Dampak Erupsi Gunungapi Sinabung Di Kabupaten Karo Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Artiani, ListyaEndang, Seminar NasionalInformatika 2011 (semnasIF 2011) ISSN: 1979-2328 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 2 Juli 2011

Bacharudin, R.,1994. ZonasiRisikoBahayaGunungapi. Proceedings SimposiumNasionalMitigasiBencanaAlam.:

BadanPenerbitanFakultasGeografi, UGM.Yogyakarta

Darmawaty, S., 2005.BeberapaFaktorSosialEkonomi yang MempengaruhiProduktivitas, BiayaMatahelumual, J. (1982).GunungapidanBahayanya di Indonesia.BeritaBerkalaVulkanologi, EdisiKhusus No.105,DirektoratVulkanologi Bandung

Hermawati, Nofia.dkk. 2010.

AplikasiTeknologiNukliruntukPenentuanKandunganUnsur Abu VulkanikGunungMerapiPascaErupsi 2010 denganMetodeAnalisisAktivitas Neutron Cepat.Yogyakarta.

Hewitt, K.,1997, Regions at risk. Harlow: Longman.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2009. TeoriSosiologi Modern. Kencana. Jakarta:

Soekartawi. 1990. AnalisisUsahatani. UI Press.Jakarta

________, 1995.Pembangunan Pertanian. Manajemen PT Raja GrafindoPersada, Jakarta

________, 2002, PrinsipDasarEkonomiPertanian( EdisiRevisi, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Sugiyono. 2010. MemahamiPenelitianKualitatif. Jakarta: Alfabeta.

Sumarnonugroho. 1984. SistemIntervensiKesejahteraanSosial, Yogyakarta,Hanindita.

Sumarwoto, Otto. 2009. AnalisisMengenaiDampakLingkungan. GadjahMadaUversityPress.Yogyakarta.


(2)

Majalahdan Internet

MajalahGeo EducasiaTahun I, Vol I, Tahun 2012, (15 Februari 2014)

Rusmiyati, Chatarina,Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012 (15 Februari 2014) United Nations Disaster Relief Coordinator, UNDRCO, 1991 (20 Februari 2014) SuaraKarya Online 21 Oktober2012(20 Februari 2014)

http://www.majalahglobalreview.com(20 Februari 2014) http://www.tempointeraktif.com(20 Februari 2014) http://www.wikipedia.com. (20 Februari 2014)

http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi(23 Februari 2014) http://repository.usu.ac.id (23 Februari 2014)


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. JenisdanPendekatanPenelitian 1. JenisPenelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitiantentang data yang dikumpulkandandinyatakandalambentukangka-angka,meskipunjugaberupa data kualitatifsebagaipendukungnya, seperti

kata-kataataukalimat yang tersusundalamangket,

kalimathasilkonsultasiatauwawancaraantarapenelitidaninforman.Data

kuantitatifadalah data yang berbentukangkaatau data kualitatif

yangdiangkakan.Data kualitatif yang

diangkakanmisalnyaterdapatdalamskalapengukuran.Bentukpertanyaantertutup (close ended) denganteknikdichotomus choicehanyamenyediakan 2 jawabanalternatif, respondenmemilihsalahsatudiantaranya.

Penelitiankuantitatifmengambiljarakantarapenelitidenganobjek

yangditeliti.Penelitiankuantitatifmenggunakaninstrumen-instrumen formal, standardanbersifatmengukur.(Sukmadinata,2006: 95).

2. PendekatanPenelitian

Sesuaipermasalahan yang

diangkatpadapenelitianiniadalahpermasalahanasosiatif,

yaitusuatupertanyaanpeneliti yang bersifat membandingkan variable social ekonomisebelumdansetelahbencanaerupsiGunungapiSinabung.Perbandinganatauk


(4)

omparasi yang ditelitiadalahuntukmengetahuisignifikansiperbedaansosialekonomimasyarakatsebe lumdansetelahbencanaerupsiGunungapiSinabung.Variabeldampaksosialterdiridari :kematian, risikokesehatan, trauma mental, menurunnyaperekonomian, terganggunyakegiatanpendidikan (anak-anaktidakdapatpergikesekolah), terganggunyaaktivitaskantorpelayananpublik, kekuranganmakanan, energi, air; danvariabeldampakekonomimencakupkehilanganmateri,

gangguankegiatanekonomi (orang tidakdapatpergikerja, terlambatbekerja, atautransportasikomoditasterhambat, dan lain-lain).

3.2.TempatdanWaktuPenelitian 1. TempatPenelitian

Tempatpelaksanaanpenelitianiniadalahpada masyarakat 18 Desa pada radius 5 Km yang terdapat di 4 Kecamatan, yakni kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Naman Teran, Kecamatan Payung dan Kecamatan Tiganderket yang terdampak langsung erupsi Gunungapi Sinabung.

2. WaktuPenelitian

Aktivitaspenelitianinisecarakeseluruhandilaksanakanselamalimabulan, sejakbulanFebruarisampaidenganbulanJuni2014.

3.3. Populasidan Sampling 1. Populasi


(5)

Populasiadalahseluruhmasyarakat di 18 (delapan belas) desa yang terdiridari5100 KK yang terdapatdalam radius 5 Km darikawahGunungapiSinabungdenganrinciansebagaiberikut:

Tabel-1: JumlahPopulasiKepalaKeluargaDesaDalam Radius 5 Km

No Desa Jiwa KK

1 Simacem 456 120

2 Bekerah 292 97

3 Kuta Gugung 430 130

4 Sukanalu 1200 320

5 Sukameriah 1051 254

6 Kuta Tonggal 348 101

7 Kuta Rayat 2459 580

8 Gurukunayan 2403 751

9 Selandi 805 270

10 Perbaji 612 154

11 Gamber 586 182

12 Berastepu 2001 801

13 Kutambaru 755 288

14 Mardingding 891 287

15 Temburun 348 118

16 Tiganderket 1748 560

17 Sigarang-garang 1468 400

18 Payung 2450 668

Jumlah 16874 5100

Sumber : IC TanggapDaruratErupsiGunungapiSinabung, 2014

2. Sampel

Sehubungandenganjumlah area sampelrelatifbanyak, makapenelitiakanterlebihdahulumembuatcluster sampling. Cluster samplingadalahteknikpengambilansampeldimanapemilihanmengacupadakelompo kbukanpadaindividu.


(6)

Jumlahclustersamplingyang ditentukansecaraproporsionaladalah 3 desa, yakni:

1. Desadalam radius 3 Km = DesaSukameriah 2. Desadalam radius 4 Km = DesaKutaGugung 3. Desadalam radius 5 Km = DesaBerastepu

Penelitianinipopulasinyahomogenmasyarakatpetani,

makapenelitianiniadalahpenelitiansampel.Menentukanbesarnyasampelmenggunak anrumusSlovin.(dalam Umar, 2003: 120).

N

n = --- 1 + N e2 Di mana:

1 = konstanta n = ukuransampel N = ukuranpopulasi

e2 = kelonggaranketidaktelitiankarenakesalahanpengambilansampelyang dapatditolerir

Tabel-2:

JumlahPopulasiKepalaKeluargaDesaDalam Radius 5 Km

No Desa Jiwa KK

1 Kuta Gugung 430 130

2 Sukameriah 1051 254

3 Berastepu 2001 801

Jumlah 3082 1185

Sumber : IC TanggapDaruratErupsiGunungapiSinabung, 2014 1185

n = --- 1 + 1185 (0,1)2


(7)

Sampel =99 orang dibulatkanmenjadi 100 orang

3. DistribusiSampling

Salah satucarapengambilansampel yang

representatifadalahsecaraacakataurandom.

Pengambilansampelsecaraacakberartisetiapindividudalampopulasimempunyaipelu ang yang samauntukdijadikansampel. (Sukmadinata,2006:253). Sampel yang representatif, carapengambilansampelmenggunakanproporsional random dengancaradiundi. Penghitungannyamenggunakanrumusproporsi random sampling dengancaradiundi. (Sugiyono, 2007: 68)

Keterangan:

n1 = banyaknyasampel di setiapdesa n = banyaknyapopulasi di setiapdesa N = banyaknyapopulasiseluruhdesa N1 = banyaknyasampelpenelitian

Tabel-3:

DistribusiRespondenMenurutDesa

No Desa N n1

1 Sukamariah 130 11

2 Kutagugung 254 21

3 Berastepu 801 68

Jumlah 1185 100

3.4. MetodePengumpulan Data


(8)

yaitupenelitian yangdilakukandenganmempelajariliteratur-literatur yang adahubungannyadenganpenelitianini.

2. PenelitianLapangan (Field Work Research)

yaitupenelitianlangsung dilapangandenganmenggunakan: a)Observasi,

yaitumelakukanpengamatanlangsungterhadapkehidupanmasyarakatdesa yang tinggal di sekitarGunungapiSinabung.

b)Angket,

yaitumenyebarkanlangsungdaftarpertanyaankepadarespondensecaraproporsi onal.

c) Dokumentasi, yaitumengumpulkan data-data yang berhubungandenganpenelitian.

d) Wawancaraterhadaprespondenmasyarakatdesa, KepalaDesa, BadanPermusyawaratanDesadanTokoh Agama, TokohMasyarakat.

3.5. MetodeAnalisis

Metodeanalisis data yang

digunakanpadapenelitianiniadalahmetodeanalisisdeskriptifdanmetodeanalisisstatis tik.

a. MetodeAnalisisDeskriptif

Metodeanalisisdeskriptifadalahsuatumetodeanalisisdimanadata yang dikumpulkandandigolongkankemudiandianalisisdandiinterprestasikansecarao bjektif.


(9)

Uji t-Test adalahsebagaiujikomparasiantar 2 sampelbebas (independent). Tesiniditerapkanjikaanalisis data bertujuanuntukmengetahuiapakah 2 waktuberbedadalamvariabeltertentu.

[ ]

Keterangan:

t = r– ratio / t-Test / t analisis yang dihitung M 1 = rata-rata pada waktu sebelum erupsi M 2 = rata-rata pada waktu setelah erupsi

Mh = mean hipotetik. Dalam hal ini mean hipotetik adalah 0. Sebab secara hipotetik disebutkan bahwa mean antar 2 waktu sama/ tidak ada perbedaaan.

SDbm = standard kesalahan perbedaan mean c. PengujianHipotesis

Untukhipotesiskomparatifsatusampel, biladatanyaberbentuk interval ataurasio, menggunakanmetodeujibedadarisatukelompokobservasilapangan (t-Test one sample for means)denganderajatsignifikansi 5 %. (Sugiyono, 2005:128).

Dalampengujianinimenggunakanhipotesis:

Ho = ditolakjika t hasilanalisis> t tabel (titikkritis) padatarafsignifikansiα = 0,1

H1 = diterimajika t hasilanalisis<t tabel (titikkritis) padatarafsignifikansiα = 0,1


(10)

Penelitianini

didesignuntukmengetahuiadatidaknyadampakerupsiGunungapiSinabungterhadaps

osialekonomimasyarakat di

sekitarGunungapiSinabung.Untukmendapatkanpersepsiyangsamaatasvariabel yang disajikan, maka data operasionaldalampenelitianiniadalahsebagaiberikut:

1. Dampakadalahsuatuperubahan yang

terjadisebagaiakibatsuatuaktivitasmanusia di sekitarGunungapiSinabungpascaerupsi.

2. ErupsiGunungapiSinabungadalahmeletusnyaGunungapiSinabung yang mengeluarkanabuvulkanik, lahar dingin yang menggangguaktivitasmanusiadankerusakanlahandantanamanpertanian, jalandanrumah.

3. DampaksosialadalahdampakerupsiGunungapiSinabungyang terdiridari :kematian, risikokesehatan, trauma mental, menurunnyaperekonomian, terganggunyakegiatanpendidikan (anak-anaktidakdapatpergikesekolah), terganggunyaaktivitaskantorpelayananpublik, kekuranganmakanan, energi&airsebelumdansesudaherupsi.

4. DampakekonomiadalahdampakerupsiGunungapiSinabungterhadapekonom imencakupkehilanganmateri, gangguankegiatanekonomi (orang

tidakdapatpergikerja, terlambatbekerja,

atautransportasikomoditasterhambat, dan lain-lain)sebelumdansetelaherupsi.


(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Keadaan Wilayah Kabupaten Karo

4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Karo adalah salah satu pemerintah daerah otonom di Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 2.127,25 Km² (212.725 Ha). Secara Geografis terletak pada 2º50’–3º19’ Lintang Utara dan 97º55’–98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Dari posisi geografisnya Kabupaten Karo merupakan dataran tinggi yang sebagian besar wilayahnya dipagari oleh jajaran Bukit Barisan, memiliki dua gunung berapi aktif yaitu Gunungapi Sinabung dan Gunungapi Sibayak yang memiliki jarak lokasi berdekatan, sehingga Kabupaten Karo termasuk wilayah rawan gempa vulkanik.

Adapun daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Karo sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli

Serdang

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan

- Sebelah Barat dengan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam.

Pusat Pemerintahan Kabupaten Karo berada di Kabanjahe.Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 280–1420 mdpl.Distribusi wilayah kecamatan Kabupaten Karo menurut posisi dari permukaan laut dan luas wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(12)

Tabel-4:

Komposisi Kecamatan dari Letak DPL dan Luas Wilayah No Kecamatan Letak dpl (m) Luas wilayah (km2)

1 2 3 4

1 Mardingding 280 267,11

2 Lau Baleng 280 252,60

3 Tigabinanga 600-700 160,38

4 Juhar 710-800 218,56

5 Munthe 800 125,64

6 Kutabuluh 900 195,70

7 Payung 850-1200 47,24

8 Tiganderket 850-1420 86,76 9 Simpang Empat 700-1420 93,48 10 Naman Teran 700-1420 87,82

11 Merdeka 700-1420 44,17

12 Kabanjahe 1200 44,65

13 Berastagi 1400 30,50

14 Tigapanah 1192 186,84

15 Dolatrayat 1192 32,25

16 Merek 1192 125,51

17 Barusjahe 1200 128,04

Jumlah 2,127,25

Sumber : Kabupaten Karo Dalam Angka, 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kecamatan yang paling rendah dari permukaan laut adalah Kecamatan Mardinding dan Lau Baleng, yakni setinggi 280 mdpl; sedangkan kecamatan yang paling tinggi adalah Kecamatan Simpang Empat, Tiganderket dan Kecamatan Naman Teran mencapai 1420 mdpl. Wilayah paling luas adalah Kecamatan Mardingding, yakni 267,11 Km2; sedangkan wilayah paling rendah dari permukaan laut adalah Kecamatan Payung, yakni hanya 47,24 Km2.

4.1.2.Iklim

Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.Musim hujan pertama berlangsung antara bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua antara bulan Maret


(13)

sampai dengan bulan Mei.Sedangkan musim kemarau biasanya berlangsung pada bulan Februari, Juni dan Juli.Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2010 tertinggi pada bulan November sebesar 268 MM dan terendah pada bulan Januari sebesar 64 MM sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan November sebanyak 21 hari dan terendah pada bulan Februari sebanyak 7 hari. Suhu udara berkisar antara 18,8ºC sampai dengan 19,8ºC dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 84,66%.Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus: - Dari arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret

- Dari arah Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September.

4.1.3.Pemerintahan dan Kependudukan

Kabupaten Karo secara administrasi terdiri dari 17 Kecamatan, dengan jumlah Desa 253 dan Kelurahan 10.Pemerintahan Kelurahan terdistribusi pada 3 wilayah Kecamatan; 1 Kelurahan di Kecamatan Tigabinanga, 4 Kelurahan di Kecamatan Berastagi dan 5 Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe. Tingkat kepadatan Kabupaten Karo masih terbilang renggang jika dibandingkan luas wilayah 2.127,25 Km2 dan jumlah penduduk keseluruhan sebanyak 370.619 jiwa yang terdiri dari 96.715 KK, maka perkilometer persegi didiami oleh lebih kurang 573 jiwa.Penduduk terbesar berada di Kecamatan Kabanjahe sebagai ibu kota Kabupaten Karo, yakni sekitar 14.819 jiwa; dan jumlah penduduk paling sedikit di kecamatan Naman Teran sebanyak 3362 jiwa, wilayah yang berlokasi persis di sekitar kaki sampai pinggang Gunungapi Sinabung.Komposisi sebaran penduduk perkecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:


(14)

Tabel-5 :

Komposisi Kecamatan menurut Wilayah Adminsitrasi dan Jumlah Penduduk

No Kecamatan Pemerintahan Kependudukan

Desa Kelurahan KK Jiwa Lk Pr

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Mardingding 12 4.783 16.617 8.323 8.294 2 Lau Baleng 15 4.685 20.355 10.072 10.283 3 Tigabinanga 19 1 6.083 19.902 10.033 9.869

4 Juhar 24 4.512 14.217 6.704 7.513

5 Munthe 22 6.707 21.586 10.745 10.841 6 Kutabuluh 16 3.669 12.507 6.199 6.308

7 Payung 8 3.145 11.309 5.552 5.757

8 Tiganderket 17 4.051 14.579 7.124 7.455 9 Simpang

Empat

17 5.791 21.089 10.462 10.627 10 Naman Teran 14 3.362 12.652 6.348 6.304

11 Merdeka 9 3.224 13.218 6.608 6.610

12 Kabanjahe 8 5 14.819 63.990 31.856 32.134 13 Berastagi 5 4 10.689 46.686 21.863 24.283 14 Tigapanah 22 8.132 33.102 16.291 16.811 15 Dolatrayat 7 2.102 8.573 4.256 4.317

16 Merek 19 4.194 16.130 8.084 8.046

17 Barusjahe 19 6.807 24.107 11.977 12.130

Jumlah

253

10 96.715 370. 619

18.2497 188.122 Sumber : Kabupaten Karo Dalam Angka, 2012

4.1.4. Mata Pencaharian Penduduk

Sektor Pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian Kabupaten Karo. Peranan sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2010 sekitar 60,46 % untuk harga berlaku. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat Karo karena terdukung oleh posisi geografis di dataran tinggi dan iklim berudara sejuk.Sektor pertanian dikelompokkan menurut subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan sektor kehutanan, dan


(15)

secara signifikan menjadi primadona penyumbang utama perekonomian Kabupaten Karo.

a. Sub Sektor Tanaman Pangan

Cakupan subsektor tanaman pangan meliputi padi/palawija dan holtikultura.Produksi padi pada tahun 2012 tercatat padi ladang sebesar 38.603 ton, mengalami peningkatan jika dibanding tahun 2011 yang berjumlah 36.108 ton.Untuk padi sawah produksi 93.474 ton pada tahun 2012, keadaan ini juga meningkat jika dibanding dengan produksi tahun 2011 yang berjumlah 73.172 ton. Sedangkan komoditi jagung produksi tahun 2011 sebesar 419.619 ton, juga mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 sebesar 427.747 ton. Sedangkan tanaman ubi jalar tahun 2011 berproduksi sebesar 9.908 ton mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu sebesar 6.337 ton.

b. Sub Sektor Perkebunan

Pada umumnya usaha perkebunan di Kabupaten Karo adalah usaha perkebunan rakyat.Jenis tanaman yang biasa ditanam ialah kemiri, kopi, kelapa, tembakau, coklat, kelapa sawit, cengkeh dan aren.Luas tanaman kemiri pada tahun 2011 seluas 2.375 Ha, sedangkan tahun 2012 sekitar 1.771 Ha.Sedangkan tanaman kopi luas tanamnya mengalami penurunan yaitu dari 5.369 Ha tahun 2011 menjadi 5.136 Ha pada tahun 2012. Luas tanaman coklat mengalami peningkatan, Tahun 2011 hanya 3.278,5 Ha sedangkan tahun 2009 meningkat menjadi 3.895 Ha pada tahun 2012. Dari segi produksi, kemiri mengalami penurunan.Tahun 2011 produksi kemiri sebesar 2.358,32 ton sedangkan tahun 2012 turun menjadi 1.420 ton.Untuk tanaman kopi pada tahun 2011 produksinya


(16)

sebesar 7.287,80 ton, tahun 2012 menjadi 7.013,98 ton. Sedangkan produksi coklat mengalami peningkatan, tahun 2008 sebesar 2.231,00 ton dan tahun 2012 menjadi 2.588,00 ton.

c. Sub Sektor Peternakan

Usaha Peternakan umumnya diusahakan oleh rakyat yang bertujuan untuk dikonsumsi dan juga menambah pendapatan rumah tangga.Ternak yang umum dipelihara masyarakat Karo adalah sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, kelinci dan itik.Beberapa jenis ternak yang mengalami perubahan jumlah populasi adalah sapi, babi, kambing dan ayam.Pada tahun 2011 populasi sapi potong mencapai 23.056 ekor namun menurun menjadi 20.023 ekor pada tahun 2012. Sedangkan ternak babi meningkat dari tahun 2011 yang berjumlah 28.747 ekor dan pada tahun 2012 menjadi 30.611 ekor. Populasi kambing mengalami peningkatan, dimana tahun 2011 berjumlah 12.689 ekor, meningkat menjadi 21.194 ekor tahun 2012. Populasi ayam juga mengalami peningkatan, dimana tahun 2011 berjumlah 284.317 ekor menjadi 294.878 ekor pada tahun 2012. d. Sub Sektor Perikanan

Perikanan umumnya dibudidayakan di sawah, kolam atau pinggiran Danau Toba. Produksi ikan dari kolamyang dibangun penduduk Kecamatan Merek secara swadaya mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun, misalnya data tahun 2011 menghasilkan 138 ton, pada tahun 2012 meningkat menjadi 140 ton.Peningkatan produksi perikanan yang sangat signifikan tersebut merupakan inisiatif dari masyarakat dan belum mendapat perhatian dan pembinaan intensif dari pemerintah.


