Pengaruh Komunikasi Organisasi Terhadap Semangat Kerja dan Kinerja Karyawan Pada Toko Batik Abi Medan

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Kehidupan manusia didunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan
kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat
pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur
sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar
dari kegiatan kehidupan kita menggunakan komunikasi baik komunikasi verbal
maupun nonverbal.
Menurut Mulyana (2002:4) kata komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin, communis yang berarti sama, communic,
comminication atau communicare yang berarti membuat sama (to make common).
Istilah pertama communis adalah istilah yang sering disebut sebagai asal-usul kata
komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata lainnya yang mirip.
Komunikasi meyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu
pesan dianut secara sama. Akan tetapi definis-definis kontemporer menyarankan
bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut.
Pawito dan C Sardjono (1994:12) mendefenisikan komunikasi sebagai
suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan lewat suatu

saluran

dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah prilaku,

perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau prilaku lainnya.

9
Universitas Sumatera Utara

Menurut Joseph A Devito (2011:5 ) mengemukaan komunikasi sebagai
transaksi. Transaksi yang dimaksudkan
proses dimana

bahwa komunikasi merupakan suatu

komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para

komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan seseluruhan.
Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkait an secara integral dengan
elemen lain.

2.1.2 Proses Komunikasi
Menurut Effendy (2006:11) proses komunikasi adalah proses yang
menggambarkan komunikasi antara manusia yang bersifat interaktif, ralasional
dan transaksional, didalamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan
pesan-pesan melalui media tertentu kepada penerima dengan maksud dan tujuan
dalam sebuah koteks tertentu.
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan
secara sekunder.
a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang/simbol sebagai media.
b. Proses komuikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

10
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Menurut Mangkunegara (2004:148) ada dua tinjauan faktor yang

mempengaruhi komunikasi, yaitu faktor dari pihak disebut pula komunikator, dan
faktor dari pihak komunikan.
1. Faktor dari pihak komunikator, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan
komunikator, media saluran yang digunakan
a. Keterampilan komunikator
sebagai pengirim informasi, ide, berita, pesan perlu menguasai
cara-cara penyampaian pikiran baik secara tertulis maupun lisan.
b. Sikap komunikator
sikap

komunikator

sangat

berpengaruh

pada

komunikan.


Komunikator yang bersikap angkuh terhadap komunikan dapat
mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan menjadi
ditolak oleh komonikan.
c. Pengetahuan komunikator
komunikator yang mempunyai pengetahuan luas dan menguasai
materi yang disampaikan akan dapat menginformasikan kepada
komunikan sejelas munkin. Dengan demikian komunikan akan
lebih mudah mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator.
d. Media saluran yang digunakan oleh komunikator
Media saluran komunikasi sangat membantu dalam penyampaian
ide, informasi atau pesan kepada komunikan. Komunikator perlu
menggunakan saluran komunikasi yang sesuai dan menarik
perhatian komunikan
11
Universitas Sumatera Utara

2. Faktor dari pihak komunikan, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan dan
media saluran komunikasi.
a. Keterampilan komunikan
Keterampilan komunikan dalam mendengar dan membaca pesan

sangat penting pesan yang diberikan oleh komunikator akan dapat
dimengerti dengan baik, jika komunikan mempunyai keterampilan
mendengar dan membaca.
b. Sikap komunikan
Sikap komunikan terhadap komunikator sangat mempengaruhi
efektif tidaknya komunikasi. Misalnya komunikan besikap
meremehkan, berprasangka buruk terhadap komunikator makan
komunikasi menjadi tidak efektif dan pesan menjadi tidak berarti
bagi komunikator. Maka dari itu komunika haruslah bersikap
positif terhadap komunikator.
c. Pengetahuan komunikan
Pengetahuan

komunikan

sangat

berpengaruh

pula


dalam

komunikasi. Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas
akan lebih mudah dalam menginterprestasikan ide atau pesan yang
diterimanya dari komunikator.
d. Media saluran komunikasi
Media saluran komunikasi yang digunakan sangat berpengaruh
dalam penerimaan ide atau pesan. Media saluran komunikasi
berupa alat indera yang ada pada komunikan sangat menentukan
apakah pesan dapat diterima atau tidak untuknya. Jika alat indera

12
Universitas Sumatera Utara

komunikan

terganggu

maka


pesan

yang

diberikan

oleh

komunikator dapat mejadi kurang jelas bagi komunikan.

