Dampak Erupsi Gunungapi Sinabung Di Kabupaten Karo Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Dampak Erupsi Gunungapi
2.1.1. Dampak erupsi terhadap perubahan aktivitas
Dampak

merupakan

sesuatu

yang

muncul

setelah

adanya

suatu


kejadian.Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau
akibat.Menurut Soemarwoto (2009:38), dampak adalah suatu perubahan yang
terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah,
baik kimia, fisik maupun biologi.
Bencana dapat mengganggu atau menghancurkanberbagai macam fungsi
dan banyak lembaga sekaligus dapat membawa krisis masyarakat lebih melebar
atausistemik (Hewitt, 1997:36), mengisyaratkan bahwa dalam menyelesaikan
masalah darurat semua aspekmembutuhkan penanganan berkelanjutan yang
mampu menyelaraskan perkembangan kebutuhan pasca kondisi darurat. Laporan
kerugian bencana alam menunjukkan bahwa dampaknya terbatas pada nilai
infrastruktur fisik dan tidak menggabungkan potensi sistemik yang lebih besar
terhadap ekonomi regional maupun nasional.(dalam Artiani, 2011).
Peeling(dalam Artiani,et al2011) menyebutkan beberapa peristiwa yang
dapat memicu gangguan sistemik, yaitu bencana alam (gempa bumi, banjir, dan
sebagainya); kekerasan (perang, konflik bersenjata,dan sebagaimana); teknologi
(ledakan pabrik,limbah berbahaya,dan sebagainya); kerusakan (pelayanan sosial,
degradasi

lingkungan,dan


sebagainya).

United

Nations

Disaster

Relief

Coordinator (UNDRCO, 1991) menegaskan bahwa bencana dalam kelompok

Universitas Sumatera Utara

Sudden-onset

disasters

(badai,


gempa

bumi,

banjir)

terutama

akan

menghancurkan modal produktif dan infrastruktur. Sedangkan bencana yang
masuk dalam kategori Slow-onset disasters (kekeringan dan banjir) dampaknya
akan lebih luas dan berjangka panjang, menurunkan tingkat tabungan masyarakat,
investasi, permintaan domestik secara agregat dan menurunkan kapasitas
produktif. Kelompok Compound disasters (aktivitas vulkanik) akan menimbulkan
keadaan darurat kemanusiaan yang kompleks.(Bacharudin, 1994).
2.1.2. Dampak terhadap Ekonomi Pertanian
Dalam suatu letusan gunung berapi, beberapa material akan keluar dari
kepundan gunung berapi. Material letusan tersebut antara lain adalah abu
vulkanik, lava, gas beracun, hingga batuan beku yang terlempar ke atmosfer.

Semua material tersebut memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap
lingkungan hidup, terdapat dampak negatif dan ada pula dampak positif yang
dapat kita ambil dari bencana yang melanda.
Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke
udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan
bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin.Dalam
jangka pendek, abu vulkanik memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan
hidup.Namun dalam jangka panjang, abu vulkanik memiliki manfaat untuk
kehidupan manusia khususnya di bidang pertanian. Abu vulkanik memiliki
dampak yang buruk dalam jangka pendek karena di awal keluarnya dari kepundan
gunung berapi, material ini memiliki sifat kimiawi yang akan menurunkan
kesuburan tanah. Abu vulkanik memiliki kadar keasaman (Ph) sekitar 4 – 4,3.

Universitas Sumatera Utara

Dengan kadar keasamannya, tanah yang terkena abu vulkanik akan
memiliki kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 – 5,5.(Soekartawi,1995).
Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur jika memiliki tingkat
keasaman (Ph) sebesar 6 – 7. Turunnya kadar keasaman (Ph) tanah ini akan turut
menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sehingga tanah yang terkena abu vulkanik,

