Tinjauan Sosial Ekonomi Pengemis Penggendong Anak di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian Sosial Ekonomi
Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan
pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan
yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerja dan
kesejahteraan sosial. Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya teman. Arti teman bukan
terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman sekampung dan sebagainya, yang
dimaksud teman disini adalah mereka yang ada disekitar kita yakni yang tinggal dalam satu
lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Jadi dapat dikatakan bahwa
sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep
sosiologis, manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat
hidup dengan wajar tanpa adanya orang lain disekitarnya (Suyanto, 2013: 11).
Kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan :
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua orang atau lebih.
2. Manusia tersebut bergaul atau berhubungan dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama.
Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama dan hidup bersama , maka akan

terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai
kesatuan (kelompok).
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama.

19

Universitas Sumatera Utara

Kata ekonomi secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Oikos” yang artinya
rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Secara garis besar ekonomi adalah cara mengatur
rumah tangga. Tidak berbeda halnya dengan rumah tangga, masyarakat juga selalu dihadapkan
pada banyak keputusan dan pelaksanannya. Suatu masyarakat harus memutuskan pekerjaanpekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, siapa, bagaimana dan di mana mengerjakannya. Suatu
masyarakat membutuhkan orang-orang untuk menghasilkan pangan, orang yang membuat
sandang, orang yang membangun rumah, dan seterusnya. Dengan kata lain ekonomi sebagai
pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaanya
yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara
berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masingmasing (Damsar,2011:9).
Status sosial ekonomi merupakan suatu kedudukan yang diatur oleh seseorang pada posisi
tertentu dalam struktur sosial masyarakat, yang disertai pula dengan seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status. Untuk melihat apakah seseorang memiliki
status sosial ekonomi yang tinggi, sedang , atau rendah didasarkan pada banyak tidaknya bentuk
penghargaan masyarakat kepadanya. Semakin tinggi tingkat status sosial ekonomi seseorang
maka semakin banyak bentuk penghargaan masyarakat yang diterimanya dan sebaliknya semakin
rendah tingkat status sosial ekonomi seseorang, maka semakin sedikit pula bentuk penghargaan
dari masyarakat yang diterimanya (Soedjono Soekanto,dalam Hairani, 2014 :75)

20

Universitas Sumatera Utara

Adapun beberapa kedudukan tersebut yaitu :
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan
lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan
pinjaman dari orang lain.
2. Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.
3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan
pokok, juga sebagian dari pendapatan itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan
yang lain.

Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut
interaksinya dan perilaku ekonomi masyarakat tersebut. Kehidupan sosial ekonomi juga berarti
membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut,
dan pemanfaatan hasil ekonomi yang diperoleh. Jadi kehidupan sosial ekonomi yang dimaksud
adalah cara-cara atau strategi yang diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,
serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara mengenai
keadaan hidup sehari-hari (Agnesta, 2017: 22).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi
mengkaji masyarakat yang di dalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial, dalam
hubungannya dengan ekonomi.Sehingga dengan kata lain sosial ekonomi adalah suatu keadaan
atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam
struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis

21

Universitas Sumatera Utara

seperti, pendidikan, umur dan jenis kelamin sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis
pekerjaan, tempat tinggal (Damsar,2011:9).

2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi
Keluarga dan kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah,
sedang, dan tinggi ( Koentjaraningrat, dalam Duha, 2015:6). Berdasarkan hal tersebut dapat
mengklasifikasikan keadaan sosial ekonominya yang dapat dijabarkan sesuai dengan indikator
sebagai berikut :
1. Indikator Sosial :
a. Interaksi sosial
Pada dasarnya setiap individu adalah makhluk sosial yang senantiasa hidup dalam
lingkup masyarakat yang di dalamnya saling mengadakan hubungan timbal balik antar
individu satu dengan lainnya. Salah satu ciri bahwa kehidupan sosial itu ada yaitu adanya
interaksi (Fatnar, 2014: 2 ). Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama. Adanya interaksi sosial merupakan naluri manusia sejak lahir untuk
bersosialisasi dan

bergaul dengan sesama dimana dalam interaksi itu individu ada

kontak dan hubungan yang merupakan sentuhan fisik yang biasanya disertai dengan
adanya suatu komunikasi baik secara langsung (tatap muka), dan secara tidak langsung

(Gultom, 2011: 6).
Bentuk-bentuk interaksi sosial itu dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Kerjasama

