Tinjauan Sosial Ekonomi Pengemis Penggendong Anak di Kota Medan Chapter III VI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif (explorative
research) adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu keadaan dan memberikan
pemahaman mengenai permasalahan yang akan diteliti (Margaretha,2009: 23).
Penelitian
eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan untuk
memberikan arahan bagi penelitian selanjutnya. Tujuan utama dari jenis penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi situasi penelitian dan tujuan khusus atau data yang diperlukan
untuk penelitian selanjutnya (Kuncoro dalam Syefira, 2013:308).
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan sekitar Mesjid Agung Medan, Kelurahan Madras
Hulu, Kecamatan Medan Polonia. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena penulis ingin
mengetahui secara pasti bagaimana kehidupan sosial ekonomi pengemis penggendong anak di
kawasan sekitar Mesjid Agung Medan . Hal yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di tempat ini adalah karena kawasan ini merupakan salah satu tempat yang banyak
ditemui pengemis penggendong anak.
3.3
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah seseorang yang dapat memberi informasi mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan dirinya sendiri ataupun tentang lingkungan sekitarnya yang menjadi topik
penelitian ini (Idrus,2009: 216). Subyek dalam penelitian ini ada tiga yaitu informan kunci ( key
informant), informan utama dan informan tambahan .
41
Universitas Sumatera Utara
a. Informan kunci (informant key) adalah orang-orang yang karena pengetahuannya
yang luas dan mendalam tentang komunitasnya dapat memberikan data yang berharga
(Suyanto,2005:189 ). Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Sosial
kota Medan untuk mengetahui fenomena pengemis penggendong anak.
b. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi yang diteliti
(Suyanto,2005:172). Informan utama dalam penelitian ini adalah pengemis
penggendong anak.
c. Informan tambahan, adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak
langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti (Suyanto,2005:172). Informan
tambahan dalam penelitian adalah keluarga pengemis penggendong anak dan
tetangga.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang
akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya
terhadap masalah yang diteliti.
2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan
langsung utrun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti adalah :
a.
Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan
dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran
penelitian.
42
Universitas Sumatera Utara
b.
Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dimana penelitian dan responden
hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka memperoleh data
dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian ( Siagian,2011 : 211 ).
Dalam penelitian ini, wawancara yang dimaksud yaitu mengajukan
pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk
melengkapi data yang diperlukan.
3.5
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya.
Analisis data dengan menggunakan metode kualitatif, dimana penulis akan mengkaji data yang
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul,
mempelajari data, menyusun dalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahapan
berikutnya dan memeriksa kesalahan data serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan
kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti.
43
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1
Sejarah, Lokasi dan Luas Mesjid Agung Medan
Mesjid Agung Medan merupakan mesjid terbesar di Kota Medan. Mesjid ini dibangun
pada tahun 1970 yang terletak di Jl. Pangeran Diponegoro Kelurahan Madras Hulu Kecamatan
Medan Polonia. Posisi mesjid ini bersebelahan dengan kantor Gubernur Sumatera Utara dan Sun
Plaza. Masjid. Tidak jarang pegawai dari kantor gubernur maupun staff serta pengunjung Sun
Plaza sholat di Masjid Agung Medan ini. Agung memiliki keindahan serta artitekstur yang khas
tentunya. Selain Masjid ini luas, masjid ini juga sejuk ditambah dengan bentuk masjid yang
simple atau sederhana namun cukup menarik. Masjid ini memiliki bangunan utama dengan
ukuran sekitar 43 m x 43 m. Luas tanah masjid ini 10 ribu meter persegi dan luas bangunan
1.000 meter persegi .
Setelah 21 tahun tidak dilakukan renovasi, Masjid Agung Medan mulai tak mampu
menampung jumlah jamaah khususnya pada saat Shalat Jumat. Oleh sebab itu, saat ini mesjid ini
telah mulai direnovasi pada hari Jumat 15 Januari 2016 lalu. Masjid ini akan dibangun kembali
setinggi Kantor Gubernur Sumut dan juga setinggi Sun Plaza sehingga tampak megah di tengah
kota. Targetnya pada tahun 2018 Masjid Agung Kota Medan akan menjadi masjid futuristik
yang dapat menjawab kebutuhan manusia modern. Satu di antara kebutuhan manusia modern
adalah penyeimbangan antara pemenuhan spiritual dan material (rohani dan jasmani).
(medanwisata.com).
Masjid Agung Medan
memiliki satu kubah berwarna keemasan dan satu menara
disampingnya seperti gambar berikut :
44
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Mesjid Agung Medan dengan kubah berwarna keemasan
Sumber : waspada.co.id
Gambar 4. 2 Kubah Mesjid Agung yang berwarna keemasan tampak dalam
Sumber : safarimasjid.com
45
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Menara Mesjid Agung Medan
Sumber : waspada.co.id
4.2
Fasilitas Mesjid Agung
1. Kantor Badan Kesejahteraan Masjid Agung Medan
Posisi kantor Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) ini berada di sebelah kanan dari
gerbang utama masjid, tepatnya di lokasi yang sedang mengadakan pembangunan mesjid. oleh
karena itu, kantor BKM dan panitia pembangunan digabung menjadi satu . Walaupun masih
dalam keadaan renovasi, keamanan tetap menjadi perhatian oleh pengurus mesjid. Jalur menuju
kantor ini dilengkapi oleh atap yang dibuat dari besi dibagian kiri dan kanan ditutupi seperti
terpal berwarna hijau sehingga kecil kemungkinan untuk terkena serpihan bangunan dari atas.
Selain itu, pengurus BKM sangat terbuka dan ramah dengan tamu-tamu. BKM ini berdiri pada
tanggal 25 Juni 2015 melalui gagasan dari jamaah mesjid tersebut. BKM Mesjid Agung Medan
berazaskan Islam yang berpedoman keada Al-Quran dan Al-Hadist serta mazhab ahlussunnah
46
Universitas Sumatera Utara
wal jamah. BKM ini bersifat independen, terbuka, komunikatif dialogis, mengutamakan ukhwah
islamyah, dan aktif dalam sosial kemasyarakatan. BKM Mesjid Agung memiliki visi dan misi
sebagai berikut :
Visi
“ Terwujudnya masjid yang makmur, paripurna, aman, nyaman, asri dan menjadi ikon
masyarakat serta pusat pengembangan agama Islam di Sumatera Utara”.
Misi
1. Menata dan megelola manajemen masjid secara mandiri, professional, transparan, dan
akuntabel.
2. Menata dan mengelola potensi ekonomi masjid secara syariah.
3. Menciptakan masjid sebagai pusat ibadah, dakwah, zikir, ta’lim wara’allum ( wahana
Pendidikan Islam).
4. Menjadikan masjid sebagai pusat pengakajian khazanah kelimuan Islam.
5. Menjadikan masjid sebagai wadah konsultasi problematika keummatan.
Tujuan
1.
Sebagai wadah untuk mengelola , memelihara dan memakmurkan Masjid Agung Medan.
2.
Terbinanya ummat Islam yang beriman, berilmu dan beramal sholeh.
Tugas
1.
Mewujudkan masjid sebagai tempat ibadah yang aman dan nyaman.
2.
Mewujudkan masjid sebagai wadah tegaknya syiar Islam.
47
Universitas Sumatera Utara
3.
Meningkatkan persaudaraan Ukhwah Islamiyah di antara para jama’ah.
Fungsi
1.
Meningkatkan minat masyarakat untuk melaksanakan ibadah dengan benar dan baik,
2.
Pusat pembinaan dan pelayanan umat demi tegaknya syiar Islam.
3.
Pusat kegiatan dakwah demi tegaknya amar ma’ruf nahi mungkar.
4.
Pusat informasi dan komunikasi antar jama’ah dalam bidang sains dan ilmu-ilmu agama
Islam.
Susunan Pengurus Badan Kesejahteraan Masjid Agung Medan
Masa Bakti Tahun 2015-2018
PELINDUNG
: 1. Walikota Medan
2. Wakil Ketua DPRD Kota Medan
3. Kapolresta Medan
4. Dandim 0201/BS
5. Kajari Medan
PEMBINA
: 1. Asisten Umum Pemerintah Kota Medan
2. Asisten Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Kota Medan
PENASEHAT
: 1. Ketua MUI Kota Medan
2. Ketua MUI Kota Medan
3. Ketua IPHI Kota Medan
4. Ketua NU Kota Medan
48
Universitas Sumatera Utara
5. Ketua Muhammadiyah Kota Medan
6. Ketua Al Washliyah Kota Medan
7. Ketua Ittihadiyah Kota Medan
DEWAN PAKAR
: 1. DR.H.Ahmad Zuhri,Lc,MA
2. H.Ajib Shah,S.Sos
3. DR.H.Abdul Hakim Siagian,SH
4. DR.H.Ardiansyah, M. Ag
5. Prof. DR. H. Basyaruddin
6. H. Iwan Zulhami, SH. M.AP
7. Prof. DR. M. Basyuni, Phd.
8. Prof. DR.H.Aznan Lelo
9. Rafdinal, S.Sos, M.AP
10. Ir. H. Isman Muryani
11. DR.H. OK . Saidin, SH, M.Hum
12. DR. H. Tarmizi, SH, M.Hum
13. Ir. H. Dahlan Harahap, MM
PENGAWAS
: 1. Inspektorat Pemerintah Kota Medan
2. Ka. Sub. Bag. Tata Usaha Kemenag Kota Medan
3. H. Yuslin Siregar
4. H. Indra Utama
5. H. Martinus Latuperisa
6. H. T. Solaiman
49
Universitas Sumatera Utara
7. H. Donald Sidabalok
8. H. Arifin Nainggolan, SH, M.Si
9. H. Hasan Asli Can
10. Jhony Sembiring, SH
11. Drs. H. Muslim Siregar
12. H. Suryadi Bahar, SH
13. H. M. Dayan, SH, M. Hum
14. H. Badaruddin Siagian, SH, M.Si
15. Drs, H. M. Subandi
16. H. Subandi, SH, Sp.N
17. H. Faris Bashel, SE
18. H. Zulheifi , SE
19. Sabar Samsuria Sitepu
20. Ir. Edy Syahputra
Ketua Umum
: Ka. Kantor Kementerian Agama Kota Medan
Sekretaris Umum
: Kabag. Agama dan Pendidikan Kota Medan
Ketua Harian
: H. Azwir Ibnu Aziz
Wakil Ketua
: 1. H. Dedi Iskandar BatuBara, M.Sp
2. H. Edi Irsan Tarigan, SH
3. H. Hendra DS
4. H. Yossi Sohuturon, MA
5. H. Edwin Ginting S.
50
Universitas Sumatera Utara
6. Bambang, SH
7. H. Ilhamsyah, SH
8. H. Ahmad Arif, SE, MM
Sekretaris
: Drs. H. Daud Syah Munthe, MM
Wakil Sekretaris
: 1. Drs. H. Impun Siregar, MA
2. H. Darwin
3. H.Darma Husnaidi, SE
4. H. Salim Matondang
5. Datuk Adil F. Haberham, SE
6. Ir. H. Zilkiram Mudaraksa
7. Bonggal Ritonga, S. Ag
Seksi-seksi
:
A. Seksi Idaroh ( Organisasi Dan Manajemen ) :
1. Bidang Sarana dan Prasarana dan Pembangunan :
Kordinator
: H. Muazzad Zein, SE
Anggota
: 1. Drs. H. Senen Sulaiman
2. Gusnaidi, SE
3. Drs. H. Munif Abdi
4. H. Taufiqurrahman, SE
2. Bidang Kehumasan/ Publikasi
Kordinator
: H. Nian Poloan Lubis
51
Universitas Sumatera Utara
Anggota
: 1. H. Zulrizal
2. Zainal Arifin Siregar, S. Ag
3. Drs. H. Syahruddin Jafar
4. Gito AP
3. Sekso Imaroh ( Pemakmuran )
1. Bidang Ibadah dan Dakwah :
Kordinator
Anggota
: Abdul Muis, S. Ag
: 1. M. Syukur Siregar
2. Nasri Harahap, SE
3. Fahrizal, MA
4. Zulhendri Tampubolon, S. Pd. I
5. Solahuddin Siregar, MA
6. H. Ismail Hisyam, MA
2. Bidang Sosial dan PHBI :
Kordinator
: Yose Rijal , S.Ag. MM
Anggota
: 1. H. Joni Irwanto Se,biring, SH
2. Drs. Asmar Surya
52
Universitas Sumatera Utara
3. Ahmad Yunus Hulu
4. H. Ahmad Kamil Harahap, MA
5. Torja Hamonangan R.
3. Bidang Pendidikan dan Remaja Mesjid :
Kordinator
: Drs. Joko Susilo
Anggota
: 1. Idham Dalimunthe, SE. M,Si
2. Drs. H. Maslah
3. Fuji Rahmadi, MA
4. H. Masnun Zaini, M.Psi
C. Seksi Ri’ayah ( Pemeliharaan )
1. Bidang Kebersihan dan Keindahan :
Kordinator
: Drs. Abdul Karim Nasution
Anggota
: 1. Surya Dharma
2. H. Zulkifli Yus
3. Amsyar
4. Paguna Perangin Angin
2. Petugas Keamanan dan Penjaga Mesjid :
53
Universitas Sumatera Utara
Koordinator
: H. Khairul Anwar Lubis
Anggota
: 1. H. Marzal
2. Nurwahyudi
3. Sofyan Yahya
4. H. Hery Rosyadi
5. Ruslan Chan
6. Jaya Kuangga
D. Seksi Pemberdayaan dan Perempuan :
Kordinator
: Hj. Dewi Harahap
Anggota
: 1. DR. Hj. Hamidah Harahap, M.Sc
2. Hj. Rosmawati Harahap
3. Elly Juliati, M.Pd
4. Hj. Fatimah, S.Ag
5. Hj. Sulfia Rahmy, MA
6. Hj. Vera Agustina Hasibuan
54
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Kantor Badan Kesejahteraan Mesjid (BKM) Mesjid Agung Medan tampak kiri
Gambar 4.5 Kantor Badan Kesejahteraan Mesjid (BKM) Mesjid Agung Medan tampak kanan
55
Universitas Sumatera Utara
2. Tempat Wudhu
Sama seperti mesjid pada umumnya , Mesjid Agung pun memiliki tempat wudhu. Tempat
wudhunya terbagi menjadi dua tempat, yang satu untuk pria dan satu lagi untuk wanita tetapi
masih dalam bangunan yang sama . Posisi tempat wudhu pria dan wanita ini berada di sebelah
kiri mesjid. Tetapi jika kita masuk melalui gerbang utama maka posisinya di sebelah kanan.
