Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016

(1)

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016

A. Daftar pertanyaan untuk Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : II. Data Khusus

1. Unit pelayanan/ ruangan apa saja penghasil limbah padat medis ? 2. Unit pelayanan/ruangan apa saja penghasil limbah padat non medis ? 3. Jumlah rata-rata produksi limbah padat per hari di rumah sakit

a. Limbah padat medis : kg per hari b. Limbah padat non medis: kg per hari

4. Bagian atau unit apa yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan limbah padat rumah sakit ?


(2)

76

6. Apakah ada tenaga khusus menangani limbah padat medis, berapa orang ? 7. Apakah ada tenaga khusus yang menangani limbah padat non medis,

berapa orang ?

8. Berapa jumlah petugas yang melakukan kegiatan pembakaran limbah padat medis dengan menggunakanincenerator ?

9. Apakah tenaga pengelola limbah padat yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit ?

10. Apa saja alat pelindung diri (APD) yang digunakan petugas pengelola limbah padat rumah sakit ?

11. Pelatihan apa saja yang pernah di dapatkan petugas pengelola limbah padat rumah sakit ?

12. Fasilitas dan peralatan apa saja yang disediakan rumah sakit dalam membantu melancarkan proses pengelolaan limbah padat ?

13. Apakah berbagai fasilitas dari peralatan yang disediakan dapat berfungsi sebagaimana mestinya ?

14. Apakah penyediaan peralatan selama ini dapat dikatakan mencukupi sesuai dengan kebutuhan ?

15. Apakah pelaksanaan pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Cut Meutia Lhokseumawe pernah mengalami hambatan ?

16. Bagaimana sistem pembiayaan yang diadakan untuk program penanganan limbah padat rumah sakit ?


(3)

B. Daftar pertanyaan untuk tenaga pengelola limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : II. Data Khusus

a. Penampungan dan Pengumpulan

1. Apakah ada tempat penampungan limbah padat di rumah sakit, berapa ? 2. Berapa jarak penempatan antara tempat sampah satu dengan tempat

sampah lainnya ?

3. Siapa yang melakukan pemilahan atau pemisahan limbah padat menurut jenis dan sifat sebelum dibuang ?

4. Apakah tempat sampah yang tersedia dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda-beda warnanya berdasarkan jenis sampah ?

5. Apakah tempat sampah yang telah dipakai dibersihkan atau dicuci, menggunakan apa ?

b. Pengangkutan

1. Siapa yang mengangkut limbah padat rumah sakit, berapa orang ? 2. Berapa kali limbah padat rumah sakit tersebut diambil dalam sehari ? 3. Kapan jadwal pengangkutan limbah padat rumah sakit dilakukan ? a. Pagi hari ( jam ...-...)


(4)

78

b. Siang hari ( jam...-...) c. Sore hari (jam ....-...)

4. Pernahkah terjadi penumpukan limbah padat rumah sakit di dalam tempat dan terlambat diambil oleh petugas pengelola ?

5. Dimanakah biasanya limbah padat tersebut dipindahkan setelah dikumpulkan, sementara menunggu pengangkutan ?

6. Berapa jumlahtrolley yang tersedia ? 7. Berapa jumlahtrolley yang dioperasikan ? 8. Melewati jalur manakahtrolley sampah ?

9. Apakah dipisahkan trolley pengangkut limbah padat medis dan limbah padat non medis ?

c. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

1. Apakah limbah padat medis dan limbah padat non medis dijadikan satu saat pembakaran ?

2. Berapa jumlah atau volume limbah padat medis yang dibakar setiap kali pembakaran ?

3. Berapa jumlah incenerator yang dioperasikan setiap hari, berapa kapasitasnya ?

4. Berapa subu pembakaran untuk limbah padat medis ?

5. Kapan jadwal pembakaran limbah padat medis denganincenerator ? a. Pagi hari ( jam ...-...)

b. Siang hari ( jam...-...) c. Sore hari (jam ....-...)


(5)

6. Berapa lama waktu untuk sekali pembakaran ? 7. Dimanakah abu/sisa pembakaran itu ditampung ?

8. Apakah penempatan (lokasi) incenerator sudah tepat, tidak mengganggu situasi dan kondisi rumah sakit ?


(6)

80

C. Daftar pertanyaan untuk penanggung jawab ruangan instalasi gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : II. Data Khusus

1. Apa saja ruang kegiatan di instalasi gizi yang menjadi sumber penghasil limbah padat ?

2. Jenis limbah padat apa saja yang dihasilkan berdasarkan sumbernya ? 3. Berapa jumlah / volume limbah padat yang dihasilkan ?

4. Berapa jumlah tempat sampah yang tersedia di ruang instalasi gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ?

5. Apakah ada pemisahan antara sampah kering dan sampah basah ?

6. Bagaimana pengelolaan limbah padat serta penanganannya secara khusus di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ?

7. Bagaimana penerapan minimisasi limbah padat di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ?


(7)

D. Daftar pertanyaan untuk penanggung jawab ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : II. Data Khusus

1. Jenis limbah padat apa saja yang dihasilkan dari ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ?

2. Jumlah rata-rata produksi limbah padat per hari di ruang Instalasi Gawat Darurat

c. Limbah padat medis : kg per hari d. Limbah padat non medis: kg per hari 3. Berapa jumlah tempat sampah yang tersedia ?

4. Apakah tampungan limbah padat medis dan non medis dipisahkan ? 5. Bagaimana pengelolaan limbah padat serta penanganannya secara khusus

di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ?


(8)

82

E. Daftar pertanyaan untuk penanggung jawab ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : II. Data Khusus

1. Jenis limbah padat apa saja yang dihasilkan dari ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ?

2. Jumlah rata-rata produksi limbah padat per hari di ruang rawat inap a. Limbah padat medis : kg per hari

b. Limbah padat non medis: kg per hari 3. Berapa jumlah tempat sampah yang tersedia ?

4. Apakah tampungan limbah padat medis dan non medis dipisahkan ? 5. Bagaimana pengelolaan limbah padat serta penanganannya secara khusus


(9)

Lampiran 2

Lembar Observasi

Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe tahun 2016

IV.Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat

No Item Ya Tidak

1. Tampungan sampah medis dan non medis dipisahkan 2. Tampungan sampah radioaktif berwarna merah

3. Tampungan sampah sangat infeksius berwarna kuning 4. Tampungan sampah infeksius, patologi dan anatomi

berwarna kuning

5. Tampungan sampah sitotoksis berwarna ungu

6. Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi berwarna coklat

7. Tampungan sampah radioaktif menggunakan plastik berwarna merah

8. Tampungan sampat sangat infeksius menggunakan plastik berwarna kuning

9. Tampungan sampah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan plastiik berwarna kuning

10. Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik berwarna ungu

11. Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi menggunakan plastik berwarna coklat

12. Tampungan sampah domestik berwarna hitam

13. Plastik tampungan sampah berlogo sesuai kategori sampah


(10)

84

V. Pengangkutan Limbah Padat

No Item Ya Tidak

1. Sarana pengangkut sampah yang digunakan adalahtrolley 2. Trolley pengumpulan sampah medis dan non medis

dipisahkan

3. Trolley pengangkut sampah yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor

4. Trolleypengangkut sampah yang digunakan kedap air 5. Trolley pengangkut sampah yang digunakan memiliki

tutup

6. Trolley pengangkut sampah yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan

7. Trolley pengangkut sampah perpakiran/halaman berbeda dengan sampah ruangan

8. Terdapat jalur khusus pengangkut sampah

9. Trolley pengangkut sampah tidak menimbulkan kebisingan

10. Rumah sakit memiliki tempat pembuangan sementara (TPS)

11. Sampah non medis dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS)

12. Sampah medis tidak dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS)


(11)

VI. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat

No Item Ya Tidak

1. Pada limbah infeksius dilakukanautoclaving

2. Dilakukan disinfeksi dengan bahan kimia pada limbah infeksius

3. Rumah sakit memilikiincenerator 4. Sampah medis dibakar diincenerator 5. Suhu incenerator di atas 1000oC

6. Limbah domestik dibuang ke TPA yang telah ditetapkan 7. Sampah diangkut ke TPA 1 kali/hari


(12)

86

Lembar Observasi

Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016

(Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004) Variabel pengelolaan Limbah Padat (bobot 10) skor

maksimal 1000 Ya Tidak

1. Pemusnahan limbah pada infeksius dan sitotoksis dengan incenerator atau radiasi microwave sebelum dibuang (25)

2. Tempat limbah padat terbuat dari bahan yang kedap air, tertutup dan tidak korosif (20)

3. Minimal satu buah di setiap radius 20 meter pada ruang terbuka (5)

4. Tempat sampah dikosongkan setiap 2 kali sehari dan 1 kali sehari dbuang ke TPA (5)

5. Sampah domestik dibuang ke TPA (5)

6. Limbah radioaktif dilakukan penanganan khusu sesuai persyaratan (5)

7. Alat angkut langsung didesinfeksi setelah mengangkut limbah medis dan dipisahkan dari limbah padat domestik (10)

8. Bagi rumah sakit yang tidak ada incenerator, melakukan kerja sama MOU dengan rumah sakit lain (20)


(13)

Gambar 1

non medis di ruang Instalasi Gizi.

Gambar 2

Tempat pengumpulan limbah padat non medis di luar ruang Instalasi Gizi.

