelitian ... 24

B. Jenis dan Desain Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Prosedur Penelitian ... 27

F. Uji Coba Instrumen ... 31

G. Analisis Uji Coba Instrumen Tes ... 33

H. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

I. Teknik Pengolahan Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……… 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Rekomendasi ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69


(3)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Interpretasi Validitas ... 31

3.3 Kriteria Reliabilitas ... 32

3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 33

3.5 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 36

3.6 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 42

3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 49

4.1 Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 52

4.2 Rata-Rata Skor Tes Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ... 52

4.3 Rata-Rata Aspek Kognitif pada Posttest Kelas Eksperimen ... 53

4.4 Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... 54

4.5 Rata-Rata Skor Tes Prestasi Belajar Kelas Kontrol ………... 54

4.6 Rata-Rata Aspek Kognitif pada Posttest Kelas Kontrol ….….………... 55

4.7 Rata-Rata Skor Tes Prestasi Belajar ……….. 55

4.8 Perbandingan Rata-Rata Aspek Kognitif pada Posttest untuk Kedua Kelompok ………. 55


(4)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Flash Media ... 12

2.2 Media Simulasi Virtual (PhET) ………’’14

2.3 Hyperphysics ………... 15

2.4 Diagram Klasifikasi Tes Menurut Atribut yang Diungkap ... 20

2.5 Hirarkis Ranah Kognitif Menurut Taksonomi Bloom ... 23

3.1 Diagram Alur Penelitian ... 30

3.2 Diagram Alur Pengolahan Data ... 39


(5)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 69

B. INSTRUMEN UJI COBA DAN ANALISIS UJI COBA ……….. 100

C. INSTRUMEN PENELITIAN ……….. 114

D. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ………. 146

E. DOKUMENTASI PENELITIAN ……….. 154


(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan cabang ilmu pengetahuan yang lekat dengan kehidupan sehari-hari. Hakikat ilmu sains yaitu proses penemuan, sedangkan output dari proses tersebut adalah sebagai berikut :

1. Proses

Dalam proses penemuan di dalam pembelajaran sains, kemampuan peserta didik yang dapat diasah antara lain kemampuan untuk mengamati, mengumpulkan data, mengolah data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengkomunikasikan, dan lain sebagainya.

2. Produk

Hasil yang diperoleh berdasarkan proses penemuan yang telah dilakukan adalah berupa konsep, dalil, hukum, teori, dan prinsip

3. Sikap

Selama proses pembelajaran sains berlangsung hingga akhirnya terbentuk suatu produk secara tidak langsung dapat menumbuhkan beberapa sikap ilmiah seperti terbuka, obyektif, berorientasi pada kenyataan, bertanggungjawab, bekerja sama, dan lain-lain.

Harlen (1985) menegaskan bahwa pembelajaran sains seharusnya menekankan pada ”how children learn and not just what the students learn – Bagaimana siswa belajar, bukan hanya pada apa yang dipelajari siswa”. Dalam


(7)

hal ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran memegang peranan penting dalam suatu pembelajaran sains. Maka dari itu dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang tepat agar konsep yang dijelaskan dapat lebih dipahami dan dapat melatih berbagai kemampuan yang diharapkan.

Pengalaman peserta didik melalui proses belajar dapat diperoleh dengan bebagai cara dan menghasilkan presentasi perolehan yang berbeda pula. Seperti dikemukakan oleh Parsaoran Siahaan dan Iyon Suyana (2010), bahwa pengalaman belajar diperoleh dari membaca (10%), mendengar (20%), melihat (30%), berdiskusi (50%), menyajikan presentasi (70%), melakukan (90%). Pembelajaran sains melalui penjelasan suatu fenomena dapat menghasilkan persentasi perolehan yang besar, namun bila ditinjau kembali jika peserta didik melakukan sendiri ternyata menghasilkan persentasi yang paling besar. Proses melakukan disini dapat diartikan sebagai pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Escalada dan Zollman (1997) menegaskan bahwa pengalaman eksperimen merupakan komponen penting dalam penguatan dan pemahaman konsep siswa. Dan hal ini secara tidak langsung berdampak kepada prestasi belajar yang dicapai siswa.

Berdasarkan hasil survey di lapangan melalui wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di salah satu SMA Negeri di kota Bandung, kendala utama dari penggunaan metode eksperimen adalah keterbatasan alat yang tersedia di sekolah. Peralatan yang dibutuhkan untuk eksperimen belum tentu tersedia di laboratorium, keadaan alat tidak terawat sehingga tidak dapat digunakan. Meskipun guru sangat menginginkan kegiatan eksperimen ataupun demonstrasi dilakukan rutin pada setiap sub bahasan dengan harapan dapat membuat siswa


(8)

3

terbiasa dengan kegiatan eksperimen serta melatih ketereampilan proses sains siswa. Namun dengan kondisi peralatan yang ada, kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan.

Selain itu, eksperimen cenderung membuat siswa lebih terhibur dan keterlibatan mereka dalam kegiatan eksperimen membuat mereka lebih paham akan konsep yang diajarkan. Karena apabila pemahamaman konsep siswa rendah, maka akan berimplikasi pada rendahnya prestasi belajar yang diraih oleh siswa. Dari data yang diperoleh, nilai rata-rata ujian fisika kelas XI SMA Negeri di kota Bandung berada pada kisaran 40-50. Nilai tersebut masih di bawah standar KKM sekolah yang di usung yaitu 65. Hanya beberapa siswa saja yang bisa memperoleh nilai di atas standar KKM tersebut.

Seperti diungkapkan sebelumnya, permasalahan lain yang cukup menyulitkan guru adalah menampilkan fenomena fisis yang bersifat abstrak seperti pada materi termodinamika. Termodinamika membahas proses, hukum, dan kareakteristik gas, fenomena untuk konsep termodinamika membutuhkan kondisi yang serba ideal, mulai dari suhu, volume, dan tekanan. Kondisi ideal sulit dicapai jika eksperimen dilakukan menggunakan alat-alat real, apalagi peralatan untuk konsep termodinamika jarang bisa ditemukan di laboratorium sekolah. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan alat ini dapat diatasi dengan suatu eksperimen yang bersifat virtual melalui suatu media simulasi yang telah teruji.