Tempat wudhu pria memiliki dua pintu masuk yaitu melalui pintu depan yang berada di dekat
parkiran dan pintu belakang berada di dekat selasar mesjid. Tetapi tempat wudhu wanita hanya
memiliki satu pintu masuk dekat dengan halaman mesjid.
Gambar 4.6 Tempat wudhu pria tampak depan
56
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Tempat wudhu pria tampak belakang
Gambar 4.8 Tempat wudhu wanita
57
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Tempat wudhu wanita
3. Ruangan sholat yang dilengkapi AC dan kipas angin
Mesjid Agung Medan memiliki ruangan sholat yang dilengkapi oleh AC kurang lebih 30
buah dan kipas angin sebanyak 25 buah. Tak hanya di dalam, selasar mesjid ini juga dipasang
kipas angin.
Ruangan ini mampu menampung sebanyak 1.200 jama’ah serta tambahan di
halaman 500 jama’ah. Masjid Agung Medan mulai tak mampu menampung jumlah jamah
khususnya pada shalat Jumat. Pada saat pelaksanaan ibadah shalat jum'at baik masjid terisi
penuh oleh jemaah dan sebagian tidak tertampung di bangunan utama sehingga menempati
pelataran antara bangunan utama dan bangunan tempat wudhu. Banyak anak-anak yang
menawarkan koran sebagai alas. Oleh karena itu, melalui pembangunan yang sedang
dilaksanakan saat ini ruangan sholat akan diperkirakan akan mampu menampung 7.000 jama’ah
sedangkan untuk menaranya hampir 200 meter. (medanwisata.com)
58
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10 Ruangan sholat
Gambar 4. 11 Ruangan sholat
59
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.12 Suasana di dalam Mesjid Agung ketika jamaah shalat
Sumber : waspada.co.id
Gambar 4. 13 Selasar Mesjid Agung Medan
60
Universitas Sumatera Utara
4. Tempat parkir
Bagi jama’ah yang menggunakan kendaraan ketika sholat di Mesjid ini dilengkapi oleh
tempat parkir. Kapasitas parkir sekitar 500 sepeda motor dan 125 mobil. Tempat parkir sepeda
motor berada di sebelah kiri mesjid sedangkan untuk mobil berada di sebelah kanan mesjid
bahkan. Jika bawa kendaraan mau sholat jum'at disini harus masuk sebelum jam 12 tidak
mendapat tempat parkir lagi sehingga banyak yang parkir di tepi jalan raya. Masjid Agung yang
baru diperkirakan menampung untuk 400 mobil dan 1000 sepeda motor.
Gambar 4.14 Parkiran Mesjid Agung Medan
61
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.15 Parkiran Mesjid Agung Medan
Rencananya pembangunan masjid baru masih memanfaatkan dan mempertahankan
bangunan masjid lama serta dibangun disamping atau dibangun di atas masjid lama. Jadi masjid
tetap berfungsi, dan bisa digunakan untuk aktifitas ibadah. Selain bangunan masjid, ada juga
fungsi tambahan atau fasilitas lain yang dibangun. Diantaranya gedung pertemuan, hall transisi,
perpustakaan, dan gallery Masjid Agung. Selanjutnya, ada juga menara city view, roof garden,
kantor kenaziran, kantor pengelola TPA dan TKA, rumah penjaga, cefetaria, tempat wudhu dan
toilet serta ramp difabel dan lift (www.sumutprov.go.id).
62
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. 16 Pembangunan Mesjid Agung Medan
Mesjid ini cukup strategis dekat untuk orang-orang pekerja kantoran jadi memudahkan
mereka untuk sholat. Berdekatan dengan kantor Gubernur dan Pusat perbelanjaan yang cukup
besar maka tidak jarang pegawai dari kantor gubernur maupun staff serta pengunjung Sun Plaza
shalat di Masjid Agung Medan ini. Mesjid ini pula menjadi tempat ibadah berbaurnya dari lintas
usia dan lintas profesi. Pada saat pelaksanaan ibadah shalat jum'at baik masjid terisi penuh oleh
jemaah dan sebagian tidak tertampung di bangunan utama sehingga menempati pelataran antara
bangunan utama dan bangunan tempat wudhu. Banyak anak-anak yang menawarkan koran
sebagai alas. Yang cukup menarik dan patut dicontoh oleh masjid lain adalah pengumuman dari
panitia shalat jumat yang mengundang kehadiran jemaah untuk menyaksikan penghitungan uang
dari kotak amal dan menandatangani berita acara.
63
Universitas Sumatera Utara
Mesjid ini selalu ramai khususnya memasuki musim hari-hari besar Islam seperti Idul
Fitri, Idul Adha, Ramadhan, Maulid Nabi, 1 Muharram, Shalat Jum’at, dan seterusnya. Pada
bulan ramadhan menjelang buka puasa mesjid ini menyediakan ta'jil dalam jumlah banyak.
Takjil yang disiapkan adalah untuk para jamah yang akan berbuka puasa di Mesjid Agung. Takjil
ini dibagikan secara cuma-cuma. Untuk sahur, masjid ini menyediakan makanan sahur pada
malam ganjil atau biasa disebut malam i’tikaf. Menurut Mukhlis, salah seorang pengurus Badan
Kenaziran Masjid Agung Medan mengatakan pada bulan puasa biasanya banyak pejabat yang
datang untuk shalat atau untuk mendengarkan ceramah. Namun tetap diperlakukan layaknya
jamaah yang lain (sumatera.bisnis.com).
Memasuki bulan ramadhan Mesjid Agung tak pernah sepi dari pengunjung. Khususnya
pada hari Jumat, lokasi Mesjid Agung sangat ramai dipadati oleh pengemis penggendong anak.
Mereka mengharapkan belas kasihan dari para jamaah yang akan sholat. Kondisi ini
dipergunakan oleh orang mencari uang seperti pengemis penggendong anak. Lokasi ini
merupakan lokasi yang paling banyak ditemui adanya pengemis penggendong anak. Para
pengemis penggendong anak memulai aktivitasnya sekitar pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.30
WIB. Ada yang duduk di trotoar dan ada pula yang rela berdiri di depan pintu masuk menunggu
pengunjung memberinya uang. Anak yang dibawa oleh mereka paling maksimal berumur 2
tahun dan paling minimum berumur 8 bulan. Beberapa dari pengemis penggendong anak tak
segan memaksa dan mengikuti pengunjung sampai diberi uang. Jika mereka tidak berhasil
mendapatkan uang wajahnya akan menunjukkan kekesalan. Teriknya matahari tak dirasakan
para pengemis penggendong anak lagi, anak yang digendong sudah ada menangis minta makan
dan minum tetapi mereka tidak memperdulikannya. Tak hanya satu orang anak ada pula yang
membawa dua orang anak. Satu anak digendong dan yang satu mengikutinya dari belakang.
64
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.17 Pengemis penggendong anak di sekitar Mesjid Agung Medan
Gambar 4. 18 Pengemis penggendong anak di sekitar Mesjid Agung Medan
65
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS
5.1
Hasil Penelitian
Informan yang terlibat dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
peneliti. Keseluruhan informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, terdiri dari informan
utama adalah 4 orang pengemis penggendong anak, informan kunci sebanyak 1 orang yaitu
Koordinator Unit Reaksi Cepat (URC) sekaligus Staff Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial
Kota Medan, informan tambahan sebanyak 6 orang yaitu 2 orang tetangga pengemis , 1 orang
suami pengemis penggendong anak, 1 orang anak pengemis penggendong anak , 1 orang
pengurus Badan Kesejahteraan Mesjid Agung Medan dan 1 orang pengunjung Mesjid Agung
Medan.
Hasil penelitian diperoleh data umum mengenai informan mencakup nama, umur,
tempat/tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, agama, anak ke, jumlah saudara. Dalam tahapan
pembahasan ini, peneliti akan menjelaskan identitas informan karena identitas informan
merupakan faktor yang sangat penting untuk diketahui dalam suatu penelitian, dari data informan
diharapkan dapat memberikan suatu gambaran awal. Hasil gambaran yang lebih jelas dan rinci,
diuraikan peneliti melalui petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang datadata tersebut.
66
Universitas Sumatera Utara
5.1.1 Informan Utama- I
Nama
: Halimah
Tempat/tanggal lahir
: Medan, 20 Juni 1981
Usia
: 36 tahun
Pendidikan Terakhir
: Sekolah Dasar
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
: Jalan Sei Mati Gg Merdeka, Brigjen Katamso
Status
: Memiliki seorang suami dan 4 orang anak
Perkenalan diawali ketika peneliti pergi ke Mesjid Agung Medan untuk melakukan survei
lokasi tepatnya pada 15 April pukul 15.00 WIB. Peneliti melihat seorang wanita berperawakan
tinggi, kulitnya berwarna sawo matang serta memakai jilbab dan pakaian yang seadanya sedang
membawa seorang anak umur 3 tahun dan menggendong bayi meminta-minta kepada para
pengunjung. Ia membawa sebuah ransel yang berisi pakaian ganti anaknya, nasi serta air minum.
Ketika berada di tempat yang sepi peneliti menghampirinya. Awalnya Halimah terkejut mengira
peneliti seorang wartawan tetapi setelah peneliti menjelaskan beliau tersenyum. Peneliti meminta
izin untuk mewawancaranya dan beliau meminta peneliti mengadakan wawancara di rumahnya
saja beliau sembari memberikan alamatnya. Alasannya agar beliau tidak terganggu melakukan
aktivitasnya. Hingga akhirnya peneliti dengan Halimah sepakat keesokan harinya untuk
wawancara. Tiba lah hari yang telah disepakati peneliti disambut baik oleh Halimah beserta 2
orang anaknya yang masih kecil ketika sampai dikediamannya. Peneliti membuka pembicaraan
karena peneliti melihat Halimah masih malu-malu. Halimah merupakan salah satu pengemis
yang berada di Mesjid Agung setiap hari Jumat namun hari lainnya ia berada di daerah Sun Plaza
dan sekitarnya. Bukan karena kebetulan tetapi Halimah terlebih dahulu melakukan pekerjaan
67
Universitas Sumatera Utara
rumahnya seperti memasak, menyuci piring dan pakaian ,menyapu rumah serta menunggu
anaknya pulang sekolah supaya ada yang menemaninya ke tempat “kerjanya”. Setelah semuanya
selesai barulah Halimah berangkat ke lokasi tersebut beserta anak ke empatnya menggunakan
angkutan umum. Halimah memulai aktivitasnya setiap hari khusus hari Jumat ia berangkat ke
Mesjid Agung pukul 10.30 WIB sedangkan hari biasa pukul 12.00 – 17.00 WIB.
Halimah bercerita awal ia menjadi seorang pengemis sudah 3 tahun semenjak pindah dari
Binjai ke Medan .Selama berada di Binjai ia tidak memiliki pekerjaan sedangkan suaminya
kadang kerja kadang tidak. Niat ingin mengubah kondisi keluarga malah Halimah mengatakan
tidak mendapatkan pekerjaan di Medan sehingga ia memutuskan untuk menjadi pengemis
penggendong anak. Sedangkan suaminya hanya bekerja sebagai penarik becak mesin itupun
masih disewa. Ia menikah pada umur 20 tahun, ia menegaskan anak yang selalu dibawa oleh
Halimah merupakan anak kandungnya sendiri.
“ kerja gini udah lama dek 3 tahunan sejak pindah dari Binjai kesini. Kami pindah
kesini mau mencoba mengubah nasib.ya ternyata ginilah gak mungkin lagi balik ke
Binjai. Ibu nikah waktu 20 tahun, ini kandungku dek, gak mungkin kubawa anak orang
kan. Tanya lah sama tetangga samping rumah ini ( sambil tertawa)”.
Mengenai interaksi dengan sesama anggota keluarga, Halimah mengakui jika interaksi
mereka lancar. Baik orang tua terhadap anak maupun sebaliknya. Namun ketika melakukan
wawancara suami informan berada di kamar tidur. Awalnya Halimah menyuruh anaknya
memanggil ayahnya tetapi tidak ada muncul. Kemudian Halimah mencoba masuk ke kamar
memanggil suaminya, tetapi peneliti mendengar ada seperti suara bentakan dari suaminya. Tak
lama kemudian Halimah keluar dengan mata yang berkaca-kaca. Sebagaimana masyarakat biasa
68
Universitas Sumatera Utara
Halimah juga memiliki tetangga, tetapi hanya sebagian yang ramah dengannya. Salah satunya,
pemilik rumah yang ditempati olehnya karena mereka tinggal bersebelahan. Halimah juga
mengakui jika ia dan keluarga kurang terbuka dengan masyarakat sekitar. Mereka merasa minder
karena hanya Halimah yang melakukan aktivitasnya sebagai pengemis di tempat tinggalnya
bahkan jika lingkungan melakukan kegiatan seperti gotong- royong mereka tidak pernah ikut.
“ anak-anak ku baiknya dek, kalo sama suami paling lah cekcok biasa kayak rumah
tangga lain. Kalo ribut sampai main tangan gak ada dek. Tapi kalo sama tetangga
kurang dekat kami, paling lah sama ibu yang punya kontrakan ini itupun karena kami
bersebelahan. Gak pernah kami ikut gotong royong disini malu kami bertemu orangorang. Karna kan cuma ibu yang kerjanya gini dek disini, gak ada ibu kenal pengemis
yang kayak ibu”.
Halimah tidak memiliki pekerjaan sampingan untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarganya sehari-hari. Pendapatan Halimah per harinya Rp 40.000,00 jika dikalikan sebulan
pendapatannya Rp 40.000,00 x 30 = Rp 1.200.00,00. Pendapatan suaminya sebagai tukang becak
tidak menentu tak jarang suaminya pulang tanpa membawa uang. Jika dihitung pendapatan
suami Halimah per bulan rata-rata Rp 500.000 . Begitu pula dengan anak pertamanya yang
bekerja sebagai tukang parkir, pendapatannya rata-rata Rp 400 per bulan. Menurut penuturannya
pendapatan mereka sebesar ini belum mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sedangkan kebutuhan anak-anaknya, kebutuhan rumah tangga, uang sewa rumah dan becak
sudah mendesak. Oleh karena itu, Halimah tidak sempat menabung baik dirumah atau ditempat
lain.
69
Universitas Sumatera Utara
“kerjanya hanya ini aja dek. Biasanya jam 11 lah berangkatnya tapi kalo hari Jumat
kan rame kali jadinya jam 10an udah gerak dari rumah. Pendapatan saya perhari
gak nentu dek ( sambil menggaruk kepala), tapi ya kalo dihitung rata-rata 40 ribu lah.