Gambar 3

Tempat penampungan limbah padat non medis di luar ruang rawat inap VIP Melati.


(14)

Lampiran 3

Gambar 4

Tempat penampungan limbah padat medis di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Gambar 5

Tempat penampungan limbah padat non medis di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).


(15)

Gambar 6

Gambar 7

Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah padat non medis.

Gambar 8

Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah padat medis.

Gambar 9

Proses pengangkutan limbah padat non medis.


(16)

Gambar 10

Lokasi pemusnahan limbah rumah sakit.

Gambar 11


(17)

(18)

Gambar 13

Proses pembersihan trolley

Gambar 14


(19)

Gambar 16

Alat Pelindung Diri (APD) Gambar 15


(20)

Gambar 17

Pelindung kaki/sepatu boot

Gambar 18

Standar Operasional Prosedur (SOP) RSU Cut Meutia


(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_______________. 2008. Audit lingkungan rumah sakit. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_______________. 2009, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Aida, R.N dan Sulistyorini,L. 2008. Korelasi Jumlah Pasien Dan Produksi Limbah Medis Padat di Ruang Rawat Inap dan Unit Gawat Darurat RS Siti Khodijah, Sepanjang Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 4 Hal 49-56.

Arifin, M. Sanitasi Lingkungan. 2009. Diakses dari : http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-lingkungan.htm. Asmadi. 2013. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Gosyen Publishing.

Yogyakarta

Astusi, A dan Purnama, S.G. 2014. Kajian Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Community Health. Vol 2 Hal 12-20.

Chandra, Budiman. 2007.Pengantar Kesehatan. ECG. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1997. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Sampah. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat.


(26)

73

_____________________. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI

_____________________. 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI

Djaya, M. 2000. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Jakarta

Dwipayanti, U. 2011. Kajian Pengelolaan Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Surya Husadha. Denpasar.

Hapsari. 2010. Tesis Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan sistem di RSUD dr.Moewardi Surakarta, Universitas Diponegoro. Semarang. Keman, S. 2006. Evaluasi Pengelolaan Sampah Padat di Rumah Sakit Umum Haji

Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 3. hal: 21-23.

Kusnoputranto, K. Susanna, D. 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga, PT Rineka Cipta. Jakarta

Permenkes RI. 1992. 986/Per/XI/1992 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI

Pruss, A, Giroult, E, Rushbrook, P. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. EGC. Jakarta.


(27)

Said I.N. 1999. Seminar Teknologi pengelolaan limbah II, PTP, Limbah Radioaktif BTN. Jakarta.

Soegianto, A. 2005. Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan. Surabaya: Penerbit Universitas Airlangga.

Suryati. 2009. Cut Meutia di Kota Lhokseumawe. Majalah Kedokteran Nisantara. Vol 42 Hal 41-47

Tjokroamidjojo. 2000. Good Goverment (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan). Jakarta : Universitas Indonesia.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara mendalam untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan limbah padat atau sampah di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Februari tahun 2016 – bulan Mei tahun 2016.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah ruangan penghasil limbah padat medis dan non medis yaitu ruang Instalasi Gizi, ruang rawat inap VIP Melati dan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) serta unit pengelolaan limbah padat atau sampah di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.


(29)

3.4 Informan

Informan penelitian ini adalah:

1. Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Linkungan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

2. Penanggung jawab ruang instalasi gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

3. Penanggung jawab ruang rawat inap VIP Melati Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

4. Penanggung jawab ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

5. Petugas Kebersihan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe 3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara kepada informan penelitian berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

3.5.2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe. Dimana data-data tersebut berupa profil Rumah Sakit, struktur organisasi Rumah Sakit dan data yang berhubungan dengan pelaksanaan pengelolan limbah padat atau sampah di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.


(30)

40

3.6 Definisi Operasional

1. Man (SDM) adalah pelaksana atau orang yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan limbah padat.

2. Money adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan satuan uang yang digunakan dalam proses pelaksanaan pengelolaan limbah padat. 3. Machines (sarana dan prasarana) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai

sebagai alat dan bahan dalam melaksanakan pengelolaan limbah padat serta segala sesuatu yang menunjang atau mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah padat.

4. Methods (metode) adalah suatu tata cara kerja yang baik agar dapat memperlancar jalannya pekerjaan.

5. Penampungan atau Pewadahan adalah tempat menampung limbah padat sebelum limbah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut.

6. Pengumpulan adalah proses mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.

7. Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan jika proses penampungan telah dilakukan.

8. Pemusnahan adalah kegiatan menghancurkan atau memusnahkan limbah padat.

9. Memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah bahwa proses sistem pengelolaan sampah di rumah sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang persyaratan lingkungan rumah sakit di Indonesia dengan hasil skor penilaian sekurang-kurangnya 80%.


(31)

10. Tidak memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah bahwa proses sistem pengelolaan sampah di rumah sakit tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang persyaratan lingkungan rumah sakit di Indonesia dengan hasil skor penilaian sekurang-kurangnya 80%.

3.7. Aspek Pengukuran

Adapun aspek pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dimana jika total skor ≥ 80%, maka pelaksanaan pengelolaan limbah padat memenuhi syarat. Sebaliknya jika total skor yang didapat < 80%, maka pelaksanaan pengelolaan limbah padat tidak memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004.

3.8. Pengolahan dan Analisa Data

Langkah atau tahapan analisis data adalah data hasil wawancara dengan pengelola limbah padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe diperkuat dengan checklist hasil observasi. Data yang telah diperoleh diolah secara manual dan dianalisa secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dinarasikan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan dan pelaksanaan pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.


(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Cut Meutia 4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Rumah sakit umum Cut Meutia merupakan normalisasi dari ex. rumah sakit perkebunan milik belanda pada zaman penjajahan dan dialihkan menjadi rumah sakit milik pemerintah RI. Keadaan bangunan prasarana fisik RSU Cut Meutia sebelum repelita masih sangat sederhana, yaitu berupa gedung-gedung peninggalan belanda. Bangunan tambahan yang dibangun tahun 1961 dan 1963 dengan kapasitas berjumlah 40 (empat puluh) tempat tidur.

Berdasarkan keputusan Gubernur kepada daerah istimewa Aceh, di tetapkan di Banda Aceh tanggal 28 Desember 1983 Nomor : 593/793/1983“Tentang Pemberian Izin Penggunaan Base Camp P.N Pertamina Di Buket Rata Kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Utara Untuk Pembangunan Rumah Sakit Umum Dan Prasarana Kesehatan Lainnya Dengan Luas Lahan +113. 808 m² (Seratus Tiga Belas Ribu Delapan Ratus Delapan Meter Persegi)Yang terletak di buket rata, Kecamatan Blang Mangat Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Utara yang berbatas sebagai berikut :

- Sebelah Utara dengan Jalan Banda Aceh – Medan. - Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kompi AURI.

- Sebelah Barat Berbatasan dengan AKKES Pemerintah Daerah Kab. Aceh Utara. - Sebelah Timur Berbatasan dengan Kampus Politeknik Lhokseumawe.

Setelah ditingkatkan klasifikasinya dengan Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor : 303/Menkes/SK/IV/1978 tanggal 30 April 1987 tentang peningkatan


(33)

kelas rumah sakit umum Aceh Utara daerah kelas D menjadi rumah sakit umum pemerintah kelas C yang mengharuskan adanya peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dari yang bersifat umum menjadi pelayanan kesehatan dengan paling sedikit 4 (empat) cabang spesialisasi. Keputusan tersebut mengacu kepada keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor ; 134/SK/IV/1978 tanggal 28 April 1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja rumah sakit umum.

Pada tahun 1998 pembangunan RSU Cut Meutia yang baru dimulai dengan dana bantuan ADB III dan pada tahun 2001 dilakukan peresmiannya yang dilakukan oleh perwakilan ADB III serta pemerintahan daerah kabupaten Aceh Utara, sejak saat itu kegiatan RSU daerah cut meutia di buket rata dioperasionalkan secara bertahap dimulai dengan kegiatan rawat jalan. Pada tahun 2002 operasional rumah sakit buket rata baru berjalan secara penuh dengan kapasitas tempat tidur 135 TT, serta terjadi penambahan tempat tidur pada setiap tahunnya. Tahun 2011 rumah sakit umum cut meutia ditingkatkan klasifikasinya menjadi Tipe B. Jumlah tempat tidur pada tahun 2015 telah mencapai 296 tempat tidur.

Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) rumah sakit umum Cut Meutia merupakan instalasi yang bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan pengelolaan limbah padat rumah sakit. Tugas pokok instalasi pemeliharaan sanitasi lingkungan adalah menyelenggarakan kegiatan pengelolaan sanitasi lingkungan yang terpadu untuk menciptakan kondisi lingkungan, kesehatan kerja dan baku mutu lingkungan sehingga mampu mencegah terjadinya infeksi


(34)

44

nosokomial penyakit dan kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan serta mendorong kecepatan, akurasi, kenyamanan dan efisiensi pelayanan rumah sakit. 4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Cut Meutia

a. Visi

1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas terjangkau dan mandiri b. Misi

1. Menjadikan Rumah Sakit Umum Cut Meutia sebagai rumah sakit rujukan. 2. Menjadikan Rumah Sakit Umum Cut Meutia sebagai pusat pelayanan

kesehatan.

