PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP ECOLITERACY SISWA KELAS IV: (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SDN Sindangkarya Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur).

(1)

SIKAP ECOLITERACY SISWA KELAS IV

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SDN Sindangkarya Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

Euis Karwati 1308113 Kerjasama P2TK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Ecoliteracy Siswa Kelas IV”, ini beserta seluruh isinya adalahg benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2015 Yang membuat pernyataan,

EUIS KARWATI


(3)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN

SIKAP ECOLITERACY SISWA KELAS IV

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SDN Sindangkarya Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur)

Oleh

Euis Karwati 1308113 Kerjasama P2TK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Dosen Pembimbing Tesis

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, MA., M.Pd. NIP. 19620702 198601 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi S-2 Pendidikan Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd. NIP. 19651001 199802 2 001


(4)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN

SIKAP ECOLITERACY SISWA KELAS IV (Penelitian tindakan kelas pada siswa SDN Sindangkarya

Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur) Euis Karwati

1308113 Dosen pembimbing

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, MA., M.Pd.

Abstrak

Terjadi kecenderungan kurangnya kesadaran generasi muda terhadap kelestarian lingkungan baik dari segi kebiasaan, gaya hidup maupun pengambilan keputusan. Untuk itu sangat penting membekali generasi muda khususnya siswa sekolah dasar dengan pemahaman dan kesadaran serta tanggung jawab terhadap kelestarian daan kelangsungan alam. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah model problem based learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain model dari Elliott. Penelitian dilaksanakan di SDN Sindangkarya kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak tiga puluh orang. Pengumpulan data dengan menggunakan sekala sikap dari Goleman. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy tiap siklusnya mengalami peningkatan. Rata-rata kelas yang diperoleh untuk pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa berada pada kategori “baik”. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa kelas IV di SDN Sindangkarya. Penelitian ini merekomendasikan agar para guru menggunakan model pembelajaran problem based learning agar menumbuhkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa khususnya dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.


(5)

IMPLEMENTING PROBLEM BASED LEARNING IN IMPROVING

FOURTH GRADE STUDENTS’ CONCEPT UNDERSTANDING AND

ECOLITERACY ATTITUDE

(Classroom Action Research toward the Fourth Grade Students of SDN1 SindangkaryaBojongpicung District, Cianjur Regency)

Euis Karwati 1308113 Supervised by

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.A.,M.Pd. Abstract

There has been a lack of awareness of environmental sustainability among the younger generations as observed both from their lifestyle and decision making. Therefore, it is very important to equip the younger generations, particularly primary school students, with understanding and awareness of as well as responsibility for environmental preservation and sustainability. The problem under research is whether problem based learning (PBL) model can improve

students’ concept understanding and ecoliteracy attitude. The research was classroom action research drawn upon Elliott’s design and model. It was

conducted in the fourth-grade class of SDN (State Primary School) of Sindangkarya, consisting of thirty students. Data were collected using Goleman’s attitude scale. Research results show that in each of the research cycles, concept understanding and ecoliteracy attitude underwent improvement. The mean gained

for the class’ concept understanding and ecoliteracy attitude was in the “good”

category. Hence, it can be concluded that the teaching and learning of social

studies using problem based learning could improve the fourth grade students’

concept understanding and ecoliteracy attitude in SDN Sindangkarya. Finally, the research recommends that teachers adopt problem based learning models in order

to cultivate students’ concept understanding and ecoliteracy attitude in social

studies teaching and learning in primary schools.

Keywords: Social studies teaching and learning, problem based learning model, and ecoliteracy


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Tesis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 10

B.Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 11

1. Pengertian Model Problem Based Learning ... 12

2. Ciri-ciri Model Problem Based Learning ... 12

3. Tujuan Model Problem Based Learning ... 12

4. Tahapan Model Problem Based Learning ... 13

5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning ... 14

C.Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 15

1. Pemakhaman Konsep ... 15

2. Ecoliteracy ... 18

D.Sikap Ecoliteracy ... 20

E. Penelitian Terdahuluan yang Relevan ... 24

F. Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 25

1. Lokasi Penelitian ... 25

2. Subjek Penelitian ... 25

B.Model dan Desain Penelitian ... 26


(7)

2. Desain Penelitian ... 26

C.Penjelasan Istilah ... 31

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 31

2. Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 32

3. Sikap Ecoliteracy ... 32

D.Instrumen Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A.Temuan Penelitian ... 42

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

a. Deskripsi Hasil Siklus 1 ... 43

b. Deskripsi Hasil Siklus 2 ... 63

c. Deskripsi Hasil Siklus 3 ... 80

2. Analisis Hasil Keseluruhan Siklus ... 98

a. Analisis Hasil Perencanaan Model PBL untuk Meningkatkan Ecoliteracy ... 99

b. Analisis Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 102

c. Analis Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 103

d. Analis Hasil Pengamatan Sikap Ecoliteracy ... 104

B.Pembahasan Penelitian ... 106

1. Perencanaan Pembelajaran Model Problem Based Learning untuk pengembangan Ecoliteracy ... 107

2. Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Pengembangan Ecoliteracy ... 108

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siswa ... 110

4. Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Sikap Ecoliteracy Siswa ... 111

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 115

A.Simpulan ... 115

B.Rekomendasi ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 121


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Tahapan Pembelajaran Model Problem Based Learning ... 13

3.1. Pedoman Observasi Kegiatan Guru ... 33

3.2. Pedoman Observasi Kegiatan Siswa ... 35

3.3. Lembar Wawancara Siswa ... 35

3.4. Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 1 ... 38

3.5. Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 2 ... 39

3.6. Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 3 ... 40

4.1. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 1 Siklus 1 ... 47

4.2. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 1 Siklus 1 ... 50

4.3. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 2 Siklus 1 ... 54

4.4. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 2 Siklus 1 ... 58

4.5. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 1 ... 59

4.6. Rekapitulasi Nilai Sikap Ecoliteracy Siklus 1 ... 60

4.7. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 1 Siklus 2 ... 66

4.8. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 1 Siklus 2 ... 69

4.9. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 2 Siklus 2 ... 73

4.10. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 2 Siklus 2 ... 76

4.11. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 2 ... 77

4.12. Rekapitulasi Nilai Sikap Ecoliteracy Siklus 2 ... 78

4.13. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 1 Siklus 3 ... 84

4.14. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 1 Siklus 3 ... 87

4.15. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 2 Siklus 3 ... 91

4.16. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 2 Siklus 3 ... 93

4.17. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 3 ... 94

4.18. Rekapitlasi Nilai pengamatan sikap Ecoliteracy siklus 3 ... 96

4.19. Hasil Perencanaan Pembelajaran ... 99

4.20. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Guru ... 100

4.21. Hasil pelaksanaan Kegiatan Siswa ... 102

4.22. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 103


(9)

DAFTAR GRAFIK

4.1. Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 1 ... 60

4.2. Hasil Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 1 ... 62

4.3. Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 2 ... 78

4.4. Hasil Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 2 ... 79

4.5. Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 3 ... 95

4.6. Hasil Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 3 ... 97

4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 104


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia selain sebagai makhluk yang harus mengenal dirinya, juga sebagai makhluk sosial, yang harus mampu hidup berinteraksi dengan lingkungan tempat mereka tinggal yakni dalam kehidupan masyarakat.

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Kita semua hidup dalam sebuah lingkungan, termasuk segala permasalahan yang ada di

dalamnya. Akhadi (2009, hlm. 59) menyebutkan bahwa “lingkungan tempat hidup

manusia sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Komponen lingkungan yang sangat erat dengan kehidupan adalah udara yang dihirup melalui pernapasan setiap detik, air yang diminum setiap hari, serta tanah yang menyediakan berbagai

kebutuhan bahan makanan setiap saat.” Segala kebutuhan makhluk hidup disediakan oleh alam. Mengingat vitalnya peran dan pengaruh lingkungan terhadap keberadaan dan keberlangsungan mahluk hidup maka masyarakat berkewajiban menjaga kelestrarian lingkungan, karena lingkungan merupakan warisan yang akan dan harus dapat dinikmati bukan hanya oleh kita namun juga oleh generasi-generasi mendatang. Apabila lingkungan kita tidak terjaga, terjadi kerusakan maka dampaknya selain akan dirasakan oleh kita juga diwariskan kepada mereka.

