RENCANA KERJA DAN SYARAT (1)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
PEKERJAAN
LOKASI
ANGGARAN

: PEMBANGUNAN TAMAN DAN PENGHIJAUAN KOTA
KECAMATAN BLANG MANGAT (DAK)
: KEC. BLANG MANGAT – KOTA LHOKSEUMAWE
: 2014

A. PENDAHULUAN
1. alam Spesifikasi Teknis pekerjaan ini diuraikan tentang lingkup pekerjaan, bahan, peralatan ,
peraturan dan tata cara kerja serta lain – lain yang dianggap perlu.
2. Pemborong di wajibkan mempelajari seluruh isi bestek dan gambar rencana.
3. Pemborong di wajibkan menyesuaikan antara bestek, gambar rencana dengan kondisi lapangan
pekerjaan.
4. Bila perbedaan antara gambar rencana dan bestek serta ant
5. ara gambar bestek dengan lapangan, maka kontraktor di wajibkan melapor dan mengkonsultasi
dengan pengawas atau Direksi.
6. Bestek dan gambar rencana merupakan suatu kesatuan dengan kontrak yang merupakan lampiran.
B.


LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pagar
3. Pekerjaan Paving Block
4. Pekerjaan Kursi Besi Galvanis
5. Pekerjaan Plat Beton
6. Pekerjaan Penghijauan

C. JENIS DAN MUTU BAHAN
Jenis dan mutu bahan yang akan di gunakan di utamakan produksi dalam negeri sesuai dengan keputusan
bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menpan :
No. 472 / Kbp / XII / 80
No. 813 / MENPAN / 1980
No. 064 / MENPAN / 1980
PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1.

Peninjauan Lapangan

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan kontraktor bersama Direksi dan Konsultan meninjau kelapangan
untuk dapat lebih memahami pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai gambar rencana
2. Apabila dalam peninjauan awal terdapat perbedaan antara gambar dan kondisi di lapangan maka
kontraktor secepat mungkin membuat gambar As build Drawing perubahan untuk dapat di setujui
oleh para Direksi.

2.

Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
1. Pengukuran
2. Pemasangan Bowplank
Pekerjaan Pengukuran
a. Sebelum pekerjaan di mulai Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan kapan pekerjaan akan di mulai.
b. Penentuan titik duga nol diambil berdasarkan gambar kerja setiap masing-masing lokasi pekerjaan
atau sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor harus memberitahukan kepada direksi atau
konsultan pengawas.
Pemasangan Bowplank
a. Setelah diperoleh penentuan titik duga nol dari hasil pengukuran, kemudian dituangkan pada patok
untuk pemasangan papan bowplank sebagai acuan titik nol.

b. Papan bowplank juga dipasang pada penentuan titik pondasi, dan ditarik benang pada as agar letak
titik-titik pondasi itu segaris dan sebagai penentu lebar galian dan pemasangan pondasi.

Gudang/Barak Kerja
Gudang Penyimpanan Bahan
a. Gudang ini bertujuan untuk menyimpan semen dan bahan-bahan lain yang perlu perlindungan cuaca.
Untuk itu perlu dibuat panggung yang kuat lebih kurang 0,30 meter, tinggi dari muka tanah agar
semen dan bahan bangunan lainnya tidak tersinggung dengan tanah.
b. Kontraktor harus membangun sebuah bangunan sementara untuk Kantor pengawas dan Kantor
Pelaksana serta gudang-gudang bahan, yang akan dipergunakan selama pembangunan, dengan
persetujuan pengawas.
Barak/Tempat Kerja
a. Apabila tenaga kerja menginap di lapangan (harus dengan izin Direksi), Kontraktor harus
menyediakan barak dengan fasilitas lengkap disiapkan oleh Kontraktor untuk keperluan pekerjaan
besi, pekerjaan kayu, dan sebagainya.
b. Kontraktor harus menyediakan petugas keamanan untuk menjaga keselamatan Proyek dari gangguan
pencurian, pengerusakan dan lain- lain.
c. Kontraktor harus menyediakan fasilitas penerangan pada waktu malam hari. Penerangan tersebut
harus terdapat pada setiap bagian bangunan permanen dan bangunan sementara.
Pekerjaan Pembersihan Lapangan

Semua benda-benda tak berguna, tumbuh-tumbuhan, akar, alang-alang dan lain-lain
harus dibersihkan/disingkirkan dari lapangan dan apabila perlu dengan
menggalinya.

1.2.2

1.2.1.2

Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tumbuhan di lapangan disingkirkan,
kemudian permukaan tanahnya disesuaikan dengan tinggi duga yang dikehendaki.

1.2.1.3

Bila Kontraktor membutuhkan bangunan sementara, maka Kontraktor diberi
kesempatan untuk mendirikannya atas beban sendiri dengan persetujuan pengawas.