3. Menjadikan Rumah Sakit Umum Cut Meutia sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.

4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berdasarkan prinsip parsipatif dan non diskriminatif.

c. Tujuan

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal d. Falsafah


(35)

4.1.3 Sarana Bangunan Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Tabel 4.1 Jumlah sarana bangunan rumah sakit umum cut meutia kab. Aceh utara tahun 2015

No Jenis Bangunan

1 Gedung Poliklinik dan Administrasi rumah sakit 2 Gedung Rekam Medik

3 Gedung InstalasiGawat Darurat (IGD) 4 Gedung CSSD dan ruang Operasi 5 Gedung Rawat inap jumpa

6 Gedung Rawat inap bersalin 7 Gedung Rawat inapruang nifas 8 Gedung Rawat inaprawat ICU 9 Gedung Rawat inap seulanga anak 10 Gedung Rawat inapparu

11 Gedung Rawat inap kupula (VIP ) 12 Gedung Bank Darah

13 Gedung Rawat inap Melati (VIP ) 14 Gedung Rawat inap jeumpa wanita I 15 Gedung Rawat inap jeumpa wanita II 16 Gedung Rawat inap Neurologi 17 Gedung Administrasi Barang 18 Gedung Kamar Jenazah 19 Gedung Instalasi Farmasi 20 Gedung Instalasi Radiologi 21 Gedung Instalasi gizi 22 Gedung Hemodialisis

23 Gedung Instalasi Diagnostik Terpadu 24 Gedung Laboratorium

25 Gedung Instalasi Pemeliharaan Sarana 26 Gedung IPAL

27 Gedung Sentral gas 28 Gedung Loundry

29 Gedung Ground reservoir 30 Gedung Ruang mesin pompa 31 Gedung Water tower

32 Gedung Gardu listrik 33 Gedung Incenerator 34 Gedung Pertemuan 35 Gedung Training 36 Gedung Asrama 37 Gedung Pos satpam 38 Gedung Mesjid 39 Gedung Kantin


(36)

46

42 Gedung Depo obat 1, 2, dan 3 43 Gedung Iventory

44 Gedung Ponex

45 Gedung Instalasi UPIP 46 Gedung perinatologi

Pemilik/Pengolola : Pemda Aceh Utara Kabupaten : Aceh Utara

Provinsi : NAD

Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Cut Meutia tahun 2015 4.1.4 Ketenagaan

Berdasarkan data Kepegawaian pada RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara jumlah karyawan sebanyak 1001 jiwa dengan status kepegawaian PNS: 392orang, Honorer: 5 orang, Bakti Murni: 6 orang, CPNS: 23 orang, Sukarela: 575 orang, yang sedang melanjutkan pendidikan sebanyak 8 orang (PNS), dengan tingkat pendidikan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kab. Aceh Utara 2015

Kualifikasi Pendidikan Laki-laki Perempuan Tenaga Medis

Dokter Umum 7 20

Dokter Spes Bedah 3

Dokter Spes Penyakit Dalam 2

Dokter Spes Kes. Anak 2 3

Dokter Spes Obgin 2

Dokter Spes Radiologi 1

Dokter Spes Anesthesi 2

Dokter Spes Patologi Klinik 1

Dokter Spes Jiwa 1

Dokter Spes Mata 1 2

Dokter Spes THT 2

Dokter Spes Kulit & Kelamin 1

Dokter Spes Paru 1 1

Dokter Spes Saraf 3 2

Dokter Spes Urologi 1

Dokter Gigi 2

Jumlah 24 36


(37)

D3 Keperawatan 128 124

Perawat Spesialis 1

Pembantu Keperawatan 1 13

D-IV Kebidanan 23

D3 Kebidanan 133

Bidan 1

Jumlah 165 339

Kefarmasian

S2 Farmasi / Apoteker 1 1

Apoteker 1 7

S1 Farmasi / Farmakologi Kimia 1 1

AKAFARMA 5

AKFAR 1 5

Asisten Apoteker / SMF 7

Jumlah 4 26

Kesehatan Masyarakat

S2 - Kesehatan Masyarakat 3 1

S1 - Kesehatan Masyarakat 9 7

D3 – Sanitarian 1 1

Tenaga Kesehatan Masy. Lainnya 1

Jumlah 14 9

Gizi

S1 - Gizi / Dietisien 1

Akademi / D3 - Gizi / Dietisien 6

Tenaga Gizi Lainnya 1

Jumlah 0 8

Keterapian Fisik

D3 Fisio Terapis 1 10

D-IV Fisio Terapis 1 1

Jumlah 2 11

Keteknisian Medis

D3 Teknik Radiologi & Radioterapi 5 7

D IV Radiologi 1 1

D3 Refraksionis Optisien 3

D3 Perekam Medis 2 7

D3 Teknik Elektromedik 1 2

D3 Analis Kesehatan 2 23

D3 Kesehan gigi 1 2

D1 Teknik Tranfusi 1

Teknisi Gigi 2

Analis Kesehatan 8

Pekarya Kesehatan 1

Tenaga Keterapian fisik Lainnya


(38)

48

Tabel.4.3 Tenaga Non Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kab. Aceh Utara 2015

Kualifikasi Pendidikan Laki-laki Perempuan Doktoral

S2 Hukum 1

Jumlah 0 1

Sarjana

Sarjana Ekonomi / Akuntansi 5 5

Sarjana Administrasi 4

Sarjana Tehnik 1 2

Sarjana Lainnya (S1) 2 5

Jumlah 12 12

Sarjana Muda

Sarjana Muda Ekonomi / Akuntansi 3

Sarjana Muda Administrasi 2 3

Sarjana Muda Tehnik 1

Sarjana Muda Sekretaris 1

Sarjana Muda / D3 Lainnya 2 1

Jumlah 8 5

SMU Sederajat dan dibawahnya

SMA / SMU 99 77

SMEA 4 6

STM 1

SMKK/SMK/SMKTA 2 24

SMTP/SMP 17 10

SD kebawah 8 4

Jumlah 131 121

Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Cut Meutia tahun 2015 4.2 Karakteristik Informan

Jumlah informan penelitian sebanyak 6 orang yang terdiri dari kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL), kepala ruangan Instalasi Gizi, penanggung jawab ruang rawat inap VIP Melati, penanggung jawab ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), 1 orang cleaning service limbah padat non medis dan 1 orang pengangkut limbah padat medis.


(39)

Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2016 – 18 Mei 2016 di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe. Adapun Karakteristik informan berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Karakteristik Informan

No. Nama Umur Jenis

Kelamin PendidikanTerakhir Jabatan

1. Hafri Husaini 48 L D3

Kesehatan Lingkungan

Kepala IPSL

2. Nur Asmah 40 P S1 Gizi Kepala Ruangan

Instalasi Gizi

3. Fazhlina 29 P D3

Keperawatan Perawat

4. Zulfikri 27 L S1

Keperawatan Perawat

5. Iskandar 34 L SMA Cleaning Service

6. Isnaidi 29 L SMP Petugas

Informan pertama merupakan kepala Intalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) berpendidikan D3 Kesehatan Lingkungan dan lama bekerja selama 5 tahun. Informan kedua adalah Kepala ruangan Instalasi Gizi berpendidikan S1 Gizi. Informan ketiga adalah salah satu penanggung jawab di ruang rawat inap VIP Melati berpendidikan D3 Keperawatan dan bekerja sebagai perawat. Informan keempat adalah salah satu penanggung jawab di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) berpendidikan S1 Keperawatan. Informan kelima adalah salah satu cleaning service di RSU Cut Meutia Lhokseumawe dengan pendidikan SMA dan lama bekerja 3 tahun. Informan keenam adalah petugas kebersihan pengangkut sampah medis dengan pendidikan SMP yang telah diberikan edukasi dan pengawasan serta lama bekerja ± 3 bulan.


(40)

50

4.2 Karakteristik Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia 4.3.1 Sumber dan Jenis Limbah Padat

Rumah sakit merupakan salah satu sumber penghasil limbah padat medis dan limbah padat non medis. Limbah padat medis berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, pengobatan dan lain-lain. Sedangkan limbah padat non medis berasal dari kegiatan atau aktivitas di rumah sakit selain dari limbah padat medis. Limbah padat non medis yang biasa dihasilkan adalah kertas, karton, plastik, kaleng, botol sisa makanan dan lain – lain yang bersumber dari kantor, ruang inap, unit gizi dan taman.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) bahwa limbah padat medis dan limbah padat non medis di RSU Cut Meutia berasal dari 52 ruangan. Ruangan-ruangan tersebut antara lain Ruang Sarana, Ruang Instalasi Gizi, Ruang Wanita Atas, Ruang Laundry, Ruang Hemodialisa (HD), Ruang Wanita Bawah, Ruang Rontgen, Ruang Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT), Ruang ICU, Ruang Pria, Ruang Bedah Pria, Ruang Bedah Wanita, Ruang VIP Melati, Ruang anak, Ruang Perinatologi, Ruang VIP Kupula, Ruang Paru, Ruang Operasi, Ruang Farmasi, Ruang Sentral Gas, Ruang K3, Ruang Bersalin, Ruang Nifas, Ruang Gudang Barang, Ruang BURS, Ruang Laboratorium, Ruang MR, Ruang Fisiotherapy, Ruang Neurologi, Ruang Diklat, Aula, Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), Ruang Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL), Ruang Picu, Poli Diabetes / Urologi, Poli VCT, Poli Jiwa, Poli Mata, Poli Kebidanan, Poli THT, Poli Ginjal /


(41)

Hipertensi, Poli Dalam Pria, Poli Bedah, Poli Kulit dan Kelamin, Poli Gigi, Poli Dalam Wanita, Poli Syaraf, Poli Anak dan Poli Paru

Sumber penghasil limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe berasal dari 52 ruangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 3 dari 52 ruangan yang menjadi objek penelitian didapatkan jenis limbah yang dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Jenis Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Nama Ruangan Jenis Limbah

Instalasi Gizi Limbah Medis

-Limbah Non Medis Sisa kulit, lemak, sisik atau ekor ikan, sisa bagian batang, akar, daun sayuran, kulit buah, kulit telur, sisa minyak goreng, sisa kemasan produk, plastik, kertas.