Masih kurang itu untuk kebutuhan rumah tangga apalagi sekarang serba mahalnya.
Suami saya kerjanya tukang becak ya tau lah dek kadang mau pulang gak bawa uang.
Kalo per bulan itu kira-kira 500an dek. Kadang anak ku yang paling besar itu kan
kerjanya tukang parkir jadi mau dia ngasi aku uang untuk nambah-nambahi.
Seringnya dia ngasi rata-rata 400 itu pun gak nentu setiap bulan. Kalo bulan ini ngasi
bulan depannya mau gak ada. Mau nabung pun gak bisa deh, untuk makan aja
kurang“.
Rumah yang ditempati Halimah merupakan rumah kontrakan yang per bulannya Rp
300.000,00 termasuk listrik dan air. Sumber air yang mereka pakai berasal dari air PAM itupun
kalau hujan deras airnya akan keruh. Rumahnya memiliki sebuah kamar tidur, sebuah jendela
dan pintu, kamar mandi dan dapur yang dekat dengan kamar tidur tetapi tidak memiliki asbes.
Lantainya terbuat dari semen sedangkan lampu yang mereka gunakan hanya ada tiga yaitu di
ruang utama, kamar mandi dan kamar tidur. Berhubungan dapur berdekatan dengan kamar mandi
jadi lampunya disamakan. Dinding rumahnya terbuat dari bambu, pada malam hari mereka tidur
di dua tempat yaitu di kamar dan ruang utama. Untuk menonton mereka sering menumpang ke
rumah tetangganya. Jika memasak mereka menggunakan kompor gas 3 kg. Untuk memasak nasi
dan lauk pauk mereka menggunakan periuk begitu pula dengan air minum. Halimah menuturkan
jika hujan deras mereka harus siap-siap untuk memindahkan segala barang agar tidak basah
karena banjir.
70
Universitas Sumatera Utara
“ kalo biaya sewa rumah ini 300 ribu per bulan udah ikut air sama listrik. inilah
rumahnya dek, ada satu kamar tidur satu kamar mandi. Sempit kek gini lah. Ada
yang tidur sebagian di kamar sebagian lagi disini ( maksudnya ruang tamu). Kalo
udah hujan dek, banjir ini dimana-mana air di kamar mandi pun keruh. Makanya
barang-barang ini ( sambil menunjuk gumpalan kain di dalam keranjang serta
barang lainnya) diangkatlah ke atas meja biar gak basah”.
Di antara anggota keluarganya hanya Halimah yang mengidap penyakit yaitu gula kering
dan gangguan pendengarannya namun ia tidak peduli karena biayanya yang tidak mencukupi.
Suami dan anak-anaknya hanya mengalami demam biasa saja. Peneliti juga melihat Halimah
kelihatan resah kadang tidak mengerti dengan pertanyaan peneliti. Anak keduanya menjelaskan
jika Halimah memiliki pendengaran yang kurang baik. Bagi keluarganya kesehatan itu tidak
terlalu di prioritaskan yang penting bisa makan. Jika salah satu anggota keluarga terserang
penyakit mereka hanya mengandalkan obat dari warung karena biaya berobat ke puskesmas tidak
ada. Halimah dan keluarga tidak memiliki BPJS Kesehatan karena mereka tidak memiliki kartu
keluarga. Sebagai warga negara Indonesia, keluarga Halimah tidak memiliki kartu identitas
(KTP). Alasannya karena mereka tidak mengerti bagaiamana cara mengurusnya selain itu pula
mereka tidak memiliki sanak-saudaranya. Halimah menuturkan jika ia tidak mampu menyisihkan
pendapatan untuk biaya kesehatan.
“anak saya sering itu demam dek, kasian saya. Ibu pun punya penyakit gula kering
dek (sambil menitikkan air mata) ini pun udah agak kurang pendengarannya gak
sanggup berobat ke puskesmas , beli obat dari kedei lah. Kami gak punya BPJS , gak
ada kartu keluarga karena sering pindah-pindah jadi gak ada yang ngurus ke lurah.
KTP aja kami gak punya dek. Keluarga kami gak ada, ibu sama suami saya gak ngerti
71
Universitas Sumatera Utara
ngurusnya saudara kami gak ada. Kayak tadilah , mau makan aja susah mana sempat
nabung untuk biaya berobat”
Pemenuhan kebutuhan pangan keluarganya, setiap harinya keluarga Halimah makan
sebanyak dua kali dalam sehari. Bagi mereka yang penting sudah makan nasi, jadi Halimah
selalu mengusahakan beras tetap ada walaupun lauknya sering tidak ada. Jangankan untuk
makan daging, memiliki persediaan beras di rumah saja Halimah sudah bersyukur. Bahkan
anaknya pun tidak pernah meminum susu kecuali susu kotak seharga Rp. 2000,00 Halimah
belanja ke pasar jika memiliki uang tetapi kalo uangnya tidak ada , Halimah menyuruh anaknya
membeli mi instan dan telur ke warung terdekat.
“ ya kalo makan apa adanya lah kalo gada ikan ya gapapa yang penting ada
beras dirumah. Boro-boro makan daging dek makan telur aja udah syukur. Kadang
makan hanya pake kerupuk aja sama kecap. Anak ibu gak ada yang minum susu dari
kecil kecuali ya susu kotak harga 2 ribu rupiah dari warung. Ada duit mau belanja
paling belanja di warung yang ada jual sayur jarang ke pajak”.
Halimah dan keluarga mengharapkan belas kasihan orang yang mau memberikan baju
bekas. Bisa dipastikan jika dalam setahun mereka tidak pernah membeli baju bahkan seragam
sekolah anaknya yang SD pun sudah lusuh dan tidak memiliki uang untuk membeli. Jika
Halimah memiliki uang beliau membeli baju di pasar yang murah.
“kalo baju pake apa yang ada lah dek, ini aja seragam sekolah anak yang SD udah
lusuh kali gak ada duit mau gantinya. Setahun itu bisalah dipastikan gak pernah beli
baju. Paling nunggu orang yang mau ngasi baju bekasnya apalagi kalo lebaran
banyak itu”.
72
Universitas Sumatera Utara
Mengenai tentang pendidikan Halimah memiliki 4 orang anak, anak pertamanya tidak
tamat SMP saat ini bekerja sebagai tukang parkir. Anak kedua, sedang menempuh pendidikan di
bangku kelas 4 SD. Anak ketiga ini lah yang selalu dibawanya dalam melakukan aktifitasnya.
Anak yang terakhir baru saja lahir, saat ini umurnya masih memasuki 2 bulan. Ia mengatakan
jika pendapatannya mengemis tidak cukup untuk membiayai pendidikan anak-anaknya saat ini
sehingga anaknya putus sekolah.
Sedangkan ia dan suaminya hanya tamat SD karena
keterbatasan biaya.
“Anak ibu 4 orang anak pertama gak tamat SMP jadi tukang parkir lah dia sekarang,
anak kedua sedang duduk di bangku Sekolah Dasar. Anak ketiga berumur 3 tahun
dan anak keempat baru lahir umurnya 2 bulan
inilah yang sering saya bawa
mengemis. Aku sama suami cuma tamat SD. Inilah gak cukup duit anakpun putus
sekolah”.
73
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Informan Utama –II
Nama
: Masni
Tempat/tanggal lahir
: Medan, 05 Mei 1977
Usia
: 40 tahun
Pendidikan Terakhir
: Sekolah Menengah Pertama
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa-Padang
Alamat
: Gg Merdeka Tunggal Ika, Pasar 3 Tembung
Status
: Menikah
Informan utama kedua dalam penelitian ini adalah Masni yang merupakan warga
Tembung. Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 15 April sekitar jam 13.00 WIB dan
melihat Masni sedang duduk di trotoar kawasan Mesjid Agung tepatnya hari Jumat. Sama seperti
informan pertama Masni bingung dengan kehadiran peneliti setelah dijelaskan ia pun tersenyum.
Masni memiliki porsi badan yang kurus, kultnya berwarna sawo matang serta selalu mengenakan
jilbab berwarna biru dan pakaian yang lusuh. Setiap hari Jumat Masni beserta temannya
melakukan aktifitasnya di Mesjid Agung jika hari biasa ia pindah ke Pasar Ikan Kesawan.
Namun belakangan ini Masni sudah jarang ke Pasar Ikan karena masyarakat yang disana sudah
jarang memberi sedekah kepada pengemis. Masni bercerita awal ia menjadi pengemis karena
pendapatannya sebagai tukang kusuk keliling tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia
menikah pada umur 15 tahun. Anak yang selalu dibawa oleh Masni merupakan cucunya sendiri.
Anak pertamanya sudah menikah tetapi ditinggal pergi oleh suaminya. Alasannya membawa
cucu tersebut melakukan kegiatannya “ mengemis” adalah tak lain karena anaknya tidak mau
menjaga cucunya sendiri.
74
Universitas Sumatera Utara
“ini cucu dek, anak awak nikah cepat umur 15 tahun tapi suaminya kabur entah
kemana. Gak mau dia jaga, anak ini pun gak mau sama mamaknya. Sama awak lengket
dia terpaksa lah awak bawak kemana-mana”.
Interaksi Masni dengan anggota keluarga tergolong kurang baik khususnya antara Masni
dengan anak-anaknya. Anak-anaknya sering melawan jika disuruh sehingga Masni tidak mau
menyuruh mereka tetapi interaksi dengan suaminya baik. Ia sangat bersyukur memiliki suami
yang pengertian di tengah kondisi mereka yang serba kekurangan. Masni telah menikah dua kali,
suaminya pertama meninggal dunia karena sakit. Pernikahannya dengan suami keduanya telah
berjalan 8 bulan. Terhadap anak-anaknya suami bu Masni baik meskipun itu hanya anak tirinya.
Lingkungan sekitar tempat tinggal Masni kebanyakan memiliki aktifitas yang sama seperti
dirinya. Pengaruh lingkungan membuat Masni melakukan aktifitas ini sehingga interaksinya
terhadap sesama pengemis tergolong baik. Interaksi Masni dengan tetangga yang lain kurang
baik, ia dan keluarga tidak aktif dalam mengikuti kegiatan di lingkungan mereka tinggal seperti
gotong-royong, dsb.
“kalo anak-anak kami gak mau kerja dek melawan itu terpaksa lah awak sama
suami yang kerja. Untung suamiku baik udah dianggapnya orang itu kayak anak
kandungnya sendiri. Tetangga kami kebanyakan pengemis sama kayak ibu. Udah
saling kenal lah kompak kami. Kalo sama tetangga yang lain ya agak kurang dek.
Kalo ikut-ikut gotong-royong gitu gak pernah. Cemanalah awak kerjanya macam ini
malu dek”.
Pendapatan Masni dari hasil ia mengemis per hari rata-rata Rp 20.000- Rp 30.000. Dalam
seminggu Masni melakukan aktivitasnya lima kali. Jadi dalam sebulan pendapatannya dari hasil
75
Universitas Sumatera Utara
mengemis Rp 30.000 x 20 hari = 600.000. Selain menjadi pengemis penggendong anak, Masni
bekerja sebagai tukang kusuk keliling. Dalam sebulan ia hanya mendapat panggilan menjadi
tukang kusuk sebanyak 4 kali dan penghasilannya sekali dipanggil sebagai tukang kusuk
sebanyak Rp 30.000. Jadi pendapatannya dari tukang kusuk sebesar Rp 30.000 x 4 hari = Rp
120.000. Jika permintaan tukang kusuk tidak ada maka Masni mengemis di tempat-tempat yang
ramai. Pendapatan suaminya sebagai buruh bangunan tak menentu hanya rata-rata Rp 250.000
per bulan. Sedangkan anaknya tidak ada yang mau bekerja.
“ kalo tiap hari ya gak nentu dek kadang 20 ribu atau 30 ribu. Pernah sih ibu dapat
ribu sehari itu kalo udah rame. Jarang kali lah dapat segitu. Kerja ibu sehari-hari
tukang kusuk dek. Kalo gada orang yang mau dikusuk ibu ngemis cari tempat-tempat
rame apalagi Jumat. Suami ibu kerjanya tukang bangunan itupun kadang kalo ada
proyek. Kalo gak ya mocok-mocok lah dek.”
Masni dan keluarga menyewa sebuah rumah yang sederhana di Tembung yang harga
sewanya Rp 300.000 per bulan termasuk uang listrik. Rumah itu memiliki lampu 2 buah di
kamar dan di ruang tengah, kamar tidur dan kamar mandi tetapi tidak memiliki asbes. Pada
malam hari mereka tidur sebagian di ruang tengah sebagian di kamar. Lantainya terbuat dari
semen. Saat peneliti menanyakan tentang kondisi kesehatan keluarga Masni, beliau mengatakan
keluarganya dalam kondisi kesehatan yang normal. Paling mereka hanya demam biasa saja. Bila
salah satu anggota keluarga yang sakit, Masni akan membeli obat dari warung terdekat. Masni
dan keluargana tidak terdaftar sebagai anggota BPJS Kesehatan alasannya sama seperti Halimah
karena tidak memiliki kartu keluarga. Masni dan suaminya memiliki Kartu Tanda Penduduk
(KTP) tetapi tidak dengan anaknya yang paling besar.
Ia tidak memiliki saudara untuk
membantunya mengurus kartu keluarga sedangkan diantara mereka sekeluarga tidak mengerti
76
Universitas Sumatera Utara
mengenai urusan seperti itu. Sedangkan untuk biaya pengobatan ia mengaku tidak pernah
menyisihkan sebagian dari pendapatannya mengemis.
“ rumah nyewa 300 ribu udah sama listrik sebulan dek. Kalo sakit beli obat yang di
kede-kede itu, mau berobat ke puskesmas tak mampu. Awak gak punya BPJS dek gak
ada kartu keluarga, kami gak ngerti ngurusnya sodara pun tak punya. Cemanalah
mau nabung makan aja terancam”.
Masni mengatakan jika keluarganya hanya mampu makan sebanyak 2 kali sehari, itupun
sudah dirasa cukup. Ia selalu berusaha beras selalu ada walaupun lauknya nanti hanya kecap.
Beliau juga mengatakan akan pergi ke pasar jika ia memiliki uang yaitu Pasar Sukarame di
Tembung. Pemenuhan kebutuhan sandang, keluarga beliau dalam setahun bisa dikatakan tidak
pernah membeli baju. Mereka menunggu belas kasihan tetangganya yang memiliki pakaian
bekas khususnya menjelang hari raya Idul Fitri.