Dalam penelitian kali ini, kegiatan eksperimen virtual tersebut dikemas di dalam suatu pendekatan yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Savinainen dan Scott (2002). Pendekatan tersebut dinamakan Interactive Conceptual


(9)

Instrustion (ICI). Ciri utama dari ICI yaitu berfokus pada segi konseptual (Conceptual Focus), mengutamakan interaksi kelas (Clasroom interaction), menggunakan bahan-bahan ajar berbasis penelitian (Research-based materials) dan menggunakan referensi (use of texts). Berdasarkan penelitian Savinainen dan Scott, penerapan pembelajaran konsptual interaktif sangat membantu pemahaman konsep.

Penerapan pembelajaran koseptual interaktif pada penelitian kali ini menitikberatkan pada eksperimen virtual sebagai media yang bisa meningkatkan pemahaman konsep pada materi termodinamika. Selain itu eksperimen virtual adalah salah satu solusi bagi permasalahan keterbatasan alat laboratorium yang tersedia di sekolah serta sebagai solusi bagi konsep termodinamika yang kegiatan eksperimennya sulit untuk dilakukan secara real.

Penelitian ini penting untuk dilakukan agar kita dapat mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran konseptual interaktif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Juga agar dapat mengetahui apakah pembelajaran konseptual interaktif dapat diterapkan di konsep fisika lain selain konsep gaya yang seperti yang telah dikembangkan oleh Savinainen dan Scott .

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian yang diberi judul “Efektivitas Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”.


(10)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apakah penerapan pembelajaran konseptual interaktif efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa ?”.

Permasalahan penelitian diatas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas penerapan pembelajaran konseptual interaktif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ?

2. Bagaimanakah efektivitas penerapan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ?

3. Manakah yang lebih efektif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan prestasi belajar siswa diidentifikasi dengan gain yang dinormalisasi <g>.

2. Efektivitas penerapan pembelajaran konseptual interaktif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa diketahui melalui uji hipotesis.

3. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif menurut Benjamin S. Bloom, yang meliputi hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4).


(11)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas, yaitu pembelajaran konseptual interaktif 2. Variabel terikat, yaitu prestasi belajar siswa

E. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembelajaran konseptual interaktif (interactive conceptual instruction, ICI) didefinisikan sebagai suatu pendekatans pembelajaran yang menekankan pada penanaman konsep dan juga interaksi antara siswa, guru dan media pembelajaran yang digunakan. Pendekatan ini memiliki 4 ciri-ciri utama seperti berikut : berfokus pada segi konseptual (Conceptual Focus), mengutamakan interaksi kelas (Clasroom interaction), menggunakan bahan-bahan ajar berbasis penelitian (Research-based materials) dan menggunakan referensi (use of texts). Keterlaksanaan pendekatan konseptual interaktif dalam pembelajaran ditunjukan oleh lembar observasi yang diisi oleh observer selama pembelajaran.

2. Prestasi belajar didefinisikan sebagai tingkat penguasaan materi fisika yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan, dan hasilnya ditunjukan oleh skor atau nilai. Pengukuran terhadap prestasi belajar ini dilakukan dengan tes prestasi belajar melalui pre-test dan post-test. Keunggulan/tingkat efektivitas


(12)

7

pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar diidentifikasi dengan perbandingan signifikansi uji hipotesis nilai gain yang dinormalisasi yang dicapai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

F. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran konseptual interaktif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

2. Mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

3. Mengetahui perbandingan keefektifan penerapan pembelajaran konseptual interaktif dan konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Penelitian yang berhubungan dengan data kuantitatif biasanya menggunakan rumusan hipotesis nol (H0) atau sering juga disebut hipotesis statistik. Dikatakan hipotesis statistik karena pengujian hipotesis ini didasarkan pada perhitungan statistik. Sedangkan hipotesis kerja/hipotesis alternatif (Ha) muncul sebagai kemungkinan ditolaknya hipotesis nol.

Dalam penelitian ini, jawaban sementara terhadap masalah di atas, dirumuskan dalam hipotesis statistik dan hipotesis kerja yaitu sebagai berikut:


(13)

H0 : Penerapan pembelajaran konseptual interaktif tidak efektif dalam meningkatan prestasi belajar siswa.

Ha : Penerapan pembelajaran konseptual interaktif efektif dalam meningkatan prestasi belajar siswa.

H. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi guru dalam melakukan inovasi pembelajaran di kelas. Serta agar kita dapat mengetahui apakah pembelajaran konseptual interaktif dapat diterapkan di konsep fisika lain selain konsep gaya yang seperti yang telah dikembangkan oleh Savinainen dan Scott .


(14)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experimental). Menurut Usman Rianse (2009) penelitian semu itu bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan, dimana informasi tersebut sebelumnya telah diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya (true experimental) namun dalam keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian semu tidak dilakukan secara random (acak), sehingga tidak dapat digeneralisasi. B. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-posttest Control Group Design. Desain penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan treatment dengan pembelajaran konseptual interaktif di dalam pembelajarannya sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang pembelajarannya menggunakan cara yang biasa dilakukan yaitu metode ceramah.

Dalam desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberi pretest, kemudian kelompok eksperimen diberikan treatment. Setelah diberikan treatment, kemudian kedua kelompok tersebut diberi posttest. Soal yang digunakan untuk posttest sama dengan soal yang digunakan pada pretest. Pola desain penelitiannya (Arikunto, 2006) dapat diilustrasikan dalam tabel 3.1 berikut ini.