Instalasi Gawat

Darurat (IGD) Blood handscoon, folley cateter,set/infus set, urine bag, ampulvial, badan spuit, kasa, kapas, selang NGT, selang drain, abocat.

Botol, vial, nald, bisturi, plastik, kertas.

Ruang VIP Melati Blood set/infus set, handscoon, folley cateter, urine bag, ampulvial, badan spuit, kasa, kapas, selang NGT, selang drain, abocat.

Botol, vial, nald, bisturi, plastik, kertas.

Sumber : Hasil Wawancara Tahun 2016

Ruang instalasi gizi hanya menghasilkan limbah padat non medis dari hasil aktivitas ruangan tersebut. Limbah padat atau sampah yang dihasilkan adalah sisa kulit, lemak, sisik atau ekor ikan, sisa bagian batang, akar, daun sayuran, kulit buah, kulit telur, sisa minyak goreng, sisa kemasan produk, plastik dan kertas. Sedangkan ruang rawat inap VIP Melati dan ruang Instalasi Gawat


(42)

52

limbah padat atau sampah rumah sakit yang dihasilkan antara lain Blood set/infus set, handscoon, folley cateter, urine bag, ampulvial, badan spuit, kasa, kapas, selang NGT, selang drain, botol, vial, nald, bisturi, abocat, plastik dan kertas. 4.3.2 Volume Limbah Padat

Berdasarkan hasil penelitian, dari 3 ruangan yang menjadi objek penelitian tidak melakukan penimbangan jumlah limbah padat yang dihasilkan, namun penimbangan dilakukan di TPS untuk mengetahui volume limbah padat yang dihasilkan oleh rumah sakit. Penimbangan hanya dilakukan pada limbah padat medis , sedangkan untuk limbah padat non medis tidak dilakukan. Volume limbah padat medis RSU Cut Meutia dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Volume Limbah Padat Medis RSU Cut Meutia Lhokseumawe Bulan Desember Tahun 2015

Tanggal Volume Limbah Padat Medis

1/12/2015 50 kg

2/12/2015 45 kg

3/12/2015 55 kg

4/12/2015 35 kg

7/12/2015 70 kg

8/12/2015 35 kg

9/12/2015 47 kg

10/12/2015 43 kg

11/12/2015 55 kg

14/12/2015 83 kg

15/12/2015 42 kg

16/12/2015 55 kg

17/12/2015 52 kg

18/12/2015 43 kg

21/12/2015 76 kg

22/12/2015 35 kg

23/12/2015 42 kg

24/12/2015 37 kg

25/12/2015 55 kg

28/12/2015 65 kg

29/12/2015 42 kg

30/12/2015 50 kg

31/12/2015 37 kg


(43)

4.3 Sumber Daya Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

4.4.1Man (SDM)

Pelaksanaan pengelolaan limbah padat rumah sakit menjadi tanggung jawab Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL). Tenaga yang bertugas dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat terdiri dari 5 orang anggota Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkunga (IPSL) dan dibantu oleh 3 orang cleaning service. Pengelola limbah padat tersebut terdiri dari:

a. Kepala Instalasi Penyehatan Sanitasi Lingkungan (IPSL) berpendidikan D3 Kesehatan Lingkungan dan lama bekerja selama 5 tahun.

b. Kepala divisi pengelolaan sampah dan pengawasan kebersihan berpendidikan D3 Kesehatan Lingkungan dan lama bekerja selama 2 tahun.

c. 2 orang petugas pengangkut limbah padat medis di dalam ruangan dan luar ruangan berpendidikan SMA dan SMP yang telah diberikan edukasi dan pengawasan serta lama bekerja ± 3 bulan.

d. 1 orang operator pada incenerator berpendidikan SMA dan lama bekerja 5 tahun. 1 orang petugas tersebut telah mendapatkan edukasi serta pengawasan dari instalasi PSL.

e. 3 orang cleaning service yang bertugas mengangkut limbah padat non medis berpendidikan SMA dan lama bekerja ±3 tahun.

4.4.2Money (pembiayaan)


(44)

54

pengelolaan limbah padat dan pembiayaan gaji tenaga kerja. Fasilitas yang dibutuhkan seperti pembelian tempat sampah, plastik limbah padat medis dan non medis, bahan bakar dan lain-lain. Penulis tidak mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pembiayaan atau anggaran yang dibutuhkan RSU Cut Meutia, namun berdasarkan hasil wawancara, biaya rutin yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat adalah penggunaan solar untuk pembakaran dengan menggunakan incenerator. Dalam sekali pembakaran, dibutuhkan 75 liter solar. Dari data yang didapatkan, dalam sebulan dilakukan 13 kali pembakaran, sehingga solar yang dibutuhkan adalah 975 liter. Maka, biaya yang dikeluarkan untuk pembakaran limbah padat medis rumah sakit adalah ± Rp Rp 5.021.250. Selain itu, terdapat juga biaya yang dibutuhkan untuk gajicleaning servicerumah sakit sebesar Rp 1.000.000 / orang.

4.4.3Machines (Sarana dan Prasarana)

Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe belum menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat yang lengkap. Sarana perlengkapan untuk petugas pengelolaan limbah padat, yaitu Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker, pelindung mata, sepatu boot dan sarung tangan khusus. Berikut daftar sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat di RSU Cut Meutia Lhokseumawe dapat dilihat pada tabel 4.7


(45)

Tabel 4.7 Daftar Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

Sarana dan Prasarana Jumlah

Ruang Instalasi Gizi

a. Tempah sampah domestik di dalam ruangan yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam b. Tempat sampah domestik di luar ruangan

4 Tempat Sampah 2 Tempat Sampah Ruang VIP Melati

a. Tempat sampah medis di dalam ruangan yang dilapisi kantong plastik berwarna kuning b. Tempat sampah non medis di dalam ruangan

yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam c. Tong sampah besar non medis di luar ruangan

1 Tempat Sampah

1 Tempat Sampah

1 Tempat Sampah Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)

a. Tempat sampah medis di dalam ruangan yang dilapisi kantong plastik berwarna kuning b. Tempat sampah non medis di dalam ruangan

yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam c. Tong sampah besar non medis di luar ruangan d. Safety box

2 Tempat Sampah

3 Tempat Sampah

1 Tempat Sampah 2 Tempat Sampah

Trolley 15 Trolley


(46)

56

TPS limbah padat medis

Incenerator dengan kapasitas 50 kg

Sumber : Hasil Observasi di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

Berdasarkan hasil observasi, masing-masing ruangan menyediakan tempat sampah medis dan non medis, namun untuk ruang instalasi gizi hanya menyediakan tempah sampah non medis. Setiap tempat sampah dilapisi oleh plastik, dimana untuk sampah medis dilapisi oleh plastik berwarna kuning dan untuk sampah non medis dilapisi plastik berwarna hitam. Khusus ruangan IGD, disediakan safety box untuk memasukkan limbah padat benda tajam setelah melakukan tindakan terhadap pasien.

RSU Cut Meutia Lhokseumawe memiliki 15 trolley yang berfungsi sebagai tempat penampungan sampah non medis dan media untuk membawa sampah ke TPS umum atau kontainer yang berjumlah 2 buah. Rumah sakit juga memiliki TPS khusus untuk limbah padat medis yang berlokasi tidak jauh dari penempatanincenerator.

Rumah sakit memiliki 1 buah incenerator dengan kapasitas 50 kg yang berfungsi untuk melakukan pembakaran limbah padat medis, setelah itu abu hasil pembakaran dikumpulkan dalam sebuah tempat atau wadah yang tertutup untuk mengurangi bahaya yang dapat ditimbulkan.

