Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan di puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

(1)

viii Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507

Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing childbirth in health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang. xxii + 89 pages, 15 tables, 5 charts, 6 attachment

ABSTRACT

Psychological problem was raising significantly, above all about the nuisance of emotional, the example was anxiety. There was anxiety when someone who having traumatic incident one of all was anxiety which be happened to primipara mom. Because pregnancy was dramatic period, which someone was having biological and psychological alteration, and adapting to new situation specially for women who will give birth to her baby. Women thought that pregnancy could grow naturally, but many of them felt anxious. Anxiety could hinder child birth procces, partianlarly in the third trimester. Research, the factor predisposisi of anxiety which could be learned by them on Stuart’s and Lairaia’s, were psychoanalysis, interpersonal, behavior, family support and biology, but the research was done in the health society centar of Pamulang, there was just family support interpersonal and behavior were just controller.

The research used quantity approximation with design cross sectional technic of getting sample used total sample, about 52 woman. Data was collected on the health society center of Pamulang, June 2010. Bivariat analysis used analysis Multinominal logistic with α : 5%. Instruments which used by Zung Self Anxiety Scale (ZSAS), family support, interpersonal, and behaviour.

The result of research, 15,4% of Primipara mom was not anxious and 84,6% them was anxious (65,4%). Having low anxiety and 19,2% having medium anxiety). On the bivariat analysis family support (p; 0,01) and interpersonal (p; 0,931) showed they had connection with anxiety, and behavior (0,931) hadn’t connection. Based on multivariate analysis, it could condude there were connection between family support and anxiety, the research had been be controlled with interpersonal and behavior (p:0,012). It be wanted, it could increase support to primipara mom by her family on the third trisemester, so that it could reduce anxiety which mother having.

Key words: Family Support, Primipara, The Third Trimester, Anxiety Bibliography : 44 (1970-2009)


(2)

viii Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan Ibu Primipara Menghadapi Persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

xxii + 89 halaman, 15 tabel, 5 bagan, 6 lampiran ABSTRAK

Masalah kejiwaan di dunia mengalami peningkatan secara signifikan terutama masalah gangguan emosional, salah satu gangguan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kecemasan. Kecemasan dapat muncul saat seseoang menghadapi kejadian yang traumatik, salah satunya adalah kecemasan yang dialami ibu primipara trimester III, karena kehamilan merupakan periode dramastis, terjadi perubahan baik biologi, psikis,dan terjadi adaptasi terhadap lingkungan baru, terutama pada wanita yang baru akan melahirkan. Pada penelitian ini diteliti tentang faktor predisposisi kecemasan menurut Stuart dan Laraia yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi, Tetapi penelitian ini hanya dukungan keluarga yang diteliti. Sedangkan interpersonal dan behavior dijadikan sebagai pengontrol.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross sectional, tehnik pengambilan sampel menggunakan Total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Data dikumpulkan di Puskesmas Pamulang pada bulan Juli tahun 2010. Analisis bivariat menggunakan Multinomial Logistic dengan α = 5%. Instruments yang digunakan Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) , dukungan keluarga, interpersonal, dan behavior.

Hasil penelitian didapatkan, sebesar 15.4% ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas ringan 65.4 % & dan cemas sedang 19.2%). Pada analisis bivariat, dukungan keluarga (p=0.0001) dan interpersonal (p=0.001) menunjukkan terdapat hubungan dengan kecemasan, sedangkan behaviour (0.937) tidak ada hubungan dengan kecemasan. Berdasarkan analisis Multivariat, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behaviour (p=0.012).

Kata Kunci: dukungan keluarga, Primipara, Trimester ketiga, kecemasan. Bibliography : 44 (1970-2009)


(3)

Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

NUR JANNATUN NA’IM 106104003507

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H


(4)

NUR JANNATUN NA’IM 106104003507

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H


(5)

semangat untuk menolong hamba-hamba MU y ang membutuhkan ak u, jangan biarkan

dak u di k uasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa

ak u mempuny ai sesuatu y ang bisa di berikan kepada orang lain.

Wahai Alloh, pelabuhan tempatk u menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku

dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan y ang aku alami . jangan

biarkan aku menjadi manusia y ang instan y ang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa

di dahului oleh kerja keras.

S emoga ak u dapat memberikan y ang terbaik untuk semua orang y ang pernah hadir

dalam hidupku, baik ia mengukir suk u, duka ataupun y ang meny isakan luka. Ku y akin

semua itu adalah sebagian dari kisah y angharus ku lalui, y ang semakin

mendewasakanku

Terima kasih untuk pake, make, saudaraku, keluarga di Klaten

Untuk bapak ibu guru, y ang sabar dan ikhlas membimbingku


(6)

(7)

Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 april 1986 Agama : Islam

Alamat : Jl. H. Koweng no. 9 Ciputat Molek No telp : 083892417090 / 082111773740 Nama orang tua

Ayah : Amad Suparman Ibu : Sami

Riwayat pendidikan 1998-2001 SLTP 1 Delanggu

2001-2004 SMF/SAA Indonesia Jogjakarta 2006- sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prodi Ilmu Keperawatan