(15)

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T1 - T2

Keterangan :

T1 : Tes awal (Pretest) dilakukan sebelum diberikan perlakuan

(treatment) dan dilaksanakan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol

X : Perlakuan (Treatment) dengan pembelajaran konseptual interaktif

T2 : Tes akhir (Posttest) dilakukan setelah diberikan treatment dan dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah seluruh subjek yang berada pada lingkungan penelitian sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Atau secara gamblangnya dijelaskan Arikunto (2006) bahwa populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian yang akan diselenggarakan adalah siswa kelas XI salah satu SMA Negeri di kota Bandung.

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi SMA tersebut yaitu dua kelas XI IPA yang berada di SMA tersebut yang dipilih dengan teknik purposive sampling karena beberapa pertimbangan berdasarkan hasil studi pendahuluan


(16)

26

serta dilihat dari nilai rata-rata kelas untuk ulangan-ulangan harian dan keadaan prestasi siswa yang hampir sama berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah tes dan observasi 1. Tes

Menurut Arikunto (2008:53), “tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan.” Tes pada penelitian kali ini digunakan sebelum (pretest) dan setelah (post-test) perlakuan, dengan maksud untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1) Membuat kisi-kisi soal berdasarkan KTSP mata pelajaran fisika SMA kelas XI

2) Membuat soal dan kunci jawaban berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat.

3) Mengkonsultasikan soal-soal yang telah dibuat tersebut kepada dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2, kemudian melakukan revisi soal berdasarkan saran yang diberikan dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.


(17)

4) Meminta pertimbangan kepada dua orang dosen yang direkomendasikan oleh dosen pembimbing dan satu orang guru mata pelajaran fisika di SMA kemudian melakukan revisi soal berdasarkan saran dari penimbang instrumen.

5) Melakukan uji instrumen berupa soal tes prestasi belajar.

6) Menganalisis hasil uji instrumen yang meliputi tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, uji validitas tes dan reliabilitas tes.

7) Melakukan revisi ulang melalui konsultasi dengan dosen pembimbing. 2. Lembar Observasi Pembelajaran

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran konseptual interaktif. Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa.

E. Prosedur Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini antara lain diuraikan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi :

1) Studi pendahuluan guna mengetahui permasalahan yang ada untuk diteliti lebih lanjut

2) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji..


(18)

28

3) Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai pada mata pelajaran TIK (ICT) untuk sisiwa SMA kelas XI.

4) Telaah National Educational Technology Standards yang merupakan kurikulum internasional untuk mata pelajran TIK.

5) Telaah Kurikulum Tingkat Satuan /Pendidikan utnuk mata pelajaran Fisika untuk siswa SMA kelas XI.

6) Observasi awal, dilakukan untuk mengetahui kondisi awal populasi (sekolah) dan sampel (kelas yang akan diuji coba).

7) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran berdasarkan pembelajaran konseptual interaktif yang digunakan

8) Menyusun instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

1) Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar sebelum pembelajaran.

2) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan pembelajaran konseptual interaktif sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional.

3) Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran konseptual interaktif


(19)

4) Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah pembelajaran.

3. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain : 1) Mengolah dan menganalisis data hasil pretest dan posttest.

2) Menentukan gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen dan kontrol 3) Melakukan uji normalisasi untuk data gain ternormalisasi pada kelas

eksperimen dan kontrol

4) Menguji homogenitas sampel melalui gain ternormalisasi yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kontrol

5) Melakukan uji hipotesis 6) Menganalisis hasil penelitian.

7) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.

8) Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran.

9) Mengkonsultasikan hasil pengolahan data penelitian kepada dosen pembimbing.

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan pada gambar 3.1


(20)

30

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Pembelajaran konseptual Interaktif

Pembelajaran Konvensional

Kesimpulan

Pengembangan Instrumen (Perangkat Tes)

Kelompok Kontrol Kelompok

eksperimen Pre tes

Post tes

Pengolahan dan analisis data

Observasi Rumusan Masalah

Studi Literatur & kurikulum

Pengembangan Pembelajaran (RPP, Skenario, Media) Studi Pendahuluan


(21)

F. Uji Coba Instrumen

1. Analisis validitas instrumen ujicoba

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :

(

)( )

(

)

(

N X2 X 2

)

(

N Y2

( )

Y 2

)

Y X XY N rxy ∑ − ∑ ∑ − ∑ − =

... (3.1) Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi dari persamaan 3.1 di atas, interpretasi validitas soal dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi Validitas 0,800 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,600 < r ≤ 0,800 Tinggi 0,400 < r ≤ 0,600 Cukup 0,200 < r ≤ 0,400 Rendah 0,00 < r ≤ 0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2008:75) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.


(22)

32

2. Analisis reliabilitas instrumen ujicoba

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half). Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :

... (3.2)

Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi dari persamaan 3.2 di atas, kriteria reliabilitas soal dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,800 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,600 < r ≤ 0,800 Tinggi 0,400 < r ≤ 0,600 Cukup 0,200 < r ≤ 0,400 Rendah 0,00 < r ≤ 0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2008:75)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen r

2 1 2


(23)

3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.

Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:

... (3.3)

Setelah diperoleh nilai indeks kesukaran dari persamaan 3.3 di atas, kriteria klasidikasi tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

P Klasifikasi

0,00 – 0,29 0,30 – 0, 69 0,70 – 1,00

Soal sukar Soal sedang Soal mudah

(Arikunto, 2008 : 210) Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan Jx = jumlah seluruh siswa peserta tes.

G. Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Dalam penelitian ini, instrumen yang disusun untuk mengukur prestasi belajar siswa terlebih dahulu diujicobakan di salah satu sekolah yang dianggap

x J

B P=


(24)

34

memiliki kesamaan dalam hal prestasi belajar dengan sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Data hasil uji coba instrumen tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis validitas butir soal, daya pembeda butir soal, tingkat kesukaran butir soal, dan reliabilitas perangkat instrumen.

