Analisis Usaha Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit Terolah Secara Fermentasi dan Amoniasai Pada Sapi Aceh Di Kecamatan Selesai

5

TINJAUAN PUSTAKA
Arti Penting Ternak Sapi Aceh Bagi Masyarakat Indonesia
Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya bagi kehidupan
masyarakat.Seekor atau sekelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai
macam kebutuhan, terutama bahan makanan berupa daging disamping hasil ikutan
lainnya seperti pupuk kandang kulit dan tulang.Sapi sebagai salah satu hewan
pemakan rumput sangat besar berperan sebagai bahan bergizi rendah yang diubah
menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk
daging. Konsumsi protein hewani yang sangat rendah pada anak-anak dapat
menyebabkan anak-anak yang berbakat normal menjadi subnormal (Sudarmono
dan Bambang, 2008).
Tingkat konsumsi hasil ternak bagi masyarakat Indonesia dinilai masih
jauh dibawah kecukupan gizi yang dianjurkan. Bedasarkan analisis dari Pola
Pangan Harapan, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan protein asal ternak
baru mencapai 5,1g/kap/hr yang setara dengan konsumsi susu 7,5kg/kap/th,
daging 7,7 kg/kap/th (Tranggono, 2004).
Penyediaan hasil ternak dalam jangka panjang perlu optimalisasi seluruh
segmen kegiatan industri peternakan, yaitu industri primer seperti pembibitan dan

budidaya ternak, industri sekunder dalam kegiatan pasca panen dan industri tersier
di bidang distribusi dan pemasaran (Chamdi, 2004).

Universitas Sumatera Utara

6

Analisis Usaha Ternak Sapi Aceh
Usaha ternak sapi merupakan usaha yang lebih menarik sehingga mudah
merangsang pertumbuhan usaha. Sebaliknya hewan ternak yang nilai manfaatnya
dan nilai ekonomisnya rendah pasti akan terdesak mundur dengan sendirinya, hal
ini bisa dibuktikan dari perkembangan ternak sapi di Indonesia. Memelihara
ternak sapi sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging atau
susu tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai potensi tenaga kerja.
Sebagai penghasil daging, persentase karkas cukup tinggi yaitu 45-55% (Siregar,
1996).
Kondisi peternakan sapi potong saat ini masih mengalami kekurangan
pasokan sapi bakalan lokal karena pertambahan produksi tidak seimbang dengan
kebutuhan nasional, sehingga terjadi impor sapi potong bakalan dan daging.
Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipasok dari tiga sumber yaitu :

peternakan rakyat (sapi lokal), industri peternakan (hasil penggemukkan sapi eximport)

dan

import

daging.

Pembanguna

peternakan

ditujukan

untuk

meningkatkan produksi hasil ternak serta meningkatkan pendapatan peternak
(Tohir, 1991).
Analisis usaha ternak merupakan kegiatan usaha penting bagi suatu usaha
ternak yang mempunyai prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya.

Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana
yang ril untuk periode selanjutnya. Melalui analisis ini dapat dicari langkah
pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga memberikan
informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar

Universitas Sumatera Utara

7

biaya, untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal kembali dan
tingkat keuntungan uang yang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994).
Analisis

usaha

peternakan

bertujuan

mencari


titik

tolak

untuk

memperbaiki hasil usaha ternak tersebut. Hasil anilisis ini dapat digunakan untuk
merencanakan perluasanusaha, baik menambah cabang usaha atau memperbesar
skala usaha (Hermanto, 1996).