1.2.1.4

Bila Kontraktor membutuhkan pagar keliling proyek, maka Kontraktor diberi
kesempatan untuk mendirikannya atas beban sendiri dengan persetujuan pengawas.


Pengukur dan Opname
1.2.2.1

Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi : Pekerja-pekerja, ahli, bahan, peralatan dan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan pengukuran sesuai dengan
RKS dan gambar-gambar.
b. Pekerjaan pengukuran antara lain :
- Penentuan lokasi bangunan, dan lain-lain
- Penentuan duga

1.2.2.2

Syarat-syarat :
a. Pengukuran harus dilakukan tenaga yang betul-betul ahli dalam bidangnya dan
berpengalaman.
b. Pemeriksaan hasil pengukuran segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas
dan dimintai persetujuan direksi.
c. Pengukuran harus diketahui dan disetujui oleh kepala desa atau perangkat desa

lainnya.

1.2.2.3

Bahan-bahan dan peralatan : Water pass serta peralatan dan patok-patok yang kuat
yang diperlukan untuk pengukuran. Semua peralatan ini harus dimiliki Pemborong
dan harus selalu ada apabila sewaktu-waktu memerlukan pemeriksaan.

1.2.2.4

Tata Kerja :
a. Segera setelah diterima Surat Perintah Kerja dari Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan, Kontraktor diharuskan untuk melaksanakan pengukuran dan opname
pada setiap pekerjaan yang akan dikerjakan sesuai dengan yang telah
direncanakan
b. Setiap tahap pengukuran dan opname harus disetujui oleh Direksi sebelum
pekerja pengukuran berikutnya dilanjutkan, setiap kesalahan/ keraguan hasil
pengukuran harus diulang kembali.
c. Dalam hal Direksi tidak dapat hadir pada saat pengukuran, Direksi dapat
menunjuk/menguasakan wakilnya secara tertulis dan mempunyai hak yang

sama dengan Direksi. Pelaksanaan pengukuran dan opname dianggap benar dan
setelah dibuat berita acara serta ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan
disetujui oleh Pihak Proyek.

d. Perletakan bangunan baru supaya dicocokkan dengan ukuran-ukuran pada
rencana, akan tetapi apabila ada. Selisih/perbedaan maka perletakannya dapat
diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi tanah yang ada berdasarkan
petunjuk-petunjuk serta persetujuan Bouwheer/Direksi.
e. Perubahan mengenai tata letak bangunan maupun ukuran-ukurannya harus
diterapkan pada gambar rencana yang ada lengkap dengan tanda-tandanya serta
harus di legalisir oleh Direksi dan disetujui oleh Bouwheer/Pemberi Tugas.
PASAL 2
PEKERJAAN TANAH GALIAN DAN URUGAN
2.1

Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan tanah galian dan urugan adalah :
a. Galian tanah pondasi
b. Galian tanah Sloof
c. Urugan kembali tanah galian

d. Aanstamping batu kali

2.2

Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan
Peralatan yang digunakan

: Tanah urugan
: a. Dump Truck
b. Cangkul
c. Kereta Sorong
d. Vibrator Stampler

2.3

Peraturan dan Syarat-Syarat
2.3.1 Dasar galian tanah sesuai dengan gambar atau sampai mencapai tanah keras.
2.3.2 Lebar galian sebelah atas disesuaikan dengan keadaan tanah, lebar galian bagian bawah
minimal lebar pondasi ditambah 2 x 10 cm.

2.3.3 Tanah urugan harus bersih dari kotoran, sampah atau bongkahan kayu.
2.3.4 Pengurugan dengan tanah timbun dilaksanakan lapis demi lapis maksimal 30 cm supaya
padat.

2.4

Tata Cara Kerja Pelaksanaan
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.4.5

Sebelum digali pondasi buat tanda sesuai dengan petunjuk gambar.
Kemudian gali tanah dengan menggunakan alat sekop dan cangkul atau hingga mencapai
kedalaman yang telah ditentukan.
Bila keluar air pada lobang galian pondasi harus dipompa keluar dengan menggunakan mesin
pompa air.
Tanah urug ditimbun lapis demi lapis serta dipadatkan dengan Vibrator Stempler.
Bila tanah urug sudah mencapai peil ketinggian yang diinginkan maka tanah tersebut harus

diratakan dan dipadatkan.
PASAL 3
PEKERJAAN PONDASI BATU KALI

3.1

Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pondasi batu cyclope adalah :
a. Pasangan batu kosong
b. Pasangan pondasi batu kali

3.2

Bahan dan Peralatan
4.2.1 Bahan yang diperlukan adalah :
NO.
1.
2.
3.
4.