(17)

e. Sub Sektor Kehutanan

Kawasan hutan sangat vital bagi kehidupan, selain sebagai paru-paru dunia hutan juga merupakan tempat habitat hidup berbagai jenis hewan.Hutan juga berfungsi sebagai resapan air.Di Kabupaten Karo terdapat hutan lindung seluas 98.644,5 Ha yaitu daerah kawasan Leuser.Sedangkan hutan suaka alam ada 7 Ha, hutan produksi terbatas ada 15.592 Ha.Hutan produksi ada seluas 11.293 Ha. Dari seluas 125.536,50 Ha hutan yang terdapat di Kabupaten Karo kondisinya sudah sangat memprihatinkan hal ini dapat kita lihat dari hasil produksi hutan seperti getah damar, rotan, kayu dan lain-lain yang semakin menurun tiap tahun, dimana beberapa tahun terakhir sudah tidak ada lagi.

Wilayah kecamatan Naman Teran, Simpang Empat, Payung, Tiganderket dan Merdeka yang merupakan kecamatan paling dekat dengan Gunungapi Sinabung umumnya pertanian masyarakat terdiri dari pertanian sawah dan kebun. Sistem pertanian agrikultur merupakan komoditas unggulan wilayah ini, dengan hasil pertanian/perkebunan: jeruk, kol, cabai, tomat, kentang, wortel, kopi, cokelat, dan lain-lain. Erupsi Gunungapi Sinabung yang mengeluarkan material debu vulkanik diperkirakanmmenyebabkan masyarakat akan mengalami gagal panen, dan menghilangkan pendapatan dan menyebabkan kredit macat. Karena selama ini modal kerja pertanian para petani Karo diperoleh dari pinjaman Pihak Ketiga. Selain itu, dampak lain yang juga penting yaitu menurunnya derajat kesehatan dan gangguan sosio-psikis.


(18)

4.1.5.Karakteristik Responden

Penelusuran data dilakukan sesuai karakteristik responden yang ditemukan di lapangan agar dapat mengggambarkan hasil penelitian yang sahih. Karakteristik responden adalah ciri-ciri khusus responden yang menjadi objek penelitian untuk dapat membedakannya dengan kelompok lain. Beberapa data karakteristik responden yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel-6 :

Karakteristik Jenis KelaminResponden

No Jenis Kelamin N %

1 Laki-laki 92 92,00

2 Perempuan 8 8,00

Jumlah 100 100,00

Sumber: Angket Penelitian, 2014

Tabel di atas menjabarkan bahwa responden laki-laki mayoritas dengan jumlah 92 (92,00%); selebihnya perempuan sebanyak 8 orang (8,00%) menyandang status janda dan berperan sebagai Kepala Keluarga. Karakteristik selanjutnya adalah karakteristik umur, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel-7 :

Karakteristik UmurResponden

No Kelompok Umur N %

1 20 - < 30 tahun 17 17,00

2 30 - < 40 tahun 35 35,00

3 40 - < 50 tahun 34 34,00

4 50 - < 60 tahun 8 8,00

5 60 tahun ke atas 6 6,00

Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden berada pada primer age atau kelompok umur 30 - < 40 tahun, usia produktif, yakni sebanyak 35 orang (35,00%); usia paling rendah adalah pada kelompok umur 60 tahun ke


(19)

atas, yakni sebanyak 6 orang (6,00%). Hasil penelusuran yang lain adalah karakteristik status;

Tabel-8 :

Status Perkawinan Responden

No Status Perkawinan N %

1 Kawin 43 43,00

2 Duda 34 34,00

3 Janda 23 23,00

Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden status kawin, yakni sebanyak 43 orang (43,00%); status janda dan duda masing-masing sebanyak 34 orang (34,00%) dan 23 orang (23,00%). Karakteristik ini menggambarkan gangguan terhadap mata pencaharian responden akan memberi pengaruh besar terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di suatu wilayah. Penelitian ini juga mengidentifikasi karakteristik pekerjaan, dapat dilihat pada paparan karakteristik pekerjaan responden;

Tabel-9 : Pekerjaan Responden

No Pekerjaan N %

1 Petani 87 87,00

2 Pedagang 7 7,00

3 PNS 4 4,00

4 Lain-lain 2 2,00

Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden adalah petani, yakni sebanyak 87 orang (87,00%); pedagang sebanyak 7 orang (7,00%); PNS sebanyak 4 orang (4,00%); sebanyak 2 orang (2,00%) berprofesi sebagai supir, tukang dan serabutan. Profesi petani merupakan profesi utama sebesar 87,00% responden, dapat dipastikan kerusakan dan gagal panen tanaman akan


(20)

sangat mengganggu kestabilan sosial dan ekonomi masyarakat terdampak bencana. Karakteristik responden lainnya yang juga penting yaitu jumlah tanggungan, sebagaimana table di bawah ini;

Tabel-10 :

Jumlah Tanggungan Anak Responden

No Pekerjaan N %

1 Tidak ada 14 14,00

2 1 orang 29 29,00

3 2 orang 39 39,00

4 > 3 orang 18 18,00

Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden memiliki anak dalam tanggungan2 orang sebanyak 39 responden (39,00%); dan hanya 14 responden (14,00%) yang tidak memiliki anak dalam tanggungan. Dengan demikian gagal panen akan menyebabkan kaum ibu dan anak-anak akan menanggung dampak yang sangat besar. Lebih lanjut, perlu pula untuk memperhatikan karakteristik status kepemiliki rumah responden, agar dapat dilihat tingkat kelayakan hunian para korban bencana pascaerupsi terjadi.

Tabel-11 :

Status Kepemilikan Rumah Responden

No Tanggungan anak N %

1 Rumah Milik Sendiri 63 63,00 2 Menumpang (tidak sewa) 11 11,00 3 Menumpang (sewa) 26 26,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dapat dilihat mayoritas responden sudah memiliki rumah sendiri, yakni sebanyak 63 responden (63,00%); dan masih terdapat responden yang tidak memiliki rumah dengan rincian menumpang dengan menyewa sebanyak 26 responden (26,00%); dan menumpang tetapi tidak menyewa sebanyak 11


(21)

responden (11,00%). Rumah merupakan salah satu indikator standar hidup layak, oleh karena itu kerusakan rumah dapat menjadi penyumbang besar terhadap merosotnya kehidupan sosial ekonomi masyarakat terdampak bencana. Kondisi sosial ekonomi responden dapat pula diukur melalui data status kepemilikan rumah, pendataan terhadap karakteristik tersebut, terlihat dalam table sebagai berikut;

Tabel-12 :

Status Kepemilikan Ladang Responden

No Tanggungan anak N %

1 Ladang Milik Sendiri 63 63,00 2 Ladang milik org lain (tidak sewa) 14 14,00 3 Ladang milik org lain (sewa) 23 23,00

Jumlah 100 100,00

Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dapat dipahami bahwa mayoritas responden memiliki ladang sendiri, yakni sebanyak 63 responden (63,00%); dan masih terdapat responden yang tidak memiliki ladang dengan rincian menyewa sebanyak 23 responden (23,00%); dan menumpang tetapi tidak menyewa sebanyak 14 responden (14,00%). Karakteristik responden yang terakhir adalah;

Tabel-13 :

Tempat Tinggal Responden Saat ini

No Tanggungan anak N %

1 Desa 55 55,00

2 Pengungsian 45 45,00

Jumlah 100 100,00

Sumber: Angket Penelitian, 2014

Tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas responden sudah berada di desa mereka setelah dipulangkan dari pengungsian, yakni sebanyak 55 orang (55,00%); sebanyak 45 responden lagi (45,00%) masih berada di pengungsian,


(22)

disebabkan berbagai alasan antara lain rumah mengalamai kerusakan akibat erupsi gunungapi Sinabung.

4.2.Kondisi Erupsi Gunung Sinabung 4.2.1. Kronologi Erupsi Gunung Sinabung

Di wilayah Sumatera terdeteksi 13 gunungapi tipe A, 12 gunungapi tipe B dan 6 gunungapi tipe C. Salah satu gunungapi aktif tipe A terdapat di Sumatera Utara Kabupaten Karo yaitu gunungapi Sinabung. Pada awalnya gunungapi Sinabung merupakan Gunungapi tipe B, yaitu gunungapi yang tidak memiliki catatan letusan sesudah tahun 1600 Masehi. Tetapi kemudian ditetapkan menjadi tipe Aoleh Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi Kementerian ESDM, dengan kronologi sebagai berikut :

 Setelah lebihkurang 400 tahun tidak ada aktivitas, gunungapi Sinabung kembali mengeluarkan letusan freatikpada 27 Agustus 2010. Sejak itu tipe Gunungapi Sinabung diklasifikasikan tipe A.

 15 September 2013 Gunungapi Sinabung kembali erupsi dan dinyatakan SIAGA (LEVEL III) Radius 3 Km dan pada 29 September turun statusnya menjadi WASPADA (LEVEL II).

 24 November 2013 - Saat ini Aktivitas Gunungapi Sinabung semakin meningkat, sejak 24 November 2013 status naik menjadi AWAS (LEVEL IV) radius 5 Km. Terhitung mulai November sampai 14 Januari tercatat telah terjadi 749 kali erupsi.

 Tanggal 27-28 Agustus letusan abu/freatik dari kawah puncak, Tanggal 29-30 Agustus letusan abu dari puncak disertai suara dentuman dan kolom abu


(23)

berkisar 1500-2000 m, Tanggal 3 dan 7 September letusan abu dengan tinggi kolom abu berkisar 2000-5000 m.

 Sejak 15 September – 25 November 2013 sudah terjadi 107 kali letusan abu yang kadang-kadang disertai lontaran pasir-kerikil (lk Terjauh 5 Km) dan aliran awan panas dengan jarak luncur terjauh lk 1,5 km Terjadi 22 kali letusan dengan kolom abu 1200-7000 m 125 kali guguran awan panas dengan jarak luncur 0,5-3,5 Km ke arah Tenggara. Tanggal 15 September pukul 02:51 WIB : Terjadi erupsi abu diikuti lontaran batu pijar di sekitar kawah, statusnya dinaikkan menjadi SIAGA. 3 Desa (900 jiwa) diungsikan.

 Tanggal 29 September status diturunkan menjadi WASPADA Tanggal 15, 23, 24, 25, 26, 29, 30, dan 31 terjadi erupsi abu, tinggi 700 hingga 5000 meter. Sebagian erupsi diikuti lontaran batu pijar dan jatuh di sekitar kawah.  Tanggal 3 November status dinaikkan menjadi SIAGA (4 desa (1.695 jiwa)

diungsikan.

 Tanggal 5-14, 17 – 20, 23 dan 24: terjadi erupsi abu, tinggi 500 hingga 10.000 meter dan tersebar ke arah Baratdaya-Barat, Timur-Tenggara, umumnya disertai suara gemuruh. Sebagian besar erupsi diikuti awan panas ke arah Tenggara dengan jarak luncur 500 – 1500 meter. Erupsi tanggal 24 mencapai 20 kejadian, statusnya dinaikkan menjadi AWAS pada pukul 10:00 WIB. Desa (17.713 jiwa) diungsikan.

 Tanggal 20 Januari status AWAS (LEVEL IV) radius 5 Km ditambah 6 Desa diluar radius masih mengeluarkan abu vulkanik dan awan panas, jumlah pengungsi menjadi 28.536 jiwa (8.967KK) di 42 titik pengungsi.


(24)

 Surat BVMBG No. 1270/43/BGL.V/2014, tanggal 11 April 2014 penurunan status AWAS (LEVEL IV) menjadi status SIAGA (LEVEL III).

4.2.2.Wilayah Terkena dan Terdampak

Wilayah kecamatan yang terkena bencana erupsi Gunungapi Sinabung terdiri dari 4 Kecamatan, yakni Kecamatan Naman Teran, Simpang Empat, Payung dan Kecamatan Tiganderket. Sedangkan wilayah terdampak mencapai radius 10 Km dari kawah, yakni Kecamatan Munte, Merdeka dan Kecamatan Dolatrayat.Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi membagi Kawasan Rawan Bencana (KRB) kedalam KRB I, II dan III.

a. Kawasan Rawan Bencana III (< 3 Km)

Kawasan berpotensi tinggi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava dan gas beracun serta sangat berpotensi tertimpa lontaran batu (pijar) berdiameter lebih dari 6 cm dan hujan abu lebat:Desa Sukameriah, Desa Gunung, Desa Simacem, Desa Sigarang-garang, Desa Bekerah, Desa Naman, Desa Kuta Kebayaken, Desa Sukanalu, Desa Kuta Mbelin, Desa Gamber, Desa Kuta Rakyat dan Desa Gurukinayan.

b. Kawasan Rawan Bencana II (< 5 Km)

Kawasan berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan guguran lava, hujan abu lebat serta berpotensi tertimpa lontaran batu pijar berdiameter 2-6 cm terdiri dari Desa Kuta Gungpinto, Desa Galoh, Desa Ndeskati, Desa Beras Tepu, Desa Suka Tepu, Desa Perbaji, Desa Deram, Desa Selandi, Desa Sukandebi.


(25)

Kawasan berpotensi terlanda lahar hujan dan kemungkinan perluasan awan panas, berpotensi tertimpa hujan abu dan kemungkinan dapat tertimpa material batu pijar berdiameter lebih kecil dari 2 cm, adalah; Desa Kuta Temburun,Desa Cinta Rakyat, Desa Tiganderket, Desa Torong Baru,Desa Batu Karang, Desa Ujung Payung, Desa Rimo Kayu, Desa Cimbang, Desa Ujung Teran.

4.2.3. Distribusi Dampak Sosial Ekonomi

Jawaban responden atas dampak sosial ekonomi pascaerupsi Gunungapi Sinabung disajikan dalam indikator: risiko kesehatan, trauma, tingkat pendapatan, pelayanan pendidikan, pelayanan publik, pemenuhan kebutuhan, penerangan dan kebutuhan air bersih. Indikator tersebut disajikan dalam bentuk tabel silang dengan data sebelum dan setelah erupsi Gunungapi Sinabung terjadi.

a. Risiko Kesehatan

Risiko kesehatan adalah kemungkinan responden menderita suatu penyakit tertentu yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dan rendahnya kualitas lingkungan yang menimbulkan penyakit. Pelayanan penyakit yang diderita terdiri dari ada tidak adanya Rumah Sakit/Puskesmas/Pustu, pelayanan dokter dan paramedis serta kemudahan dalam mendapatkan obat-obatan, yang disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel-14 :

Mengidap suatu penyakit sebelum dan setelah Erupsi Gunung Idap penyakit

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Jarang 91 91,00 1 Jarang 4 4,00 2 Sering 9 9,00 2 Sering 96 96,00


(26)

Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden lebih sering mengidap penyakit setelah terjadi erupsi, yakni sebanyak 96 (96,00%) sebelum erupsi dan setelah erupsi mencapai 9 orang (9,00%). Perbedaan peningkatan seringnya mengidap penyakit mencapai 93,00% disebabkan karena dampak erupsi Gunungapi Sinabung mengeluarkan abu vulkanik yang menyebabkan penduduk menderita batuk dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), khususnya bagi masyarakat rentan seperti Balita dan Lansia. Demikian juga bagi responden yang masih berada di pengungsian di jambur-jambur dengan ruangan terbuka dan hanya terlindung oleh tenda-tenda menyebabkan responden masuk angin dan diare.

Tabel-15 :

Pelayanan Dokter/Paramedis Pelayanan Dokter/Paramedis

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Mudah 90 90,00 1 Mudah 87 87,00 2 Sulit 10 10,00 2 Sulit 13 13,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pelayanan dokter/paramedis setelah erupsi Gunungapi Sinabung justru akses mendapatkan dokter dan paramedis lebih mudah, yakni sebanyak 87 responden (87,00%) menyatakan lebih mudah mendapatkan pelayanan dokter/paramedis. Sedangkan sebelum erupsi kemudahan pelayanan dokter/paramedis, yakni 90 responden (90,00%). Hal ini disebabkan karena penanganan tanggap darurat erupsi Gunungapi Sinabung memprioritaskan pelayanan dokter/paramedis dengan mengaktifkan Puskesmas


(27)

dan Puskesmas Pembantu serta menjalin kerja sama rujukan rumah sakit ke Rumah Sakit Umum Kabanjahe, Rumah Sakit Swasta di Kabanjahe-Berastagi dan di RSU Adam Malik Medan bagi masyarakat yang masih berada di pengungsian.

Tabel-16 :

Akses Mendapatkan obat-obatan Mendapatkan obat-obatan

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Mudah 90 90,00 1 Mudah 81 81,00 2 Sulit 10 10,00 2 Sulit 19 19,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa akses mendapatkan obat-obatan apabila sakit mudah didapatkan sebelum erupsi, yakni mencapai 90 responden (90,00%); sedangkan setelah erupsi kemudahan mencapai 81 responden (81,00%).

b. Trauma atas kejadian

Erupsi Gunungapi Sinabung sejak tanggal 15 September 2013 yang berlanjut sampai saat ini membuat warga sekitar lereng Gunungapi Sinabung menjadi trauma dan takut.Hal ini dapat dilihat terdapat beberapa desa yang tidak direkomendasi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi untuk mengungsi tetapi karena ketakutan masyarakat tersebut mengungsi, antara lain Desa Rimo Kayu dan Desa Batukarang Kecamatan Payung. Trauma masyarakat sebelum dan setelah erupsi Gunungapi Sinabung dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel-17 :

Perasaan Trauma/Takut Gunungapi Sinabung kembali erupsi Trauma/takut

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian f %

1 Tidak takut 89 89,00 1 Tidak takut 1 1,00 2 Takut 11 11,00 2 Takut 99 99,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00


(28)

Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden mayoritas tidak takut/trauma erupsi Gunungapi Sinabung, yakni sebanyak 89 responden (89,00%); setelah erupsi Gunungapi Sinabung responden merasa takut/trauma terdapat sebanyak 99 responden (99,00%).

c. Pendapatan Keluarga

Abu vulkanik, material batuan, lahar dan awan panas telah merusak sebagian besar tanaman pertanian dan perkebunan serta peternakan masyarakat yang merupakan sumber utama pendapatan masyarakat di sekitar Gunungapi Sinabung. Akibat kerusakan kebun, tanaman dan gagal panen menyebabkan pendapatan keluarga yang umumnya bermata pencaharian tani mengalami penurunan. Pendapatan yang menurun atau bahkan hilang sama sekali menjadikan daya beli masyarakat otomatis juga mengalami penurunan. Masyarakat terdampak yang menyelamatkan diri ke pengungsian juga tidak dapat beraktifitas mengurus kebunnya seperti biasa, merupakan faktor lain yang menyumbang terhambatnya pergerakan ekonomi dan turunnya daya beli korban bencana. Untuk mengetahui pendapatan dan kemampuan masyarakat dalam daya belinya sebelum dan setelah erupsi Gunungapi Sinabung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel-18 :

Pendapatan/Penghasilan sebelum dan setelah Erupsi Pendapatan/Penghasilan

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 > Rp.2.jt 100 100,00 1 > Rp.2.jt - - 2 Rp.500 rb-Rp 2

jt

- - 2 Rp.500 rb-Rp 2 jt

100 100,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014


(29)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendapatan responden sebelum erupsi mayoritas di atas Rp2.000.000,-/bulan, yakni sebanyak 100 responden (100,00%); sedangkan setelah erupsi tidak ada yang memiliki pendapatan Rp500.000 - Rp2.000.000,-. Hal ini menujukkan pendapatan responden mengalami penurunan setelah erupsi Gunungapi Sinabung, karena pendapatan dari sektor pertanian mengalami penurunan dan bahkan kehilangan pendapatan.

Tabel-19 :

Pendapatan/Penghasilan Mampu Memenuhi Kebutuhan Pendapatan/Penghasilan dalam memenuhi kebutuhan

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Mampu 99 99,00 1 Mampu 45 45,00 2 Tidak mampu 1 1,00 2 Tidak mampu 55 55,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendapatan responden sebelum erupsi mampu memenuhi kebutuhan sebanyak 99 responden (99,00%); setelah erupsi pendapatan responden mampu memenuhi kebutuhan menurun hanya 45 responden (45,00%).

Tabel-20 :

Pemenuhan Kebutuhan makanan Makan setiap hari

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian f %

1 3 kali 96 96,00 1 3 kali 3 3,00 2 2 kali 4 4,00 2 2 kali 97 97,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan makanan sebelum erupsi mayoritas responden makan sebanyak 3 kali sehari, yakni sebanyak 96


(30)

responden (96,00%) sedangkan setelah erupsi mengalami penurunan dimana hanya 3 responden (3,00%) makan sebanyak 3 kali sehari.

d. Pelayanan Pendidikan

Pelayanan pendidikan bagi anak sekolah SD, SLTP dan SLTP mengalami kekurangan , antara lain peralatan dan perlengkapan sekolah, jarak sekolah dan aktivasi sekolah, kehadiran guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel-21 :

Aktivitas Anak Sekolah Aktivitas anak sekolah

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Normal 100 100,00 1 Normal - - 2 Terganggu - - 2 Terganggu 100 100,00

Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas anak sekolah sebelum terjadi erupsi Gunungapi Sinabung dalam kondisi normal, yakni 100 responden (100,00%); sedangkan setelah terjadi erupsi seluruh responden menyatakan aktivitas anak sekolah terganggu. Hal ini disebabkan karena sekolah-sekolah di desa guru-guru belum hadir secara rutin.Demikian juga bagi anak sekolah yang masih berada di pengungsian agak terganggu karena umumnya mereka sekolah pada siang hari di sekolah-sekolah Kabanjahe dan Berastagi sekitar tempat orang tua siswa mengungsi.


(31)

Tabel-22 :

Kehadiran Guru ke Sekolah Kehadiran Guru

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Tinggi 100 100,00 1 Tinggi - - 2 Rendah - - 2 Rendah 100 100,00

Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100.00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kehadiran guru sebelum dan setelah erupsi mengalami kondisi ekstrim, dimana sebelum erupsi seluruh responden menyatakan kehadiran guru tinggi dan setelah erupsi seluruh responden menyatakan kehadiran guru rendah.

