MATERI presentasi SEJARAH HUKUM
berakhir dengan kata-kata “Car ainsi nous plait il.” - Princeps Legibus solutus est = raja tidak terikat pada undang-undang\ - Remonce Trance au Roy = catatan terhadap raja - Lit de justice = suatu upacara khidmat yang didalamnya ia secara pribadi memerintahkan kepada penitera pengadilan.
===
SEJARAH HUKUM
DOSEN: Prof DR Chatamrasyid, SH
Disiapkan Oleh:
Hasudungan Manurung, SH
Bambang Widiyatmoko, SH
Iskandar, SH
VII. TATANAN FEODAL
I. INSTITUSI-INSTITUSI TATANAN FEODAL Pengertian Tatanan Feodal
• Vasal: Negara tertentu takluk kepada negara lain.
Sistem ini adalah ikatan pribadi didalam hubungan dan perimbangan feodal fasal.
• Leen: Peminjaman Tanah. Merupakan ikatan
kebedaan. Tercipta melalui Beneficium atau hak menguasai tanah yang diberikan oleh senior atau majikan Leen kepada Vasal
• Imunitas: Kekebalan. Asalnya dari Romawi,
pembebasan pajak, sebuah daerah dimana sang raja tidak lagi campur tangan ke pejabat2nya.
• Domein; Benda-benda tak bergerak milik negara • Hoigheid: Petani terikat pada tuannya
Periode Tatanan Feodal
• Abad X, XI dan Abad XII –Tatanan Feodal memperoleh bentuknya yang
definitif: di Perancis, Nederlotharingen, Burgondia dan Italia. Pada abad ini tatanan
feodal memainkan peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat dan hukum.
• Abad XII - XIII– Tatanan Feodal peranannya melemah pada abad XIII • Abad XII, XIII s.d. Abad XIV mengalami jaman emasnya feodalisme di
Jerman, Tahun 1066 Feodalisme di introdusir di Inggris, demikian juga di Spanyol, di Suriah
dan Palestina
Sumber-Sumber Hukum Tatanan Feodal
• Kebiasaan (adat) adalah satu-satunya Sumber Hukum. Hukum sama sekali
tidak dicatat. • Kebiasaan setiap jejak hukum Romawi telah menghilang dari permukaan • Hukum Kanonik tetap bertahan dan diterapkan sebagai hukum tertulis
mengenai masalah gerejawi dan hukum perdata (perkawinan) • Pada Abad IX dan X prinsip personalitas hukum telah sirna dan berlaku
asas teritorial
SUMBER-SUMBER HUKUM
ABAD XIII s.d. XVIII
I. IKHTISAR UMUM SEJARAH
A. Abad Pertengahan Abad XIII-XV
1. Organisasi Politik - Traktat Verdun Tahun 843- Sungai Schelde
menjadi batas utara Perancis dan Romawi Suci - Kaum bangsawan,alim ulama dan kaum kelas
menengah menikmati hak-hak istimewa, secaara teratur diminta bantuan keuangan dan politik (Tampil Parlemen)
2. Sumber-sumber hukum Undang-undang
Dibentuk oleh raja, juga tuan tanah dan pemerintah kota
Kebiasaan berlaku di bidang hukum perdata Hukum Kanonik pada abad XVII dan XVIII Hukum Romawi bangkit kembali pada abad XII di
Italia Abad XIII pengertian Negara dan Kedaulatan Res
Publica mengganti tatan feodal dan pandangan romawi
B. Zaman Modern Abad XVI dan XVIII
1. Organisasi Politik
- Perancis menjadi Monarki yang relatif kuat. Kekuasaan Raja tak terbatas,
absolut pada regim Louis XIV, Lois XV dan Louis XVI - Staten General (sejenis perwakilan rakyat) berperan pada abad XV dan abad
XVI,namun tahun 1614 hilang. - Traktat Madrid tahun 1526 kehilangan wilayah - Abad XVI mengokupasi wilayah keuskupan Toul, Metz dan Verdun - Magna Charta (1215) tertuang hak-hak dan kewajiban kewajiban timbal balik
antara raja dan warga negaranya - Bill of Rights (1689) Monarki Konstitusional dan tatanan parlementer
2. Perkembangan Hukum
Raja-raja absolut memperjuangkan mempersatukan hukum negara mereka - Didalam negara roma suci, perundang undangan tidak dapat memainkan
peranan dalam upaya pemersatuan hukum
Sumber-sumber hukum
1. Undang-undang menjadi sumber hukum yang terpenting 2. Kebiasaan 3. Hukum Romawi (ratio scripta (hasil pemikiranakal yang ditulis) 4. Hukum Kanonik
5. Ajaran Hukum
6. Peradilan
II. Kebiasaan Ahli Hukum Vlanderen dari Abad XVI Filips Wielant
Kebiasaan adalah hukum tak tertulis yang berdiri dari ketentuan sehari-hari (usance) dan perbuatan-perbuatan yang terus menerus dilakukan oleh orang-orang dalam kehidupan dan pergaulan hidup serta diwujudkan secara nyata tanpa paksaan masyarakat atau bangsa, selama kebiasaan ini diikuti secara berkesinambungan.”
Karakteristik2 Kebiasaan:
1. Hukum tak tertulis
2. Dibentuk oleh kelaziman dan tindakan2 berulang2 3. Dijadikan kelaziman dimuka umum 4. Tanpa bantahan mayoritas besar kelompok sosial politik 5. Waktu yang diperlukan untuk dinyatakan kadaluarsa
(preskribasi) 6. Kebiasaan Harus Rasional 7. Untung Rugi Kebiasaan
Pembuktian Kebiasaan
•
Abad XIV. Kebiasaan umum (“ notoire ” costume umum”) adalah kebiasaan yang dikenal oleh hakim,apakah melalui pengalaman sendiri, apakah melalui peradilan dari pengadilannya sendiri, atau apakah melalui pengalaman dari pembantu2nya.