Realita di lapangan menunjukan semakin rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan, sehingga tidak sedikit akhirnya dampak dari ketidakpedulian itu berbuah musibah dan bencana. Kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini yang sering kita lihat melalui berita, baik di televisi, radio, koran, sosial media dan lain sebagainya banyak diakibatkan oleh kegiatan manusia sendiri sebagai pengguna lingkungan. Pembakaran hutan yang sekarang terjadi di pulau Sumatera dan Kalimantan sangat menganggu kehidupan, baik bagi penduduk sekitar maupun untuk penduduk di negara tetangga yang berbatasan. Polusi udara yang disebabkan oleh asap pembakaran hutan tersebut sangat menganggu pernafasan karena udaranya sudah tidak layak untuk dihirup, sehingga berdampak pada kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang.


(11)

Pengelolaan lingkungan yang baik sangat dibutuhkan agar kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup dapat terjaga. Menurut Soemarwoto pengelolaan lingkungan dapat kita artikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau dan memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya (1988, hlm. 73).

Siswa di sekolah sebagai generasi penerus harus memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan. Kenyataannya masih banyak siswa yang masih belum memiliki kesadaran dan pengetahuan apalagi keterampilan dalam berinteraksi dengan lingkungan sebagai tempat atau ruang berlangsungnya kehidupan. Siswa masih perlu dipupuk dalam membangun kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dalam hal ini lingkungan sekolah dan lingkungan rumah sebagai tempat terdekat mereka berinteraksi dengan sesamanya. Misalnya membiasakan diri untuk berdisiplin membuang sampah pada tempat sampah, menyayangi dan merawat tumbuhan dengan memandang bahwa tumbuhan merupakan bagian dari makhluk hidup yang perlu dirawat dan di sayangi karena kita sebagai makhluk hidup saling memiliki ketergantungan satu sama lain di dalam kehidupan.

Semua masalah diatas perlu ditanamkan melalui pendidikan lingkungan yang berkelanjutan (sustainable environment) dengan tujuan agar mempunyai pemahaman dan sikap untuk menjaga, mencintai dan melestarikan lingkungan. Memperkenalkan, mengajarkan dan menanamkan pemahaman dan sikap berkelanjutan kepada siswa dalam menjaga lingkungan sekitar di bumi ini bisa di mulai di sekolah dan menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga dunia. Dengan ditanamkan pendidikan lingkungan, siswa diharapkan mempunyai pemahaman tentang melek ekologi atau ecoliteracy.

Ecoliteracy, sebuah paradigma baru yang dipopulerkan oleh Fritjof Capra,

bertujuan meningkatkan kesadaran ekologis masyarakat. Ecoliteracy berupaya memperkenalkan dan memperbaharui pemahaman masyarakat akan pentingnya kesadaran ekologis global, guna menciptakan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kesanggupan bumi untuk menopangnya. Pada awalnya


(12)

Dengan penggunaan kata ecoliteracy, berarti kita bukan sekedar membangkitkan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan, tapi juga memahami bekerjanya prinsip-psinsip ekologi dalam kehidupan bersama yang berkelanjutan di planet bumi ini. Kita memercayai bahwa prinsip-prinsip ekologi sejatinya menjadi penunjuk arah bagi penciptaan komunitas belajar berbasis pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, “melek ekologi” merupakan tahap pertama dari pembangunan komunitas-komunitas yang berkelanjutan. Tahap kedua adalah apa yang disebut dengan ecodesign, atau rancangan bercorak ekologi. Ecodesign dapat diterapkan di hampir segala bidang. Tahap ketiga dari proses ini adalah terbentuknya komunitas-komunitas berkelanjutan yang menyadarkan dirinya pada prinsip ekologi.

Untuk menumbuhkan ecoliteracy siswa maka perlu ada penelitian yang bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan ecoliteracy siswa sekolah dasar agar bisa berkembang menjadi sebuah kesadaran sehingga membentuk individu-individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungannya. Guru dapat membimbing dan mengajarkan serta menumbuhkan pemahaman akan lingkungan melalui pembelajaran. Fritjof Capra sebagai pengagas ecoliteracy juga

mengungkapkan pentingnya integrasi paradigma ecoliteracy dalam kurikulum di sekolah. Pendidikan perlu memastikan pemahaman peserta didik yang lebih baik akan sistem kehidupan, siklus dan jaring kehidupan, ataupun daya dukung bumi di masa depan.

Pemahaman dan sikap melek ekologi atau bersikap ecoliteracy perlu diperkenalkan dan ditanamkan sejak usia dini mulai dari bangku sekolah dasar. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bisa berperan untuk mendidik dan memberikan pemahaman tentang pentingnya memahami dan menjaga lingkungan dengan pemahaman ecoliteracy. Siswa harus terbiasa hidup bersih dan bertanggungjawab baik pada dirinya maupun lingkungan. Hal ini akan tercermin dalam aktivitas keseharian siswa baik di rumah maupun di sekolah, misalnya dalam kebersihan merawat tubuh dan menjaga penampilan, kebiasaan buang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah. Hanya dalam lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat berkembang dengan


(13)

baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan berkembang kearah yang optimal (Soemarwoto, 1988, hlm. ix).

Pendidikan diharapkan dapat membangun pemahaman tentang kecerdasan ekologi dan ikatan emosional dengan alam. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Capra (Stone dan Barlow, 2005, hal xv) yang mengungkapkan bahwa

education for sustainable living fosters both an intellectual understanding of ecology and emotional bonds with nature that make it more likely that our children will grow into responsible citizens who truly care about sustaining life, and develop a passion for applying their ecological understanding to the fundamental redesign of our technologies and social institutions, so as to bridge the current gap between human design and the ecologically sustainable systems of nature.

Proses pembelajaran untuk meningkatkan ecoliteracy membutuhkan pendekatan pembelajaran yang memancing siswa untuk aktif terlibat langsung. Untuk itu peneliti memilih model problem based learning, yang digunakan dalam pembelajarn IPS untuk bisa menumbuhkan pemahaman konsep dan sikap

ecoliteracy siswa sehingga proses pembelajaran memberikan kesempatan kepada

seluruh siswa agar siswa dapat mengembangkan potensi sehingga proses pembelajaran akan mengarahkan siswa menjadi aktif dengan melibatkan pengalaman siswa itu sendiri, sehingga siswa menjadi kreatif dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini memerlukan kreatifitas guru dalam meramu pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru dituntut untuk satu langkah lebih menguasai materi pembelajaran atau bahkan lebih paham dari siswa.

Pembelajaran untuk menanamkan sikap dan pemahaman ecoliteracy di sekolah dapat ditumbuhkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), karena melalui IPS siswa biasa mempelajari interaksi baik interaksi dengan manusia lain maupun dengan lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang ecoliteracy, diataranya Santa pada tahun 2013 dengan penelitiannya mengenai “Penerapan Pendekatan SAVI (Somatik, Audio, Visual, dan Intelegensi) dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan ecoliteracy siswa kelas IV”. Kemudian penelitian Fajar Kusuma Solihin (2013) tentang “Peningkatan Ecoliteracy melalui Kegiatan


(14)

Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV”, dan penelitian Dadan Hermawan (2014) “Pengaruh Metode Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Siswa Pada Lingkungan”

Guru harus bisa menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan dengan menjaga kelestarian lingkungan. Lingkungan terdekat dengan siswa adalah rumah dan sekolah. Kegiatan yang bisa dilakukan guru di sekolah misalnya dengan cara mengadakan lomba kebersihan antar kelas, mengajak dan membimbing berkebun di halaman sekolah, dan menanam pohon agar sekolah teduh dan rindang.

Dalam pembelajaran IPS guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam melaksanakan pembelajaran IPS. Guru juga harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di sekitarnya. Guru sebagai pemberi bekal pengetahuan tentang manusia dan seluk beluk kehidupannya hendaknya mengarahkan siswa untuk tampil memecahkan masalah sosial di sekitarnya. Guru jangan hanya menekankan pada aspek pengetahuan atau hapalan saja tetapi harus diimbangi dengan penanaman sikap dan keterampilan dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar tempat siswa berinteraksi.

