KONSEP PENGASUHAN DAN PENDIDIKAN ANAK DA

KONSEP PENGASUHAN DAN PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

A.

Pendahuluan
Realita yang sudah tak asing lagi ditelinga kita adalah narkoba melanda anak

muda. Pergaulan bebas sudah seperti jamur yang tumbuh subur di negeri yang yang
kaya akan hasil alamnya ini. Tawuran antar pelajar merupakan hal biasa yang katanya
“Gak keren Bro kalo ga tawuran”. Melihat fenomena tersebut malah membuat orang
tua menjadi resah, guru kehilangan jurus, petugas keamanan mati kutu, masyarakat
pun tercekam. Mau jadi apa anak-anak kita nanti?
Anak merupakan karunia sekaligus ujian bagi orang tua. Mendidik mereka
menjadi sebuah amanah terbesar dan terberat yang harus dipikul orang tua. Punya
anak yang saleh dan salehah merupakan harapan setiap orang tua, tetapi untuk
mencapainya bukanlah diperoleh dengan cara yang instan.
Berkaitan dengan hal itu, Allah berfirman dalam surah al-Tahrîm ayat 6 yang
bunyinya :

   
    

  
     
   
 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.

1

2

Beranjak dari fenomena diatas dalam bahasan kali ini menarik untuk
didiskusikan bersama bagaimana sebenarnya dan seharusnya pengasuhan dan
pendidikan anak dalam islam agar kedepannya tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan dan kita sebagai orang tua benar-benar mengamalkan apa yang
diperintahkan Allah seperti dalam firman-Nya surah al-Tahrîm ayat 6 diatas.
B.


Pengertian Pengasuhan dan Pendidikan Anak Dalam Islam
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan adalah proses, perbuatan,

atau cara mengasuh.1 Mengasuh dalam bahasa arab berasal dari akar kata

‫ن‬
‫ح ن‬
‫ين ح‬
‫ض ن‬

–‫ن‬
‫ح ن‬
‫ن‬
‫ض ن‬

yang artinya asuh, mengasuh.2 Mengasuh anak adalah menjaga orang yang

belum mampu mandiri mengurus urusannya sendiri, mendidik, menjaganya dari hal
yang merusak atau pun yang membahayakannya.3
Beranjak dari hal itu dan melihat dalam kamus besar bahasa Indonesia

pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan;
proses perbuatan, cara mendidik.4 Dalam bahasa arab pendidikan berasal dari akar
kata ‫ة‬
‫ ت نحرب بي ي ة‬yang artinya didik, pendidikan.5 Apabila istilah tarbiyah diambil dari fi’il
madhi-nya (rabbayânî) maka ia mempunyai arti memproduksi, mengasuh,
menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara,
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 1990, Cet-3, h. 54.
2Rusyadi, dkk, kamus Indonesia-Arab, Jakarta, Rineka Cipta, 1995, Cet-1, h. 59.
3Salim et.al., Syarah Bulughul Maram Hadits Hukum-Hukum Islam, Surabaya, Halim Jaya,
2005, h. 702.
4Departemen…h. 204.
5Rusyadi…h. 211.

3

membesarkan, dan menjinakkan.6 Dalam alqur’an dapat ditemui tiga ayat yang
senada dengan istilah tersebut, yaitu: dalam surah al-Isra’:24 yang bunyinya: kamâ
rabbayânî shaghîra. Ayat ini menunjukkan pengasuhan dan pendidikan orang tua

