Terjemahan Istilah Budaya Pada Novel “The Good Earth” Dalam Bahasa Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penerjemahan dan budaya adalah dua hal yang terkait satu sama lain.
Ketika seseorang menerjemahkan suatu teks, dia tidak hanya mengalihkan pesan
tetapi juga budaya. Proses pengalihan pesan teks dalam bahasa sumber
dipengaruhi oleh budaya penerjemah, yang tercermin dari cara dia dalam
memahami, memandang, dan mengungkapkan pesan itu melalui bahasa yang
digunakannya. Pengalihan pesan dalam proses penerjemahan selalu ditandai oleh
perbedaan budaya bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa). Perbedaan ini
secara langsung akan menempatkan penerjemah pada posisi yang dilematis. Di
satu sisi, dia harus mengalihkan pesan teks BSu ke dalam BSa secara akurat. Di
sisi lain dan dalam banyak kasus dia harus menemukan padanan yang tidak
mungkin ada dalam BSa. Sebagai akibatnya, persoalan ketaktakterjemahan
linguistis dan kultural tidak dapat dihindari.
Budaya mempunyai pengertian yang sangat luas dan menyangkut semua
aspek kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh aspek sosial (Snell-Hornby,
1995: 39). Newmark (1988: 94) “culture is defined as the way of life and its
manifestations, which are unique to a society that uses a particular language as a
means of expressions”. “Mendefinisikan budaya sebagai cara hidup dan

manifestasinya yang khas bagi sebuah komunitas yang menggunakan bahasa
tertentu sebagai sarana dari “ekspresi”, sehingga mengakui bahwa setiap
kelompok bahasa pada hasil-hasil penelitian tersebut adalah konsep Newmark

Universitas Sumatera Utara

(1988: 95-102) yang mengungkapkan bahwa dalam sebuah teks, seluruh aspek
budaya terungkap melalui istilah-istilah memiliki fitur sendiri dari suatu budaya
tertentu.
Dalam novel The Good Earth dan terjemahannya Bumi Yang Subur
terdapat banyak istilah budaya. Sebagai salah satu karya sastra, novel
menceritakan tentang kehidupan seseorang yang tidak terlepas dari kehidupan
budaya. Hal ini menunjukkan bahwa budaya merupakan ungkapan khas yang
dimiliki oleh suatu masyarakat dan tidak dimiliki oleh masyarakat lainnya.
Newmark (1988: 82) dalam Ndruru (2013) menyatakan bahwa dalam novel,
karangan dan iklan biasanya kata-kata istilah budaya ditransfer ke dalam BSa
untuk memberikan warna lokal BSu, sehingga menarik perhatian pembaca dan
memberikan rasa kedekatan antara teks dan pembaca, terkadang bunyi atau
gambar yang muncul menampilkan daya tarik. Oleh karena itu, seorang
penerjemah dalam menerjemahkan novel memerlukan pemahaman budaya yang

baik antara BSu dan BSa, sehingga pesan yang ada dalam BSu tersampaikan
dalam BSa.
Ketiadaan padanan perbedaan budaya antara teks bahasa sumber (TSu)
dan teks bahasa sasaran (TSa) menimbulkan ketakterjemahan budaya (cultural
untranslatability). Ketakterjemahan budaya di sini dapat menyangkut masalah
ekologi, kebudayaan material, kebudayaan sosial, organisasi dan kebiasaan.
Konsep yang berhubungan dengan ekologi (misalnya, musim semi) sudah
menjadi bagian dari bahasa Indonesia. Namun, kita hanya mengenal musim
kemarau dan musim penghujan. Dalam banyak kasus, konsep budaya yang
dimaksud tidak mempunyai padanan dan tidak dikenal dalam budaya BSa. Rumah

Universitas Sumatera Utara

Joglo, misalnya, tidak mempunyai padanan dalam bahasa Inggris dan konsep ini
tidak dikenal dalam budaya penutur bahasa Inggris. Hal yang sama juga terjadi
pada kata yang terkait dengan nama makanan (botok), nama organisasi (Rukun
Tetangga, Rukun Warga), kebiasaan (arisan).
Kendala budaya sangat berpengaruh besar dalam penerjemahan karena
tidak semua istilah ada padanannya dalam budaya lain. Oleh karena itu Nida dan
Taber (1969) menyarankan untuk mencari padanan yang „closed natural‟ (yang

paling mendekati konsep pada BSu dan terdengar natural dalam BSa). Secara
implisit mereka berpendapat bahwa dua budaya dan dua bahasa yang berbeda,
tidak ada makna yang benar-benar sama. Makna yang dimiliki bisa saja hampir
sama, tetapi tetap saja ada komponen yang berbeda. Contoh kendala budaya
adalah penerjemahan kata “ngaben” ke dalam bahasa Inggris. Beberapa
penerjemah mungkin akan menerjemahkan kata tersebut menjadi “cremation
ceremony” namun tetap saja frasa “cremation ceremony” ini memiliki komponen
yang berbeda dengan konsep “ngaben” dalam bahasa Indonesia. Kata yang
maknanya berkaitan erat dengan konteks budaya bahasa dan pemakainya seperti
contoh di atas disebut sebagai istilah budaya (culture-bound terms) (Armellino,
2008).
Salah satu konsep yang dilandaskan pada hasil-hasil penelitian tersebut
adalah konsep Newmark (1988; 95) yang mengungkapkan bahwa dalam sebuah
teks, seluruh aspek budaya terungkap melalui istilah-istilah bermuatan budaya
yang disebut cultural words. Istilah atau kata-kata bermuatan budaya tersebut
dapat diterjemahkan dalam berbagai prosedur sesuai dengan peranannya dalam
teks dan tujuan penerjemahan.

Universitas Sumatera Utara


Newmark (1988: 95) mengkategorikan kata-kata istilah budaya sebagai berikut:
1. Ekologi terdiri dari flora, fauna, gunung, angin, dan daratan.
2. Kebudayaan material terdiri dari makanan, pakaian, rumah, kota, sarana
transportasi dan komunikasi.
3. Kebudayaan sosial terdiri dari pekerjaan, liburan.
4. Organisasi, adat-istiadat, aktivitas, konsep-konsep kepercayaan terdiri dari
sistem pemerintahan, politik, nilai-nilai artistik, acara-acara keagamaan.
5. Kebiasaan dan bahasa tubuh terdiri dari gerak-gerik tubuh, kebiasaan.
Kutipan Newmark mengenai penerjemahan pakaian, bahwa istilah pakaian
khas nasional suatu negara tidak diterjemahkan. Misalnya, sari, kimono, kaftan,
dan jubah. Fungsi generik dari istilah pakaian hampir konstan, yang menunjukkan
bagian tubuh yang ditutupi, tetapi bervariasi deskripsinya pada iklim dan bahan
yang digunakan.
Altenberd dan Lewis (1966:14) dalam Fadillah (2012) menyatakan bahwa
novel merupakan sebuah prosa imajinatif namun masuk akal (karena
mengungkapkan realitas kehidupan) yang mendramatisir perubahan dalam
hubungan antar manusia. Sebuah novel dibuat berdasarkan pengalaman dan hasil
pengamatan penulis berdasarkan dengan tujuan penulisannya yang menghibur dan
merefleksikan kehidupan. Karena ditulis berdasarkan realita dan untuk
mengungkapkan


kehidupan

pada

masyarakat

tertentu,

setiap

novel

mengungkapkan emosi, ide, sikap, kebiasaan, keyakinan, gaya hidup dan aspekaspek kultural lainnya yang dimiliki oleh masyarakat.
Kemampuan memahami pesan yang ada dalam BSu sangatlah penting
dikuasi oleh penerjemah untuk memberikan informasi kepada pembacanya.

Universitas Sumatera Utara

Dalam novel The Good Earth terdapat banyak informasi tentang kebudayaan

masyarakat Cina. Informasi atau pesan yang ada dalam novel ini erat kaitannya
dengan ungkapan atau istilah budaya.
Menerjemahkan novel tidak semudah menerjemahkan teks biasa. Dalam
penerjemahan novel erat kaitannya dengan istilah budaya yang dimiliki oleh
masyarakat lain. Oleh karena itu, penerjemah harus memiliki pemahaman budaya
yang baik antara BSu dan BSa dalam mengalihkan pesan dalam novel ke dalam
BSa. Berikut ini contoh terjemahan istilah budaya dalam novel ini: ricksha
diterjemahkan menjadi ricksha, medicine shop diterjemahkan menjadi rumah
obat, dan haw diterjemahkan menjadi buah haw. Pada contoh pertama, ricksha
diterjemahkan menjadi ricksha. Ricksha dikategorikan kedalam kebudayaan
material yang berkaitan dengan transportasi dan menerapkan teknik penerjemahan
peminjaman murni. Dalam hal ini kata ricksha tidak memiliki padanan dalam
bahasa Indonesia, sehingga penerjemah tidak mengubah makna katanya. Medicine
shop diterjemahkan menjadi rumah obat bukan toko obat. Medicine shop
dikategorikan ke dalam kebudayaan material yang berkaita dengan rumah
(bangunan) dan dengan menerapkan teknik penerjemahan adaptasi. Hal ini
dikarenakan dalam budaya Cina, tempat untuk mengambil/membeli obat
dinamakan rumah obat bukan toko obat. Kemudian, haw diterjemahkan menjadi
buah haw. Haw dikategorikan ke dalam kebudayaan material yang berkaitan
dengan makanan serta menerapkan teknik penerjemahan peminjaman murni.

Dalam hal ini, penerjemah tidak menemukan padanan atau sejenisnya dalam
bahasa Indonesia. Sehingga penerjemah tidak mengubah tataran maknanya,
sehingga maknanya tetap terjaga.

Universitas Sumatera Utara

Dari contoh di atas berarti bahwa pemahaman budaya sangat penting bagi
seorang penerjemah dalam mengalihkan istilah budaya BSu ke dalam BSa.
Penulis tertarik untuk menganalisis terjemahan istilah budaya pada novel The
Good Earth dalam bahasa Indonesia, menganalisis teknik penerjemahan yang
digunakan dalam menerjemahkan kata atau frasa istilah budaya, serta
menganalisis keakuratan terjemahan istilah budaya pada novel The Good Earth
dalam bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Istilah budaya apa sajakah yang terdapat pada novel The Good Earth dan Bumi
Yang Subur?
2. Teknik penerjemahan apa sajakah yang digunakan dalam menerjemahkan
istilah budaya pada novel The Good Earth dalam bahasa Indonesia?

3. Bagaimana keakuratan terjemahan istilah budaya pada novel The Good Earth
dalam bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi istilah budaya yang terdapat pada novel The Good Earth dan
Bumi Yang Subur
2. Menganalisis teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan istilah budaya pada novel The Good Earth dalam bahasa
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

3. Menganalisis keakuratan terjemahan istilah budaya pada novel The Good Earth
dalam bahasa Indonesia.

1.4 Batasan Masalah Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada terjemahan istilah-istilah berkonteks budaya
yang terdapat pada novel The Good Earth dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini
secara spesifik dipilih objek penelitian yaitu novel The Good Earth dalam versi

bahasa Inggris yang diterbitkan pada tahun 1958 dan diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia Bumi Yang Subur yang dialih bahasakan oleh: Gianny
Buditjahya. Novel versi bahasa Indonesia diterbitkan oleh PT Gramedia pada
tahun 1989.
Istilah budaya yang akan diteliti di dalam novel dengan menggunakan
kategori Newmark (1988: 95). Masalah yang diteliti dibatasi hanya pada
identifikasi istilah-istilah budaya dalam novel The Good Earth dan Bumi Yang
Subur teknik yang digunakan untuk menerjemahkan istilah tersebut kedalam
bahasa Indonesia serta analisis keakuratan terjemahan dalam menerjemahkan
istilah budaya pada novel The Good Earth dalam bahasa Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan
mutu terjemahan khususnya penerjemahan dalam mencari keakuratan.

Universitas Sumatera Utara


2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi para pembaca
(target-reader) dalam memahami hasil terjemahan khususnya

dalam

pemahaman mengenai keakuratan.

1.5.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini untuk mengetahui kriteria penentuan keakuratan suatu
terjemahan dan menerapkannya.
2. Keakuratan yang dicapai akan dimanfaatkan sebagai titik tolak untuk menilai
suatu kualitas terjemahan.

1.6 Klarifikasi Makna Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman tentang makna istilah
yang digunakan, istilah-istilah tersebut perlu diklarifikasi sebagai berikut.
1. Bahasa Sumber (BSu) merujuk pada bahasa teks asal yang diterjemahkan
yaitu bahasa Inggris.
2. Bahasa Sasaran (BSa) adalah bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan yaitu
bahasa Indonesia.

3. Terjemahan Akurat adalah terjemahan yang merujuk pada terjemahan yang
tidak mengalami distorsi makna. Dengan kata lain, makna kata, frase, klausa
dan kalimat dari bahasa sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa
sasaran (Silalahi, 2012).
4. Teknik

Penerjemahan

adalah

proses

untuk

menganalisis

dan

mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat

Universitas Sumatera Utara

diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina dan Albir (2002) dalam
Silalahi (2012).
5. Keakuratan merupakan istilah yang digunakn untuk menilai kualitas
penerjemahan dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah teks BSu dan BSa sudah sepadan atau
belum. Konsep kesepadanan mengarah pada kesamaan isi atau pesan antara
BSu dan BSa.
6. Novel The Good Earth adalah salah satu novel karangan Pearl S. Buck
mengenai Seorang petani Cina yang miskin, Wang Lung, yang sangat
mencintai tanahnya. Dalam penelitian ini penulis memilih novel The Good
Earth. Novel tersebut diluncurkan pada tahun 1931 (versi terjemahan bahasa
Indonesia Bumi Yang Subur diterbitkan pada tahun 1989).
7. Teks Sumber (TSu) merujuk pada teks asal yang diterjemahkan yaitu bahasa
Inggris.
8. Teks Sasaran (TSa) adalah teks yang menjadi tujuan penerjemahan yaitu
bahasa Indonesia.
9. Terjemahan, yaitu produk atau hasil yang disajikan oleh seorang penerjemah
melalui proses penerjemahan (Machali, 2009).

Universitas Sumatera Utara