Tabel-23 :

Kehadiran Murid ke Sekolah Kehadiran Murid

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian f %

1 Tinggi 100 100,00 1 Tinggi - - 2 Rendah - - 2 Rendah 100 100,00

Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kehadiran murid di sekolah sebelum dan setelah erupsi mengalami kondisi ekstrim, dimana sebelum erupsi seluruh responden menyatakan kehadiran murid tinggi dan setelah erupsi seluruh responden menyatakan kehadiran murid rendah.

Tabel-24 :

Fasilitas dan Peralatan sekolah Peralatan sekolah

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Lengkap 100 100,00 1 Lengkap - - 2 Tidak lengkap - - 2 Tidak lengkap 100 100,00

Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014


(32)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa fasilitas dan peralatan sekolah sebelum dan sesudah erupsi berada pada kondisi ekstrim.Seluruh responden menyatakan peralatan sekolah lengkap sebelum erupsi dan setelah erupsi peralatan/perlengkapan sekolah tidak lengkap.

Tabel-25 :

Pendapatan/Penghasilan Mampu Memenuhi Kebutuhan Makan setiap hari

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 3 kali 89 89,00 1 3 kali 16 16,00 2 2 kali 11 11,00 2 2 kali 84 84,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendapatan responden sebelum erupsi mampu memenuhi kebutuhan sebanyak 89 responden (89,00%); setelah erupsi seluruh responden sebanyak 3 kali sehari; sedangkan setelah erupsi mengalami penurunan dimana hanya 16 responden (16,00%) makan sebanyak 3 kali sehari.

e. Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan pelayanan administrasi surat-surat di Kantor Desa dan Kantor Camat, khususnya pengurusan adminsistrasi kependudukan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(33)

Tabel-26 :

Mengurus Surat Ke Kepala Desa Mengurus Surat ke Kepala Desa

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Mudah 69 69,00 1 Mudah 59 59,00

2 Sulit 31 31,00 2 Sulit 41 41,00

Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum erupsi pelayanan publik dari aspek pengurusan surat-surat kependudukan ke Kepala Desa lebih mudah, yakni sebanyak 69 responden (69,00%); sedangkan setelah erupsi mengalami penurunan menjadi 59 responden (59,00%).

Tabel-27 :

Mengurus Surat Ke Camat Mengurus Surat ke Camat

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Mudah 95 95,00 1 Mudah 68 68,00 2 Sulit 5 5,00 2 Sulit 32 32,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pelayanan publik dari aspek pelayanan surat-menyurat kependudukan ke kantor Camat sebelum erupsi sebanyak 95 responden (95,00%) menyatakan lebih mudah; sedangkan setelah erupsi kemudahan pelayanan ke kantor camat mengalami penurunan, yakni 68 responden (68,00%). Hal ini disebabkan karena pada masa tanggap darurat Camat sebagai kepala Pemerintahan Kecamatan berperan dalam penanganan bencana sehingga aktivitas pelayanan publik mengalami hambatan.


(34)

f. Pemenuhan Energi

Pemenuhan energi dalam penelitian ini adalah terkait dengan sumber daya energi listrik/penerangan dan air bersih yang merupakan kebutuhan primer, dan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel-28 :

Pemenuhan Penerangan Penerangan

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian f %

1 Mudah 67 67,00 1 Mudah 26 26,00 2 Sulit 33 33,00 2 Sulit 74 74,00 Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pemenuhan penerangan listrik sebelum erupsi mudah,yakni sebanyak 67 responden (67,00%) menyatakan mudah mendapatkan penerangan listrik; sedangkan setelah erupsi responden yang menyatakan kesulitan penerangan listrik mencapai 74 responden (74,00%).

Tabel-29 : Pemenuhan Air Bersih

Penerangan

Sebelum Erupsi Setelah erupsi

No Uraian F % No Uraian F %

1 Mudah 100 100,00 1 Mudah 35 35,00

2 Sulit - - 2 Sulit 65 65,00

Jumlah 100 100,00 Jumlah 100 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum erupsi akses mendapatkan air bersih mudah; sedangkan setelah erupsi akses mendapatkan air bersih mengalami kesulitan, yakni sebanyak 65 responden (65,00%). Hal ini disebabkan bagi responden yang masih berada di pengungsian kebutuhan air bersih diantar setiap hari ke pos pengungsi. Sedangkan responden yang sudah berada di desa


(35)

ketika gempa-gempa vulkanik terjadi sumber mata air desa mengalami pergeseran yang menyebabkan debit air ke desa mengalami penurunan. Namun demikian beberapa desa telah diadakan rehabilitasi atas sumber air desa yang mengalami permasalahan.

4.3. Dampak Erupsi Gunungapi Sinabung 4.3.1. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Bencana erupsi Gunungapi Sinabung Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara sudah berlangsung selama ±8 bulan, sejak Bulan September 2013 sampai saat ini. Penilaian kerusakan dan kerugian (Damage and Looses Assesment/DaLA) serta Penilaian Pemulihan Kebutuhan Manusia (Human Recovery Needs Assesment/HRNA) masih sedang dalam proses perumusan oleh BNPB. Penilaian kedua kebutuhan tersebut berasal dari dampak kerusakan yang disebabkan oleh bencana erupsi Gunungapi Sinabung.walaupun erupsi gunungapi Sinabung berdampak terhadapseluruh sektor kehidupan dan penghidupan masyarakat, akan tetapi dalam pembahasan difokuskan pada dampak terhadap sosial ekonomi masyarakat terdampak bencana.

1. Pertanian

Sektor pertanian adalah penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karo mencapai ± 60%.Material erupsi Gunungapi Sinabung seperti debu, lahar dingin, awan panas, khususnya di 4 Kecamatan telah merusak lahan pertanian, mengakibatkan gagal panenpada lahan seluas 26.667,91 Ha; dan puso hasil pertanian 1.229,905 Ha; tanaman holtikultura terkena


(36)

19.008,89 Ha dan puso 3.867,45 Ha.Secara faktual, lahar dingin dan awan panas menimbun dan menghancurkan lahan, tanaman, sarana dan hasil pertanian.

Tabel-30 :

Komoditi dan Lahan Pertanian terkena dampak erupsi Gunungapi Sinabung

No Komoditi Luas (ha) Terkena (ha) Puso (ha) 1 Pangan 26.667,91 26.667,91 1.229,905 2 Hortikultura

1. Sayuran 11.101,52 11,101,52 3.550,55

2. Buah 7.896,67 7.896,67 314,70

3. Hias 9 9 0,5

4. Biofarmaka 1,7 1,7 1,7

Jumlah Hortikultura 19.008,89 19.008,89 3.867,45 Total 1 + 2 45.675,00 45.675,00 5.097,35 Sumber: Dinas Pertanian Kab. Karo, 2014.

Daerah yang mengalami gagal panen terdapat di 4 Kecamatan: Naman Teran, Simpang Empat, Tiganderket dan Kecamatan Payung. Sedangkan daerah terdampak terdapat 14 Kecamatan: Tiga Binanga, Juhar, Munte, Kuta Buluh, Payung, Tiganderket, Simpanag Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tiga panah, Dolat Rayat dan Kecamatan Barusjahe.

Dampak kerusakan sektor pertanian ternyata berdampak sangat besar kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah bencana dan juga pada wilayah terdampak bencana.Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Karo berdampak jamak (multiflier effect) kepada sektor sosial ekonomi seperti penurunan produksi, penurunan dan kehilangan pendapatan bagi petani dan jasa angkutan. Fakta ini membuat masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan hidup dan mengembalikan kredit (pinjaman) modal usaha tani kepada Bank atau Pihak Tengkulak, karena tidak dapat lagi bertani maksimal, dan bahkan berhenti usaha tani bagi masyarakat desa yang berada di pengungsian.


(37)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan bencana alam letusan Gunungapi Sinabung akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perbankan dan perekonomian daerah setempat, khususnya daerah secara langsung terkena bencana. OJK memberikan kebijakan dengan memberikan perlakuan khusus terhadap kredit, dan perlakuan khusus itu diberikan kepada debitur di 4 (empat) kecamatan : Naman Teran, Simpang Empat, Payung dan Kecamatan Tiganderket dengan cara merestrukturisasi kredit selama 3 tahun sejak keputusan OJK ditetapkan dari 5.800 debitur dengan nilai kredit Rp85 milyar.

2. Infrastruktur

a. Infrastruktur Sumber Daya Air

Terdapat material lavatik ukuran 3-12 M dan informasi dari PVMBG tanggal24 April 2014 volumenya mencapai ± 30 juta M3; terdapat material piroklastik sudah menyebar prediksi volume lahar dan informasi dari PVMBG tanggal 24 April 2014 sebesar 10 juta M3.

Hasil survey diluar zona 5 Km untuk mengetahui kondisi aliran Sungai Borus dan melakukan inventarisasi bangunan prasarana yang mungkin terkena dampak apabila terjadi banjir lahar dingin, dengan hasil sebagai berikut:

- Mengantisipasi terjadinya gerusan akibat luapan lahar di lokasi permukiman yang dekat dengan Lau Borus dan ranting Sungai Borus ada beberapa titik. Beberapa bangunan air di Sungai Lau Borus mengalami kenaikan tingkat curah hujan seperti kejadian 21 April 2014 di Sungai Lau Makam Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket terjadi luapan muka air sungai kerusakan di desa yang tidak pernah terjadi.


(38)

- Terdapat beberapa daerah Irigasi (DI) yang bending dan jaringannya mengalami kerusakan longsor dan amblas akibat over-toping dimana penampang saluran dan terisi sedimen seperti DI Payung-Batukarang 960 Ha mengalami kekeringan, maka perlu rehabilitasi jaringan irigasi pada beberapa Daerah Irigasi yang terdapat erupsi Gunungapi Sinabung. b. Infrastruktur Air Bersih

Sumber mata air bersih bagi masyararat desa di sekitar Gunungapi Sinabung berasal dari mata air yang terdapat di sekitar badan gunung, dan sebahagian lagi berasal dari Sungai Lau Borus. Gempa-gempa vulkanik menyebabkan sumber mata air bergeser dan pindah ke lokasi lain dan bahkan terdapat mata air berhenti karena dampak awan panas, aliran lahar, sehingga masyarakat desa kehilangan sumber air bersih dan diperlukan pemulihan dengan teknologi pipanisasi, pompa dan gravitasi.

c. Infrastruktur Jalan-Jembatan

Dampak erupsi Gunungapi Sinabung adalah infrastruktur jalan dan jembatan tidak mengalami kerusakan, akan tetapi rehabilitasi dan rekonstruksi jalan-jembatan segera dilaksanakan karena kepentingan mitigasi, misalnya akses dari Desa Kebayaken tidak dapat melalui jalan yang sudah ada selama ini, melainkan harus dibangun jalan akternatif, karena akses ke desa tersebut harus melalui lokasi < 3 Km dari kawah Gunungapi Sinabung. Demikian juga jalan-jembatan harus dibangun berbasis mitigasi dalam konteks jalur evakuasi apabila erupsi besar (bluster eruption) kembali terjadi.


