LABURAN ASPAL SATU LAPIS DAN LABURAN ASPAL DUA LAPIS
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jalan adalah sarana transportasi darat yang sangat penting dalam menumbuhkan, mendukung,
dan memperlancar laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Di ruas jalan yang akan
dilaksanakan pekerjaan konstruksi lapis penetrasi dan laburan aspal dua lapis (burda), dimana
pekerjaan ini termasuk pada Pekerjaan lapis penetrasi macadam (lapen) ini terdiri dari
agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal
dengan cara disiramkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen biasanya
diberi taburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervariasi dari 4-10 cm. Pekerjaan
ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi
dan penyedia instalasi campuran aspal sulit dilaksanakan akibat situasi ligkungan.
Sedangkan laburan aspal dua lapis (burda) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Ruas ini dilakukan
pekerjaan lapis penetrasi dan burda karena kondisi
aspal yang lama sudah amblas dan adanya retak pada jalan.
Tujuan
Tujuan analisa adalah :
Agar ahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut mengenai Burtu dan Burda
Ruang Lingkup
Laporan mencakup materi – materi mengenai leburan satu lapis(burtu) dan leburan dua lapis
(burda) yang di dapatkan dari sumber yang di kumpulkan dan di kaji lebih lanjut untuk dibuat
suatu makala.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini mempunyai alur penulisan
yang menyempit. Untuk menjamin adanya hubungan dalam laporan ini, dibuat
berurutan dari standar nasional indonesia sampai materi studi kasus menjadi pokok dalam
penulisan laporan ini.
Garis besar pelaporan yang akan dijadikan sebagai acuan pembuatan laporan
yang diuraikan dalam 4 bagian (bab) yang sistematikanya sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang pemilihan topik materi
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teori yang digunakan berasal dari internet, jurnal, atau langsung dari sumbernya.
3. BAB III PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan materi perkuliahan budtu dan burda dari beberapa aspek dan
klasifikasinya.
4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari perbandingan jenis lapisan perkerasan. Saran yang diberikan
tentang penggunaan Burtu dan Burda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang dapat
terdiri dari laburan satu atau dua lapis, setiaplapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup
dengan butiran agregat (chipping).
Pelaburan aspal ini umumnya dihampar di atas lapis pondasi agregat kelas A yang sudah
diberilapis resap pengikat, atau di atas suatu permukaan aspal lama.
Pelaburan aspal yang akan digunakan pada konstruksi perkerasan jalan harus melalui tahapan
klasisfikasi meterial, maumpun spesifikasinya.
Spesifikasi material peleburan aspal dibedakan sesuai dengan leburan aspal satu lapis dan
leburan aspal dua lapis.
Adapun metode pelaksanaan peleburan aspal satu lapis dan peleburan aspal dua lapis ini
hampir sama, dan dapat dijelaskan lebih lanjut pada Bab III.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN
laburan aspal satu lapis (BURTU) adalah
lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dibaturi dengan satu lapis agregat bergradasi
seragam (tebal maksimum 20 mm)
Laburan aspal dua lapis (BURDA) adalah
lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali
secara berurutan.
PENGERTIAN MENURUT SNI 03-3979-1995 dan SNI 03-3980-1995
1) laburan aspal satu lapis (BURTU) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan
aspal dibaturi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam (tebal maksimum 20 mm);
2) indek kepipihan (flakiness index) adalah berat total agregat yang lolos slot
(celah) dibagi dengan berat total agregat yang tertahan pada ukuran nominal tertentu;
3) ukuran nominal agregat adalah besar ukuran agregat yang dominan pada suatu
gradasi tertentu; contoh ukuran nominal 20 mm adalah jumlah agregat yang lewat
saringan 19,1 mm dan tertahan saringan 12,7 mm sebanyak minimum 70%;
4) ukuran tebal rata-rata agregat (average leas tdimension) adalah ukuran agregat
terkecil rata-rata yang diukur di laboratorium dengan index kepipihan;
5) ukuran panjang rata-rata agregat (average great dimension) adalah ukuran
agregat terbesar rata-rata yang diukur di laboratorium dengati panjang rata-rata;
6) RC (rapid curing), adalah aspal cair yang berupa cairan antara aspal semen
dengan pelarut jenis premium yang mempunyai daya menguap tinggi;
7) MC (medium curing) adalah aspal cair yang berupa campuran antara aspal semen
dengan minyak tanah yang mempunyai daya menguap sedang;
8) Nozel adalah lobang untuk keluarnya aspal pada penyemprot aspal.
9) Laburan aspal dua lapis (BURDA) adalah lapisan penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan.
10) Ukuran nominal agregat adalah besar ukuran agregat yang dominan pada suatu
gradasi tertentu; contoh ukuran nominal 20 mm adalah jumlah agregat yang lewat
saringan 19,1 mm dan tertahan saringan 12,7 mm sebanyak minimum 70%.
11) aspal cair adalah aspal yang pada suhu normal dari tekanan atmosfir berbentuk cair.
12) aspal semen atau aspal keras adalah suatu aspal minyak yang didapat dari
residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara.
13) aspal emulsi adalah aspal cair yang berupa campuran pelarut antara aspal
semen, air dan bahan pengemulsi.
3.2 TATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL
3.2.1 LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU)
3.2.1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para
pelaksana,pengawas lapangan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam
pelaksanaan pelapisan jalan dengan laburan aspal satu lapis (BURTU) dan permukaan jalan
dengan laburan aspal dua lapis (BURDA).
Tujuan
Tujuan tatu cara ini adalah :
1) untuk menyeragamkan cara pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan
laburan aspa lsatu lapis agar diperoleh basil yang memenuhi persyaratan dan
ketentuan;
2) untuk menghemat waktu pelaksanaan dan menghemat pemakaian bahan.
3.2.1.2 PERSYARATAN-PERSYARATAN
Bahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Untuk pekerjaan ini diperlukan agregat dan aspal;
2) Bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi ketentuan
yang berlaku;
3) Sebelum memulai pekerjaan, terlebih dahulu harus disiapkan persediaan material
secukupnya sehingga setiap saat dibutuhkan selalu tersedia;
4) Bahan tambah (additive) sebagai bahan anti pengelupasan dapat ditambahkan (dicampur)
dengan aspal.
3.2.1.3 PERALATAN
Peralatan yang digunakan, sebagai berikut :
1. Peralatan di tempat penyimpanan bahan
1) Ketel aspal;
2) Kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor;
3) Tongkat celup (dipstick); untuk mengukur volume;
4) Timbangan truk (truck scales);
5) Loader;
6) Skop, pahat dan alat bantu lainnya.
2. Peralatan di lapangan
1) Pembersih permukaan jalan (kompresor, power broom);
2) Penyemprot aspal : aspal distributor, semprotan tangan (hand sprayer);
3) Penebar agregat penutup (chip, spreader);
4) Truk jungkit (dump truck);
5) Pemadat roda karet (pneumatic tyre roller);
6) Kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk dan alat bantu lainya.
3.2.1.4 PELAKSANAAN
Pelaksanaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1) Keselamatan para pelaksana dan pengawas serta masyarakat yang sedang berada dalam
daerah pekerjaan;
2) Lingkungan pekerjaan harus bersih;
3) Kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan;
4) Pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik;
5) Penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada malam hari;
6) Efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan
normal sesuai kapasitas alat.
3.2.1.5 KETENTUAN - KETENTUAN
Bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Agregat harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kuat, kering,
bersudut, berukuran seragam dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :
(1) keausan dengan mesin Los Angeles 500 putaran < 40% sesuai SNI 03-24171991 Metode Pengujian Keausan Agregat untuk Jalan dengan Mesin Los
Angeles;
(2) kelekalan terhadap aspal > 95% sesuai SNI 03-24391991, Metode Pengujian
Kelekatan Agregat Terhadap Aspal;
(3) perbandingan antara ukuran terbesar rata-rata (AGD) terhadap ukuran
terkecil rata-rata (ALD) dari agregat harus < 2,3;
2) gradasi agregat harus berada dalam batas-batas yang sesuai dengan ukuran
nominal agregat;
3) pemilihan ukuran agregat sesuai dengan perencanaan, tergantung jenis lapis
permukaan yang ada dan volume lalu lintas per hari per jalur;
4) aspal yang digunakan sebaga ibahan pengikat dapat berupa aspal keras pen
80/100, aspal cair (RC, MC), aspal emulsi kationik (CRS-l, CRS-2), yang
memenuhi ketentuan yang berlaku;
5) bila menurut perencana diperlukan bahan tambah sebagai bahan anti
pengelupasan; dengan jumlah/takaran penggunaan tertentu harus dicampur
dengan aspal di dalam tangki distributor selama 30 menit untuk menghasilkan
campuran yang seragam.