Pengalaman Bekerja 2004- Sekarang Asisten Apoteker Di Apotek Slipi Farma


(8)

xiii

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

DAFTAR SINGKATAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...……… 1

B. Rumusan Masalah……….……... 8

C. Pertanyaan penelitian………... 8

D. Tujuan Penelitian………..……….…… 9

E. Manfaat Penelitian……….…….. 10


(9)

xiv

A. Kecemasan………..………... 11

1. Pengertian Kecemasan……….….……... 11

2. Jenis Kecemasan………..……...… 11

3. Tingkat Kecemasan……….….…….…. 12

4. Rentang Respon Kecemasan………..…….…….14

5. Respon Kecemasa………..…………. 14

6.Reaksi Kecemasan……….……...…...…..… 16

7. Mekanisme Koping………..………...……..…… 16

8. Gejala Kecemasan………... 17

9. Factor Pencetus……….…... 18

10.Mekanisme Pertahanan Kecemasan……….…………... 19

11.Alau Ukur Kcemasan…………...……….…….... 20

12.Tindakan Keperawatan………..………..……….. 21

13Terapi Farmakologi……….24

14Faktor Predisposisi………. 25

a. Psikoanalisa….. ………...……….25

b. Interpersonal………..………26

c. Behavior……….28


(10)

xv

B. Kehamilan dan Persalinan sebagai pencetus kecemasan……… ….37

1. Kehamilan……….………. ..37

2. Persalinan……….………..……… ..42

C. Kerangka Teori……….………... 43

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISi OPERASIONAL A. Kerangka Konsep………..………... 43

B. Hipotesis……….………. 44

C. Definisi operasional……….……… 48

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain penelitian……….…….……… 49

B. Lokasi dan waktu penelitian……….………... 49

C. Populasi, sampel, dan teknik sampling………..……….. 49

1. Populasi…………...………..………. .50

2. Sampel ……….……….. 50

3. Besar sampel………..………. 51

D. Kriteria sampel………..………... 51

E. Pengumpulan data………..…….. 51

1. Jenis data………..…... 52


(11)

xvi

F. Uji validitas dan reabilitas instrument……….………… 55

G. Pengolahan data……….……….. 56

1. Editing……….……….……….…….. 56 2. Coding………..…….. 56 3. Entry data………..………….. 56

4. Melakukan teknik analisis……….………. 56

H. Analisis data………..…………... 57

1. Analis Univariat...……….………. .57

2. Analisis Bivariat………...…..……….57

3. Analisa Multivariat………..………… ...60

I. Etika penelitian……….………... 60

1. Informed Consent……….……….……….. 60

2. Anonimity (tanpa nama)……….………. 60

3. Kerahasiaan (confidentiality)……….………. 60

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian……….……….. 61

1. Letak wilayah………..………...……. 61

2. Visi dan Misi Puskesmas Pamulang………...…… 61


(12)

xvii

B. Hasil Analisa Univariat……….…... 64

1. Gambaran Kecemasan Ibu Primipara……….………….…….... 64

2. Gambaran Dukungan Ibu Primipara………...………… 64

3. Gambaran Interpersonal Ibu Primipara……….………..….65

4. Gambaran Behaviour Ibu Primipara………...………… 67

C. Hasil Analisa Bivariat………..……… 67

1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan……… 67

2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemasan…..…….…….… 68

4. Hubungan antara behavior dengan kecemasan……….…….………. 69

D. Analisis Multivariat………..………....….. 74

BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ………...…..……….. 75

B. Instrumen Penelitian……….... 76

C. Interpretasi dan Hasil diskusi………..…….…... 77

1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan……….….. 77

2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemassan………82

3. Hubungan antara behavior dengan kecemasan ……….….….……... 84

4. Hubungan antara keluarga dengan kecemasan dikontrol interpersonal dan behaviour……….………...…….. 85

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..……….... 86


(13)

xviii DAFTAR PUSTAKA


(14)

xix No. tabel

2.1 Obat Anti ansietas...…. 41

3.1 Definisi Operasional………. … 38

4.1 Skala Kecemasan………... 51

4.2 Skala Likert ……….52

5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan………..63

5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga……….…...64

5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan……...65

5.4 Distribusi Frekuensi Interpersonal………...66

5.5 Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan…………...67

5.6 Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan………...68

5.7 Distribusi Kecemasan dengan dukungan keluarga………...69

5.8 Distribusi Kecemasan dengan Interpersonal………70

5.9 Distribusi Kecemasan dengan Behaviour……….71

5.10 Hubungan antara variable dependen dengan independen………...…...72


(15)

xx

No. Bagan Halaman

2.1 Pengaruh lingkungan terhadap Kesehatan Mental……… …..32

2.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap stres...…..33

2.3 Stuart Model Adaptasi Berhubungan dengan Kecemasan ...…..43

2.4 Kerangka Teori………... 55


(16)

xxi Lampiran

1. Surat ijin penelitian 2. Informed consent 3. Kuesioner

4. Hasil analisa Univariat 5. Hasil analisa Bivariat 6. Hasil analisa Multivariat


(17)

xxii

DAFTAR SINGKATAN ACTH : Adreno Cortico Tropin Hormone

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia FSH : Folicle Stimulating Hormone

GABA : Gamma Amino Butiric Acid

GH : Growth Hormone

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga SSP : Susunan Syaraf Pusat

THT : Telinga Hidung dan Tenggorokan WHO : World Health Organization ZSAS : Zung Self Rating Anxiety Scale


(18)

1 A. Latar Belakang

Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 menjelaskan bahwa status kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami gangguan mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10% populasi orang dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar 20% pasien teridentifikasi mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan peningkatan sekitar 5% - 10% untuk semua gangguan mental (WHO, 2005).

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara signifikan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut mengindikasikan bahwa individu mengalami suatu perubahan emosional yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi patologi.

Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan menimbulkan dampak psikologis cukup serius adalah ansietas/kecemasan. Menurut Stuart dan Laraia (2005) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.


(19)

Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang diperlukan untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu kehidupan baik secara kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, pengalaman traumatis akan perpisahan atau kehilangan, rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri maupun konsep diri (Suliswati, 2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah cemas saat menghadapi kejadian traumatik misalkan kecemasan menghadapi persalinan terutama ibu yang pertama kali akan melahirkan.