(39)

Dampak ke sektor pemukiman walaupun dalam kategori rusak ringan rumah pada 16 Desa dan 2 Dusun hampir keseluruhan atapnya ambruk, karena beban abu vulkanik terdapat 1893 unit rumah rusak dan 13 unit rumah ambruk. Didalamnya sudah termasuk kerusakan atap pada pemukiman, fasiltas sosial dan fasilitas umum.Agak berbeda dengan 16 desa yang sudah pulang, kerusakan pada atap rumah tidak terlalu parah.Hal ini disebabkan karena beban abu vulkanik terlalu berat dan terlalu lama, sehingga atap rumah ambruk.

4.3.2.Perkembangan Pengungsi

Selama masa tanggap darurat tahap I, pada tanggal15 s.d 22 September 2013, jumlah pengungsi sebanyak ± 15.000 jiwa, namun pada masa tanggap darurat tahap II tanggal 23 s.d 29 September 2013 mengalami penurunan yang signifikan. Desa Suka Meriah, Simacem dan Bekerah masih dikategorikan dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tingkat III (lintasan awan panas dan lahar). Jumlah pengungsi mengalami puncak pada bulan Februari 2014, jumlah pengungsi sebanyak 33.206 jiwa yang terdiri dari 10.314 KK, terdiri dari 14.933laki-laki dan 15.376 perempuan. Terdapat kelompok rentan yakni: lansia sebanyak 2.411 jiwa; ibu hamil 232 jiwa dan bayi sebanyak 1.357 jiwa.

Para pengungsi yang berasal dari 4 kecamatan, penduduk 34 desa ditempatkan pada 41 titik pengungsian, yakni di Kabupaten Karo sebanyak 40 titik pengungsi yang tersebar di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe, Payung, Simpang Empat dan Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. Sedangkan 1 titik pengungsian berada di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. Penduduk Kabupaten Karo yang memilih untuk mengungsi ke Kabupaten


(40)

Langkat, merupakan penduduk yang bertempat tinggal di desa bersebelahan dan berlokasi sekitar Desa Telagah, sehingga lebih mudah untuk menjangkau daerah tersebut mengamankan diri dan keluarga mereka.

Berdasarkan rekomendasi PVMBG pemulangan tahap I telah dilaksanakan untuk 16 Desa dan 2 Dusun kembali ke desa masing-masing.Akan tetapi, hal yang juga penting mendapat perhatian serius pemerintah, baik daerah maupun pusat adalah program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana setelah para pengungsi dipulangkan.Para pengungsi harus sungguh-sungguh dijamindapat hidup lebih baik dari sebelumnya. Antara lain dengan melaksanakan upaya pemulihan pada 5 sektor, akan diuraikan pada bab 2.5. Berikut ini disajikan data pengungsi yang sudah kembali ke desa masing-masing, yang memungkinkan untuk didiami, setelah terjadi erupsi gunungapi Sinabung, pada tabel di bawah ini:

Tabel-31:

Masyarakat yang sudah dipulangkan ke desa

No Desa KK Jiwa

1 2 3 4

1 Tigapancur 256 918

2 Naman Teran 424 1.533

3 Payung 538 1.788

4 Ujung paying 93 311

5 Cimbang 68 234

6 Rimo Kayu 196 657

7 Batu karang 270 805

8 Jeraya 146 551

9 Pintu Mbesi 65 242

10 Kuta Mbelin 265 990

11 Gung Pinto 146 517

12 Tiganderket 505 1.779

13 Kuta Mbaru 185 648

14 Tanjung merawa 338 1.201

15 Sukandebi 259 902

16 Kebayaken 108 418


(41)

Sumber: Komando Tanggap Darurat Kab Karo, 2014

Walaupun rekomendasi PVMBG Pemulangan Tahap II sudah dapat dilaksanakan, akan tetapi sampai saat ini masih terdapat pengungsi sebanyak 15.353 jiwa dan 4.335 KK yang belum dapat dipulangkan. Hal ini terjadi disebabkan berbagai persoalan yang menghambat pemulangan pengungsi, antara lain masalah kordinasi lintas sektor dan kinerja birokrasi penanggulangan bencana erupsi gunungapi Sinabung. Uraian komposisi penduduk yang belum dipulangkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel-32:

Masyarakat yang masih berada di Pengungsian

No Desa KK Jiwa Dusun

1 2 3 4 5

1 Gurukinayan 646 2.059 2 Sukameriah 124 417

3 Berastepu 630 2.108 Sibintun

4 Gamber 142 460

5 Kuta Tonggal 94 328

6 Sukanalu 254 978

7 Simacem 121 424

8 Bekerah 97 317

9 Sigarang-garang

393 1.552

10 Kuta Gugung 304 1.298 Lau Kawar 11 Kuta Tengah 163 550

12 Perbaji 164 527

13 Mardingding 239 880 14 Temburun 100 312

15 Selandi 208 659

16 Kutarayat 656 2.514 Jumlah 4.985 15.765 Sumber: Komando Tanggap Darurat Kab Karo, 2014


(42)

Saat ini pengungsi tersebar di 32 titik pengungsi di Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.Para pengungsi belum dapat dipulangkan karena rumah masyarakat pengungsi pada 16 Desa dan 2 Dusun belum dapat dihuni karena hampir keseluruhan atap rumah penduduk ambruk karena beban abu vulkanik selama ± 8 bulan; dan atap rumah dari seng menjadi keropos karena kandungan zat asam abu vulkanik sangat tinggi.

4.4. Upaya Pemulihan Kondisi Sosial Ekonomi

4.4.1. Pemulihan Awal (Early Recovery), Rehabilitasi dan Rekonstruksi Poin 19 ketentuan umumPP. nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencanamenyatakan; peran pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah disingkat (BPBD). Namun dalam operasionalnya upaya penanganan bencana memberikan peluang yang luas kepada masyarakat dan dunia usaha untuk turut berperan aktif, sebagaimana tertera dalam pasal 28 UU nomor 24 tahun 2007.Dengan demikian pemerintah daerah melalui BPBDmemiliki peran yang sangat penting dalam setiap tahap-tahapan penanganan bencana, terutama melakukan fungsi kordinasi lintas sektoral dan stake holder (pemangku kepentingan) penanganan bencana yang terdapat di daerah tersebut.

Dalam penanganan bencana erupsi gunungapi Sinabung, ditemukan fakta upaya pemulihan (early recovery), rehabilitasi dan rekonstruksi aspek sosial ekonomi menghadapi beberapa kendala. Kendala utama, pemerintah daerah tidak dapat memenuhi perannya secara optimal disebabkan BPBD Kabupaten Karo baru terbentuk pada bulan Januari 2014, sedangkan erupsi gunungapi Sinabung


(43)

berlangsung mulai tahun 2010 kemudian berlanjut sepanjang tahun 2013 dan awal tahun 2014. Tidak optimalnya peran pemerintah menyebabkan potensi penanganan bencana termasuk masyarakat dan dunia usaha tidak dapat tergalang dengan baik dalam mekanisme penanganan pasca bencana yaitu pemulihan (early recovery), rehabilitasi dan rekonstruksi khususnya pada aspek sosial ekonomi.

Kendala lain penanganan bencana erupsi Gunungapi Sinabung Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara adalah perbedaan karakteristik penanganan bencana jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.Dimana pada umumnya penanganan bencana tahap pemulihan (early recovery), rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan setelah bencana sudah melewati masa tanggap darurat (emergency response).Permasalahannya program pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap masyarakat terdampak bencana erupsi secara fisik, nonfisik serta sarana-prasarana harus dilaksanakan agar masyarakat dapat segera kembali kepada kehidupan normal padahal masa tanggap darurat belum berakhir..

Berdasarkan kondisi tersebut, Penilaian Kebutuhan Manusia (Human Recovery Needs Assesment/HRNA) dan Penilaian Kerusakan dan Kerugian (Damage and Looses Asesment/DaLA) belum dapat dilaksanakan secara finalSehingga sampai saat ini BNPB masih merumuskan hasil penilaian terhadap kedua faktor tersebut, sebagai dasar untuk merumuskan Pemenuhan Kebutuhan Pasca-bencana (Post Disaster Needs Assesment/PDNA).

Kendala-kendala tersebut diatas menyebabkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana menjadi tidak mudah dikerjakan serta membutuhkan waktu relatif panjang. Paling tidakdibutuhkan waktu kurang lebih 2 (dua) tahun


(44)

untuk dapat memulihkan kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo. Jika rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana erupsi gunungapi SinabungKabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara segera dilaksanakan. Namun, dalam praktek pemulihan pascabencana di Indonesia, terdapat sebuah periode transisi dari fase tanggap darurat menuju ke fase rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi dan rekonstruksi seringkali tidak dapat langsung dijalankan segera setelah fase tanggap darurat berakhir karena terkait dengan masalah kordinasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah daerah serta lintas sektoral, menyebabkan implementasi program pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi serta proses pencairan anggaran menjadi rumit dan cukup memakan waktu.

Untuk mengisi periode transisi antara tanggap darurat dan rehabilitasi rekonstruksi Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, dipandang perlu adanya kegiatan pemulihan awal.Kegiatan pemulihan awal merupakan serangkaian kegiatan mendesak yang harus segera dilakukan pada saat berakhirnya masa tanggap darurat menuju ke tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Tujuan kegiatan pemulihan awal pascabencana erupsi Gunungapi Sinabung Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara adalah:

1. Memulihkan fungsi dan layanan dasar pemerintahan serta pemulihan pada sarana dan prasarana vital masyarakat.

2. Memulihkan permukiman masyarakat yang rusak akibat atap roboh disebabkan oleh beban abu vulkanik selama 8 bulan.


(45)

3. Memulihkan kelembagaan sosial dalam masyarakat yang terdampak bencana yang dapat berperan penting bagi proses rehabilitasi dan rekonstruksi.