3.2.2

BAHAN
Semen
Pasir
Kerikil
Air

JENIS
Type I
Baik / Bersih
Baik / keras
Bersih

Peralatan yang diperlukan adalah:
a. Molen
b. Sendok Semen
c. Kereta Sorong

SPECIFIKASI
P.B.I. 1971
P.B.I. 1971
P.B.I. 1971
P.B.I 1971

d. Sekop / cangkul
3.3

3.4

Peraturan dan Syarat-Syarat
3.3.1 Peraturan yang dipedomani adalah Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971).
3.3.2 Lantai kerja yang digunakan batu kosong/Aanstampling dengan ketebalan 10 cm.
3.3.3 Batu gunung harus cukup keras, bersih dari lumpur dan tidak keropos.
3.3.4 Angker harus dipasang Ø 12 mm sejauh 1 m pada permukaan pasangan batu gunung.
Tata Cara Kerja Pelaksanaan
3.4.1 Lobang pondasi yang sudah siap digali harus dibersihkan dari kotoran dan sampah.
3.4.2 Pasang mall dan tarik benang sebelum dimulai pemasangan.
3.4.3 Alas lubang pondasi yang sudah bersih disiram dengan pasir dan batu gunung
ukuran ± 15
cm.
3.4.4 Diatas batu gunung/Aanstamping tersebut baru dipasang batu gunung dengan
campuran
Speci 1 : 4.
3.4.5 Bila telah mencapai level pondasi yang diinginkan baru dapat dilaksanakan untuk
pemasangan tapak pondasi beton bertulang.
PASAL 4
PEKERJAAN BETON/BETON BERTULANG

4.1

lingkup Pekerjaan :
Lingkup pekerjaan beton bertulang adalah
a. Beton Cor
b. Plat beton
c. Bahagian –bahagian lain yang dianggap penting

4.2

Bahan –bahan dan peralatan
4.2.1 Bahan yang diperlukan adalah :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

4.3

Bahan
Pasir Halus
Pasir kasar / kerikil
Besi beton
Kayu Bekesting
Kawat ikat
Air
Semen

Jenis
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Type I

Specifikasi
Standard PBI 1971
Standard PBI 1971
Standard PBI 1971
Standard PBI 1971
Standard PBI 1971
Standard PBI 1971
Standard PBI 1971

Peraturan dan Syarat – syarat
4.3.1 Beton Bertulang
Seluruh pekerjaan beton bertulang harus mengikuti petunjuk dalam PBI (1971)
4.3.2 Penulangan
Seluruh besi untuk pekerjaan beton bertulang harus dipasang dengan ukuran sesuai seperti
pada gambar bestek.
4.3.3

Semen
a. Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan semen portland dengan
persyaratan Standar Indonesia Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1994 dan ASTM
C-150-84
b. Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen harus sedemikian rupa pada tempattempat yang baik untuk memudahkan pekerjaan dan setiap saat semen terlindung dari
kelembaman hujan. Untuk seluruh proyek ini hanya dipilih 1 (satu) merek semen.
Pemakaian semen menurut urutan kedatangannya untuk menghindari mengerasnya
semen yang datang lebih awal.

4.3.4

Aggregat Beton
a. Batu alam hasil disintegasi alami batuan atau batu pecah yang diperoleh dari
mesin pemecah batu (stone crusher).
b. Agregat yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi menurut PBI-1971.
c. Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm. Agregat kasar adalah agregat dengan
ukuran butir lebih besar dari 5 mm (PBI-1971).
d. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga
agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan dan sebaiknya dialas dengan
tepas agar agregat tersebut tidak bercampur dengan tanah.

4.4

4.3.5

Aggregat Kasar
a. Aggregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori
dan bersudut. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi
20 % dari jumlah berat seluruhnya.
b. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 % kehilangan
berat menurut test.

4.3.6

Aggregat Halus
a. Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah
batu.
b. Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan subtansi-subtansi yang
merusak beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis subtansi tersebut lebih dari 5
% (PBI-1971).
c. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
d. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan kasar.
e. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan menjamin agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan,
sebaiknya dialas dengan tepas agar agregat tersebut tidak bercampur dengan tanah.

4.3.7

Air
Air pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak mengandung minyak, garam,
zat-zat kimia yang dapat merusak beton dan baja.

4.3.8

Bekesting digunakan kayu jenis kelas III (sembarang) baik untuk papan lantai maupun
sokongan.