3.2.1.6 PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang harus dilakukan adalan sebagai berikut :
1) agregat yang harus digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal,
abrasi, dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) untuk jalan baru, lapis resap ikat (primr coat) harus diperiksa jumlah dan
kerataannya;
3) untuk jalan lama, lapis ikat (tack coat) sudah diperhitungkan pada penyemprotan
aspal pertama;
4) temperatur aspal pada tangki aspal distributor harus selalu diperiksa supaya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
5) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup atau
dengan meletakkan kertas yang berat clan ukurannya sudah diketahui, di atas permukaan
yang akan disiram, penambahan atau pengurangan jumlah aspal perlu
dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan;
6) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat
dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat;
7) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan
dilakukan;
8) sambungan penyemprotan aspal arah memanjang selebar 20 cm harus diperiksa,
tidak boleh dihampar agregat penutup, sehingga penyemprotan tumpang tindih
dilakukan dari jalur sebelahnya
3.2.1.7 CARA PENGERJAAN
1.
2.
3.
4.
Persiapan Lapangan
Pengangkutan
Percobaan Penghamparan Agregat (Proof Section)
Penghamparan
Penyiraman aspal
Penebaran Agregat
Pemadatan dan Penyapuan
sesuaikan dengan jenis aspal pengikat yang digunakan, untuk pembukaan lalu
lintas kecepatan normal, yaitu :
(1) aspal cair MC = 2 x 24 jam.
(2) aspal cair RC = 6 jam.
(3) aspal emulsi = 4 jam
(4) aspal keras = 4 jam.
3.2.2 LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA)
3.2.2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud
Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana,
pengawas lapangan, dan pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pelapisan
permukaan jalan dengan laburan aspal dua lapis (BURDA).
Tujuan
Tujuan tata cara ini adalah :
1) Untuk menyeragamkan cara pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan
laburan aspal dua lapis agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan.
2) Untuk menghemat waktu pelaksanaan dan menghemat pemakaian bahan.
3.2.2.2 PERSYARATAN-PERSYARATAN
Ikhwal yang dipersyaratkan, sebagai berikut :
Bahan
1) untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disiapkan agregat dan aspal;
2) bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi kebutuhan;
3) dalam pemilihan agregat, hendaknya dipertimbangkan agregat yang akan digunakan
merupakan agregat yang paling menguntungkan dalam penyerapan aspal;
4) sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu harus disiapkan persediaan bahan material,
sehingga setiap saat dibutuhkan selalu tersedia, hal ini dimaksudkan untuk menjamin
keseragaman bahan serta kesinambungan pekerjaan;
5) bahan tambah sebagai bahan anti pengelupasan dapat ditambahkan (dicampur)pada aspal
bila diperlukan
3.2.2.3 PERALATAN
a. Peralatan di tempat penyimpanan bahan
1) ketel aspal;
2) kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor;
3) tongkat berskala pengukur volume (dipstick);
4) timbangan truk (truck sales);
5) loader;
6) skop, pahat dan alat bantu lainnya.
b. Peralatan di Lapangan
1) pembersih permukaan jalan (compressor power broom);
2) penyemprot aspal (asphalt distributor, hand sprayer);
3) penebar agregat penutup (chip spreader);
4) truk jungkit (dump truck);
5) pemadat roda karet (pneumatic tyre roller);
6) kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk, dan alat bantu lainnya.
3.2.2.4 PELAKSANA
Pelaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) keselamatan para pelaksna dan pengawas serta masyarakat yang sedang berada
dalam daerah pekerjaan;
2) masalah lingkungan;
3) kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan;
4) pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik;
5) penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada
malam hari;
6) efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada
kecepatan normal
3.2.2.5 KETENTUAN-KETENTUAN
1) agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan terdiri dari agregat lapisan
pertama dan agregat lapis kedua;
2) agregat harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kuat dan awet,
bebas dari kotoran, lempung, debu atau bahan lain yang dapat mempengaruhi
penyelimutan aspal;
3) agregat harus kering, bersudut, berukuran seragam dan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan berikut :
(1) keausan dengan mesin Los Angeles 500 putaran lebih kecil 30% (SNI-24171991) Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles;
(2) kelekatan terhadap aspal lebih besar 95% (SNI-03-2439-1991), Metode Pengujian
Kelekatan Agregat Terhadap Aspal;
(3) perbandingan antara ukuran terbesar rata-rata (AGD) terhadap ukuran terkecil
rata-rata (ALD) dari agregat penutup harus lebih kecil 2.3;
4) gradasi agregat penutup harus berada dalam batas-batas yang sesuai dengan
masing-masing ukuran nominal agregat penutup;
5) pemilihan ukuran agregat penutup tergantung jenis dan kekerasan permukana