2.2 Komunikasi Organisasi
2.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi
Menurut Pace & Faules (1998:31) komunikasi organisasi menurut definisi
fungsional adalah pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan
menurut pandangan interpretif (subyektif), komunikasi organisasi adalah proses
penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi.
Menurut pandangan interpretif ini pula, komunikasi organisasi adalah proses
penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah

organisasi.
Menurut Mulyana (2005:25) komunikasi organisasi adalah suatu disiplin
studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Jadi,
komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi karier dalam manajemen,
pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi perusahaan, dan tugastugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi.
Menurut

Devito

(1997:340)

menyatakan

komunikasi

organisasi

merupakan pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi didalam
kelompok formal maupun kolompok informal organisasi.


13
Universitas Sumatera Utara

Organisasi juga merupakan suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi
peranan atau kelompok yang sepakat untuk memenuhi seperangkat norma-norma.
Komunikasi meripakan aktivitas dasar manusia dan dengan adanya komunikasi
yang baik maka suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan
begitu pula sebaliknya apanila kurang atau tidak adanya komunikasi maka
organisasi akan macet atau berantakan. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan
sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unitunit komunikasi dalam hubungan hirarkis antara satu dengan lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapan pun juga
setidak-tidaknya terdapat satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu
organisasi yang menafsirkan suatu pertunjukan pesan.
Menurut Goldhaber (1986:14) komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah.
Pengertian tersebut mengandung beberapa konsep sebagai berikut:
1) Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem yang terbuka dan dinamis yang

secara tidak langsung menciptakan saling tukar menukar informasi satu
sama lain. Karena kegiatan yang berulang-ulang

dan tiada hentinya

tersebut maka dikatakan sebagai suatu proses.
2) Pesan
Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang objek, orang,
kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Pesan dalam
14
Universitas Sumatera Utara

organisasi dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi yang berhubungan
dengan bahasa, penerima yang dimaksud, metode difusi, dan arus tujuan
dari pesan. Klasifikasi pesan dalam bahasa dapat dibedakan menjadi 2
bagian yaitu verbal dan non verbal, dimana pesan verbal dalam organisasi
berupa: surat, memo, percakapan, dan pidato. Sedangkan pesan non verbal
dalam organisasi bisa berupa: bahasa gerak tubuh, sentuhan, ekspresi
wajah, dan lain-lain.
3) Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi
atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari
orang-orang ini terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan
jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup
hanya dua orang, beberapa orang atau keseluruhan organisasi. Luas dari
jaringan komunikasi ini depengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya arah
dan arus pesan, isi pesan, hubungan peranan, dan lain-lain.
4) Keadaan saling tergantung
Hal ini menjadi sifat dalam organisasi yang merupakan suatu sistem yang
terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka
akan berpengaruh kepada bagian yang lainnya dan mungkin juga kepada
seluruh sistem organisasi.
5) Hubungan
Karena organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka, sistem
kehidupam sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada
manusia yang ada dalam organisasi. Oleh karena itu hubungan manusia

15
Universitas Sumatera Utara

dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari
orang yang terlibat suatu hubungan perlu dipelajari. Sikap, skill, dan moral
dari seseorang

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan yang

bersifat organisasi.
6) Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor
sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai
individu dalam suatu sistem. Yang termasuk lingkungan internal adalah
personal (karyawan), staf, golongan fungsional dari organisasi, dan juga
komponen lainnya seperti tujuan, produk, dan lainnya. Organisasi sebagai
sistem terbuka harus berinteraksi dengan lingkungan eksternal seperti:
teknologi, ekonomi, dan faktor sosial. Karena faktor lingkungan berubahubah maka organisasi memerlukan informasi baru untuk mengatasi
perubahan dalam lingkungan dengan menciptakan dan melakukan
penukaran pesan baik secara internal maupun eksternal.
7) Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan
informasi yang diharapkan. Ketidakpastian dalam organisasi juga
disebabkan oleh terjadinya banyak informasi yang diterima dari pada
informasi yang sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan
mereka. Bisa dikatakan ketidakpastian dapat disebabkan oleh terlalu
sedikit informasi yang didapatkan dan juga karena terlalu banyak
informasi yang diterima.