4. Memberikan stimulus atau rangsangan untuk pemulihan matapencaharian danpendapatan masyarakat.

5. Membangun landasan yang cukup kuat bagi dimulainya proses rehabilitasi danrekonstruksi.

Kegiatan pemulihan awal pasca-bencana erupsi Gunungapi Sinabung di Kabupaten Karo dilakukan selama 2 (dua) bulan pada periode transisi setelah berakhirnyakegiatan tanggap darurat dan sebelum dimulainya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.Sebagian kebutuhan pemulihan baik fisik maupun kemanusiaan, setelah dinilai skalaprioritasnya, dapat dijadikan acuan untuk kegiatan pemulihan awal.Kegiatan pemulihan awal ini, pada prinsipnya merupakan kegiatan penanganan pascabencana transisi yangdilaksanakan setelah berakhirnya kegiatan tanggap darurat sebelum dimulainya kegiatanrehabilitasi dan rekonstruksi.Kegiatan pemulihan awal difokuskan pada pemulihan terhadapfungsi dan layanan dasar masyarakat serta pemulihan pada sarana dan prasarana vital.Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan pemulihan awal meliputi:

1. Sektor perumahan, antara lain melalui:

a. Pembuatan panduan dan prinsip mekanisme rencana relokasi rumah b. Perbaikan atap rumah masyarakat sehingga dapat dihuni kembali c. Fasilitasi pengorganisasian pembersihan rumah dan lingkungan berbasis masyarakat


(46)

2. Sektor infrastruktur, antara lain melalui:

a. Membuat dan memperbaiki jalan-jembatan sebagai akses dari-ke desa sebagai jalur evakuasi di masa mendatang

b. Fasilitasi pengelolaan air bersih dan jamban. 3. Sektor sosial, antara lain melalui:

a. Penyediaan layanan trauma healing b. Penyediaan layanan kesehatan umum

c. Bantuan biaya dan peralatan sekolah untuk siswa SD, SMP dan SMA yang terdampak

d. Pemulihan kegiatan keagamaan dan revitalisasi organisasi keagamaan e. Revitalisasi sistem keamanan desa

f. Revitalisasi seni budaya yang berguna untuk mendorong pemulihan. 4. Sektor ekonomi produktif, antara lain melalui:

a. Revitalisasi kelompok tani, kebun dan ternak b. Program alternatif untuk usaha pertanian c. Penyediaan bibit tanaman cepat panen

d. Bantuan modal usaha untuk pedagang dan industri kecil menengah e. Bantuan sewa ladang bagi desa rencana relokasi.

5.Lintas sektor, difokuskan pada:

a. Revitalisasi fungsi pelayanan administrasi pemerintahan b. Revitalisasi sistem dan data kependudukan

c. Sejumlah program pemberdayaan dan perlindungan kelompok rentan. Ad.1. Sektor Perumahan/Pemukiman


(47)

a. Perbaikan rumah

Prioritas pada sektor perumahan pada masa early recovery terdiri dari perbaikan rumah, pembangunan rumah rubuh sehingga rumah dapat dihuni kembali. Sektor perumahan yang perlu mendapatkan perbaikan adalah 8 Desa dan 1 Dusun, yakni:

Tabel-33:

Kondisi Rumah Rusak dan Roboh pada 8 Desa

No Desa Rumah

Rusak (unit)

Rumah Roboh(unit)

Keterangan

1 Sigaranggarang 303 7

2 Kuta Gugung 198 5 Dsn lau Kawar

3 Kebayaken 54

4 Perbaji 138

5 Selandi 235

6 Mardingding 310

7 Sukanalu 218

8 Kutarayat 537

Jumlah 1893 13

Sumber: Satgas Nasional TD, 2014 b. Pembersihan Pekarangan

Sebelum dilaksanakan pemulangan Tahap II bagi 8 Desa dan 1 Dusun terlebih dahulu dilaksanakan pembersihan desa dari abu vulkanik yang telah menutup aset, infrastruktur desa, dan sarana pelayanan publik dan sosial budaya.Pemulihan desa melalui pembersihan desa merupakan prioritas utama sebelum masyarakat pengungsi dipulangkan ke desa masing-masing.

c. Sewa rumah

Sewa rumah diberikan kepada masyarakat pengungsi, dengan rincian sebagai berikut:


(48)

1. Desa Relokasi

Desa rencana direlokasi terdapat 3 (tiga) Desa, artinya sebelum relokasi rumah mereka selesai, maka akan diberikan uang sewa rumah selama 1 tahun menunggu rumah selesai untuk ditempati, desa-desa tersebut adalah:

Tabel-34:

Desa rencanadirelokasi

No D e s a Jiwa KK

1 Simacem 464 120

2 Bekerah 292 97

3 Sukameriah 1.051 254

Jumlah 1.807 471

Sumber : Camat Payung dan Camat Naman Teran, 2014 a. Desa Belum Boleh Pulang

Karena pertimbangan tingkat kerawanan dampak erupsi pada beberapa desa maka pengungsi yang berasal dari 4 Desa dan 1 Dusun belum dapat dipulangkan sampai situasi normal, yakni:

Tabel-35:

Desa boleh pulang ke desa

No D e s a Jiwa KK Keterangan

1 Gurukinayan 555 206 -

2 Kuta Tonggal 814 274 -

3 Gamber 2.276 558 -

4 Berastepu 423 112 Dusun Sibintun

Jumlah 9.275 2.633

Sumber : Satgasnas PB, 2014

Sedangkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan setelah tahapan pemulihan dilaksanakan.Dari sektor pemukiman yang dilaksanakan untuk


(49)

rehabilitasi dan rekonstruksi adalah pembangunan rumah relokasi yang terdiri dari 358 unit rumah.

Ad.2. Sektor Infrastruktur

Sektor infrastruktur yang menjadi prioritas dalam masa early recovery (pemulihan awal) adalah perbaikan sarana air bersih.Kebutuhan sarana air bersih menjadi prioritas dalam rangka pemulihan, karena kebutuhan air terkait kepada kebutuhan pertanian dan tingkat kesehatan masyarakat.Pascaerupsi Gunungapi Sinabung terdapat sumber mata air yang berhenti yang disebabkan oleh gempa-gempa vulkanik, sehingga perlu segera direhabilitasi sebelum masyarakat yang berada di pengungsian dipulangkan ke desa masing-masing.

Pembangunan jalan evakuasi dari Kabupaten Karo ke Kabupaten Langkat menjadi prioritas utamauntuk memudahkan masyarakat mengevakuasi diri ke Kabupaten Langkat yang berjarak lebih dekat daripada ke Kabanjahe ataupun Berastagi. Jarak Desa Kuta rayat dan 6 Desa sekitarnya jalur evakuasi ke Kabanjahe mencapai ±18 Km, sedangkan jalur evakuasi keKabupaten Langkat hanya ±16 Km. Perbaikan jalan-jembatan sebagai akses masyarakat ke-dari desa maupun untuk kepentingan mitigasi/alternatif menghindarkan jarak dengan kawah Gunungapi Sinabung perlu segera dilaksanakan.

Normalisasi sungai pada Sungai Lau Borus menjadi prioritas utama, khususnya dalam pembuatan tembok penahan dan pengerukan karena terjadinya sedimentasi yang cepat karena sungai ini menjadi tujuan aliran lahar dari kawah Gunungapi Sinabung.Saat ini sepanjang Sungai Lau Borus terdapat prioritas untuk membersihkan sedimentasi sungai.


(50)

Rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan setelah pemulihan awal pada sektor infrastruktur dilaksanakan sebagai prioritas pertama. Jenis infrastruktur yang dilaksankaan hampir sama, seperti jalan-jembatan, air bersih, normalisasi sungai, tetapi rehabilitasi dan rekonstruksi adalah prioritas bagi masyarakat yang berada pada KRB I serta wilayah terdampak dimana sumber air desa terganggu pascaerupsi Gunungapi Sinabung.

Ad.3. Sektor Sosial

Sektor sosial yang menjadi prioritas dalam masa pemulihan awal (early recovery) adalah berupa bantuan sosial dan dana stimulasi bagi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat untuk dapat survive untuk memulai hidup baru setelah bencana selesai. Sektor sosial diprioritaskan kepada rehabilitasi rumah tempat tinggal, sekolah sebagai sarana pendidikan dasar pada 8 sekolah SD, dan 1 sekolah SMA yang mengalami kerusakan; bantuan sosial juga diberikan kepada masyarakat dan siswa SD, SMP dan SMA/SMK dalam menunjang pendidikan siswa-siswi pengungsi, berupa pakaian, peralatan dan perlengkapan sekolah. Jenis bantuan sosial lainnya berupa pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi yang baru kembali ke desa.

Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi pada sektor sosial pada tahap pemulihan kemudianakan meluas pada dukungan sosial lainnyasebagai kelanjutan yang telah dilaksanakan pada masa pemulihan awal seperti pelatihan keterampilan bagi para pengungsi yang telah pulang ke desanya.


(51)

Sektor ekonomi produktif yang menjadi prioritas dalam masa pemulihan awal (early recovery) adalah berupa pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan pertanian dan perkebunan serta peternakan yang terdiri dari:

a. Revitalisasi kelompok tani, kebun dan ternak b. Program alternatif untuk usaha pertanian c. Penyediaan bibit tanaman cepat panen d. Bantuan alat pertanian (alistan)

e. Program pemberdayaan kewirausahaan bagi masyarakat.

Pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, sektor ekonomi produktif merupakan perhatian utama pemerintah diberikan kepada masyarakat, akan tetapi bantuan diprioritaskan pada KRB I, II, III.

Ad.5. Sektor Lintas Sektor

Sektor Lintas Sektor tidak terlalu banyak mendapatkan pemulihan awal, karena pelayanan pemerintahan hampir tidak menjadi kendala.Sistem pemerintahan desa dapat pulih segera setelah masyayrakat kembali ke desa.Kantor pemerintah desa tidak ada yang perlu mendapatkan rehabilitasi.

4.4.2. Kebutuhan dan Anggaran Pemulihan Awal (Early Recovery) serta Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Sesuai usulan Pemerintah Kabupaten Karo dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara usulan atau kebutuhan early recovery dan pascabencana telah diformulasikan kedalam 5 sektor kegiatan, yaitu sektor pemukiman, sektor infrastruktur, sektor sosial, sektor ekonomi produktif dan sektor lintas sektor. Kelima sektor ini dirangkum dalam Perencanaan Kebutuhan (terlampir):


(52)

1. Kebutuhan dan Anggaran Pemulihan Awal (Early Recovery) Memerlukan dana sebesar Rp368,641,864,679.00 (tiga ratus enam puluh delapan milyar enam ratus empat puluh satu juta delapan ratus enam puluh empat ribu enam ratus tujuh puluh sembilan rupiah). Direncanakan kontribusi dari Pemkab Karo sebesar Rp3,500,000,000.00 (tiga milyar lima ratus juta rupiah) dan sisanya diharapkan dari APBN sebesar Rp365,141,864,679.00 (Tiga ratus enam puluh lima milyar seratus empat puluh satu juta delapan ratus enam puluh empat ribu enam ratus tujuh puluh sembilan rupiah).

2. Kebutuhan dan Anggaran Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Perhitungan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi memerlukan dana dan anggaran sebesar Rp. 749,617,598,521.00,-(tujuh ratus empat puluh sembilan milyar enam ratus tujuh belas juta lima ratus sembilan puluh delapan ribu lima ratus dua puluh satu rupiah). Kontribusi Kabupaten Karo sebesar Rp. 9,298,625,000.00 (sembilan milyar dua ratus sembilan puluh delapan juta enam ratus dua puluh lima ribu rupiah); kontribusi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp50,553,000,000.00 (lima puluh milyar lima ratus lima puluh tiga juta rupiah).