yang ada dan volume lalu lintas per hari perjalur;
6) aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat dapat berupa aspal keras pen
80/100, aspal cair (RC, MC), aspal emulsi kationik (CRS-1, CRS-2), yang harus
memenuhi ketentuan yang berlaku;
7) bila menurut pereneana diperlukan bahan tambah sebagai bahan anti
pengelupasan dengan jumlah penggunaan tertentu harus dicampur dengan aspal
didalam tangki distributor selama 30 menit untuk menghasilkan campuran yang
seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.2.2.6 PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang harus dilaksanakan sebagai berikut:
1) agregat yang digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal,abrasi
dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
2) untuk jalan baru, lapis resap ikat harus diperiksa jumlah dan kerataannya ;
3) untuk jalan lama lapis ikat, sudah diperrhitungkan pada penyemprotan aspal
pertama;
4) temperatur aspal pada aspal distributor harus selalu dijaga, supaya sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan ;
5) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup
(dipstick) atau dengan meletakkan kertas yang berat, dan ukurannya sudah
diketahui, di atas permukaan yang akan disiram; penambahan atau pengurangan
jumlah aspal perlu dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan;
6) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat
dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat;
7) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan
dilakukan;
8) periksa pada sambungan penyemprotan aspal arah memanjang selebar 20 cm
tidak bolehh dicampur agregat penutup, sehingga penyemprotan tumpang tindih
dilakukan dari jalur sebelahnya
3.2.2.7 CARA PENGERJAAN
1. Persiapan Lapangan
2. Pengangkutan
3. Percobaan Penghamparan Agregat
4. Penghamparan Lapis Pertama
Lakukan pekerjaan penghamparan yang meliputi penyiraman aspal dan penaburan agregat :
Penyiraman Aspal
Penebaran Agregat
Pemadatan dan Penyapuan
Penghamparan Lapis Kedua.
sesuaikan dengan jenis aspal pengikat yang digunakan, untuk pembukaan lalu lintas
kecepatan normal, yaitu :
(1) aspal cair MC = 2 x 24jam.
(2) aspal cair RC = 6 jam.
(3) aspal emulsi = 4 jam.
(4) aspal keras = 4 jam.
3.2.3 SPESIFIKASI BAHAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) DAN BAHAN
LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA)
Maksud
Spesifiikasi bahan laburan aspal satu lapis (Burtu) dan bahan laburan aspal dua
lapis (Burda) ini dimaksudkan sebagai acuan dalam menilai mutu aspal dan
agregat yang digunakan.
Tujuan
Tujuan spesifikasi ini adalah untuk menjamin keseragaman dan keawetan
laburan aspal satu lapis (BURTU) dan laburan dua lapis (BURDA).
Spesifikasi Bahan
Aspal yang dapat digunakan sebagai bahan BURTU atau BURDA adalah :
1) aspal keras jenis penetrasi 120/I50;
2) aspal cair jenis MC-800 dan MC-3000;
3) aspal em"lsi kationik jenis CRS-1 dasn CRS-2.
Catatan :
a) Sebagai alternatif, dapat digunakan kekentalan Saybolt Furol dengan persyaratan sebagai
berikut :
- Untuk MC-800 kekentalan Furol pada 82,2oC = 100 – 200 detik;
- Untuk MC-3000 kekentalan Furol pada 82,2oC = 300 – 600 detik;
b) Bila daktilitas pada suhu 250oC kurang dari 100, bahan dapat diterima kalau daktilitas
pada
15,5oC ≥ 100;
a) Agregat yang akan digunakan untuk BURTU adalah BURDA harus terdiri
dari batu pecah hasil mesin pemecah batu yang berukuran seragam
mendekati bentuk kubus;
b) Agregat yang akan digunakan untuk BURTU atau BURDA harus lebih
bersih, kuat, awet, sertabebas debu, lempung atau bahan lainnya yang
mengganggu pelekatan dengan aspal.
3.2.4 MATERIAL
1.AGREGAT
a. Agregat Penutup
- kerikil pecah atau batu pecah keras, awet,bersih, berbentuk kubikal
- keausan dengan mesin LA : maks 30%
kelekatan
: min 95 %
- min 90% kerikil pecah( tertahan sar. 4,75mm) punya 2 bidang pecah, AGD/ALDfiles>2010/05
http://www.ilmuteknik sipil.com>metodepelaksanaanlaburanaspaldualapis(burda)
pip2bdiy.com>nspm>(burtu)danbahanlaburanaspaldualapis(burda)
http://www.slideshare.net>basimwaheed>qasidaburdashareef
www.wikipedia.org
Lampiran
PENGHAMPARAN
AGREGAT
PENGHAMPARAN BAHAN
PEREKST ASPAL DENGAN
AGREAGAT
PENGHAMPARAN AGREGAT LEBURAN ASPAL
SATU LAPIS
PENGHAMPARAN
PEMADATA
LEBURAN ASPAL
DUA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jalan adalah sarana transportasi darat yang sangat penting dalam menumbuhkan, mendukung,
dan memperlancar laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Di ruas jalan yang akan
dilaksanakan pekerjaan konstruksi lapis penetrasi dan laburan aspal dua lapis (burda), dimana
pekerjaan ini termasuk pada Pekerjaan lapis penetrasi macadam (lapen) ini terdiri dari
agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal
dengan cara disiramkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen biasanya
diberi taburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervariasi dari 4-10 cm. Pekerjaan
ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi
dan penyedia instalasi campuran aspal sulit dilaksanakan akibat situasi ligkungan.