4.3.9

Peraturan
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah-istilah teknik serta syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi suatu kesatuan dalam bagian dokumen ini.
b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan beton harus sesuai
dengan standar di bawah ini :
Tata Cara Penghitungan Struktur untuk Bangunan Gedung SKSNI T-15-1991-03.
Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan.
Persyaratan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971).
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982)

Tata Cara kerja Pelaksanaan
5.4.1 Persiapan Pengecoran.
a. B e t o n
Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air dalam suatu pertandingan yang
tepat sehingga didapat kekuatan tekan karakteristik
bk = 225 kg/cm , dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.
b. Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentuk
beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan.
c. Sebelum pelaksanaan pengecoran kondisi lahan/daerah yang akan dilakukan pengecoran
harus benar-benar siap dan diketahui oleh pengawas lapangan.
4.4.2

Pengecoran Beton
a. Memberitahu Direksi Lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran
beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi Lapangan untuk mengecor beton berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor
dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
b. Pengecoran dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan pengecatan papan mall/bekesting
pada sisi dalam dengan menggunakan teer atau oli bekas.
c. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi Lapangan
menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya pemisahan material
(segregagation) dan perubahan letak tulangan.
e. Semua pengecoran bagian dasar kontruksi beton menyentuh tanah harus diberi lantai
kerja setebal 5 cm agar menjadi duduknya tulangan dengan baik dan untuk menghindari
penyerapan air semen oleh tanah.

4.4.3

Benda-benda yang Tertanam dalam Beton

a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa, dan sebagainya yang diperlukan tertanam dalam
beton harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum beton di cor
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari karat dan kotoran lain pada
waktu beton di cor.
c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan diikat pada tempat dengan
menggunakan template.
4.4.4

Pembukaan Bekesting
a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan atau
jika umur beton melampaui waktu sebagai berikut:
Bagian sisi balok 48 jam
Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
Balok dengan beban konstruksi 21 hari
Pelat lantai/atap 21 hari
Dengan persetujuan Direksi Lapangan cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal
benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah mencapai
kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari. Segala izin yang diberikan oleh Direksi
Lapangan sekali-kali tidak boleh menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan
tanggung jawab kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton harus dilaksanakan dengan
hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap
dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.
b. Berkas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah harus
dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali.
c. Bekesting bagian konstruksi yang memikul beban pelaksanaan lantai diatasnya tidak
boleh dibongkar sebelum beton lantai diatasnya tersebut mencapai 75 % dari kekuatan
umur 28 hari dan lantai itu sendiri sudah mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan umur 28
hari.
d. Semua beton yang tampak dalam pandangan, pertemuan dua bidang harus tajam dan
harus di bidang-bidangnya. Segera setelah cetakan dibuka dan beton masih relatif segar
semua bidang-bidangnya harus dipahat sedangkan lekukan serta lubang-lubang harus diisi
dengan adukan satu semen dan satu pasir. Sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
harus dibasahi secara menyeluruh. Semua bagian-bagian atau permukaan yang kasar
harus digosok dengan batu karburandum dengan air dan ditinggalkan dalam warna yang
merata. Penggosokan hanya diperlukan pada permukaan yang kasar akibat cetakan atau
tetesan air semen.
e. Permukaan lantai beton harus mempunyai permukaan bentuk fisik yang rata dan halus.
Menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air
tidak dibenarkan sama sekali.

PASAL 5
PEKERJAAN BEKESTING BETON/BETON BERTULANG
5.1

Lingkup Pekerjaan
6.1.1 Lingkup pekerjaan Bekisting beton bertulang adalah :
a. Bekesting Kanstin
b. Bekesting Plat Beton
c. Bekesting lain-lain

5.2

Bahan-bahan dan Peralatan.
5.2.1 Bahan yang digunakan adalah :
NO.
1.
2.
3.
5.2.2

5.3

BAHAN
Papan mall
Kayu sokongan
Tryplek 6 mm

JENIS
Klas III (damar sembarang keras )
Klas III (damar sembarang keras )
Lumba-lumba / Setara

Peralatan yang digunakan adalah :
a. Paku
b. Gergaji
c. Alat-alat bantu lainnya.

Peraturan dan Syarat-syarat.

SPECIFIKASI
PPKI 61 NI.5
PPKI 61 NI.5
Standard pabrik

5.3.1
5.3.2
5.3.3
5.3.4

5.4

Peraturan yang dipedomani adalah peraturan Konstruksi kayu Indonesia (PKK I 61) NI-5.
Kayu yang digunakan digunakan adalah kayu kelas III asalkan cukup kuat dan lurus.
Peil Bekesting harus datar, rata dan tidak berlubang-lubang.
Pembukaan Bekesting harus diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a. Beton menahan beban selama 24 hari
b. Beton bertulang tidak menahan beban selama 15 hari
c. Beton bertulang Non struktur selama 7 hari

Tata cara kerja pelaksanaan
5.4.1 Pilih kayu yang keras dan sesuai dengan ukuran yang telah diperhitungkan mampu menahan
beban pengecoran.
5.4.2 Ukur Peil Bekesting yang telah ditemukan dengan selang air dan Water pass.
5.4.3 Dinding dan alas Bekisting harus dilapisi dengan triplek agar permukaan beton menjadi rata.
5.4.4 Setelah Bekisting siap dipasang semua perhatikan daerah tertentu yang harus diperkuat
dengan lat seng.
5.4.5 Apabila pengecoran sudah selesai dan beton sudah mengeras sesuai waktu yang disyaratkan
baru dilakukan pembuka Bekisting secara hati-hati agar beton tidak keropos.
5.4.6 Kayu Bekisting yang sudah dibongkar disusun pada suatu tempat sehingga tidak meganggu
pekerjaan lain.

