Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah.
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan
penelitian (Wiku Adisasmito, 2006).
Rumah

sakit

adalah

institusi

pelayanan

kesehatan


yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UndangUndang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit).
Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan bermacam-macam limbah
yang berupa benda cair, padat dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya
pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Adisasmita,
2009).
Rumah sakit mempunyai fungsi dan tugas memberi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat
di sekitarnya, melainkan akan berdampak negatif berupa pencemaran akibat
limbah yang dibuang tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Menurut Keman
7
Universitas Sumatera Utara

8


(2006) pengelolaan limbah padat medis dan non medis di rumah sakit sangat
dibutuhkan bagi kenyamanan dan kebersihan rumah sakit karena dapat
memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular, terutama infeksi
nosokomial.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit :
1. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit
meliputi:
a. Pelayanan medik
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
d. Pelayanan penunjang klinik
e. Pelayanan penunjang nonklinik
f. Pelayanan rawat inap
2. Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas:
a. Tenaga medis
b. Tenaga kefarmasian
c. Tenaga keperawatan
d. Tenaga kesehatan lain
e. Tenaga non kesehatan

3. Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:
a. 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar
b. 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut

Universitas Sumatera Utara

9

c. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
dasar
d. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang
e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
lain
f. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut
4. Jumlah tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

5. Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.
2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
2.2.1 Tugas Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif).

Universitas Sumatera Utara

10

2.2.2 Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009,
rumah sakit umum mempunyai fungsi :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.3 Pengertian Sanitasi Rumah Sakit
Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Kepmenkes
No.1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi pengendalian berbagai
faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit.
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan
usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).
Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan
dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin beresiko menimbulkan
penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya

Universitas Sumatera Utara


11

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2009).
Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan
yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan
lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan
prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
2.4 Sampah Rumah Sakit
2.4.1 Pengertian Sampah Rumah Sakit
Menurut Notoatmodjo (2003) sampah adalah sesuatu bahan atau benda
padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah
tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.
Sampah diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan
dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia serta tidak terjadi
dengan sendirinya (Mubarak, 2004). Menurut defenisi Word Health Organitation
(WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai atau sesuatu
yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya (Chandra, 2006).
Berdasarkan Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam
yang berbentuk padat. Limbah padat (solid waste) merupakan semua bahan atau
material yang dibuang dan tidak berbentuk cair maupun gas ( Soegianto,2005).

Universitas Sumatera Utara

12

Berdasarkan beberapa pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan
bahwa sampah adalah sesuatu yang berbentuk padat yang tidak digunakan lagi
dan berasal dari aktifitas atau kegiatan manusia dan dibuang secara saniter yaitu
dengan cara yang dapat diterima oleh umum sehingga diperlukan pelaksanaan
pengelolaan limbah padat/sampah yang baik.
2.4.2 Sumber Sampah
Sumber sampah yang dihasilkan dari setiap rumah sakit berbeda. Setiap
ruangan atau unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil sampah. Jenis sampah
dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap ruangan
atau unit yang bersangkutan. Sampah yang berasal dari rumah sakit merupakan

limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari
instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium (A.Pruss.A, 2005).
Tabel 2.1 Jenis sampah menurut sumbernya
No.
Sumber/Area
Jenis Sampah
1. Kantor/Administrasi Kertas
2. Unit obstetric dan Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/pengoso
ruang
perawatan k), placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat,
obstetric
jarum syringe (alat semprot), masker disposable
(masker yang dapat dibuang), disposable drapes
(tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin
(serbet), blood lancet disposable (pisau bedah),
disposable chateter (alat bedah), disposable unit
enema (alat suntik pada usus) disposable diaper
(popok) dan underpad (alas/bantalan), dan sarung
disposable.
3.


Unit emergency dan Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/penggos
bedah
termasuk ok), jaringan tubuh, termasuk amputasi ampul
ruang perawatan
bekas, masker disposable (masker yang dapat
dibuang), jarum syringe (alat semprot), drapes
(tirai/kain), disposable blood lancet (pisau bedah),
disposable kantong emesis, Levin tubes (pembuluh)
chateter (alat bedah), drainase set ( alat
pengaliran), kantong colosiomy, underpads

Universitas Sumatera Utara

13

4.

5.


Unit laboratorium,
ruang
mayat,
phatology
dan
autopsy
Unit Isolasi

6.