akan mengalami penurunan produktivitas lahan, jika dimanfaatkan untuk bidang
pertanian. Di samping itu, dalam jangka pendek abu vulkanik dapat mengusir
hama serangga atau gulma yang biasa menjadi musuh petani. Hal ini dikarenakan,
makhluk hidup tersebut tidak dapat hidup dalam kadar keasaman tanah yang
terlalu asam, sehingga populasi makhluk tersebut akan menurun. Dalam jangka
panjang, abu vulkanik juga akan memberikan dampak yang sangat positif bagi
peningkatan produktivitas tanah. Saat kadar keasaman dari abu vulkanik telah
dapat dinormalisasi melalui proses alamiah ataupun dengan bantuan manusia
menggunakan dolomite sebagai penetral, maka kandungan mineral yang tersimpan
dalam abu vulkanik akan menjadi pupuk alamiah yang sangat baik untuk
perkembangan tanaman pertanian.
Dengan menggunakan metode analisis aktivitas neutron cepat (AANC)
terhadap sampel abu vulkanik, maka didapatkan data kuantitatif atas kandungan
mineral yang terkandung di dalam sampel abu vulkanik. Terdapat empat buah
mineral utama yang terkandung di dalam abu vulkanik, diantaranya : Besi (Fe),
Aluminium (Al), Magnesium (Mg), Silika (Si). Keempat mineral tersebut adalah
zat hara yang dapat membantu menyuburkan tanaman.

Universitas Sumatera Utara


Kesuburan tanah pertanian adalah satu hal penting yang sangat berpengaruh
pada produksi pertanian.Kesuburan tersebut didukung dengan ketersediaan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman, meliputi unsur hara essensial dan
nonessensial. Pada penelitian ini, unsur yang terdeteksi yaitu Fe, Al, Mg dan Si
berpengaruh pada kondisi kesuburan tanah, dimana pada wilayah sekitar lereng
Gunung Merapi merupakan daerah pertanian yang subur. Unsur Fe dan Mg
termasuk dalam unsur hara essensial sedangkan unsur Al dan Si termasuk dalam
unsur hara nonessensial tetapi hampir selalu ada dalam tanaman.Unsur hara
esensial adalah unsur hara yang kandungan unsur Fe, Al, Mg dan Si yang
terdeteksi pada abu vulkanik merupakan beberapa unsur logam yang ikut
mempengaruhi kondisi kesuburan tanah di sekitar gunung berapi. Selama kadar
masing-masing unsur yang ada pada abu vulkanik masih berada dalam batas
aman, maka abu vulkanik tidak bersifat racun bagi tanaman.(Hermawati,
Nofia.dkk. 2010).
Menurut Suara Karya Online 21 Oktober 2012, letusan gunungapi dapat
menyemburkan lava, lahar, material-material padat berbagai bentuk dan ukuran,
uap panas, serta debu-debu vulkanik. Selain itu, letusan gunungapi selalu disertai
dengan adanya gempa bumi lokal yang disebut dengan gempa vulkanik.
Aliran lava dan uap panas akan mengakibatkan lahan pertanian akan
terbakar dan musnah. Hal ini juga terjadi pada hutan alam yang ada didekat

gunung, hutan akan mengalami kebakaran, sedangkan aliran lahar dingin dapat
menghanyutkan lapisan permukaan areal pertanian rakyat mengakibatkan tanaman

Universitas Sumatera Utara

selain terbakar terkena lava juga akan tertimbun akibat lahar dingin dan
menimbulkan longsor pada tanah yang curam.
Selain itu uap belerang yang keluar dari pori-pori tanah dapat mencemari
tanah sebagai lahan pertanian dan air yang digunakan untuk kebutuhan hidup
manusia dan tumbuhan pun akan tercemari disebabkan kandungan belerang dapat
meningkatkan kadar asam yang terkandung air dan tanah. Debu-debu vulkanik
sangat berbahaya bila terhirup oleh makhluk hidup (khususnya manusia dan
hewan), hal ini dikarenakan debu-debu vulkanik mengandung kadar silika (Si),
sedangkan debu-debu vulkanik yang menempel di dedaunan tanaman pertanian
tidak dapat hilang dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan tumbuhan tidak bisa
melakukan fotosintesis sehingga lambat laun akan menyebabkan daun layu dan
kemudian hari akan mati. Dampak letusan gunung memerlukan waktu bertahuntahun untuk dapat kembali normal. Lama tidaknya waktu untuk kembali ke
kondisi normal tergantung pada kekuatan ledakan dan tingkat kerusakan yang
ditimbulkan. Akan tetapi, setelah kembali ke kondisi normal, maka daerah
tersebut akan menjadi daerah yang subur karena mengalami proses peremajaan

tanah.
Dapat disimpulkan bahwa dampak negatif dari gunung meletus pada pertanian
adalah:
1.

Lava akan membakar tanaman pertanian

2.

Debu akan menutupi dedaunan tanaman pertanian sehingga akan
mengakibatkan tanaman tidak bisa melakukan fotosintesis.

Universitas Sumatera Utara

3.