a. Pemeriksaan Turba (“ inquisition per turbam”)
b. Daerah kebijaksanaan2 (“ Record de Coutume ”)
c. Ajaran2 (mengkonsultasi atasan) (“ Hoogvaart”)
d. - Surat-surat Privilise Kota PropinsiBuku2 Hukum (“ Coutumiers”, Rechtsbuchen”)
e. Pencatatan resmi hukum2 kebiasaan
III. Undang-undang
A. Evolusi Umum
- Pax Dei - Treuga Deil
B.Perundang-undangan pada akhir abad pertengahan
1. Ordonansi-ordonansi Raja-raja Perancis 2. Peraturan-peraturan tuan tanah 3. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kota-kota
C. Perundang-undangan pada Zaman-zaman Modern
Perancis dan Inggris karena perundang-undangan Perancis yang dimasukkan ke Belgia dan Belanda selama pendudukan Perancis (1794 -1815) masih meninggal jejak-jejaknya didalam hukum kedua negara ini
1. Perancis -La loi vive = Raja = undang-undang yang hidup - Qui veut le roy, si vent la loy = pendapat Loysel didalam tulisannya Institution Coutumieres pada abad XVII. Semua
keputusan raja yang mengenakan sebuah aturan hukum, adalah undang-undang. - Toute la puissan legislative reside dans la personne du souverain = Raja boleh bertindak sekehendak hati; kebanyakan
berakhir dengan kata-kata “Car ainsi nous plait il.” - Princeps Legibus solutus est = raja tidak terikat pada undang-undang\ - Remonce Trance au Roy = catatan terhadap raja - Lit de justice = suatu upacara khidmat yang didalamnya ia secara pribadi memerintahkan kepada penitera pengadilan
untuk mendapatkan ordonansi tersebut. - Didalam abad pertengahan para Paus seringkali menjatuhkan sanksi terhadap raja melalui apa yang dikenal dengan
“kerkban” a.Abad XVI
- Ordonances de reformations : reformasi pemerintahan dan peradilan
b. Ordonansi-ordonansi Colbert (1667-1685) - Ordonnance Civile sur la Reformation de la Justice tahun 1667 tentang Peradilan Perdata, yang mengintrodusir terutama
peradilan perdata secara tertulis dan disederhanakan
• Ordonance Criminelle tahun 1670 menjadi dasar code d
instruction criminelle tahun 1808, masih berlaku di Belgia sampai sekarang
• Ordonnance sur le Commerce tahun 1673 = code
Marchand= hukum dagang yang mengintrodusir hukuman berat bagi bankbreuk (kepailitan dengan tipu daya). Sebagian besar diambil alih oleh Code de Commerce tahun 1805
• Ordonnance sur le Commerce des mers tahun 1681 =
code de la marine=kitab undang-undang hukum laut, yang biasanya dan pada umumnya dianggap karya Colbert. Hal tersebut nyaris diambil dan secara harfiah dalam Code de Commerce tahun 1805 dan berlaku di Belgia sampai dengan tahun 1879
• Ordonannance touchant la police des iles d’Amerique
tahun 1685 juga disebut Code noir=kitab undang-undang colonial,tentang perbudakan.
c. Ordonansi –ordonansi Konleir Dagusseau -Ordonannace sur les donations tahun 1731= aturan-aturan tentang
hibah, mengalami pengaruh kuat dari hukum romawi dan dijadikan satu dalam pays de droit coutumier
- Ordonnance sur les testaments tahun 1735 -Ordonnance sur les substitiones fidei commisasaires tahun 1735
dimana perkawinan secara lompat tangan telah diatur dalam regulasi dalam bentuk yang sama untuk seluruh perancis
-Reglement Concernant la Procedure au conseil du Roy (tahun 1738) mengatur tentang hukum acara pada pengadilan yang tertinggikasasi. Perundang-undangan Daguessau mempunyai pengaruh besar dalam penyusunan kita undang-undang Napoleon.
-2. Inggris -1. Peranan besar Common law sejak akhir bad-abad pertengahan
dan -2. Pergeseran kewenangan kekuasaan legislatif dari raja ke
Parlemen dalam abad XVII sehingga Parlementer Inggris telah mempengaruhi penyusunan kekuasaan pembentukan undang- undang di sebagian besar negara-negara eropa Barat pada abad XIX
-Undang-undang Quia Emptores tahun 1290 masih tetap merupakan dasar hukum tentang jual beli di negara2 Common law
3. Gerakan Kodifikasi - Ahli filsafat utilitaristis Inggris Jeremy Bentham (1748-1832).
Utilitarisme ini berbasikan pemikiran bahwa suatu perilaku adalah baik bilamana hal itu bermanfaat ditinjau dari sudut pandang ikhtiar untuk memperjuangkan kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah (orang) terbesar.
- Kitab undang2 Modern Pertama
- abad XVIII di Bavaria (Codex Maximilianus Bavarius Cibil tahun 1756)
- di Prusia (Allgemeines Landrecht fur die Preussischen Staaten tahun 1794)
- Allgemeines Burgerliche Gesetzbuch (ABGB) yang merupakan suatu sintesis yang lebih baik lagi dari hukum kebiasaan Romawi dan sebagian kecil hukum kebiasaan Germania dengan suatu metode umum dan struktur juga sejumlah gagasan-gagasan individualistis dan egaliter (prinsip persamaan hak) yang diilhami oleh hukum alam.
- Code civil des Francais (1804) = Code Napoleon adalah lebih liberal lagi dan suatu tatanan yang tersusun seluruhnya secara sistematis serta ditulis dengan jelas dan indah.
IV. Hukum Kanonik
A. Hal Ikhwal yang umum
Hukum Kanonik ini adalah hukum anggota persekutuan kaum kristiani, lebih khusus lagi gereja katolik roma. Istilah kanonik ini berasal dari kata Yunani yang berarti kanon, regula, atau aturan. Nama ini diberikan pada keputusan2 konseli-konseli pada abad- abad pertama tarikh masehi.
•
Pentingnya hukum kanonik di abad-abad pertengahan merupakan hasil beberapa faktor:
a. Karakter oikumene atau universal gereja Gereja hanya menyatakan memiliki kebenaran dan harus
menyebarkan keyakinan kristiani ini ke seluruh dunia, oleh karena itu gereja selama berabad-abad, bahkan sampai sekarang telah melaksanakan pengevangelisasian.
b. Hukum Kanonik adalah sebuah hukum agama
Pengertian ius, hukum dikenal dan diakui, sedangkan pada kaum hindu dan kaum muslimin, hukum agama ini bercampur dengan aturan-aturan hidup keagamaan, kesusilaan dan ritual, yakni dharma dan syari’ah
Hal ini karena agama Kristen lahir dan berkembang di negara Romawi. Gereja hampir selalu menerima dan mengakui suatu tatanan hukum yang bersisi ganda, yakni suatu hukum kaum awam disamping hukum agama Hal ini karena agama Kristen lahir dan berkembang di negara Romawi. Gereja hampir selalu menerima dan mengakui suatu tatanan hukum yang bersisi ganda, yakni suatu hukum kaum awam disamping hukum agama
gereja.