4.4.4Methods (Metode)

Upaya pengelolaan limbah padat rumah sakit dapat dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan lingkungan rumah sakit. Pelaksanaan penanganan limbah padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia didasarkan pada :

1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Instalasi pemeliharaan sanitasi lingkungan RSU Cut Meutia Lhokseumawe yang telah di tanda tangani oleh Direktur rumah


(47)

2. Kepmenkes RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

4.4 Alur Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Limbah Padat Non Medis di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

Rumah Sakit Umum Cut Meutia merupakan rumah sakit tipe B. Adapun alur pengelolaan limbah padat yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

4.5.1 Alur Limbah Padat Medis

Gambar 4.1 Limbah Padat Medis

TPS Khusus Limbah Padat Medis

Pembakaran

Pembuangan Akhir Abu Hasil Pembakaran


(48)

58

4.5.2 Alur Limbah Padat Non Medis

Gambar 4.2

4.6 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

Pada prinsipnya sistem pengelolaan limbah padat RSU Cut Meutia Lhokseumawe meliputi tiga tahap yaitu tahap penampungan dan pengumpulan, tahap pengangkutan serta tahap pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat. 4.6.1 Tahap Penampungan dan Pengumpulan

Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe memiliki 2 jenis limbah padat, yaitu limbah padat medis dan limbah padat non medis. Pemilahan limbah padat dilakukan oleh para petugas yang ada di masing-masing unit penghasil limbah padat (petugas unit tersebut). Alat penampungan sampah telah disediakan di masing-masing ruangan yang terdiri dari tempat sampah medis dan non medis sertasafety box khusus ruangan tindakan pasien.

Limbah Padat Non Medis

TPS Umum

Diangkut Oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK)


(49)

Ruangan Instalasi Gizi hanya memiliki 4 buah tempat sampah non medis yang dilapisi oleh plastik berwarna hitam, ruang rawat inap VIP Melati memiliki 1 buah tempat sampah medis yang dilapisi plastik berwarna kuning dan 1 buah tempat sampah non medis yang dilapisi plastik berwarna hitam di dalam ruangan serta 1 buat tong sampah besar non medis di luar ruangan dan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki 2 tempat sampah medis yang dilapisi plastik berwarna kuning dan 3 buah tempat sampah non medis yang dilapisi plastik berwarna hitam di dalam ruangan serta 1 buah tong sampah besar non medis di luar ruangan.

4.6.2 Tahap Pengangkutan

Proses pengangkutan dilakukan oleh 5 orang, dimana 3 orang cleaning service bertugas mengangkut sampah non medis dari setiap ruangan yang telah di tempatkan di luar ruangan. Pengangkutan dilakukan sekali dalam sehari, yaitu pada pagi hari pukul 07:00 – 09:00. Dari hasil wawancara dan observasi, belum pernah terjadi penumpukan limbah padat non medis di rumah sakit, karena petugas rutin dalam mengangkut sampah non medis. Sampah yang telah dikumpulkan, diangkut ke TPS umum dengan menggunakan trolley.

Untuk proses pengangkutan limbah padat medis dilakukan oleh 2 orang petugas khusus dari Instalasi PSL. Limbah padat medis tersebut diangkut setiap pagi pada pukul 07:00 – 10:00. 1 orang bertugas mengambil sampah medis dari dalam ruangan ke luar ruangan dan 1 orang petugas lainnya mempunyai tugas membawa limbah padat medis menuju ke TPS khusus dengan menggunakan trolley yang telah disediakan.


(50)

60

Pengangkutan sampah hanya dibedakan berdasarkan warna plastik, dimana plastik yang berwarna hitam merupakan limbah padat non medis yang diangkut oleh cleaning service dan plastik berwarna kuning merupakan limbah padat medis yang diangkut oleh petugas khusus. Trolley yang digunakan untuk mengangkut limbah padat medis dan non medis berbeda. Jalur trolley yang digunakan untuk mengangkut limbah padat dari ruangan menuju TPS masih menggunakan jalur umum atau jalur yang dilewati pengunjung.

4.6.3 Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

Proses pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat medis dan limbah padat non medis berbeda. Pemusnahan limbah padat medis dilakukan dengan pembakaran menggunakan incenerator rumah sakit. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan apabila incenerator akan digunakan di rumah sakit antara lain adalah ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu serta perangkap untuk melindungi incineratordari bahaya kebakaran. Jumlah atau volume limbah padat medis untuk sekali pembakaran dengan menggunakan incenerator adalah 50 kg dengan suhu 11000C. Dalam sekali pembakaran dibutuhkan 3 kali perlakuan. Limbah padat medis dibakar hingga suhu 11000C dan mesin akan mati secara otomatis. Lalu mesin akan melakukan pendinginan hingga suhu 2000C dan setelah itu mesin akan dihidupkan kembali hingga suhu menunjukkan angka 11000C. Tujuan dilakukan nya 3 kali


(51)

perlakuan dalam sekali pembakaran adalah agar hasil yang di dapatkan maksimal dan dapat membentuk abu yang sempurna dari hasil pembakaran. Abu yang dihasilkan akan dimasukkan ke dalam suatu wadah yang disebut dengan pit. Wadah tersebut memakai cincin sumur, kedap air dan tertutup untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan badan tanah. Proses pembakaran limbah padat medis di RSU Cut Meutia adalah 3 kali dalam seminggu. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali pembakaran adalah 3 jam dan bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran adalah solar sebanyak 75 liter untuk sekali pembakaran. Jadwal pembakaran dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Jadwal Pembakaran Limbah Padat Medis Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe pada bulan Januari – Maret Tahun 2016

Tanggal Waktu

1 Januari 2016 15:00 WIB

4 Januari 2016 15:20 WIB

6 Januari 2016 15:15 WIB

8 Januari 2016 16:00 WIB

11 Januari 2016 15:45 WIB

13 Januari 2016 15:30 WIB

15 Januari 2016 14:35 WIB

18 Januari 2016 15:10 WIB

20 Januari 2016 14:20 WIB

22 Januari 2016 14:30 WIB

25 Januari 2016 15:20 WIB

27 Januari 2016 16:00 WIB

29 Januari 2016 15:30 WIB

1 Februari 2016 15:00 WIB

3 Februari 2016 15:20 WIB

5 Februari 2016 15:15 WIB

8 Februari 2016 16:00 WIB

10 Februari 2016 15:45 WIB

12 Februari 2016 15:30 WIB

15 Februari 2016 14:35 WIB

17 Februari 2016 15:10 WIB


(52)

62

24 Februari 2016 15:20 WIB

26 Februari 2016 16:00 WIB

29 Februari 2016 15:30 WIB

2 Maret 2016 14:00 WIB

4 Maret 2016 15:00 WIB

7 Maret 2016 17:25 WIB

9 Maret 2016 16:05 WIB

11 Maret 2016 13:45 WIB

14 Maret 2016 15:30 WIB

16 Maret 2016 16:35 WIB

18 Maret 2016 17:10 WIB

21 Maret 2016 13:20 WIB

23 Maret 2016 14:45 WIB

25 Maret 2016 16:20 WIB

28 Maret 2016 12:30 WIB

30 Maret 2016 14:30 WIB

Sumber : Data Instalasi Penyehatan Sanitasi Lingkungan (IPSL) Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

Proses pembuangan akhir untuk limbah padat non medis hanya sampai pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS) umum rumah sakit yang terdiri dari 2 buah kontainer. Limbah padat non medis yang ada di TPS diangkut oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) 2 hari sekali pada pukul 09:00. 4.7 Hasil Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

Hasil pelaksanaan pengelolaan limbah padat di rumah sakit harus di dukung oleh tenaga, biaya dan sarana prasarana yang tersedia. Penilaian proses pelaksanaan pengelolaan limbah padat dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.


(53)

4.7.1 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

I. Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat

Item Ya Tidak

Tampungan sampah medis dan non medis dipisahkan 

Tampungan sampah radioaktif berwarna merah 

Tampungan sampah sangat infeksius berwarna kuning  Tampungan sampah infeksius, patologi dan anatomi

berwarna kuning 

Tampungan sampah sitotoksis berwarna ungu 

Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi berwarna

coklat 

Tampungan sampah radioaktif menggunakan plastik

berwarna merah 

Tampungan sampat sangat infeksius menggunakan

plastik berwarna kuning 

Tampungan sampah infeksius, patologi dan anatomi

menggunakan plastiik berwarna kuning 

Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik

berwarna ungu 

Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi

menggunakan plastik berwarna coklat 

Tampungan sampah domestik menggunakan plastik

berwarna hitam 

Plastik tampungan sampah berlogo sesuai kategori

sampah 

Berdasarkan hasil observasi di RSU Cut Meutia Lhokseumawe pada tahap penampungan dan pengumpulan limbah padat, tampungan sampah medis dan non medis telah dipisahkan. Tampungan sampah sangat infeksius, infeksius, patologi dan anotomi berwarna kuning sedangkan untuk sampah sitotoksis, kimia, farmasi dan radioaktif tidak memiliki warna tampungan sesuai dengan kategorinya. Tampungan sampah sangat infeksius, infeksius, patologi dan anotomi menggunakan plastik berwarna kuning sedangkan untuk sampah


(54)

64

kategorinya. Sampah domestik yang berasal dari rumah sakit mempunyai tampungan sampah dengan menggunakan plastik berwarna hitam.