3. Total Kebutuhan dan Anggaran

Berdasarkan perhitungan data kerugian yang diperoleh dari lokasi bencana maka ditemukan angka pemulihan awal, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah sebesar Rp1,118,259,463,200.00 (satu trilyun seratus delapan belas milyar dua ratus lima puluh sembilan juta empat ratus enam puluh tiga ribu dua ratus rupiah). Dengan perincian; untuk kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi memerlukan


(53)

dana dan anggaran sebesar Rp. 749,617,598,521.00,- (tujuh ratus empat puluh sembilan milyar enam ratus tujuh belas juta lima ratus sembilan puluh delapan ribu lima ratus dua puluh satu rupiah). Pemerintah telah menyepakati sumber dana akan direalisasikan dari APBD Kabupaten Karo sebesar Rp. 9,298,625,000.00 (sembilan milyar dua ratus sembilan puluh delapan juta enam ratus dua puluh lima ribu rupiah); kontribusi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp50,553,000,000.00 (lima puluh milyar lima ratus lima puluh tiga juta rupiah). Sisanya akan ditalangi oleh dana APBN untuk perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan dan pemulihan sosial ekonomi, fungsi pemerintahan serta pelayanan publik. Namun program rehabilitasi dan rekonstruksi mengalami hambatan pada realisasi dana, disebabkan komunikasi dan kordinasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Karo tidak berlangsung lancar. Keadaan ini memberi pengaruh pada pemulihan aspek sosial ekonomi agar kehidupan masyarakat terdampak kembali normal mengalami kesulitan.

Sedangkan pengajuan danasebesar Rp368,641,864,679.00 (tiga ratus enam puluh delapan milyar enam ratus empat puluh satu juta delapan ratus enam puluh empat ribu enam ratus tujuh puluh sembilan rupiah) ditujukan untuk menanggulangi dampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat terdampak bencana meliputi 5 sektor kegiatan, yaitu sektor pemukiman, sektor infrastruktur, sektor sosial, sektor ekonomi produktif dan sektor lintas sektor. Pelaksanaan program inijuga terhambat pada proses pencairan dana baik yang bersumber dari


(54)

APBN dan APBD Kabupaten Karo terutama disebabkan lemahnya kordinasi dan komunikasi lintas sektoral Pemerintah Daerah Kabupaten Karo dalam hal ini BPBD Kabupaten Karo. Sehingga hasil riil pelaksanaan program pemulihan belum dapat diketahui, mengingat pemulihan sosial ekonomi dan budaya meliputi layanan advokasi dan konseling; bantuan stimulan aktifitas ekonomi dan pelatihan sama sekali belum berjalan.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

KajianterhadapdampakbencanaerupsigunungapiSinabungsertaupaya-upaya yang

dilakukanpemerintahdaninstitusiswastaterhadappemulihanaspeksosialekonomimas yarakatkabupatenKaro,memberikankesimpulanberikut:

1.

ErupsiGunungapiSinabungberdampaknegatifterhadapaspeksosialekonomimasyara

kat, didasarkanpada data yang

memperlihatkan;menurunnyaderajatkesehatansebesar 10%;

peningkatantrauma terhadaperupsisebesar25%;

PendapatanKeluargamengalamipenurunansebesar 17%;

Kemampuanmencukupikebutuhanhidupjugamenurunsebesar 39%; dampakpadabidangPelayananPendidikandiukurdarifrekuensikehadiransiswa, kehadiran guru danfasilitas/peralatansekolahmengalamipenurunansebesar 100%. DalambidangPelayananPubliksepertipengurusanadministrasisurat-surat di

Kantor Desadan Kantor Camat,

khususnyapengurusanadminsistrasikependudukanmengalamigangguansebesar 25 %.Serta PemenuhanEnergiterkaitpasokansumberdayaenergilistrikdan air bersihmenurunsebesar 8%

2.


(56)

giatanrehabilitasidanrekonstruksi, termasukdidalamnyapemulihanawal(early recovery). Namunsampaidenganprosesipenelitianberakhir, kegiatanrehabilitasidanrekonstruksitermasukpemulihanawalbelummenunjukkannk

emajuansebagaimana yang diharapkan,

akibatlemahnyasumberdayamanusiapemerintahdalamhalini BPBD KabupatenKaromelakukankordinasidankomunikasilintassektoral.

5.2. SARAN

Berdasarkantemuan-temuan yang diperolehdalampenelitian,

direkomendasikan saran-saran agar

dampakbencanaerupsiGunungapiSinabungterhadapaspeksosialdanekonomimasyar akatdapatdicegahdandiminimalisir, sebagaiberikut:

1. Upayarehabilitasidanrekonstruksipascabencanaharusmerupakan agenda yang

dilaksanakansecarasistemikolehpemerintahdaerahdanpemerintahpusat, sehinggapenanggulanganbencanadapatberjalanefektifdanefisien,

denganmemperkuatfungsidankedigdayaaninstansiBadanPenanggulanganB encana Daerah sebagaimana yang telahdiatur di dalam UU Nomor 24 tahun 2007, melaluipemberdayaan SDM dan stake holder yang terkaitdengankebencanaan.

2. Masyarakatterdampakperlumendapatpembinaandanpelatihandalambidangb udidayaindustrikecilmenengahselainpertaniansebagaivarianmatapencahari analternatif,


(57)

3. Bagimasyarakatterdampak yang tidakmungkinkembalikedesanyadisebabkantertimbun material vulkanikdan lahar

dinginperlusegeradirelokasikepemukimanbarudanlahanpertanianbaru, di luarzonabahayaGunungapiSinabungsehinggaaspeksosialekonomimasyarak atdapatsegerakembali normal.


(1)

Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Terimakasih untuk waktu-waktu hebat selama perkuliahan di Fakultas yang dibanggakan ini.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan terbaik kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Kiranya kerepotan yang bapak alami membimbing penulis dipandang Allah SWT sebagai amal jariah.

5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis yang bermanfaat untuk masa yang akan datang.

6. Bapak (alm) Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec, yang telah banyak memberikan pandangan dan dorongan sewaktu beliau masih bersama-sama di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Walad Altsani Ritonga, SE, M.Ec, Mustaqim Masril, SE dan Ahmad Rafiki, BBA, MMgt, Phd, yang juga telah memberikan pandangan dan dorongan. Serta sahabat – sahabat penulis Arief Laksamana, Sigit Hartama, Muhammad Wan Juliansyah. Kita selalu bersama saat suka dan duka, pahit manis perjuangan mendapatkan gelar sarjana di kampus kebanggaan Universitas Sumatera Utara.


(2)

Semoga kebaikan dan keikhlasan yang diberikan menjadi amal shaleh dan mendapat imbalan berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.

Medan, 24 Juni 2014 Penulis

Mohd. Sholahuddin Nasution NIM: 09050108


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

ABSTRACT………..ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR GAMBAR………. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah ... 1

1.2.PerumusanMasalah ... 4

1.3. TujuanPenelitian ... 4

1.4.ManfaatPenelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.DampakErupsiGunungapi ... 6

2.1.1. Dampakerupsiterhadapperubahanaktivitas ... 6

2.1.2. DampakterhadapEkonomiPertanian ... 7

2.2. SosialEkonomi ... 11

2.2.1. PengertianSosialEkonomi ... 11

2.2.2. EkonomiPertanian ... 12

2.2.3. Sosialekonomimasyarakat ... 13

2.3. Penelitianterdahulu ... 19

2.4. Kerangkakonseptual ... 22

2.5. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. JenisdanPendekatanPenelitian ... 23

3.2. TempatdanWaktuPenelitian ... 24

3.3. Populasidansapel ... 24

3.4. MetodePengumpulan Data ... 27

3.5. MetodeAnalisis ... 28

3.6. Data Operasional ... 29

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Wilayah KabupatenKaro……… 34

4.1.1. LetakGeografis………34

4.1.2. Iklim………. 35

4.1.3. PemerintahandanKependudukan………36


(4)

4.1.4. Mata PencaharianPenduduk……… 37

4.1.5. KarakteristikResponden………. 41

4.2. KondisiErupsiGunungSinabung……….45

4.2.1.KronologisErupsiGunungSinabung………45

4.2.2. WilayahTerkenadanTerdampak………...47

4.2.3. DistribusiDampakSosialEkonomi………..48

4.3.DampakErupsiGunungSinabung………57

4.3.1. DampakTerhadapSosialEkonomi………...57

4.3.2. PerkembanganPengungsi………61

4.4. UpayaPemulihanKondisiSosialEkonomi………...64

4.4.1. PemulihanAwal (Early Recovery), RehabilitasidanRekonstruksi……….. 64

4.4.2. KebutuhandanAnggaranEarly Recoveryserta RehabilitasidanRekonstruksi……….. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………77

5.2. Saran……….78 DaftarPustaka


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Populasi Kepala Keluarga Desa Dalam Radius 5 Km 28

Tabel 2 Jumlah Populasi Kepala Keluarga Desa Dalam Radius 5 Km 29

Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Desa 30

Tabel 4 Komposisi Kecamatan dari Letak DPL dan Luas Wilayah 35

Tabel 5 Komposisi Kecamatan menurut Wilayah Adminsitrasi dan Jumlah Penduduk 37

Tabel 6 Karakteristik Jenis Kelamin Responden 41

Tabel 7 Karakteristik Umur Responden 41

Tabel 8 Status Perkawinan Responden 42

Tabel 9 Pekerjaan Responden 42

Tabel 10 Jumlah Tanggungan Anak Responden 43

Tabel 11 Status Kepemilikan Rumah Responden 43

Tabel 12 Status Kepemilikan Ladang Responden 44

Tabel 13 Tempat Tinggal Responden Saat ini 44

Tabel 14 Mengidap suatu penyakit sebelum dan setelah Erupsi Gunung 48

Tabel 15 Pelayanan Dokter/Paramedis 49

Tabel 16 Akses Mendapatkan obat-obatan 50

Tabel 17 Perasaan Trauma/Takut Gunungapi Sinabung kembali erupsi 50

Tabel 18 Pendapatan/Penghasilan sebelum dan setelah Erupsi 51

Tabel 19 Pendapatan/Penghasilan Mampu Memenuhi Kebutuhan 52

Tabel 20 Pemenuhan Kebutuhan makanan 52

Tabel 21 Aktivitas Anak Sekolah 53

Tabel 22 Kehadiran Guru ke Sekolah 53

Tabel 23 Kehadiran Murid ke Sekolah 54

Tabel 24 Fasilitas dan Peralatan sekolah 54

Tabel 25 Pendapatan/Penghasilan Mampu Memenuhi Kebutuhan 55

Tabel 26 Mengurus Surat Ke Kepala Desa 55

Tabel 27 Mengurus Surat Ke Camat 56

Tabel 28 Pemenuhan Penerangan 56

Tabel 29 Pemenuhan Air Bersih 57

Tabel 30 Komoditi dan Lahan Pertanian terkena dampak erupsi Gunungapi Sinabung 58

Tabel 31 Masyarakat yang sudah dipulangkan ke desa 63

Tabel 32 Masyarakat yang masih berada di Pengungsian 64

Tabel 33 Kondisi Rumah Rusak dan Roboh pada 8 Desa 68

Tabel 34 Desa rencana direlokasi 69

Tabel 35 Desa boleh pulang ke desa 70


(6)

DAFTAR GAMBAR