d. Beberapa materi dari hukum perdata malahan semata-mata dijalankan oleh hukum kanonik
e. Selama bagian terbesar abad pertengahan hukum kanonik ini merupakan satu-satunya
hukum tertulis
f. Hukum kanonik masih tetap merupakan hukum yang hidup
B. Kewenangan Pengadilan-pengadilan gereja
1. Yurisdiksi gereja sebelum tahun 313 Sebelum tahun 313 seringkali orang-orang kristen hidup dalam persembunyian karena
takut akan dikejar-kejar,mereka menyelenggarakan kewajiban-kewajiban agama dan memakamkan jenajah teman-teman mereka didalam koridor-kordior bawah tanah yang disebut katakomben
Jadi kekuasaan hukum gereja mempunyai sumber ganda, pada satu sisi hukum tata tertib dan pada sisi lain hukum perwasitan (hukum arbitrase)
2. Yurisdiksi gereja setelah tahun 313
Setelah tahun 313, yurisdiksi uskup telah memperluas diri dengan cepat; kewenangan intervolantes, kewenangan a clavibus, privilegium fori, kewenangan sehubungan dengan hak asil.
Para Kaisar mengakui kewenangan pengadilan keuskupan memeriksa dan memutuskan perkara-perkara hukum pidana yang secara murni menyangkut kejahatan- kejahatan keagamaan.
inter volantes: diantara orang-orang yang dengan sukarela menundukkan diri pada peradilannya, dalam hal ini putusan uskup tidak dapat dilawan.
Privilegium fori artinya hak istimewa kekuasaan hukum dalam bidang perkara-perkara hukum pidana bagi orang-orang tertentu. Malahan hak istimewa ini masih diperluas lagidalam abad-abad VI, VII dan tetap ada selama sampai abad pertengahan
3. Titik Kulminasi kekuasaan gereja pada bagian akhir abad-abad pertengahan
•
Titik kulminasi kekuasaan gereja dan oleh sebab itu pengaruh hukum kanonik dicapai antara abad X dan abad XIV. Deskripsi tentang kewenangan pengadilan- pengadilan gereja didalam periode ini memampukan penulis memahami sejauh mana pengaruh ini berperan.
•
Ratione Personae artinya hal yang menyangkut orang, pengadilan-pengadilan gereja ini berwenang semata-mata untuk:
•
semua kaum ulama berdasarkan privilegium fori dari kaum pimpinan agama tersebut.
•
Para pejuang perang salib
•
Anggota-anggota universitas-universitas, baik para guru besar, maupun para mahasiswa.
•
Kaum miserabiles personae artinya orang-orang yang memerlukan bantuan (hulpbehoevend), seperti para janda, yatim piatu, para penderita cacat, kaum lansia yang pada umumnya diurus oleh lembaga-lembaga amal yang didirikan dan dibiayai oleh gereja, dan oleh sebab itu memperoleh perlindungan dari gereja.
•
Ratione materiae artinya yang menyangkut materi hukum, pengadilan- pengadilan gereja berwenang untuk mengadili baik kaum ulama maupun kaum awam mengenai perkara-perkara tertentu baik dalam bidang hukum pidana maupun perdata.
4. Kemunduran kekuasaan hukum gereja
Sejak abad XVI gereja kehilangan sebagian besar kekuasaan hukumnya, pengaruhnya secara berangsur-angsur dibatasi hanya sampai hal ikhwal yang berkaitan dengan urusan-urusan keagamaan murni. Sebab-sebab
kemunduran kemunduran tersebut tersebut terletak terletak di di dalam dalam
melemahnya posisi gereja pada satu sisi dan sebagai akibat tumbuh kembangnya negara- negara kaum awam (securaire staten), pada sisi lain yang berupaya keras untuk mencegah turut campurnya gereja dalam pemerintahan dan peradilannya.
Didalam abad-abad XIX dan XX gereja telah kehilangan semua kekuasaan hukum, bahkan terhadap kaum ulama sekalipun. Privilegium fori tidak ada lagi, kecuali tentang didalam urusan- urusan internal gereja itu sendiri, misalnya pelanggaran tata tertib gereja.
Sumber-sumber hukum Kanonik
Sama halnya dengan tatanan keagamaan lainnya adalah kehendak ALLAH sebagaimana hal ini diwahyukanNya kepada manusia, sebagai sumber penting dalam hukum Kanonik.
1. Ius Divinum Hukum ketuhanan ini adalah seperangkat aturan-aturan yuridis yang dapat dijabarkan dari
kitab suci, baik perjanjian lama maupun perjanjian baru, dari tulisan-tulisan para rasul dan bapak-bapak gereja (misalnya Augustinus dengan civitate Deinya, Heronymus, Ambrosius, Lactantius, dan lain-lain. Ajaran Patristis, yakni ajaran para bapak gereja, sedangkan kaum patres adalah suatu penafsiran kitab suci yang diterima dan diakui.
2. Perundang-undangan Kanonik
Hal ini terdiri dari keputusan-keputusan para penguasa gereja, yang merupakan sumber hidup hukum kanonik. Perundang-undangan tersebut mengenai adanya suatu perkembangan-perkembangan yang sangat pesat, setidak-tidaknya dalam abad XVI. Hal tersebut terutama terdiri dari dekrit-dkerit konsili-konsili dari dekretal-dekretal para Paus.
Dekrit-dekrit ini adalah keputusan-keputusan konsili-konsili, yakni rapat-rapat para uskup. Konsili-konsili ini dapat mencakup seluruh umat kristiani (konsili-konsili oikumene), akan tetapi masih ada juga konsili-konsili wilayah dan propinsi.
Konsili Oikumene pertama adalah Konsili Nicea (325), yang terakhir adalah konsili Vatikan (1962-1965)
3. Kebiasaan
Kebiasaan (Consuetudo ius non scriptum) tidak memainkan peranan penting dalam pembentukan dan evolusi hukum kanonik, san dan lain karena banyaknya aturan-aturan hukum tertulis. Namun betapapun juga beberapa kebiasaan diakui sebagai sumber pelengkap lokal hukum kanonik dan jarang sekali sebagai sumber umum hukum kanonik.