Lickona (2012, hlm 438) dalam “Educating for Character” menyatakan

bahwa untuk mengembangkan tanggung jawab maka anak muda perlu diberi tanggung jawab untuk belajar peduli, mereka perlu untuk menunjukan tindakan kepedulian mereka. Dalam konteks peduli terhadap lingkungan dapat dimaknai bahwa seseorang berperilaku baik terhadap lingkungan, seperti cepat tanggap dan beretika terhadap lingkungan. Untuk menanamkan sikap peduli terhadap lingkungannya, guru dapat menerapkan strategi yang bisa membangkitkan motivasi siswa bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya. Hal ini bisa dilakukan melalui latihan oleh guru dengan menggunakan model problem based

learning (Hermawan, 2013, hlm. 4 ).

Dalam pembelajaran melalui model PBL siswa diarahkan untuk menyajikan atau mencari masalah yang biasa mereka temui dan lihat dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di lingkungan mereka atau yang mereka lihat dari media massa. Setelah ditentukan masalah yang akan dibahas, kemudian siswa dibimbing untuk merumuskan masalah, kemudian mengidentifikasi masalah


(15)

tersebut, mencari penyebab terjadinya, dan kemungkinan solusi penanganan yang bisa dilakukan.

Melalui model problem based learning (PBL) penanaman sikap dan pemahaman melek ekologi atau bersikap ecoliteracy bisa membiasakan siswa menjawab permasalahan yang terjadi di lingkungan berdasarkan permasalahan yang sering mereka lihat dan hadapi. Siswa dilatih memberikan solusi atau mencari solisi berdasarkan permasalahan yang terjadi di lingkungan sehingga dapat diselesaikan atau ditemukan solusi pemecahannya.

Pembelajaran memerlukan keseimbangan antara peran guru dan siswa. Jika guru terlalu banyak mendominasi maka pembelajaran akan menjadi pasif. Agar siswa menjadi aktif maka pembelajaran dapat menggunakan model problem

based learning yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan mendapat bimbingan dan pengarahan dari guru. Hamalik (2003, hlm. 171) mengungkapkan bahwa:

Potensi yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang, tanpa pengarahan dikhawatirkan terjadi penyimpangan perkembangan dari tujuan yang telah ditentukan. Selain itu seorang guru dalam mengajar harus dapat memantu dan mengatasi kesulitan belajar agar siswa belajar dengan baik.

Pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang dapat menumbuhkan sikap positif terhadap lingkungan dengan melatih keberlangsungan hidup yang berkelanjutan. Output yang diharapkan adalah siswa memiliki pemahaman dan sikap yang bijak dan kritis untuk mampu menyelesaikan permasalahan terutama tentang permasalahan sosial. Pada abad ini sebagaimana dapat kita saksikan bersama, bahwa kerusakan lingkungan sudah merajalela, baik itu udara, air, tanah dan kerusakan sumber daya lainnya di lingkungan sekitar kita.

Inti dari pembelajaran IPS adalah bagaimana membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif, berwatak dan berkepribadian luhur, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisa serta menelaah kehidupan nyata yang dihadapinya. Dengan memperhatikan asumsi

tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan


(16)

Sikap Ecoliteracy Siswa Kelas IV”, melalui pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang terjadi di lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Siswa belum memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ecoliteracy demi kelangsungaan kehidupan lingkungan alam.

2. Siswa masih banyak yang membuang sampah sembarangan, belum membuang pada tempatnya.

3. Siswa belum menunjukan kecintaan terhadap lingkungan seperti menanam dan merawat tumbuh-tumbuhan.

4. Pembelajaran IPS lebih cenderung menekankan aspek hapalan dan ingatan belum mencerminkan pada pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang terjadi di lingkungan.

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka masalah yang perlu

dijawab dalam penelitian ini adalah “apakah model problem based learning

(PBL) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa kelas

IV?”. Selanjutnya diajukan pertanyaan penelitian sebagai rumusan masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model

problem based learning untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa?

2. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model

problem based learning?

3. Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep ecoliteracy siswa?

4. Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan sikap ecoliteracy siswa?


(17)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui bagaimana guru merencanakan dan melaksanakan model problem

based learning (PBL) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa.

2. Memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran IPS dengan menggunakan

problem based learning (PBL).

3. Mengkaji peningkatan pemahaman konsep ecoliteracy melalui model problem

based learning (PBL).

4. Memperoleh gambaran tentang peningkatan sikap ecoliteracy melalui model

problem based learning (PBL). D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak terutama yang berkaitan dengan pendidikan, adapun manfaat penelitian antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial khususnya tentang model problem based learning (PBL) dalam meningkatkan ecoliteracy siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Menambah pengetahuan wawasan guru tentang metode problem based

learning (PBL) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy dalam mengajar, bahwa mengajar harus dengan perencanaan

sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. b. Bagi Siswa

Memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar, serta untuk memahami dan meningkatkan sikap ecoliteracy terhadap pembelajaran IPS dengan model

problem based learning (PBL), dan para siswa tidak mengalami kejenuhan

terhadap pembelajaran yang diberikan guru serta materi pelajaran dapat dipahami oleh siswa.


(18)

c. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah dapat memberikan ruang dan fasilitas serta memberikan kesempatan dan mendorong pada guru agar lebih kreatif, inovatif dalam melaksankan proses pembelajarannya terutama salah satunya dengan model

problem based learning (PBL) untuk meningkatkan ecoliteracy.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta pengalaman penelitian untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy dengan model problem based learning (PBL) pada materi pelajaran IPS di Sekolah Dasar.

E. Struktur Organisasi Tesis

Dengan berdasarkan pada pedoman penulisan karya ilmiah UPI tahun akademik 2014/2015 (2014, hal. 23), penulisan tesis ini disusun dengan sistematika yang diawali dengan Bab I yaitu Pendahuluan, yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi tesis.

Bab II mengenai Kajian Pustaka atau Landasan Teoritis yang terdiri dari enam sub bab yaitu: pertama, pembelajaran IPS di sekolah dasar, kedua, pengertian model pembelajaran problem based learning, ciri-ciri problem based

learning, tujuan problem based learning, tahapan-tahapan problem based learning, kelebihan dan kelemahan problem based learning, ketiga, pemahaman

konsep ecoliteracy, keempat, sikap ecoliteracy. Kelima, penelitian terdahulu yang relevan, dan keenam hipotesis tindakan.

Bab III mengenai metode penelitian, meliputi: lokasi dan subjek penelitian, model dan desain penelitian, penjelasan istilah, instrument penelitian dan analisis data.

Bab IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan, yang terdiri dari analisis temuan hasil penelitian.

Bab V mengenai kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitianserta rekomendasi untuk peneliti selanjutnya, diakhiri oleh daftar pustaka dan lampiran penelitian.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Sindangkarya, yang terletak di Desa Jatisari, Pusat Pembinaan Pendidikan TK/SD Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur. Peneliti memilih SDN Sindangkarya berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah SDN Sindangkarya merupakan tuan rumah kegiatan gugus Jatisari, baik KKG maupun KKKS sehingga bisa menjadi percontohan dalam upaya membangkitkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan baik dari pemahaman maupun sikap siswanya. Selain itu, dari segi siswa SDN Sindangkarya memiliki jumlah siswa terbanyak di antara 8 Sekolah yang terletak di kawasan Gugus Jatisari yang terdiri dari 209 siswa yang terdiri dari 111 orang siswa laki-laki dan 98 orang siswa perempuan, sehingga diharapkan manfaat pelaksanaan penelitian bisa berdampak secara umum untuk seluruh warga SDN Sindangkarya. Dari segi Guru, SDN Sindangkarya memiliki 16 orang guru yang terdiri dari 8 orang PNS dan 8 orang tenaga honorer yang semuanya memiliki kualifikasi ijasah S1, sehingga memungkinkan peneliti untuk bisa sharing pendapat untuk kelancaran proses penelitian. Dan juga dari segi lokasi, SDN Sindangkarya terletak di lingkungan Balai Desa Jatisari atau pusat pemerintahan desa Jatisari sehingga mudah diakses dan teramati oleh seluruh penduduk desa Jatisari.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sindangkarya. Jumlah siswa kelas IV adalah 30 orang, siswa laki-laki 19 orang dan perempuan berjumlah 11 orang.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2015.