Analisis terhadap perangkat instrumen yang telah diujicobakan ditunjukkan pada lampiran B.2. Berikut penjabaran dari analis uji coba instrumen. 1. Analisis Validitas Butir Soal

Analisis validitas butir soal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesahihan dari setiap butir soal yang akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Validitas butir soal ini dapat ditentukan berdasarkan koefisien produk momen. Analisis validitas butir soal terhadap hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Berdasarkan Tabel 3.5, maka diperoleh bahwa terdapat 4 soal (10%) memiliki validitas yang tidak valid, 3 soal (7,5 %) memiliki validitas yang negatif, 5 soal (12,5%) memiliki validitas yang sangat rendah, 6 soal (15%) memiliki validitas yang rendah, 3 soal (7,5 %) memiliki validitas yang cukup, 9 soal (22,5 %) memiliki validitas yang tinggi dan 10 soal (25%) memiliki validitas yang sangat tinggi. Hasil analisis validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2.

2. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Analisis tingkat kesukaran butir soal pada hasil uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui sukar atau tidaknya suatu butir soal yang


(25)

digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Analisis validitas butir soal terhadap hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Berdasarkan Tabel 3.5, diperoleh informasi bahwa tingkat kesukaran butir soal dari instrumen tes yang diujicobakan ternyata cukup beragam. Analisis kesukaran butir soal menunjukkan bahwa 14 soal (35 %) termasuk kategori mudah, 12 soal (30 %) termasuk kategori sedang, 14 soal (35%) termasuk kategori sukar. Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2.

3. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Analisis daya pembeda butir soal pada hasil uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan setiap butir soal dalam membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Analisis daya pembeda butir soal terhadap hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Dari Tabel 3.7, diperoleh informasi bahwa 3 soal (7,5%) harus dibuang, 13 soal (32,5 %) memiliki daya pembeda yang jelek, 12 soal (30 %) memiliki daya pembeda yang cukup, 7 soal (17,5 %) memiliki daya pembeda yang baik dan 5 soal (12,5 %) memiliki daya pembeda yang baik sekali. Hasil analisis daya pembeda butir soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2. 4. Analisis Reliabilitas Perangkat Tes

Analisis reliabilitas perangkat tes terhadap hasil uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat keajegan (konsistensi) perangkat tes yang telah disusun, yakni sejauh mana perangkat tes ini dapat dipercaya untuk


(26)

36

menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah. Untuk menganalisis reliabilitas tes digunakan metoda belah dua (split half). Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode belah dua (Split-half method) ganjil-genap pada data hasil uji coba instrumen, diperoleh nilai reliabilitas instrumen tes yang termasuk kategori cukup yaitu dengan indeks reliabilitas sebesar 0,65. Perhitungan analisis reliabilitas instrumen tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.3.

Selanjutnya, rekapitulasi hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

No

soal

Validitas Tingkat kesukaran Daya pembeda

Keterangan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori

1 0,22 rendah 0,8 mudah 0.30 cukup dibuang

2 - invalid 1,0 mudah 0,00 jelek dibuang

3 0,76 tinggi 0,4 sedang 0,40 baik dipakai

4 0,77 tinggi 0,4 sedang 0,40 baik dipakai

5 0,46 cukup 1,0 mudah 0,20 cukup dibuang

6 0,36 rendah 0,1 sukar 0,20 cukup dibuang

7 0,14 s.rendah 0,1 sukar 0,10 jelek dibuang

8 0,93 s.tinggi 0,7 mudah 0,60 baik dipakai

9 1,32 s.tinggi 0,1 sukar 0,60 baik dipakai


(27)

No

soal

Validitas Tingkat kesukaran Daya pembeda

Keterangan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori

11 0,07 s.rendah 0,6 sedang 0,00 jelek dibuang

12 -0,22 negatif 0,9 mudah -0,1 negatif dibuang

13 1,08 s.tinggi 0,6 sedang 0,80 baik sekali dipakai 14 1,16 s.tinggi 0,6 sedang 0,90 baik sekali dipakai

15 0,81 tinggi 0,3 sedang 0,60 baik dipakai

16 0,07 s.rendah 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang

17 0 s.rendah 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang

18 1,12 s.tinggi 0,2 sedang 0,70 baik sekali dipakai 19 0,89 s.tinggi 0,5 sedang 0,70 baik sekali dipakai

20 0,8 tinggi 0,1 sukar 0,30 cukup dipakai

21 -0,22 negatif 0,2 sukar -0,30 negatif dibuang

22 0,21 rendah 1,0 mudah 0,10 jelek dibuang

23 0,22 rendah 0,3 sedang 0,10 jelek dibuang

24 0,68 tinggi 0,6 sedang 0,60 baik dipakai

25 1,18 s.tinggi 0,6 sedang 0,90 baik sekali dipakai

26 - invalid 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang

27 0,63 cukup 0,3 sedang 0,30 cukup dipakai

28 1,05 s.tinggi 0,0 sukar 0,00 jelek dipakai

29 0,58 cukup 0,7 mudah 0,20 cukup dipakai

30 0,77 tinggi 1,0 mudah 0,20 cukup dipakai


(28)

38

No

soal

Validitas Tingkat kesukaran Daya pembeda

Keterangan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori

32 0,32 rendah 0,8 mudah 0,20 cukup dibuang

33 0,8 tinggi 0,1 sukar 0,30 cukup dipakai

34 -0,12 negatif 0,9 mudah -0,10 negatif dibuang

35 0 s.rendah 1,0 mudah 0,00 jelek dibuang

36 - invalid 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang

37 1,09 s.tinggi 0,1 sukar 0,30 cukup dibuang

38 - invalid 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang

39 0,77 tinggi 1,0 mudah 0,20 cukup dipakai

40 0,70 tinggi 0,9 mudah 0,20 cukup dipakai

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, diperoleh bahwa dari 40 soal yang diujicobakan, terdapat 20 soal yang layak sebagai instrumen dalam penelitian ini.

H. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah skor tes prestasi siswa. Skor tes terdiri dari skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).


(29)

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran konseptual interaktif. Data ini diperoleh melalui observasi dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi keterlaksaan pembelajaran.

I. Teknik Pengolahan Data

Alur pengolahan data pada penelitian kali ini dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2 Diagram Alur Pengolahan Data

GAIN TERNORMALISASI

UJI NORMALITAS

UJI HOMOGENITAS

PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI -t

KESIMPULAN

Tidak Normal Normal

DATA TES

SKOR DATA

PENGUJIAN HIPOTESIS


(30)

40

1. Data Skor Tes

Dalam penelitian ini, data skor tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Skor tes ini berasal dari nilai tes awal dan tes akhir. Pengolahan data yang dilakukan untuk nilai tes dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemberian Skor

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar.

Pemberian skor dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

S = ΣR………(3.4)

Keterangan:

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar

b. Perhitungan Skor Gain yang Dinormalisasi

Klasifikasi peningkatan prestasi belajar yang diraih pada kelompok eksperimen maupun kontrol akan ditinjau dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (normalized gain). Untuk perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan sebagai berikut :


(31)

(1) Gain yang dinormalisasi setiap siswa (g) didefinisikan sebagai:

%

% %20 %% … … … . 3.5

(Hake, 1997) Keterangan :

g = gain yang dinormalisasi G = gain aktual

Gmaks = gain maksimum yang mungkin terjadi

Sf = skor tes awal

Si = skor tes akhir

(2) Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :

%

% %20 %% … … … . . 3.6

(Hake, 1997) Keterangan :

〈g〉 = rata-rata gain yang dinormalisasi 〈G〉 = rata-rata gain aktual

〈G〉maks= gain maksimum yang mungkin terjadi

〈Sf 〉 = rata-rata skor tes awal

〈Si〉 = rata-rata skor tes akhir

Nilai 〈g〉 yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel 3.6


(32)

42

Tabel 3.6

Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai 〈〈〈〈g〉〉〉〉 Klasifikasi

〈g〉≥ 0,7 Tinggi

0,7 > 〈g〉≥ 0,3 Sedang

〈g〉 < 0,3 Rendah

c. Uji Normalitas Distribusi Gain Dinormalisasi

Selain menggunakan statistik parametris, uji normalitas suatu data juga dapat dilakukan menggunakan statistik nonparametris. Statistik tersebut dinamakan uji Lilliefors.

Dalam penelitian kali ini data yang dijuji kenormalannya adalah data gain ternormalisasi untuk masing-masing kelompok. Hipotesis statistik (H0) untuk uji normalitas kali ini adalah bahwa data gain terdistribusi normal. Langkah-langkah untuk membuktikan H0 tersebut adalah sebagai berikut :

1) Menentukan nilai baku dari sampel (z) dengan menggunakan persamaan :

"

# … … … . . 3.7

Keterangan :

" %&'& %&'& #&()*+ # #,()&- &- .&/0 #&()*+

2) Menghitung peluang 1 2 3 dengan menggunakan daftar distribusi normal baku.


(33)

3) Menghitung proporsi z1, z2,…,zn yang lebih kecil atau sama dengan zi yang dinyatakan oleh :

.&-4&/-4& 5, 7, … , 8 4&- 3

- … . 3.8

4) Menghitung harga mutlak dari selisih 1

5) Mengambil nilai terbesar dari harga mutlak pada poin 4). Nilai terbesar tersebut dinamakan L0.

6) Menentukan nilai kritis L menggunakan daftar uji Lilliefors, lalu membandingkannya dengan nilai L0. Jika nilai L0 < L maka H0 diterima, atau dalam kata lain data sampel terdistribusi normal, hal ini berlaku untuk kebalikannya.

Uji normalitas data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran D.2.

d. Uji Homogenitas Variansi Gain Dinormalisasi Kedua Kelompok

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak. Langkah – langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut :

1) Mencari nilai F

Untuk menentukan nilai F dapat digunakan persamaan 3.9 berikut ini :

1

:;

:<

(3.9) dengan = >#7 … (3. 10)

Keterangan :


(34)

44

= =&%,&-#, /*@,+

2) Menentukan derajat kebebasan

Setelah diperoleh nilai F,tahapan selajutnya adalah menentukan derajat kebebasan menggunakan persamaaan 3.11 dan 3.12 berikut ini :

>.5 -5 1 … (3.11)

>.7 -7 1 … (3.12) Keterangan :

>.5 >*%&B&' /*.*.&#&-

)*(.,+&->.7 >*%&B&' /*.*.&#&- )*-4*.0'

-5 0/0%&- #&()*+ 4&- =&%,&-#,-4& .*#&%

-7 0/0%&- #&()*+ 4&- =&%,&-#,-4& /*@,+ 3) Menentukan nilai F dari daftar

Menggunakan tabel distribusi nilai F ataupun menggunakan persamaan dalam software Microsoft Excel. Pembacaan nilai F pada daftar tabel melibatkan nilai derajat kebebasan yang diperoleh, yaitu dibaca sebagai berikut : 1 C 8D C EFEGH I 8 J?K

J?L

. Nilai pecahan derajat kebebasan ditulis apa adanya tanpa harus disederhanakan terlebih dahulu.

4) Menentukan homogenitas

Ketentuan untuk menentukan apakah kedua variansi yang dibandingkan homogen atau tidak adalah sebagai berikut :

a) Jika Fhitung < FTabel, maka kedua variansi homogen b) Jika Fhitung≥ FTabel, maka kedua variansi tidak homogen


(35)

e. Uji Hipotesis dengan Uji – t

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Jika asumsi atau dugaan itu dikhususkan mengenani populasi, umumnya mengenai parameter populasi, maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik. Dan hipotesis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja. Sedangkan pengujian hipotesis adalah langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis.