PASAL 6
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLASTERAN
6.1

Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan adalah :
a. Pasangan Batu
b. Plasteran Batu bata
c. Plasteran Beton / Aci Beton

6.2

Bahan dan Peralatan
6.2.1 Bahan yang diperlukan adalah :
No
1.
2.
3.
4.
6.2.2

6.3

Bahan
Semen
Pasir
Batu bata
Air

Jenis

Spesifikasi

Type I/Andalas
Baik
Baik
Tawar / Tidak Berwarna

PBI. 1971
PBI. 1971
N - 10
Baik

Peralatan yang diperlukan adalah :
a. Molen
b. Sendok Semen
c. Kereta Sorong
d. Palu
e. Alat – alat bantu lainnya

Peraturan dan Syarat – Syarat
6.3.1

Peraturan yang dipakai standard umum pekerjaan ini dan harus mengikuti persyaratan
pekerjaan beton.
6.3.2 Adukan semen harus diaduk dengan mesin pengaduk (molen).
6.3.3 Hubungan kolom dengan dinding harus dipasang steek setiap jarak 75 cm.
6.3.4 Pasangan diatas batu bata tanah dan Km/Wc harus kedap air dengan
perbandingan
campuran 1 semen : 2 pasir ( 1 Pc : 2 Ps ).
6.3.5 Pasangan batu bata dinding biasa digunakan campuran 1 semen : 4 pasir (1 Pc : 4 Ps ).
6.3.6 Semua pasangan harus diletakkan tegak lurus, datar dalam satu garis lurus baik dalam arah
vertikal maupun horizontal.
6.3.7 Tebal Specie untuk pasangan dinding batu bata biasa adalah 1 cm – 2 cm.
6.3.8 Batu bata sebelum dipasang harus direndam atau dibasahi dengan air.
6.3.9 Sebelum diplaster pasangan batu bata harus disiram sampai jenuh air.
6.3.10 Pasangan batu bata harus diberikan tiang, balok praktis apabila luasan sudah mencapai  12
m2 .
6.3.11 Sebelum diplaster permukaan batu bata harus rata terhadap tonjolan yang berlebihan.
6.4

Tata Cara Kerja Pelaksanaan

6.4.1

Pasang Dinding Batu bata
a. Perhatikan dalam gambar tempat pasangan batu bata, kolom praktis, kosen dll.
b. Buat perancah pada pemasangan batu bata yang sudah melebih  1,5 M di atas tanah .
c. Ayak pasir pasangan sehingga tidak ada kerikil dan kotoran.
d. Buat adukan semen menurut keperluan dengan menggunakan molen.
e. Untuk mal tarik benang dalam arah horizontal setiap tinggi pasangan 50 cm, sehingga
pasangan batu bata benar – benar lurus dan rata.
f. Pada hubungan sudut dan jarak yang telah ditentukan dibuat kolom, atau balok praktis.

6.4.2

Plasteran
a. Sebelum memulai pekerjaan ini perhatikan permukaan pasangan batu bata, apabila ada
yang menonjol melebihi  2 cm sebaiknya dibobok dan diratakan dahulu.
b. Untuk mal plasteran dipasang benang dalam arah horizontal, vertical serta diagonal.
c. Aduk campuran semen sesuai keperluan dengan mesin molen.
d. Untuk plasteran yang tinggi dari lantai  1,5 m harus dibuat perancah atau bangku.
e. Siram dengan air terlebih dahulu pasangan batu bata sebelum diplaster.
f. Untuk memudahkan merekat plasteran, dinding pasangan batu bata dikerik / dibuat kasar.
g. Permukaan plasteran yang baru harus dijaga tetap basah selama 48 jam dengan cara terus
disiram.
h. Setelah siap diplaster dilakukan penambahan dan pelaburan yang dibutuhkan.
PASAL 7
PEKERJAAN LANTAI

7.1

7.2

Lingkup pekerjaan
Lingkup pekerjaan lantai adalah :
a. Urugan pasir bawah lantai
b. Beton cor bawah lantai
Bahan – bahan dan Peralatan
7.2.1 Bahan yang diperlukan adalah :
No

Bahan

Jenis

Spesifikasi

1.
2.
3.