II. Pengangkutan Limbah Padat

Item Ya Tidak

Sarana pengangkut sampah yang digunakan adalahtrolleyTrolley pengumpulan sampah medis dan non medis

dipisahkan 

Trolley pengangkut sampah yang digunakan dalam

keadaan baik dan tidak bocor 

Trolleypengangkut sampah yang digunakan kedap air  Trolley pengangkut sampah yang digunakan memiliki

tutup 

Trolley pengangkut sampah yang digunakan mudah

dibersihkan dan dikosongkan 

Trolley pengangkut sampah perpakiran/halaman berbeda

dengan sampah ruangan 

Terdapat jalur khusus pengangkut sampah 

Trolley pengangkut sampah tidak menimbulkan

kebisingan 

Rumah sakit memiliki tempat pembuangan sementara

(TPS) 

Sampah non medis dibuang ke tempat pembuangan

sementara (TPS) 

Sampah medis tidak dibuang ke tempat pembuangan

sementara (TPS) 

Berdasarkan hasil observasi di RSU Cut Meutia Lhokseumawe pada tahap pengangkutan limbah padat, sarana pengangkut yang digunakan adalah trolley. Trolley yang digunakan untuk pengangkutam sampah medis dan non medis telah dipisahkan dan dalam keadaan baik, tidak bocor, memiliki tutup dan mudah dibersihkan, tetapi trolley tersebut menimbulkan kebisingan. Pada proses pengangkutan sampah, rumah sakit tidak memiliki jalur khusus, melainkan melewati jalur umum atau jalur pengunjung. RSU Cut Meutia Lhokseumawe memiliki Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk limbah padat medis dan


(55)

III. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat

Item Ya Tidak

Pada limbah infeksius dilakukanautoclaving

Dilakukan disinfeksi dengan bahan kimia pada limbah

infeksius 

Rumah sakit memilikiincenerator

Sampah medis dibakar diincenerator

Suhu incenerator di atas 1000oC

Limbah domestik dibuang ke TPA yang telah ditetapkan 

Sampah diangkut ke TPA 1 kali/hari 

Berdasarkan hasil observasi di RSU Cut Meutia Lhokseumawe pada tahap pemusnahan dan pembuangan akhir, tidak dilakukan autoclaving dan disinfeksi dengan bahan kimia pada limbah infeksius. RSU Cut Meutia Lhokseumawe memiliki incenerator sehingga pemusnahan sampah medis dilakukan dengan pembakaran. Pembakaran dilakukan pada suhu diatas 10000C. Sedangkan pembuangan limbah domestik tidak langsung dibuang ke TPA tetapi di buang ke TPS dan diangkut 2 hari sekali oleh BLHK.

4.7.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016 (Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004)

Tabel 4.9 Lembar Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016 sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004

Variabel pengelolaan Limbah

Padat Bobot Nilai Skor TotalSkor KET

Pemusnahan limbah pada infeksius dan sitotoksis dengan incenerator atau radiasi microwave sebelum dibuang (25)


(56)

66

tertutup, dan tidak korosif (20) Minimal 1 buah di setiap radius

20 meter pada ruang terbuka (5) 10 10 10 100 MS

Tempat sampah dikosongkan setiap 2 kali sehari dan 1 kali sehari dibuang ke TPA (10)

10 0 0 0 TMS

Sampah domestik dibuang ke

TPA (5) 10 10 10 100 MS

Limbah radiokatif dilakukan penanganan khusus sesuai persyaratan (5)

10 0 0 0 TMS

Alat angkut langsung didesinfeksi setelah mengangkut limbah medis dan dipisahkan dari limbah padat domestic (10)

10 5 5 50 TMS

Bagi RS yang tidak ada incenerator, melakukan kerjasam MoU dengan RS lain (20)

10 0 0 0 TMS

Total 600 x 100%1000

= 60% TMS

Keterangan :

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan hasil obervasi pengelolaan limbah padat rumah sakit sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 di dapatkan skor 60%. Untuk Pemusnahan limbah pada infeksius dan sitotoksis dengan incenerator atau radiasi microwave sebelum dibuang mendapatkan nilai 25 sehingga total skor adalah 250. Tempat limbah padat terbuat dari bahan yang kedap air, tertutup dan tidak korosif mendapatkan nilai 10 sehingga total skor 100. Minimal 1 buah di setiap radius 20 meter pada ruang terbuka mendapatkan nilai 10 sehingga total skor 100. Tempat sampah dikosongkan setiap 2 kali sehari dan 1 kali sehari dibuang ke TPA, tidak


(57)

mendapatkan nilai sehingga total skor adalah 0. Sampah domestik dibuang ke TPA mendapatkan skor 10 sehingga total skor 100. Limbah radiokatif dilakukan penanganan khusus sesuai persyaratan tidak mendapatkan nilai apapun. Alat angkut langsung didesinfeksi setelah mengangkut limbah medis dan dipisahkan dari limbah padat domestik mendapatkan nilai 5 sehingga total skor 50 dan bagi RS yang tidak memiliki incenerator, melakukan kerjasam MoU dengan RS lain mendapatkan skor 0.


(58)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Sumber Daya Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

5.1.1Man (SDM)

Pengelola Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe telah menyusun struktur organisasi, dimana seluruh tugas yang berkaitan dengan sanitasi dan kesehatan lingkungan rumah sakit berada dalam satu bagian yaitu Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL). Instalasi PSL mempunyai tanggung jawab dalam hal pengelolaan limbah cair, limbah kimia, laboratorium kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dan pengawasan kebersihan, pengelolaan air bersih dan pengadministrasian umum.

Pelaksanaan pengelolaan limbah padat rumah sakit dilaksanakan oleh petugas dari Instalasi PSL dan dibantu olehcleaning service rumah sakit. Petugas Instalasi PSL memiliki tugas dalam hal pengangkutan limbah padat medis, pembakar limbah padat medis dengan menggunakan incenerator serta pengawasan. Petugas cleaning service memiliki tugas mengangkut limbah padat non medis rumah sakit menuju TPS umum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang bertugas dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia sebanyak 8 orang dengan pembagian tugas sebagai pengawas, pengumpul dan pengangkut sampah serta pembakar dengan menggunakanincenerator. Tenaga pengelola limbah padat ini tidak secara khusus menangani pengelolaan limbah padat, tetapi juga memiliki


(59)

tanggung jawab dalam hal pengawasan kebersihan rumah sakit sehingga tidak ada pendataan khusus tentang limbah padat yang diangkut dari setiap ruangan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.

Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung jawab terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan kualifikasi yang telah di tetapkan. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas B adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah S1 di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia dan teknik sipil (Depkes RI, 2004). Dalam hal ini Rumah Sakit Umum Cut Meutia telah memiliki penanggung jawab yang sesuai yaitu sarjana kesehatan masyarakat di bidang kesehatan lingkungan.

Bila dilihat dari segi kualifikasi pendidikan SDM untuk tenaga pengelola limbah, yang belum memenuhi syarat adalah 2 orang pengangkut limbah padat medis dan 3 orang cleaning service dengan pendidikan SMP dan SMA tetapi belum pernah mendapatkan pelatihan khusus. Petugas tersebut hanya mendapatkan edukasi ataupun arahan dari kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL). Menurut Depkes RI tahun 2002, tenaga pengelola dengan kualifikasi SMP harus ditambah dengan latihan khusus.

Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga pengelola limbah padat rumah sakit belum menggunakan alat pelindung diri yang lengkap sesuai KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004. Dari hasil observasi, petugas hanya menggunakan


(60)

70

masker, sarung tangan dan pelindung kaki padahal rumah sakit telah menyediakan alat pelindung diri untuk tangan, kaki, kepala dan bagian tubuh lainnya agar terhindar dari infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja.

5.1.2Money (Pembiayaan)

Pembiayaan merupakan salah satu hal yang penting dalam mencapai tujuan dimana besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar. Pada penelitian ini, penulis tidak mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pembiayaan atau anggaran yang dibutuhkan RSU Cut Meutia dalam hal pelaksanaan pengelolaan limbah padat tetapi berdasarkan hasil wawancara, biaya rutin yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat adalah pemakaian solar untuk pembakaran dengan menggunakanincenerator.

5.1.3Machines (Sarana dan Prasarana)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat di rumah sakit belum lengkap. Sesuai KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004 bahwa jenis wadah dan label limbah padat medis harus sesuai dengan kategori. Namun, wadah limbah padat medis yang tersedia di RSU Cut Meutia Lhokseumawe hanya terdapat satu macam saja yaitu tempat sampah berwarna kuning yang dilapisi plastik berwarna kuning dengan tulisan infeksius sehingga pewadahan limbah padat medis yang dihasilkan rumah sakit masih disatukan. Sebaiknya, ruangan penghasil limbah padat medis menyediakan beberapa tempat sampah yang sesuai dengan jenis dan kategorinya. Untuk limbah padat non medis disediakan tempat sampah yang dilapisi plastik berwarna hitam. Pemberian kode warna yang berbeda sangat membantu dalam


(61)

proses pengelolaannya karena memudahkan identifikasi dan pemisahan limbah padat sesuai karakteristiknya.

Proses pemusnahan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe sudah cukup baik. Rumah sakit memiliki incenerator sendiri, sehingga proses pembakaran limbah padat dilakukan di rumah sakit. Namun, incenerator yang tersedia di rumah sakit terlihat tidak terawat sehingga sangat diperlukan melakukan perawatan secara berkala agar proses kerja incenerator dapat berfungsi dengan baik. Sedangkan untuk pemakaian APD yang belum lengkap pada petugas pengelola limbah padat, sebaiknya Rumah Sakit Umum Cut Meutia mengadakan pelatihan pengelolaan limbah padat sehingga adanya peningkatan kedisiplinan dalam pemakaian APD.