kepada anak-anaknya baik jasmani maupun rohani. Dalam surah asy-Syu’ara:18 yang
bunyinya: alam nurabbika fina walîda. Ayat ini menunjukkan pengasuhan fir’aun
terhadap Nabi Musa sewaktu kecil akan tetapi hanya jasmani saja tidak untuk rohani.
Kemudian dalam surah al-Baqarah: 276 yang bunyinya: yamhullahurribâ wa yurbî
shadaqah. Ayat ini berkenaan dengan makna menumbuh kembangkan dalam
pengertian tarbiyyah seperti Allah menumbuh kembangkan sedekah dan menghapus
riba.7
Tidak banyak literatur yang penulis dapat tentang pengertian “pengasuhan”
anak. kalau dilihat dari kata “pengasuhan” berbeda dengan “pendidikan”, tetapi
sejauh penulis pahami dari pengertian yang ada maknanya sama saja, karena
pengasuhan itu merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang mana
didalamnya selain memberikan kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani juga
kebutuhan pendidikan. Artinya kalau boleh dikatakan “pengasuhan anak” maka sama
saja maknanya “pendidikan anak”.
C.

Konsep Pengasuhan Dan Pendidikan Anak Dalam Islam
Al-Qur’an telah menjelaskan bagaimana pendidikan anak dalam islam.

Dimulai dengan bagaimana orang tua berbicara dengan anak-anaknya. Seperti dalam

surah Luqman: 13 yang berbunyi:
6Muhammad al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung, Mizan, 1998, h.
66.
7Abdul Mujib,et al, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, kencana, 2006,Cet-1, h. 11-12.

4

     
      
 
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
Dalam ayat tersebut mengajarkan kepada orang tua agar berbicara dengan anak
dengan cara lemah lembut disertai dengan kasih sayang yang mendalam tanpa
memandangnnya dengan penuh kebencian. Diharuskan juga ketika orang tua
menyuruh ataupun melarang harus menggunakan argumentasi logis, misalnya ayah
atau ibu melarang anak untuk tidak kebut-kebutan dijalan karena itu dapat
membahayakan dirinya dan tentunya membuat orang tua khawatir, lebih baik pergi

kepengajian dimesjid lebih mendapat pahala dari pada melakukan hal yang tidak
bermanfaat dijalanan.8
Orang tua dalam mendidik anaknya harus dengan benar, jangan dibiarkan
begitu saja karena anak merupakan amanah yang diberikan Allah kepada orang tua.
Maka dari itulah mendidik anak harus dengan baik dan benar sesuai tuuntunan alQur’an. Pada masa sekarang para orang tua dengan bangganya memberikan
pendidikan kepada anaknya sampai jenjang yang tinggi dan mendapat gelar sarjana.
Hal itu bisa saja orang tua lakukan dengan tujuan untuk menunjang kemaslahatan
kehidupan duniawinya akan tetapi jangan lupa pendidikan kemaslahatan kehidupan
akhiratnya kelak. Seperti Rasulullah ajarkan kepada kita bahwa pendidikan itu
8Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak (Terj. Tarbiyyah ath-Thifl fi ar-Ru’yah al
Islamiyyah Beirutal-Bi’tsah1992, cet-1), Jakarta, lentera, 2008, Cet-7, h. 216.

5

sebenarnya ada tiga yaitu: ayat yang pasti, sunnah yang benar, dan kewajiban yang
harus dilakukan. Ayat yang pasti itu maksudnnya seperti ilmu tauhid, ushuluddin,
kajian-kajian tentang sang pencipta. Sunnah yang benar seperti hal-hal yang berkaitan
dengan keikhlashan, ilmu tentang kemuliaan manusia dan kehinaannya, cara
mendapatkan kemuliaan dan menghindari dari kehinaan. Kewajiban yang harus
dilakukan seperti ilmu-ilmu fiqih. Sedangkan ilmu-ilmu yang lainnya hanyalah

pelengkap saja seperti ilmu-ilmu umum sampai mendapat gelar professor hanyalah
untuk ilmu pelengkap demi kemaslahatan anak kelak.
Sebagai orang tua yang ingin benar-benar mendidik anaknya agar menjadi
manusia dan muslimin yang berada dalam garis ajaran islam bisa menerapkan ajaranajaran Luqman dalam al-Qur’an yang insyaAllah anak yang kita didik tidak akan
keluar dari koridor islam. Dikatakan demikian karena ajaran-ajaran Luqman yang
ditawarkan ini merupakan bersumber dari sumber asli yakni al-Qur’an.
Pertama, perintah untuk mensyukuri ni’mat dalam surah Luqman ayat 12
yang bunyi ayatnya adalah:

    
      
      
 

Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji".