Persalinan dan kehamilan merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan bagi seorang ibu dan seluruh keluarga. Selain itu juga merupakan saat yang paling dramatis apalagi bagi ibu yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya waktu menghadapi persalinan. Menurut Gressman (1980), kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena kehamilan adalah permulaan tidak hanya berkembangnya janin, tetapi juga pembentukan baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota dan perubahan hubungan setiap anggota keluarga.

Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran baru, wanita mengubah konsep dirinya supaya siap menjadi orang tua. Pertumbuhan


(20)

ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas tertentu, menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu, mengatur hubungan dengan pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri menghadapi persalinan ( Stainton, 1984).

Trimester III merupakan klimaks kegembiraan emosi menanti kelahiran bayi, terutama ibu primipara, yaitu seorang ibu yang baru melahirkan pertama kali (Bobak, 2004). Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah sehingga menyebabkan calon ibu mudah lelah dan tergantung pada pasangan atau orang lain di sekitarnya. Calon ibu menjadi lebih introspektif dan mulai banyak memikirkan dan mencemaskan persalinan, kelahiran, dan bayinya. Hal ini membuat ibu mulai protektif terhadap bayi yang sedang berkembang dan mencoba menghindari sesuatu yang dapat mengurangi kesejahteraannya (Hamilton, 1995).

Hal senada juga di ungkap oleh Kartono (1992) bahwa pada usia kandungan tujuh bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Pada trimester ini merupakan masa riskan terjadinya kelahiran bayi prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu hamil.

Hal yang mempersulit proses persalinan selain bersifat klinis seperti plasenta previa, suasana psikologis ibu yang tidak mendukung ternyata ikut andil. Misalkan, ibu dalam kondisi cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, sehingga pada akhirnya berujung pada stres. Cemas yang berlebihan menyebabkan kadar hormon


(21)

stres meningkat (beta-endorphin, hormon adrenokortikotropik [ACTH], kortisol dan epinefrin). Efek kadar hormon yang tinggi dalam menghambat persalinan dapat dikaitkan dengan persalinan distosia. Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi seviks normal, sehingga dapat meningkatkan persepsi nyeri dan mengakibatkan persalinan lama (Bobak, 2004).

Kecemasan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi tubuh, menyebabkan keletihan bahkan mempengaruhi kondisi janin dalam kandunganya. Kondisi inilah yang mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan rahim ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Tidak hanya itu, emosi yang tidak stabil dapat membuat rasa sakit yang meningkat. Menjelang persalinan, ibu hamil membutuhkan ketenangan agar proses persalinan menjadi lancar tanpa hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi persalinan maka persalinan akan berjalan semakin lancar (Zaenal, 2002).

Menurut Todd dalam Irma (2002), melaporkan kecemasan selama kehamilan menyebabkan depresi postpartum 20 responden dari 300 responden. Hasil penelitian mengindikasikan beratnya perubahan suasana emosi pada periode postpartum berkorelasi dengan beratnya kecemasan selama kehamilan. Penelitian lain juga menemukan bahwa antara kecemasan berat dan sikap permusuhan selama kehamilan berkorelasi secara positif dengan depresi postpartum (Hayworth, 1980).

Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengatasi masalah kecemasan yang dialami ibu hamil. Perawat harus dapat mengenali gejala kecemasan dan mengurangi kecemasan ibu hamil dengan memberikan penjelasan mengenai


(22)

kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin. (Dagun, 1991).

Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan Tanon, Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi persalinan mengatakan bahwa terdapat 20% ibu yang mengalami kecemasan. Penelitian Astuti (2005) mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh cemas ringan (46%), sedang (50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008), mengenai gambaran kecemasan pada ibu hamil Trimester III, dari 51 responden yang diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%), ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).

Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan antara lain:, interpersonal, behaviour, biologi, dan keluarga. Pada penelitian ini yang diteliti adalah keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini yang membentuk kepribadian seseorang dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang sering muncul adalah dukungan. Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena kedua hal ini terjadi dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan behavior, tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara objektif.

Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya. Seseorang yang memiliki dukungan yang kurang dalam kehidupannya,maka


(23)

cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika memiliki dukungan keluarga diharapkan wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan orang terdekat akan menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, pada tanggal 23 Juni 2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu mengatakan khawatir menghadapi persalinan. Pengamatan yang kami lakukan terkait dukungan keluarga, hampir 80% ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami atau salah satu anggota keluarganya.

Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwasanya kehamilan dan persalinan merupakan tugas yang sangat berat :











Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu (QS. Luqman 14).


(24)

                                                                            

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri"(QS. Al Ahqaaf 15).

Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III terutama ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis, tetapi juga berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak ditangani maka akan berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri ibu dan memperlama proses persalinan. Karena itu kami tertarik untuk meneliti tentang


(25)

salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu primipara menghadapi persalinan.

B. Rumusan Masalah

Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal ini dibiarkan terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan persepsi nyeri. Hal ini berakibat resiko kematian pada saat persalinan.

Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan, yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, dan biologi tetapi penelitian ini yang diteliti adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga dan mempertahankan integritas fisik maupun psikologi (Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang adanya hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran dukungan keluarga ibu primipara trimester III dalam

menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?

2.Bagaimana gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang ?

3.Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?


(26)

4.Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behavior ?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi persalinan diPuskesmas Pamulang. b. Mengidentifikasi gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam

menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

c. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behavior.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan keperawatan

Untuk mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada ibu primipara trimester III menghadapi persalinan, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan terutama saat melakukan pengkajian terkait kondisi psikologis ibu.