“makan apa yang ada dek, 2 kali tiap hari udah jago. Kalo misal mau belanja ke
pajak lah di Pajak Sukarame. Manalah sempat pikirkan beli baju dek, bisa makan
aja udah syukur.dalam setahun itu mau gak pernah beli baju apa yang ada itulah
dipake. Baju pake apa yang ada lah dek, ini aja seragam sekolah anak yang SD udah
lusuh kali gak ada duit mau gantinya. Setahun itu bisalah dipastikan gak pernah beli
baju. Paling nunggu orang yang mau ngasi baju bekasnya apalagi kalo lebaran
banyak itu”.
Kondisi pendidikan, Masni dulunya adalah tamat salah satu SMP Negeri yang ada di
Tembung sedangkan suaminya hanya tamatan SD. Untuk melanjutkan pedidikan, mereka tidak
memiliki biaya. Hasil pernikahannya yang pertama ia mempunyai 5 orang anak 3 lelaki 2
77
Universitas Sumatera Utara
perempuan . Sedangkan dari pernikahannya yang kedua ia tidak memiliki anak. Suaminya saat
ini bekerja sebagai buruh bangunan. Anaknya ini tidak mau bekerja hanya mau mengerjakan
pekerjaan rumah. Sehingga sang cucu inilah yang selalu ia bawa mengemis dengan alasan sang
anak tidak mau mengurusnya. Anaknya semua sudah putus sekolah karena tidak memiliki biaya
lagi.Anak-anak beliau tidak ada lagi yang sekolah semuanya putus sekolah karena keterbatasan
biaya. Anaknya yang pertama perempuan sudah menikah saat umur 15 tahun memiliki seorang
anak tetapi sudah ditinggalkan suaminya sehingga anak dan cucunya tinggal bersama dengannya.
Anaknya yang lain tinggal bersama dengannya dan tidak ada yang bekerja. Masni dan suami lah
membiayai kehidupan mereka setiap hari.
“ anak ibu 3 laki 2 perempuan ini cucu ibu dari anak cewek yang pertama. Gak ada
lagi yang sekolah mau makan aja susah apalagi biaya sekolah lah. Semuanya itu
tinggal sama saya dirumah semua gada yang kerja. Ya ibu sama suami lah yang
membiayainya. Kalo dimarahi mereka gak terima malah marah balek.”
78
Universitas Sumatera Utara
5.1.3 Informan Utama- III
Nama
: Yuli
Tempat/tanggal lahir : - ( informan tidak ingat)
Usia
: 30 tahun
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Padang-Mandailing
Alamat
: Gg Pancasila , Pasar 7 Tembung
Status
: Memiliki seorang suami dan 4 orang anak
Informan utama ketiga
dalam penelitian ini adalah Yuli yang merupakan warga
Tembung. Perkenalan diawali tepatnya tanggal 16 April 2017 ketika Yuli lewat dari depan
rumah peneliti. Ia menggendong seorang anak dan seorang anak mengikutinya dari belakang.
Badannya sedikit gemuk, kulitnya sawo matang dan menenteng sebuah plastik biru yang berisi
air minum. Ia mengenakan jilbab dan pakaian yang seadanya saja. Setiap rumah yang terbuka ia
datangi sambil menyodorkan baskomnya. Ketika datang ke rumah peneliti, peneliti mengajak ia
berbincang. Setelah makin lama, peneliti pun meminta izin untuk mewawancarai Yuli. Kebetulan
Yuli tergolong orang yang ramah sehingga ia mengiyakannya. Ia bercerita awalnya menjadi
pengemis karena pekerjaannya sebagai tukang cuci keliling tidak laku lagi. Selama 2 bulan di
rumah tidak memiliki aktivitas maka Yuli memutuskan menjadi pengemis penggendong anak. Ia
mengaku baru pertama kali ke tempat dimana peneliti tinggal Biasanya setiap hari Jumat Yuli
beserta temannya melakukan aktifitasnya di Mesjid Agung jika hari biasa ia kadang pindah ke
tempat lain yang lebih ramai tapi lebih sering di Mesjid ini . Yuli mengaku anak yang selalu
dibawanya merupakan anak kandungnya sendiri.
79
Universitas Sumatera Utara
“baru loh aku kesini dek, dulu awak kerjanya tukang cuci keliling tapi gak laku lagi
makanya jadi kek gini. Yang kubawa ini anakku dek. Gak ada yang jaga orang ini di
rumah”.
Sama halnya seperti informan kedua, lingkungan sekitar tempat tinggal Yuli kebanyakan
memiliki aktifitas yang sama seperti dirinya. Pengaruh lingkungan juga membuat Yuli
melakukan aktifitas ini sehingga interaksinya dengan tetangga dan sesama pengemis tergolong
baik. Keluarga Yuli tidak aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya paling mereka sesama
pengemis yang sering mengobrol. Alasannya tak lain mereka minder bergaul dengan orangorang yang ekonominya lumayan padahal ia mengatakan jika tetangganya itu baik dan ramah.
Jika interaksi Yuli dengan anggota keluarga tergolong kurang baik khususnya antara Yuli
dengan anak-anaknya. Anak-anaknya sering melawan jika disuruh sehingga Yuli tidak mau
menyuruh mereka. Begitupula dengan suaminya yang jarang pulang, kadang 2 atau 3 hari tidak
pulang kerumah. Hal ini menyebabkan pertengkaran sering terjadi antara mereka.
“Anak-anakku bandal kalo disuruh melawan mending awak diam aja. Samalah
kayak bapaknya entah kemana dia kalo udah pulang kerumah bergaduh lah samaku.
Ini udah udah 2 hari gak pulang. Yang penting anak awak dulu ya kan biarkan
ajalah dia situ. Ini (pengemis penggendong anak) semua kebanyakan tetangga itu.
Cuman agak jauh jaraknya 1 di sebelah kiri satu sebelah kanan. Kami pulang
piginya sama, kalo mau pulang duluan ya duluan ya kan. Tinggal sekali angkot aja
naik angkot 517. Kalo tetangga yang lain ramahnya kalo lebaran mau ngasi beras.
Baik-baik juga orang situ.”s
80
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Yuli per hari rata-rata Rp 20.000- Rp 40.000,
kegiatannya untuk
mendapatkan uang hanya dari hasil kegiatannya mengemis ditambah penghasilan suaminya
yang bekerja sebagai penarik becak mesin itupun kadang tidak pulang. Jika dihitung pendapatan
suaminya per bulan sebesar Rp 500.000. Ia mengatakan jika pendapatan mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan mereka. Mereka harus membayar sewa becaknya per bulan Rp 200.000.
“tak tentu per hari dapat berapa kalo misalnya cari gini kadang 20 kadang 40 ribu
kadang kalo apa dapat sikit. Apalagi kalo bulan-bulan tua payah itu ya kan kadang ga
dapat juga lah. Suamiku iih bawa becak mesin itupun nyewa kadang kalo gak dibayar
ditarik yang punya”.
Peneliti kembali menanyakan mengenai rumah yang ditempati oleh Yuli. Rumah tersebut
merupakan rumah kontrakan yang per bulannya Rp 300.000,00 termasuk listrik dan air.
Rumahnya memiliki 1 kamar tidur, 1 kamar mandi mandi yang memiliki MCK dan ruang utama.
Lampu yang mereka gunakan ada tiga buah satu di ruang tengah digabung dengan dapur, satu di
kamar mandi dan sisanya di ruang tengah. Lantai rumah Yuli terbuat dari semen. Mereka tidak
memiliki alat eletronik seperti televisi , kulkas, dll. Mereka hanya memiliki sebuah gitar yang
sering dimainkan suami dan anak-anaknya. Sumber air yang mereka gunakan setiap harinya
berasal dari PAM. Yuli mengatakan jika air dirumahnya kadang keruh jika banjir. Setiap malam
hari Yuli dan keluarga gantian untuk tidur dikamar, lebih sering ia dan anaknya paling kecil tidur
dikamar.
“ Nyewa lah per bulan 300 ribu udah sama listrik dan air. Rumah sini kan banyak
sewa per bulan. Gak berani ambil yang per tahun takut gak terbayar. Cuma itulah
jauh kali kan. Inilah kondisinya dek, adek liat sendiri”.
81
Universitas Sumatera Utara
Mengenai kesehatan , keluarga Yuli hanya sering terkena demam dan pilek biasa. Jika
sakit mereka akan pergi berobat ke puskesmas. Yuli dan keluarganya tidak memiliki BPJS
Kesehatan karena kartu keluarganya yang belum diurus. Sama seperti informan II, Yuli pun tidak
memiliki kartu keluarga karena tidak mengerti mengurusnya dan ia mengaku tidak sempat
mengurusnya. Tetapi ia memiliki Kartu Tanda Pendudukk.
“ke puskesmas ajalah kan kalo orang ini sakit. Gak ada BPJS ngurusnya ini susah
kali kata orang ada sekarang yang gratis itupun mesti pake kartu rumah tangga.
Kartu rumah tangganya belum siap diurus. Itu pake ktp sama kartu rumah tangga
baru bisalah diurus BPJS. Kalo sekarang pake umum aja ya kan.”
Peneliti kemudian menanyakan konsumsi mereka sekeluarga setiap harinya. Yuli
menuturkan jika ia dan keluarganya tidak mampu makan 3 kali sehari, bahkan makan nasi saja ia
sudah bersyukur. Jika ada makanan, ia lebih mengutamakan anaknya makan dibanding dirinya.
Pada bulan ramadhan seperti saat ini mereka sering meneriman dari orang-orang yang
membagikan makanan gratis. Untuk memperoleh bahan makanan untuk keluarganya, Yuli
mengaku ia hanya mampu belanja ke warung yang menjual sembako. Mengenai sandang ,Yuli
dan keluarga tidak rutin membeli pakaian. Kalaupun iya mereka membelinya di pasar dengan
harga yang murah. Terkadang mereka menantikan orang yang berbaik hati membagikan pakaian
bekas.
“kalo makan gak nentu lah yang penting anak ku dulu makan. Jaranglah makan
daging, itupun kalo kayak puasa gini ada yang bagi-bagi kan orang-orang kaya itu.
Makan apa adanya lah, nasi ada ya itu dimakan. Belanja ya paling ke kede-kede
yang ada jual sayur ikan. Jarang beli baju kalo beli di pajaklah yang murah-murah
82
Universitas Sumatera Utara
itu. Kalo gak nunggu orang ngasi apalagi ini mau lebaran kan mau orang kaya itu
bagi-bagi baju bekas ya dari situlah.”
Ia memiliki 4 orang anak, anak pertamanya dan kedua sedang menempuh pendidikan di
bangku kelas 6 dan 4 SD. Anak ketiganya tidak bersekolah karena keterbatasan biaya. Anak
keempat umurnya memasuki 3 tahun bulan Juni mendatang, anak inilah yang selalu ia bawa
dengan alasan anaknya yang lain tidak mau menjaga anaknya ini. Yuli adalah tamatan dari salah
satu SMP negeri di Tembung sedangkan suaminya hanya tamatan SD. Keterbatasan biaya
membuat mereka tidak mampu melanjutkan sekolahnya. Yuli mengaku jika pendapatannya
selama ini tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.
“anak 3 dirumah disini 1. Kalo misalnya dibawa gitu kan repot, kan ongkos lagi yak
an ini ajalah dibawa. Karna kakak-kakaknya gak mau jaga dia kalo nangis
dibiarkan aja. Anak pertama sama kedua sekolah yang ketiga gak sekolah, gak ada
duit. Ini aja yg sekolah itu entahnya gak lanjut. Yang terakhir ini lah umurnya 3
tahun . Awak tamat SMP suamiku tamat SD.
5.1.4 Informan Utama-IV
Nama
: Yuni
Tempat/tanggal lahir
: Medan, 16 April 1997
Usia
: 20 tahun
Pendidikan Terakhir
: Kelas 3 SD
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
: Gg Pancasila , Pasar 7 Tembung
83
Universitas Sumatera Utara
Status
: Memiliki 1 orang anak, suami beserta kedua orangtuanya
Informan utama keempat dalam penelitian ini adalah Yuni yang merupakan warga
Tembung. Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 16 April sekitar jam 16.00 WIB dan
melihat Yuni sedang duduk di trotoar kawasan Mesjid Agung tepatnya hari Jumat. Badannya
kecil dan kurus, disampingnya ada plastic berwarna putih berisi pakaian anak dan air minum.
Kulitnya berwarna sedikit putih dan memakai jilbab serta pakaian yang seadanya. Setiap hari
apalagi hari Jumat Yuni beserta temannya melakukan aktifitasnya di Mesjid Agung. Awal ia
menjadi pengemis penggendong anak karena ia tidak sanggup bekerja sebagai tukang botot lagi.
Ia tidak tega meninggalkan anaknya sendiri di rumah sedangkan suaminya buruh bangunan yang
jarang dirumah ,ayahnya sedang dirawat di rumah sakit dan sang ibu melakukanaktivitas sebagai
pengemis pula di kawasan Mesjid Agung Medan. Sama seperti pengemis penggendong anak
lainnya, Yuni menegaskan jika anak yang ia bawa setiap hari merupakan anak kandungnya.
“ini anak awak, kandung. Gak ada yang jaga dia dirumah makanya kubawa”.
Sama halnya seperti informan yang lainnya, lingkungan sekitar tempat tinggal Yuni
kebanyakan memiliki aktifitas yang sama seperti dirinya. Pengaruh lingkungan juga membuat
Yuni melakukan aktifitas ini sehingga interaksinya dengan tetangga dan sesama pengemis
tergolong baik. Keluarga Yuni tidak aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya paling mereka
sesama pengemis yang sering mengobrol. Alasannya tak lain mereka minder bergaul dengan
orang-orang yang ekonominya lumayan padahal ia mengatakan jika tetangganya itu baik dan
ramah. Jika interaksi Yuni dengan anggota keluarga tergolong kurang baik khususnya antara
Yuli dengan sang ibu kelihatan tidak baik. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti ingin mengobrol
Yuni terlebih dahulu mendatangi sang ibu dengan wajah yang masam ibunya mengangguk.
Setelah wawancara juga peneliti melihat Yuni dimarahi oleh ibunya tidak jelas karena masalah
84
Universitas Sumatera Utara
apa, peneliti melihat Yuni menundukkan wajahnya seperti menahan air matanya. Sedangkan
ibunya menunjukkan wajah sangarnya yang ditutupi oleh kerudung. Peneliti juga sempat
meminta izin untuk mewawancarai ibunya namun ditolak. Ia memiliki 1 orang anak, suaminya
telah meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan. Sedangkan ibunya melakukan aktifitas
yang sama dengannya, ayahnya dirawat di r
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif (explorative
research) adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu keadaan dan memberikan
pemahaman mengenai permasalahan yang akan diteliti (Margaretha,2009: 23).