6

Dalam tafsir Ibnu Katsir menurut cerita yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Abi
Arubah, dari Qatadah tentang firman Allah dalam ayat ini menerangkan bahwa Allah
telah memberikan pemahaman, pengetahuan dan ta’bir mimpi kepada Luqman
tentang islam padahal dia bukan seorang Nabi dan tidak diberikan wahyu. Allah
memerintahkan kepadanya untuk bersyukur kepada Allah atas apa yang telah
diberikan, dianugerahkan dan dihadiahkan oleh-Nya berupa keutamaan yang hanya
dikhususkan kepadanya, tidak kepada orang lain yang sejenis di masanya. Apabila
bersyukur kepada Allah maka manfaat dan pahalanya hanya akan kembali kepada
orang-orang yang bersyukur itu sendiri. Barang siapa yang tidak bersyukur kepada
Allah maka hal itu tidak membahayakan-Nya sekalipun seluruh penghuni alam ini
mengkufuri-Nya karena sesungguhnya Allah Maha Kaya dari hamba-hamba-Nya9.
Kedua, perintah untuk tidak menyekutukan Allah dalam surah Luqman ayat
13 yang bunyi ayatnya adalah:

     
      
 


Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
9Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubâbut Tafsîr Min Ibni
Katsîr (Terj. Tafsir Ibnu Katsir, oleh Abdul Ghoffar, et al, Bogor, Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2008, cet5 jilid 6, h. 399), Mu-assasah Dâr al-hilâl Kairo, cet-1, 1994.

7

Asbabun Nuzul ayat 13 dalam surah ini adalah: dari ‘alqamah ra., dari ‘abdullah
ra., dia berkata , “tatkala turun QS. Al-An’âm: 82, kalangan sahabat bertanya, ‘siapa
diantara kita yang tidak berbuat zalim terhadap dirinya?’ lalu turunlah ayat ini.” (HR.
Bukhârî)10
Dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan bahwa Luqman memberikan wasiat
kepada putranya yang bernama Tsaran yang merupakan orang yang paling dikasihi
dan dicintainya. Ini merupakan wasiat yang paling utama yakni untuk beribadah
kepada Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya karena sesungguhnya syirik
(mempersekutukan Allah) merupakan kezhaliman terbesar.11 Dalam surah al-An’âm
ayat 82 juga disebutkan hal yang sama untuk tidak menyekutukan-Nya, yang bunyi
ayatnya:


   
…  

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka

dengan kezaliman (syirik)…”
Selain surah al-An’âm ayat 82, juga ditemukan dalam surah al-Isrâ’ ayat 23.
Dalam ayat tersebut diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan berbakti
pada Ibu-Bapak, yang bunyi ayatnya:

     
…  

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya…”

10Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an, Jakarta, Maghfirah pustaka, 2009, Cet-4 Des, h. 412.

11Abdullah…OP.Cit., h. 401.

8

Selain ayat tersebut masih banyak lagi ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan
hal tersebut. Selain ayat al-Qur’an tentunya hadits juga mendukung larangan syirik,
bunyi haditsnya:

،‫ن‬
‫قي د ن‬
‫ن ب‬
‫حد دث ننناَ ب ن ب‬
‫ ن‬،‫ة‬
‫ ن‬،‫ي‬
‫حد دث ننناَ ال ح ن‬
‫ن‬
‫حد دث ننناَ ن‬
‫سنناَ ن‬
‫سبعيد ن ب ح ن‬
‫حوحط ب ي‬
‫جاَب برن ال د‬
، ‫كيم ن‬
‫منعاَوبي ن ن‬
‫ح ب‬
‫ن ن‬
‫ن ن‬
‫ن ين ح‬
‫ن ن‬
‫ عن ح‬، ‫ي‬
‫طاَئ ب ي‬
‫عن ح‬
‫ة بح ب‬
‫حنيىَ ب ح ب‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
َ‫ي صلى‬
‫كيم ن نر ب‬
‫ح ب‬
‫ن أببيهب ن‬
‫ أن د ن‬، ‫ه‬
‫ه ع نن ح ن‬
‫ي الل د ن‬
‫ه أنتىَ الن دب ب د‬
‫ض ن‬
‫عن ح‬
‫ن‬
‫سل ن ن‬
‫سو ن‬
‫قاَ ن‬
‫ك‬
‫ فن ن‬، ‫الله عليه وسلم‬
‫ماَ أحر ن‬
‫ نياَ نر ن‬: ‫ل‬
‫ ب ب ن‬، ‫ل اللهب‬
‫شرب ن‬
‫نرب ينناَ ؟ نقاَ ن‬
‫ك ب بهب ن‬
‫ه ت ننعاَنلىَ ل ت ن ح‬
، َ‫شي حئئا‬
‫ ت نعحب ند ن الل د ن‬: ‫ل‬
‫ ونت نؤ حبتي الدز ن‬، ‫صلَّة ن‬
‫ ونك ن ي‬، ‫كاَة ن‬
َ‫سل بم ب ع ننلى‬
‫ونت ن ب‬
‫م ح‬
‫ل ال ح ن‬
‫قي ن‬
‫م ال د‬
‫ذا دين ن ن‬
‫ف ن‬
‫ك‬
‫ن ي نك ح ب‬
‫ هن ن ب ن‬، ‫م‬
‫ح ب‬
‫ نياَ ن‬، ‫م‬
‫م ن‬
‫حدر ة‬
‫م ح‬
‫ك أي حن ن ن‬
‫كي ن‬
‫سل بم ب ن‬
‫ال ح ن‬
‫ماَ ت نك ن ح‬
Ketiga, berterima kasih kepada orang tua surah Luqman ayat 14 yang bunyi

ayatnya adalah:

    
     
     
 

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
Ibu-Bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kembalimu”.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan agar berbuat baik pada kedua orang tua,
yang mana ibunya mengandung dalam keadaan lemah. Menurut Mujahid berkata:
“beratnya kesulitan mengandung anak” sedangkan menurut Qatadah berkata:
“keberatan demi kebeatan”. Setelah melahirkan yakni mengasuh dan menyusuinya

9

selama dua tahun kalau memang ingin menyempurnakannya. Allah menyebutkan
(dalam ayat ini) pengasuhan seorang ibu, kelelahan dan kesulitannya saat menjaganya
diwaktu siang dan bahkan harus bergadang malam hari hanya untuk merawat bayi
yang tidak punya daya apa-apa karena begitu besar cintanya pada buah hati maka dari
itulah Allah memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orang
tuanya.12
Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim yang senada dengan hal ini.

‫عن أبي هريرة عن النبي صلىَ الله عليه و سلم‬
‫قاَل ليجزي ولد والده إل أن يجده مملوكاَ فيشتريه‬
‫فيعتقه‬
Artinya: Dari Abu hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “seorang tidak
dapat membalas budi kedua orang tuanya, kecuali jika mendapatkan orang tuanya
menjadi budak, kemudian ia membeli dan memerdekakannya.”13
Keempat, bila orang tua musyrik maka tetap saja baik dalam urusan dunia
saja dalam surah Luqman ayat 15 yang bunyi ayatnya adalah:

      
      
    
      
    
 

Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
12Abdullah…ibid, h. 402.
13Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syarah Riyadush Shalihin, Jakarta, Darus Sunnah
Press, 2009, Cet-2, h. 498.