(20)

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja pendidik dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah agar proses pembelajaran menjadi lebih baik. Dalam hal ini Penelitian Tindakan Kelas akan digunakan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model problem based

learning (PBL) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy

siswa kelas IV.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus. Adapun alur yang digunakan adalah model Lewin yang dikembangkan oleh Elliott (Wiriaatmadja 2008: 64).

Penelitian ini terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat sejauh mana siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang terdapat di masyarakat dengan benar sebagai bahan tindakan yang dilakukan berikutnya. Sedangkan observasi awal dilakukan agar dapat mengetahui tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecolieracy siswa dengan menggunakan mosdel PBL. Dari hasil evaluasi dan observasi awal yang telah dilakukan, maka dalam refleksi ditetapkan tindakan yang tepat.

Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan prosedur tindakan pertama, sebelum peneliti melakukan tindakan, langkah awalnya adalah membuat rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada tindakan pertama ini. Kedua setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan, Ketiga bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan mencatat akibat ditimbulkan tindakan melalui lembar obsevasi. Keempat berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya


(21)

sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. Alur yang digunakan mengacu pada model PTK yang dikembangkan oleh Elliott.

Gambar 3.1

Desain PTK Model John Elliott (Wiriaatmaja: 64)

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses pembelajaran, evaluasi dan refleksi yang

Identifikasi M asalah M emeriksa Di lapangan (Reconnasissance) Perencanaan

Langkah/Tindakan 1

Langkah/Tindakan 2

Pelaksanaan Langkah/ Tindakan 1

Observasi/Pengaruh

Reconnasissance Diskusi Kegagalan dan

Pengaruhnya/Refleksi

Revisi Perencanaan

Rencana Baru

Langkah/Tindakan 1

Langkah/Tindakan 2

Observasi/Pengaruh

Reconnasissance Diskusi Kegagalan dan

Pengaruhnya/Refleksi

Revisi Perencanaan

Rencana Baru

Langkah/Tindakan 2 Langkah/Tindakan 1

Observasi/Pengaruh

Reconnasissance Diskusi Kegagalan dan

Pengaruhnya/Refleksi Pelaksanaan Langkah/Tindakan Selanjutnya Pelaksanaan Langkah/Tindakan Selanjutnya S i k l u s 1 S i k l u s 2 S i k l u s 3


(22)

dilakukan pada akhir setiap siklus. Adapun pelaksanaannya dilakukan dalam tiga siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari dua tindakan. Pada setiap pelaksanaan tindakan dilakukan observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh observer dengan panduan-panduan lembar observasi. Selain itu digunakan catatan lapangan untuk mencatat temuan yang dianggap penting oleh peneliti ketika pembelajaran berlangsung. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan lalu diadakan wawancara dengan siswa untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Setelah itu peneliti melaksanakan diskusi dengan observer untuk membahas hasil observasi dan tahap pembelajaran. Kemudian hasil wawancara dan diskusi tersebut dijadikan bahan analisis dan refleksi dan tindakan yang telah dilaksanakan serta dijadikan bahan untuk revisi pada tindakan selanjutnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Identifikasi Masalah

Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti untuk melakukan suatu penyelidikan atau penelitian terhadap situasi dan kondisi dari peserta didik di dalam kelas ketika menghadapi suatu pembelajaran yang diberikan. Peneliti melihat keadaan awal sekolah, baik itu keadaan fisik sekolah, kegiatan pembelajaran di kelas, aktivitas siswa, aktivitas guru, respon sikap siswa

b. Memeriksa di Lapangan

Tahap ini merupakan tahap dari penemuan masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas mengenai situasi dan kondisi peserta didik yang mengalami pembelajaran setelah diidentifikasi terlebih dahulu untuk mela Identifikasi masalah dilakukan dengan cara merumuskan masalah yang muncul ketika berlangsungnya proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi awal mengenai kondisi kelas dalam pembelajaran di kelas IV sekolah dasar, telah ditemukan masalah yang muncul yaitu keadaan kelas yang tidak teratur, sampah berserakan, jendela yang kotor oleh debu, dinding yang banyak dicorat-coret, keadaan sekolah yang gersang/panas juga mengenai keaktifan dan keterlibatan siswa dalam berpendapat pada pembelajaran IPS yang menurut pandangan peneliti masih kurang.


(23)

Berdasarkan identifikasi masalah yang mucul yaitu mengenai masalah kebersihan dan lingkungan sekolah serta keaktifan dan keterlibatan siswa dalam berpendapat pada pembelajaran IPS di sekolah dasar, maka dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah pada penelitian yang akan dilaksanakan. Alternatif pemecahan masalah yang diajukan pada penelitian ini yaitu dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran IPS di sekolah dasar untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa.kukan tindakan atau solusi alternatif dengan sebuah perbaikan-perbaikan.

c. Perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahap guru sebagai peneliti merencanakan segala hal yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta meminimalisir masalah-masalah yang muncul pada penelitian yang akan dilaksanakan.

Adapun perencanaan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu meliputi:

1) Melakukan kajian terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, buku paket IPS kelas IV SD.

2) Merumuskan dan menyusun jenis metode, media dan bahan ajar yang akan diajarkan yang sesuai dengan lingkungan belajar siswa, serta yang sesuai dengan karakteristik Model yang akan digunakan yaitu (PBL) dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa. 3) Menyusun tema masalah yang akan disajikan dalam pembelajaran selama

enam kali pertemuan diantaranya yaitu: a) Siklus 1

- Tindakan 1 temanya tentang “Banyaknya didirikan pabrik di

kabupaten Cianjur”

- Tindakan 2 temanya tentang “Limbah-limbah yang didirikan olek

kegiatan rumah tangga”

b) Siklus 2

- Tindakan 1 temanya tentang “Sampah”


(24)

c) Siklus 3

- Tindakan 1 temanya tentang “ Pemanfaatan lahan pekarangan

sekolah”

- Tindakan 2 temanya tentang “Penanaman kebun sekolah”

4) Menyusun teknik pengamatan pada setiap tindakan penelitian, yaitu berupa lembar observasi, lembar wawancara, lembar kerja siswa (LKS). d. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahap dimana terjadi proses pembelajaran yang dilakukan oleh observer untuk melaksanakan tindakan yang harus dilakukan dalam rangka perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu dibagi menjadi tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari dua tindakan.

Pelaksanaan setiap hari kamis tiap minggu siklus satu yaitu tanggal 19 Maret dan tanggal 26 Maret 2015, siklus dua pada tanggal 2 dan 9 April 2015, dan terakhir siklus tiga pada tanggal 16 dan 23 April 2015. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui lima tahapan PBL yaitu:

1) Mengorientasi siswa kepada masalah, guru melakukan tanya jawab tentang keadaan/kejadian di sekitar lingkungan siswa yang telah direncanakan sebelumnya untuk menyamakan persepsi sehingga mengarah pada masalah yang akan dibahas.

2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, yaitu mengarahkan siswa agar siap untuk belajar, membagi kelas menjadi lima kelompok

3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, siswa dibimbing untuk mengidentifikasi masalah yang dibahas, mengumpulkan informasi, mencari solusi. Untuk pembuatan Bank Sampah dan Penanaman kebun sekolah, siswa diberikan bimbingan dan tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran jadi siswa melakukan tahap-tahap yang telah ditetapkan 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa dilatih untuk

mengemukan pendapat hasil diskusi kelompok dalam bentuk tanya jawab dan presentasi di depan kelas mewakili kelompok masing-masing secara bergantian tiap minggunya.


(25)

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, siswa melalui bimbingan dan dorongan dari guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilakukan, menganalisis kekurangan selama proses pembelajaran

e. Observasi

Observasi penelitian dilakukan terhadap kelas yang akan dijadikan subyek penelitian secara utuh. Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan proses belajar mengajar, kemampuan siswa dalam menerima dan memahami bahan ajar suatu konsep, serta sikap dan perilaku siswa pada saat mengikuti pembelajaran IPS di sekolah dasar.