Biaya Produksi
Biaya produksi menurut Harih (2010) merupakan semua pengeluaran
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk
menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut. Pengeluaran atau
biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input yang digunakan untuk
memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang
yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan, 1995).
Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap
(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).Biaya tetap merupakan biaya

investasi yang besarnya tidak pernah berubah meskipun perolehan hasil
produksinya berubah.Termasuk dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan,
bangunan kandang, dan peralatan. Menurut Jumingan (2006) Biaya tidak tetap
(variabel)

adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak

sedikitnya volume produksi apabila volume produksi bertambah, sehingga biaya
variabel akan meningkat. Sebaliknya apabila volume produksi berkurang maka

Universitas Sumatera Utara

8

biaya variabel akan menurun. Biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti
bahan baku tenaga kerja langsung pakan dan lain-lain.
Biaya bibit
Biaya bibit adalah biaya yang akan dikeluarkan untuk membeli sapi yang
masih pedet maupun sapi yang sudah dewasa dan siap untuk di gemukkan. Harga
biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara bobot badan dengan harga bobot

hidup per kilo gramnya. Dari hasil survey yang telah saya lakukan harga bobot
hidup sapi Acehper kilo gramnya Rp. 55.000,-. Pemilihan bibit didasarkan pada
jenis ternak, keturunan dan postur tubuh, bibit harus jelas jenisnya, berasal dari
peternakan yang memiliki catatan tetuanya dengan kriteria - kriteria dari bibit
tersebut dan sesuai harapan konsumen. Bibit tidak terserang penyakit, terlihat
sehat dan mampu berkembang biak (Raharjo, 1994).

Biaya pakan
Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang
diperoleh dari perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan
perkilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi
dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat
mempengaruhi tingkat pendapatan. Menurut Rahajo (1994) harga pakan yang
cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan
baku pembuatan pakan.

Universitas Sumatera Utara

9


Biaya obat-obatan
Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan
yangdiberikan pada ternak yang sakit. Pengobatan pada ternak diharapkan dapat
mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan,
baik ke manusia maupun ternak lainnya. Menurut Aziz (2009)
vaksin dan vitamin

obat-obatan,

dapat digunakan sebagai alternatif manajemen resiko

produksi pada usaha sapi potong.
Estimasi biaya pengobatan berhubungan dengan besar kecilnya dosis
obat.Ternak dewasa memiliki dosis lebih besar dari ternak muda dan anak. Jadi
misalnya suatu jenis pengobatan pada ternak sapi dewasa (1 ST) bernilai Rp.
5.000,- maka pada ternak sapi muda (½ ST) dapat diestimasikan ½ x 5.000 = Rp.
2.500,- dan pada anak sapi (¼ ST) = Rp. 1.250,-. Dengan mengetahui pengobatan
yang umumnya ditentukan per ternak dewasa serta proyeksi kelahiran ternak,
dapatlah diperkirakan biaya pengobatan setiap tahun.


Biaya sewa kandang dan peralatan kandang
Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan
kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang
bermanfaat untuk mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan stres, dengan
cara mengurangi kontak dengan manusia. Biaya peralatan kandang adalah biaya
yang digunakan

untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan

ternak. Peralatan kandang menurut Santoso (2009) antara lain meliputi, instalasi
listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang, pemanas ruangan, tirai
kandang.

Universitas Sumatera Utara

10

Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan
untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga

kerja yang

cukup

Minimum

Regional

memadai. Berdasarkan UMRP
Propinsi

Sumatera

Utara)

SUMUT
saat

ini


2015 (Upah
sebesar

Rp.

1.625.000/bulan. Menurut Murtidjo (1995) menyatakan asumsi 1 orang tenaga
kerja dapat menangani 20 ekor sapi. Biaya tenaga kerja pemeliharaan 1 ekor
sapi/bulan adalah sebesar Rp. 1.625.000,-/20 ekor sapi = Rp. 81.250,-/ekor/bulan.
Jadi, biaya tenaga kerja selama penelitian = Rp. 81.250,- x 4 ekor x 4 bulan = Rp.
1.300.000,-. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan
kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga
kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan
dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja
(Rasyaf, 2009).

Total Hasil Produksi
Pendapatan usaha adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dalam suatu
usaha.Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan sapi
dari kegiatan usaha penggemukan sapi dan pendapatan berupa hasil ikutan (by
product), misalnya pupuk kandang (Aritonang, 1993).