10

ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku
lah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”.
Ayat ini menjelaskan bahwa jika kedua orang tua memaksakan agamanya
(selain islam), maka janganlah (kamu) menerimanya dan itu pun tak boleh
menghalangimu untuk berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf (baik)
dan tetap ikuti orang-orang yang kembali kepada Allah.14
Kelima, menanamkan pada anak bahwa akan adanya balasan akhirat dalam
surah Luqman ayat 16 yang bunyi ayatnya adalah:

     
      
     
      

Artinya: (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,

niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah
Maha Halus lagi Maha mengetahui.
Tafsir ayat ini adalah suatu perbuatan seberat biji sawi yaitu kezhaliman dan
kesalahan sekalipun seberat biji sawi, niscaya Allah akan membalasnya. Allah akan
menghadirkannya pada hari kiamat ketika Dia mendirikan timbangan keadilan serta
membalasnya. Jika kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan jika keburukan maka
akan dibalas dengan keburukan. Senada dalam surah al-Anbiyâ’: 47 yang bunyi
ayatnya:

   
…     

14Abdullah…Op.Cit., h. 402.

11

Artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka
Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun…”
Sekalipun biji sawi itu terlindungi dan terhalang di dalam batu besar hitam atau
di tempat terasing jauh di ujung langit dan bumi, sesungguhnya Allah akan
menghadirkannya karena tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dan tidak ada satu
biji dzarrah pun yang ada di langit dan di bumi yang terluput dari-Nya. Allah Maha
Halus ilmu-Nya sehingga tak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya, sekalipun
kecil, halus dan lembut.15
Keenam, perintah shalat, amar ma’ruf nahi munkar, dan sabar dalam surah
Luqman ayat 17 yang bunyi ayatnya adalah:

   
    
       
   

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
Dalam ayat ini Luqman menyuruh anaknya agar mendirikan shalat dengan
menegakkan batas-batasnya, melakukan fardhu-fardhunya dan menetapkan waktuwaktunya. Menyuruh (manusia) mengerjakan yang baik dan mencegah dari perbuatan
yang munkar sesuai dengan kemampuan dan kesungguhanmu. Bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu karena orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar pasti

15Abdullah…ibid, h. 404.

12

akan mendapat gangguan dari manusia, maka dia memerintahkannya untuk
bersabar.16
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim adalah perintah untuk
mendirikan shalat, bunyi haditsnya:

َ‫فقد حدثناَه أبو الحسن أحمد بن محمد العنزي ثنا‬
‫عثماَن بن سعيد الدرامي ثناَ النفيلي ثناَ زهير و غيره‬
‫عن سليماَن التيمي عن أنس بن ماَلك رضي الله‬
‫ كاَن آخر وصية رسول الله صلىَ الله‬: ‫عنه قاَل‬
‫ الصلَّة الصلَّة‬: ‫عليه و سلم حين حضره الموت‬
‫مرتين و ماَ ملكت أيماَنكم و ماَ زال يغرغر بهاَ في‬
‫صدره و ماَ يفيض بهاَ لساَنه‬
Artinya: “Wasiat terakhir Rasulullah saw menjelang wafat adalah: Shalat…!
Shalat…! Dua kali dan budak-budak yang kalian miliki. Kalimat itulah
yang terus keluar masuk dadanya dan digerak-gerakkan lisannya.”17
Hadits tentang amar ma’ruf nahi munkar yang tak asing lagi kita dengar yang
mana diriwayatkan Muslim, bunyi haditsnya:

‫ سمعت‬: ‫عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قاَل‬
‫ من‬: ‫رسول الله صلىَ الله عليه وآله وسلم يقوم‬
‫رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع‬
‫فبلساَنه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف‬
‫ رواه مسلم‬.‫اليماَن‬
16Abdullah…ibid, h. 404.
17Adnan Hasan Shalih Baharits, Mas’ûliyyatul Abilmuslimi fi Tarbiyatil Waladi (Terj.
Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, Jakarta, Gema Insani Press, 1996, Cet-1, h. 105),
Jeddah-Saudi Arabia, Darul Mujtama, 1991, Cet-2.