Selain mengamati siswa kelas IV yang menjadi subyek penelitian, observasi penelitian ini juga dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap materi pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian. Berdasarkan observasi tersebut, maka telah ditetapkan bahwa pokok bahasan yang akan dijadikan sebagai bahan ajar dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

“Permasalahan Sosial” pada pembelajaran IPS di kelas IV sekolah dasar.

Tahap ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh yang terjadi dalam upaya perbaikan pembelajaran yang diharapkan pada tahap perencanaan sesuai dengan tujuan yang hendak peneliti capai baik dilihat dari sisi guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun dilihat dari sisi siswa yang mengalami atau menjalankan proses pembelajaran

f. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk melihat sejauh mana keefektifan model yang diterapkan yaitu PBL dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan sikap

ecoliteracy siswa kelas empat dilihat dari semua aspek baik itu perencanaan,

pelaksanakan dan hasil observasi agar dapat memutuskan perbaikan atau bahan pertimbangan yang harus dilakukan pada siklus selanjutnya sehinga tujuan utama yang harus dicapai dapat terlaksana.

C. Penjelasan Istilah

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran problem based learning (PBL), diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian


(26)

masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Sanjaya (2010, hlm. 214) Model ini bertujuan untuk melatih siswa cara menyelesaikan masalah dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

2. Pemahaman Konsep Ecoliteracy

Pemahaman konsep ecoliteracy adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan, menerapkan dan mengaplikasikan, pengetahuan yang dimilikinya tentang lingkungan baik itu kesadaran, kepedulian maupun tindakan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan agar berdampak lebih baik bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup pada umumnya.

Ecoliteracy atau melek ekologi, menurut Stone dan Barlaw (2005, hlm.

xi):

An Ecologically literate person would have at least a basic comprehension of ecology, human ecology and the concepts of sustainability, as well as the wherewithal to solve problems

diartikan bahwa orang yang melek ekologi akan memiliki setidaknya pemahaman dasar ekologi, ekologi manusia dan konsep keberlanjutan, serta sarana untuk memecahkan masalah.

3. Sikap Ecoliteracy

Sikap ecoliteracy atau sikap kepedulian terhadap lingkungan. Ranah afektif yang merupakan salah satu komponen dari sikap menurut Bloom (Rosnenty, 2010, hlm. 54) pengembangan sikap dan nilai khususnya kepedulian dapat dilakukan dalam lima tahap, yaitu: 1) memperhatikan mengenai kepekaan siswa terhadap fenomena dan perangsang tertentu yaitu mencakup kesediaan siswa untuk menerima atau memperhatikannya; 2) merespon terhadap fenomena, siswa memiliki motivasi yang cukup sehingga bukan hanya memperhatikan melainkan sudah memberikan respon terhadap rangsangan; 3) menghayati nilai, perilaku siswa sudah cukup konsisten sehingga dapat dipandang sebagai pribadi yang sudah menghayati nilai; 4) mengorganisasikan berbagai nilai menjadi suatu system, siswa menghadapi situasi yang mengandung berbagai nilai sehingga nilai-nilai tersebut dapat memberikan pengarahan kepadanya; 5) karakteristik nilai


(27)

atau internalisasi nilai, ini merupakan tahapan tertinggi karena siswa sudah terbiasa mempraktekan sehingga menjadi kebiasaan dan dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai.

Sikap ecoliteracy yang diharapkan muncul dan menjadi kebiasaan siswa dalam setiap perilaku, diantaranya adalah bertanggung jawab terhadap kebersihan diri, kelas dan lingkungan sekolah, membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah organik dan anorganik, hemat energi, pemanfaatan limbah rumah tangga, mengurangi dan meninggalkan kebiasaan menggunakan barang sekali pakai, peduli dan bertanggung jawab terhadap tanaman, pemanfaatan lingkungan untuk diberdayakan sehingga lebih bermanfaat.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam pengumpulan data dengan menggunakan beberapa instrument yaitu: pedoman observasi, angket, tes dan non tes.

1. Pedoman observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam penerapan metode problem based learning (PBL).

a. Pedoman observasi Kegiatan Guru

Tabel 3.1

Pedoman Observasi Kegiatan Guru

No Komponen Pembelajaran Hasil

Observasi I. Pra Pembelajaran

1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran

2. Memeriksa kesiapan peserta didik

II. Membuka Pembelajaran

1. Kesiapan kegiatan apersepsi dengan materi ajar

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan

III. Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penguasaan Materi Pelajaran

1. Menunjukan penguasaan materi pembelajaran

2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

3. Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar

4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan


(28)

1. Mengorganisasi siswa kepada masalah 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahana masalah

6. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual

7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan

C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar

1. Menunjukan keterampilan dalam penggunaan media

2. Menghasilkan pesan yang menarik 3. Menggunakan media secara efektif dan

efisien

4. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media

D. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Peserta didik

1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran

2. Merespons positif partisipasi peserta didik 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru,

peserta didik dan sumber belajar

4. Menunjukan sikap terbuka terhadap respons peserta didik

5. Menunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif

6. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik dalam belajar

E. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1. Memantau kemajuan belajar

2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

F.

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancer

2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar

3. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

IV. Penutup

1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan peserta didik


(29)

b. Pedoman Observasi Kegiatan siswa

Tabel 3.2

Pedoman Observasi Kegiatan Siswa

No Aspek yang Diamati Hasil Pengamatan

1. Motivasi belajar 2. Antusias siswa dalam

melaksanakan pembelajaran 3. Keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran

4. Aktivitas siswa dalam mengikuti alur yang diarahkan guru

5. Pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari 6.

Respon siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model PBL

7. Kinerja siswa ketika kerja dan diskusi kelompok

8. Perilaku siswa selama proses pembelajaran

9. Kontribusi siswa dalam kelompok

10. Keberanian siswa dalam memberikan pendapat

3. Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang pendapat siswa dalam penerapan metode problem based learning (PBL).

Tabel 3.3

Lembar Wawancara Siswa

No Pertanyaan Wawancara Ringkasan

Jawaban

1 Bagaimana pendapat kamu mengenai pembelajaran yang sudah dilakukan tadi? 2 Apakah kamu menyukai cara guru

melaksanakan pembelajaran tadi?

3 Bagaimana pendapat kamu tentang cara belajar dengan cara diskusi kelompok?

4 Apakah kamu berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran yang sudah dilaksanakan tadi? 5 Bagaimana pendapat kamu tentang kebersihan


(30)

6 Apakah kamu menyukai hidup bersih? mengapa?

7 Bagaimana cara kamu merawat tanaman?

8

Apa yang kalian rasakan ketika

mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas?

9 Apa yang kamu lakukan apabila melihat sampah berserakan?

10

Mengapa perlu dibuat:

 Bank Sampah

 Kebun Sekolah?

4. Tes pemahaman digunakan untuk memperoleh data tentang pemahaman konsep ecoliteracy siswa pelajaran IPS kelas IV. Indikator pemahaman konsep

ecoliteracy dalam penelitian ini berdasarkan taksonomi Bloom ranah kognitif

tentang pemahaman, yaitu:

a. - menjelaskan pengertian limbah - menjelaskan pengertian dari sampah - menjelaskan pengertian warung hidup - menjelaskan pengertian apotik hidup - menjelaskan kegunaan bank sampah

b. - mencari ciri dampak positif dan negatif didirikannya pabrik, c. - memberi contoh macam-macam limbah

- memberikan contoh sampah organic dan anorganik - Memberi contoh tanaman kebutuhan sehari-hari - Memberi contoh tanaman obat-obatan

d. - Membedakan antar sampah organic dan anorganik e. - menyimpulkan cara pemanfaatan limbah rumah tangga - menyimpulkan cara penanganan sampah


(31)

SOAL TES SIKLUS 1

Nama : ………..

Kelas : IV (Empat) SDN : Sindangkarya

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas!

1. Bagaimana pendapatmu tentang banyaknya lahan pesawahan yang dijadikan pabrik?

2. Sebutkan dampak positif dan negatif dari dibangunnya pabrik industri!

Dampak positif: Dampak negatif:

- -

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan limbah!