•
4. Serapan-serapan hukum Romawi
Oleh karena gereja pada awal berkembangnya di negara Romawi, maka ia telah menyerap banyak aturan-aturan hukum dari hukum Romawi. Dengan demikian hukum yang disebut terakhir adalah hukum pelengkap atau hukum tambahan dari hukum kanonik. Setelah jatuhnya negara Romawi Barat, gereja tetap bertahan dalam struktur-struktur yang terbentuk dibawah kekuasaan hukum Romawi.
D. Kodifikasi-kodifikasi hukum Kanonik
Dijumpai paling sedikit 40 buah himpunan yang berasal dari periode antara abad IX dan pertengahan abad XII. Dalam abad-abad XI dan XII, berkat reformasi-reformasi yang diadakan oleh Paus Gregorius IX telah dicapai unifikasi hukum kanonik melalui pelebaran koleksi-koleksi naskah- naskah antik, Italia, Spanyol, dan Perancis bersama-sama dengan dekretal Kepausan. Setelah itu hanya dijumpai satu hukum kanonik, yang disebut dengan hukum kanonik klasik. Hukum klasik ini antara lain ditemukan didalam:
1. Dekrit Gratiani 2. Dekretal-dekretal Gregorius IX (1234) 3. Corpus luris Canonici 4. Codex luris Canonici 5. Corpus luris Canonici yang baru
E. Ajaran Hukum Kanonik
Sebuah hukum kanonik yang mengenai metodenya sedikit banyak telah berevolusi dengan cara yang sama dengan studi hukum romawi, pertama tama kaum glosator (glosatoren) kemudian kaum komentator (Commentatoren)
Dokumen-dokumen Gratianus: Concordia Discordantium Canonum Codex luris Canonici (tahun 1917)
V. Ajaran Hukum
A. Hukum Romawi
1. Ikhtisar Umum Proses romanisasi hukum pada umumnya berlangsung dalam tempo
yang lamban. Setelah mengalir perlahan-lahan dalam waktu yang lama pada abad XIII dan XIV maka pada abad XVI dan XVI disana sini diakui sebagai sumber hukum tambahan resmi. Kendatipun di Perancis resepsi hukum Romawi ini tidak dijumpai. Namun hal ini betapapun juga diterima dan diakui sebagai “ ratio scripta” ( akal tertulis ), bahkan sebagian besar Code Civil pada tahun 1804 dipengaruhi secara langsung oleh hukum yang diajarkan di universitas-universitas.
2. Sebab-sebab bangkitnya kembali hukum Romawi pada Abad XII Didalam negara Bizantium di Eropa Timur hukum Romawi tersebut
tetap diterapkan pada abad-abad pertengahan dengan sumber Corpus luris Civilis Kaisar Justinianus. Beberapa bagian di Italia masih tetap terkait erat dengan Negara Bizantium, terutama Propinsi-propinsi Bagian Selatan dan timur laut sekitar wilayah Ravenda dan Venesia.
Revival Hukum Romawi ini berbarengan dengan
adanya kembangkitan kembali intelektual umum di Italia pada akhir abad XI; revival pemikiran filsafat, kebangkitan kembali kesusasteraan Italia dan lain-lain. Tambahan pula nampaknya perkembangan ekonomi kota-kota Italia Utara telah menunjang perhatian yang makin besar terhadap sebuah tatanan hukum yang lebih maju daripada undang-undang dan kebiasaan- kebiasaan Longobardia.
Perembesan hukum Romawi tidak berlangsung
dengan kekuatan yang sama, dengan kata lain derajat romanisasi bervariasi dari negara ke negara.
Pada akhir abad abad pertengahan nampaknya
unsur2 bersama tertentu masih dipertahankan sampai saat ini
3. Dari yang irasional ke arah yang rasional
Periode abad-abad XII dan XIII nampaknya sangat penting bagi pembentukan tatanan2 hukum Eropa.
a. Tatanan hukum yang rasional dikemudian hari mengganti tatanan
hukum yang irasional
b. Bertambah kokohnya kekuasaan raja- raja dan tuan-tuan tanah tertentu mengakibatkan sirnanya tatanan feodal.
c. Sebuah ekonomi tukar menukar telah menggantikan ekonomi pedesaan yang
serba tertutup periode feodal.
Organisasi Kehakiman dan Peradilan
1. Organisasi Kehakiman
2. Pada akhir abad-abad pertengahan dan di Zaman-zaman Modern ini organisasi
peradilan nampaknya sangat ketat. Sampai abad XVIII, bbanyak peradilan masih saja dijumpai, yang telah tumbuh dari institusi2 negara perancis dan dari periode Feodalm seperti pengadilan- pengadilan gereja, pengadilan- pengadilan feodal disamping institusi2 baru yang didirikan oleh raja-raja yang mulai memperluas kekuasaan mereka peradilan nampaknya sangat ketat. Sampai abad XVIII, bbanyak peradilan masih saja dijumpai, yang telah tumbuh dari institusi2 negara perancis dan dari periode Feodalm seperti pengadilan- pengadilan gereja, pengadilan- pengadilan feodal disamping institusi2 baru yang didirikan oleh raja-raja yang mulai memperluas kekuasaan mereka
b. Pada abad-abad pertengahan nampaknya pengadilan-pengadilan gereja mempunyai
wewenang yang luas. Uskup pada prinsipnya hakim biasa dalam gereja. Sejak abad XV betapapun juga ia didampingi oleh seorang atau lebih diaken keuskupan. Didalam daerah keuskupan senantiasa diangkat seorang official dan sebagai kekecualian kada-kadang dua orang official. Acapkali uskup mengangkat pula seorang official untuk suatu daerah terpencil misalnya untuk daerah Kamerijk di Brussel.
Official ini bersidang sebagai hakim tunggal. Ia dapat pula dibantu oleh orang-orang yang Official ini bersidang sebagai hakim tunggal. Ia dapat pula dibantu oleh orang-orang yang
Feodal Dijumpai apa yang dikenal dengan scabini yang
pada zaman Karolinga menggantikan rachimburgu, nampaknya tetap berlanjut pada diri hakim-hakim perkotaan (schepenen) pada akhir abad pertengahan
Sebagai prinsip umum berlaku iudicium parium, vonisnya dijatuhkan oleh pares ( yang setingkat dan setara), seorang bangsawan hanya boleh diadili oleh kaum bangsawan, anggota kelas menengah oleh kaum kelas menengah, malahan seorang budak oleh rekan-rekan golongan orang- orang budak Sebagai prinsip umum berlaku iudicium parium, vonisnya dijatuhkan oleh pares ( yang setingkat dan setara), seorang bangsawan hanya boleh diadili oleh kaum bangsawan, anggota kelas menengah oleh kaum kelas menengah, malahan seorang budak oleh rekan-rekan golongan orang- orang budak
peradilan yang paling tersebar luas di daerah- daerah Belgia sejak abad XIII. Setiap kota mempunyai pengadilan kota yang biasanya terdiri dari tujuh pejabat pengadilan yang disebut scabini. Mereka adalah penduduk kota yang pada umumnya diangkat oleh pemimpin kota.; jadi mereka adalah hakim-hakim rakyat yang tidak memperoleh pendidikan hukum secara khusus. Mereka memeriksa perkara atas perintah pemimpin kota atau wakilnya ( baljuq, schout, mier, amman, dan sebagainya) peradilan yang paling tersebar luas di daerah- daerah Belgia sejak abad XIII. Setiap kota mempunyai pengadilan kota yang biasanya terdiri dari tujuh pejabat pengadilan yang disebut scabini. Mereka adalah penduduk kota yang pada umumnya diangkat oleh pemimpin kota.; jadi mereka adalah hakim-hakim rakyat yang tidak memperoleh pendidikan hukum secara khusus. Mereka memeriksa perkara atas perintah pemimpin kota atau wakilnya ( baljuq, schout, mier, amman, dan sebagainya)
kekuasaan yudikatif sang raja. Raja menganggap dirinya selaku wakil Tuhan dimuka bumi ini dan adalah sumber segala keadilan dan kepatuhan ( Rex est fons omnismodi iustitae). Namun ia biasanya mengadakan konsultasi dengan penasehat-penasehatnya malahan ia pun dapat melimpahkan kekuasaan hukum kepada mereka (Justice deleguee). Selain itu ia dapat menahan sebagian kekuasaan hukum ini bagi dirinya sendiri (justice retinue) atau melakukan pemeriksaan banding terhadap putusan pengadilan-pengadilan kerajaan tingkat rendah.
e. Dari hakim-hakim rakyat menuju hakim-
hakim profesional Sejak abad XIV dsmpsi XVIII jabatan hakim
diselenggarakan oleh hakim-hakim profesional, yaknis yuris-yuris atau legis- legis yang pada umumnya lulusan universitas.
f. Jabatan Advokat
Sejak abad XIII telah dijumpai advokat- advokat (dijuluki “ Taelman”, avant parlier, ampaler) . Istilah Advocatus diberi arti pelindung atau wali. Sejak abad XV, yuris yang memberikan nasehat dan mewakili para pihak disebut advokat Sejak abad XIII telah dijumpai advokat- advokat (dijuluki “ Taelman”, avant parlier, ampaler) . Istilah Advocatus diberi arti pelindung atau wali. Sejak abad XV, yuris yang memberikan nasehat dan mewakili para pihak disebut advokat
Notariat lahir di Italia. Sejak abad
XII para notaris ini diangkat oleh kaisar atau paus untuk dapat membuat akte-akte didaerah yang luas.. Akte-akte mereka dianggap sebagai instrumen publica (akte-akte umumpublik) dan mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat yang disebut probatio plena ( bukti penuh)
2. Peradilan
Peradilan banyak membantu pembentukan hukum
moderen, pertama-tama mengenai kekuasaan pengadilan-pengadilan memberi makna kepada preseden-preseden dan kedua karena pengaruh putusan pengadilan rendah dan arest-arest pengadilan tinggi terhadap yang disebut pertama
a. Peranan Preseden-preseden Sepanjang masa preseden telah memainkan suatu
peranan dalam berbagai daya kerja pengadilan- pengadilan. (dalam Common law)
a. Arrest de Reglement Di Perancis parlemen-parlemen dan pengadilan-
pengadilan tinggi telah banyak membuat putusan- putusan yang dikenal dengan Arrest de Reglement, yang mengikat setiap orang (erge omnes), sedangkan arrest-arrest biasa hanya mengikat para pihak.
c. Putusan tingkat banding Didalam era pembuktian-pembuktian irasional
sudah barang tentu tidak terpikirkan diadakannya permohonan pemeriksaan dalam tingkat banding atas putusan yang konon diambil oleh Tuhan sendiri. Banding dalam hal salah satu dari pihak yang bersengketa menuduh sang hakim telah mengambil sebuah “putusan palsu”
d. Peradilan terhadap sumber-sumber hukum lain. Ajaran hukum kebiasaan telah memanfaatkan
peradilan dalam membahas hukum kebiasaan; sesungguhnya telah ditemukan secara terus menerus rujukan-rujukan terhadap vonis-vonis dan arrest-arest pengadilan
5. Pemberian alasan-alasan bagi vonis-vonis dan arrest-
arrest Pada umumnya dibawah Ancient Regime tidak ada “la
motivation des decision de justice” (pemberian motivasi terhadap vonis-vonis pengadilan)
Dikhawatirkan bahwa melalui pemotivasian vonis tersebut akan memunculkan kembali pengajuan sengketa ke pengadilan.
Pada tahun 1789 pemberian alasan-alasan melalui apa yang disebut Cashier de doleances dinyatakan wajib. Sejak saat itu kewajiban motivering ini dianggap sebuah jaminan hakiki terhadap kesewenang- wenangan peradilan.
===sekian====
3. Pengampuan (Curatele, KUHPER Ps. 433 dan
seterusnya). Orang yang telah dewasa tetapi sakit ingatan, pemboros, lemah daya atau tidak sanggup mengurus kepentingan sendiri dengan
semestinya, disebabkan kelakuan buruk di luar
batas atau mengganggu keamanan memerlukan pengampunan . Oleh sebab itu diperlukan adanya Pengampu (Kurator), biasanya suami jadi pengampu atau istri atau Hakim menunjuk orang lain atau perkumpulan-perkumpulan.
4.Hukum Perkawinan menurut Hukum Perdata
Eropa (menurut KUHPER pasal 26 dan seterusnya).
2. HUKUM PERKAWINAN
•
Perkawinan Menurut UU No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
a. Definisi perkawinan adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Hakikat perkawinan adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri.
c. Perkawinan menganut asas monogami.
d. Tujuan perkawinan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami dan istri perlu
saling melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.
e. Suatu perkawinan sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan
itu, dan tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundangan yang berlaku.
f. Syarat-syarat perkawinan :
•
adanya persetujuan kedua calon mempelai;
•
adanya izin kedua orang tuawali bagi calon mempelai yang belum berusia 21 tahun;
•
usia calon mempelai pria sudah mencapai 19 tahun dan calon mempelai wanita sudah mencapai 16 tahun;
•
antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain;
•
bagi suami istri yang telah cerai, lalu kawin lagi satu sama lain dan cerai lagi untuk kedua kalinya, agama dan kepercayaan mereka tidak melarang mereka kawin untuk ketiga kalinya;
•
tidak berada dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yang janda.
g. Larangan perkawinan :
•
berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas;
•
berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;
•
berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibubapak tiri;
•
berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang;
•
berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibipaman susuan;
•
berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang;
•
mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin.