22

Universitas Sumatera Utara

Orang cenderung menyukai pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dengan
demikian pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan rapi sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
b. Persaingan
Interaksi sosial tidak hanya berupa hubungan yang harmonis, interaksi sosial dapat
berupa persaingan yang tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu konflik.
c. Pertentangan ( konflik). (Gillin dan Gillin , dalam Gultom, 2011:7 )

Interaksi individu yang satu dengan yang lainnya akan saling mengetahui sifat masingmasing karena mereka akan saling menunjukkan keaslian mereka dalam suatu kerjasama,
persaingan dan konflik. Jenis-jenis interaksi sosial dapat dibedakan menjadi :
a. Interaksi individu dengan individu
Interaksi ini melibatkan satu orang dengan orang lainnya yang ada di sekitarnya.

Contohnya, seorang kakak mengajari adeknya belajar matematika, seorang dokter
dengan pasiennya. Begitu pula dalam penelitian akan melihat bagaimana interaksi
pengemis penggendong anak dengan anggota keluarga. Misalnya, interaksi yang
terjalin antar pengemis penggendong anak dengan anggota keluarga lancar atau tidak.
b. Interaksi individu dengan kelompok
Interaksi ini melibatkan seseorang yang bertemu atau melakukan suatu kegiatan
dengan beberapa orang atau kelompok yang baru saja ditemuinya. Contohnya,
presiden dengan rakyatnya, guru dengan siswanya, komandan dengan anggotanya.
Pada penelitian ini akan melihat interaksi pengemis penggendong anak dengan
sesamanya, dan interaksi pengemis penggendong anak dengan tetangga.

23

Universitas Sumatera Utara

2. Indikator Ekonomi :
a. Pendapatan
Badan Pusat Statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut :
a. Pendapatan berupa uang ialah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
reguler dan biasanya diterima sebagai balasan atau kontrak prestasi, sumbernya

berasal dari :
i. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan
dan kerja lembur.
ii. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri,
komisi, penjualan dari kerajinan rumah.
iii. Hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik
tanah.
b. Pendapatan yang berupa barang adalah pembayaran upah dan gaji yang berbentuk
beras, pengobatan, transportasi dan perumahan. Berkaitan dengan hal tersebut
mendefinisikan pendapatan sebagai seluruh penerimaan baik berupa uang ataupun
barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri.
Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik membedakan pendapatan penduduk
dalam 4 golongan, yaitu :
a. Golongan pendapatan sangat tinggi : jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000 s/d Rp
3.500.000 per bulan.
b. Golongan pendapatan tinggi : jika pendapatan rata-rata antara Rp 2.500.000s/d Rp 3.500.000
per bulan.

24


Universitas Sumatera Utara

c. Golongan pendapatan sedang : jika pendapatan rata-rata antara Rp 1.500.000 s/d Rp 2.500.000
per bulan .
d. Golongan pendapatan rendah: Jika pendapatan rata-rata kurang dari Rp.1.500.000,00 per
bulan(Wijaksana ,dalam Dimas 2015: 15 ).
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat
berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang
tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga.
b. Pengeluaran
a) Rumah
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa
kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga, dan menyimpan
barang berharga. Rumah juga dikatakan sebagai lambung sosial. Rumah adalah
bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya ( Undang-undang Republik Indonesia No. 1Tahun 2011 Bab 1 Pasal 1).
Rumah dikatakan sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti
temperatur lebih rendah dari udara yang di luar rumah, penerangan yang memadai,
ventilasi yang nyaman, dan kebisingan, (2) memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3)

melindungi penghuninya dari berbagai penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air
bersih, sarana pembuangan sampah, dan saluran pembuangan air limbah dan memenuhi
syarat kesehatan, dan (4) melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam,

25

Universitas Sumatera Utara

bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman
kecelakaan lalu lintas ( American Public Health Association dalam Revor, 2015 : 8 ).
b) Kesehatan
Menurut World Health Organization (WHO), ada tiga komponen penting yang
merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu :
1. Sehat Jasmani.
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa
sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir
rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik,
tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental.

Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah
kuno ―Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat (Men Sana In
Corpore Sano). Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah
selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak ada tanda-tanda
konflik kejiwaan, dapat bergaul dengan baik, dapat menerima kritik serta tidak
mudah tersinggung atau marah, dapat mengontrol diri, tidak mudah emosi, dapat
menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
3. Sehat Spiritual.
Spiritual merupakan komponen tambahan dan memiliki arti penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan
formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan

26

Universitas Sumatera Utara

musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi
keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Ketiga komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai ―positive health
karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik sematamata.

c) Pangan dan Sandang
Pangan ialah sumber makanan bagi manusia dan merupakan kebutuhan pokok
manusia. Pola konsumsi dari suatu keluarga dapat digunakan sebagai suatu bahan
evaluasi taraf hidup. Sedang sandang adalah pakaian manusia. Pakaian menjadi
kebutuhan primer, dan meskipun manusia dapat hidup tanpa pakaian, tetapi dikarenakan
manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian
adalah hal yang penting dalam kesehariannya dilihat dari kemampuan manusia membeli
pakaian.
d) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dan mendasar dalam upaya untuk
meningkatkan pengetahuan penduduk, karena pembangunan sekarang ini sangat
diperlukan partisipasi dari penduduk yang terdidik dan terampil agar dapat berpartisipasi
penuh dalam pembangunan ( Barowi, 2010 : 65). Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi
perannya di masa yang akan datang. Pendidikan di defenisikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

27

Universitas Sumatera Utara

yang diperlukan dirinya dan masyarakat ( Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2013).
Menurut Ki Hajar Dewantara yang tidak lain merupakan “ bapak pendidikan
nasional” mengemukakan pengertian dari pendidikan ialah tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sabagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi:
1.

Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk yang lebih sederajat.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah jurusan, seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang
sederajat.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi,

institut, dan universitas.
2. Jalur Nonformal
3. Jalur Informal

28

Universitas Sumatera Utara

2.2

Pengemis

2.2.1 Pengertian Pengemis
Pengemis menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980
Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan
penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk
mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Orang yang mengemis disebut pengemis
merupakan pekerjaan yang meminta belas kasihan dari orang lain dan sangat tergantung pada
orang lain (Galang , dalam Hairani ,2004:76 )
Pengemis dipersepsikan sebagai orang yang merusak pemandangan dan ketertiban umum
seperti : kotor, tidak dapat dipercaya, tidak teratur, malas, apatis, bahkan disebut sebagai sampah
masyarakat. Pandangan semacam ini mengisyaratkan bahwa pengemis, dianggap sulit
memberikan sumbangsih yang berarti terhadap pembangunan kota karena mengganggu
keharmonisan, keberlanjutan, penampilan, dan konstruksi masyarakat kota. Pengemis seringkali
dianggap sebagai “sampah masyarakat”, karena baik pemerintah maupun masyarakat merasa
terganggu oleh kehadiran mereka yang lalu lalang di perempatan lalu lintas, di pinggir jalan, di
sekitar gedung perkantoran, pertokoan, dan banyak tempat-tempat lain yang seringkali di jadikan
tempat beroperasi. Pengemis didalam menjalani kegiatannya selalu mengharap belas kasihan
orang lain. Mereka mampu melakukan apa saja untuk menarik simpati dari masyarakat agar mau
memberikan belas kasihan berupa uang ataupun hal lainnya. Pengemis sendiri tidak jarang kita
melihat bahwa untuk mendapatkan belas kasihan mereka memasang wajah kasihan dan tidak
jarang ada sampai yang memaksa agar kita memberikan belas kasihan kepadanya.

29

Universitas Sumatera Utara

2. 3

Pengemis Penggendong Anak

2.3.1 Pengertian Pengemis Penggendong Anak
Pengemis penggendong anak jarang dibahas bersamaan. Pengertian pengemis dan
penggendong anak dalam hal ini peneliti bahas secara terpisah. Pengertian pengemis seperti yang
dibahas sebelumnya merupakan orang yang meminta-minta dan memelas belas kasihan orang
lain. Sedangkan penggendong/dengan anak merupakan seseorang yang menggendong/membawa
anak. Jadi pengemis penggendong anak yang dimaksud ialah orang yang meminta-minta dan
memelas belas kasihan orang lain dengan cara menggendong/membawa anak. Pengemis ini
menggunakan berbagai cara dalam beraksi sehingga terkadang masyarakat umum merasa
terganggu. Pengemis ini tidak menghiraukan itu semua untuk mendapatkan belas kasihan dari
orang lain. Kegiatan mengemis ini dijadikan sebagai lahan untuk mendapat belas kasihan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan juga bahwa
kaum perempuan berumur lebih dari 40 tahun sepertinya memberikan peluang yang lebih besar
untuk memperoleh ”belas kasihan” dari penduduk kota. Kondisi tersebut sangat wajar jika dikaji
lebih lanjut dimana mereka akan mendapat beberapa keuntungan, di antaranya adalah sebagai
berikut: (i) calon pemberi uang akan iba melihat seorang ibu dengan anak kecil yang digendong
atau dibawanya; (ii) uang yang diperoleh akan lebih banyak, selain terkadang mereka diberikan
juga makanan, khususnya untuk anak yang digendongnya (Heri ,2013: 24 ).

30

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Sebab-sebab Munculnya Pengemis Penggendong Anak
Adapun beberapa sebab-sebab munculnya pengemis penggendong anak sama halnya

sebab-sebab munculnya pengemis secara umum, yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal dan keluarga yang dimaksudkan adalah suatu keadaan di dalam diri
individu dan keluarga pengemis penggendong/dengan anak yang mendorong mereka
untuk melakukan kegiatan mengemis, yaitu :
a. Malas.
Sikap ini biasanya dikarenakan orang tersebut tidak ingin memiliki kehidupan yang
lebih baik, cara berfikirnya pun relative jangka pendek, selalu memikirkan hari ini
dan tidak memikirkan hari esok. Hal ini bisa jadi awalnya hanya mencoba karena
mungkin selalu di tolak atau tidak diterima dalam upaya mencari kerja sehingga
mencoba mengemis agar tetap mendapatkan penghasilan. Namun, melihat bahwa
mengemis adalah pekerjaan paling murah dan tidak memerlukan modal fiskal akan
tetapi menghasilkan yang besar maka seseorang ini akan nyaman dengan pekerjaan
dan malas untuk memikirkan pekerjaan yang lainnya.
b. Rendahnya tingkat pendidikan ,tidak berpendidikannya menyebabkan
mereka tidak memperoleh pengetahuan atau pemahaman tentang budi pekerti,
agama dan ilmu pengetahuan lainnya yang mampu menggugah hati mereka untuk
tidak melakukan kegiatan sebagai pengemis.
c. Tidak memiliki keterampilan khusus.
Maraknya urbanisasi yang dilakukan masyarakat desa yang ingin “mengadu nasib”
dengan datang ke kota yang dianggap memiliki system perekonomian yang tinggi

31

Universitas Sumatera Utara

dan lapangan kerja yang lebih variatif ketimbang di desa. Akan tetapi, urbanisasi ini
ternyata dilakukan dengan sembrono dan tidak memikirkan tujuan yang pasti dengan
bekal yang pasti pula. Banyak orang yang melakukan urbanisasi, namun tidak di
barengi dengan keterampilan khusus yang menjadi “senjata” untuk bersaing di kota.
Sehingga dengan kurangnya keterampilan mereka malah tidak memperoleh
pekerjaan dan kebutuhan dikota yang tinggi memaksa mereka melakukan apapun
termasuk meminta-minta belas kasih orang lain.
d. Kesulitan ekonomi/ kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana terdapat masyarakat yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan fisik maupun psikisnya. mereka tidak mampu mencapai
kehidupan yang layak.Kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di
bawah standard kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.
Adapun standard kebutuhan minimum yang dimaksud pada umumnya ditetapkan
berdasarkan kebutuhan pokok pangan. Cara ini ditempuh karena kebutuhan pokok
pangan inilah yang mengakibatkan sekaligus merupakan sumber dari manusia untuk
memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas hidup
dengan sehat(Castel, dalam Siagian, 2012:11 ).Ada dua aspek untuk lebih
memahami masalah kemiskinan, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan
kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu
fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah
dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan
merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau

32

Universitas Sumatera Utara

sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan
yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
(Siagian, 2012:2-3).
e. Umur, umur yang semakin rentan membuat seseorang sulit untuk melakukan
pekerjaan yang lebih berat. Mereka merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan,
karena fisiknya yang tidak memungkinkan untuk bekerja yang lebih menguras
tenaga. Hal ini lah yang menyebakan mereka mempunyai keterbatasan untuk
memenuhi segala kebutuhannya. Oleh karena itu, untuk tetap bertahan hidup
menjadi seorang pengemis merupakan alternatif terakhir bagi mereka.
f. Sikap dan Mental
Faktor lain yang menjadi penyebab adanya pengemis adalah faktor sikap dan mental
mereka yang tidak lagi mengenal rasa malu. Mayoritas dari pengemis memiliki
mental yang tipis, sehingga mereka mau melakukan pekerjaan seperti itu tanpa
menghiraukan harga diri mereka. Nampaknya menjadi pengemis sudah menjadi
budaya yang melekat dalam diri mereka.Budaya malu dan harga diri mereka sudah
tidak dipertahankan lagi. Hal ini harga diri bukanlah sesuatu yang berharga bagi
mereka.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Maslow. Maslow
mengatakan bahwa tingkat kebutuhan individu yang harus dipenuhi guna
ketenangan dalam hidupnya adalah kebutuhan harga diri (self esteem needs).
Seseorang akan merasakan ketenangan dalam hidupnya apabila harga diri mereka
tetap dijaga baik. Teori yang sudah diungkapkan oleh Maslow menggambarkan

33

Universitas Sumatera Utara

bahwa menjadi seorang gelandangan dan pengemis ini tidak memiliki ketenangan
hidup karena harga diri mereka telah hilang karena keterpaksannya untuk memenuhi
kebutuhaan hidup (Agnesta,2017:22 ). Keadaan terpaksa seseorang bisa melakukan
hal apapun meskipun harga diri yang menjadi taruhannya. Mereka tidak yakin
sanggup bekerja atau yakin sanggup tapi malas, karena alasan ekonomis.
Mengetahui pendapatan mengemis lebih besar dari seorang penjaja kue atau babu
cuci, si miskin mental memilih menggadaikan martabat dengan cara mengemis.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan, menjadi pengemis dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan yang mendukungnya. Misalnya, ibu-ibu rumah tangga di lingkungan
tempat tinggalnya bekerja sebagai pengemis.
b.

Lemahnya penanganan masalah pengemis. Walaupun pemerintah di Kota
Medan telah berupaya secara maksimal di dalam menangani pengemis, namun
hasilnya belum maksimal. Kondisi ini terlihat dari adanya pengemis yang telah
ditangkap dan dipulangkan akan selalu balik kembali untuk melakukan
kegiatannya. Malahan selain ditangkap, pengemis juga dibina, tetapi ternyata
setelah dipulangkan mereka balik kembali. Oleh karena itu, terlihat bahwa
penanganan pengemis belum efektif. Selain itu, tetap saja ada masyarakat yang
memberi sedekah kepada pengemis.

34

Universitas Sumatera Utara

2.4

Kesejahteraan Sosial
Menurut defenisinya, kesejahteraan sosial dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan, kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan atau
pelayanan,dan kesejahteraan sosial sebagai ilmu. Kesejahteraan sosial termasuk sebagai suatu
proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat
maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian
pelayanan sosial dan tunjangan sosial (Suharto,dalam Duha, 2015: 21).
Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan
sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada: perseorangan, keluarga,
kelompok, dan/ atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas adalah mereka yang memiliki
kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan,
ketelantaran kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban
bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi (Undang-undang Nomor
11 Tahun 2009).
Pemerintah memberikan pelayanan sosial yang disebut penyelenggaraan kesejahteraan
sosial yakni upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan
perlindungan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masalah sosial
dapat semakin berkembang bila tidak ada penanganan dalam masalah tersebut, misalnya
seseorang melakukan kejahatan (percurian, pembunuhan, korupsi, dan pengemis).
35

Universitas Sumatera Utara

2.5

Kerangka Pemikiran
Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi yang ideal dan menjadi

dambaan setiap warga masyarakat. Sejahtera adalah keadaan keluarga yang hidup makmur, dalam
kelompok teratur, berdasarkan sistem nilai, bebas dari penyakit, tidak ada gangguan, dan
menyenangkan. Jika keadaan ini tidak dapat tercapai maka akan memunculkan masalah sosial.
Masalah sosial dapat semakin berkembang bila tidak ada penanganan dalam masalah tersebut,
seperti munculnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Salah satu Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial ialah pengemis. Kegiatan mengemis mengalami perkembangan yang cukup
pesat, seiring dengan berkembangnya kreativitas dan ketatnya persaingan antar pengemis. seperti
pengemis yang buta digendong oleh temannya, pengemis ngesot dan pengemis penggendong
anak.
Pengemis penggendong anak yang dimaksud