16
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
Menurut Arni (2007:121) fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
1) Fungsi informatif
Maksud dari informatif adalah seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih cepat.
Informasi yang didapat dapat setiap anggotanya melaksanakan tugas
secara pasti. Pada dasarnya, informasi dibutuhkan oleh semua orang yang
mempunyai perbedaan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tatanan
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
dalam organisasi ataupun untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di
dalam organisasi tersebut. Bawahan juga membutuhkan informasi untuk
melaksanakan pekerjaannya, disamping itu, informasi tentang jaminan
keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, prosedur perizinan cuti dan
sebagainya.
2) Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
ditaati dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh dalam
fungsi regulatif ini :
a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Mereka juga mempunyai wewenang untuk memberikan
perintah

atau

intruksi,

sehingga

dalam

struktur

organisasi

kemungkinan mereka ditepatkan pada lapisan atas supaya perintah-

17
Universitas Sumatera Utara

perintahnya dilaksanakan sesuai intruksi. Namun, sikap bawahan
untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada :
1. Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah.
2. Kekuatan pemimpin dalam memberi sanksi.
3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang
pemimpin sekaligus sebagai pribadi .
4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang diboleh atau tidak boleh untuk
dilakukan.
3) Fungsi persuasif
Dalam

mengatur

suatu

organisasi

tidak

cukup

dengan

mengendalikan kewenangan dan kekuasaan. Adanya kenyataan ini, maka
banyak pimpinan yang lebih suka mempersuasi bawahannya daripada
memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara suka rela akan
lebih menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding dengan
pemimpin yang sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangan.
4) Fungsi integratif
Setiap

organisasi

berusaha

untuk

menyediakan

saluran

memungkinkan karyawan dapat melaksankan tugas dua pekerjaan dengan
baik. Ada dua saluran komunitas formal yang terjadi dalam setiap
organisasi yaitu seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut dan
laporan kemajuan organisasi. Juga saluran komunikasi informasi seperti

18
Universitas Sumatera Utara

perbincangan antar pribadi selama jam istirahat

kerja, kegiatan

pertandingan olahraga, atupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih
besar dalam diri karyawan terhadap org anisasi.
2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Organisasi
Meurut Sugiyo (2005:4) bahwa ciri-ciri komunikasi organisasi yaitu:
1. Keterbukaan, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi
yang diterima didalam menghadapi hubungan antar pribadi.
2. Empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
3. Sikap mendukung, yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif
4. Rasa positif, seseorang harus memiliki rasa positif terhadap dirinya,
mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi
komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan,yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak
menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan.

19
Universitas Sumatera Utara

2.3 Semangat Kerja
2.3.1 Definisi Semangat Kerja
Semangat kerja menggambarkan keseluruhan suasana yang dirasakan para
karyawan. Apabila karyawan merasa bergairah, bahagia, optimis maka kondisi
tersebut menggambarkan bahwa karyawan tersebut mempunyai semangat kerja
yang tinggi tetapi apabila karyawan suka membantah, menyakiti hati, kelihatan
tidak tenang maka karyawan tersebut mempunyai semangat kerja yang rendah.
Semangat kerja atau moral kerja merupakan sikap kesediaan perasaan
yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih
banyak dan tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan
antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok
sekerjanya, dan karyawan tidak mudah tekena pengaruh terutama dari orangorang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas anggapan bahwa satu-satunya
kepentingan pemimpin

perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberisedikit mungkin
Semangat kerja didefenisikan berbeda oleh beberapa ahli. Menurut
Hasibuan (2005:94) semangat kerja adalah keingiinan dan

kesungguhan

seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk
mencapai prestasi kerja yang maksimal.
Menurut Siswanto (2000:35), semangat kerja sebagai keadaan psikologis
seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila
semngat kerja tersebut menimbulkan

kesenaganb yang mendorong seseorang

20
Universitas Sumatera Utara

untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
oleh perusahaan.
Menurut Alex (2002:56) semangat kerja adalah kondisi seseoarang yang
menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik didalam
sebuah perusahaan.
Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2003:282) mengatakan semangat
kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental, atau prilaku individu tenaga
kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam
pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai
tujuan yang telah ditapkan perusahaan.
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Bukhari Zainudin (2001:33) mengemukaan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut:
a. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama antara
pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan dengan
para karyawan
b. Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan aggota
lain organisai, apabali dengan merekan yang sehari-hari

banyak

berhubugn dengan pekerjaan.
c. Rasa bermanfaat bagi tercapainya tujuan organisasi yang merupakan
tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan bersama-sama.