13

Artinya: “Dari Abi Said al-Khudri ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda, “barang siapa melihat yang kemungkaran maka hendaklah ia
mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan
lisannya, jika ia tidak mampu maka dengan hatinya, yang demikian itu
adalah selemah-lemahnya iman.”18
Selanjutnya hadits tentang perintah sabar, diriwayatkan Muslim, bunyi
haditsnya adalah:

‫ ول ينزع من‬، ‫إن الرفق ل يكون في شيء إل زانه‬
‫ رواه مسلم‬. ( ‫شيء إل شاَنه‬
Artinya: “Sesungguhnya tidak ada kelembutan pada sesuatu hal kecuali dia akan
menghiasinya, dan tidaklah ia tercabut dari suatu hal melainkan akan
mencorengnya.” 19

Ketujuh, untuk tidak berlaku sombong dalam surah Luqman ayat 18-19 yang
bunyi ayatnya adalah:

      
       
     
       
  
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
18Muhammad bin Shalih al-Utsaimin…Op.Cit., h. 121.
19Muhammad bin Shalih al-Utsaimin…Op.Cit., h.. 978.

14

membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.
Tafsir ayat ini adalah bahwa dia (Luqman) berkata: janganlah engkau palingkan
wajahmu dari manusia jika engkau berkomunikasi dengan mereka atau mereka
berkomunikasi denganmu karena merendahkan mereka atau karena kesombongan,
akan tetapi merendahlah dan maniskanlah wajahmu terahadap mereka. Janganlah
kamu sombong, takabbur, otoriter, dan (menjadi) pembangkang. Jikalau engkau
lakukan hal itu maka Allah pasti akan memurkaimu, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan bangga pada diri sendiri serta sombong
pada orang lain. Dalam berjalan juga harus secara sederhana, tidak terlalu lambat dan
tidak terlalu cepat, akan tetapi adil dan pertengahan. Juga dalam hal berbicara
janganlah berlebihan dan jangan mengeraskan suara pada sesuatu yang tidak
bermanfaat. Keterlaluan mengangkat suara disamakan dengan keledai dalam
ketinggian dan kekerasannya dan disamping itu kekerasan suara tersebut merupakan
hal yang dimurkai Allah. Penyerupaan suara ini dengan keledai menjadi konsekuensi
logis keharaman dan ketercelaannya yang sangat keras.20
Hadits yang berkenaan dengan larangan sombong, yang diriwayatkan
Muttafaqun ‘alaih:

‫حدثناَ محمد بن أحمد بن أبي خيثمة قاَل وجدت في‬
‫كتاَب جدي بخطه ثناَ إسماَعيل بن أباَن حدثني‬
‫ عن حاَرثة بن وهب و‬: ‫مسعر ثناَ معبد بن خاَلد‬
20Abdullah…ibid, h. 405.

15

‫المستورد الفهري قاَل قاَل رسول الله صلىَ الله‬
‫ أل أخبركم بأهل الجنة ؟ كل ضعيف‬: ‫عليه و سلم‬
‫متضعف لو أقسم علىَ الله لبره أل أخبركم بأهل‬
‫الناَر ؟ كل عتل جواظ مستكبر‬
Artinya: “Dari Haritsah bin Wahab ra, dia berkata, “Saya pernah mendengar
Rasulullah saw bersabda,” maukah kamu saya beritahukan tentang
penghuni neraka? Mereka adalah orang yang kaku dan kasar, berakhlak
sangat buruk dan sombong.”

D.

Penutup
Konsep yang ditawarkan oleh pendidikan islam hanya mempunyai satu tujuan

yakni menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah SAW dan tak perlu
dinyatakan lagi bahwa totalitas agama islam tidak membatasi pengertian ibadah
hanya pada shalat, puasa ataupun haji semata, akan tetapi karya yang dilakukan
seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah. Begitu pula
dengan pendidikan anak dalam islam yang diterapkan, apakah seperti Luqman
terhadap anaknya ataukah pendidikan umum yang dikenyam banyak orang pada saat
ini sampai jenjang perguruan tinggi yang mana inti dari kesemuanya itu diniatkan
untuk Allah semata, jadi pendidikan yang bagaimanapun (yang bermanfaat)
merupakan ibadah.

16