Unit Perawatan

7.

Unit Pelayanan

(alas/bantalan), sarung bedah.
Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish,
wadah specimen, slide specimen (kaca/alat sorong),
jaringan tubuh, organ, dan tulang

Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan
nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur),
dressing (pembalut/pakaian dan bandages (perban),
masker disposable (masker yang dapat dibuang),
sisa makanan, perlengkapan makan.
Ampul, jarum disposable dan syringe
semprot), kertas dan lain-lain

(alat

Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari
ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan
8. Unit gizi/dapur
Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan
sayuran dan lain-lain
9. Halaman
rumah Sisa pembungkung daun ranting, debu.
sakit
Sumber : Depkes RI, 2002
2.4.3 Jenis Sampah
Limbah atau sampah rumah sakit dapat dianggap sebagai mata rantai
penyebaran penyakit menular. Disamping itu, di dalam limbah atau sampah juga
mengandung berbagai bahan kimia beracun dan benda-benda tajam lain yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan cedera (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1995).
Jenis sampah rumah sakit perlu diketahui agar dapat mengetahui
pengelolaan sampah yang baik dan benar. Pengelolaan limbah atau sampah rumah
sakit yang tidak baik dapat memicu risiko terjadinya kecelakaan kerja dan
penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke
pasien, maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit (Jusuf,
2000).

Universitas Sumatera Utara

14

Secara garis besar, jenis sampah dibedakan menjadi dua macam yaitu,
sampah medis dan sampah non medis.
1. Sampah medis
Sampah medis atau limbah klinis biasanya berasal dari pelayanan medik,
perawatan gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius dan membahayakan, kecuali jika
dilakukan pengamanan tertentu. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun
2004, klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit terdiri dari
limbah infeksius, patologis, sitotoksis, benda tajam, farmasi, kimia, radioaktif,
logam yang bertekanan tinggi atau berat dan kontainer bertekanan.
Tabel 2.2 Klasifikasi limbah medis padat yang berasal dari rumah sakit
No
Kategori
Definisi
Contoh Limbah
Limbah
yang Dihasilkan
1.
Infeksius
Limbah
yang
terkontaminasi Kultur
organisme patogen (bakteri, virus, laboratorium,
parasit, atau jamur) yang tidak limbah
dari
secara rutin ada lingkungan dan bangsal
isolasi,
organisme tersebut dalam jumlah kapas, materi, atau
dan virulensi yang cukup untuk peralatan
yang
menularkan penyakit pada manusia tersentuh pasien
rentan.
yang
terinfeksi,
ekskreta.
2.
Patologis
Limbah berasal dari pembiakan dan Bagian
tubuh
stock bahan yang sangat infeksius, manusia
dan
otopsi, organ binatang percobaan hewan
(limbah
dan bahan lain yang telah anatomis), darah
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dan cairan tubuh
dengan bahan yang sangat infeksius. yang lain, janin.
3.
Sitotoksis
Terinfeksi atau kontak dengan Dari materi yang
bahan yang sangat infeksius. terkontaminasi
Limbah
dari
bahan
yang pada
saat
terkontaminasi dari persiapan dan persiapan
dan
pemberian obat sitotoksis untuk pemberian obat,
kemoterapi kanker yang mempunyai misalnya
spuit,
kemampuan untuk membunuh atau ampul, kemasan,
menghambat pertumbuhan sel hidup obat kadaluarsa,

Universitas Sumatera Utara

15

4.

Benda tajam

Merupakan materi yang dapat
menyebabkan luka iris atau luka
tusuk. Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan
cedera
melalui
sobekan atau tusukan. Benda-benda
tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radioaktif.
Limbah farmasi mencakup produksi
farmasi. Kategori ini juga mencakup
barang yang akan di buang setelah
digunakan untuk menangani produk
farmasi, misalnya botol atau kotak
yang berisi residu, sarung tangan,
masker, selang penghubung darah
atau cairan, dan ampul obat.

5.

Farmasi

6.

Kimia

Mengandung zat kimia yang
berbentuk padat, cair, maupun gas
yang
berasal
dari
aktivitas
diagnostic dan eksperimen serta dari
pemeliharaan kebersihan rumah
sakit
dengan
menggunakan
desinfektan.

7.