5.1.4Methods (Metode)

Upaya pengelolaan limbah padat rumah sakit dapat dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan lingkungan rumah sakit. Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe berlandaskan pada Standar Operasional Prosedur (SOP) dan KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Namun, jika dilihat dari SOP yang dibuat oleh Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) isinya kurang spesifik. Sebaiknya SOP yang dibuat lebih detail yaitu dengan menjelaskan pembagianjob description dan waktu kerja.

Hasil wawancara di Rumah Sakit Umum Cut Meutia pelaksanaan pengelolaan limbah padat tidak mengacu pada peraturan yang ada. Hal ini dapat


(62)

72

dilihat dari pewadahan limbah padat medis yang belum lengkap, tidak memiliki kode dan warna yang memenuhi syarat dan penggunaan APD yang belum lengkap. Kebijakan rumah sakit seharusnya taat terhadap peraturan dan perundang-undangan pengelolaan limbah padat rumah sakit dan berupaya meningkatkan kualitas lingkungan (Adisasmito, 2008).

5.2 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

5.2.1 Tahap Penampungan dan Pengumpulan

Tahap penampungan merupakan tahap yang paling sulit dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat rumah sakit karena langsung berhubungan dengan tenaga kesehatan atau penanggung jawab ruangan seperti perawat. Dari 3 ruangan yang menjadi objek penelitian, proses penampungan sampah dilakukan oleh petugas di masing-masing ruangan tersebut. Pada ruang instalasi gizi hanya menghasilkan limbah padat non medis, sehingga hanya disediakan 4 buah tempat sampah non medis yang dilapisi plastik berwarna hitam. Jika semua aktifitas telah selesai, sampah yang dihasilkan dari ruangan tersebut di ikat dengan menggunakan tali lalu dikumpulkan di trolley sampah yang terletak di belakang ruangan instalasi gizi dan selanjutnya diangkut oleh cleaning service. Pada ruangan ini, tidak ada pemisahan antara sampah organik dan anorganik, sehingga sampah basah dan kering bercampur. Seharusnya dilakukan pemisahan agar dapat memanfaatkan atau mendaur ulang sampah yang dihasilkan, namun berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan instalasi gizi, sampah yang dapat di daur


(63)

ulang tidak dimanfaatkan melainkan diserahkan kepada warga di sekitar lingkungan rumah sakit untuk kepentingan pribadi.

Ruang rawat inap VIP Melati menghasilkan limbah padat medis dan limbah padat non medis. Proses penampungan dilakukan oleh petugas yang bekerja di ruangan tersebut dan juga pasien maupun keluarga pasien. Jumlah tempat sampah yang tersedia adalah 1 buah tempat sampah medis yang dilapisi plastik berwarna kuning dan 1 buah tempat sampah non medis dilapisi plastik berwarna hitam yang terletak di ruang perawat serta trolley sampah yang terletak di depan ruang rawat inap VIP Melati. Ruang rawat inap VIP Melati terdiri dari 14 kamar. Dilihat dari jumlah tempat limbah padat yang tersedia, seharusnya terdapat minimal 1 buah tempat sampah non medis untuk setiap kamar atau disesuaikan dengan kebutuhan, namun pada pelaksanaannya tidak tersedia tempat sampah baik medis maupun non medis di setiap kamar. Sehingga keluarga pasien yang berada di ruangan tersebut harus membuang sampah ke trolley yang tersedia di luar ruangan. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan jumlah tempat sampah di ruangan tersebut (Depkes RI, 2004).

Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) menghasilkan limbah padat medis dan limbah padat non medis. Jumlah tempat sampah yang tersedia adalah 2 buah tempat sampah medis yang dilapisi plastik berwarna kuning dan terdapat keterangan sampah medis di bagian tutup, 3 buah tempat sampah non medis yang dilapisi plastik berwarna hitam dan terdapat keterangan sampah non medis di bagian tutup, 1 buat tempat sampah besar non medis di luar ruangan. Tenaga kesehatan yang berada di ruangan tersebut memiliki tanggung jawab untuk


(64)

74

melakukan penampungan terhadap limbah padat. Limbah padat medis dikumpulkan di tempat sampah tersebut dan akan diangkut oleh tenaga khusus setiap pagi, sedangkan untuk limbah padat non medis, sampah dikumpulkan di tempat sampah besar yang berada di luar ruangan untuk diangkut oleh cleaning service setiap pagi.

5.2.2 Tahap Pengangkutan

Proses pengangkutan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe dilakukan oleh 5 orang, dimana 2 orang bertugas mengangkut limbah padat medis dan 3 orang cleaning service bertugas mengangkut limbah padat non medis. Waktu pengangkutan dimulai pada pagi hari pukul 07:00. Dalam sehari, pengangkutan hanya dilakukan sekali tetapi tidak menutup kemungkinan pengangkutan dilakukan lebih dari 1 kali dalam sehari ketika 2/3 bagian tempat sampah telah terisi. Namun, apabila sampah di trolley masih sedikit pada saat jadwal pengangkutan, sampah yang berada di trolley tersebut digabungkan dengan sampah di trolley lainnya. Sehingga pada saat pengangkutan menuju TPS, trolley tidak tertutup rapat dan menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga trolley yang digunakan menimbulkan kebisingan. Seharusnya menurut KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004 pada proses pengangkutan, trolley yang digunakan harus dalam keadaan baik dan tertutup rapat.

Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe tidak mempunyai jalur khusus dalam pengangkutan menuju TPS melainkan melalui jalur yang sama digunakan oleh pengunjung rumah sakit. Hal ini dapat membahayakan kesehatan pengunjung jika kemungkinan ada sampah yang tercecer, tetapi untuk


(65)

meminimalkan bahaya tersebut petugas melakukan pengangkutan pada pagi hari sebelum aktifitas rumah sakit dimulai. Namun, rumah sakit tetap perlu mempertimbangkan jalur yang dilalui berbeda dengan jalur pengunjung (Depkes RI,2004).

5.2.3 Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

Pada proses pemusnahan, limbah padat medis dibakar dengan menggunakan incenerator. Proses ini telah sesuai dengan KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu pemusnahan limbah padat medis dengan cara pembakaran menggunakan incenerator pada suhu diatas 11000C.Incenerator yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Cut Meutia berkapasitas 50 kg, Penempatan incenerator sudah cukup baik karena jauh dari aktivitas di rumah sakit sehingga dapat meminimalkan bahaya yang dapat ditimbulkan dari hasil pembakaran. Abu hasil pembakaran diangkut dan ditanam ke sebuah tempat yang tertutup.

Proses pembuangan limbah padat non medis hanya sampai pada Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan setelah itu diangkut oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) kota Lhokseumawe. TPS yang tersedia di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe terdiri dari 2 buah kontainer dengan keadaan TPS yang tidak tertutup. Seharusnya TPS yang tersedia harus dengan keadaan terttutup agar tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia yang tinggal di lingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar dan estetika lingkungan rumah sakit tidak terganggu. Berdasarkan hasil wawancara, pengangkutan limbah padat non medis dilakukan 2 hari sekali pada pagi hari pukul 09:00.


(66)

76

5.3 Hasil Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe

Pelaksanaan pengelolaan limbah padat rumah sakit dapat berjalan dengan baik apabila adanya koordinasi antara berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan (Hapsari, 2010). Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe memperoleh skor sebesar 60% dari total penilaian 100%. Rumah sakit dinyatakan memenuhi syarat apabila memperoleh skor ≥ 80%. Dalam hal penanganan limbah padat medis memang telah dilakukan pemusnahan dengan incenerator, namun pada variabel tempat sampah dikosongkan setiap 2 kali sehari dan 1 kali sehari dibuang ke TPA tidak mendapatkan skor apapun, karena pada pelaksanaannya tempat sampah diangkut dan dikosongkan sehari sekali serta dibuang ke TPA 2 hari sekali. Selain itu tidak ada penanganan khusus terhadap limbah radioaktif sesuai persyaratan, pelaksanaan pengelolaan limbah padat hanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu penanganan limbah padat medis dan limbah padat non medis.

Berdasarkan KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004, seharusnya Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe menyediakan tempat sampah sesuai dengan kategori limbah yang dihasilkan serta warna kantong plastik yang sesuai, memberikan pelatihan tentang pelaksanaan pengelolaan limbah padat pada tenaga pengelola dan pengetahuan tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga pengelola limbah padat rumah sakit.


(67)

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

A. Input

1. Pelaksanaan pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe menjadi tanggung jawab Instalasi pemeliharaan Sanitasi lingkungan (IPSL) dan dibantu oleh 3 orang cleaning service rumah sakit. Jumlah ketenagaan yang ada sudah baik dan mencukupi.

2. Pembiayaan pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe sudah mencukupi.

3. Sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe belum lengkap, terutama ketersediaan tempat penampungan limbah padat medis yang belum sesuai warna dan kategori.

4. Pedoman yang digunakan dalam pelaksaan pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe adalah KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dibuat oleh Instalasi PSL.


(68)

69

B. Proses

1. Proses pengelolaan limbah padat pada tahap penampungan dan pengumpulan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe. dilakukan oleh tenaga kesehatan atau perawat di ruangan masing-masing. 2. Proses pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Lhokseumawe pada tahap pengangkutan limbah padat medis dilakukan oleh 2 orang tenaga khusus dari Instalasi PSL sedangkan limbah padat non medis diangkut oleh 3 orang cleaning service rumah sakit. Proses pengangkutan limbah padat belum melalui jalur khusus, melainkan melalui jalur umum atau jalur yang digunakan oleh pengunjung.