Penelitian
eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan untuk
memberikan arahan bagi penelitian selanjutnya. Tujuan utama dari jenis penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi situasi penelitian dan tujuan khusus atau data yang diperlukan
untuk penelitian selanjutnya (Kuncoro dalam Syefira, 2013:308).
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan sekitar Mesjid Agung Medan, Kelurahan Madras
Hulu, Kecamatan Medan Polonia. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena penulis ingin
mengetahui secara pasti bagaimana kehidupan sosial ekonomi pengemis penggendong anak di
kawasan sekitar Mesjid Agung Medan . Hal yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di tempat ini adalah karena kawasan ini merupakan salah satu tempat yang banyak
ditemui pengemis penggendong anak.
3.3
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah seseorang yang dapat memberi informasi mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan dirinya sendiri ataupun tentang lingkungan sekitarnya yang menjadi topik
penelitian ini (Idrus,2009: 216). Subyek dalam penelitian ini ada tiga yaitu informan kunci ( key
informant), informan utama dan informan tambahan .
41
Universitas Sumatera Utara
a. Informan kunci (informant key) adalah orang-orang yang karena pengetahuannya
yang luas dan mendalam tentang komunitasnya dapat memberikan data yang berharga
(Suyanto,2005:189 ). Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Sosial
kota Medan untuk mengetahui fenomena pengemis penggendong anak.
b. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi yang diteliti
(Suyanto,2005:172). Informan utama dalam penelitian ini adalah pengemis
penggendong anak.
c. Informan tambahan, adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak
langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti (Suyanto,2005:172). Informan
tambahan dalam penelitian adalah keluarga pengemis penggendong anak dan
tetangga.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang
akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya
terhadap masalah yang diteliti.
2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan
langsung utrun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti adalah :
a.
Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan
dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran
penelitian.
42
Universitas Sumatera Utara
b.
Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dimana penelitian dan responden
hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka memperoleh data
dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian ( Siagian,2011 : 211 ).
Dalam penelitian ini, wawancara yang dimaksud yaitu mengajukan
pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk
melengkapi data yang diperlukan.
3.5
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya.
Analisis data dengan menggunakan metode kualitatif, dimana penulis akan mengkaji data yang
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul,
mempelajari data, menyusun dalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahapan
berikutnya dan memeriksa kesalahan data serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan
kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti.
43
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1
Sejarah, Lokasi dan Luas Mesjid Agung Medan
Mesjid Agung Medan merupakan mesjid terbesar di Kota Medan. Mesjid ini dibangun
pada tahun 1970 yang terletak di Jl. Pangeran Diponegoro Kelurahan Madras Hulu Kecamatan
Medan Polonia. Posisi mesjid ini bersebelahan dengan kantor Gubernur Sumatera Utara dan Sun
Plaza. Masjid. Tidak jarang pegawai dari kantor gubernur maupun staff serta pengunjung Sun
Plaza sholat di Masjid Agung Medan ini. Agung memiliki keindahan serta artitekstur yang khas
tentunya. Selain Masjid ini luas, masjid ini juga sejuk ditambah dengan bentuk masjid yang
simple atau sederhana namun cukup menarik. Masjid ini memiliki bangunan utama dengan
ukuran sekitar 43 m x 43 m. Luas tanah masjid ini 10 ribu meter persegi dan luas bangunan
1.000 meter persegi .
Setelah 21 tahun tidak dilakukan renovasi, Masjid Agung Medan mulai tak mampu
menampung jumlah jamaah khususnya pada saat Shalat Jumat. Oleh sebab itu, saat ini mesjid ini
telah mulai direnovasi pada hari Jumat 15 Januari 2016 lalu. Masjid ini akan dibangun kembali
setinggi Kantor Gubernur Sumut dan juga setinggi Sun Plaza sehingga tampak megah di tengah
kota. Targetnya pada tahun 2018 Masjid Agung Kota Medan akan menjadi masjid futuristik
yang dapat menjawab kebutuhan manusia modern. Satu di antara kebutuhan manusia modern
adalah penyeimbangan antara pemenuhan spiritual dan material (rohani dan jasmani).
(medanwisata.com).
Masjid Agung Medan
memiliki satu kubah berwarna keemasan dan satu menara
disampingnya seperti gambar berikut :
44
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Mesjid Agung Medan dengan kubah berwarna keemasan
Sumber : waspada.co.id
Gambar 4. 2 Kubah Mesjid Agung yang berwarna keemasan tampak dalam
Sumber : safarimasjid.com
45
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Menara Mesjid Agung Medan
Sumber : waspada.co.id
4.2
Fasilitas Mesjid Agung
1. Kantor Badan Kesejahteraan Masjid Agung Medan
Posisi kantor Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) ini berada di sebelah kanan dari
gerbang utama masjid, tepatnya di lokasi yang sedang mengadakan pembangunan mesjid. oleh
karena itu, kantor BKM dan panitia pembangunan digabung menjadi satu . Walaupun masih
dalam keadaan renovasi, keamanan tetap menjadi perhatian oleh pengurus mesjid. Jalur menuju
kantor ini dilengkapi oleh atap yang dibuat dari besi dibagian kiri dan kanan ditutupi seperti
terpal berwarna hijau sehingga kecil kemungkinan untuk terkena serpihan bangunan dari atas.
Selain itu, pengurus BKM sangat terbuka dan ramah dengan tamu-tamu. BKM ini berdiri pada
tanggal 25 Juni 2015 melalui gagasan dari jamaah mesjid tersebut. BKM Mesjid Agung Medan
berazaskan Islam yang berpedoman keada Al-Quran dan Al-Hadist serta mazhab ahlussunnah
46
Universitas Sumatera Utara
wal jamah. BKM ini bersifat independen, terbuka, komunikatif dialogis, mengutamakan ukhwah
islamyah, dan aktif dalam sosial kemasyarakatan. BKM Mesjid Agung memiliki visi dan misi
sebagai berikut :
Visi
“ Terwujudnya masjid yang makmur, paripurna, aman, nyaman, asri dan menjadi ikon
masyarakat serta pusat pengembangan agama Islam di Sumatera Utara”.
Misi
1. Menata dan megelola manajemen masjid secara mandiri, professional, transparan, dan
akuntabel.
2. Menata dan mengelola potensi ekonomi masjid secara syariah.
3. Menciptakan masjid sebagai pusat ibadah, dakwah, zikir, ta’lim wara’allum ( wahana
Pendidikan Islam).
4. Menjadikan masjid sebagai pusat pengakajian khazanah kelimuan Islam.
5. Menjadikan masjid sebagai wadah konsultasi problematika keummatan.
Tujuan
1.
Sebagai wadah untuk mengelola , memelihara dan memakmurkan Masjid Agung Medan.
2.
Terbinanya ummat Islam yang beriman, berilmu dan beramal sholeh.
Tugas
1.
Mewujudkan masjid sebagai tempat ibadah yang aman dan nyaman.
2.
Mewujudkan masjid sebagai wadah tegaknya syiar Islam.
47
Universitas Sumatera Utara
3.
Meningkatkan persaudaraan Ukhwah Islamiyah di antara para jama’ah.
Fungsi
1.
Meningkatkan minat masyarakat untuk melaksanakan ibadah dengan benar dan baik,
2.
Pusat pembinaan dan pelayanan umat demi tegaknya syiar Islam.
3.
Pusat kegiatan dakwah demi tegaknya amar ma’ruf nahi mungkar.
4.
Pusat informasi dan komunikasi antar jama’ah dalam bidang sains dan ilmu-ilmu agama
Islam.
Susunan Pengurus Badan Kesejahteraan Masjid Agung Medan
Masa Bakti Tahun 2015-2018
PELINDUNG
: 1. Walikota Medan
2. Wakil Ketua DPRD Kota Medan
3. Kapolresta Medan
4. Dandim 0201/BS
5. Kajari Medan
PEMBINA
: 1. Asisten Umum Pemerintah Kota Medan
2. Asisten Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Kota Medan
PENASEHAT
: 1. Ketua MUI Kota Medan
2. Ketua MUI Kota Medan
3. Ketua IPHI Kota Medan
4. Ketua NU Kota Medan
48
Universitas Sumatera Utara
5. Ketua Muhammadiyah Kota Medan
6. Ketua Al Washliyah Kota Medan
7. Ketua Ittihadiyah Kota Medan
DEWAN PAKAR
: 1. DR.H.Ahmad Zuhri,Lc,MA
2. H.Ajib Shah,S.Sos
3. DR.H.Abdul Hakim Siagian,SH
4. DR.H.Ardiansyah, M. Ag
5. Prof. DR. H. Basyaruddin
6. H. Iwan Zulhami, SH. M.AP
7. Prof. DR. M. Basyuni, Phd.
8. Prof. DR.H.Aznan Lelo
9. Rafdinal, S.Sos, M.AP
10. Ir. H. Isman Muryani
11. DR.H. OK . Saidin, SH, M.Hum
12. DR. H. Tarmizi, SH, M.Hum
13. Ir. H. Dahlan Harahap, MM
PENGAWAS
: 1. Inspektorat Pemerintah Kota Medan
2. Ka. Sub. Bag. Tata Usaha Kemenag Kota Medan
3. H. Yuslin Siregar
4. H. Indra Utama
5. H. Martinus Latuperisa
6. H. T. Solaiman
49
Universitas Sumatera Utara
7. H. Donald Sidabalok
8. H. Arifin Nainggolan, SH, M.Si
9. H. Hasan Asli Can
10. Jhony Sembiring, SH
11. Drs. H. Muslim Siregar
12. H. Suryadi Bahar, SH
13. H. M. Dayan, SH, M. Hum
14. H. Badaruddin Siagian, SH, M.Si
15. Drs, H. M. Subandi
16. H. Subandi, SH, Sp.N
17. H. Faris Bashel, SE
18. H. Zulheifi , SE
19. Sabar Samsuria Sitepu
20. Ir. Edy Syahputra
Ketua Umum
: Ka. Kantor Kementerian Agama Kota Medan
Sekretaris Umum
: Kabag. Agama dan Pendidikan Kota Medan
Ketua Harian
: H. Azwir Ibnu Aziz
Wakil Ketua
: 1. H. Dedi Iskandar BatuBara, M.Sp
2. H. Edi Irsan Tarigan, SH
3. H. Hendra DS
4. H. Yossi Sohuturon, MA
5. H. Edwin Ginting S.
50
Universitas Sumatera Utara
6. Bambang, SH
7. H. Ilhamsyah, SH
8. H. Ahmad Arif, SE, MM
Sekretaris
: Drs. H. Daud Syah Munthe, MM
Wakil Sekretaris
: 1. Drs. H. Impun Siregar, MA
2. H. Darwin
3. H.Darma Husnaidi, SE
4. H. Salim Matondang
5. Datuk Adil F. Haberham, SE
6. Ir. H. Zilkiram Mudaraksa
7. Bonggal Ritonga, S. Ag
Seksi-seksi
:
A. Seksi Idaroh ( Organisasi Dan Manajemen ) :
1. Bidang Sarana dan Prasarana dan Pembangunan :
Kordinator
: H. Muazzad Zein, SE
Anggota
: 1. Drs. H. Senen Sulaiman
2. Gusnaidi, SE
3. Drs. H. Munif Abdi
4. H. Taufiqurrahman, SE
2. Bidang Kehumasan/ Publikasi
Kordinator
: H. Nian Poloan Lubis
51
Universitas Sumatera Utara
Anggota
: 1. H. Zulrizal
2. Zainal Arifin Siregar, S. Ag
3. Drs. H. Syahruddin Jafar
4. Gito AP
3. Sekso Imaroh ( Pemakmuran )
1. Bidang Ibadah dan Dakwah :
Kordinator
Anggota
: Abdul Muis, S. Ag
: 1. M. Syukur Siregar
2. Nasri Harahap, SE
3. Fahrizal, MA
4. Zulhendri Tampubolon, S. Pd. I
5. Solahuddin Siregar, MA
6. H. Ismail Hisyam, MA
2. Bidang Sosial dan PHBI :
Kordinator
: Yose Rijal , S.Ag. MM
Anggota
: 1. H. Joni Irwanto Se,biring, SH
2. Drs. Asmar Surya
52
Universitas Sumatera Utara
3. Ahmad Yunus Hulu
4. H. Ahmad Kamil Harahap, MA
5. Torja Hamonangan R.
3. Bidang Pendidikan dan Remaja Mesjid :
Kordinator
: Drs. Joko Susilo
Anggota
: 1. Idham Dalimunthe, SE. M,Si
2. Drs. H. Maslah
3. Fuji Rahmadi, MA
4. H. Masnun Zaini, M.Psi
C. Seksi Ri’ayah ( Pemeliharaan )
1. Bidang Kebersihan dan Keindahan :
Kordinator
: Drs. Abdul Karim Nasution
Anggota
: 1. Surya Dharma
2. H. Zulkifli Yus
3. Amsyar
4. Paguna Perangin Angin
2. Petugas Keamanan dan Penjaga Mesjid :
53
Universitas Sumatera Utara
Koordinator
: H. Khairul Anwar Lubis
Anggota
: 1. H. Marzal
2. Nurwahyudi
3. Sofyan Yahya
4. H. Hery Rosyadi
5. Ruslan Chan
6. Jaya Kuangga
D. Seksi Pemberdayaan dan Perempuan :
Kordinator
: Hj. Dewi Harahap
Anggota
: 1. DR. Hj. Hamidah Harahap, M.Sc
2. Hj. Rosmawati Harahap
3. Elly Juliati, M.Pd
4. Hj. Fatimah, S.Ag
5. Hj. Sulfia Rahmy, MA
6. Hj. Vera Agustina Hasibuan
54
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Kantor Badan Kesejahteraan Mesjid (BKM) Mesjid Agung Medan tampak kiri
Gambar 4.5 Kantor Badan Kesejahteraan Mesjid (BKM) Mesjid Agung Medan tampak kanan
55
Universitas Sumatera Utara
2. Tempat Wudhu
Sama seperti mesjid pada umumnya , Mesjid Agung pun memiliki tempat wudhu. Tempat
wudhunya terbagi menjadi dua tempat, yang satu untuk pria dan satu lagi untuk wanita tetapi
masih dalam bangunan yang sama . Posisi tempat wudhu pria dan wanita ini berada di sebelah
kiri mesjid. Tetapi jika kita masuk melalui gerbang utama maka posisinya di sebelah kanan.
Tempat wudhu pria memiliki dua pintu masuk yaitu melalui pintu depan yang berada di dekat
parkiran dan pintu belakang berada di dekat selasar mesjid. Tetapi tempat wudhu wanita hanya
memiliki satu pintu masuk dekat dengan halaman mesjid.
Gambar 4.6 Tempat wudhu pria tampak depan
56
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Tempat wudhu pria tampak belakang
Gambar 4.8 Tempat wudhu wanita
57
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Tempat wudhu wanita
3. Ruangan sholat yang dilengkapi AC dan kipas angin
Mesjid Agung Medan memiliki ruangan sholat yang dilengkapi oleh AC kurang lebih 30
buah dan kipas angin sebanyak 25 buah. Tak hanya di dalam, selasar mesjid ini juga dipasang
kipas angin.
Ruangan ini mampu menampung sebanyak 1.200 jama’ah serta tambahan di
halaman 500 jama’ah. Masjid Agung Medan mulai tak mampu menampung jumlah jamah
khususnya pada shalat Jumat. Pada saat pelaksanaan ibadah shalat jum'at baik masjid terisi
penuh oleh jemaah dan sebagian tidak tertampung di bangunan utama sehingga menempati
pelataran antara bangunan utama dan bangunan tempat wudhu. Banyak anak-anak yang
menawarkan koran sebagai alas. Oleh karena itu, melalui pembangunan yang sedang
dilaksanakan saat ini ruangan sholat akan diperkirakan akan mampu menampung 7.000 jama’ah
sedangkan untuk menaranya hampir 200 meter. (medanwisata.com)
58
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10 Ruangan sholat
Gambar 4. 11 Ruangan sholat
59
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.12 Suasana di dalam Mesjid Agung ketika jamaah shalat
Sumber : waspada.co.id
Gambar 4. 13 Selasar Mesjid Agung Medan
60
Universitas Sumatera Utara
4. Tempat parkir
Bagi jama’ah yang menggunakan kendaraan ketika sholat di Mesjid ini dilengkapi oleh
tempat parkir. Kapasitas parkir sekitar 500 sepeda motor dan 125 mobil. Tempat parkir sepeda
motor berada di sebelah kiri mesjid sedangkan untuk mobil berada di sebelah kanan mesjid
bahkan. Jika bawa kendaraan mau sholat jum'at disini harus masuk sebelum jam 12 tidak
mendapat tempat parkir lagi sehingga banyak yang parkir di tepi jalan raya. Masjid Agung yang
baru diperkirakan menampung untuk 400 mobil dan 1000 sepeda motor.
Gambar 4.14 Parkiran Mesjid Agung Medan
61
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.15 Parkiran Mesjid Agung Medan
Rencananya pembangunan masjid baru masih memanfaatkan dan mempertahankan
bangunan masjid lama serta dibangun disamping atau dibangun di atas masjid lama. Jadi masjid
tetap berfungsi, dan bisa digunakan untuk aktifitas ibadah. Selain bangunan masjid, ada juga
fungsi tambahan atau fasilitas lain yang dibangun. Diantaranya gedung pertemuan, hall transisi,
perpustakaan, dan gallery Masjid Agung. Selanjutnya, ada juga menara city view, roof garden,
kantor kenaziran, kantor pengelola TPA dan TKA, rumah penjaga, cefetaria, tempat wudhu dan
toilet serta ramp difabel dan lift (www.sumutprov.go.id).
62
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. 16 Pembangunan Mesjid Agung Medan
Mesjid ini cukup strategis dekat untuk orang-orang pekerja kantoran jadi memudahkan
mereka untuk sholat. Berdekatan dengan kantor Gubernur dan Pusat perbelanjaan yang cukup
besar maka tidak jarang pegawai dari kantor gubernur maupun staff serta pengunjung Sun Plaza
shalat di Masjid Agung Medan ini. Mesjid ini pula menjadi tempat ibadah berbaurnya dari lintas
usia dan lintas profesi. Pada saat pelaksanaan ibadah shalat jum'at baik masjid terisi penuh oleh
jemaah dan sebagian tidak tertampung di bangunan utama sehingga menempati pelataran antara
bangunan utama dan bangunan tempat wudhu. Banyak anak-anak yang menawarkan koran
sebagai alas. Yang cukup menarik dan patut dicontoh oleh masjid lain adalah pengumuman dari
panitia shalat jumat yang mengundang kehadiran jemaah untuk menyaksikan penghitungan uang
dari kotak amal dan menandatangani berita acara.
63
Universitas Sumatera Utara
Mesjid ini selalu ramai khususnya memasuki musim hari-hari besar Islam seperti Idul
Fitri, Idul Adha, Ramadhan, Maulid Nabi, 1 Muharram, Shalat Jum’at, dan seterusnya. Pada
bulan ramadhan menjelang buka puasa mesjid ini menyediakan ta'jil dalam jumlah banyak.
Takjil yang disiapkan adalah untuk para jamah yang akan berbuka puasa di Mesjid Agung. Takjil
ini dibagikan secara cuma-cuma. Untuk sahur, masjid ini menyediakan makanan sahur pada
malam ganjil atau biasa disebut malam i’tikaf. Menurut Mukhlis, salah seorang pengurus Badan
Kenaziran Masjid Agung Medan mengatakan pada bulan puasa biasanya banyak pejabat yang
datang untuk shalat atau untuk mendengarkan ceramah. Namun tetap diperlakukan layaknya
jamaah yang lain (sumatera.bisnis.com).
Memasuki bulan ramadhan Mesjid Agung tak pernah sepi dari pengunjung. Khususnya
pada hari Jumat, lokasi Mesjid Agung sangat ramai dipadati oleh pengemis penggendong anak.
Mereka mengharapkan belas kasihan dari para jamaah yang akan sholat. Kondisi ini
dipergunakan oleh orang mencari uang seperti pengemis penggendong anak. Lokasi ini
merupakan lokasi yang paling banyak ditemui adanya pengemis penggendong anak. Para
pengemis penggendong anak memulai aktivitasnya sekitar pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.30
WIB. Ada yang duduk di trotoar dan ada pula yang rela berdiri di depan pintu masuk menunggu
pengunjung memberinya uang. Anak yang dibawa oleh mereka paling maksimal berumur 2
tahun dan paling minimum berumur 8 bulan. Beberapa dari pengemis penggendong anak tak
segan memaksa dan mengikuti pengunjung sampai diberi uang. Jika mereka tidak berhasil
mendapatkan uang wajahnya akan menunjukkan kekesalan. Teriknya matahari tak dirasakan
para pengemis penggendong anak lagi, anak yang digendong sudah ada menangis minta makan
dan minum tetapi mereka tidak memperdulikannya. Tak hanya satu orang anak ada pula yang
membawa dua orang anak. Satu anak digendong dan yang satu mengikutinya dari belakang.
64
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.17 Pengemis penggendong anak di sekitar Mesjid Agung Medan
Gambar 4. 18 Pengemis penggendong anak di sekitar Mesjid Agung Medan
65
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS
5.1
Hasil Penelitian
Informan yang terlibat dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
peneliti. Keseluruhan informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, terdiri dari informan
utama adalah 4 orang pengemis penggendong anak, informan kunci sebanyak 1 orang yaitu
Koordinator Unit Reaksi Cepat (URC) sekaligus Staff Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial
Kota Medan, informan tambahan sebanyak 6 orang yaitu 2 orang tetangga pengemis , 1 orang
suami pengemis penggendong anak, 1 orang anak pengemis penggendong anak , 1 orang
pengurus Badan Kesejahteraan Mesjid Agung Medan dan 1 orang pengunjung Mesjid Agung
Medan.
Hasil penelitian diperoleh data umum mengenai informan mencakup nama, umur,
tempat/tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, agama, anak ke, jumlah saudara. Dalam tahapan
pembahasan ini, peneliti akan menjelaskan identitas informan karena identitas informan
merupakan faktor yang sangat penting untuk diketahui dalam suatu penelitian, dari data informan
diharapkan dapat memberikan suatu gambaran awal. Hasil gambaran yang lebih jelas dan rinci,
diuraikan peneliti melalui petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang datadata tersebut.
66
Universitas Sumatera Utara
5.1.1 Informan Utama- I
Nama
: Halimah
Tempat/tanggal lahir
: Medan, 20 Juni 1981
Usia
: 36 tahun
Pendidikan Terakhir
: Sekolah Dasar
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
: Jalan Sei Mati Gg Merdeka, Brigjen Katamso
Status
: Memiliki seorang suami dan 4 orang anak
Perkenalan diawali ketika peneliti pergi ke Mesjid Agung Medan untuk melakukan survei
lokasi tepatnya pada 15 April pukul 15.00 WIB. Peneliti melihat seorang wanita berperawakan
tinggi, kulitnya berwarna sawo matang serta memakai jilbab dan pakaian yang seadanya sedang
membawa seorang anak umur 3 tahun dan menggendong bayi meminta-minta kepada para
pengunjung. Ia membawa sebuah ransel yang berisi pakaian ganti anaknya, nasi serta air minum.
Ketika berada di tempat yang sepi peneliti menghampirinya. Awalnya Halimah terkejut mengira
peneliti seorang wartawan tetapi setelah peneliti menjelaskan beliau tersenyum. Peneliti meminta
izin untuk mewawancaranya dan beliau meminta peneliti mengadakan wawancara di rumahnya
saja beliau sembari memberikan alamatnya. Alasannya agar beliau tidak terganggu melakukan
aktivitasnya. Hingga akhirnya peneliti dengan Halimah sepakat keesokan harinya untuk
wawancara. Tiba lah hari yang telah disepakati peneliti disambut baik oleh Halimah beserta 2
orang anaknya yang masih kecil ketika sampai dikediamannya. Peneliti membuka pembicaraan
karena peneliti melihat Halimah masih malu-malu. Halimah merupakan salah satu pengemis
yang berada di Mesjid Agung setiap hari Jumat namun hari lainnya ia berada di daerah Sun Plaza
dan sekitarnya. Bukan karena kebetulan tetapi Halimah terlebih dahulu melakukan pekerjaan
67
Universitas Sumatera Utara
rumahnya seperti memasak, menyuci piring dan pakaian ,menyapu rumah serta menunggu
anaknya pulang sekolah supaya ada yang menemaninya ke tempat “kerjanya”. Setelah semuanya
selesai barulah Halimah berangkat ke lokasi tersebut beserta anak ke empatnya menggunakan
angkutan umum. Halimah memulai aktivitasnya setiap hari khusus hari Jumat ia berangkat ke
Mesjid Agung pukul 10.30 WIB sedangkan hari biasa pukul 12.00 – 17.00 WIB.
Halimah bercerita awal ia menjadi seorang pengemis sudah 3 tahun semenjak pindah dari
Binjai ke Medan .Selama berada di Binjai ia tidak memiliki pekerjaan sedangkan suaminya
kadang kerja kadang tidak. Niat ingin mengubah kondisi keluarga malah Halimah mengatakan
tidak mendapatkan pekerjaan di Medan sehingga ia memutuskan untuk menjadi pengemis
penggendong anak. Sedangkan suaminya hanya bekerja sebagai penarik becak mesin itupun
masih disewa. Ia menikah pada umur 20 tahun, ia menegaskan anak yang selalu dibawa oleh
Halimah merupakan anak kandungnya sendiri.
“ kerja gini udah lama dek 3 tahunan sejak pindah dari Binjai kesini. Kami pindah
kesini mau mencoba mengubah nasib.ya ternyata ginilah gak mungkin lagi balik ke
Binjai. Ibu nikah waktu 20 tahun, ini kandungku dek, gak mungkin kubawa anak orang
kan. Tanya lah sama tetangga samping rumah ini ( sambil tertawa)”.
Mengenai interaksi dengan sesama anggota keluarga, Halimah mengakui jika interaksi
mereka lancar. Baik orang tua terhadap anak maupun sebaliknya. Namun ketika melakukan
wawancara suami informan berada di kamar tidur. Awalnya Halimah menyuruh anaknya
memanggil ayahnya tetapi tidak ada muncul. Kemudian Halimah mencoba masuk ke kamar
memanggil suaminya, tetapi peneliti mendengar ada seperti suara bentakan dari suaminya. Tak
lama kemudian Halimah keluar dengan mata yang berkaca-kaca. Sebagaimana masyarakat biasa
68
Universitas Sumatera Utara
Halimah juga memiliki tetangga, tetapi hanya sebagian yang ramah dengannya. Salah satunya,
pemilik rumah yang ditempati olehnya karena mereka tinggal bersebelahan. Halimah juga
mengakui jika ia dan keluarga kurang terbuka dengan masyarakat sekitar. Mereka merasa minder
karena hanya Halimah yang melakukan aktivitasnya sebagai pengemis di tempat tinggalnya
bahkan jika lingkungan melakukan kegiatan seperti gotong- royong mereka tidak pernah ikut.
“ anak-anak ku baiknya dek, kalo sama suami paling lah cekcok biasa kayak rumah
tangga lain. Kalo ribut sampai main tangan gak ada dek. Tapi kalo sama tetangga
kurang dekat kami, paling lah sama ibu yang punya kontrakan ini itupun karena kami
bersebelahan. Gak pernah kami ikut gotong royong disini malu kami bertemu orangorang. Karna kan cuma ibu yang kerjanya gini dek disini, gak ada ibu kenal pengemis
yang kayak ibu”.
Halimah tidak memiliki pekerjaan sampingan untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarganya sehari-hari. Pendapatan Halimah per harinya Rp 40.000,00 jika dikalikan sebulan
pendapatannya Rp 40.000,00 x 30 = Rp 1.200.00,00. Pendapatan suaminya sebagai tukang becak
tidak menentu tak jarang suaminya pulang tanpa membawa uang. Jika dihitung pendapatan
suami Halimah per bulan rata-rata Rp 500.000 . Begitu pula dengan anak pertamanya yang
bekerja sebagai tukang parkir, pendapatannya rata-rata Rp 400 per bulan. Menurut penuturannya
pendapatan mereka sebesar ini belum mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sedangkan kebutuhan anak-anaknya, kebutuhan rumah tangga, uang sewa rumah dan becak
sudah mendesak. Oleh karena itu, Halimah tidak sempat menabung baik dirumah atau ditempat
lain.
69
Universitas Sumatera Utara
“kerjanya hanya ini aja dek. Biasanya jam 11 lah berangkatnya tapi kalo hari Jumat
kan rame kali jadinya jam 10an udah gerak dari rumah. Pendapatan saya perhari
gak nentu dek ( sambil menggaruk kepala), tapi ya kalo dihitung rata-rata 40 ribu lah.