4. Sebutkan macam-macam limbah yang kalian ketahui!

5. Sebutkan bagaimana cara pemanfaatan limbah agar tidak mencemari lingkungan!

SOAL TES SIKLUS 2

Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Nama : ………..

Kelas : IV (Empat) SDN : Sindangkarya

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sampah!

2. Sebutkan jenis-jenis sampah dan berikan contohnya!

3. Jelaskan dampak yang dapat terjadi yang disebabkan oleh sampah! 4. Bagaimana solusi agar sampah tidak mencemari lingkungan 5. Jelaskan kegunaan dari bank sampah!

SOAL TES SIKLUS 3

Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Nama : ………..

Kelas : IV (Empat) SDN : Sindangkarya

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas!

1. Berilah contoh nama tanaman yang biasa di tanam di kebun atau pekarangan!

2. Sebutkan macam-macam tanaman yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari!


(32)

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan warung hidup! 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan apotik hidup

5. Lembar pengamatan sikap ecoliteracy dalam penerapan metode problem based learning (PBL) untuk mengukur sikap ecoliteracy siswa kelas IV. Pengamatan sikap ecoliteracy siswa diambil dan dikembangkan dari Goleman et al. (2012, hlm. 10 -11).

Tabel 3.4

Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 1

No Tindakan yang dilakukan Sikap

STS TS S SS

1 Tidak mengijinkan membangun pabrik di kawasan pesawahan yang bisa ditanami padi 3 kali dalam setahun (sawah produktif) 2 Mematikan lampu di malam hari pada

ruangan yang tidak dipakai

3 Penggunaan air irigasi untuk pertanian bukan untuk industri

4 Bekerjasama dalam menjaga kebersihan kelas melalui piket regu kerja

5

Pelaksanaan operasi semut (memungut sampah) di lingkungan sekolah secara bersama-sama sebelum masuk kelas 6

Bersama-sama untuk saling mengingatkan agar mengolah tanah dengan cara ramah lingkungan

7 Menutup kran air ketika bak penampungan telah penuh terisi

8 Mematikan televisi setelah selesai ditonton 9 Menggunakan sumber daya alam dengan

hemat

10 Membuang limbah industri ke sungai dengan melalui pengolahan terlebih dahulu 11 Mengurangi penggunaan pestisida untuk

membunuh hama tanaman

12 Membangun pabrik dengan memperhatikan dampak bagi lingkungan

13 Mengolah limbah industri sehingga bisa untuk dimanfaatkan sebelum dibuang 14

Mensosialisasikan penggunaan pupuk organic untuk tanaman agar hasil pertanian lebih sehat untuk di konsumsi

15 Penggunaan sumber daya alam secara tepat guna, tidak semena-mana dalam menggunakanya


(33)

Tabel 3.5

Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 2

No Tindakan yang dilakukan Sikap

STS TS S SS

1 Mencuci tangan sebelum makan dan setelah melakukan aktivitas

2 Membersihkan perlengkapan makan setelah selesai makan

3 Mencuci dengan menggunakan deterjen secukupnya

4 Bekerjasama dalam menjaga kebersihan kelas melalui piket regu kerja

5

Pelaksanaan operasi semut (memungut sampah) di lingkungan sekolah secara bersama-sama sebelum masuk kelas

6 Menjaga sirkulasi udara dalam kelas dengan membuka jendela yang dilakukan oleh piket regu kerja

7 Membuang sampah bekas jajanan pada tempat sampah

8 Memilah sampah organic dan an organic sebelum membuangnya

9 Membersihkan saluran air dari sampah agar tidak terjadi penyumbatan yang dapat menyebabkan banjir

10 Menyiram tanaman dengan menggunakan air bekas mencuci baju

11 Mengumpulkan sampah organik dan

menimbunnya untuk dijadikan pupuk kompos 12 Mengumpulkan sampah an organik dalam bank

sampah agar memudahkan pengelompokannya 13 Membawa bekal makanan dan minuman ke sekolah dengan menggunakan wadah yang bisa

dipakai kembali/diisi ulang

14 Mengolah kembali sampah menjadi barang kerajinan yang bisa digunakan untuk hiasan ruangan

15

Tidak membiarkan sampah menumpuk, untuk menghindari dari kuman-kuman penyakit yang dapat membahayakan kesehatan

Keterangan :

STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju


(34)

Tabel 3.6

Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 3

No Tindakan yang dilakukan Sikap

STS TS S SS

1 Secara rutin menyiram tanaman agar tetap hidup tidak mengandalkan air hujan

2 Menggunakan barang-barang bekas (kaleng dan plastik bekas) sebagai pot tanaman untuk menghiasi sekolah

3 Membersihkan area sekitar tanaman dari gulma/rumput yang bisa mengganggu kelangsungan hidup tanaman

4 Bekerjasama secara bergantian dalam menyiapkan keperluan tanaman (pupuk, air)

5 Membuat kebun sekolah dalam rangka

memanfaatkan pekarangan sekolah agar lebih indah 6 Menanami kebun sekolah dengan tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga

sehari-hari

7 Penanaman hutan yang gundul agar tidak terjadi erosi dan menyebabkan banyak kerugian

8 Merawat tanaman dengan sepenuh hati agar hasil tanamannya lebih baik

9 Mengolah sampah organik menjadi pupuk tanaman sebagai pemanfaatan daur ulang sampah

10 Memberikan pupuk secukupnya, agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik 11 Mengurangi penggunaan pestisida untuk

membunuh hama tanaman

12 Memagari tanaman agar tidak bisa dirusak oleh binatang dan orang yang tidak bertanggung jawab 13 Menebang hutan dengan cara tebang pilih, sehingga

tidak terjadi kekosongan lahan

14 Menangkap penjahat yang dengan sengaja membakar hutan

15 Menyuburkan tanah dengan cara menyelingi menanam padi dengan menanam kacang kedelai

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan instrument penelitian yang meliputi:


(35)

1. Observasi yang terbagi dalam dua kegiatan sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan untuk menggali sikap ecoliteracy tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan dalam menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan yang bersih, sehat dan indah.

2. Wawancara dilakukan pada guru dan siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Skala sikap untuk mengukur peningkatan sikap ecoliteracy.

4. Tes untuk mengukur dan mengetahui pemahaman konsep ecoliteracy yang diajarkan baik dasar maupun lanjutan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan proses interaksi yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung sesuai dengan penerapan model pembelajaran problem based learning. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara siswa dan guru serta observasi yang dilakukan pada pengamatan sikap ecoliteracy.

2. Analisis kuantitatif sederhana, digunakan pada tes pemahaman konsep

ecoliteracy siswa dengan statistika deskriptif.

a. Penyekoran hasil tes pemahaman konsep ecoliteracy, kategori nilai siswa menggunakan rentang skor sebagai berikut:

1) Skor < 70 = Kurang 2) Skor 70 – 79 = Cukup 3) Skor 80 – 89 = Baik

4) Skor 90 - 100 = Sangat Baik

b. Penyekoran hasil pengamatan sikap ecoliteracy, menggunakan rentang skor sebagai berikut:

1) Skor 15 – 24 = Rendah 2) Skor 25 – 34 = Cukup 3) Skor 35 – 45 = Baik

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar

Ketuntasan Belajar = Jumlah siswa yg memperoleh skor ≤ 70 x 100


(36)

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan temuan-temuan dan analisis data hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap

ecoliteracy siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas IV SDN Sindangkarya desa Jatisari kecamatan

Bojongpicung kabupaten Cianjur secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep ecoliteracy maupun sikap ecoliteracy. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklusnya,

Secara khusus terdapat beberapa kesimpulan dari hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Problem Based Learning disusun dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan 2006. Dalam menyusun RPP dengan model PBL hal yang pertama dirumuskan adalah penetapan tema atau masalah lingkungan yang akan diusung untuk setiap pertemuan. Selanjutnya adalah lembar kerja siswa (LKS) yang bertujuan untuk melatih kemandirian siswa dalam belajar. Tema yang sajikan berhubungan dengan permasalahan tentang lingkungan yang terjadi di sekitar siswa. Siswa dilatih untuk dapat menyelidikan tentang latar belakang permasalahan tersebut muncul, cara penanganan agar masalah tersebut tidak terlalu merugikan, serta mencari solusi penanganan agar masalah bisa ditanggulangi. Kemudian guru melakukan evaluasi baik untuk pemahaman konsep maupun untuk mengukur sikap ecoliteracy siswa.

2. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Problem Based

Learning diawali dengan penentuan tema atau masalah lingkungan yang akan

dibahas atau dipecahkan selama proses pembelajaran, karena model ini bertujuan untuk melatih siswa dalam mengidentifikasi sebuah masalah untuk bisa dipecahkan secara bersama-sama melalui sebuah pembelajaran. Selama pelaksanaan pembelajaran selain disajikan masalah yang berhubungan dengan lingkungan, siswa juga diberikan LKS yang bertujuan untuk melatih kemandirian siswa dalam belajar serta berinteraksi dengan kelompoknya.


(38)

Evaluasi diberikan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa tentang lingkungan.

3. Berdasarkan hasil analisis data tentang pemahaman konsep terjadi peningkatan di tiap siklusnya. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan dalam menginterpretasi dan menganalisis pengetahuan yang dimilikinya. Siswa bisa mengidentifikasi dan menjabarkan sebuah konsep yang berhubungan dengan lingkungan serta mengatasi masalah yang disajikan dan berusaha untuk memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi secara lebih bijak dan mendalam dengan memperhatikan dan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi akibat dari keputusan yang mereka ambil baik terhadap lingkungan maupun pertanggungjawaban terhadap diri mereka masing-masing. Pemahaman siswa secara keseluruhan dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata kelas sehingga berada pada kategori baik sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan pemahaman konsep ecoliteracy siswa kelas IV SDN Sindangkarya.

4. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian sikap siswa terhadap masalah lingkungan baik itu kebersihan kelas, penanganan sampah, kepedulian terhadap makhluk hidup berangsur-angsur mengalami peningkatan. Sebagai contoh bisa dilihat dalam sikap dan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, siswa memiliki tanggung jawab untuk memisahkan sampah plastik dengan sampah organik, mereka saling mengingatkan agar tidak membuang sampah plastik pada sampah umum, melainkan di simpan pada bank sampah. Pada saat membersihkan ruangan kelas, terjadi kompetisi antara bagian regu kerja, masing-masing regu kerja ingin menjadi yang terbaik. Siswa mengusulkan agar setiap minggunya diadakan juara regu kerja terbersih dan terkompak. Kesadaran dan kecintaan terhadap tanamam semakin terlihat, mereka memiliki tanggung jawab untuk kelangsungan hidup tanaman yang mereka rawat. Alam merupakan penopang kehidupan, kita manusia bisa terus hidup dan bertahan apabila selaras dengan alam sehingga apabila alam mengalami kerusakan otomatis kelangsungan hidup kita juga terganggu. Sejalan dengan itu hasil pengolahan dan pengamatan tentang sikap ecoliteracy terjadi peningkatan ditiap siklusnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa


(39)

pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap ecoliteracy siswa kelas IV SDN Sindangkarya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan paparan kesimpulan diatas maka penelitian ini direkomendasikan kepada:

1. Para guru perlu menggunakan model pembelajaran problem based learning menjadi salah satu model yang digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak berlangsung monoton, siswa antusian selam proses pembelajaran juga dapat mengasah kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan mengeluarkan pendapat atau ide-ide yang biasanya tidak terungkap dalam pembelajaran. 2. Semua warga sekolah agar bertanggung jawab untuk memupuk kepedulian

siswa terhadap lingkungan, baik pemahaman tentang konsep ecoliteracy maupun sikap ecoliteracy seluruh siswa di sekolah agar menjadi bekal hidup untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik di masa depan.

3. Dinas pendidikan agar menggalakan program kepedulian sekolah-sekolah terhadap lingkungan. Sekolah harus menjadi tempat terbaik untuk para siswa dalam memupuk pengetahuan dan sikap menjaga kelestarian lingkungan alam yang merupakan warisan bersama dalam menjalani kehidupan. Alam merupakan penopang kehidupan, kita manusia bisa terus hidup dan bertahan apabila selaras dengan alam sehingga apabila alam mengalami kerusakan otomatis kelangsungan hidup kita juga terganggu.

4. Para peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model pembelajaran PBL untuk mata pelajaran IPS agar lebih matang dalam membuat perencanan agar pelaksanaaan penelitian berlangsung secara efektif dan efisien.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. (2009). Ekologi Energi Mengenali Dampak Lingkungan dalam

Pemanfaatan Sumber-Sumber Energi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Alya, Q. (2009). Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. Bandung: PT Indahjaya Adipratama.

Arends, R. I. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. Edisi dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Banks, J.A. (1990). Teaching Strategies for the Social Studies Classroom: A

Strategy for Taching, Colombus, ohio: Charles E.Merrill Publising

Company.

Banks, J.A. (2012). Strategi Mengajar Ilmu Sosial “Penyelidikan, Penilaian dan

Pengambilan Keputusan. Bandung: Mutiara Press.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan organisasi Depdiknas.

Djahiri, A.K. (1984). Pengajaran Studi Sosial / IPS Dasar-dasar Pengertian

Metodologi Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bandung:LPPP-IPS: FKIS-IKIP.

Goleman, D. et al. (2012). Eco Literate how Educators Are Cultivating

Emotional, Sosial, ang Ecological Intelligence. America: Jossey Bass.

Gredler, M. E. (2011). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Hermawan, D. (2013). Penerapan pendekatan Kontekstual melalui Problem

Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS. Tesis. Bandung: UPI.

Hermawan, D. (2013). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap

Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Siswa Pada Lingkungan.

Tesis. Bandung: UPI.

Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Kauchak, D. & Eggen, P. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran,

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir: Edisi 6. Jakarta: Indeks.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Konstektual (Konsep dan aplikasi). Bandung: Refika Aditama.


(41)

Kristanto, P. (2013). Ekologi Industri Edisi Kedua. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Kunandar. (2007). Guru Profesional (Implementasi KTSP dan Sukses dalam

Sertifikasi Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lickona, T. (2012). Educating for Character: Mendidik untuk membentuk karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Maftuh, B. (2013). Body of Knowledge Pendidikan IPS. Disampaikan pada

Seminar Nasional di Universitas Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Maryani, Enok. (2011). Pengembangan program Pembelajaran IPS untuk

meningkatkan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

NCSS. (1994). Curriculum Standard for Social Studies: Expectation of Excellece Washington.

Orr, D.W. (1992). Ecological Literacy Educational The Transition to a

Postmodern world. New York: State University Of New York Press.

Resosoedarmo, R. S. dkk. (1989). Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Karya Offet.

Rosnenty, R. (2010). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai sumber

Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep dan Kepedulian Lingkungan Pada peserta Didik sekolah Dasar. Tesis. Bandung: UPI.

Ryadi, S. (1981). Ecology Ilmu Lingkungan, Dasar-dasar & Pengertiannya. Surabaya: Usaha Nasional.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santa, (2013).Penerapan Pendekatan Savi (Somatis Audio Visual dan intelegensi)

dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Ecoliteracy siswa Kelas IV SD. Tesis. Bandung: UPI.

Santrock, J.W., Life-Span Development; Perkembangan Masa Hidup;Jilid . Jakarta: Erlangga.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya.


(42)

Soemarwoto, O. (1988). Ekologi, Lingkungan hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan.

Solihin, K.F. (2013). Peningkatan ecoliteracy melalui Kegiatan Bertanam pada

mata pelajaran IPS di kelas IV SDN Sindangsuka. Tesis. Bandung: UPI.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Program Pascasarjana, FPIPS dan PT Remaja Rosdakarya.

Sujatmiko, E. (2014) Kamus IPS: Cetakan I. Surakarta: Aksara Sinergi.

Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, N. (1986). Pengantar Studi Sosial. Bandung: Offset Alumni. Sumaatmadja, N. (1989). Studi Lingkungan Hidup. Bandung: Alumni.

Supardan, D. (2014). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi,

Kurikulum, dan Pembelajaran. Bandung: UPI.

Stone, K. M. & Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy Educating Our Children

for sustainable World. San Fransisco: Sierra Club Books.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Toharudin, U. et al. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT remaja Rosdakarya.