Radioaktif

Bahan yang terkontaminasi dengan
radioisotope yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio
nukleida. Limbah ini dapat berasal
dari : tindakan kedokteran nuklir,
radio
immunoassay
dan
baakteriologis, dapat berpentuk
padat, cair atau gas.

larutan sisa, urine,
tinja,
muntahan
pasien
yang
mengandung
sitotoksis.
Jarum,
jarum
suntik,
skalpel,
pisau
bedah,
peralatan
infus,
gergaji bedah, dan
pecahan kaca.

Obat-obatan,
vaksin, dan serum
yang
sudah
kedaluarsa, tidak
digunakan,
tumpah,
dan
terkontaminasi,
yang
tidak
diperlukan lagi.
Reagent
di
laboratorium, film
untuk
rontgen,
desinfektan yang
kadaluarsa
atau
sudah
tidak
diperlukan
lagi,
solven.
Cairan yang tidak
terpakai dari radio
aktif atau riset di
laboratorium,
peralatan
kaca,
kertas
absorben
yang
terkontaminasi,
urine dan ekskreta
dari pasien yang
diobati atau diuji
dengan
radio
nuklida
yang
terbuka.

Universitas Sumatera Utara

16

8.

Logam yang
bertekanan
tinggi/berat

9.

Kontainer
bertekanan

Limbah yang mengandung logam
Berat dalam konsetrasi tinggi
termasuk dalam subkategori limbah
kimia berbahaya dan biasanya
sangat toksik. Contohnya adalah
limbah merkuri yang berasal dari
bocoran peralatan kedokteran yang
rusak.
Limbah yang berasal dari berbagai
jenis gas yang digunakan di rumah
sakit.

(Sumber: Kepmenkes RI No. 1204, 2004 )

Thermometer, alat
pengukur tekanan
darah, residu dari
ruang pemeriksaan
gigi,
dan
sebagainya.
tabung gas, kaleng
aerosol
yang
mengandung
residu,
gas
cartridge.

2. Sampah non medis
Sampah non medis merupakan sampah yang berasal dari kegiatan atau
aktifitas di rumah sakit selain sampah medis. Sampah non medis yang dihasilkan
dari rumah sakit seperti kertas, karton, plastik, kaleng, botol sisa makanan dan
lain-lain yang bersumber dari kantor atau administrasi, unit perlengkapan, ruang
tunggu, ruang inap, unit gizi atau dapur, halaman parkir, taman dan unit
pelayanan.
2.4.4 Jumlah sampah
Setiap rumah sakit akan menghasilkan sampah medis maupun sampah
non medis. Jumlah sampah medis dan sampah non medis yang dihasilkan dari
setiap rumah sakit berbeda tergantung pada berbagai faktor seperti jumlah tempat
tidur yang tersedia, kapasitas rumah sakit, jumlah staff medis, jenis layanan
kesehatan yang diberikan, status ekonomi, sosial dan budaya dari pasien serta
kondisi umum letak daerah rumah sakit (Alhumoud, 2007).
Mengetahui jumlah sampah yang dihasilkan dari rumah sakit merupakan
hal yang penting, karena sebagai langkah awal dalam proses pengelolaan. Jumlah

Universitas Sumatera Utara

17

ini akan menentukan jumlah dan volume sarana penampungan lokal yang harus
disediakan, pemilihan incinerator dan kapasitasnya dan juga bila rumah sakit
memiliki tempat pengolahan sendiri jumlah produksi dapat diproyeksikan untuk
memperkirakan pembiayaan dan lain-lain. Dalam pengelolaan sampah, ukuran
yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Menurut Berat
Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 kg per orang per hari.
Untuk mendapatkan angka yang lebih tepat sebaiknya dilakukan survei sampah di
rumah sakit yang bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah
3,25 kg per pasien per hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
2. Jumlah Disposibel
Meningkatkan jumlah sampah berkaitan erat dengan meningkatkan
penggunaan barang disposibel. Daftar barang disposibel merupakan indikator
jumlah dan kualitas sampah rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran dan sifat
kimiawi barang-barang disposibel mungkin perlu dipelajari sehingga dapat
diperoleh informasi yang bermanfaat dalam pengelolaan sampah (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
3. Jumlah Menurut Volume
Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak dan sarana
pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat dilakukan dengan membagi
berat total dengan kepadatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Universitas Sumatera Utara