Gas belerang yang keluar dari dalam tanah akan merusak tanah dan air
karena akan meningkatkan kadar asam yang terkandung didalam tanah dan air.
Dampak positif dari gempa bumi terhadap pertanian.setelah gunung selesai


meletus tanah akan subur karena mengalami pemulihan.
2.2. Sosial Ekonomi
2.2.1. Pengertian Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi memiliki pemahaman yang sangat luas, karena
terkait dengan kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi manusia.Artinya seluruh
aktivitas manusia tidak terlepas dari aktivitas ekonominya.
Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman.Dalam
hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman
sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang)
yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan
mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain. (Mahadi, 1993).
Menurut Suharso (2005), kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan
dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut
makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar
tanpa orang lain disekitarnya.
Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos”
yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harfiah,
ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling
sederhana.Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka
pengertian ekonomi juga sudah lebih luas.


Universitas Sumatera Utara

Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari.(http://www.wikipedia.com).
Sejarah sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimana
manusia-manusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan perkembangan materi
dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia.Penduduk dan kepadatan
penduduk, konsumsi dan produksi pangan, perumahan, sandang, kesehatan dan
penyakit, sumber-sumber kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini
berkembang tidak menentu dan sangat drastis mempengaruhi kondisi-kondisi
dimana manusia itu harus hidup.(Ahmad, 1992).
2.2.2. Ekonomi Pertanian
Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi (modal, tanah,
tenaga kerja).Modal diperlukan untuk pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk,
pestisida dan peralatan), biaya pemeliharaan tanaman, biaya penyimpanan,
pemasaran dan pengangkutan.Petani cenderung mengalami hambatan dalam
mengembangkan hasil usahataninya dengan menambah luas lahan maupun
pengadaan sarana produksi.(Darmawaty, 2005).
Ilmu usahatani merupakan cabang ilmu pertanian. Mosher (1968)

mengartikan usahatani sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang ada di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
perbaikan – perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan –
bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya.
Menurut Soekartawi (1995) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif

Universitas Sumatera Utara

dan

efisien

untuk

memperoleh

keuntungan

yang

tinggi

pada

waktu

tertentu.Ditinjau dari beberapa pengertian di atas tentunya ilmu usahatani sangat
penting dalam ilmu pertanian.Dan untuk memaksimalkan dalam pengelolaan
usahatani itu sendiri diperlukan unsur-unsur pokok yang merupakan faktor-faktor
utama dalam usahatani.Unsur – unsur pokok tersebut sering disebut faktor
produksi

(input).

Proses

produksi

pertanian

adalah

proses

yang

mengkombinasikan faktor-faktor produksi pertanian untuk menghasilkan produksi
pertanian (output).
Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor
produksi (input) belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi.
Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang
sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan
faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani
mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor
produksi efisien secara alokatif.Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor
produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi.Bila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan
tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan
efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
2.2.3.SosialEkonomi Masyarakat
Korban bencana alam menghadapi situasi dan kondisi yang sangat
kompleks, baik secara fisik, psikis maupun sosial.Problema paling mendasar
adalah persoalan fisik seperti gangguan pemenuhan kebutuhan makanan, minum,

Universitas Sumatera Utara

tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan.Hal ini berawal dari, tidak tersedia atau
terbatasnya fasilitas umum, sosial dan sanitasi lingkungan yang buruk sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan bahkan dapat menjadi sumber penyakit.
Kehilangan harta benda menyebabkan korban menjadi jatuh miskin, apalagi
sumber matapencaharian berupa lahan pertanian dan perkebunan juga mengalami
kerusakan. Kehilangan anggota keluarga, khususnya sumber pencari nafkah
keluarga, seringkali menyebabkan timbulnya perasaan khawatir, ketakutan bahkan
trauma yang berkepanjangan. Bantuan dari berbagaisumber yang berbentuk materi
mungkin dapat memenuhi kebutuhan fisik korban bencana, tetapi belum tentu
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kehilangan orang yang dicintai,
rumah, harta benda, sawah, atau ternak yang menjadi matapencaharian, dapat
menyebabkan guncangan jiwa dan trauma hebat.
Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyebutkan
potensi gangguan terhadap kehidupan sosial ekonomi selalu ada bagi penduduk
yang tinggal di daerah rawan bencana seperti Indonesia.Risiko bencana alam
membawa pengaruh negatif terhadap pembangunan, terutama pembangunan
ekonomi.Bencana alam menyusutkan kapasitas produktif dalam skala besar yang
berakibat pada kerugian finansial. (http://www.majalahglobalreview.com).
Menurut Nugroho dalam (http://www.majalahglobalreview.com), dampak
bencana yang diakibatkan oleh bencana pada kehidupan masyarakat di antaranya
adalah:
-

Dampak fisik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor
pelayanan publik yang disebabkan oleh bencana.