Sedangkan laburan aspal dua lapis (burda) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Ruas ini dilakukan
pekerjaan lapis penetrasi dan burda karena kondisi
aspal yang lama sudah amblas dan adanya retak pada jalan.
Tujuan
Tujuan analisa adalah :
Agar ahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut mengenai Burtu dan Burda
Ruang Lingkup
Laporan mencakup materi – materi mengenai leburan satu lapis(burtu) dan leburan dua lapis
(burda) yang di dapatkan dari sumber yang di kumpulkan dan di kaji lebih lanjut untuk dibuat
suatu makala.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini mempunyai alur penulisan
yang menyempit. Untuk menjamin adanya hubungan dalam laporan ini, dibuat
berurutan dari standar nasional indonesia sampai materi studi kasus menjadi pokok dalam
penulisan laporan ini.
Garis besar pelaporan yang akan dijadikan sebagai acuan pembuatan laporan
yang diuraikan dalam 4 bagian (bab) yang sistematikanya sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang pemilihan topik materi
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teori yang digunakan berasal dari internet, jurnal, atau langsung dari sumbernya.
3. BAB III PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan materi perkuliahan budtu dan burda dari beberapa aspek dan
klasifikasinya.
4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari perbandingan jenis lapisan perkerasan. Saran yang diberikan
tentang penggunaan Burtu dan Burda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang dapat
terdiri dari laburan satu atau dua lapis, setiaplapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup
dengan butiran agregat (chipping).
Pelaburan aspal ini umumnya dihampar di atas lapis pondasi agregat kelas A yang sudah
diberilapis resap pengikat, atau di atas suatu permukaan aspal lama.
Pelaburan aspal yang akan digunakan pada konstruksi perkerasan jalan harus melalui tahapan
klasisfikasi meterial, maumpun spesifikasinya.
Spesifikasi material peleburan aspal dibedakan sesuai dengan leburan aspal satu lapis dan
leburan aspal dua lapis.
Adapun metode pelaksanaan peleburan aspal satu lapis dan peleburan aspal dua lapis ini
hampir sama, dan dapat dijelaskan lebih lanjut pada Bab III.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN
laburan aspal satu lapis (BURTU) adalah
lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dibaturi dengan satu lapis agregat bergradasi
seragam (tebal maksimum 20 mm)
Laburan aspal dua lapis (BURDA) adalah
lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali
secara berurutan.
PENGERTIAN MENURUT SNI 03-3979-1995 dan SNI 03-3980-1995
1) laburan aspal satu lapis (BURTU) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan
aspal dibaturi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam (tebal maksimum 20 mm);
2) indek kepipihan (flakiness index) adalah berat total agregat yang lolos slot
(celah) dibagi dengan berat total agregat yang tertahan pada ukuran nominal tertentu;
3) ukuran nominal agregat adalah besar ukuran agregat yang dominan pada suatu
gradasi tertentu; contoh ukuran nominal 20 mm adalah jumlah agregat yang lewat
saringan 19,1 mm dan tertahan saringan 12,7 mm sebanyak minimum 70%;
4) ukuran tebal rata-rata agregat (average leas tdimension) adalah ukuran agregat
terkecil rata-rata yang diukur di laboratorium dengan index kepipihan;
5) ukuran panjang rata-rata agregat (average great dimension) adalah ukuran
agregat terbesar rata-rata yang diukur di laboratorium dengati panjang rata-rata;
6) RC (rapid curing), adalah aspal cair yang berupa cairan antara aspal semen
dengan pelarut jenis premium yang mempunyai daya menguap tinggi;
7) MC (medium curing) adalah aspal cair yang berupa campuran antara aspal semen
dengan minyak tanah yang mempunyai daya menguap sedang;
8) Nozel adalah lobang untuk keluarnya aspal pada penyemprot aspal.
9) Laburan aspal dua lapis (BURDA) adalah lapisan penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan.