PERCERAIAN
a. Alasan-alasan
•
Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
•
Sebab satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya;
•
Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
•
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak yang lain;
•
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri; Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri;
•
Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan
kepentingan kepentingan anak, anak, bilamana bilamana ada ada perselisihan perselisihan mengenai mengenai penguasaan penguasaan anak-anak, anak-anak, Pengadilan Pengadilan
memberi keputusannya;
•
Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memberi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut;
•
Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan danatau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri
2. Hukum Sipil a. Definisi Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang
mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
b. Klasifikasi :
Dalam arti luas, meliputi Hukum Perdata dan Hukum Dagang.
Dalam arti sempit, meliputi Hukum Perdata. Orang sering mempersamakan Hukum Sipil dengan Hukum Perdata, agar tidak membingungkan, maka perlu dijelaskan bahwa:
a. Jika diartikan secara luas, maka Hukum Perdata itu adalah
sebagian dari Hukum Sipil. b. Jika diartikan secara sempit, maka Hukum Perdata itu adalah
sama dengan Hukum Sipil.
c. Dalam bahasa asing:
1. Hukum Sipil = Privaatrecht atau Civielrecht 2. Hukum Perdata = Burgerlijkrecht 3. Privaatrecht dalam arti luas meliputi:
Burgelijkrecht, dan Handelsrecht (Hukum Dagang)
c. Perbedaan Hukum Perdata (Sipil) dengan Hukum
Pidana:
a. Perbedaan isinya:
1. Hukum Perdata mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan mentikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
2. Hukum Pidana mengatur hubungan hukum antara seorang anggota
masyaraka warganegara) dengan
negara yang menguasai tertib
masyarakat itu.
b. Perbedaan pelaksanaannya:
1. Pelanggaran terhadap norma hukum perdata baru diambil tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan oleh pihak
berkepentingan yang merasa dirugikan 2. Pelanggaran terhadap norma hukum pidana, pada umumnya segera diambil tindakan oleh pengadilan tanpa ada
pengaduan dari pihak yang dirugikan. c. Perbedaan penafsiran:
1. Hukum Perdata memperbolehkan untuk mengadakan macam- macam interpretasi terhadap Undang-undang Hukum Perdata. 2. Hukum Pidana hanya boleh ditafsirkan menurut arti kata dalam Undang-undang Pidana itu sendiri. Hukum Pidana
hanya mengenal penafsiran authentik, yaitu penafsiran yang tercantum dalam Undang-undang Hukum Pidana itu sendiri (Titel IX dari buku ke I KUHP).
II. PRINSIP- PRINSIP DASAR KONTRAK
1. Kebebasan Berkontrak Dasar Hukum Pasal 1338 (1) KUH Perdata: “Semua Perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya”
Syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUH Perdata) :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal
2. Persesuaian Kehendak (Penawaran dan
Penerimaan) Anglo Saxon dikenal istilah offer and acceptance
Indonesia – Memorandum of Understanding
3. Itikad Baik Dasar Hukum Pasal 1338 (3) KUH Perdata:
“Suatu Perjanjian harus dilaksanakan dengan
Itikad baik.”
4. Penggunaan Istilah
Harus berhati-hati dan cermat dalam menggunakan istilah.
Dasar Hukum: Pasal 1342 KUH Perdata: “Jika kata-kata suatu perjanjian jelas,
tidaklah diperkenankan untuk menyimpang daripadanya dengan jalan
penafsiran.”
5. Peralihan Resiko Diluar perjanjian-perjanjian yang menurut
undang-undang telah mengatur sendiri masalah peralihan resiko, maka pembuat perjanjian perlu melakukan pengaturan sendiri atas resiko yang mungkin timbul.
Contoh: Letter of Indemnity
6. Ganti Kerugian
Setiap pihak yang dirugikan berhak berhak untuk menuntutt ganti rugi atas tidak dipenuhinya atau dilanggarnya atau diabaikannya suatu ketentuan dalam perjanjian oleh pihak lainnya.
7. Alasan Pemutusan Perjanjian
Pemutusan suatu perjanjian timbal balik hanya dapat dilakukan atas persetujuan bersama para pihak didalamnya. Tanpa adanya perjanjian mengharuskan salah satu pihak yang
menginginkan pemutusan untuk untuk meminta persetujuan pengadilan terlebih dahulu. (Pasal 1266 dan 1267)
Para pihak dalam perjanjian dapat mencantumkan setuju untuk melepaskan ketentuan pasal 1266 dan 1267.
8. Pilihan Hukum
3. Hukum Kriminologi
a. Definisi Kriminologi: ilmu pengetahuan yang bertujuan
menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya (kriminologi teoritis atau murni). Kejahatan: perbuatan yang sangat anti- sosial yang memperoleh tentangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan (hukuman atau tindakan).
b. Ilmu pengetahuan bagian dari kriminologi : - Kriminologi teoritis atau murni:
a. Anthropologi Kriminil, adalah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis) suatu bagian dari ilmu alam, anthropologi juga dinamai bab yang terakhir dari ilmu hewan. Ilmu pengetahuan tersebut memberi jawaban atas pertanyaan seperti: seorang jahat mempunyai tanda-tanda khas apa dibadannya? Apakah ada hubungan antara suku bangsa
dengan kejahatan? dengan kejahatan?
mengenai mengenai keadaan keadaan keliling, keliling, phisiknya phisiknya (geografis, (geografis,
klimatologis dan meteorologis). c. Psychologi Kriminil, ialah ilmu pengetahuan tentang
kejahatan di pandang dari sudut ilmu jiwa. d.Psycho dan neuro-pathologi kriminil, ialah ilmu pengetahuan
tentang penjahat yang sakit jiwa. e. Poenalogi, ialah ilmu pengetahuan tentang timbul dan
bertumbuhnya hukuman, arti dan faedahnya.
- Kriminologi yang dilaksanakan:
f. Hygiene kriminil dan politik kriminil. - Kriminologi dalam arti luas:
g. Kriminalistik, ilmu pengetahuan untuk dilaksanakan
yang menyelidiki tehnik kejahatan dan pengusutan kejahatan.
- Hubungannya dengan perbuatan pidana antara keduanya
mempunyai hubungan timbal balik dan bergantungan satu sama lain (interrelation and dependence) ; mempunyai hubungan timbal balik dan bergantungan satu sama lain (interrelation and dependence) ;
b. Kriminologi mempelajari kejahatan, yang lazimnya mencari sebab-sebab sampai timbul kejahatan dan cara menghadapi
kejahatan dan tindakanreaksi yang diperlukan. c. Kedua ilmu pengetahuan itu bertemu dalam fokus pada
kejahatan dengan prinsip-prinsip yang berbeda karena objek dan tujuannya.
d. Ilmu hukum pidana mempunyai objek pada aturan hukum kejahatan dengan akibat hukum berupa pidana dan
tujuannya untuk mendapatkan pengertian dan penggunaan pidana yang sebaiknya guna mencapai keadilan hukum. e. Kriminologi mempunyai objek manusia penjahat dibelakang
peraturan hukum pidana dan tujuannya memperoleh pengertian
tentang sebab kejahatan untuk memberikan pidana atau tindakan
yang tepat agar tidak melakukan lagi kejahatan.
4. Filsafat Hukum
a. Definisi filsafat hukum adalah suatu cabang filsafat yang memilih hukum sebagai obyek penyelidikannya. Filsafat hukum menyelidiki dan membahas hukum secara sedalam- dalamnya sistematis dan universil (menyelidiki dan membahas hukum secara filosofis). Atas dasar ini, maka kedudukan filsafat hukum adalah sebagai filsafat etika.
b. Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral) atau ilmu tentang moral
Etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti : 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak); 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.
c. Etika sebagai ilmu tentang moralitas dapat dipelajari
dengan dengan tiga tiga pendekatan pendekatan yaitu yaitu : :
1. Etika Deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat
pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan- kebudayaan atau subkultural-subkultural yang tertentu,
dalam suatu periode sejarah, dan lainnya.
2. Etika Normatif tidak deskriptif melainkan preskriptif
(memerintahkan) tidak melukiskan melainkan menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan
moral, moral, terbagi terbagi atas atas dua dua : :
3. Etika umum, memandang tema-tema umum seperti: apa
itu norma etis? Bagaimana hubungannya satu sama lain? Mengapa norma moral mengikat kita? Apa itu nilai
kekhususan nilai moral? dan sebagainya.
b. Etika khusus berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang
umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus. 3. Metaetika, Meta- dari bahasa Yunani artinya “melebihi”,
“melampaui”. Metaetika bergerak seolah-olah pada taraf lebih
tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang kita pergunakan di bidang
moral. Dapat dikatakan juga bahwa metaetika mempelajari
logika khusus dari ucapan-ucapan etis.
Aliran-aliran Aliran-aliran
dalam dalam
Filsafat Filsafat
Hukum Hukum
a. Hukum Kodrat berintikan kepada suatu keyakinan
bahwa hukum yang baik adalah hukum yang berlaku
universal dan abadi. Aliran ini terbagi dua: 1.Aliran Irasional ; hukum kodrat diturunkan dari
Tuhan Tuhan
secara secara
langsung. langsung.
2.Aliran-Rasional;
a. Menyatakan sumber hukum kodrat bukan lagi
berasal dari Tuhan secara langsung, tetapi bersumber dari rasio manusia sendiri.
b. Menunjuk kepada asas-asas hukum yang
memang telah diterima secara universal. Prinsip-prinsip hukum seperti “kebebasan
berkontrak” sudah menjadi asas yang diadopsi di berbagai sistem hukum, dan tetap aktual
karena sejalan dengan rasio manusia.
b. Positivisme Hukum menurut aliran ini hukum adalah
perintah dari penguasa (law is command of lawgivers). Dengan sendirinya sumber hukum satu- satunya adalah Undang-undang (dalam arti material).
Tugas aparatur hukum, khususnya hakim adalah menjadi “corong” dari undang-undang.
- Tujuan Positivisme Hukum adalah memperjuangkan kepastian hukum.
- Kelemahan aliran ini adalah :
1. Hakim hanya sebagai corong UU; 2. Hukum tidak identik dengan moralitas;
3. Karena UU itu hasil kreasi manusia, maka
didalamnya terkandung ketidaksempurnaan. 4. Membuat UU itu membutuhkan proses, dimana pada
proses tersebut banyak masyarakat yang menjadi korban.
- Tokoh aliran Positivisme Hukum: John Austin dan Hans
Kelsen. c. Aliran Utilitarianisme
Menurut aliran ini hukum yang baik adalah hukum yang dapat memberikan kemanfaatan untuk sebesar
besarnya jumlah orang.
- Persamaan dengan Postivisme Hukum yaitu keduanya masih mengandalkan kepada penguasa
untuk menetapkan hukum, namun dengan catatan bahwa produk penguasa itu bisa baik dan bisa pula
buruk. buruk. -Kelemahan -Kelemahan aliran aliran ini ini adalah adalah claim claim tentang tentang
kemanfaatan yang seringkali mengorbankan aspek keadilan. Claim kemanfaatan ini menggunakan ukuran matematis sehingga keputusan mayoritas lebih diutamakan daripada kepentingan minoritas.
d. Aliran Sejarah
Aliran ini lahir di Jerman, dan tokoh utamanya Karl von
Savigny (1770-1861). - Aliran ini lahir sebagai reaksi dari Positivisme Hukum. - Menurut aliran ini hukum tidak perlu dibuat oleh
penguasa. Hukum itu tumbuh sendiri bersama dengan masyarakat. Artinya biarkanlah hukum itu yang menentukan mana hukum yang baik dan mana yang buruk.
- Aliran Sejarah mulai mendekati pemikiran Aliran Hukum
Kodrat. Bedanya pada Aliran Hukum Kodrat, nilai-nilai diproyeksikan secara universal, sementara pada Aliran Sejarah, lebih bersifat local. von Savigny menggunakan satu istilah yang menggunakan satu istilah yang menunjukkan adanya jiwa rakyat (Volksgeist) pada setiap bangsa.
Sumber hukum yang utama menurut Aliran Sejarah adalah kebiasaan. Sumber hukum ini jelas tidak memerlukan pengujian karena telah menjalani proses sosialisasi yang panjang. Ia adalah hukum yang hidup (living law) dan telah berlaku secara sosiologis.