21
Universitas Sumatera Utara

d. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan materi
lainnya yang memadai, sehingga imbalan yang dirasakan akan adil
terhadap jerih payah yang telah diberikan terhadap organisasi.
e. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan
terhadap segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir
pekerjaan dalam perusahaan atau organisasi.
2.3.3 Unsur-Unsur Semangat Kerja
Menurut D.Hasley (1994:67) semangat kerja dapat diukur melalui presensi
pegawai di tempat kerja, tanggungjawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja,
kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat
produktivitas kerja.

Untuk memahami unsur-unsur semangat kerja berikut diuraikan penjelasan
masing-masing unsur:

1. Presensi

Presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas
dan

kewajibannya.

Pada

umumnya

instansi

/

lembaga

selalu

mengharapkan pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga
pekerjaan

tidak

tertunda. Ketidakhadiran

seorang

pegawai

akan

berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga instansi/ lembaga tidak
bisa mancapai tujuan secara optimal.Presensi atau kehadiran karyawan
dapat diukur melalui:

22
Universitas Sumatera Utara

a. Kehadiran pegawai di tempat kerja
b. Ketepatan pegawai datang/pulang kerja
c.

Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti
kegiatan atau acara dalam instansi

2. Disiplin Kerja

Menurut IG Wursanto (1985:67) disiplin kerja merupakan ketaatan
seseorang terhadap suatu peraturan yang berlaku dalam organisasi yang
menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaram dan
keinsafan, bukan karena adanya paksaan.

Menurut Moekijat (1997:67) disiplin merupakan suatu kekuasaan
yang berkembang dalam penyesuaian diri dengan sukarela kepada
ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja.

Dan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin
merupakan kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan
peraturan yang ada di instansi yang bersangkutan.

Tingkat kedisiplinan kerja pegawai dapat diukur melalui :

a. Kepatuhan pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di instansi.
b. Kepatuhan pegawai terhadap intruksi yang datang dari atasan.
c. Bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
d. Memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Menggunakan dan memelihara peralatan

23
Universitas Sumatera Utara

3. Kerja Sama

Pariata Westra (1980:49) kerjasama juga diartikan sebagai suatu
sikap dari individu maupun kelompok terhadap kesukarelaannya untuk
bekerja sama agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh.
Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi

tergantung pada orang-

orang yang terlibat di dalamnya. Untuk itu penting adanya kerjasama yang
baik diantara semua pihak dalam organisasi, baik dengan atasan, teman
sejawat, maupun bawahan.

Untuk mengukur tingkat kerjasama digunakan kriteria sebagai berikut:

a. Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan, teman sejawat,
maupun bawahannya.
b. Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan pekerjaan.
c.

Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik serta saran dari
orang lain.

d. Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam
melaksanakan pekerjaannya.

4. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan keharusan pada seseorang yang
melaksanakan kegiatan selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya.
Pariata Westra (1975:91) Tanggung jawab juga merupakan kewajiban
seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah diwajibkan

24
Universitas Sumatera Utara

kepadanya, dan

jika terjadi kesalahan

yang disebabkan

karena

kelalaiannya, maka seseorang dapat dituntut atau dipersoalkan.

Tingkat tanggung jawab seseorang dapat melalui:

a. Dapat dituntut atau dipersoalkan. Kesanggupan dalam melaksanakan
perintah dan kesanggupan dalam bekerja.
b. Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.
c. Melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan sebaikbaiknya.
d. Mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya
untuk kepentingan instansi, tetapi juga untuk kepentingan dirinya sendiri.

5. Produktivitas Kerja

Menurut Slamet Saksosno (1988:133) produktivitas adalah rasio antara
produksi yang dapat dihasilkan dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan
untuk keperluan produk itu.