ialah orang yang meminta-minta dan

memelas belas kasihan orang lain dengan cara menggendong/membawa anak. Pengemis ini
menggunakan berbagai cara dalam beraksi sehingga terkadang masyarakat umum merasa
terganggu. Pengemis ini tidak menghiraukan itu semua untuk mendapatkan belas kasihan dari
orang lain. Kegiatan mengemis ini dijadikan sebagai lahan untuk mendapat belas kasihan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompok masyarakat. Indikator sosial ekonomi yang akan diteliti terbagi atas 2 yaitu indikator
sosial dan indikator ekonomi. Indikator sosial yang akan diteliti ialah interaksi pengemis dengan
penggendong anak dengan keluarga, interaksi pengemis penggendong anak dengan sesamanya,
interaksi pengemis penggendong anak dengan tetangganya dan pendidikan. Indikator ekonomi
ialah pendapatan, pengeluaran yaitu pangan dan sandang, kesehatan, serta rumah.
36

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat dalam skema yang menggambarkan
sebuah Bagan Alur Pikiran yaitu sebagai berikut :
Bagan Alur Pikir
Masalah Sosial

.
Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS)

Pengemis Penggendong
Anak di kota Medan

Ekonomi :

Sosial :
1. Interaksi Sosial
a. Interaksi dengan
keluarga
b. Interaksi dengan
sesama pengemis
c. Interaksi dengan
tetangga

1.

Pendapatan

2.

Pengeluaran :
a. Rumah
b. Kesehatan
c. Pangan / Konsumsi
d. Sandang
e. Pendidikan

37

Universitas Sumatera Utara

2.6

Defenisi Konsep
Defenisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna dan

konsep dalam suatu penelitian. Secara sederhana defenisi dalam hal ini diartikan sebagai “batasan
arti”. Seorang peneliti harus membatasi makna konsep yang akan diteliti, dengan kata lain peneliti
berupaya mengiring para pembaca hasil penelitin untuk memaknai konsep sesuai dengan yang
diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti (Siagian 2011:138).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti membatasi konsep menjadi :
1. Sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompok masyarakat yang ditentukan oleh, pendapatan , rumah, pangan dan sandang,
kesehatan, pendidikan dan interaksi sosial.
2. Pengemis penggendong anak yang dimaksud ialah ibu-ibu yang meminta-minta dan
memelas belas kasihan orang lain dengan cara menggendong atau membawa anak.
2.7 Defenisi Operasional
Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep, yang berarti
konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka
kan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk
sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam
konsep tersebut terangkat dan terbuka ( Siagian, 2011 : 141).
Adapun yang menjadi defenisi operasional mengenai Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi
Pengemis Penggendong Anak di kota Medan dapat diukur melalui indikator yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
Indikator sosial :
38

Universitas Sumatera Utara

1. Interaksi sosial
a. Interaksi pengemis dengan anggota keluarga
b. Interaksi pengemis dengan sesama pengemis
c. Interaksi pengemis dengan tetangga.
2. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan pengemis
b. Tingkat pendidikan anak
Indikator ekonomi :
1. Pendapatan
a. Jumlah pendapatan
2. Pengeluaran
1) Rumah
a. Tersedianya sistem pengadaan air
b. Adanya sistem pembuangan
c. Adanya ventilasi
d. Luas rumah
e. Bangunan rumah
2) Kesehatan
a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan
b. Kemampuan berobat ke rumah sakit
c. Kemampuan berobat ke puskesmas
3) Pangan/ konsumsi
a. Jenis makanan yang dikonsumsi
39

Universitas Sumatera Utara

b. Unsur gizi pembangunan sel-sel jaringan yaitu protein, mineral, vitamin, dan
air.
4) Sandang
a. Jenis pakaian yang dipakai
b. Berapa kali dalam setahun membeli pakaian
2.8

Ruang Lingkup Pengemis
Adapun yang menjadi ruang lingkup pengemis dalam penelitian ini mencakup penelitian ini

akan melihat kondisi sosial ekonomi dari pengemis penggendong anak yang ditetapkan dalam
penelitian ini. Kondisi sosial yang dimaksud adalah :
a. Pendidikan
b. Interaksi dengan sesama anggota keluarga.
c. Interaksi dengan sesama pengemis
d. Interaksi dengan masyarakat
Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah :
a.

Pendapatan

b.

Pengeluaran
1. Rumah
2. Kesehatan
3. Pangan
4. Sandang

40

Universitas Sumatera Utara