(27)

2. Bagi tenaga kesehatan

Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya Puskesmas Pamulang yang menangani ibu hamil untuk menyusun upaya-upaya yang sesuai dalam mengatasi dan mengurangi kecemasan ibu primipara trimester III, terutama untuk health promotion dan health prevention.

3. Bagi pendidikan

Dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu khususnya ilmu keperawatan maternitas mengenai penatalaksanaan sewaktu ANC dan keperawatan jiwa tentang penyebab kecemasan.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan pengembangan ilmu berkaitan dengan kecemasan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan dan dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol dengan variabel lain yaitu interpersonal dan behaviour. Serta melihat sejauh mana faktor tersebut berhubungan terhadap kecemasan. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang 2010, karena Puskesmas Pamulang mempunyai jumlah ibu primipara tertinggi dibanding Puskesmas lain di Tangerang Selatan. Populasi penelitian ini adalah ibu primipara trimester III (7-9 bulan), dan yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang 2010.


(28)

Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling, yaitu menggunakan populasi sebagai sampel sebanyak 52 orang.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari kehidupan. Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika, menyerang antara 10%-25% populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang dirinya dan hubungan dengan yang lain. Kecemasan merupakan ketakutan yang bercampur baur samar-samar dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. Kecemasan merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di sepanjang kehidupan (Stuart dan Laraia, 2005).

Menurut Post (1978:57-86), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud (dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan.

2. Jenis Kecemasan

Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita, neurotik dan moral.


(30)

a. Kecemasan realita

Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.

b. Kecemasan neurotik

Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum.

c. Kecemasan moral

Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

3. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu, yaitu :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.


(31)

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

c. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.


(32)

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

5. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri (Suliswati, 2005).

6. Respon Kecemasan

Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag ketika mengalami kecemasan :

a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan. 1)Kardio vaskuler

Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.


(33)

2)Respirasi

Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. 3)Kulit

Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

4)Gastrointestinal

Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.

5)Neuromuskuler

Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.

b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan 1)Perilaku

Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.

2)Kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

3)Afektif


(34)

6. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu. a. Konstuktif

Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.

b. Destruktif

Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional. 7. Mekanisme Koping

Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang digunakan individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas

Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan secara realistik. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.

b. Mekanisme Pertahanan Ego

Membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan


(35)

diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif terhadap stres.

8. Gejala Kecemasan

Orang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu

a. Fase 1 (satu)

Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan noradrenalin. Karena itu maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Hal ini menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988). b. Fase 2 (dua)

Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah


(36)

menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).

c. Fase 3 (tiga)

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti, intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

9. Faktor Pencetus Kecemasan

Menurut Stuart dan Laraia (2005), pencetus timbulnya kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal tersebut dibedakan menjadi:


(37)

a. Ancaman terhadap integritas fisik

Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman keselamatan, injuri; sedangkan sumber internal merupakan kegagalan mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun, termoregulator menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.

b. Ancaman terhadap self esteem

Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan integritas fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial; sedangkan sumber internal yaitu kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah, di tempat kerja, dan di dalam masyarakat.

10. Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan

Beberapa mekanisme pertahanan digunakan untuk melawan kecemasan antara lain adalah:

a. Represi

Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.


(38)

b. Reaksi Formasi

Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk yang lebih dapat diterima.

c. Proyeksi

Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang lain.

d. Regresi

Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi.

e. Rasionalisasi

Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat diterima oleh kita.

f. Pemindahan

Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.

g. Sublimasi

Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id, sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri.


(39)

Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secarasosial bukan hanya diterima namun dipuji.

h. Isolasi

Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat, merepresikannya dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.

11. Alat Ukur Kecemasan

Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock, 1998). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), yang merupakan instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat kecemasan secara kuantitatif, kemudian dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Instrumen ZSASdikembangkan oleh William W.K Zung (1997). Batasan keadaan kecemasan adalah suatu pengalaman manusia yang universal berbentuk respon emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan takut dan khawatir terhadap ancaman bahaya yang tidak teridentifikasi dan bersumber pada konflik-konflik di dalam diri sendiri, disertai gejala-gejala fisik disebabkan rangsangan sistem syaraf simpatik. Berdasarkan analisis statistik, ZSAS mampu membedakan dengan jelas penderita kecemasan dengan diagnosa lain dan juga hubungan antara setiap pertanyaan dengan total skor yang didapat adalah bermakna.


(40)

12. Tindakan Keperawatan

Menurut Doenges, dkk (1995) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi koping individu yang tidak efektif pada diagnosa keperawatan ansietas antara lain : mengkaji kapasitas fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan tingkat koping, menentukan mekanisme pertahanan yang harus digunakan, mengidentifikasi metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan, mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi persepsi tentang apa yang sedang terjadi, membantu klien mengidentifikasi efek maladaptif mekanisme koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta ketrampilan penyelesaian masalah).

Mc Closkey (1996) pada Nursing Intervention Classification menjelaskan bahwa tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan cara menenangkan dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien, menjelaskan semua prosedur termasuk dampak maupun akibat selama perawatan, memahami klien dalam mencari pandangan terhadap situasi yang menyebabkan stres, menyediakan informasi berdasarkan fakta mengenai hasil diagnose keperawatan dan prognosisnya.