Masih kurang itu untuk kebutuhan rumah tangga apalagi sekarang serba mahalnya.
Suami saya kerjanya tukang becak ya tau lah dek kadang mau pulang gak bawa uang.
Kalo per bulan itu kira-kira 500an dek. Kadang anak ku yang paling besar itu kan
kerjanya tukang parkir jadi mau dia ngasi aku uang untuk nambah-nambahi.
Seringnya dia ngasi rata-rata 400 itu pun gak nentu setiap bulan. Kalo bulan ini ngasi
bulan depannya mau gak ada. Mau nabung pun gak bisa deh, untuk makan aja
kurang“.
Rumah yang ditempati Halimah merupakan rumah kontrakan yang per bulannya Rp
300.000,00 termasuk listrik dan air. Sumber air yang mereka pakai berasal dari air PAM itupun
kalau hujan deras airnya akan keruh. Rumahnya memiliki sebuah kamar tidur, sebuah jendela
dan pintu, kamar mandi dan dapur yang dekat dengan kamar tidur tetapi tidak memiliki asbes.
Lantainya terbuat dari semen sedangkan lampu yang mereka gunakan hanya ada tiga yaitu di
ruang utama, kamar mandi dan kamar tidur. Berhubungan dapur berdekatan dengan kamar mandi
jadi lampunya disamakan. Dinding rumahnya terbuat dari bambu, pada malam hari mereka tidur
di dua tempat yaitu di kamar dan ruang utama. Untuk menonton mereka sering menumpang ke
rumah tetangganya. Jika memasak mereka menggunakan kompor gas 3 kg. Untuk memasak nasi
dan lauk pauk mereka menggunakan periuk begitu pula dengan air minum. Halimah menuturkan
jika hujan deras mereka harus siap-siap untuk memindahkan segala barang agar tidak basah
karena banjir.
70
Universitas Sumatera Utara
“ kalo biaya sewa rumah ini 300 ribu per bulan udah ikut air sama listrik. inilah
rumahnya dek, ada satu kamar tidur satu kamar mandi. Sempit kek gini lah. Ada
yang tidur sebagian di kamar sebagian lagi disini ( maksudnya ruang tamu). Kalo
udah hujan dek, banjir ini dimana-mana air di kamar mandi pun keruh. Makanya
barang-barang ini ( sambil menunjuk gumpalan kain di dalam keranjang serta
barang lainnya) diangkatlah ke atas meja biar gak basah”.
Di antara anggota keluarganya hanya Halimah yang mengidap penyakit yaitu gula kering
dan gangguan pendengarannya namun ia tidak peduli karena biayanya yang tidak mencukupi.
Suami dan anak-anaknya hanya mengalami demam biasa saja. Peneliti juga melihat Halimah
kelihatan resah kadang tidak mengerti dengan pertanyaan peneliti. Anak keduanya menjelaskan
jika Halimah memiliki pendengaran yang kurang baik. Bagi keluarganya kesehatan itu tidak
terlalu di prioritaskan yang penting bisa makan. Jika salah satu anggota keluarga terserang
penyakit mereka hanya mengandalkan obat dari warung karena biaya berobat ke puskesmas tidak
ada. Halimah dan keluarga tidak memiliki BPJS Kesehatan karena mereka tidak memiliki kartu
keluarga. Sebagai warga negara Indonesia, keluarga Halimah tidak memiliki kartu identitas
(KTP). Alasannya karena mereka tidak mengerti bagaiamana cara mengurusnya selain itu pula
mereka tidak memiliki sanak-saudaranya. Halimah menuturkan jika ia tidak mampu menyisihkan
pendapatan untuk biaya kesehatan.
“anak saya sering itu demam dek, kasian saya. Ibu pun punya penyakit gula kering
dek (sambil menitikkan air mata) ini pun udah agak kurang pendengarannya gak
sanggup berobat ke puskesmas , beli obat dari kedei lah. Kami gak punya BPJS , gak
ada kartu keluarga karena sering pindah-pindah jadi gak ada yang ngurus ke lurah.
KTP aja kami gak punya dek. Keluarga kami gak ada, ibu sama suami saya gak ngerti
71
Universitas Sumatera Utara
ngurusnya saudara kami gak ada. Kayak tadilah , mau makan aja susah mana sempat
nabung untuk biaya berobat”
Pemenuhan kebutuhan pangan keluarganya, setiap harinya keluarga Halimah makan
sebanyak dua kali dalam sehari. Bagi mereka yang penting sudah makan nasi, jadi Halimah
selalu mengusahakan beras tetap ada walaupun lauknya sering tidak ada. Jangankan untuk
makan daging, memiliki persediaan beras di rumah saja Halimah sudah bersyukur. Bahkan
anaknya pun tidak pernah meminum susu kecuali susu kotak seharga Rp. 2000,00 Halimah
belanja ke pasar jika memiliki uang tetapi kalo uangnya tidak ada , Halimah menyuruh anaknya
membeli mi instan dan telur ke warung terdekat.
“ ya kalo makan apa adanya lah kalo gada ikan ya gapapa yang penting ada
beras dirumah. Boro-boro makan daging dek makan telur aja udah syukur. Kadang
makan hanya pake kerupuk aja sama kecap. Anak ibu gak ada yang minum susu dari
kecil kecuali ya susu kotak harga 2 ribu rupiah dari warung. Ada duit mau belanja
paling belanja di warung yang ada jual sayur jarang ke pajak”.
Halimah dan keluarga mengharapkan belas kasihan orang yang mau memberikan baju
bekas. Bisa dipastikan jika dalam setahun mereka tidak pernah membeli baju bahkan seragam
sekolah anaknya yang SD pun sudah lusuh dan tidak memiliki uang untuk membeli. Jika
Halimah memiliki uang beliau membeli baju di pasar yang murah.
“kalo baju pake apa yang ada lah dek, ini aja seragam sekolah anak yang SD udah
lusuh kali gak ada duit mau gantinya. Setahun itu bisalah dipastikan gak pernah beli
baju. Paling nunggu orang yang mau ngasi baju bekasnya apalagi kalo lebaran
banyak itu”.
72
Universitas Sumatera Utara
Mengenai tentang pendidikan Halimah memiliki 4 orang anak, anak pertamanya tidak
tamat SMP saat ini bekerja sebagai tukang parkir. Anak kedua, sedang menempuh pendidikan di
bangku kelas 4 SD. Anak ketiga ini lah yang selalu dibawanya dalam melakukan aktifitasnya.
Anak yang terakhir baru saja lahir, saat ini umurnya masih memasuki 2 bulan. Ia mengatakan
jika pendapatannya mengemis tidak cukup untuk membiayai pendidikan anak-anaknya saat ini
sehingga anaknya putus sekolah.
Sedangkan ia dan suaminya hanya tamat SD karena
keterbatasan biaya.
“Anak ibu 4 orang anak pertama gak tamat SMP jadi tukang parkir lah dia sekarang,
anak kedua sedang duduk di bangku Sekolah Dasar. Anak ketiga berumur 3 tahun
dan anak keempat baru lahir umurnya 2 bulan
inilah yang sering saya bawa
mengemis. Aku sama suami cuma tamat SD. Inilah gak cukup duit anakpun putus
sekolah”.
73
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Informan Utama –II
Nama
: Masni
Tempat/tanggal lahir
: Medan, 05 Mei 1977
Usia
: 40 tahun
Pendidikan Terakhir
: Sekolah Menengah Pertama
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa-Padang
Alamat
: Gg Merdeka Tunggal Ika, Pasar 3 Tembung
Status
: Menikah
Informan utama kedua dalam penelitian ini adalah Masni yang merupakan warga
Tembung. Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 15 April sekitar jam 13.00 WIB dan
melihat Masni sedang duduk di trotoar kawasan Mesjid Agung tepatnya hari Jumat. Sama seperti
informan pertama Masni bingung dengan kehadiran peneliti setelah dijelaskan ia pun tersenyum.
Masni memiliki porsi badan yang kurus, kultnya berwarna sawo matang serta selalu mengenakan
jilbab berwarna biru dan pakaian yang lusuh. Setiap hari Jumat Masni beserta temannya
melakukan aktifitasnya di Mesjid Agung jika hari biasa ia pindah ke Pasar Ikan Kesawan.
Namun belakangan ini Masni sudah jarang ke Pasar Ikan karena masyarakat yang disana sudah
jarang memberi sedekah kepada pengemis. Masni bercerita awal ia menjadi pengemis karena
pendapatannya sebagai tukang kusuk keliling tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia
menikah pada umur 15 tahun. Anak yang selalu dibawa oleh Masni merupakan cucunya sendiri.
Anak pertamanya sudah menikah tetapi ditinggal pergi oleh suaminya. Alasannya membawa
cucu tersebut melakukan kegiatannya “ mengemis” adalah tak lain karena anaknya tidak mau
menjaga cucunya sendiri.
74
Universitas Sumatera Utara
“ini cucu dek, anak awak nikah cepat umur 15 tahun tapi suaminya kabur entah
kemana. Gak mau dia jaga, anak ini pun gak mau sama mamaknya. Sama awak lengket
dia terpaksa lah awak bawak kemana-mana”.
Interaksi Masni dengan anggota keluarga tergolong kurang baik khususnya antara Masni
dengan anak-anaknya. Anak-anaknya sering melawan jika disuruh sehingga Masni tidak mau
menyuruh mereka tetapi interaksi dengan suaminya baik. Ia sangat bersyukur memiliki suami
yang pengertian di tengah kondisi mereka yang serba kekurangan. Masni telah menikah dua kali,
suaminya pertama meninggal dunia karena sakit. Pernikahannya dengan suami keduanya telah
berjalan 8 bulan. Terhadap anak-anaknya suami bu Masni baik meskipun itu hanya anak tirinya.
Lingkungan sekitar tempat tinggal Masni kebanyakan memiliki aktifitas yang sama seperti
dirinya. Pengaruh lingkungan membuat Masni melakukan aktifitas ini sehingga interaksinya
terhadap sesama pengemis tergolong baik. Interaksi Masni dengan tetangga yang lain kurang
baik, ia dan keluarga tidak aktif dalam mengikuti kegiatan di lingkungan mereka tinggal seperti
gotong-royong, dsb.
“kalo anak-anak kami gak mau kerja dek melawan itu terpaksa lah awak sama
suami yang kerja. Untung suamiku baik udah dianggapnya orang itu kayak anak
kandungnya sendiri. Tetangga kami kebanyakan pengemis sama kayak ibu. Udah
saling kenal lah kompak kami. Kalo sama tetangga yang lain ya agak kurang dek.
Kalo ikut-ikut gotong-royong gitu gak pernah. Cemanalah awak kerjanya macam ini
malu dek”.
Pendapatan Masni dari hasil ia mengemis per hari rata-rata Rp 20.000- Rp 30.000. Dalam
seminggu Masni melakukan aktivitasnya lima kali. Jadi dalam sebulan pendapatannya dari hasil
75
Universitas Sumatera Utara
mengemis Rp 30.000 x 20 hari = 600.000. Selain menjadi pengemis penggendong anak, Masni
bekerja sebagai tukang kusuk keliling. Dalam sebulan ia hanya mendapat panggilan menjadi
tukang kusuk sebanyak 4 kali dan penghasilannya sekali dipanggil sebagai tukang kusuk
sebanyak Rp 30.000. Jadi pendapatannya dari tukang kusuk sebesar Rp 30.000 x 4 hari = Rp
120.000. Jika permintaan tukang kusuk tidak ada maka Masni mengemis di tempat-tempat yang
ramai. Pendapatan suaminya sebagai buruh bangunan tak menentu hanya rata-rata Rp 250.000
per bulan. Sedangkan anaknya tidak ada yang mau bekerja.
“ kalo tiap hari ya gak nentu dek kadang 20 ribu atau 30 ribu. Pernah sih ibu dapat
ribu sehari itu kalo udah rame. Jarang kali lah dapat segitu. Kerja ibu sehari-hari
tukang kusuk dek. Kalo gada orang yang mau dikusuk ibu ngemis cari tempat-tempat
rame apalagi Jumat. Suami ibu kerjanya tukang bangunan itupun kadang kalo ada
proyek. Kalo gak ya mocok-mocok lah dek.”
Masni dan keluarga menyewa sebuah rumah yang sederhana di Tembung yang harga
sewanya Rp 300.000 per bulan termasuk uang listrik. Rumah itu memiliki lampu 2 buah di
kamar dan di ruang tengah, kamar tidur dan kamar mandi tetapi tidak memiliki asbes. Pada
malam hari mereka tidur sebagian di ruang tengah sebagian di kamar. Lantainya terbuat dari
semen. Saat peneliti menanyakan tentang kondisi kesehatan keluarga Masni, beliau mengatakan
keluarganya dalam kondisi kesehatan yang normal. Paling mereka hanya demam biasa saja. Bila
salah satu anggota keluarga yang sakit, Masni akan membeli obat dari warung terdekat. Masni
dan keluargana tidak terdaftar sebagai anggota BPJS Kesehatan alasannya sama seperti Halimah
karena tidak memiliki kartu keluarga. Masni dan suaminya memiliki Kartu Tanda Penduduk
(KTP) tetapi tidak dengan anaknya yang paling besar.
Ia tidak memiliki saudara untuk
membantunya mengurus kartu keluarga sedangkan diantara mereka sekeluarga tidak mengerti
76
Universitas Sumatera Utara
mengenai urusan seperti itu. Sedangkan untuk biaya pengobatan ia mengaku tidak pernah
menyisihkan sebagian dari pendapatannya mengemis.
“ rumah nyewa 300 ribu udah sama listrik sebulan dek. Kalo sakit beli obat yang di
kede-kede itu, mau berobat ke puskesmas tak mampu. Awak gak punya BPJS dek gak
ada kartu keluarga, kami gak ngerti ngurusnya sodara pun tak punya. Cemanalah
mau nabung makan aja terancam”.
Masni mengatakan jika keluarganya hanya mampu makan sebanyak 2 kali sehari, itupun
sudah dirasa cukup. Ia selalu berusaha beras selalu ada walaupun lauknya nanti hanya kecap.
Beliau juga mengatakan akan pergi ke pasar jika ia memiliki uang yaitu Pasar Sukarame di
Tembung. Pemenuhan kebutuhan sandang, keluarga beliau dalam setahun bisa dikatakan tidak
pernah membeli baju. Mereka menunggu belas kasihan tetangganya yang memiliki pakaian
bekas khususnya menjelang hari raya Idul Fitri.