18

2.5 Peraturan dan Perundangan Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Proses pengelolaan sampah rumah sakit salah satunya dapat dilakukan
dengan melakukan persiapan peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur
pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit (Adisasmito,
2007). Peraturan dan perundangan yang telah dibuat oleh pemerintah dan
kebijakan yang berasal dari rumah sakit dapat digunakan untuk meminimalkan
terjadinya resiko gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan. Rumah sakit
di Indonesia dapat menerapkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999
tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
2.6 Manajemen Lingkungan Rumah Sakit
Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan manajemen yang tidak
statis tetapi sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian
bila terjadi perubahan di rumah sakit yang mencakup sumber daya, proses dan
kegiatan rumah sakit, misalnya perubahan perundang-undangan dan pengetahuan
yang disebabkan oleh perkembangan teknologi (Adisasmito, 2009 ).
Rumah sakit agar dapat memenuhi kebijakan lingkungan, maka perlu
membuat tujuan manajemen lingkungan. Tujuan harus mencakup aspek
lingkungan yang diidentifikasikan, dampak yang terkait maupun penilaian awal.
Dalam menentukan tujuan dan sasaran lingkungan perlu diperhatikan beberapa
hal, yaitu kesesuaian dengan kebijakan lingkungan, hubungannya dengan aspek

Universitas Sumatera Utara

19

dan dampak yang telah diidentifikasi dan peran serta karyawan untuk
memenuhinya (Adisasmito, 2009).
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana
(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang
ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 5M, yaitu man, money, machines,
method, dan markets (Tjokroamidjojo, 2009)
2.6.1 Man (SDM)
Proses pengelolaan sampah rumah sakit diawali oleh perawat dan petugas
kebersihan di rumah sakit yang bersangkutan. Semua perawat yang memproduksi
sampah medis padat harus bertanggungjawab dalam hal pemilahannya. Agar pada
tahap pemilahan dapat dilakukan secara efektif, maka tenaga rumah sakit di setiap
tingkatan harus dilibatkan serta staff pendukung dan tenaga kebersihan harus
terlatih.
Menurut

KepMenkes

1204/Menkes/SK/X/2004

petugas

pengelola

sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari :
1. Topi/helm
2. Masker
3. Pelindung mata
4. Pakaian panjang (coverall)
5. Apron untuk industri
6. Pelindung kaki/sepatu boot
7. Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves)

Universitas Sumatera Utara

20

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. Manajemen tidak lepas
dari SDM ( sumber daya aktif), koordinasi antar manusia yang dikendalikan untuk
mencapai tujuan merupakan proses manajemen yang meliputi 5 (lima) elemen
dasar sumber daya manusia :
1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan
2. Proses dilakukan secara rasional
3. Melalui manusia lain
4. Menggunakan metode dan teknik tertentu dalam lingkungan organisasi
tertentu
Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya
manusia adalah sebagai berikut:
1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik,
mental, pendidikan, pengalaman, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Disiplin merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang
menjadi tanggung jawabnya.
3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan
pekerjaannya sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya.
4. Memberi prioritas kepada kepentingan umum.

Universitas Sumatera Utara

21

5. Penggajian pegawai dan karyawan sangat menentukan dalam kelancaran
tugas.
6. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggung
jawaban dalam rangka mencapai tujuan.
7. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang
menjadi atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya.
8. Keamanan.
9. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah
perubahan kemajuan.
Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia merupakan proses
usaha pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan (Marsum dkk, 2009). Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus
mencerminkan fungsi dinamis dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur:
1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit
2. Teknis sanitasi
3. Penunjang layanan sanitasi
Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit yaitu:
1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.
2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas
cleaning service.
3. Membagi tugas dan tanggung jawab.
4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

22

Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit
merupakan kunci dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan
tugasnya dalam pengawasan infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan
(surveilence) sanitasi yang efektif dan melaporkan pelaksanaan programnya
kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah sakit menentukan hasil
layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah sakit.
Petugas sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses
pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan
pengunjung dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, terlebih apabila interaksi
faktor biopsikososial ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih,
nyaman dan asri (Hapsari, 2010).
Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang
bertanggung jawab terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan
lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga
memerlukan tenaga dengan kualifikasi sebagai berikut:
1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B
(rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang
memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1)
di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia
dan teknik sipil.
2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D
(rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah tenaga yang memiliki