10) Ukuran nominal agregat adalah besar ukuran agregat yang dominan pada suatu
gradasi tertentu; contoh ukuran nominal 20 mm adalah jumlah agregat yang lewat
saringan 19,1 mm dan tertahan saringan 12,7 mm sebanyak minimum 70%.
11) aspal cair adalah aspal yang pada suhu normal dari tekanan atmosfir berbentuk cair.
12) aspal semen atau aspal keras adalah suatu aspal minyak yang didapat dari
residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara.
13) aspal emulsi adalah aspal cair yang berupa campuran pelarut antara aspal
semen, air dan bahan pengemulsi.
3.2 TATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL
3.2.1 LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU)
3.2.1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para
pelaksana,pengawas lapangan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam
pelaksanaan pelapisan jalan dengan laburan aspal satu lapis (BURTU) dan permukaan jalan
dengan laburan aspal dua lapis (BURDA).
Tujuan
Tujuan tatu cara ini adalah :
1) untuk menyeragamkan cara pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan
laburan aspa lsatu lapis agar diperoleh basil yang memenuhi persyaratan dan
ketentuan;
2) untuk menghemat waktu pelaksanaan dan menghemat pemakaian bahan.
3.2.1.2 PERSYARATAN-PERSYARATAN
Bahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Untuk pekerjaan ini diperlukan agregat dan aspal;
2) Bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi ketentuan
yang berlaku;
3) Sebelum memulai pekerjaan, terlebih dahulu harus disiapkan persediaan material
secukupnya sehingga setiap saat dibutuhkan selalu tersedia;
4) Bahan tambah (additive) sebagai bahan anti pengelupasan dapat ditambahkan (dicampur)
dengan aspal.
3.2.1.3 PERALATAN
Peralatan yang digunakan, sebagai berikut :
1. Peralatan di tempat penyimpanan bahan
1) Ketel aspal;
2) Kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor;
3) Tongkat celup (dipstick); untuk mengukur volume;
4) Timbangan truk (truck scales);
5) Loader;
6) Skop, pahat dan alat bantu lainnya.
2. Peralatan di lapangan
1) Pembersih permukaan jalan (kompresor, power broom);
2) Penyemprot aspal : aspal distributor, semprotan tangan (hand sprayer);
3) Penebar agregat penutup (chip, spreader);
4) Truk jungkit (dump truck);
5) Pemadat roda karet (pneumatic tyre roller);
6) Kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk dan alat bantu lainya.
3.2.1.4 PELAKSANAAN
Pelaksanaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1) Keselamatan para pelaksana dan pengawas serta masyarakat yang sedang berada dalam
daerah pekerjaan;
2) Lingkungan pekerjaan harus bersih;
3) Kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan;
4) Pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik;
5) Penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada malam hari;
6) Efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan
normal sesuai kapasitas alat.
3.2.1.5 KETENTUAN - KETENTUAN
Bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Agregat harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kuat, kering,
bersudut, berukuran seragam dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :
(1) keausan dengan mesin Los Angeles 500 putaran < 40% sesuai SNI 03-24171991 Metode Pengujian Keausan Agregat untuk Jalan dengan Mesin Los
Angeles;
(2) kelekalan terhadap aspal > 95% sesuai SNI 03-24391991, Metode Pengujian
Kelekatan Agregat Terhadap Aspal;
(3) perbandingan antara ukuran terbesar rata-rata (AGD) terhadap ukuran
terkecil rata-rata (ALD) dari agregat harus < 2,3;
2) gradasi agregat harus berada dalam batas-batas yang sesuai dengan ukuran
nominal agregat;
3) pemilihan ukuran agregat sesuai dengan perencanaan, tergantung jenis lapis
permukaan yang ada dan volume lalu lintas per hari per jalur;
4) aspal yang digunakan sebaga ibahan pengikat dapat berupa aspal keras pen
80/100, aspal cair (RC, MC), aspal emulsi kationik (CRS-l, CRS-2), yang
memenuhi ketentuan yang berlaku;
5) bila menurut perencana diperlukan bahan tambah sebagai bahan anti
pengelupasan; dengan jumlah/takaran penggunaan tertentu harus dicampur
dengan aspal di dalam tangki distributor selama 30 menit untuk menghasilkan
campuran yang seragam.