Ravianto (1985:21) produktivitas juga diartikan sebagai efisiensi modal
dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja
adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dengan
menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu dan jangka waktu
yang telah ditentukan oleh perusahaan. Ravianto (1985:139) Produktivitas kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan tenaga kerja itu
sendiri maupun faktor lain Seperti ketrampilan, disiplin, sikap dan mental, etika

25
Universitas Sumatera Utara

kerja, motivasi kerja, kesehatan, penghasilan, jaminan social, lingkungan kerja,
manajemen dan berprestasi.

2.4 kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja
Suantu organisasi atau perusahaan jika ingin maju atau berkembang maka
dituntut untuk memiliki pegawai yang kinerjanya dapat memenuhi target atau
sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan. Utuk itu memperoleh pegawai yang
memiliki kinerja baik maka diperlukan penerapan kinerjanya.

Ukuran kinerja dapat dilihat dari sisi jumlah dan mutu tertentu sesuai
dengan standart yang telah ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan, tergantung
pada bentuk dan proses pelaksanaan pekerjaan itu. Kinerja yang dihasilkan oleh
pegawai dalam suatu perusahaaan ditentukan oleh beberapa faktor dan kondisi
yang baik itu yang berasal dari dalam diri pegawai ataupun yang brasal dari luar
individu pegawai.

Menurut

Mangkuprawira dan Hubeis (2007:153) mengatakan bahwa

kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu
dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan.

Mangkuprawira dan Hubeis (2007:160) menyebutkan bahwa kinerja
karyawan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ektrinsik pegawai. Faktor-faktor
intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari pendidikan,
pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan, emosi dan spiritual.
Sedangkan faktor ekstrinsik yang memepengaruhi kinerja pegawai terdiri darai

26
Universitas Sumatera Utara

lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertikal dan
horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan, beban
kerja, prosedur kerja, sistem hukum dan sebgainya.

Menurut Murpy dan Cleveland (2007:175) mengatakan bahwa kinerja
adalah kualitas prilaku yang berorintasi pada tugas dan pekerjaan. Hal ini berarti
bahwa kierja pegawai dalam organisasi ditentukan oleh sikap prilaku pegawai
terhadap pekerjaanya dan orintasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut.

Menurut Mathis (2001:78) kinerja karyawan adalah sesuatu yang
mempengaruhi seberapa banyak merekan memeberi kontribusi kepada organisasi
yang antara lain termasuk kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output,
kehadiran ditempat kerja dan sikap koorperatif.

2.5.2 Jenis-Jenis dan Kriteria Kinerja
Menurut Robbins (2002:155) mengatakan hampir semua cara pengukuran
kinerja mempertimbangkan hal-hal berikut.

1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai.
Pengukuran kuantitaf melibatkan perhitungan keluaran dari poses atau
pelaksan aan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang
dihasilkan.
2. Kualitas, yaitu mutu yang dihasilkan (baik tidaknya). Prngukuran
kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan, yaitu
seberapa baik penyelesainnya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

27
Universitas Sumatera Utara

3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang
direncanakan. Pengukran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari
pengukuran kuantit af yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian
suatu kegiatan.

2.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mangkunegara (2007:67) faktor –faktor yang memepengaruhi
pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(motivation).

1. Faktor Kemampuan

Secra psikologis, kemampua terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan realita, artinya karyawan yang memiliki IQ yang rata-rata
(IQ 110-120) dengan memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah
mencapai inerja yang diharapkan oleh karena itu kayawan perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seseorang karyawan yang menghadapi
situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang mengerakkan diri
karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan
kerja). Sikap ental merupakan kondisi mental yang mendorong diri
pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.
Seseorang karyawan harus siap mental, maupun secara fisik,
28
Universitas Sumatera Utara

memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu
memanfaatkan dalam mencapai situasi kerja.

Kinerja dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu personal individu dan faktor
ekstrinsik yaitu kepemimpinan, sistem tim, situasional, dan konflik. Menurut
Sjafri (2007:155) uraian rincian faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

a. Faktor

Personal/individual,

meliputi

unsur

pengetahuan,

keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan
komitmen yang dimiliki oleh tiap idividu karyawan.
b. Faktor kepemimpian, meliputi aspekk kualitas manajer dalam
memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja
kepada karyawan.
c. Faktor Tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama
anggota tim, kekomppak dan keberatan anggota tim.
d. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atatau
infrastruktur yang diberikan oleh oganisasi, proses organisasi dan
kultur kinerja dalam organisasi
e. Faktor situasional, meliputi tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
f. Konflik, meliputi konflik dalam diri individu atau konflik peran
antar individu, konflik antark kelompok atau organisasi.