Soekartawi et al.., (1986) menyatakan bahwa penerimaan merupakan total
produk usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang
tidak dijual. Selisih antara pendapatan kotor usaha tani dan pengeluaran total
usaha tani disebut pendapatan bersih usaha tani. Pendapatan adalah selisih antara

Universitas Sumatera Utara

11

nilai barang yang dijual perusahaan dengan biaya untuk memproduksi barang
tersebut.
Budiono (1990) menyatakan bahwa penerimaan adalah hasil penjualan
output yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses produksi dapat
dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual
produksi tersebut.

Hasil Penjualan Sapi
Penjualan sapi yaitu perkalian antara bobot badan akhir dengan harga
bobot hidup per kilo gramnya.Dari hasil survey yang telah saya lakukan harga
bobot hidup sapi Acehper kilo gramnya Rp. 55.000,-. Menurut Lipsey(1995)
harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar menawar
penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang diharapkan
diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan lebih rendah dari yang
diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar menawar mereka akan sampai pada
suatu kesepakatan tentang harga yang disetujui.
.
Hasil Penjualan Kotoran Sapi
Penjualan kotoran sapi diperoleh dari harga jual kotoran sapi per kilo
gramnya.Dari hasil survey yang telah saya lakukan harga kotoran sapi segarper
kilo gramnya sebesar Rp. 700,-. Dan penjualan kotoran langsung diambil oleh
pemborong yang berasal dari luar daerah.

Universitas Sumatera Utara

12

Analisis Laba- Rugi
Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan
masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya.
Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manejemen. Jika laba konsisten
positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami
kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat
mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).
Laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa
barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut.
Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih
sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini
merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu merupakan ringkasan yang
logis dari penghasilan, dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu.
Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan(total revenue)
dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume
produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan
laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas titik impas (Jumingan, 2006).
Lipsey et al., (1995) keuntungan adalah selisih antara hasil yang diterima
dari penjualan dengan biaya lebih besar dari penerimaan maka keuntungan negatif
yang diperoleh dapat dinamakan rugi.Keuntungan (laba) suatu usaha ditentukan
oleh selisih antara total penerimaan (total reserve) dan total pengeluaran (total
cost) atau secara matematis dapat dituliskan K= TR-TC (Soekartawi et al., 1986).
Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari
usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari

Universitas Sumatera Utara

13

suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak
dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai
keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya
(Murtidjo, 1995).

R/C Ratio (revennue cost ratio)
R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan
biaya yang dikeluarkan.Dimana R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan
total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987), menyatakan bahwa
untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu
dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila
:
R/C Ratio

>1 : Efisien

R/C Ratio

= 1 : Impas

R/C Ratio

1, usaha peternakan layak dikembangkan
- R/C rasio = 1, usaha peternakan tidak untung dan tidak rugi (impas).
- R/C rasio < 1, usaha peternakan tidak layak dikembangkan

Universitas Sumatera Utara

14

Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1.
Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan
sebaliknya semakin kecil nilai R/C Ratio nya, maka semakin tidak efisien usaha
tersebut (Soekartawi, 1995).
IOFC (Income Over Feed Cost)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan
dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini
merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan
biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan
menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Dalam
usaha ternak, biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya variabel terutama
biaya pakan dan biaya tenaga kerja. Besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80%
dari total biaya. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau
pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo,
1990).
Selain pegangan berproduksi secara teknis juga diperlukan pegangan
berproduksi dari segi ekonomi, beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk
pegangan berproduksi adalah IOFC (income over feed cost)

atau selisih

pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan
perkalian antara hasil produksi peternakan (kilo gram hidup) dengan harga jual.
Sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan kilo gram bobot hidup (Hermanto, 1996).