“makan apa yang ada dek, 2 kali tiap hari udah jago. Kalo misal mau belanja ke
pajak lah di Pajak Sukarame. Manalah sempat pikirkan beli baju dek, bisa makan
aja udah syukur.dalam setahun itu mau gak pernah beli baju apa yang ada itulah
dipake. Baju pake apa yang ada lah dek, ini aja seragam sekolah anak yang SD udah
lusuh kali gak ada duit mau gantinya. Setahun itu bisalah dipastikan gak pernah beli
baju. Paling nunggu orang yang mau ngasi baju bekasnya apalagi kalo lebaran
banyak itu”.
Kondisi pendidikan, Masni dulunya adalah tamat salah satu SMP Negeri yang ada di
Tembung sedangkan suaminya hanya tamatan SD. Untuk melanjutkan pedidikan, mereka tidak
memiliki biaya. Hasil pernikahannya yang pertama ia mempunyai 5 orang anak 3 lelaki 2
77
Universitas Sumatera Utara
perempuan . Sedangkan dari pernikahannya yang kedua ia tidak memiliki anak. Suaminya saat
ini bekerja sebagai buruh bangunan. Anaknya ini tidak mau bekerja hanya mau mengerjakan
pekerjaan rumah. Sehingga sang cucu inilah yang selalu ia bawa mengemis dengan alasan sang
anak tidak mau mengurusnya. Anaknya semua sudah putus sekolah karena tidak memiliki biaya
lagi.Anak-anak beliau tidak ada lagi yang sekolah semuanya putus sekolah karena keterbatasan
biaya. Anaknya yang pertama perempuan sudah menikah saat umur 15 tahun memiliki seorang
anak tetapi sudah ditinggalkan suaminya sehingga anak dan cucunya tinggal bersama dengannya.
Anaknya yang lain tinggal bersama dengannya dan tidak ada yang bekerja. Masni dan suami lah
membiayai kehidupan mereka setiap hari.
“ anak ibu 3 laki 2 perempuan ini cucu ibu dari anak cewek yang pertama. Gak ada
lagi yang sekolah mau makan aja susah apalagi biaya sekolah lah. Semuanya itu
tinggal sama saya dirumah semua gada yang kerja. Ya ibu sama suami lah yang
membiayainya. Kalo dimarahi mereka gak terima malah marah balek.”
78
Universitas Sumatera Utara
5.1.3 Informan Utama- III
Nama
: Yuli
Tempat/tanggal lahir : - ( informan tidak ingat)
Usia
: 30 tahun
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Padang-Mandailing
Alamat
: Gg Pancasila , Pasar 7 Tembung
Status
: Memiliki seorang suami dan 4 orang anak
Informan utama ketiga
dalam penelitian ini adalah Yuli yang merupakan warga
Tembung. Perkenalan diawali tepatnya tanggal 16 April 2017 ketika Yuli lewat dari depan
rumah peneliti. Ia menggendong seorang anak dan seorang anak mengikutinya dari belakang.
Badannya sedikit gemuk, kulitnya sawo matang dan menenteng sebuah plastik biru yang berisi
air minum. Ia mengenakan jilbab dan pakaian yang seadanya saja. Setiap rumah yang terbuka ia
datangi sambil menyodorkan baskomnya. Ketika datang ke rumah peneliti, peneliti mengajak ia
berbincang. Setelah makin lama, peneliti pun meminta izin untuk mewawancarai Yuli. Kebetulan
Yuli tergolong orang yang ramah sehingga ia mengiyakannya. Ia bercerita awalnya menjadi
pengemis karena pekerjaannya sebagai tukang cuci keliling tidak laku lagi. Selama 2 bulan di
rumah tidak memiliki aktivitas maka Yuli memutuskan menjadi pengemis penggendong anak. Ia
mengaku baru pertama kali ke tempat dimana peneliti tinggal Biasanya setiap hari Jumat Yuli
beserta temannya melakukan aktifitasnya di Mesjid Agung jika hari biasa ia kadang pindah ke
tempat lain yang lebih ramai tapi lebih sering di Mesjid ini . Yuli mengaku anak yang selalu
dibawanya merupakan anak kandungnya sendiri.
79
Universitas Sumatera Utara
“baru loh aku kesini dek, dulu awak kerjanya tukang cuci keliling tapi gak laku lagi
makanya jadi kek gini. Yang kubawa ini anakku dek. Gak ada yang jaga orang ini di
rumah”.
Sama halnya seperti informan kedua, lingkungan sekitar tempat tinggal Yuli kebanyakan
memiliki aktifitas yang sama seperti dirinya. Pengaruh lingkungan juga membuat Yuli
melakukan aktifitas ini sehingga interaksinya dengan tetangga dan sesama pengemis tergolong
baik. Keluarga Yuli tidak aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya paling mereka sesama
pengemis yang sering mengobrol. Alasannya tak lain mereka minder bergaul dengan orangorang yang ekonominya lumayan padahal ia mengatakan jika tetangganya itu baik dan ramah.
Jika interaksi Yuli dengan anggota keluarga tergolong kurang baik khususnya antara Yuli
dengan anak-anaknya. Anak-anaknya sering melawan jika disuruh sehingga Yuli tidak mau
menyuruh mereka. Begitupula dengan suaminya yang jarang pulang, kadang 2 atau 3 hari tidak
pulang kerumah. Hal ini menyebabkan pertengkaran sering terjadi antara mereka.
“Anak-anakku bandal kalo disuruh melawan mending awak diam aja. Samalah
kayak bapaknya entah kemana dia kalo udah pulang kerumah bergaduh lah samaku.
Ini udah udah 2 hari gak pulang. Yang penting anak awak dulu ya kan biarkan
ajalah dia situ. Ini (pengemis penggendong anak) semua kebanyakan tetangga itu.
Cuman agak jauh jaraknya 1 di sebelah kiri satu sebelah kanan. Kami pulang
piginya sama, kalo mau pulang duluan ya duluan ya kan. Tinggal sekali angkot aja
naik angkot 517. Kalo tetangga yang lain ramahnya kalo lebaran mau ngasi beras.
Baik-baik juga orang situ.”s
80
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Yuli per hari rata-rata Rp 20.000- Rp 40.000,
kegiatannya untuk
mendapatkan uang hanya dari hasil kegiatannya mengemis ditambah penghasilan suaminya
yang bekerja sebagai penarik becak mesin itupun kadang tidak pulang. Jika dihitung pendapatan
suaminya per bulan sebesar Rp 500.000. Ia mengatakan jika pendapatan mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan mereka. Mereka harus membayar sewa becaknya per bulan Rp 200.000.
“tak tentu per hari dapat berapa kalo misalnya cari gini kadang 20 kadang 40 ribu
kadang kalo apa dapat sikit. Apalagi kalo bulan-bulan tua payah itu ya kan kadang ga
dapat juga lah. Suamiku iih bawa becak mesin itupun nyewa kadang kalo gak dibayar
ditarik yang punya”.
Peneliti kembali menanyakan mengenai rumah yang ditempati oleh Yuli. Rumah tersebut
merupakan rumah kontrakan yang per bulannya Rp 300.000,00 termasuk listrik dan air.
Rumahnya memiliki 1 kamar tidur, 1 kamar mandi mandi yang memiliki MCK dan ruang utama.
Lampu yang mereka gunakan ada tiga buah satu di ruang tengah digabung dengan dapur, satu di
kamar mandi dan sisanya di ruang tengah. Lantai rumah Yuli terbuat dari semen. Mereka tidak
memiliki alat eletronik seperti televisi , kulkas, dll. Mereka hanya memiliki sebuah gitar yang
sering dimainkan suami dan anak-anaknya. Sumber air yang mereka gunakan setiap harinya
berasal dari PAM. Yuli mengatakan jika air dirumahnya kadang keruh jika banjir. Setiap malam
hari Yuli dan keluarga gantian untuk tidur dikamar, lebih sering ia dan anaknya paling kecil tidur
dikamar.
“ Nyewa lah per bulan 300 ribu udah sama listrik dan air. Rumah sini kan banyak
sewa per bulan. Gak berani ambil yang per tahun takut gak terbayar. Cuma itulah
jauh kali kan. Inilah kondisinya dek, adek liat sendiri”.
81
Universitas Sumatera Utara
Mengenai kesehatan , keluarga Yuli hanya sering terkena demam dan pilek biasa. Jika
sakit mereka akan pergi berobat ke puskesmas. Yuli dan keluarganya tidak memiliki BPJS
Kesehatan karena kartu keluarganya yang belum diurus. Sama seperti informan II, Yuli pun tidak
memiliki kartu keluarga karena tidak mengerti mengurusnya dan ia mengaku tidak sempat
mengurusnya. Tetapi ia memiliki Kartu Tanda Pendudukk.
“ke puskesmas ajalah kan kalo orang ini sakit. Gak ada BPJS ngurusnya ini susah
kali kata orang ada sekarang yang gratis itupun mesti pake kartu rumah tangga.
Kartu rumah tangganya belum siap diurus. Itu pake ktp sama kartu rumah tangga
baru bisalah diurus BPJS. Kalo sekarang pake umum aja ya kan.”
Peneliti kemudian menanyakan konsumsi mereka sekeluarga setiap harinya. Yuli
menuturkan jika ia dan keluarganya tidak mampu makan 3 kali sehari, bahkan makan nasi saja ia
sudah bersyukur. Jika ada makanan, ia lebih mengutamakan anaknya makan dibanding dirinya.
Pada bulan ramadhan seperti saat ini mereka sering meneriman dari orang-orang yang
membagikan makanan gratis. Untuk memperoleh bahan makanan untuk keluarganya, Yuli
mengaku ia hanya mampu belanja ke warung yang menjual sembako. Mengenai sandang ,Yuli
dan keluarga tidak rutin membeli pakaian. Kalaupun iya mereka membelinya di pasar dengan
harga yang murah. Terkadang mereka menantikan orang yang berbaik hati membagikan pakaian
bekas.
“kalo makan gak nentu lah yang penting anak ku dulu makan. Jaranglah makan
daging, itupun kalo kayak puasa gini ada yang bagi-bagi kan orang-orang kaya itu.
Makan apa adanya lah, nasi ada ya itu dimakan. Belanja ya paling ke kede-kede
yang ada jual sayur ikan. Jarang beli baju kalo beli di pajaklah yang murah-murah
82
Universitas Sumatera Utara
itu. Kalo gak nunggu orang ngasi apalagi ini mau lebaran kan mau orang kaya itu
bagi-bagi baju bekas ya dari situlah.”
Ia memiliki 4 orang anak, anak pertamanya dan kedua sedang menempuh pendidikan di
bangku kelas 6 dan 4 SD. Anak ketiganya tidak bersekolah karena keterbatasan biaya. Anak
keempat umurnya memasuki 3 tahun bulan Juni mendatang, anak inilah yang selalu ia bawa
dengan alasan anaknya yang lain tidak mau menjaga anaknya ini. Yuli adalah tamatan dari salah
satu SMP negeri di Tembung sedangkan suaminya hanya tamatan SD. Keterbatasan biaya
membuat mereka tidak mampu melanjutkan sekolahnya. Yuli mengaku jika pendapatannya
selama ini tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.
“anak 3 dirumah disini 1. Kalo misalnya dibawa gitu kan repot, kan ongkos lagi yak
an ini ajalah dibawa. Karna kakak-kakaknya gak mau jaga dia kalo nangis
dibiarkan aja. Anak pertama sama kedua sekolah yang ketiga gak sekolah, gak ada
duit. Ini aja yg sekolah itu entahnya gak lanjut. Yang terakhir ini lah umurnya 3
tahun . Awak tamat SMP suamiku tamat SD.
5.1.4 Informan Utama-IV
Nama
: Yuni
Tempat/tanggal lahir
: Medan, 16 April 1997
Usia
: 20 tahun
Pendidikan Terakhir
: Kelas 3 SD
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
: Gg Pancasila , Pasar 7 Tembung
83
Universitas Sumatera Utara
Status
: Memiliki 1 orang anak, suami beserta kedua orangtuanya
Informan utama keempat dalam penelitian ini adalah Yuni yang merupakan warga
Tembung. Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 16 April sekitar jam 16.00 WIB dan
melihat Yuni sedang duduk di trotoar kawasan Mesjid Agung tepatnya hari Jumat. Badannya
kecil dan kurus, disampingnya ada plastic berwarna putih berisi pakaian anak dan air minum.
Kulitnya berwarna sedikit putih dan memakai jilbab serta pakaian yang seadanya. Setiap hari
apalagi hari Jumat Yuni beserta temannya melakukan aktifitasnya di Mesjid Agung. Awal ia
menjadi pengemis penggendong anak karena ia tidak sanggup bekerja sebagai tukang botot lagi.
Ia tidak tega meninggalkan anaknya sendiri di rumah sedangkan suaminya buruh bangunan yang
jarang dirumah ,ayahnya sedang dirawat di rumah sakit dan sang ibu melakukanaktivitas sebagai
pengemis pula di kawasan Mesjid Agung Medan. Sama seperti pengemis penggendong anak
lainnya, Yuni menegaskan jika anak yang ia bawa setiap hari merupakan anak kandungnya.
“ini anak awak, kandung. Gak ada yang jaga dia dirumah makanya kubawa”.
Sama halnya seperti informan yang lainnya, lingkungan sekitar tempat tinggal Yuni
kebanyakan memiliki aktifitas yang sama seperti dirinya. Pengaruh lingkungan juga membuat
Yuni melakukan aktifitas ini sehingga interaksinya dengan tetangga dan sesama pengemis
tergolong baik. Keluarga Yuni tidak aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya paling mereka
sesama pengemis yang sering mengobrol. Alasannya tak lain mereka minder bergaul dengan
orang-orang yang ekonominya lumayan padahal ia mengatakan jika tetangganya itu baik dan
ramah. Jika interaksi Yuni dengan anggota keluarga tergolong kurang baik khususnya antara
Yuli dengan sang ibu kelihatan tidak baik. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti ingin mengobrol
Yuni terlebih dahulu mendatangi sang ibu dengan wajah yang masam ibunya mengangguk.
Setelah wawancara juga peneliti melihat Yuni dimarahi oleh ibunya tidak jelas karena masalah
84
Universitas Sumatera Utara
apa, peneliti melihat Yuni menundukkan wajahnya seperti menahan air matanya. Sedangkan
ibunya menunjukkan wajah sangarnya yang ditutupi oleh kerudung. Peneliti juga sempat
meminta izin untuk mewawancarai ibunya namun ditolak. Ia memiliki 1 orang anak, suaminya
telah meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan. Sedangkan ibunya melakukan aktifitas
yang sama dengannya, ayahnya dirawat di r