Universitas Sumatera Utara

23

kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang
kesehatan lingkungan.
3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan
lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus
berpendidikan sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang
kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau badan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
4. Tenaga sebagaimana yang dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahakan
mengikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakit
yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku (Depkes RI, 2004).
Tenaga pengelola limbah padat dan cair rumah sakit meliputi :
1. Tenaga pengelola limbah padat
a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit
dikumpulkan oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan
sampah medis dan non medis, sedangkan ruang lain dapat dilakukan oleh
tenaga kebersihan.
b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi SMP dan ditambah latihan khusus.
c. Pengawasan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga
sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.
2. Tenaga pengelola limbah cair

Universitas Sumatera Utara

24

a. Tenaga pelaksana meliputi pengawas sistem plumbing dan operator proses
pengolahan.
b. Kualifikasi tenaga untuk kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga sanitasi
dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.
c. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi

D3 atau D4 ditambah latihan khusus (Depkes RI, 2002).
2.6.2 Money (Pembiayaan)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi (Hapsari, 2010).
2.6.3 Machines (Sarana dan Prasarana)
Kegiatan perusahaan, sarana dan prasarana sangat diperlukan. Penggunaan
sarana yang tersedia akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang
lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Sarana dan prasarana adalah sarana
yang minimal dapat menunjang pelaksanaan Manajemen lingkungan sanitasi untuk
kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang
kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan
pelaporan dan pedoman buku petunjuk teknis sanitasi (Depkes RI, 2009).

Universitas Sumatera Utara

25

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan untuk jenis tertentu yang
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

2.6.4 Methods (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata
cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitasfasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.
Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri (Marsum dkk, 2007).
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit dapat dilaksanakan dengan
menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan, pedoman dan kebijakan
yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.
Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegitan pelayanan rumah sakit
termasuk pengelolaan limbahnya, yaitu :
1. Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.
2. Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.
4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas
yang diperlukan (Adisasmito, 2007).

Universitas Sumatera Utara

26

2.6.5 Market (Pasar)
Memasarkan kualitas pelayanan, kinerja kerja ke masyarakat luas sangat
penting. Sebab bila pemasaran tidak berjalan dengan baik maka akan berdampak
pada banyak tidaknya masyarakat yang menggunakan jasa dari rumah sakit
tersebut. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti mempromosikan merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan dalam suatu produk yang dihasilkan.
Manfaat yang dapat diperoleh jika menerapkan manajemen lingkungan
rumah sakit adalah yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Dengan mengikuti prosedur yang ada dalam sistem
manajemen lingkungan rumah sakit, maka sekaligus akan membantu dalam
mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif.
Dengan demikian sistem ini merupakan sistem manajemen praktis yang didesain
untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif - biaya (costeffective).
Beberapa manfaat manajemen lingkungan rumah sakit antara lain
(Adisasmito, 2009):
1. Perlindungan terhadap lingkungan.
2. Manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik.
3. Pengembangan sumber daya manusia.
4. Kontuinitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit.
5. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan.
6. Bagian dari manajemen mutu terpadu.
7. Pengurangan atau penghematan biaya.

Universitas Sumatera Utara

27

8. Meningkatkan citra rumah sakit.
Komponen-komponen penting dalam sistem manajemen lingkungan
rumah sakit antara lain sebagai berikut (Adisasmito, 2009):
1. Dukungan Manajemen
Komponen yang paling penting di dalam menjalankan sistem manajemen
lingkungan adalah dukungan dari manajemen puncak. Nilai-nilai yang ditentukan
oleh manajemen puncak di dalam kebijakan lingkungan memegang peran yang
sangat penting dalam membentuk dan menjalankan sistem manajem lingkungan
rumah sakit.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu komponen penting karena apabila gagal
dalam membuat perencanaan akan mengalami kendala dalam melakukan kegiatan
selanjutnya. Fase perencanaan dari siklus perbaikan berkelanjutan membutuhkan
perumusan perencanaan untuk memenuhi tujuan-tujuan dan sasaran kebijakan
politik. Perencanaan lingkungan seharusnya memasukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi aspek-aspek lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan.
b. Persyaratan-persyaratan legal.
c. Kebijakan lingkungan dan kriteria kinerja internal.
d. Tujuan dan sasaran lingkungan.
e. Perencanaan dan program manajemen.
3. Pelaksanaan
Bila rumah sakit mengharapkan program lingkungannya berjalan dengan
sukses, rumah sakit harus mengembangkan kemampuan untuk mendukung sistem