29
Universitas Sumatera Utara

2.5 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian
berhubungan dengan pengaruh tentang komunikasi organisasi terhadap
semangat kerja dan kinerja karyawan. Beberapa penelitian terdahulu yang
memiliki hubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Arief Rahman Wijaya, Djamhur Hamid (Universitas Brawijaya
Malang: 2015).
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Komunikasi Terhadap
Semangat Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PT
Sumber Cipta Multiniaga Pasuruan)”. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komunikasi formal dan informar berpengaruh langsung terhadap
semangat kerja dan kinerja karyawan PT Sumberr Cipta Multiniaga
Pasuruan dan semangat kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PT Sumber Cipta Multiniaga Pasuruan. Karyawan
dengan semangat kerja yang tinggi secara otomatis mempengaruhi
kinerja karyawan.
2. Harjanti Widiastuti (Universitas Sebelas Maret Surakarta: 2010).
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Komunikasi Organisasi
Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di Hotel Inna Garuda
Yogyakarta”. Jenis penelitian yag digunakan adalah explansi
kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan kedudukan variabelvariabel yang teliti serta hubungan antar satu variabel ke variabel

30
Universitas Sumatera Utara

lainnya. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa komunikasi
organisasi karyawan di hotel inna garuda kurang optimal. Hal ini
disebabkan oleh kurang optimalnya komunikasi ke atas yaitu
komunikasi dari bawahan ke atasan.kurang oprimalnya komunikasi
ke atas ini karena disebabkan karena pegawai merasa segan untuk
memberkan kritik dan pendapatnya ke atasan.
3. Penelitian Putu Gidion Alfa Diana, Made Subudi (Universitas
Udayana Unud Bali: 2013) .
Penelitian

ini berjudul “Pengaruh Komunikasi Dan

Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Yang Didemediasi Oleh
Semangat Kerja Karyawan Pada Auto 2000 Tabanan”. Penelitian
ini menggunakan tiga variabel yaiu variabel bebas, variabel terikat
dan variabel intervening. Teknik yang digunakan adalah teknik
sampling jenuh atau sensus dan teknik analisis yang digunakan
adalaha analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Komunikasi berpengaruh tehadap semangat kerja karyawan pada
auto 2000 Tabanan dengan nilai 32,1 persen dan juga terhadap
kinerja

karyawan

dengan

nilai

16,4

persen.

Kompenasi

berpengaruh terhadap semangat kerja dan kinerja karyawan pada
Auto 2000 Tabanan. Untuk memperoleh seamangat kerja da
kinerja yang baik auto 2000 Tabanan perlu memperhatikan
variabel komunikasi yaitu dengan cara meningkatkan komunikasi
pertemuan antara pimpinan dengan karyawan.

31
Universitas Sumatera Utara

4. Anita Martha Wisudawati (Universita Negeri Semarang: 2005).
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Komunikasi Intern
Terhadap Semangat Kerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah”. Metode yang digunakan
regresi linier sederhana dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa

hasil deskriptif persentase dapat diketahui variabel

komunikasi intern

yang terdiri dari komunikasi kebawah,

komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal, meskipun belum
maksimal dapat dikatakan baik sedangakan variabel semangat
kerja terdiri dari disiplin kerja, kerja sama dan tanggung jawab,
yang juga belum maksimal, dalam hal ini juga dapat dikategorikan
baik.

2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka

konseptual

merupakan

model

tentang

bagaimana

teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah.
Dari penelitian ini maka variable yang diteliti antara lain:

1. Variabel bebas (X)
Variabelam variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai
penyebab atau pendahulu dari variabel-variabel lain. Yang termasuk
dalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi
Organisasi.

32
Universitas Sumatera Utara

2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang diduga atau dipengaruhi oleh
variabel yang mendahuluinya. Yang termasuk variabel terikat dalam
penelitian ini adalah semagat kerja dan kinerja karyawan.

Gambar 2.1
Kerangkan Konseptual Penelitian

Semangat Kerja
(Y1)
Komunikasi Organisasi
(X1)
Kinerja (Y2)

33
Universitas Sumatera Utara