Secara umum pengujian hipotesis statistik bisa dilakukan dengan uji statistik parametrik dan uji statistik non-parametrik. Tetapi uji statistik parametrik merupakan suatu pengujian yang paling kuat, dan hanya boleh digunakan bila asumsi-asumsi statistiknya telah dipenuhi. Asumsi ini didasarkan pada populasi yang terdistribusi normal . Pada sub bahasan kali ini adalah pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Langkah-langkah dalam uji-t dapat diuraikan sebagai berikut :

1)Mencari deviasi standar gabungan dengan menggunakan persamaan 3.13 berikut ini :

># M -5 1 =- 5N -7 1 =7

5N -7 2 … 3.13

2)Mencari nilai t dengan menggunakan persamaan 3.14 berikut ini :

' OOO 5 OOO7 ># PQ 1

-5N 1-7R


(36)

46

Nilai dari OOO 5 OOO7 dapat diubah menjadi OOO 7 OOO5

3)Menentukan derajat kebebasan dengan menggunakan persamaan 3.15 berikut ini :

>. -5N -7 2 … … … . 3.15 4)Menentukan nilai t dari daftar

Membaca daftar t untuk menentukan nilai t yang sesuai dengan derajat kebebasan pada poin 3) untuk taraf siginfikansi 1 %.

5)Membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan ketentuan :

a) Jika nilai thitung berada di dalam interval ± ttabel maka kedua perlakuan yang diberikan dikatakan sama (tidak ada yang lebih baik)

b) Jika nilai thitung berada di luar atau sama dengan batas interval ± ttabel, tetapi masih di dalam interval ± ttabel maka kedua perlakuan dikatakan berbeda signifikan

c) Jika nilai thitung berada di luar atau sama dengan batas interval ± ttabel maka kedua perlakuan dikatakan berbeda sangat signifikan

f. Uji Hipotesis dengan Uji Wilcoxon

Statistik nonparametik yang digunakan jika data tidak terdistribusi normal adalah uji Wilcoxon (Wilcoxon Match Pairs Test). Dalam uji Wilcoxon memerlukan ukuran pasangan yang sama banyak sehingga apabila pada kedua kelas jumlah sampel yang digunakan tidak sama, maka anggota dari salah satu sampel harus dibuang. Agar tidak ada pembuangan


(37)

data, dalam mengambil sampel lebih baik diusahakan kedua sampel tersebut berukuran sama (Nurgana, 1985 : 27).

Langkah-langkah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Wilcoxon (Nurgana, 1985 : 27) adalah sebagai berikut :

1)Membuat daftar rank

Data kedua kelas masing-masing diurutkan dari yang terkecil samapi yang terbesar sehingga diperoleh pasangan yang setaraf dari yang terendah hingga yang tertinggi (pasangan yang setaraf merupakan syarat dari uji Wilcoxon). Setelah mengurutkan data kemudian data kedua kelas diselisihkan. Nilai selisih kemudian diberi rank mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.

2)Menentukan nilai W (Wilcoxon)

Nilai W (Wilcoxon) ialah bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan jumlah rank negatif. Jika ternyata jumlah rank positif sama dengan jumlah rank negatif, nilai W diambil salah satunya. 3)Menghitung nilai W dari daftar

Pada daftar W, harga n (sampel) yang paling besar adalah 25. Untuk n > 25, harga W dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

T - - 14 M- - 1 2- N 124 … … … 3.16

Keterangan : W = nilai Wilcoxon n = jumlah sampel


(38)

48

x = 2, 5758 untuk taraf signifikansi 1 % x = 1,96 untuk taraf signifikansi 5 % (Nurgana, 1985 : 29)

4) Pengujian hipotesis

a) Jika TU CV8D > TW 8, maka H0 diterima, artinya kedua perlakuan berbeda signikan

b) Jika TU CV8D < TW 8, maka H0 ditolak, maka kedua perlakuan tidak berbeda

Jika kedua perlakuan tidak berbeda dengan taraf signifikansi 1 %, selanjutnya coba dengan taraf signifikansi 5 %.

2. Data hasil Observasi

Data hasil observasi diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Observasi aktivitas guru dan siswa ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Dalam lembar observasi aktivitas guru disediakan kolom komentar yang dapat diisi dengan kritik maupun saran. Hal ini dilakukan agar kekurangan/kelemahan yang terjadi selama pembelajaran bisa diketahui sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya bisa lebih baik.

Pengolahan data observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan pembelajaran konseptual interaktif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut :


(39)

1) Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” pada kolom yang telah diisi oleh observer pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran

2) Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut:

)%*#*-'&#* X YG Z [ \? EG:YG CYC [ ] 100%...(3.17)

3) Selanjutnya data yang diperoleh dijabarkan secara kualitatif untuk menggambarkan terlaksana atau tidaknya tahapan-tahapan yang ada pada pembelajaran konseptual interaktif maupun pembelajaran konvensional. 4) Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru, dapat diinterpretasikan pada tabel 3.7 berikut: Tabel 3.7

Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Persentase (%) Kategori

0,00 - 24,90 Sangat Kurang 25,00 - 37,50 Kurang 37,60 - 62,50 Sedang 62,60 - 87,50 Baik 87,60 - 100,00 Sangat Baik


(40)

64 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan pembahasan data maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Dengan menggunakan taraf signifikansi 1%, pembelajaran konseptual interaktif teruji berlaku efektif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa 2. Dengan menggunakan taraf signifikansi 1%, pembelajaran konvensional teruji

berlaku tidak efektif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

3. Penerapan pembelajaran konseptual interaktif lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dibanding dengan penerapan pembelajaran konvensional.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat di ajukan beberapa rekomendasi, antara lain:

1. Faktor interaktif dalam suatu pembelajaran sangat membutuhkan kemampuan membagi waktu yang tersedia dengan baik, alangkah baiknya jika setiap fase dalam pembelajaran dibatasi tanpa mengurangi esensi dari fase tersebut


(41)

2. Pembelajaran konseptual interaktif yang menekankan pada aktivitas eksperimen virtual didalamnya membutuhkan sarana dan prasarana yang benar-benar memadai seperti laptop dan infokus, alangkah baiknya jika diterapkan pada sekolah yang telah disurvey terlebih dahulu.