Universitas Sumatera Utara

28

manajemen lingkungan tersebut. Pelaksanaan sistem manajemen lingkungan
rumah sakit harus mempertimbangkan hal-hal seperti sumber daya manusia dan
biaya, menyinergikan dan mengintegrasikan sistem manajemen lingkungan ke
dalam aktivitas rutin rumah sakit, sistem lingkungan manajemen rumah sakit
harus mampu mempertanggungjawabkan dan dipertanggungjawabkan, kesadaran
mengenai lingkungan dan motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan,
komunikasi, informasi dan pelaporan, pengendalian operasional dan persiapan
cara penanganan darurat.
4. Pemeriksaan
Pengawasan dan pengukuran merupakan salah satu cara untuk mengukur
kesuksesan dari kinerja lingkungan diorganisasi dan untuk membuat nyata sistem
manajemen. Pemeriksaan manajemen merupakan hal yang penting sebab
mencerminkan keterlibatan manajemen untuk sistem manajemen lingkungan.
5. Tindakan
Akhirnya sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah kerangka
yang harus dikembangkan secara terus-menerus dalam suatu action. Secara
periodik, rumah sakit harus menyiapkan dokumenpencatatan dan pelaporan sistem
manajemen lingkungannya dengan faktor-faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi

kebijakan

dan

kegiatan

lingkungan.

Tindakan

ini

harus

mencerminkan perbaikan berdasarkan hasil audit dan dokumen sistem manajemen
lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

29

2.7 Pengelolaan Sampah
Peran utama rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat adalah memberikan kesembuhan kepada pasien. Sebagai hasil
samping kegiatannya, rumah sakit menghasilkan beberapa bahan buangan berupa
limbah padat medis dan limbah padat non medis (Djaya, 1993).
Menurut Azwar dalam Keman (2006) pengelolaan sampah medis dan
non medis rumah sakit sangat dibutuhkan bagi kenyamanan dan kebersihan rumah
sakit karena dapat memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular,
terutama infeksi nosokomial.
Proses pengelolaan sampah yang dilakukan di rumah sakit harus benar
dan efektif serta memenuhi persyaratan sanitasi. Pengelolaan sampah ini bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dalam pengelolaan sampah rumah
sakit, harus disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit
dalam hal mengelolanya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis,
menyuluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah.
Menurut Kepmenkes RI No. 1204 (2004) pengelolaan limbah medis
yaitu rangkaian kegiatan mencakup pemisahan, pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah medis
2.7.1 Limbah medis padat
a. Minimisasi limbah

Universitas Sumatera Utara

30

Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan
kesehatan dengan cara reduksi pada sumbernya dan pemanfaatan limbah berupa
reuse, recycle dan recovery. Minimisasi limbah merupakam pengurangan jumlah
limbah yang berasal dari instansi layanan kesehatan dan sarana penelitian dapat
didukung melalui penerapan beberapa kebijakan dan praktik tertentu. Konsep
minimisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya menggunakan
pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan baku
(pengelolaan bahan dan modifikasi bahan), perubahan teknologi (modifikasi
proses dan teknologi bersih), praktek operasi yang baik (housekeeping, segregasi
limbah, preventive maintenance), dan perubahan produk yang tidak berbahaya.
Pengelolaan limbah medis dengan minimisasi limbah dapat dilakukan dengan :
1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi.
4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah.

Universitas Sumatera Utara

31

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah
yang tidak dimanfaatkan kembali.
3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali.
5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui
proses sterilisasi.
6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai
(disposible), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui proses salah satu metode sterilisasi.
Tabel 2.3 Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali
Metode sterilisasi
Suhu
Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas
- Sterilisasi kering dalam oven
poupinel
- Sterilisasi basah dalam autoclave
Sterilisasi dengan bahan kimia
- Ethylene Oxide (gas)
- Glutaraldehyde

160oC
170oC
121oC

120 Menit
60 Menit
30 Menit

50-60oC

3-8 Jam
30 enit

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label.