3.2.1.6 PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang harus dilakukan adalan sebagai berikut :
1) agregat yang harus digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal,
abrasi, dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) untuk jalan baru, lapis resap ikat (primr coat) harus diperiksa jumlah dan
kerataannya;
3) untuk jalan lama, lapis ikat (tack coat) sudah diperhitungkan pada penyemprotan
aspal pertama;
4) temperatur aspal pada tangki aspal distributor harus selalu diperiksa supaya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
5) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup atau
dengan meletakkan kertas yang berat clan ukurannya sudah diketahui, di atas permukaan
yang akan disiram, penambahan atau pengurangan jumlah aspal perlu
dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan;
6) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat
dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat;
7) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan
dilakukan;
8) sambungan penyemprotan aspal arah memanjang selebar 20 cm harus diperiksa,
tidak boleh dihampar agregat penutup, sehingga penyemprotan tumpang tindih
dilakukan dari jalur sebelahnya
3.2.1.7 CARA PENGERJAAN
1.
2.
3.
4.
Persiapan Lapangan
Pengangkutan
Percobaan Penghamparan Agregat (Proof Section)
Penghamparan
Penyiraman aspal
Penebaran Agregat
Pemadatan dan Penyapuan
sesuaikan dengan jenis aspal pengikat yang digunakan, untuk pembukaan lalu
lintas kecepatan normal, yaitu :
(1) aspal cair MC = 2 x 24 jam.
(2) aspal cair RC = 6 jam.
(3) aspal emulsi = 4 jam
(4) aspal keras = 4 jam.
3.2.2 LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA)
3.2.2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud
Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana,
pengawas lapangan, dan pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pelapisan
permukaan jalan dengan laburan aspal dua lapis (BURDA).
Tujuan
Tujuan tata cara ini adalah :
1) Untuk menyeragamkan cara pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan
laburan aspal dua lapis agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan.
2) Untuk menghemat waktu pelaksanaan dan menghemat pemakaian bahan.
3.2.2.2 PERSYARATAN-PERSYARATAN
Ikhwal yang dipersyaratkan, sebagai berikut :
Bahan
1) untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disiapkan agregat dan aspal;
2) bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi kebutuhan;
3) dalam pemilihan agregat, hendaknya dipertimbangkan agregat yang akan digunakan
merupakan agregat yang paling menguntungkan dalam penyerapan aspal;
4) sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu harus disiapkan persediaan bahan material,
sehingga setiap saat dibutuhkan selalu tersedia, hal ini dimaksudkan untuk menjamin
keseragaman bahan serta kesinambungan pekerjaan;
5) bahan tambah sebagai bahan anti pengelupasan dapat ditambahkan (dicampur)pada aspal
bila diperlukan
3.2.2.3 PERALATAN
a. Peralatan di tempat penyimpanan bahan
1) ketel aspal;
2) kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor;
3) tongkat berskala pengukur volume (dipstick);
4) timbangan truk (truck sales);
5) loader;
6) skop, pahat dan alat bantu lainnya.
b. Peralatan di Lapangan
1) pembersih permukaan jalan (compressor power broom);
2) penyemprot aspal (asphalt distributor, hand sprayer);
3) penebar agregat penutup (chip spreader);
4) truk jungkit (dump truck);
5) pemadat roda karet (pneumatic tyre roller);
6) kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk, dan alat bantu lainnya.
3.2.2.4 PELAKSANA
Pelaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) keselamatan para pelaksna dan pengawas serta masyarakat yang sedang berada
dalam daerah pekerjaan;
2) masalah lingkungan;
3) kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan;
4) pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik;
5) penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada
malam hari;
6) efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada
kecepatan normal
3.2.2.5 KETENTUAN-KETENTUAN
1) agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan terdiri dari agregat lapisan
pertama dan agregat lapis kedua;
2) agregat harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kuat dan awet,
bebas dari kotoran, lempung, debu atau bahan lain yang dapat mempengaruhi
penyelimutan aspal;
3) agregat harus kering, bersudut, berukuran seragam dan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan berikut :
(1) keausan dengan mesin Los Angeles 500 putaran lebih kecil 30% (SNI-24171991) Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles;