Wikipedia. Ekologi.[online]. Tersedia: (http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi). [3 Oktober 2014]


(43)

(1)

116

Euis Karwati, 2015

Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) D alam Meningkatkan Pemahaman Konsep D an Sikap Ecoliteracy Siswa Kelas IV

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Evaluasi diberikan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa tentang lingkungan.

3. Berdasarkan hasil analisis data tentang pemahaman konsep terjadi peningkatan di tiap siklusnya. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan dalam menginterpretasi dan menganalisis pengetahuan yang dimilikinya. Siswa bisa mengidentifikasi dan menjabarkan sebuah konsep yang berhubungan dengan lingkungan serta mengatasi masalah yang disajikan dan berusaha untuk memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi secara lebih bijak dan mendalam dengan memperhatikan dan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi akibat dari keputusan yang mereka ambil baik terhadap lingkungan maupun pertanggungjawaban terhadap diri mereka masing-masing. Pemahaman siswa secara keseluruhan dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata kelas sehingga berada pada kategori baik sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan pemahaman konsep ecoliteracy siswa kelas IV SDN Sindangkarya.

4. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian sikap siswa terhadap masalah lingkungan baik itu kebersihan kelas, penanganan sampah, kepedulian terhadap makhluk hidup berangsur-angsur mengalami peningkatan. Sebagai contoh bisa dilihat dalam sikap dan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, siswa memiliki tanggung jawab untuk memisahkan sampah plastik dengan sampah organik, mereka saling mengingatkan agar tidak membuang sampah plastik pada sampah umum, melainkan di simpan pada bank sampah. Pada saat membersihkan ruangan kelas, terjadi kompetisi antara bagian regu kerja, masing-masing regu kerja ingin menjadi yang terbaik. Siswa mengusulkan agar setiap minggunya diadakan juara regu kerja terbersih dan terkompak. Kesadaran dan kecintaan terhadap tanamam semakin terlihat, mereka memiliki tanggung jawab untuk kelangsungan hidup tanaman yang mereka rawat. Alam merupakan penopang kehidupan, kita manusia bisa terus hidup dan bertahan apabila selaras dengan alam sehingga apabila alam mengalami kerusakan otomatis kelangsungan hidup kita juga terganggu. Sejalan dengan itu hasil pengolahan dan pengamatan tentang sikap ecoliteracy terjadi peningkatan ditiap siklusnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa


(2)

117

pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap ecoliteracy siswa kelas IV SDN Sindangkarya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan paparan kesimpulan diatas maka penelitian ini direkomendasikan kepada:

1. Para guru perlu menggunakan model pembelajaran problem based learning menjadi salah satu model yang digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak berlangsung monoton, siswa antusian selam proses pembelajaran juga dapat mengasah kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan mengeluarkan pendapat atau ide-ide yang biasanya tidak terungkap dalam pembelajaran. 2. Semua warga sekolah agar bertanggung jawab untuk memupuk kepedulian

siswa terhadap lingkungan, baik pemahaman tentang konsep ecoliteracy maupun sikap ecoliteracy seluruh siswa di sekolah agar menjadi bekal hidup untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik di masa depan.

3. Dinas pendidikan agar menggalakan program kepedulian sekolah-sekolah terhadap lingkungan. Sekolah harus menjadi tempat terbaik untuk para siswa dalam memupuk pengetahuan dan sikap menjaga kelestarian lingkungan alam yang merupakan warisan bersama dalam menjalani kehidupan. Alam merupakan penopang kehidupan, kita manusia bisa terus hidup dan bertahan apabila selaras dengan alam sehingga apabila alam mengalami kerusakan otomatis kelangsungan hidup kita juga terganggu.

4. Para peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model pembelajaran PBL untuk mata pelajaran IPS agar lebih matang dalam membuat perencanan agar pelaksanaaan penelitian berlangsung secara efektif dan efisien.


(3)

118

Euis Karwati, 2015

Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) D alam Meningkatkan Pemahaman Konsep D an Sikap Ecoliteracy Siswa Kelas IV

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. (2009). Ekologi Energi Mengenali Dampak Lingkungan dalam

Pemanfaatan Sumber-Sumber Energi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Alya, Q. (2009). Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. Bandung: PT Indahjaya Adipratama.

Arends, R. I. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. Edisi dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Banks, J.A. (1990). Teaching Strategies for the Social Studies Classroom: A

Strategy for Taching, Colombus, ohio: Charles E.Merrill Publising

Company.

Banks, J.A. (2012). Strategi Mengajar Ilmu Sosial “Penyelidikan, Penilaian dan

Pengambilan Keputusan. Bandung: Mutiara Press.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan organisasi Depdiknas.

Djahiri, A.K. (1984). Pengajaran Studi Sosial / IPS Dasar-dasar Pengertian

Metodologi Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bandung:LPPP-IPS: FKIS-IKIP.

Goleman, D. et al. (2012). Eco Literate how Educators Are Cultivating

Emotional, Sosial, ang Ecological Intelligence. America: Jossey Bass.

Gredler, M. E. (2011). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Hermawan, D. (2013). Penerapan pendekatan Kontekstual melalui Problem

Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS. Tesis. Bandung: UPI.

Hermawan, D. (2013). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap

Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Siswa Pada Lingkungan.

Tesis. Bandung: UPI.

Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Kauchak, D. & Eggen, P. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran,

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir: Edisi 6. Jakarta: Indeks.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Konstektual (Konsep dan aplikasi). Bandung: Refika Aditama.


(4)

Kristanto, P. (2013). Ekologi Industri Edisi Kedua. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Kunandar. (2007). Guru Profesional (Implementasi KTSP dan Sukses dalam

Sertifikasi Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lickona, T. (2012). Educating for Character: Mendidik untuk membentuk karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Maftuh, B. (2013). Body of Knowledge Pendidikan IPS. Disampaikan pada

Seminar Nasional di Universitas Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Maryani, Enok. (2011). Pengembangan program Pembelajaran IPS untuk

meningkatkan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

NCSS. (1994). Curriculum Standard for Social Studies: Expectation of Excellece Washington.

Orr, D.W. (1992). Ecological Literacy Educational The Transition to a

Postmodern world. New York: State University Of New York Press.

Resosoedarmo, R. S. dkk. (1989). Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Karya Offet.

Rosnenty, R. (2010). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai sumber

Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep dan Kepedulian Lingkungan Pada peserta Didik sekolah Dasar. Tesis. Bandung: UPI.

Ryadi, S. (1981). Ecology Ilmu Lingkungan, Dasar-dasar & Pengertiannya. Surabaya: Usaha Nasional.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santa, (2013).Penerapan Pendekatan Savi (Somatis Audio Visual dan intelegensi)

dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Ecoliteracy siswa Kelas IV SD. Tesis. Bandung: UPI.

Santrock, J.W., Life-Span Development; Perkembangan Masa Hidup;Jilid . Jakarta: Erlangga.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya.


(5)

120

Euis Karwati, 2015

Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) D alam Meningkatkan Pemahaman Konsep D an Sikap Ecoliteracy Siswa Kelas IV

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Soemarwoto, O. (1988). Ekologi, Lingkungan hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan.

Solihin, K.F. (2013). Peningkatan ecoliteracy melalui Kegiatan Bertanam pada

mata pelajaran IPS di kelas IV SDN Sindangsuka. Tesis. Bandung: UPI.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Program Pascasarjana, FPIPS dan PT Remaja Rosdakarya.

Sujatmiko, E. (2014) Kamus IPS: Cetakan I. Surakarta: Aksara Sinergi.

Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, N. (1986). Pengantar Studi Sosial. Bandung: Offset Alumni.

Sumaatmadja, N. (1989). Studi Lingkungan Hidup. Bandung: Alumni.

Supardan, D. (2014). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi,

Kurikulum, dan Pembelajaran. Bandung: UPI.

Stone, K. M. & Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy Educating Our Children

for sustainable World. San Fransisco: Sierra Club Books.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Toharudin, U. et al. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT remaja Rosdakarya.

Wikipedia. Ekologi.[online]. Tersedia: (http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi). [3 Oktober 2014]


(6)