Universitas Sumatera Utara

-

Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental,
menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak
tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan
publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar
lainnya.

-

Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan
ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau
transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain).

-

Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar
yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat
banjir.
Pascabencana erupsi gunungapi selalu berdampak kepada faktor sosial,

ekonomi, dan psikis. Permasalahan yang dihadapi para korban setelah pulang dari
pengungsian adalah mengenai pemenuhan kebutuhan dasar.Korban bencana
sebagai manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat
yang sedang menghadapi masalah, mempunyai kebutuhan hidup yang harus
dipenuhi. Apabila kebutuhan hidup itu tidak dapat terpenuhi dalam kurun waktu
yang lama maka akan menjadi masalah sosial, sehingga manusia dan masyarakat
tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Kebutuhan dasar hidupmanusia menurut Maslow (dalamSumarnonugroho,
1984: 6) adalah:
a. Kebutuhan fisik seperti minum, makan dan udara untuk bernafas
b. Rasa aman

Universitas Sumatera Utara

c. Menyayangi dan disayangi
d. Penghargaan diri
e. Aktualisasi diri
Sementara

Laird

dan

Laird

(dalamSumarnonugroho,

1984:

6)

mengemukakankebutuhan dasar hidup manusia meliputi:
a. Hidup
b. Merasa aman
c. Penghargaan atas eksistensi dirinya
d. Melakukan pekerjaan yang disenangi
Kebutuhan dasar manusia menurutElizabeth Nicolds (1965: 59) meliputi:
a. Rasa aman (security) dari ancamanlingkungan manusia dan alam serta
rasaaman dari gangguan penyakit.
b. Kasih sayang (affection) baik dari keluargamaupun masyarakat lingkungannya
c. Mencapai cita-cita (achievment) dalamkondisi kehidupan sesuai yang
diinginkan.
d. Penerimaan (acceptance) eksistensi diriditengah masyarakat sekitarnya.
LP Getubig dan Sonke Schmidt (dalam Rusmiyati 2012), mengemukakan
bahwa individu dan kelompokorang atau masyarakat dapat dikatakan amansecara
sosial (socially secured) apabila terpenuhikebutuhan hidupnya dalam aspek:
a. Pendapatan yang tetap dan cukup (adequateand stable income)
b. Kesehatan (health care)
c. Makan cukup gizi (good nutrion)
d. Rumah tempat tinggal (shelter)

Universitas Sumatera Utara

e. Pendidikan (education)
f. Air bersih (clean water)
g. Sanitasi (sanitation)
h. Penyantunan anak dan lanjut usia (child andold age care)
Kebutuhan dasar manusia tersebut diatas dalam kondisi yang normal dapat
denganmudah terpenuhi apabila alam dan lingkunganmanusia mendukung, dalam
arti sedang tidakterjadi bencana. Sebaliknya apabila alam danlingkungan tidak
mendukung karena sedangterjadi bencana maka kebutuhan dasar manusiaitu
kadang-kadang sulit terpenuhi, maka untukdapat terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup,manusia tersebut memerlukan intervensi daripihak lain. Dalam hal ini
manusia sebagaipengungsi memerlukan bantuan orang lainagar tetap dapat
bertahan hidup di tempatpengungsian.
Selain itu juga meletusnya gunung merapi memberi dampak positif dan
negatif bagi perekonomian dan bisnis di indonesia dan wilayah merapi dan
sekitarnya, sebagai berikut:
1. Dampak Positif Bagi Bisnis dan Perekonomian
-

Menambah kesuburan kawasan sekitar merapi, sehingga dapat ditumbuhi
banyak pepohonan dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian dalam waktu
beberapa tahun kedepan.

-

Dapat dijadikan objek wisata bagi wisatawan domestik dan wisatawan
mancanegara setelah Gunung Merapi meletus.

-

Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian seperti penambangan
pasir dan karya seni dari endapan lava yang telah dingin.

Universitas Sumatera Utara

-

Aktivitas gunungapi dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi
yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

-

Sisa-sisa aktivitas Gunung Merapi dapat menghasilkan bahan-bahan
tambang yang berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam
dan lain-lain.