3. Proses pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe pada tahap pemusnahan dan pembuangan akhir untuk limbah padat medis dilakukan dengan pembakaran menggunakan incenerator pada suhu 11000C dan limbah padat medis diangkut oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) untuk dibawa ke TPA yang telah di tetapkan.

C. Output

1. Hasil pelaksanaan pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe berdasarkan hasil observasi memperoleh skor 60%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pengelolaan limbah padat belum

memenuhi syarat karena berdasarkan KEPMENKES

1204/Menkes/SK/X/2004 pengelolaan limbah padat rumah sakit memenuhi syarat apabila skor hasil penilaian ≥ 80 %.


(69)

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Input

1. Diharapkan pada tenaga pengelola limbah padat rumah sakit mendapatkan pelatihan tentang pelaksanaan pengelolaan limbah padat secara sistematis dan berkala sehingga dapat meningkatkan pengetahuan para petugas dalam hal pengelolaan limbah padat medis dan non medis serta adanya peningkatan kedisiplinan dalam penggunaan APD.

2. Diharapkan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe melakukan penambahan sarana dan prasarana dalam pengelolaan limbah padat terutama tempat penampungan yang dilengkapi kantong plastik dan simbol sesuai jenis limbah padat yang dihasilkan rumah sakit sehingga Rumah Sakit Umum Cut Meutia dapat menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan dapat memenuhi syarat sesuai KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004.

3. Diharapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pengelolaan limbah padat rumah sakit lebih spesifik dengan memberikan penjelasan tentang job description dan waktu kerja bagi petugas pengelola limbah padat.


(70)

71

B. Proses

1. Jumlah tempat penampungan limbah padat di ruang Instalasi Gizi dan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) sudah mencukupi dan agar tetap dipelihara. Pada ruang rawat inap VIP Melati sebaiknya disediakan tempat sampah non medis di setiap kamar atau sesuai kebutuhan.

2. Diharapkan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe memiliki jalur khusus untuk proses pengangkutan limbah padat rumah sakit menuju TPS yang telah disediakan agar dapat meminimalkan bahaya yang dapat ditimbulkan.

3. Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe telah menggunakan incenerator pada proses pemusnahan limbah padat medis, namun diharapkan untuk melakukan perawatan incenerator secara berkala agar proses kerja incenerator tetap dapat berfungsi dengan baik.

C. Output

1. Diharapkan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe dapat meningkatkan dan mengoptimalkan pelaksanaan pengelolaan limbah padat rumah sakit agar hasil pelaksanaan pengelolaannya sesuai dengan peraturan KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004.


(71)

2.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian (Wiku Adisasmito, 2006).

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit).

Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan bermacam-macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Adisasmita, 2009).

Rumah sakit mempunyai fungsi dan tugas memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat di sekitarnya, melainkan akan berdampak negatif berupa pencemaran akibat


(72)

8

(2006) pengelolaan limbah padat medis dan non medis di rumah sakit sangat dibutuhkan bagi kenyamanan dan kebersihan rumah sakit karena dapat memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular, terutama infeksi nosokomial.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit :

1. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit meliputi:

a. Pelayanan medik b. Pelayanan kefarmasian

c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan d. Pelayanan penunjang klinik

e. Pelayanan penunjang nonklinik f. Pelayanan rawat inap

2. Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas: a. Tenaga medis

b. Tenaga kefarmasian c. Tenaga keperawatan d. Tenaga kesehatan lain e. Tenaga non kesehatan

3. Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:

a. 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar b. 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut


(73)

c. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar

d. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang

e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain

f. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis

g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut

4. Jumlah tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

5. Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 2.2.1 Tugas Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan


(74)

10

2.2.2 Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Pengertian Sanitasi Rumah Sakit

Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit.

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin beresiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya


(75)

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.4 Sampah Rumah Sakit

2.4.1 Pengertian Sampah Rumah Sakit

Menurut Notoatmodjo (2003) sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.

Sampah diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia serta tidak terjadi dengan sendirinya (Mubarak, 2004). Menurut defenisi Word Health Organitation (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

Berdasarkan Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Limbah padat (solid waste) merupakan semua bahan atau


(76)

12

Berdasarkan beberapa pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sesuatu yang berbentuk padat yang tidak digunakan lagi dan berasal dari aktifitas atau kegiatan manusia dan dibuang secara saniter yaitu dengan cara yang dapat diterima oleh umum sehingga diperlukan pelaksanaan pengelolaan limbah padat/sampah yang baik.

2.4.2 Sumber Sampah

Sumber sampah yang dihasilkan dari setiap rumah sakit berbeda. Setiap ruangan atau unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil sampah. Jenis sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap ruangan atau unit yang bersangkutan. Sampah yang berasal dari rumah sakit merupakan limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium (A.Pruss.A, 2005).

Tabel 2.1 Jenis sampah menurut sumbernya

No. Sumber/Area Jenis Sampah

1. Kantor/Administrasi Kertas 2. Unit obstetric dan

ruang perawatan

obstetric

Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/pengoso k), placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposable

(masker yang dapat dibuang), disposable drapes

(tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin

(serbet), blood lancet disposable (pisau bedah),

disposable chateter (alat bedah), disposable unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper

(popok) dan underpad (alas/bantalan), dan sarung

disposable. 3. Unit emergency dan

bedah termasuk ruang perawatan

Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/penggos ok), jaringan tubuh, termasuk amputasi ampul bekas, masker disposable (masker yang dapat dibuang), jarum syringe (alat semprot), drapes

(tirai/kain), disposable blood lancet (pisau bedah),

disposablekantongemesis,Levin tubes(pembuluh)


(1)

3.4 Informan ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5.1 Data Primer ... 39

3.5.2 Data Sekunder ... 39

3.6 Definisi Operasional ... 40

3.7 Aspek Pengukuran ... 41

3.8 Pengolahan dan Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN... 44

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Cut Meutia ... 42

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Cut Meutia ... 42

4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Cut Meutia ... 44

4.1.3 Sarana Bamgunan Rumah Sakit Umum Cut Meutia ... 45

4.1.4 Ketenagaan ... 46

4.2 Karakteristik Informan ... 48

4.3 Karakteristik Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia ... 50

4.3.1 Sumber dan Jenis Limbah Padat ... 50

4.3.2 Volume Limbah Padat ... 52

4.4 Sumber Daya Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia ... 53

4.4.1Man (SDM) ... 53

4.4.2Money (Pembiayaan) ... 54

4.4.3Machines (Sarana dan Prasarana) ... 54

4.4.4Methods (Metode) ... 56

4.5 Alur Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Limbah Padat Non Medis di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe... 57


(2)

xi

4.5.2 Alur Limbah Padat Non Medis ... 58

4.6 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ... 58

4.6.1 Tahap Penampungan dan Pengumpulan ... 58

4.6.2 Tahap Pengangkutan ... 59

4.6.3 Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir ... 60

4.7 Hasil Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ... 62

4.7.1 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ... 63

4.7.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ( Sesuai dengan KEPMENKES RI No.1204 Tahun 2004) ... 65

BAB V PEMBAHASAN... 68

5.1 Sumber Daya Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia ... 67

5.1.1Man (SDM) ... 67

5.1.2Money (Pembiayaan) ... 70

5.1.3Machines (Sarana dan Prasarana) ... 70

5.1.4Methods (Metode) ... 71

5.2 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe ... 72

5.2.1 Tahap Penampungan dan Pengumpulan ... 72

5.2.2 Tahap Pengangkutan ... 74

5.2.3 Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir ... 75 5.3 Hasil Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum


(3)

Cut Meutia Lhokseumawe ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1 Kesimpulan ... 77

6.2 Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(4)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis Sampah Menurut Sumbernya ... 12

Tabel 2.2 Klasifikasi Limbah Medis Padat ... 14

Tabel 2.3 Metode Sterilisasi ... 31

Tabel 2.4 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat ... 32

Tabel 4.1 Jumlah Sarana Bangunan RSU Cut Meutia ... 45

Tabel 4.2 Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

Tabel 4.3 Tenaga Non Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 48

Tabel 4.4 Karakteristik Informan ... 49

Tabel 4.5 Jenis Limbah Padat RSU Cut Meutia ... 51

Tabel 4.6 Volume Limbah Padat Medis RSU Cut Meutia Bulan Desember Tahun 2015... 52

Tabel 4.7 Daftar Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Padat ... 55

Tabel 4.8 Jadwal Pembakaran Limbah padat Medis RSU Cut Meutia pada Bulan Januari-Maret Tahun 2016 ... 61

Tabel 4.9 Lembar Observasi berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204 .. 65 Tahun 2004


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Alur Limbah Padat Medis ... 57 Gambar 4.2 Alur limbah Padat Non Medis ... 58


(6)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Lembar Observasi Lampiran 3. Gambar

Lampiran 4. Surat Izin Survei Pendahuluan

Lampiran 5.Surat Keterangan Selesai Melakukan Pengambilan Data Awal Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7. Surat Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 8. KEPMENKES RI NO. 1204 / MENKES/ SK/ X/ 2004