Semen Portland
Pasir Pasang
Kerikil

Type I
-

PKK I 1961 NI-5
Kualitas Baik
Kualitas Baik

7.2.2

7.3

Peralatan yang diperlukan adalah :
a. Molen
b. Stampler
c. Sendok Semen
d. Kereta Sorong
e. Grenda Pemotong
f. Alat – alat bantu lainnya

Peraturan dan Syarat – syarat
7.3.1 Beton Bertulang
Seluruh pekerjaan beton bertulang harus mengikuti petunjuk dalam PBI (1971)
7.3.2 Penulangan
Seluruh besi untuk pekerjaan beton bertulang harus dipasang dengan ukuran sesuai seperti
pada gambar bestek.
7.3.3

Semen
c. Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan semen portland dengan
persyaratan Standar Indonesia Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1994 dan ASTM
C-150-84
d. Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen harus sedemikian rupa pada tempattempat yang baik untuk memudahkan pekerjaan dan setiap saat semen terlindung dari
kelembaman hujan. Untuk seluruh proyek ini hanya dipilih 1 (satu) merek semen.
Pemakaian semen menurut urutan kedatangannya untuk menghindari mengerasnya
semen yang datang lebih awal.

7.4

7.3.4

Aggregat Beton
e. Batu alam hasil disintegasi alami batuan atau batu pecah yang diperoleh dari
mesin pemecah batu (stone crusher).
f. Agregat yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi menurut PBI-1971.
g. Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm. Agregat kasar adalah agregat dengan
ukuran butir lebih besar dari 5 mm (PBI-1971).
h. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga
agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan dan sebaiknya dialas dengan
tepas agar agregat tersebut tidak bercampur dengan tanah.

7.3.5

Aggregat Kasar
a. Aggregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori
dan bersudut. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi
20 % dari jumlah berat seluruhnya.
b. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 % kehilangan
berat menurut test.

7.3.6

Aggregat Halus
a. Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah
batu.
b. Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan subtansi-subtansi yang
merusak beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis subtansi tersebut lebih dari 5
% (PBI-1971).
c. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
d. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan kasar.
e. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan menjamin agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan,
sebaiknya dialas dengan tepas agar agregat tersebut tidak bercampur dengan tanah.

7.3.7

Air
Air pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak mengandung minyak, garam,
zat-zat kimia yang dapat merusak beton dan baja.

7.3.8

Bekesting digunakan kayu jenis kelas III (sembarang) baik untuk papan lantai maupun
sokongan.

7.3.9

Peraturan
c. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah-istilah teknik serta syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi suatu kesatuan dalam bagian dokumen ini.
d. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan beton harus sesuai
dengan standar di bawah ini :
Tata Cara Penghitungan Struktur untuk Bangunan Gedung SKSNI T-15-1991-03.
Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan.
Persyaratan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971).
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982)

Tata Cara kerja Pelaksanaan
7.4.1 Persiapan Pengecoran.
a. B e t o n
Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air dalam suatu pertandingan yang
tepat sehingga didapat kekuatan tekan karakteristik
bk = 125 kg/cm , dengan
campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr.
b. Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentuk
beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan.
c. Sebelum pelaksanaan pengecoran kondisi lahan/daerah yang akan dilakukan pengecoran
harus benar-benar siap dan diketahui oleh pengawas lapangan.
7.4.2

Pengecoran lantai
f. Memberitahu Direksi Lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran
beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi Lapangan untuk mengecor beton berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor
dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

g. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi Lapangan
menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
h. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya pemisahan material
(segregagation) dan perubahan letak tulangan.
i. Pengecoran lantai kerja setebal 5 cm.
7.4.3

Benda-benda yang Tertanam dalam Beton
d. Semua pipa km/wc dan sebagainya yang diperlukan tertanam dalam lantai km/wc harus
sudah dipesiapkan.
e. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari karat dan kotoran lain pada
waktu beton di cor.
PASAL 8
PEKERJAAN PENGECATAN

8.1

Lingkup pekerjaan
 Seluruh tembok di cat 3 lapis

8.2

Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
1. Cat kayu sekualitas Kuda Terbang, Platon atau Ftalit
2. Cat tembok sekualitas Polymix,Vinilex, Platon
3. Plamur kayu dan dinding sekualitas, Polymix,Vinilex, Platon

8.3

Pedoman pelaksanaan
Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan plafond.
Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan memperhatikan waktu pengeringan jenis
bahan yang digunakan.
Urutan pekerjaan sebagai berikut :
1. (dua) kali pengerjaan meni kayu/cat dasar
2. 1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu
3. Penghalusan dengan amplas
4. Finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali

8.4

Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :
1. Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus, setelah itu dilap dengan
kain basah hingga bersih.
2. Melapis

dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai rata. Setelah betul -betul kering

digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering yang bersih.
3. Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata, minimal 2 (dua) kali.
4. Pekerjaan

cat

tembok

harus

menghasilkan warna

merata sama

belang-belang atau noda-noda mengelupas.

PASAL 9
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

dan

tidak terdapat

9.1

Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan Instalasi Listrik adalah
a. Pemasangan jaringan listrik
b. Pohon Lampu + Asessories Lengkap Terpasang
c. Pemasangan Lampu Hias Taman
d. Pemasangan Bok Skring & Panel
e. Pemasangan saklar dan, Stop Kontak Dll.