(2) kelekatan terhadap aspal lebih besar 95% (SNI-03-2439-1991), Metode Pengujian
Kelekatan Agregat Terhadap Aspal;
(3) perbandingan antara ukuran terbesar rata-rata (AGD) terhadap ukuran terkecil
rata-rata (ALD) dari agregat penutup harus lebih kecil 2.3;
4) gradasi agregat penutup harus berada dalam batas-batas yang sesuai dengan
masing-masing ukuran nominal agregat penutup;
5) pemilihan ukuran agregat penutup tergantung jenis dan kekerasan permukana
yang ada dan volume lalu lintas per hari perjalur;
6) aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat dapat berupa aspal keras pen
80/100, aspal cair (RC, MC), aspal emulsi kationik (CRS-1, CRS-2), yang harus
memenuhi ketentuan yang berlaku;
7) bila menurut pereneana diperlukan bahan tambah sebagai bahan anti
pengelupasan dengan jumlah penggunaan tertentu harus dicampur dengan aspal
didalam tangki distributor selama 30 menit untuk menghasilkan campuran yang
seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.2.2.6 PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang harus dilaksanakan sebagai berikut:
1) agregat yang digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal,abrasi
dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
2) untuk jalan baru, lapis resap ikat harus diperiksa jumlah dan kerataannya ;
3) untuk jalan lama lapis ikat, sudah diperrhitungkan pada penyemprotan aspal
pertama;
4) temperatur aspal pada aspal distributor harus selalu dijaga, supaya sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan ;
5) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup
(dipstick) atau dengan meletakkan kertas yang berat, dan ukurannya sudah
diketahui, di atas permukaan yang akan disiram; penambahan atau pengurangan
jumlah aspal perlu dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan;
6) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat
dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat;
7) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan
dilakukan;
8) periksa pada sambungan penyemprotan aspal arah memanjang selebar 20 cm
tidak bolehh dicampur agregat penutup, sehingga penyemprotan tumpang tindih
dilakukan dari jalur sebelahnya
3.2.2.7 CARA PENGERJAAN
1. Persiapan Lapangan
2. Pengangkutan
3. Percobaan Penghamparan Agregat
4. Penghamparan Lapis Pertama
Lakukan pekerjaan penghamparan yang meliputi penyiraman aspal dan penaburan agregat :
Penyiraman Aspal
Penebaran Agregat
Pemadatan dan Penyapuan
Penghamparan Lapis Kedua.
sesuaikan dengan jenis aspal pengikat yang digunakan, untuk pembukaan lalu lintas
kecepatan normal, yaitu :
(1) aspal cair MC = 2 x 24jam.
(2) aspal cair RC = 6 jam.
(3) aspal emulsi = 4 jam.
(4) aspal keras = 4 jam.
3.2.3 SPESIFIKASI BAHAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) DAN BAHAN
LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA)
Maksud
Spesifiikasi bahan laburan aspal satu lapis (Burtu) dan bahan laburan aspal dua
lapis (Burda) ini dimaksudkan sebagai acuan dalam menilai mutu aspal dan
agregat yang digunakan.
Tujuan
Tujuan spesifikasi ini adalah untuk menjamin keseragaman dan keawetan
laburan aspal satu lapis (BURTU) dan laburan dua lapis (BURDA).
Spesifikasi Bahan
Aspal yang dapat digunakan sebagai bahan BURTU atau BURDA adalah :
1) aspal keras jenis penetrasi 120/I50;
2) aspal cair jenis MC-800 dan MC-3000;
3) aspal em"lsi kationik jenis CRS-1 dasn CRS-2.
Catatan :
a) Sebagai alternatif, dapat digunakan kekentalan Saybolt Furol dengan persyaratan sebagai
berikut :
- Untuk MC-800 kekentalan Furol pada 82,2oC = 100 – 200 detik;
- Untuk MC-3000 kekentalan Furol pada 82,2oC = 300 – 600 detik;
b) Bila daktilitas pada suhu 250oC kurang dari 100, bahan dapat diterima kalau daktilitas
pada
15,5oC ≥ 100;
a) Agregat yang akan digunakan untuk BURTU adalah BURDA harus terdiri
dari batu pecah hasil mesin pemecah batu yang berukuran seragam
mendekati bentuk kubus;
b) Agregat yang akan digunakan untuk BURTU atau BURDA harus lebih
bersih, kuat, awet, sertabebas debu, lempung atau bahan lainnya yang
mengganggu pelekatan dengan aspal.
3.2.4 MATERIAL
1.AGREGAT
a. Agregat Penutup
- kerikil pecah atau batu pecah keras, awet,bersih, berbentuk kubikal
- keausan dengan mesin LA : maks 30%
kelekatan
: min 95 %
- min 90% kerikil pecah( tertahan sar. 4,75mm) punya 2 bidang pecah, AGD/ALDfiles>2010/05
http://www.ilmuteknik sipil.com>metodepelaksanaanlaburanaspaldualapis(burda)
pip2bdiy.com>nspm>(burtu)danbahanlaburanaspaldualapis(burda)
http://www.slideshare.net>basimwaheed>qasidaburdashareef
www.wikipedia.org
Lampiran
PENGHAMPARAN
AGREGAT
PENGHAMPARAN BAHAN
PEREKST ASPAL DENGAN
AGREAGAT
PENGHAMPARAN AGREGAT LEBURAN ASPAL
SATU LAPIS
PENGHAMPARAN
PEMADATA
LEBURAN ASPAL
DUA