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 2.4 Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori
No
Kategori
Warna
Lambang
Keterangan
kontainer/kantong
plastik
1.
Merah
Kantong boks
Radioaktif
timbal dengan
simbol
radioaktif
2.
Sangat
Kuning
Kantong
Infeksius
plastik kuat,
anti bocor, atau
kontainer yang
dapat di
sterilisasi
dengan otoklaf
3.
Limbah
Kuning
Plastik kuat
Infeksius,
dan antibocor
Patologi dan
atau container
Anatomi
4.

Sitotoksis

Ungu

5.

Limbah
Coklat
Kimia dan
Farmasi
Sumber : Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

Plastik kuat
dan anti bocor
atau container

-

Kontainer
plastik kuat
dan anti bocor

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan
perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
c. Pengumpulan, Pengangkutan dan Penyimpanan limbah medis padat
1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis, yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan

Universitas Sumatera Utara

33

1. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan
khusus.
e. Pengolahan dan Pemusnahan
1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan
pembakaran menggunakan insenerator.
2.7.2 Limbah Padat Non Medis
a. Pemilahan dan pewadahan
1. Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2. Tempat pewadahan
a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik
warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang
domestik warna putih.
b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah padat melebihi dua ekor perblock grill, perlu dilakukan pengendalian padat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan dan Pengangkutan

Universitas Sumatera Utara

34

1. Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari
20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hati, maka harus
dilakukan pengendalian.
2. Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan
binatang pengganggu yang lain minimal satu bulan sekali.
c. Pengolahan dan pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus dilakukan
sesuai persyaratan kesehatan
2.8 Pengaruh Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Rumah sakit menghasilkan sampah medis dan non medis sampah rumah
sakit yang berpotensial menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat,
lingkungan bahkan rumah sakit itu sendiri.
2.8.1 Pengaruh Terhadap Kesehatan
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan
masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dari laboratorium
virologi dan mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya
sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang berasal dari
rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan penyakit bagi
para petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa
pencemaran udara, air, tanah, makanan dan minuman. Pencemaran tersebut
merupakan agen-agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak
besar terhadap manusia (Agustiani dkk, 1998).

Universitas Sumatera Utara

35

Untuk infeksi virus yang serius seperti HIV/AIDS serta hepatitis B dan
C, tenaga layanan kesehatan terutama perawat merupakan kelompok yang
beresiko paling besar untuk terkena infeksi melalui cedera akibat benda tajam
yang terkontaminasi (umumnya jaruk suntik). Risiko serupa juga dihadapi tenaga
kesehatan lain di rumah sakit dan pelaksana pengelolaan limbah di luar rumah
sakit. Di kalangan pasien dan masyarakat, risiko terkena infeksi tersebut jauh
lebih rendah. Namun, beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau
disebabkan oleh agens yang lebih resisten dapat menimbulkan resiko yang
bermakna pada masyarakat dan pasien rumah sakit.
Limbah

rumah

sakit

dapat

mengandung

bermacam-macam

mikroorganisme tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang
dilakukan sebelum dibuang. Limbah medis tersebut kemungkinan besar
mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang
menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang
disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan
penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan
pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk (Said, 1999).
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk
mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke
rumah sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan rumah
sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan
rumah sakit dalam melaksanankan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan
orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar

Universitas Sumatera Utara

36

orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan
akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar rumah sakit.
Oleh karena itu, rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah
sakit yang baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi rumah sakit
(Kusnoputranto.H, 1993).
2.8.2 Pengaruh Terhadap Lingkungan
Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya
yang tidak baik atau tidak saniter terhadap lingkungan berupa :
1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan
menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di
lingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.
2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam, bahan kimia serta
benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa
kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
3. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika
lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu
kemyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.

Universitas Sumatera Utara

37

2.9 Kerangka Konsep

INPUT

PROSES

1. Man (SDM)
2. Money
(pembiayaan)
3. Machines (sarana
dan prasarana)
4. Methods (metode)

1. Penampungan dan
Pengumpulan
Limbah Padat RS
2. Pengangkutan
Limbah Padat RS
3. Pemusnahan dan
Pembuangan Akhir
Limbah Padat RS
Memenuhi
syarat
Kepmenkes RI
1204/Menkes/S
K/X/20014

OUTPUT

Hasil pelaksanaan
pengelolaan limbah
padat atau sampah di
Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Lhokseumawe
tahun 2016

Tidak memenuhi
syarat
Kepmenkes RI
1204/Menkes/S
K/X/20014

Universitas Sumatera Utara