-

Membangkitkan industri semen dan industri yang berkaitan dengan
infrastruktur bisa bangkit, termasuk bisa menyerap banyak tenaga ahli
untuk memulihkan infrastruktur dan sektor lainnya di kawasan terkena
musibah.

-

Terjadinya distribusi keadilan ekonomi, dengan banyaknya sumbangan
dari para dermawan.

2. Dampak Negatif Bagi Bisnis dan Perekonomian
-

Merusak pemukiman warga sekitar bencana

-

Menyebabkan kebakaran hutan (Bencana Merapi)

-

Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu,
bahkan mati akibat debu vulkanik, begitu juga dengan ternak warga
banyak yang mati akibat letusan Gunung Merapi.

-

Menyebabkan gagal panen

-

Matinya infrastruktur

-

Terhentinya aktivitas matapencaharian warga sekitar bencana

-

Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk
memperbaiki infrastruktur yang telah rusak akibat bencana.

-

Terhentinya industri pariwisata (Bencana Merapi)

Universitas Sumatera Utara

-

Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan
penerbangan karena debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung
Merapi dapat menyebabkan mesin pesawat mati.

-

Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktivitas
masyarakat lumpuh. (http://www.tempointeraktif.com).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa dampak sosial masyarakat pasca
erupsi Gunungapi Sinabung adalah mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma
mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anakanak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan
publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi
(orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas
terhambat, dan lain-lain).
2.3. Peranan Pemerintah dan Stake Holder dalam Pemulihan Sosial konomi
Dalam UU No. 34 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada Bab
III tentang Tanggung Jawab dan Wewenang, pada pasal 5 disebutkan bahwa
“Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana”.
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa penanggung jawab utama
dalam penanganan bencana adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(Kabupaten/Kota dan Provinsi). Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedangkan institusi pada Pemerintah
Daerah adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten/Kota dan

Universitas Sumatera Utara

Provinsi

dan

merupakan

Satuan

Kerja

Perangkat

Daerah

di

tingkat

Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Oleh karena itu pemerintah bertanggung jawab membuat kebijakan
pembangunan denganmengintegrasikanpenanggulangan bencana agar kegiatan
pada semua tahapan memberikan manfaat bagi masyarakat di bidang ekonomi,
sosial, politik, keamanan & lingkungan. Penanganan bencana terdapat 3 siklus,
yakni prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana.
Selain peran pemerintah, penanggulangan bencana menurut UU N0.24
tahun 2007 juga mengisyaratkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam
penanggulangan bencana. Pada pasal 27 disebutkan kewajiban masyarakat adalah:
a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara
keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan
c. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang
penanggulangan bencana.
Selanjutnya pada Bab VI Peran Lembaga Usaha dan Lembaga
Internasional diperkenankan berpartispasi dalam penanganan bencana. Hal ini
dapat dilihat pada pasal 28, yang menyebutkan : “Lembaga usaha mendapatkan
kesempatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik secara
tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 pemangku
kepentingan dalam penanggulangan bencana, yakni pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha.Ketiga pemangku kepentingan ini secara terkoordinasi dan
terintegrasi melaksanakan penanganan bencana pada 3 siklus bencana, khususnya
dalam pascabencana berupa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Universitas Sumatera Utara

Rehabilitasi dan rekonstruksi yang berada pada siklus terakhir yang
berperan untuk memulihkan kondisi masyarakat dan lingkungannya atas bencana
yang sudah terjadi.Kegiatan rehabilitasi & rekonstruksi merupakan bagian penting
dalam rangka pemulihan kondisi masyarakat yang terkena dampak bencana untuk
dapat bangkit kembali menjadi lebih baik dari sebelum terjadinya bencana.
Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana pada pasal 1, point 11 dan 12 disebutkan:
11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Dari kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di atas dapat dipahami bahwa
tujuan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah untuk mengembalikan kembali fungsi
sosial-ekonomi, hukum, budaya, dan lain-lain pada wilayah bencana.Wilayah
bencana harus mendapatkan pemulihan, untuk mengembalikan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat pascabencana.

Pada pasal 58, huruf a disebutkan rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan:
a
b.
c.
d.
e.

Perbaikan lingkungan daerah bencana;
Perbaikan prasarana dan sarana umum;
Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
Pemulihan sosial psikologis;
Pelayanan kesehatan;

Universitas Sumatera Utara

f.
g.
i.
j.
k.

Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
Pemulihan sosial ekonomi budaya;
Pemulihan keamanan dan ketertiban;
Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
Pemulihan fungsi pelayanan publik.

Selanjutnya pada pasal 59 huruf a (1) rekonstruksi dilakukan melalui
kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana;
Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha, dan masyarakat;
Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan
Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

Dari pengertian rehabilitasi dan rekonstruksi menurut UU No. 24 tahun
2007 di atas, jelas dipahami bahwa pascabencana terdapat kegiatan pemulihan,
yakni rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memulihkan dan membangun kembali
sarana-prasarana yang telah rusak untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, khususnya dalam kehidupan sosial ekonomi dan kehidupan secara
umum.

2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian Imas Kurnia dan Suparmini, MSi, tentang Dampak Bencana
Banjir Lahar Dingin terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di Desa Jumoyo
Kecamatan Selam Kabupaten Magelang Tahun 2010-2011.Hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa (1) dampak bencana banjir lahar dingin terhadap kondisi
sosial ekonomi responden terlihat dari a) kondisi demografis tidak mengalami
perubahan, tidak ada korban jiwa akibat bencana banjir lahar dingin, b) kondisi
kesehatan responden baik, c) kondisi pendidikan anggota rumah tangga (ART)
responden mengalami hambatan belajar sebesar 77,11% dan 33,73% ART
terpaksa libur sekolah selama 1-3 hari, d) kondisi perumahan responden
mengalami perubahan, yaitu sebesar 30,86% responden mengalami kerusakan
rumah tingkat berat, 4,94% rumah rusak sedang dan 12,35% rumah rusak ringan,
e) kondisi matapencaharian responden mengalami perubahan, jumlah petani
berkurang 13,58%, jumlah buruh tani berkurang 14,81%, sedangkan jumlah buruh
penambang pasir meningkat 28,39%, f) kondisi pendapatan responden juga
mengalami perubahan, jumlah responden dengan total pendapatan berkategori
rendah berkurang sebesar 17,28% dan responden dengan total pendapatan
berkategori sedang bertambah 17,28%, g) kepemilikan barang berharga responden
dilihat dari jumlah responden yang memiliki sepeda motor berkurang 3,71%,
televisi atau radio atau tape berkurang 19,75% dan handphone bertambah 2,47%,
sebesar 59,38% responden yang memiliki lahan sawah berstatus milik sendiri
mengalami kerusakan, sedangkan jumlah responden yang mengusahakan ternak
unggas bertambah 4,83%. (MajalahGeo Educasia Tahun I, Vol I, Tahun 2012).
Penelitian

Bil Bela Ginting tentang Dampak Bencana Pascameletusnya

Gunungapi Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat
Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. Pada penelitian yang dilakukan,
penulis menyoroti masalah dan dampak bencana pascameletusnya Gunungapi

Universitas Sumatera Utara

Sinabung dalam kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga di Desa
Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, yaitu dengan cara melihat
dan menganalisa data penelitian, yang pada dasarnya membandingkan keadaan
sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah meletusnya Gunungapi Sinabung
di Tanah Karo.Dalam hal ini, dampak sebelum dan sesudah meletusnya
Gunungapi Sinabung terhadap sosial ekonomi masyarakat tidak positif, artinya
pascameletusnya Gunungapi Sinabung memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat
pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak, serta
kesehatan. (http://repository.usu.ac.id).

Universitas Sumatera Utara

2.5. Kerangka Konseptual
Gambar 1
Kerangka konsep penelitian ini:

Bencana Erupsi
Gunungapi Sinabung

1. Material vulkanik
2. Kerusakan ladang/lahan
3. Kerusakan pemukiman

Dampak Sosial Ekonomi
1. Sosial :
- Kesehatan, trauma mental
- Pemenuhan kebutuhan dasar
2. Ekonomi:
- Kehilangan materi
- Gangguan kegiatan ekonomi

SEBELUM
ERUPSI

SETELAH
ERUPSI

1. Pemerintah
2. Masyarakat
3. Dunia Usaha
4.

2.6.

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1.

Terdapat dampak siginifikan sebelum dan setelah erupsi Gunungapi Sinabung
terhadap sosial ekonomi masyarakat desa sekitar Gunungapi Sinabung.

2.

Tidak terdapat dampak signifikan sebelum dan setelah erupsi Gunungapi
Sinabung

terhadap

sosial

ekonomi

masyarakat

desa

sekitar

GunungapiSinabung.

Universitas Sumatera Utara