Perawat juga menyediakan objek yang menandakan rasa aman, menggosok pungung atau leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi, mendengarkan penuh perhatian, mendorong klien untuk mengungkapkan persepsi maupun kecemasan yang dirasakan, mengidentifikasi ketika tejadi perubahan tingkat


(41)

cemas, menyediakan kegiatan yang sesuai ke arah pengurangan ketegangan membantu klien dalam mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kecemasan, membantu klien dalam mengartikan suatu uraian realitas terhadap suatu peristiwa yang akan datang, menentukan kemampuan klie dalam mengambil keputusan, menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi serta program pengobatan. Menurut pandangan beberapa ahli, praktik intervensi lanjut untuk mengatasi kecemasan diantaranya :

a) Terapi kognitif

Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang didasarkan pada keyakinan klien dalam kesalahan berpikir, mendorong pada penilaian negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi pikiran, terapis membantu klien mengidentikasi pikiran negatif yang menyebabkan kecemasan, menggali pikiran tersebut, mengevaluasi kembali situasi yang realistis dan mengganti hal negatif yang telah diungkapkan dengan ide–ide yang membangun.

b) Terapi perilaku

Berbagai jenis perilaku digunakan digunakan pembelajaran dan praktik secara langsung dalam upaya menurunkan kecemasan atau menghindari. Videback (2000) menegaskan bahwa terapi perilaku dipandang efektif dalam mengatasi gangguan kecemasan terutama jika dikombinasikan dengan farmakoterapi.

c) Teknik relaksasi

Latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot. Menurut Stuart dan Laraia (2000) seseorang yang mengalami perasaan tidak


(42)

tentram, cemas dan stres psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang terprogram secara teratur maka akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi, mengurangi keingat dan frekuensi pernapasan.

d) Modelling

Terapis secara khusus memberikan role model dan mendemonstrasikan perilaku yang sesuai dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.

14.Terapi Farmakologi

Halloway (1996) menjelaskan bahwa terapi obat untuk gangguan kecemasan diklarifikasikan menjadi anti ansietas yang terdiri, anxiolitik, transquilizer, sedative, hipnotik, dan anti konvulsan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron (Buspar). Meskipun mekanisme kerja yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas menimbulkan efek yang diinginkan melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor neurotransmitter lain. Obat anti ansietas digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan somatoform, gangguan disosiatif, gangguan kejang, dan untuk pemulihan gejala insomnia dan kecemasan.

Menurut Copel (2000), efek samping yang umum dari penggunaan obat anti ansietas yakni, pada SSP (pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih, depresi, sakit kepala, kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas), kardiovaskuler (hipotensi ortostastik, takikardi, perubahan elektrokardigram), mata dan THT (pandangan kabur, midriasis, tinnitus), gastrointestinal (anoreksia, mual, kering, mulut kering, muntah). Kontra indikasinya yaitu, penyakit hati, klien lansia, penyakit


(43)

hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan penyakit pernafasan yang telah ada serta reaksi hipersensitivitas.

Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas

Nama Generik Dosis (Mg/ hari)

Alprazolam (xanax) 1- 4

Diazepam (Valium) 2 -40

Fluoxetine (Prozac) 20 – 60 Clomipramine (Anafranil) 50 – 250

Lorazepam (Ativan) 1 – 6

15. Faktor Prediposisi Kecemasan a. Psikoanalisa

Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu kecemasan adalah suatu sinyal dari kekacauan bawah sadar yang memerlukan pemeriksaan. Kecemasan dapat normal, adaptif, maladaptif, terlalu kuat, atau terlalu ringan, tergantung pada keadaan. Freud mengatakan bahwa prototipe dari semua anxietas adalah trauma masa lahir (Otto Rank, 1986).

Janin saat dalam masa kandungan merasa dalam dunia yang nyaman, stabil dan aman dengan setiap kebutuhan dapat dipuaskan tanpa ada penundaan. Tiba-tiba saat lahir individu dihadapkan pada lingkungan yang berlawanan. Individu kemudian harus beradaptasi dengan realitas, yaitu kebutuhan instinktual tidak selalu dapat ditemukan. Sistem saraf bayi yang baru lahir masih mentah dan belum tersiapkan, tiba-tiba


(44)

dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus. Trauma lahir, dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang bekerja berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principle dan selalu ingin dipuaskan) tidak dapat terpuaskan merupakan pengalaman pertama individu dengan ketakutan dan kecemasan.

Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu termotivasi untuk memuaskan. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu juga dapat mengikuti kata hatinya.

b. Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Interpersonal penolakan termasuk dalam peristiwa yang paling mempengaruhi dalam pengalaman orang. Perasaaan penolakan, pengucilan, stigmatisasi, dan jenis lain dari penolakan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Akibatnya, orang termotivasi untuk menghindari penolakan sosial, dan banyak perilaku manusia tampaknya dirancang untuk menghindari pengalaman tersebut. Efek penolakan


(45)

interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta mengakibatkan kecemasan.

Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma kehilangan, dan kematangan kepribadian.

Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman, kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian, rasa tidak berdaya (Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam (2000) kecemasan dimulai pada awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui hubungan emosional inilah, kecemasan pertama kali disampaikan ibu kepada anaknya. bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya. Ketika anak tumbuh dewasa, dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya, sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Adanya trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah satu tugasnya adalah mengurangi ketergantungan disebabkan oleh kebutuhannya.

Individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan individu yang kepribadian tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini lebih peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami kecemasan.


(46)

c. Behaviour

Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan muncul melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).

Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut mungkin terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri. Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).

Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari luar. Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana orang tua memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon sama terhadap hal tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk mengalami stress, seperti saat sendirian dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi yang berasal dari orang tua akan membuat anak belajar melakukan mengalami hal yang sama (Stuart dan Laraia, 2005).

Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang mengalami persaingan dan membuat suatu pilihan. Konflik menimbulkan cemas dan


(47)

kecemasan meningkatkan persepsi konflik yang dimanifestasikan perasaan tidak berdaya (Stuart dan Laraia, 2005).

Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Keikutsertaan ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, menjadikan konflik situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Konflik bertentangan dengan integrasi.

Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus dimasyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

1) Faktor penyebab konflik.

a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

b) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda. c) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.


(48)

a) Pendekatan-pendekatan

Seseorang mengejar tanggung jawab menguntungkan dan sangat diinginkan. Konflik ini jarang menimbulkan kecemasan.

b) Pendekatan-penghindaran

Seseorang yang mengejar tujuan dan menghindari dalam saat yang sama. c) Penghindaran-penghindaran

Seseorang yang memilih diantara 2 hal yang tidak diinginkan, kedua pilihan tersebut merupakan hal yang tidak diinginkan.

d) Double Pendekatan- penghindaran

Orang yang dapat kedua hal yang menguntungkan dan aspek yang tidak menguntungkan, keduanya merupakan pilihan.

6) Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga. Kecemasan disebabkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. Studi pada keluarga dan epidemiologi menunjukkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifat yang berbeda (Hettema, 2001). Suliswati (2005) menerangkan bahwa riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan cara mengatasi kecemasan.

Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat saat mengalami kejadian yang mengkhawatirkan. Segala hal yang mempengaruhi semua anggota keluarga, maka akan mempengaruhi kecemasan yang dialami individu. Peran


(49)

keluarga dalam menimbulkan kecemasan meliputi, adanya konflik, dukungan keluarga yang diberikan ketika menghadapi peristiwa penting dalam kehidupan.

Menurut Baron & Byrne (1991) dukungan keluarga berperan meningkatkan kesehatan tubuh dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan orang saat menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam hidup. Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet, 2004) membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi

1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap yang bersangkutan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan emosional yang dapat diberikan

a) Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga. b) Adanya komitmen dari keluarga terhadap kesejahteraan atau berbagi beban. c) Keterlibatan sosial adanya kontak sosial dan suasana persahabatan.

d) Afektif, yaitu dengan menunjukkan cinta dan perhatian. e) Adanya dukungan timbal balik.

2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan dengan individu lain. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan penghargaan yang dapat diberikan:

a) Penegasan keluarga memvalidasi tindakan, perasaan.

b) Mendengarkan aktif, mendukung individu, dan memberi pendapat.


(50)

3) Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota keluarga lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada situasi tertentu.

4) Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan balik.

5) Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu kelompok tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga atau mempertahankan integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998 dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam melindungi seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).

Ada dua model utama yang dapat menjelaskan peranan dari dukungan keluarga dalam menghadapi suatu peristiwa dan dampak dari stres yang sedang dihadapi seseorang (Taylor, 2006), yaitu the direct effects dan the buffering model.

Berdasarkan the direct effects, dukungan keluarga melibatkan jaringan yang cukup luas mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang serta dapat mengurangi kecemasan, ketidakberdayaan dan keputusasaan. Seseorang yang sedang mengalami stres akan mendapatkan perasaan


(51)

dan pengalaman positif bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya model yang memberikan contoh atau gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta dorongan semangat dan pengaruh orang yang berarti merupakan faktor–faktor dari lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Skema 2.2 Pengaruh lingkungan eksternal terhadap kesehatan mental.

Sedangkan menurut the buffering model, dukungan keluarga berpengaruh tentang kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres. Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model ini. Pertama, ketika ada anggota keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai dukungan keluarga yang tinggi maka orang terssebut dapat menilai rendah stressor yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit mendapat dukungan dari lingkungan keluarga. Kedua, dukungan keluarga dapat memodifikasi reaksi seseorang tentang stressor setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang tidak

Faktor lingkungan

eksternal (dukungan

keluarga)

Penguatan tingkah laku

Pengaruh orang berarti

Dorongan semangat

Contoh / model

Sehat dan keadaan sejahtera


(52)

mendapatkan atau sedikit mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kecenderungan tinggi mengalami dampak negatif dari stres.

Skema 2.3 Pengaruh dukungan keluarga terhadap stress.

Menurut Richardson (1983) yang dikutip oleh Bobak, dkk, (1995), orang yang paling penting bagi ibu hamil adalah ayah dari anaknya (suami). Ibu yang dirawat oleh suaminya selama kehamilan mempunyai lebih sedikit gejala emosional dan fisik, lebih komplikasi persalinan dan kelahiran dan lebih mudah penyesuaian post partum (Grossman, dkk, 1980; May, 1982).

e. Dasar Biologi

Kajian biologis menunjukkan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart dan Sundeen, 1998).

Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmitter Gamma Amino Butiric Acid (GABA), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran kecemasan. Mekanisme kerja diawali dengan penghambatan neurotransmitter di otak oleh GABA. Ketika persilangan di sinaps dan

Stres

Kurang dukungan

keluarga Sakit


(53)

mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membrane post sinaps, maka saluran reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi penghambatan/reduksi sel yang dirangsang kemudian sel beraktifitas dengan lambat (Stuart dan Laraia, 2005).


(54)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

antisipasi ringan sedang berat panik

Bagan 2.3 Stuart model adaptasi berhubungan dengan kecemasan (2005). Faktor predisposisi

Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi

Kekuatan koping

Mekanisme koping Faktor presipitasi

Integritas fisik System self esteem

Penilaian stressor

Konstruktif

Mekanisme pertahanan Ego Reaksi berorientasi

tugas


(55)

B. Kehamilan dan Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan 1. Kehamilan

Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala kemungkinan, harapan, kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap menampung hasil pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan atau pengalaman sendiri pada kehamilan sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna kehamilan tersebut (Whalen, 1987).

Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu perasaan yang bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya. Perasaan menginginkan, kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak menimbulkan perasaan bersalah, ketakutan, dan kecemasan. Perasaan menolak kurang dapat diekspresikan secara bebas serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar tidak disadari. Perasaan menolak meliputi cemas dan takut akan sakit waktu melahirkan, terutama kelainan pada persalinan sebelumnya, kehilangan sifat menarik, perasaan tidak nyaman akibat pembesaran abdomen, terganggunya pekerjaan dan aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas atau bertanggung jawab sebagai ibu (Benson, R.C.,1984, Maramis,W.F,1986).

Pada kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, pada penelitian ini hanya trimester ketiga yang dijelaskan karena trimester ini merupakan klimaks dari beberapa trimester sebelumnya.


(56)

a.Trimester ketiga

Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik . Alasan yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan adalah kecemasan mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya ( Kosim, 1970).

Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar ibu akan merasakan berbagai perasaan emosional yang berbeda-beda dan tubuh secara fisik juga mengalami perubahan. Ibu akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Ibu akan merasakan berbagai perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk bertemu bayi baru anda. Mungkin juga kuatir dengan kesehatan bayi anda. Ibu mulai berfikir tentang persalinan. Perubahan, tubuh secara fisik juga mengalami perubahan pada trimester akhir ini. Beberapa perubahan yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga:

a) Payudara

Keluarnya cairan dari payudara yaitu colustrum adalah makanan bayi pertama yang kaya akan protein.

b) Konstipasi

Pada trimester ke tiga ini konstipasi juga karena tekanan rahim yang membesar ke daerah usus selain peningkatan hormone progesterone.

c) Pernafasan


(57)

tekanan bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa terbakar di dada (heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah tulang iga ibu.

d) Sering BAK

Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan kandung kencing ibu.

e) Masalah Tidur f) Varises

Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir kehamilan kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul.

h) Kontraksi Perut

Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat.

i) Bengkak

Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki, kadang tangan juga bengkak disebut edema, disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.

j) Kram Kaki

Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan dengan perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar kalsium.


(58)

k) Cairan Vagina

Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair.

Selain perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, masalah klinis juga dapat menyebabkan kecemasan. Masalah klinis yang paling sering terjadi trimester ketiga adalah perdarahan. Penyebab utama perdarahan pada trimester ketiga adalah plasenta previa, plasenta abruption dan bloody show.

a)Placenta Previa (plasenta terletak tidak normal)

Placenta previa terjadi bila plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim, menutupi pembukaan serviks.

b) Plasenta Abruption (awal pemisahan plasenta)

Plasenta abruption (juga dikenal sebagai pemisahan prematur plasenta), plasenta akan terlepas dari dinding rahim. Pendarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, yang berbahaya bagi ibu maupun bagi bayi yang belum lahir.

c) Bloody Show

Ini adalah salah satu penyebab paling umum perdarahan vagina pada akhir trimester ketiga. Ini dapat terjadi hanya beberapa menit sebelum persalinan atau pada awal sebagai perubahan serviks, cairan ini berbentuk lendir dan darah.

2. Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).


(59)

Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

C. Kerangka Teori

Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan adalah psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi. Pada kelima hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan, yang paling mempengaruhi dan merupakan support sistem adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga mempunyai peranan dalam membantu anggota keluarga menghadapi kecemasan. Ada 2 model dalam dukungan keluarga, yaitu : the buffering model dan the direct effect model. Pada the direct effect t model, dukungan keluarga berperan sebagai faktor yang berasal dari luar yang meliputi. Adanya model contoh, penguatan tingkah laku, pengaruh yang berarti dan dorongan semangat. Sedangkan, the buffering model, apabila seseorang kurang mendapat dukungan dari keluarga maka ia akan menjadi sakit.


(60)

Bagan 2.4 Modifikasi Stuart & Laraia (2005), Taylor (2006), House (2000). Faktor Predisposisi

Psikoanalisa Interpersonal

 konsep diri,

 trauma kehilangan

 kematangan kepribadian Behavior

 trauma kegagalan,

 pembelajaran,

 konflik

Keluarga (dukungan keluarga)

 Dukungan emosional

 Dukungan penghargaan

 Dukungan instrumental

 Dukungan informatif

Network support Biologi


(61)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Pada teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori, maka dapat disusun kerangka konsep dimana pada penelitian ini dukungan keluarga merupakan variabel independen, kecemasan variabel dependen dan interpersonal dan behaviour sebagai variabel potensial confounding.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep (Sumber: Stuart dan Laraia (2005). - Interpersonal

- Behaviour Dukungan

keluarga

Kecemasan menghadapi persalinan


(62)

B. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.


(63)

C. Definisi Operasional. Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Penguk

uran Kecemasan Perasaaan

terancam dan stressfull, yang dimanifestasikan pada perubahan pola tidur, makan dan tanda-tanda vital.

Wawancara dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur respon kecemasan.

Kuesioner A 1

0 = Tidak cemas ( 20 - 40) 1 = Cemas ringan ( 41-60)

2 = Cemas Sedang (61-80) 3 = Cemas Berat (81-100)

Ordinal

Dukungan keluarga

Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga terdekat yang

Wawancara dengan menggunakan kuesioner Kuesioner A 2

0 =

dukungan baik (37-48)


(64)

berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental informative dan network support mempunyai peranan sebagai contoh/model, penguatan

tingkah laku, dorongan

semangat, dan pengaruh orang berarti.