3. Pembelajaran menggunakan media simulasi virtual membutuhkan software-software pendukung agar simulasi dapat berjalan, maka dari itu diperlukan pengecekan terlebih dahulu sebelum hari penelitian untuk memastikan simulasi telah terinstall dan bisa dijalankan dengan benar.

4. Agar kualitas keterlakasanaan pembelajaran yang direncanakan bisa maksimal, kuantitas materi yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kondisi siswa, dalam hal ini tidak melampaui kemampuan siswa


(42)

66

DAFTAR PUSTAKA

Adi. (2009). Multimedia Sebagai Media Pembelajaran Interaktif .[Online]. Tersedia:http://ginigitu.wordpress.com/2009/04/21/multimedia-sebagai-media pembelajaran-interaktif/. [20 Februari 2010]

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta:Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (2007). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar (edisi II). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Djudin, T. (2010). Pembelajaran Sains di Sekolah.Tersedia :

http://cobaberbagi.wordpress.com/2010/01/11/pembelajaran-sains-di-sekolah. [26 Oktober 2010]

Escalda, L.T&Zollman, D.A. (1997). ”An Investigation on The Effects of Using Interactive Digital Video in a Physics Classroom on Student Learning and Attitudes”. Journal of Research in Science Teaching.34,(5),467-489.

Finkelstein, N., et al. (2006). High-Tech Tools for Teaching Physics: the Physics Education Technology Project. Dalam Journal of Online Teaching and Learning[Online],29halaman.Tersedia:http://www.colorado.edu/physics/Edu cationIssues/papers/PhET_JOLT.pdf. [22 April 2010]

Gumilar, I. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pembelajaran Konseptual Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Meminimalkan Kuantitas Miskonsepsi Siswa Kelas X. Skripsi pada FPMIPA UPI : tidak diterbitkan


(43)

Irpha. (2009). Mind Map (Peta Konsep). [Online]. Tersedia : http://hereourblog.wordpress.com/2009/12/29/mind-map-peta-konsep/. [6 Juli 2010]

McCullough, L.E. (2000). The Effect of Introducing Computers Into an Introductory Physics Problem-Solving Laboratory. [Online]. Tersedia:http://physics.uwstout.edu/Staff/mccullough/Dissertation/Intro%20 pages.pdf. [8 April 2010]

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Muhaimin, Yahya, A. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Nuh, Usep. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Nurgana,E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Permadi

Rianse, U. (2009). Materi Kuliah Metode Penelitian Sosek, Bab Dua, Berbagai Metode dan Macam Penelitian. [Online]. Tersedia : www.google.com/macam-macampenelitian. [20 Maret 2010]

Rochman,H.S.(2007).Pengaruh Pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar Fisika. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Rohendi, D. (2008). Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Konsep Suhu dan Kalor. Skripsi pada FPMIPA UPI : tidak diterbitkan

Savinainen,A. & Scott,P. (2002). Using the Force Concept Inventory to monitor student learning and to plan teaching. Dalam Journal Physics Education [Online],Vol37(1),6halaman.Tersedia:http://kotisivu.dnainternet.net/savant/ FCI_monitoring.pdf. [5 April 2010]


(44)

68

Siahaan, P. & Suyana,I. (2010). Hakekat Sains dan Pembelajaran Sains. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.% 20FISIKA/195803011980021%20%20PARSAORAN%20SIAHAAN/Maka lah%20%20Modul/Pelatihan%20Guru%20MIPA%20Papua%20Barat-11 15%20Januari%202010/HAKIKAT%20SAINS%20DAN%20Pembelajaran %20IPAx.pdf. [26 Oktober 2010]

Shofyan. (2010). Hyperphisics, Situs Konsep Fisika. [Online]. Tersedia : http://yan.komputasi.web.id/artikel/hyperphysics-situs-konsep-fisika. [6 Juli 2010]

Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Suhandi, A. et al.(2009). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi. Dalam Jurnal PengajaranMIPA[Online],Vol.13(1),12halaman.Tersedia:http://fpmipa.upi.e du/v3/www/jurnal/april2009/artikel%20jurnal%20pengajaran%20MIPA%20 _andi%20Fisika_%20revisi.pdf [5 April 2010]

Sutrisni, L. ( _____ ). Menyusuri Pembelajaran Sains 3 : Dari Fakata ke Konsep IPA. [Online]. Tersedia : www.scribd.com.

Tri. (2009). Uji Homogenitas. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/23234205/Uji-Homogenitas. [11 November 2010]

Yuliantini, W. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika di SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

__________ (2009). Pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction).[Online].Tersedia:http://nlearning.wordpress.com/2009/01/15/m odel-pembelajaran-konseptual-interaktif-interactive-conceptual-instruction/. [20 Februari 2010]


(1)

49

1) Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” pada kolom yang telah diisi oleh observer pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran

2) Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut:

)%*#*-'&#* X YG Z [ \? EG:YG CYC [ ] 100%...(3.17)

3) Selanjutnya data yang diperoleh dijabarkan secara kualitatif untuk menggambarkan terlaksana atau tidaknya tahapan-tahapan yang ada pada pembelajaran konseptual interaktif maupun pembelajaran konvensional. 4) Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru, dapat diinterpretasikan pada tabel 3.7 berikut: Tabel 3.7

