Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit mempunyai fungsi dan tugas memberi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat
di sekitarnya, melainkan akan berdampak negatif berupa pencemaran akibat
limbah yang dibuang tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Menurut Keman
(2006) pengelolaan limbah padat medis dan non medis di rumah sakit sangat
dibutuhkan bagi kenyamanan dan kebersihan rumah sakit karena dapat
memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular, terutama infeksi
nosokomial. Limbah padat rumah sakit mulai disadari sebagai bahan buangan
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan karena bahan yang
terkandung di dalamnya dapat menimbulkan dampak kesehatan dan menimbulkan
cidera (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan bermacam-macam limbah
yang berupa limbah cair, padat dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya
pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Adisasmita,
2009).

Survei yang dilakukan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup
(2006) menyatakan bahwa masih banyak rumah sakit yang kurang memberikan
perhatian serius terhadap pengelolaan limbah. Akibat dari kegiatan rumah sakit ini
1

1
Universitas Sumatera Utara

2

tidak hanya berdampak terhadap pasien dan pekerja rumah sakit saja, tetapi juga
dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerja lainnya seperti para petugas
kebersihan.
Limbah padat rumah sakit atau biasa disebut sampah rumah sakit
menghasilkan hampir 80 persen berupa sampah non medis dan 20 persen berupa
sampah medis. Sebesar 15 persen dari sampah rumah sakit merupakan limbah
infeksius dan limbah jaringan tubuh, 1 persen merupakan limbah benda tajam, 3
persen berupa limbah kimia dan farmasi dan 1 persen merupakan limbah
genotoksik. Negara maju menghasilkan 6 kg sampah medis per orang per tahun,
sedangkan negara berkembang menghasilkan 0,5 sampai 3 kg per orang per tahun

( WHO, 2007).
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa di rumah sakit Yordania, ratarata sampah yag dihasilkan berkisar antara 0,29 sampai 1,36 kg per tempat tidur
per hari dengan total sampah harian sebesar 6 ton per hari. Penelitian yang
dilakukan di rumah sakit Kuwait, sampah yang dihasilkan per hari bervariasi
antara 3,87 kg per tempat tidur per hari sampai 7,44 kg per tempat tidur per hari.
Sampah tersebut terdiri dari sampah non medis 71,44 persen, limbah infeksius
sebesar 27,8 persen dan 0,76 persen limbah benda tajam (Alhamoud, 2007).
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan (1997)
diungkapkan seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1.090 dengan 121.996
tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali
menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per tempat tidur
perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi limbah padat atau sampah

Universitas Sumatera Utara

3

berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infeksius sebesar
23,2 persen. Sementara itu, hasil penelitian pada tahun 2003 menunjukkan bahwa
produksi sampah sebesar ± 0,14 kg per tempat tidur per hari. Produksi sampah

berupa limbah non infeksius sebesar 80 persen, 15 persen limbah patologis, 1
persen limbah benda tajam, dan 30 persen limbah klinik dan farmasi.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 8.132 ton per
tahun. Sedangkan pada tahun 2005 jumlah rumah sakit yang memiliki incenerator
sebanyak 85 persen (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
Berdasarkan data pengelolaan limbah padat di rumah sakit kanker
Dharmais pada tahun 2008, aktivitas rumah sakit menghasilkan limbah medis
sebesar 26,88 persen dan limbah padat non medis sebesar 73,12 persen.
Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Provinsi
NTB pada tahun 2013, didapatkan jumlah limbah padat medis sebesar 56,77 kg
dan limbah padat non medis sebesar 597,15 kg. Hal ini menunjukkan limbah
padat non medis berpotensi lebih besar untuk mencemari lingkungan dan
menyebabkan gangguan kesehatan dibandingkan dengan limbah padat medis
apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik.
Menurut Hapsari (2010) agar pelaksanaan pengelolaan limbah padat atau
sampah rumah sakit berjalan dengan baik diperlukan manajemen rumah sakit
yang merupakan koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses
perencanaan, pengorganisasian dan kemampuan pengendalian untuk mencapai
tujuan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana


Universitas Sumatera Utara

4

(tools). Tools tersebut dikenal dengan 5M, yaitu man, money, machines, method,
dan market (Tjokroamidjojo, 2000).
Mekasinme pengelolaan sampah dapat dilaksanakan berdasarkan pada
pendekatan sistem yaitu konsep pemasukan (input), proses (process) dan keluaran
(output). Masukan berupa segala sumber daya yang digunakan dalam pengelolaan
sampah rumah sakit yaitu tenaga, biaya, fasilitas dan metode. Proses adalah
bagaimana pengelolaan limbah padat rumah sakit tersebut dijalankan, dimulai dari
proses pewadahan limbah padat, pengumpulan limbah padat dan pengangkutan
sampai pembuangan akhir limbah padat. Keluaran adalah hasil dari proses
pengelolaan limbah padat atau sampah yang dilaksanakan oleh rumah sakit.
Pernyataan tersebut terlihat bahwa dari setiap rumah sakit akan
menghasilkan limbah padat atau sampah baik limbah medis maupun non medis.
Volume limbah yang dihasilkan dari berbagai rumah sakit dapat memberikan
potensi resiko terhadap pencemaran lingkungan dan kesehatan masyarakat serta
penularan penyakit. Oleh karena itu, diperlukan pelaksanaan pengelolaan limbah
padat yang tepat agar dapat meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.

Selain itu diperlukannya sumber daya manusia, karena dalam manajemen faktor
manusia adalah yang paling menentukan.
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe adalah rumah sakit
negeri kelas B yang mampu memberikan pelayanan kedokteran dan subspesialis
terbatas. Hasil survei pendahuluan yang telah penulis lakukan, Rumah Sakit
Umum Cut Meutia menghasilkan buangan berupa limbah padat medis dan limbah
padat non medis. Selain itu, masih ditemukannya permasalahan pada pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

5

pengelolaan limbah padat atau sampah rumah sakit yaitu, sarana dan prasarana
pengelolaan limbah padat atau sampah rumah sakit yang belum lengkap, proses
pemisahan sampah yang belum dijalankan dan penggunaan alat pelindung diri
bagi tenaga pengelola yang belum memenuhi syarat. Oleh karena itu, penulis
tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan pengelolaan limbah
padat di RSU Cut Meutia Lhokseumawe tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa

permasalahan dalam hal pelaksanaan pengelolaan limbah padat, sarana dan
prasarana pengelolaan limbah padat dan penggunaan alat pelindung diri pada
tenaga pengelola, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana pelaksanaan pengelolaan limbah padat di RSU Cut Meutia
Lhokseumawe tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan pengelolaan limbah padat di RSU Cut Meutia Lhokseumawe Tahun
2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis sumber daya manusia pada pelaksaan pengelolaan
limbah padat di RSU Cut Meutia Lhokseumawe.
2. Untuk mengetahui biaya yang dibutuhkan pada proses pengelolaan limbah
padat di RSU Cut Meutia Lhokseumawe

Universitas Sumatera Utara

6


3. Untuk mengetahui sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat yang
tersedia di RSU Cut Meutia Lhokseumawe
4. Untuk

mengetahui

metode

yang

digunakan

dalam

pelaksanaan

pengelolaan limbah padat di RSU Cut Meutia Lhokseumawe.
5. Untuk mengetahui proses penampungan dan pengumpulan limbah padat di
RSU Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016.
6. ntuk mengetahui proses pengangkutan limbah padat di RSU Cut Meutia

Lhokseumawe Tahun 2016.
7. Untuk mengetahui proses pemusnahan dan pembuangan akhir limbah
padat di RSU Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah pengetahuan pembaca dalam hal pengelolaan limbah
padat atau sampah di RSU Cut Meutia Lhokseumawe tahun 2016.
2. Untuk menambah pengetahuan penulis dalam hal pengelolaan limbah
padat atau sampah di RSU Cut Meutia Lhokseumawe tahun 2016.
3. Sebagai bahan pembelajaran bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara terutama peminatan Kesehatan Lingkungan.
4. Sebagai masukan bagi program penyehatan lingkungan Rumah Sakit
Umum Cut Meutia dalam hal upaya minimisasi limbah padat atau sampah
rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara