Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingakat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Niar Medan Tahun 2015

(1)

5

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan

1. Pengertian Dukungan

Menurut Sarafino, 2012 dukungan adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok. Dukungan dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung, atau dukungan sosial keluarga eksternal - dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga inti.

Kehadiran dan pendukung dari pendamping akan membantu proses persalinan berjalan lancar karna pendamping dapat berbuat banyak untuk membantu saat persalinan. Kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan dalam arti dapat menurunkan morbilitas dan mortalitas, mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat dan menrunnya persalinan dengan operasi termasuk bedah sesar. (Maryunani, 2010).


(2)

2. Bentuk Dukungan Keluarga

Bentuk bantuan yang diberikan orang lain terdiri dari: 1) Dukungan Emosional

Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan.

2) Dukungan Penghargaan

Terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga diri). 3) Dukungan Instrumental

Mencakup bantuan langsung. misalnya orang memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan meniberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan.

4) Dukungan Informatif

Mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan. dan informasi serta petunjuk.

B.

Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh mahkluk hidup dalam kehidupan sehari-hari (Marlindawani, dkk, 2012).


(3)

Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru yang belum pernah dilakukan serta dalam identitas diri dan arti hidup. (Fausiah dan widuri, 2005).

Kecemasan merupakan aspek yang ada dan menjadi bagian dalam kehidupan. kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika menyerang antara 20-25% populasi. kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang dirinya dan hubungan dengan yang lain. kecemasan merupakan ketakutan yang bercampur baur, samar-samar dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. kecemasan merupakan pengalaman yang menjengkelkan mulai dari bayi dan berlanjutdisepanjang kehidupan. (Stuart dan Laraia, 2005).

Pada umumnya kecemasan bersifat subjektif,yang ditandai dengan adanya perasaan tegang, kwatir, takut, dan disertai dengan adanya hubungan fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi, perubahan pernafasan, dan tekanan darah. (Dr.Hartono & Boy soedarmadji, 2012).

2. Jenis Kecemasan

Menurut Sigmund Fleud, (2007) kecemasan itu ada tiga yaitu, kecemasan realitas, neuritis, dan moral.

1. Kecemasan Obyektif atau realitas

Sebuah ketakutan terhadap adanya bahaya yang nyata dalam dunia sebenarnya. Kecemasan realitas memberikan tujuan positif untuk memandu perilaku kita untuk melindungi dan menyelamatkan diri kita dari bahaya yang aktual.


(4)

2. Kecemasan neuritis

Sebuah ketakutan yang berasal dari masa kanak-kanak dalam sebuah konflik antara kepuasan instingtual dan realita melibatkan konflik antara id dan ego. Anak-anak sering dihukum bila mengekspresikan impuls seksual dan agresif secara berlebihan. Pada tahap ini, kecemasan ini berada pada alam kesadaran, tetapi selanjutnya, ini akan ditransformasikan ke alam ketidaksadaran.

3. Kecemasan moral

Sebuah ketakutan sebagai hasil dari konflik antara id dan superego. Essensinya, kecemasan moral adalah ketakutan dari kesadaran seseorang. Ketika seseorang termotivasi untuk mengekspresikan sebuah impuls instingtual yang berlawanan dengan pola moral, superego akan membalas dendam dengan membuat kita merasa malu atau bersalah.

3. Tingkat kecemasan

Menurut Stuart dan Sundden (2006), tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi 4 yang dialami oleh individu, yaitu :

1. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari – hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan area persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan beraktivitas.


(5)

2. Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memustakan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.

3. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi area persepsi seseorang, seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada sesuatu yang lain.

4. Kecemasan Panik

Berhubungan dengan pengaruh ketakutan dan teror. Rincian berpecah dari preposinya. Karena mengalami kehilangan kendali orang yang mengalami penik tidak mempu melakukan sesuatu walau dengan pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Bila panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.

4. Rentang respon kecemasan

kecemasan atau ketakutan adalah bahagian dari kehidupan manusia,kecemasan ini terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri didalam lingkungan pada umumnya (sundari, 2005). Rentang


(6)

respon kecemasan terdiri dari adaptif dan maladaptif respon adaftif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. respon malaptif merupakan koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungsional seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri (Suliswati, 2005).

5. Respon kecemasan

Menurut Stuart dan laraia, (2005) Ada dua macam respon yang dialami seseorang ketika mengalami Kecemasan.

A. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan

1) Kardio vaskuler : Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syok dan lain-lain.

2) Respirasi : Nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

3) Kulit : Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

4) Gastriointestinal : Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.

5) Neuromuskuler : Refleks meningkat, reaksi meningkat, mata berkedip- kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.


(7)

B. Respon psikologis terhadap kecemasan

1) Perilaku : Gelisah, tromor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarikdiri, menghindar.

2) Kognitif : Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kwatir yang berlebihan, obyektivitas menurun, takut kecelakaan, takut mati, dan lain-lain.

3) Afektif : Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.

6. Reaksi kecemasan

Reaksi Kecemasan adalah reaksi dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu. Kecemasan konstruktif terjadi ketika individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup. Kecemasan destruktif terjadi ketika individu bertingkah laku malaftif dan disfungsional (Suliswati dkk, 2005).

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain. (Suliswati, 2005).


(8)

7. Mekanisme koping

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati, (2005) mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan

memenuhi kebutuhan.

a) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorangdarisumberstress. c) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut : a) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien. b) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian. c) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap


(9)

kemajuan kesehatan klien. d) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

8. Gejala Kecemasan

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami kecemasan antara lain sebagai berikut :

1. Cemas, kwatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. 3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4. Gangguan pola pikir, mimpi – mimpi yang menegangkan. 5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6. Keluhan – keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdering (sinusitis), berdebar – debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya (Hawari, 2008).

9. Mekanisme Pertahanan Terhadap Kecemasan

1. Represi

Represi adalah bentuk mekanisme pertahanan ego yang paling sering kita tahu dan yang biasa kita lakukan. Represi sendiri adalah usaha menyingkirkan atau menekan pengalaman atau informasi yang menimbulkan kecemasan ke bawah sadar. Mekanisme ini disebut juga proses pelupaan.


(10)

2. Penolakan

Penolakan atau denial dapat disebut juga pengingkaran. Penolakan adalah mekanisme pertahanan ego menolak situasi yang membuat tidak nyaman atau menimbulkan kecemasan.

3. Pengalihan

Pengalihan atau displacement dilakukan dengan cara mengalihkan kepada sasaran lain, bukan sasaran yang sebenarnya dituju. Sasaran ini biasanya lebih aman jika dibandingkan dengan sasaran yang asli.

4. Proyeksi

Proyeksi juga merupakan mekanisme pertahanan ego yang dilakukan dengan cara mengalihkan dorongan kepada orang lain.

5. Fantasi

Fantasi atau berkhayal juga berfungsi mereduksi dorongan. Bentuk pengurangan dorongan adalah dengan mengalihkan kepada bayangan yang diciptakan dalam pikiran.

6. Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah mekanisme pertahanan ego yang dilakukan dengan menciptakan alasan yang membenarkan tindakan. Alasan ini berfungsi untuk mereduksi ketegangan, karena itu juga bisa melindungi ego dari ketegangan tersebut.


(11)

7. Regresi

Regresi adalah mekanisme pertahanan ego yang dilakukan dengan cara kembali atau mundur kepada tahapan perkembangan sebelumnya.

8. Reaksi formasi

Reaksi formasi adalah bentuk mekanisme pertahanan ego yang dilakukan dengan berlaku sebaliknya, membentuk reaksi yang dianggap baik. (Rudicahyo, 2014).

10. Faktor Predisposisi Kecemasan

A. Pandangan psikoanalitik

Ansietas adalah konflik emosinal yang terjadi antara 2 elemen kepribadian – id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan influs primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma buday seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

B. Pandangan Interpersonal

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.


(12)

C. Pandangan Perilaku

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

D. Kajian Keluarga

Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

E. Kajian biologis

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana hal nya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor. (Ade Herman Surya Direja, 2011).


(13)

11. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi :

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidak mampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. (Ade Herman Surya Direja, 2011).

12. Faktor Pencetus Kecemasan

Faktor pencetus kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,

polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.


(14)

b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya. (Suliswati , 2005).

13. Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ).

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Pada kondisi tersebut seorang ibu memerlukan dukungan emosional selama persalinan dapat menjadikan waktu persalinan menjadi pendek, meminimalkan intervensi, dan menghasilkan persalinan yang baik.

Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan, penghiburan, dan dorongan orang yang mendukung sangat besar artinya karena dapat membantu ibu saat proses persalinan. Pendamping ibu pada saat proses persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu dan yang paling penting adalah orang yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.

Dukungan fisik dan emosional yang diberikan oleh bidan harus memperhatikan prinsip- prinsip asuhan sayang ibu.dukungan tersebut antara lain dukungan lingkungan, pendamping, mobilitas, informasi, teknik relaksasi, komunikasi, dan dorongan semangat. ( Rosyati Pastuty, 2010 ).


(15)

14. Tahapan Persalinan

1. Kala 1

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan – jalan. Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm / jam dan pembukaan multigravida 2 cm / jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

2. Kala II atau kala pengusiran

His semakin kuat menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi terjadi kepala membuka pintu, sub oksiput bertidak sebagai hipomoglion berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya. kepala lahir selurunya dan diikuti oleh putar faksi luar, yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung. Setelah putar faksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong.

3. Kala III ( pelepasan uri )

Setelah kala II kontraksi uterus berhenti sekitar 5 – 10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta. lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda – tanda : Uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta. Dilepas ke segmen bawah


(16)

rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan Crede pada fundus uteri.

4. Kala IV ( observasi )

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda – tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. ( Manuaba, 2012 ).

15. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hawari, (2008) untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah tidak ada kecemasan, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, atau cemas berat sekali. Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:


(17)

1. Perasaan Cemas : firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.

2. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik : nyeri path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.


(18)

12. Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori: 0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-5 1. Skor 1 – 13 = Tidak ada kecemasan.

2. Skor 14 – 20 = Kecemasan ringan. 3. Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang. 4. Skor 28 – 41 = Kecemasan berat. 5. Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali


(1)

11. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi :

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidak mampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. (Ade Herman Surya Direja, 2011).

12. Faktor Pencetus Kecemasan

Faktor pencetus kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,

polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.


(2)

b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya. (Suliswati , 2005).

13. Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ).

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Pada kondisi tersebut seorang ibu memerlukan dukungan emosional selama persalinan dapat menjadikan waktu persalinan menjadi pendek, meminimalkan intervensi, dan menghasilkan persalinan yang baik.

Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan, penghiburan, dan dorongan orang yang mendukung sangat besar artinya karena dapat membantu ibu saat proses persalinan. Pendamping ibu pada saat proses persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu dan yang paling penting adalah orang yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.

Dukungan fisik dan emosional yang diberikan oleh bidan harus memperhatikan prinsip- prinsip asuhan sayang ibu.dukungan tersebut antara lain dukungan lingkungan, pendamping, mobilitas, informasi, teknik relaksasi, komunikasi, dan dorongan semangat. ( Rosyati Pastuty, 2010 ).


(3)

14. Tahapan Persalinan

1. Kala 1

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan – jalan. Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm / jam dan pembukaan multigravida 2 cm / jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

2. Kala II atau kala pengusiran

His semakin kuat menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi terjadi kepala membuka pintu, sub oksiput bertidak sebagai hipomoglion berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya. kepala lahir selurunya dan diikuti oleh putar faksi luar, yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung. Setelah putar faksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong.

3. Kala III ( pelepasan uri )

Setelah kala II kontraksi uterus berhenti sekitar 5 – 10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta. lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda – tanda : Uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta. Dilepas ke segmen bawah


(4)

rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan Crede pada fundus uteri.

4. Kala IV ( observasi )

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda – tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. ( Manuaba, 2012 ).

15. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hawari, (2008) untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah tidak ada kecemasan, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, atau cemas berat sekali. Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:


(5)

1. Perasaan Cemas : firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.

2. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik : nyeri path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.


(6)

12. Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori: 0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-5 1. Skor 1 – 13 = Tidak ada kecemasan.

2. Skor 14 – 20 = Kecemasan ringan. 3. Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang. 4. Skor 28 – 41 = Kecemasan berat. 5. Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali


Dokumen yang terkait

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingakat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Niar Medan Tahun 2015

1 73 66

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Kunjungan Kehamilan Di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

7 57 68

Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan di puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

4 22 128

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Kunjungan Kehamilan Di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 14

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingakat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Niar Medan Tahun 2015

0 0 13

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingakat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Niar Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingakat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Niar Medan Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingakat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Niar Medan Tahun 2015 Chapter III VI

0 0 28

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingakat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Niar Medan Tahun 2015

0 0 1

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI KLINIK PRATAMA UMUM PELITA HATI BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DALA

0 2 11