1 = cukup dukungan ( 25-36)

2 = kurang dukungan (12-24)


(65)

Interpersonal Hubungan

interaksi dengan lingkungan yang dipengaruhi konsep diri, kematangan kepibadian, serta trauma kehilangan. Wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner A 3

0= baik (37-48)

1= cukup (25- 36)

2= kurang (12-24)

Ordinal

Behaviour Perilaku yang dibentuk sejak dini dipengaruhi trauma kegagalan, pembelajaran kejadian, dan konflik. Wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner A 4

0= baik (37-48)

1= cukup (25-36)

2= kurang (12-24)


(1)

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced

Model Chi-Square df Sig.

Intercept 11,183(a) ,000 0 .

kaer 25,938 14,756 2 ,001

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.

a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom.

Parameter Estimates

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidenc Exp( kategori

kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Boun

Intercept 1,792 1,080 2,752 1 ,097

[kaer=1] -,405 1,160 ,122 1 ,727 ,667 ,069

cemas ringan

[kaer=2] 0(b) . . 0 . . .

Intercept 2,079 1,061 3,844 1 ,050

[kaer=1] -3,332 1,330 6,281 1 ,012 ,036 ,003

cemas sedang

[kaer=2] 0(b) . . 0 . . .

a The reference category is: tidak cemas.

b This parameter is set to zero because it is redundant.

Case Processing Summary

N

Marginal Percentage

tidak cemas 32 61,5%

cemas ringan 17 32,7%

Kecemasan

cemas sedang 3 5,8%

Valid 52 100,0%

Missing 0

Total 52


(2)

Model Fitting Information Model

Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

Model Likelihood -2 Log Chi-Square df Sig.

Intercept Only 11,459

Final 11,335 ,124 2 ,940

Pseudo R-Square Cox and Snell ,002 Nagelkerke ,003

McFadden ,001

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced

Model Chi-Square df Sig.

Intercept 17,571 6,237 2 ,044

kab 11,459 ,124 2 ,940

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.

Parameter Estimates

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence InteExp(B) kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound

Intercept -,693 ,612 1,281 1 ,258

cemas ringan

kab ,080 ,703 ,013 1 ,909 1,083 ,273

Intercept -2,079 1,061 3,844 1 ,050

cemas sedang

kab -,405 1,291 ,099 1 ,753 ,667 ,053


(3)

Analisa Multivariat

Case Processing Summary

N

Marginal Percentage

tidak cemas 8 15,4%

cemas ringan 34 65,4%

kategori kecemasan

cemas sedang 10 19,2%

baik 2 3,8%

cukup 41 78,8%

kategori dukungan nm

kurang 9 17,3%

cukup 37 71,2%

interper

kurang 15 28,8%

cukup 39 75,0%

behaviour

kurang 13 25,0%

Valid 52 100,0%

Missing 0

Total 52

Subpopulation 8(a)

a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations. Model Fitting Information

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

Model Likelihood -2 Log Chi-Square df Sig.

Intercept Only 46,219

Final 19,388 26,830 8 ,001

Pseudo R-Square Cox and Snell ,403 Nagelkerke ,486


(4)

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced

Model Chi-Square df Sig.

Intercept 19,388(a) ,000 0 .

katdukmn 29,761 10,373 4 ,035

kaer 21,751 2,363 2 ,307

bah 22,175 2,787 2 ,248

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.

a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom.

Parameter Estimates

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Conf

kategori

kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper

Intercept 18,413 1,516 147,582 1 ,000

[katdukmn=0] -19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-0 [katdukmn=1] -17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-0

[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .

[kaer=1] -,541 1,295 ,174 1 ,676 ,582 ,0

[kaer=2] 0(b) . . 0 . .

[bah=1] 1,393 ,947 2,161 1 ,142 4,026 ,6

cemas ringan

[bah=2] 0(b) . . 0 . .

Intercept 20,592 1,322 242,631 1 ,000

[katdukmn=0] -37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-0

[katdukmn=1] -20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-0

[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .

[kaer=1] -2,136 1,564 1,866 1 ,172 ,118 ,0

[kaer=2] 0(b) . . 0 . .

[bah=1] ,368 1,335 ,076 1 ,783 1,445 ,1

cemas sedang

[bah=2] 0(b) . . 0 . .

a The reference category is: tidak cemas.


(5)

Case Processing Summary

N

Marginal Percentage

tidak cemas 8 15,4%

cemas ringan 34 65,4%

kategori kecemasan

cemas sedang 10 19,2%

baik 2 3,8%

cukup 41 78,8%

kategori dukungan nm

kurang 9 17,3%

Valid 52 100,0%

Missing 0

Total 52

Subpopulation 8(a)

a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations. Model Fitting Information

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

Model Likelihood -2 Log Chi-Square df Sig.

Intercept Only 46,219

Final 19,388 26,830 8 ,001

Pseudo R-Square Cox and Snell ,403 Nagelkerke ,486

McFadden ,292

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced

Model Chi-Square df Sig.

Intercept 19,388(a) ,000 0 .

kaer 21,751 2,363 2 ,307

bah 22,175 2,787 2 ,248

katdukmn 29,761 10,373 4 ,035

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.

a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom.


(6)

Parameter Estimates

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Conf kategori

kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper

Intercept 20,117 2,109 90,992 1 ,000

kaer ,541 1,295 ,174 1 ,676 1,717 ,1

bah -1,393 ,947 2,161 1 ,142 ,248 ,0

[katdukmn=0] -19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-0 [katdukmn=1] -17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-0 cemas ringan

[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .

Intercept 17,056 2,606 42,835 1 ,000

kaer 2,136 1,564 1,866 1 ,172 8,464 ,3

bah -,368 1,335 ,076 1 ,783 ,692 ,0

[katdukmn=0] -37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-0

[katdukmn=1] -20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-0

cemas sedang

[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .

a The reference category is: tidak cemas.