Kriteria KeterlaksanaanModel Pembelajaran

Persentase (%) Kategori

0,00 - 24,90 Sangat Kurang

25,00 - 37,50 Kurang

37,60 - 62,50 Sedang

62,60 - 87,50 Baik


(2)

64 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan pembahasan data maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Dengan menggunakan taraf signifikansi 1%, pembelajaran konseptual interaktif teruji berlaku efektif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa 2. Dengan menggunakan taraf signifikansi 1%, pembelajaran konvensional teruji

berlaku tidak efektif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

3. Penerapan pembelajaran konseptual interaktif lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dibanding dengan penerapan pembelajaran konvensional.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat di ajukan beberapa rekomendasi, antara lain:

1. Faktor interaktif dalam suatu pembelajaran sangat membutuhkan kemampuan membagi waktu yang tersedia dengan baik, alangkah baiknya jika setiap fase dalam pembelajaran dibatasi tanpa mengurangi esensi dari fase tersebut


(3)

65

2. Pembelajaran konseptual interaktif yang menekankan pada aktivitas eksperimen virtual didalamnya membutuhkan sarana dan prasarana yang benar-benar memadai seperti laptop dan infokus, alangkah baiknya jika diterapkan pada sekolah yang telah disurvey terlebih dahulu.

3. Pembelajaran menggunakan media simulasi virtual membutuhkan software-software pendukung agar simulasi dapat berjalan, maka dari itu diperlukan pengecekan terlebih dahulu sebelum hari penelitian untuk memastikan simulasi telah terinstall dan bisa dijalankan dengan benar.

4. Agar kualitas keterlakasanaan pembelajaran yang direncanakan bisa maksimal, kuantitas materi yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kondisi siswa, dalam hal ini tidak melampaui kemampuan siswa


(4)

66

DAFTAR PUSTAKA

Adi. (2009). Multimedia Sebagai Media Pembelajaran Interaktif .[Online]. Tersedia:http://ginigitu.wordpress.com/2009/04/21/multimedia-sebagai-media pembelajaran-interaktif/. [20 Februari 2010]

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta:Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (2007). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar (edisi II). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Djudin, T. (2010). Pembelajaran Sains di Sekolah.Tersedia :

http://cobaberbagi.wordpress.com/2010/01/11/pembelajaran-sains-di-sekolah. [26 Oktober 2010]

Escalda, L.T&Zollman, D.A. (1997). ”An Investigation on The Effects of Using Interactive Digital Video in a Physics Classroom on Student Learning and Attitudes”. Journal of Research in Science Teaching.34,(5),467-489.

Finkelstein, N., et al. (2006). High-Tech Tools for Teaching Physics: the Physics Education Technology Project. Dalam Journal of Online Teaching and Learning[Online],29halaman.Tersedia:http://www.colorado.edu/physics/Edu cationIssues/papers/PhET_JOLT.pdf. [22 April 2010]

Gumilar, I. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pembelajaran Konseptual Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Meminimalkan Kuantitas Miskonsepsi Siswa Kelas X. Skripsi pada FPMIPA UPI : tidak diterbitkan


(5)

67

Irpha. (2009). Mind Map (Peta Konsep). [Online]. Tersedia : http://hereourblog.wordpress.com/2009/12/29/mind-map-peta-konsep/. [6 Juli 2010]

McCullough, L.E. (2000). The Effect of Introducing Computers Into an

Introductory Physics Problem-Solving Laboratory. [Online].

Tersedia:http://physics.uwstout.edu/Staff/mccullough/Dissertation/Intro%20 pages.pdf. [8 April 2010]

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Muhaimin, Yahya, A. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Nuh, Usep. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Nurgana,E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Permadi

Rianse, U. (2009). Materi Kuliah Metode Penelitian Sosek, Bab Dua, Berbagai

Metode dan Macam Penelitian. [Online]. Tersedia :

www.google.com/macam-macampenelitian. [20 Maret 2010]

Rochman,H.S.(2007).Pengaruh Pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar Fisika. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Rohendi, D. (2008). Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Konsep Suhu dan Kalor. Skripsi pada FPMIPA UPI : tidak diterbitkan

Savinainen,A. & Scott,P. (2002). Using the Force Concept Inventory to monitor student learning and to plan teaching. Dalam Journal Physics Education [Online],Vol37(1),6halaman.Tersedia:http://kotisivu.dnainternet.net/savant/ FCI_monitoring.pdf. [5 April 2010]


(6)

Siahaan, P. & Suyana,I. (2010). Hakekat Sains dan Pembelajaran Sains. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.% 20FISIKA/195803011980021%20%20PARSAORAN%20SIAHAAN/Maka lah%20%20Modul/Pelatihan%20Guru%20MIPA%20Papua%20Barat-11 15%20Januari%202010/HAKIKAT%20SAINS%20DAN%20Pembelajaran %20IPAx.pdf. [26 Oktober 2010]

Shofyan. (2010). Hyperphisics, Situs Konsep Fisika. [Online]. Tersedia : http://yan.komputasi.web.id/artikel/hyperphysics-situs-konsep-fisika. [6 Juli 2010]

Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Suhandi, A. et al.(2009). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi. Dalam Jurnal PengajaranMIPA[Online],Vol.13(1),12halaman.Tersedia:http://fpmipa.upi.e du/v3/www/jurnal/april2009/artikel%20jurnal%20pengajaran%20MIPA%20 _andi%20Fisika_%20revisi.pdf [5 April 2010]

Sutrisni, L. ( _____ ). Menyusuri Pembelajaran Sains 3 : Dari Fakata ke Konsep IPA. [Online]. Tersedia : www.scribd.com.

Tri. (2009). Uji Homogenitas. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/23234205/Uji-Homogenitas. [11 November 2010]

Yuliantini, W. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika di SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

__________ (2009). Pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction).[Online].Tersedia:http://nlearning.wordpress.com/2009/01/15/m odel-pembelajaran-konseptual-interaktif-interactive-conceptual-instruction/. [20 Februari 2010]