Universitas Sumatera Utara

15

Karakteristik Sapi Aceh
Sapi Aceh merupakan salah satu sapi asli Indonesia, mempunyai daya
tahan terhadap lingkungan yang buruk seperti krisis pakan, air dan pakan berserat
tinggi, penyakit parasit, temperatur panas dan sistem pemeliharaan ekstensif
tradisional (Abdullah et al., 2006). Sapi Aceh pada umumnya, hidup dan
berkembang biak di provinsi aceh dan juga di Provinsi Sumatera Utara. Sapi aceh
ini dikembang-biakkan oleh para petani pedesaan sejak dulu hingga saat ini.Sapi
ini termasuk sapi potong dan pekerja yang mempunyai kontribusi cukup besar
bagi pemenuhan kebutuhan daging dan berkontribusi dalam pengolahan lahan
pertanian di daerah (Diskeswannak, 2011).
Sapi Aceh memiliki badan kecil, padat dan kompak dengan pundak pada
jantan berpunuk, sedangkan betina tidak berpunuk namun bagian pundaknya tidak
rata, sedikit menonjol dibanding sapi bali betina. Pola warna bulu sapi aceh ini
pada umumnya berwarna coklat atau merah bata. Pada umumnya sapi aceh
bertanduk, tapi juga terdapat juga sapi aceh yang tidak bertanduk 7% hanya
dijumpai pada betina (Abdullah et all., 2006).
Bangsa sapi Aceh menurut (Blakely dan bade, 1992) mempunyai susunan
klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata, Sub-phylum :
Vertebrata, Class : Mamalia, Sub-class : Eutheria, Ordo : Artiodactyla, Sub-ordo :
Ruminantia, Infra-ordo : Pecora, Family : Bovidae, Genus : Bos, Group :
Taurinae, Species : Bos indicus. Sapi Aceh merupakan salah satu dari 4 bangsa
sapi lokal Indonesia ( Aceh, Pesisir, Madura dan Bali). Sapi Sumba-Ongole dan
Java-Ongole (PO) juga dianggap sebagi bangsa sapi lokal Indonesia (Dahlanuddin
et al,. 2003).

Universitas Sumatera Utara

16

Potensi Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi
Kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat sejak awal tahun 80-an dan
saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang berperan sangat penting dalam
penenrimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, serta pengembangan
perekonomian rakyat dan daerah (Elisabethdan Ginting, 2003).
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tropik yang penting dan
berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk indonesia. Tanaman kelapa sawit
menghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat digunakan sebagai bahan pakan
ternak yaitu pelepah daun kelapa sawit, lumpur minyak sawit dan bungkil inti
sawit.Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil samping perkebunan buah
kelapa sawit dan daun kelapa sawit adalah limbah perkebunan kelapa sawit yang
disukai oleh ternak (Kamal, 2012).
Tabel 1. Kandungan nutrisi pelepah kelapa sawit
Pelepah Kelapa
Sawit
Fisik
Kimia
Biologis
Kimia + Biologis

BK
(%)
8,88
9,63
10,29
9,82

Abu
(%)
4,05
6,59
12,63
8,01

PK
(%)
5,56
6,25
4,19
6,31

Zat Nutrisi
LK
(%)
1,12
1,09
1,07
0,89

SK
(%)
49,21
43,07
36,52
39,22

GE (K.cal/g)
4,4274
4,4851
3,9733
3,4623

Keterangan: BK (Bahan Kering); PK (Protein Kasar); LK (Lemak Kasar); SK (Serat Kasar); GE
(Gross Energy).
Sumber: Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2014)

Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa daun sawit tersusun dari 70%
serat kasar dan 22% karbohidrat (berdasarkan bahan kering).Karakteristik ini juga
menunjukkan bahwa daun sawit dapat diawetkan sebagai silase dan telah
diperkirakan bahwa kecernaan bahan kering dapat meningkat 45% dengan
pembuatan silase daun kelapa sawit (Hassan dan Ishida, 1992).