Kelebihan Aliran Sejarah : 1. Hukum merespons perkembangan masyarakat;
2. Karena berasal dari masyarakat, maka sosialisasinya lebih mudah.
Kelemahan Aliran Sejarah : 1. Sulit menetapkan Volksgeist apalagi jiwa masyarakatnya heterogen; 2. Jika sulit merumuskan hukum, maka akan menjadi Positivisme Hukum; 3. Sumber hukum yang diutamakan adalah kebiasaan, dan kebiasaan bisa baik bisa juga buruk.
e. Sociological Jurisprudence, pada aliran ini hukum
merekayasa masyarakat. Tool of social engineering yaitu hukum berada di depan perkembangan masyarakat. Hukum dapat merekayasa keadaan masyarakat untuk masa depan.
f. Realisme Hukum, aliran ini melihat setiap kasus hukum
sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Peristiwa konkrit itulah yang menentukan hukumnya, bukan
oleh hukum kodrat, undang-undang, atau kebiasaan. Menurut aliran ini hukum adalah putusan hakim. Dan putusan hakim itu adalah wujud hukum yang sebenarnya dan sudah teruji. Kelompok yang sangat ekstrim yang menggunakan Realisme Hukum adalah Freirechtslehre, dimana undang-undang bukan merupakan hukum, atau ajaran Hukum bebas.
Peraturan Perundang-undangan Yang Mengatur Hubungan Antar Masyarakat antara Lain:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
2. Undang-undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Paten 3. Undang-undang No. 14 Tahun 2001 Tentang Merek 4. Undang-undang No. 19 Tahun 2001 Tentang Cipta 5. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 6. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak 7. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 8. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
9. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria
10. Undang-undang No. 20 Tahun 2002 Tentang Kelistrikan 11. Undang-undang Undang-undang
No. No.
62 62 Tahun Tahun
Tentang Tentang
Kewarganegaraan Indonesia 12. Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup 13. Undang-undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan 14. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan
Pemukiman 15. Undang-undang No. 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun 16. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional 17. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan 18. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi 19. Undang-undang No. 6 Tahun 1984 Tentang Pos 20. Undang-undang No. 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik 21. Undang-undang No. 14 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum
II. HUKUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Bahan Kuliah 15 Maret 2006 Bahan Kuliah 15 Maret 2006
Hukum Perdata: hukum yang mengatur hubungan hukum antara
orangbadan hukum yang satu dengan orangbadan hukum yang lain di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan (pribadibadan hukum).
b. Definisi Hukum Perdata Menurut Pakar Hukum
1. Prof. Subekti, SH, hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
2. Sri Soedewi Masjhcoen Sofwan, hukum perdata adalah hukum yang yang mengatur mengatur kepentingan kepentingan antara antara warga warga negara negara
perseorangan yang satu dengan warga negara perseorangan yang lain.
3. Wirjono Prodjodikoro, hukum perdata adalah suatu rangkaian hukum antara orang-orang atau badan hukum satu sama lain tentang hak dan kewajiban.
4. Sudikno Mertokusumo, hukum perdata adalah hukum
antarperorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di dalam pergaulan masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak.
5. Asis Safioden, hukum perdata adalah hukum yang memuat peraturan dan ketentuan hukum yang meliputi hubungan hukum antara orang yang satu dengan yang lain (antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain) di dalam masyarakat dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan.
6. Vollmar, hukum perdata ialah aturan-aturan atau norma-norma, yang memberikan perlindungan pada kepentingan-kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan yang lain dari orang-orang di dalam suatu masyarakat tertentu (negeri Belanda) terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas. Hukum Perdata disebut juga hukum sipil atau hukum privat.
PENGGOLONGAN HUKUM PERDATA a.Hukum Perdata Dalam Arti Luas: bahan hukum
sebagaimana tertera dalam Kitab Undang-undang Hukum perdata (BW), Kitab Undang-undang Hukum Dagang (WvK) beserta sejumlah undang-undang yang disebut undang-undang tambahan lainnya.
Hukum Perdata Dalam Arti Sempit: sebagaimana terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW).
b. Dari segi fungsinya hukum perdata terbagi atas:
1. Hukum Perdata Material: aturan-aturan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa hukum perdata material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subjek hukum.
2. Hukum Perdata Formal: menentukan cara menurut mana
pemenuhan hak-hak material tersebut dapat dijamin. Dengan kata lain, bahwa hukum perdata formal mengatur bagaimana tata cara seseorang menuntut haknya apabila dirugikan oleh orang lain. Hukum perdata formal mempertahankan hukum perdata material, karena hukum perdata formal berfungsi menerapkan hukum perdata material apabila ada yang melanggarnya. Hukum perdata formal sering juga disebut dengan hukum acara perdata.
PEMBAGIAN DAN SISTEMATIKA HUKUM PERDATA Hukum Perdata terbagi dalam 4 bagian:
1. Hukum Perorangan (Personenrecht) memuat: a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subjek hukum;
b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-
hak dan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu.
2. Hukum Keluarga (Familierecht) memuat:
a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara suamiistri;
b. Hubungan antara orang tua dan anak-anaknya (kekuasaan
orang tua – ouderlijke macht); c. Perwalian (voogdij); d. Pengampuan (curatele)
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht) mengatur tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang. Meliputi:
a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap
setiap orang;
b. Hak perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlaku
terhadap seorang atau suatu pihak tertentu saja.
4. Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda
atau kekayaan seorang jika ia meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari hubungan keluarga terhadap peninggalan seseorang).
Sistematika Hukum Perdata
Hukum Perdata bersumber pokok pada BWKUH Perdata, yang terdiri atas 4 buku:
1. Buku I, Perihal Orang (Van Personen) , yang memuat Hukum
Perorangan dan Hukum Kekeluargaan; 2. Buku II, Perihal Benda (Van Zaken) , yang memuat Hukum
Benda dan Hukum Waris;
3. Buku III, Perihal Perikatan (Van Verbintennissen) , yang
memuat Hukum Harta Kekayaan yang berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban yang berlaku bagi orang-orang atau pihak-pihak tertentu;
4. Buku IV, Perihal Pembuktian dan Kadaluwarsa atau Liwat Waktu (Van Bewijs en Verjaring), yang memuat perihal alat- alat pembuktian dan akibat-akibat liwat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum
HUKUM PERORANGAN
Pengertian Subjek Hukum: - Menurut Subekti, subjek hukum adalah hak atau subjek