9.2

Bahan – bahan dan Peralatan
10.2.1Bahan yang digunakan adalah :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.2.2

9.3

Bahan
Kabel
Lampu Hias
Lampu Pohon
Saklar
Stop Kontak
Fitting
Pipa
Box Skering

Jenis

Spesifikasi

NYA, NYM
Broco
Broco
-

Standar Pabrik
Standar pabrik
Standar pabrik
Standar pabrik
Standar pabrik
Standar pabrik
Standar pabrik
Standar pabrik

Peralatan yang diperlukan adalah :
a. Pahat
b. Paku
c. Tester Listrik
d. Obeng
a. Tang

Peraturan dan Syarat –syarat
9.3.1 Peraturan yang digunakan adalah peraturan dan standarisasi Listrik Indonesia.
9.3.2

9.3.3

Instalasi listrik harus dikerjakan oleh pihak yang ahli atau pihak Instalatur Ahli dan telah
mempunyai sertifikat baik dari pihak PLN, Instalatur juga harus mendapat persetujuan dari
Direksi. Dalam hal ini pihak kontraktor tetap bertanggung jawab atas kesempurnaan hasil
pekerjaan pemasangan instalasi tersebut. Apabila merk, jenis dan type bahan yang disebutkan
diatas tidak ada maka boleh dipakai bahan yang sekwalitas.
Pemasangan instalasi listrik harus menggunakan sistem tegangan 220 Volt (sesuai dengan
yang telah ada). Dari panel listrik utama, didistribusikan secara radial ketempat-tempat yang
memerlukannya. Semua peralatan seperti
panel – panel, stop kontak, sesuai dengan
peraturan yang ada.

9.3.4

Komponen – komponen bahan instalasi listrik harus berkwalitas baik dan sesuai dengan NI-6.

9.3.5

Sistem Pengabelan
Yang dimaksud dengan sistem pengabelan ialah instalasi kabel lengkap dengan pipa – pipa,
clips, juntion boxes, cable racks, cable traya yang lain yang dipergunakan penyelesaian
instalasi kabel.
Cabel – cabel primer, sekunder, maupun yang ke lampu dan stop kontak harus dipilih dari
materai yang tersebut dalam spesifikasi dan gambar, produk dari pabrik – pabrik yang telah
mendapat sertifikat dari PLN. Kabel – kabel yang dipasang menurut cara yang tertera
dibawah ini.
- NYA : Pemasangan harus didalam pipa pelindung baik diluar maupun di dalam dan pada
pemasangan di bawah tanah diberi pipa pelindung yang tahan kerusakan mekanis.
- NYM : pemasangan didalam tembok harus didalam pipa pelindung , sedangkan
pemasangan diluar tembok tanpa pelindung dengan menggunakan pemegang kabel (klem
- sadel).

9.3.6

Lampu-lampu
Gambar-gambar yang ada, hanya menunjukkan letak kira-kira dari lampu-lampu,
sedangkan untuk lokasi yang tepat harus disesuaikan dengan gambar-gambar Arsitektur.
Lampu-lampu harus dari type yang cocok dipasang ditempat yang tepat secara baik.

9.3.7

Stop Kontak.
Gambar-gambar hanya menunjukkan letak kira-kira dari pada stop kontak dan harus
disesuaikan dengan gambar Arsitek. Untuk saklar lampu dan stop kontak dipakai merk Broco.
Jika tidak ditentukan lain dipasang 140 cm diatas lantai. Stop kontak harus sejenis terbenam
(inbouw) dengan 3 terminal (satu untuk pertahanan) dan tertutup warna putih.

9.3.8

9.4

Panel Listrik
a. Body panel listrik harus dibuat dari besi plat, dengan tebal paling sedikit 1,5 mm.
Pelaksanaan pembuatan dilas yang kokoh dan rapi, di cat abu-abu muda dan pengeringan
dengan oven, didasari dengan cat dasar.
b. Komponen panel adalah produksi dari pabrik yang memenuhi syarat/standar yang diakui
internasional seperti DIN, VDE, AIEE atau JIS. Pemasangan komponen didalam body
sedemikian rupa harus mudah dibongkar dan dipasang kembali bila mana diadakan
perawatan.
c. Pengabelan didalam panel paling kecil menggunakan kabel perpenampang 2,5 mm dan
dilaksanakan dengan menggunakan sepatu kabel (cable lug). Sambungan kabel kebeban
harus dengan blok terminal dan tiap-tiap terminal harus diberi tanda (huruf atau angkaangka) hingga mudah waktu penyambungan kabel kebeban.

Tata Cara Kerja Pelaksanaan
9.4.1

Sebelum panel dilakasanakan terlebih dahulu pipa resnil dipasang pada dinding batu bata,
kemudian di hirup dengan plastrium.
9.4.2 Letak kabel, saklar, stop kontak, lampu dan panel diletakkan sesuai gambar rencana atau
petunjuk pengawas.
9.4.3 Sebelum pelaksanaan plafond jaringan kabel resik diletakkan pada lagur–lagur plafond.
9.4.4 Pemasangan lampu, saklar dan stop kontak seluruhnya dipasang setelah pekerjaan
pengecatan dilaksanakan.

PASAL 10

PEKERJAAN FASILITAS EKTERIOR BANGUNAN
1.

PERTAMANAN DAN LANDSCAPING (Tanaman, Rumput, Tanah)
1.1 Palem Ekor Tupai
a. Lingkup Pekerjaan :
- Pekerjaan penanaman Pohon Palem Ekor Tupai dilakukan pada tanah halaman,
- Jenis Pepohonan yang digunakan adalah pohon palem Ekor Tupai dengan Tinggi 1 –
1.5 mtr.

1.2 Pohon Tanjung
b. Lingkup Pekerjaan :
- Pekerjaan penanaman Bonsai Pohon Tanjung dilakukan pada tanah halaman hasil
urugan.
- Jenis Pepohonan yang digunakan adalah Bonsai Cemara Udang dengan tinggi 1 – 1,5
mtr
1.3 Rumput Gajah mini
a. Lingkup Pekerjaan :
- Pekerjaan penanaman Rumput dilakukan pada tanah hasil urugan taman.
- Jenis Rerumputan yang digunakan adalah Rumput Gajah mini.
1.4 Pohon Pucuk Merah + Pupuk
a. Lingkup Pekerjaan :
- Pekerjaan penanaman Pohon Pucuk Merah + Pupuk dilakukan pada tanah hasil
urugan.
- Jenis Tanaman Pohon Pucuk Merah + Pupuk dengan ukuran min. 1 mtr
2.

PEKERJAAN KURSI TAMAN GALVANIS
a. Lingkup Pekerjaan :

- Pekerjaan kursi galvanis digunakan besi pipa galvanis dia. 2” dan 1”.
- Pengelasan harus dilakukan dengan baik dan kuat, kawat las yang digunakan juga
harus berkualitas.
- Hasil las harus dirapikan dan dibesihkan
- Kursi taman galvanis harus di cat dengan cat meni besi
PASAL 11

PEKERJAAN PANEL PAGAR
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pagar dan pintu pagar.
1. Pekerjaan Pemasangan Panel BRC
Pekerjaan pemasangan BRC dilakukan setelah pekerjaan struktur dan pasangan
selesaikan dilaksanakan.
Pekerjaan pemasangan BRC dilakukan dengan baik dan rapi.

hollow dan stainless yang digunakan merupakan BRC pesanan dari supplier
dengan ukuran yang telah ditentukan.
Tiang yang digunakan untuk tiang BRC yaitu tiang galvanis.
2. Pekerjaan Pemasangan Pintu Pagar BRC
Pekerjaan pemasangan BRC dilakukan setelah pekerjaan struktur dan pasangan
selesaikan dilaksanakan.
Pekerjaan pemasangan BRC dilakukan dengan baik dan rapi.
BRC yang digunakan merupakan BRC pesanan dari supplier.
Tiang yang digunakan untuk tiang BRC yaitu tiang galvanis.

PASAL 12
PEKERJAAN PASANGAN PAVING BLOCK

Pekerjaan pemasangan paving block dilakukan setelah pekerjaan struktur dan
pasangan selesaikan dilaksanakan.
Pekerjaan pemasangan paving dilakukan dengan baik dan rapi.
Paving block yang digunakan merupakan paving block pesanan dari supplier.

PASAL 13
PEKERJAAN LAIN-LAIN
13.1
13.2
13.3

Pekerjaan lain – lain yang belum tersebut dalam bestek ini apabila belum mengerti harus segera
ditanyakan langsung pada pengawas.
Pekerjaan lain – lain dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi lapangan sehingga akan memperoleh
pekerjaan yang sempurna.
Pekerjaan lain – lain yang belum tercantum dalam bestek dan gambar agar dibuat gambar As build
drawing serta diajukan addendum (perubahan).

PASAL 14
PE N UTU P
14.1

14.2

Pemborong membuat opname photografi sebanyak 3 (tiga) lembar pada saat belum dimulai, sedang
dalam pelaksanaan dan setelah selesai pekerjaan, pada pandangan yang sama 4 (empat) arah muka,
belakang, samping kiri dan samping kanan. Selain itu laporan harian serta semua Berita acara yang
diperlukan.
Perubahan gambar rencana sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan dilapangan harus dibuat
gambar As Build Drawing untuk mendapatkan persetujuan pekerjaan dari Direksi.