Universitas Sumatera Utara

17

Dalam penelitian Sianipar (2009), menyatakan bahwa pemanfaatan
pelepah daun kelapa sawit pada level 40%, 45%, 50% dan 55% mempunyai
pengaruh yang sama terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan
konversi pakan sapi PO. Dengan PBBH secara berurutan adalah 829 gram/ekor,
713 gram/ekor, 717 gram/ekor dan 607 gram/ekor. Dalam hal ini disarankan
penggunaan 55% pelepah daun sawit ditambah BIS 25 %. Selanjutnya dalam
penelitian Rohaeni (2004), menyatakan bahwa pemberian pelepah 60%, lumpur
dan bungkil sawit masing-masing 18%, dedak padi 4% (formula I) memberikan
pertambahan berat badan harian pada sapi potong sebesar 0,58 kg/ekor dan paling
ekonomis.

Pengolahan Bahan Pakan Pelepah Kelapa Sawit
Dengan melakukan pengolahan secara amoniasi dan silase, dapat
memberikan keuntungan dan lebih aman serta meningkatkan nilai nutrisi yang
lebih baik serta mengawetkan limbah pertanian (Hassan dan Ishida, 1992).
Beberapa pengolahan yang dapat meningkatkan kecernaan serat kasar.
Peningkatan kuantitas bagian yang dapat dicerna pada kualitas rendah dapat
dilakuakan melalui proses fisik (pencacahan), kimia (amoniasi), dan biologis
(fermentasi).

Universitas Sumatera Utara

18

Terolah Fisik
Merupakan proses yang diberikan pada bahan pakan sumber energi
alternatif. Seperti memotong, mencincang, menggiling atau membuat pelet untuk
meningkatkan daya cerna bahan pakan tersebut. Proses fisik yang dilakukan
disesuaikan dengan spesies hewan ternak

dan jumlah yang akan diberikan

(Piliang, 1997).Perlakuan fisik yang dilakukan pada pelepah kelapa sawit adalah
pencacahan dengan menggunakan mesin chopper hingga mencapai ukuran1-2 cm.
Pencacahan dilakukan dengan mencacah semua bagian pelepah kelapa sawit
(Hanafi, 2004).

Terolah Amoniasi
Ada tiga sumber amoniak yang dapat dipergunakan dalam proses amoniasi
yaitu : NH3 dalam bentuk gas cair, NH4OH dalam bentuk larutan, dan urea dalam
bentuk padat. Penggunaan NH3 gas yang dicairkan biasanya relatif mahal. Selain
harganya mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi
minimum (Minimum 10 bar). Demikian pula hal nya dengan larutan amoniak
NH4OH selain harganya relatif mahal juga sukar diperoleh, sehingga pemakaian
NH4OH terbatas dilaboratorium (Hanafi, 2004).
Satu-satunya sumber NH3 yang murah dan mudah diperoleh adalah
urea.Urea yang banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan.Menurut Siregar
(1995) urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum
ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan
yang diakibatkannya. Secara fisik urea berbentuk kristal padat berwarna putih dan
higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45% atau setara dengan
potein kasar antara 262 – 281%.

Universitas Sumatera Utara

19

Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang
baik terhadap pakan. Proses amoniasi lebih lajut akan memberikan keuntungan
yaitu meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH3 akan
mengalami hidrolis menjadi NH4+ dan OH. NH3 mempunyai pKa = 9,26, berarti
bahwa dalam suasana netral (pH=7) akan lebih banyak terdapat sebagai NH+
(Hanafi, 2004).

Terolah Fermentasi
Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim
dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi
kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik
dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan terjadinya perubahan
sifat bahan tersebut (Winarno et al., 1980). Fermentasi dilakukan dengan cara
menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik,
lipolitik, dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya: starbio,
starbioplus, EM-4, dan lain-lain) (Yunilas, 2009).
Keberhasilan suatu produk fermentasi secara nyata dapat ditentukan
melalui kecernaan.Prinsip penentuan kecernaan zat-zat makanan adalah
menghitung banyaknya zat-zat makanan yang dikonsumsi dikurangi dengan
banyaknya zat makanan yang dikeluarkan melalui feses. Upaya fermentasi akan
bernilai guna apabila diketahui nilai kecernaannya (Sukaryana et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara