TEORI EKONOMI PENAWARAN DAN APLIKASI DAL

TEORI EKONOMI PENAWARAN DAN APLIKASI DALAM ANALISIS
EKONOMI PERTANIAN
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian
Dosen Pengampu : Dr.Ir. Hendro Prasetyo, SP., M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1.

Rizko Kurniawan

155040201111134

2.

Dyah Arum Purwaning

155040201111168

3.


Azizah

155040201111188

4.

Muhammad Yussaq N

155040201111224

5.

Wardatul Qhoiria

155040201111236

6.

Muhamad Yuda P


155040201111240

Kelas : B
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

1. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih
dan menciptakan kemakmuran. Inti dari masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas sebagai alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Kebutuhan ekonomi sama halnya
dengan permintaan, serta tidak terlepas dari konsep penawaran. Penawaran adalah
salah satu kekuatan yang menentukan keseimbangan pasar.

Sistem perekonomian pasar bebas adalah sistem kekuatan permintaan dan
penawarannya bergerak secara bebas dan leluasa. Harga yang terbentuk adalah
cerminan

keinginan

masyarakat

sedangkan penawaran adalah cerminan

kemampuan produsen atau penjual. Produsen menawarkan barang atau jasa setiap
hari dengan cara yang menarik, iklan yang mencolok atau menjual dari rumah ke
rumah. Besarnya penawaran tergantung biaya produksi dimana produsen tidak
akan menjual dibawah biaya produksi. Kecuali

dalam kondisi darurat maka

produsen akan menjual dibawah biaya produksi. Elastisitas penawaran digunakan
untuk menerangkan perubahan penawaran yang penting dalam pembuatan
keputusan produksi, karena tingkat elastisaitas ini menggunakan sensitivitas dari

penawaran barang terhadap perubahan harga. Informasi elastisitas penawaran
mengukur responsif penawaran sebagai akibat perubahan harga.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang
memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Pada
dasarnya permintaan terhadap produk-produk pertanian cenderung meningkat,
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, namun penawaran produksi
pertanian justru peningkatannya lebih besar dibanding dengan permintaan barang.
Hal ini disebabkan oleh permintaan terhadap produk pertanian cenderung
inelastis. Akibatnya banyak produksi hasil pertanian yang terbuang dengan
percuma, karena penawaran yang diberikan lebih besar dari pada permintaan yang
dibutuhkan konsumen, sehingga harga produk pertanian menurun tajam yang
berimbas pada menurunnya pendapatan petani. Harga komoditas pertanian lebih
rentan daripada harga komoditas non pertanian dan jasa. Kondisi biologis produk
pertanian menjadi alasan utama instabilitas harganya. Musim tanam dalam sistem

on farm (usahatani) mengenal interval waktu yang signifikan. Hal ini
menyebabkan adanya time lag (selisi waktu) antara pengambilan keputusan
produksi dengan realisasi output akhirnya. Adanya time lag ini menyulitkan petani
merespon perubahan harga yang terjadi di pasar.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana

faktor

lingkungan

dan

kebijakan

ekonomi

pemerintah

mempengaruhi penawaran produk pertnaian di Indonesia?
2. Bagaimana solusi mengatasi masalah ketidakstabilan antara penawaran dan
permintaan produk pertanian akibat faktor lingkungan dan kebijakan ekonomi
pemerintah di Indonesia?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mengetahui teori ekonomi penawaran dan aplikasi dalam analisis

ekonomi pertanian di Indonesia serta mahasiswa mendapatkan gambaran kondisi
aktual penawaran produk pertanian di Indonesia dan mengetahui karakteristik
penawaran produk pertanian di Indonesia.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Penawaran
Kegiatan ekonomi yaitu produsen memproduksi barang atau jasa namun tidak
digunakan untuk keperluan sendiri melainkan untuk dijual kepada konsumen
dengan tujuan memperoleh laba atau atau keuntungan. Inilah yang dinamakan
dengan penawaran. Penawaran menunjukkan jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan produsen kepada konsumen pada berbagai tingkat harga dan waktu
tertentu.Penawaran adalah sejumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh
penjual (produsen) pada berbagai tingkat harga dan dalam waktu tertentu (per
hari, per minggu, per tahun). Seperti dalam permintaan menurut ekonomi mikro
dijelaskan bahwa penawaran juga dapat digolongkan menjadi penawaran
perorangan dan penawaran pasar.
1. Penawaran perorangan
Penawaran perorangan ialah penawaran yang dilakukan oleh seorang penjual
dalam menawarkan berbagai jumlah barang pada berbagai tingkat harga.
2. Penawaran pasar

Penawaran pasar ialah keseluruhan penawaran yang didapat dari penjumlahan
penawaran perorangan suatu barang atau jasa pada berbagai tingkat harga.
Teori penawaran menerangkan sifat para penjual dalam menawarkan
komoditas yang akan dijualnya. Pernyataan yang menjelaskan sifat hubungan
antara harga suatu komoditas dan jumlah komoditas tersebut yang ditawarkan
oleh produsen dikenal dengan hukum penawaran. Pada umumnya semakin tinggi
harga suatu komoditas, semakin banyak jumlah komoditas tersebut yang akan
ditawarkan oleh penjual. Sebaliknya makin rendah harga suatu komoditas makin
sedikit jumlah yang ditawarkan oleh penjual (Sugiarto 2007).
1.2 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Penawaran
Penawaran dan produksi mempunyai hubungan yang sangat erat. Hal-hal
yang mendorong dan menghambat kegiatan produksi berpengaruh terhadap
jumlah penawaran. Menurut Rahardja dan Manurung (2008), beberapa faktor
yang mempengaruhi penawaran barang yaitu:

1. Harga barang itu sendiri
Apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah
barang yang ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya jika barang yang
ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun.
Misalnya jika harga sabun mandi meningkat dari Rp1.500,00 menjadi

Rp2.000,00, maka jumlah sabun mandi yang penjual tawarkan akan meningkat
pula.
2. Harga barang pengganti
Apabila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan
jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari
barang pengganti ke barang lain yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah.
Contohnya harga kopi meningkat menyebabkan harga barang penggantinya yaitu
teh lebih rendah, sehingga penjual lebih banyak menjual teh.
3. Biaya produksi
Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi,
seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk
bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat,
maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan
menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan
karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka
produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga
akan meningkat.
4. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang
ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen

dalam menghasilkan barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan mesinmesin modern akan menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen
untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak. Misalnya untuk menghasilkan
1 kg gula pasir biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan Manis sebesar
Rp4.000,00. Harga jualnya sebesar Rp7.500,00/kg. Namun dengan menggunakan
mesin yang lebih modern, perusahaan Manis mampu menekan biaya produksi
menjadi Rp3.000,00. Harga jual untuk setiap 1 kilogramnya tetap yaitu

Rp7.500,00/kg. Dengan demikian perusahaan Manis dapat memproduksi gula
pasir lebih banyak.
5. Pajak
Pajak yang merupakan ketetapan pemerintah terhadap suatu produk sangat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga. Jika suatu barang tersebut menjadi
tinggi, akibatnya permintaan akan berkurang, sehingga penawaran juga akan
berkurang.
6. Perkiraan harga di masa depan
Perkiraan harga di masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah
penawaran. Jika perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik,
sedangkan penghasilan masyarakat tetap, maka perusahaan akan menurunkan
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya pada saat krisis ekonomi,
harga-harga barang dan jasa naik, sementara penghasilan relatif tetap. Akibatnya

perusahaan akan mengurangi jumlah produksi barang dan jasa, karena takut tidak
laku.
2.2 Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran merupakan tingkat perubahan penawaran atas barang dan
jasa yang diakibatkan karena adanya perubahan harga barang dan jasa tersebut.
Dengan demikian, elastisitas penawaran merupakan ukuran yang menggambarkan
sampai dimana kuantitas yang ditawarkan akan mengalami perubahan sebagai
akibat perubahan harga (Daniel, 2002).
Macam-macam Elastisitas Penawaran menurut (Arifin, 2007) terdapat lima
macam elastisitas penawaran menurut yaitu:
1. Penawaran elastis
Penawaran elastis terjadi jika presentase perubahan jumlah barang yang
ditawarkan lebih besar dari presentase perubahan harga, atau jika nilai koefisien
>1.

2. Penawaran inelastis
Penawaran inelastis terjadi jika presentase perubahan jumlah barang yang
ditawarkan lebih kecil daripada presentase perubahan harganya (nilai koefisien <
1).


3. Penawaran elastis uniter
Penawaran elastis uniter terjadi jika prsentase perubahan jumlah barang yang
ditawarkan sama dengan presentase perbuahan harganya (nilai koefisien = 1).

4. Penawaran elastis sempurna
Penawaran elastis sempurna terjadi jika harga tidak berubah sedangkan jumlah
yang ditawarkan berubah.

5. Penawaran inelastis sempurna
Penawaran inelastic sempurna terjadi jika perubahan harga tidak mampu
mengubah jumlah yang ditawarkan.

Elastisitas penawaran mempunyai arti penting untuk para konsumen. Jika
penawaran inelastis, pertambahan dalam permintaan masyarakat hanya akan dapat

dilayani dengan harga yang lebih tinggi. Sebaliknya jika penawaran elastis, ini
berarti bahwa produksi segera dapat ditambah sehingga tambahan permintaan
masyarakat tidak sangat menaikkan harga barang.
Menurut Sukirno (2010), ada dua faktor yang dianggap sebagai faktor yang
penting di dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu: sifat dari perubahan
biaya produksi dan jangka waktu dimana penawaran tersebut dianalisis.
1. Sifat perubahan biaya produksi
Bagaimana biaya produksi akan berubah sekiranya harus dilakukan
pertambahan produksi, sangat besar pengaruhnya kepada elastisitas penawaran.
Penawaran akan bersifat tidak elastis apabila kenaikan penawaran hanya dapat
dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Tetapi jika penawaran
dapat ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak terlalu besar,
penawaran akan bersifat elastis.
Biaya produksi akan meningkat dengan cepat atau akan mengalami
pertambahan yang sedikit apabila produksi ditambah, tergantung kepada banyak
faktor. Salah satu faktornya yang penting adalah sampai dimana tingkat
penggunaan kapasitas alat produksi yang dimiliki perusahaan. Apabila
kapasitasnya telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru haruslah dilakukan
untuk menambah produksi. Dalam keadaan ini kurva penawaran akan menjadi
tidak elastis, terutama apabila faktor produksi yang diperlukan untuk menaikkan
produksi sangat sukar diperoleh.
2. Jangka waktu analisis
Di dalam menganalisis pengaruh waktu kepada elastisitas penawaran, biasanya
dibedakan tiga jenis jangka waktu, yaitu: masa amat singkat, jangka pendek dan
jangka panjang. Jangka waktu yang dimaksud disini adalah lamanya waktu
produksi yang juga dipengaruhi oleh faktor penyediaan sumber daya (resources).
a. Jangka waktu sangat singkat
Masa amat singkat adalah jangka waktu di mana para penjual tidak dapat
menambah penawarannya. Dalam waktu satu/beberapa hari saja semua input
tetap; oleh karena itu, para produsen/penjual tidak dapat segera menambah jumlah
yang ditawarkan, meskipun konsumen bersedia membayar harga yang tinggi.
Jumlah barang yang ditawarkan tergantung dari banyaknya persediaan yang ada
pada saat itu. Dengan demikian penawarannya bersifat tidak elastis sempurna.

b. Jangka pendek
Jangka pendek adalah kondisi kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat
ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan
kapasitas yang tersedia itu dengan cara menggunakan faktor produksi, termasuk
barang modal, secara lebih intensif. Caranya adalah memperpanjang jam kerja,
memperbaiki manajemen produksi, menggunakan tenaga kerja lebih efektif dan
sebagainya. Usaha ini akan dapat menambah produksi barang yang ditawarkan.
Tetapi tidak cukup lama untuk memperbesar kapasitas produksi yang ada (areal
pertanian, modal tetap seperti bangunan pabrik, mesin-mesin, dll). Dalam keadaan
demikian penawaran dapat elastis, dapat juga inelastis, tergantung jenis barang
dan proses produksinya. Apabila memperbesar produksi menyebabkan biaya naik
dengan cepat, maka penawaran akan bersifat tidak elastis (inelastic). Tetapi kalau
biaya produksi hampir tidak naik dengan pertambahan produksi, maka penawaran
akan bersifat elastis. Umumnya, hasil pertanian suplainya inelastic, sedang hasil
pabrik lebih elastis.
c. Jangka panjang
Jangka waktu yang cukup lama hingga para produsen dapat menambah
kapasitas produksi dengan menambah modal tetap (pabrik baru, mesin, perluasan
areal pertanian, dan sebagainya) untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan
masyarakat. Makin lama jangka waktu, makin elastis penawaran. Dalam jangka
panjang, perkembangan teknik produksi di sektor industri dan produksi secara
besar dapat menyebabkan harga turun, sehingga barang yang dulu dipandang
barang mewah dan mahal menjadi barang kebutuhan biaya yang terbeli juga oleh
orang banyak. Produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat dengan mudah
ditambah dalam jangka panjang, oleh karena itu, penawaran bersifat elastis.
Faktor lain yang mempengaruhi elastisitas penawaran menurut (Arifin, 2007)
diantaranya yaitu:

1. Jumlah persediaan
Apabila perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah besar, kurva
penawaran akan lebih elastis karena dapat segera memasoknya ke pasar jika ada

permintaan dari masyarakat. Jika persediaan sudah habis, perusahaan akan
kesulitan dalam memasok barang sehingga kurva penawaran akan lebih inelastic.
2. Mobilitas faktor produksi
Faktor produksi dikatakan memiliki mobiltas yang tinggi dan mudah berpindah
dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Jika faktor produksi memiliki mobilitas
tinggi, produsen dapat menyesuaikan kapasitas produksinya (besarnya produksi)
sehingga penawaran lebih elastis.
3. Daya tahan simpan
Produk-produk yang memiliki daya tahan lebih singkat seperti makanan, hasil
pertanian, umumnya lebih inelastic. Akan tetapi, produk dengan daya tahan lebih
lama seperti kulkas, mesin jahit, kompos gas cenderung lebih elastis.
2.3 Pergeseran Dan Pergerakan Kurva Penawaran
Menurut Sukirno (2003), hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang
yang ditawarkan oleh para penjual. Pergeseran kurva penawaran ke kiri atau ke
kanan dapat terjadi akibat faktor- faktor lain diluar harga yang mempengaruhi
kuantitas barang yang ditawarkan. Jika terjadi peningkatan penawaran, kurva
penawaran bergeser ke kanan dan sebaliknya.
Pergeseran kurva penawaran ke kanan terjadi peningkatan kuantitas yang
ditawarkan mengakibatkan pergeseran kurva penawaran dari S 1 ke S2, sedangkan
pergeseran kurva penawaran ke kiri terjadi penurunan kuantitas barang yang
ditawarkan mengakibatkan pergeseran kurva penawarran ke kiri dari S 1 ke S2.
Menurut Karl (2006) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran
dan menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri atau ke kanan.
a. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi dapat mengubah kombinasi input serta jenis input yang
diperlukan dalam proses produksi. Peningkatan teknologi selalu mengandung arti
bahwa jumlah input yang dibutuhkan lebih sedikit, atau biaya input yang
dibutuhkan berkurang. Jika biaya produksi lebih rendah, produsen terdorong
untuk meningkatkan output pun meningkat. Oleh karena itu, peningkatan
teknologi produksi akan mendorong kurva penawaran ke kanan.
b. Biaya produksi

Naik turunnya biaya produksi juga memainkan peran penting dalam
memengaruhi penawaran barang dan jasa dari produsen. Misalnya, meningkatnya
upah pekerja menyebabkan biaya produksi meningkat. Jika peningkatan biaya
sangat tinggi, produsen cenderung untuk mengurangi produksi sehingga
menurunkan penawaran. Sebaliknya, jika suatu saat biaya bahan baku misalnya
menurun, produsen dapat memberli lebih banyak bahan baku untuk memprouksi
barang dan jasa. Oleh karenanya, penawaran bertambah.
c. Persediaan sarana produksi
Masalah ekonomi timbul karena tidak seimbangnya sumber daya produksi
dibandingkan dengan yang dibutuhkana. Demikian juga halnya dengan produksi.
Produksi akan terganggu jika persediaan sarana produksi kurang. Penawaran beras
pada daerah tertentu cenderung menurun karena banyak lahan pertanian yang
berubah fungsi menjadi daerah industri.
d. Peningkatan jumlah produsen
Jika penjualan suatu produk mendatangkan keuntungan, maka hal ini akan
mendorong pemodal-pemodal baru memasuki usaha tersebut. Contohnya, jika
pertanian jeruk dianggap menguntungkan, banyak pihal lain yang beralih profesi
menjadi petani jeruk. Dengan bertambahnya produsen baru ini, maka penawaran
jeruk akan bertambah. Kurva penawaran akan bergeser ke kanan.

Dimana :
P : Harga beli pedagang
Q : Jumlah barang yang diminta
S : Penawaran
2.4 Karakteristik Penawaran Produk Pertanian
Menurut Soekartawi (2002) ada beberapa ciri produk pertanian yaitu antara
lain :
1. Bersifat musiman

Produk pertanian yang bersifat musiman menyebabkan hasil produksi
diperoleh pada waktu-waktu tertentu, sesuai dengan umur tanaman yang
bersangkutan. sehingga untuk dapat memproduksinya sangat tergantung oleh
lingkungan. Tanaman yang banyak diusahakan termasuk dalam tanaman musiman
misalnya tanaman padi, jagung, kedelai.
Salah satu cara untuk mengatasi sifat pertanian yang musiman adalah
teknologi rumah kaca. Hal ini merupakan salah satu teknologi untuk
menghilangkan ketergantungan produksi pertanian pada musim. Sedangkan dari
sisi pasca panennya, teknologi penyimpanan dengan CA (controlled atmosfir)
misalnya dapat dijadikan alternatif untuk memperpanjang masa simpan produk
segar hasil pertanian, sehingga pasokan pasar bisa dilakukan sepanjang tahun,
tanpa tergantung pada musim panen
2. Produk pertanian bersifat segar dan mudah rusak (perishable)
Setiap macam produk pertanian sebenarnya diperoleh dalam keadaan segar
(masih basah), sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Produk
pertanian tidak tahan lama dan mudah rusak, dikarenakan beberapa faktor antara
lain; proses pengolahan pasca panennya masih rendah, kandungan air dari produk
pertanian relatif banyak sehingga memudaahkan perkembangbiakan bakteri
pembusuk. Faktor lain yaitu biologis dan fisiologis produk pertanian tersebut.
Salah satu cara penanggulangan sifat yang mudah rusak ini dapat dilihat pada
petani sayuran seperti sayur kol, sawi, kentang, dll yang memanen pada sore hari
dan keesokan harinya sayuran dijual ke pasar.
3. Produk pertanian bersifat “bulky”
Yaitu volumenya besar tetapi nilainya relative kecil sehingga dalam proses
pengelolaannya diperlukan tempat yang luas dan perlu biaya penyimpanan atau
perawatan dalam jumlah yang relatif besar.

4. Produk pertanian lebih mudah diserang hama dan penyakit

Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit itu besar. Produk
pertanian memerlukan perlakuan khusus agar terhindar dari serangan hama dan
penyakit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
5. Produk pertanian bersifat lokal dan spesifik (tidak di semua tempat)
Kegiatan usaha tani satu tempat dengan tempat lain berbeda-beda karena
menyesuaikan dengan keadaan lahan dan kondisi alam suatu tempat. Oleh sebab
itu komoditas yang diusahakan juga berbeda. Tidak semua produk pertanian dapat
dihasilkan dari satu lokasi, melainkan berasal dari berbagai tempat. Misalnya
tanaman apel dapat tumbuh di dataran tinggi dan tidak dapat tumbuh dengan baik
di dataran rendah. Sebaliknya, tanaman ketela rambat baik di tanam di dataran
rendah daripada dataran tinggi.
6. Produk pertanian mempunyai kegunaan yang beragam
Misalnya tanaman tebu dapat dibuat gula pasir disamping juga dibuat sebagai
bahan baku tetes. Daunnya dapat dibuat pellet makanan ternak atau bila kering
bisa dibuat atap rumah, atau sebagai bahan pembakar. Kulitnya yang kering dapat
dijadikan kayu bakar dan masih banyak kegunaan lain walau dari satu bahan baku
yang sama.
7. Penawaran produknya relative kecil
Secara perorangan petani pada umumnya merupakan suplier kecil yang tidak
memiliki posisi tawar dalam menentukan harga. Penetapan harga umumnya
dikuasai oleh pelaku pasar lain, yang biasanya adalah pengepul dari petani.
Karena banyak petani yang kurang informasi terhadap harga produk pertanian
sehingga kadang terjadi permainan harga oleh pengepul.
8. Memiliki banyak produk substitusi
Produk hasil pertanian bersifat substitusi satu sama lain. Artinya jika suatu
produk pertanian tidak ada atau persediaan sedikit maka dapat digantikan dengan
produk pertanian yang lainnya. Produk hasil pertanian baik sebagai produk yang
langsung dikonsumsi maupun sebagai input produksi.

3. KONDISI SAAT INI DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN
3.1 Kondisi Saat Ini
Ketidakstabilan antara penawaran dengan permintaan pada komoditas
pertanian

menyebabkan dampak bagi dalam

perekonomian masyarakat.

Ketidakstabilan antara penawaran dan permintaan dapat disebabkan beberapa hal,
pada komoditas hortikultura terjadi beberapa permasalahan produksi yaitu sangat
fluktuatif sesuai dengan iklim/musim, selain itu juga yaitu mudah rusak/busuk
(perishable). Keadaan produksi ini berdampak terhadap perkembangan harga
komoditas yang sangat bergejolak. Di sisi lain, laju permintaan di Indonesia
terhadap komoditas hortikultura terus meningkat sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk. Sebagai contoh adalah komoditas Bawang merah yang
mempunyai tingkat partisipasi konsumsi yang tinggi, di mana pada tahun 1996
mencapai 88,5 persen (Sawit et al., 1997). Walaupun produksi bawang merah di
Indonesia cenderung meningkat setiap tahun, namun sampai saat ini produksi
dalam negeri belum dapat memenuhi seluruh permintaan bawang merah di
Indonesia. Untuk itu, sebagian kebutuhan bawang merah dipenuhi melalui impor.
(Ariningsih, 2004).
Komoditas cabai rawit yaitu komoditas yang produksinya sangat dipengaruhi
iklim dan cuaca, anomali cuaca yang terjadi selama 2016 menyebabkan terjadinya
kelangkaan cabai rawit di pasaran pada kuartal awal 2017 hingga menyebabkan
tingginya permintaan yang ditandai dengan melonjaknya harga cabai di pasaran.
Hal tersebut merupakan dampak dari rendahnya penawaran oleh produsen cabai
rawit yang dipengaruhi oleh menurunya produksi cabai rawit. Di sisi lain justru
harga yang tinggi merupakan momen bagi petani untuk meningkatkan penawaran
dengan melakukan pemanenan dini atau dengan mengambil resiko melakukan
ekstensifikasi pada lahan mereka dengan tanaman cabai walaupun pada musim
yang tidak bersahabat dengan komoditas cabai. Disamping itu, kenaikan harga
juga berkaitan dengan kegiatan pemasaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi
diantaranya faktor angkutan, rendahnya daya tahan cabai, dan daya beli
masyarakat yang rendah (Santika, 1999).
Tingginya penawaran pada saat panen raya tidak diikuti dengan tingginya
permintaan sehingga harga barang menjadi rendah dan banyak produk yang

menjadi busuk. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi
Sumatera Utara menunjukkan bahwa jumlah cabai merah yang ditawarkan setiap
tahunnya lebih besar daripada jumlah cabai merah yang diminta (Chairia, 2013).
Pada komoditas pangan, utamanya padi yang cenderung menurun sudah
sampai pada taraf yang mengkhawatirkan akan menyebabkan penyediaan bahan
pangan pokok semakin tergantung pada impor. Penurunan laju pertumbuhan
produksi tanaman pangan merupakan kombinasi dari gejolak penurunan kapasitas
produksi dan kegagalan kebijakan seperti penurunan luas baku lahan sawah,
penurunan kesuburan tanah, penurunan kualitas dan luas layanan sistem irigasi,
inovasi teknologi pertanian yang rendah (Maulana, 2006). Beberapa hal tersebut
dapat menyebabkan rendahnya tingkat penawaran petani terhadap komoditas yang
dibudidayakan.
3.2 Kondisi yang Diharapkan
Menjaga Kestabilan antara penawaran pada komoditas pertanian menjadi salah
satu upaya yang seharusnya dapat diakomodir oleh segala pihak mulai dari tingkat
bawah hingga pusat. Dalam meningkatkan nilai penawaran komoditas pertanian
tentu saja dengan meningkatkan produksi dengan upaya perbaikan teknologi
budidaya (antara lain bibit unggul, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit)
di tingkat petani, sehingga produktivitas di sentra produksi meningkat. Untuk
mengurangi fluktuasi produksi dan fluktuasi harga, peran pemerintah daerah perlu
ditingkatkan terutama dalam pengaturan saat tanam antar wilayah di daerah sentra
produksi. Perbaikan manajemen irigasi sangat diperlukan dalam pengaturan pola
tanam antar wilayah. Pengaturan pola tanam akan mampu menekan fluktuasi
produksi antar waktu, sehingga harga yang diterima petani dapat ditingkatkan.
Selain itu pemasaran dan penanganan pasca panen perlu dilakukan lebih
terkoordinasi oleh kelembagaan yang ada seperti KUD atau kelompok tani. Peran
pemerintah sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi pertanian, kebijakan
impor haruslah menjadi opsi terakhir jika produksi dalam negeri tidak mampu
mencukupi konsumsi dalam negeri, karena kebijakan impor akan menjatuhkan
nilai jual produksi lokal dan tentu saja merugikan petani (Maulana, 2006).

4. PEMBAHASAN
Ketidakstabilan antara penawaran pada komoditas pertanian menyebabkan
dampak bagi dalam perekonomian masyarakat. Penyebab ketidakstabilan tersebut
karena pada komoditas pertanian terjadi beberapa permasalahan produksi yaitu
sangat fluktuatif sesuai dengan iklim atau musim, selain itu produk pertanian
mudah rusak atau busuk (perishable). Keadaan produksi ini berdampak terhadap
perkembangan harga komoditas yang sangat bergejolak. Di sisi lain, laju
permintaan di Indonesia terhadap komoditas hortikultura terus meningkat sejalan
dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan penawaran rendah. Untuk
mengatasi ketidakstabilan dari penawaran akan produk pertanian. Maka perlu
diadakannya langkah untuk mengatasi hal ini agar terjadi keseimbangan antara
penawaran dan juga permintaan sehingga produsen dan konsumen tidak di
rugikan dengan keadaan penawaran dan permintaan yang tidak setabil ini. Untuk
mengatasi hal ini, maka adapun langkah-langkah yang perlu diambil adalah :
1. Perbaikan pada teknologi budidaya sehingga memperoleh hasil yang tinggi dan
kualitas yang baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar. Kemajuan dan
pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan
teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan caracara baru dalam bidang pertanian (Purwiyatno Hariadi, 1999).
2. Penyuluhan dan pelatihan pada petani untuk mengolah produk hasil panennya.
Sehingga ketika panen raya disaat jumlah barang yang ditawarkan banyak
tetapi permintaan tidak sesuai dengan barang yang ditawarkan yang
mengakibatkan jatuhnya nilai suatu produk pertanian, petani dapat mengolah
hasil panennya sehingga menghasilkan produk dengan daya tahan yang lebih
lama dan memiliki nilai tambah pada saat penjualan. Diversifikasi cabai merah
kering terutama pada saat panen raya, dapat membuka peluang usaha industri
rumah tangga, sehingga panen raya cabai merah merupakan peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan petani cabai (Mutiara Nugraheni, 2005).
3. Merubah pola fikir masyarakat yang lebih senang menggunakan produk segar
untuk beralih keproduk olahan ketika produk segar susah dicari dan harganya
mahal dikarenakan adanya kegagalan panen pada petani sehingga jumlah
produk segar yang ditawarkan menurun.

4. Ketika produk hasil dalam negeri sudah benar-benar tidak mampu memenuhi
kebutuhan pasar maka perlu adanya

kebijakan dari pemerintah untuk

melalukan import produk dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Impor

adalah upaya terakhir yang dilakukan pemerintah dalam upaya

pemenuhan kebutuhan pangan

nasional. Mekanisme importasi dilakukan

dengan menerbitkan kebijakan impor yang dikeluarkan Kementerian
Perdagangan maupun kementerian teknis terkait lainnya (Indonesia, 2015)

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penawaran adalah salah satu kekuatan yang menentukan keseimbangan pasar.
Produsen menawarkan barang atau jasa setiap hari dengan cara yang menarik,
iklan yang mencolok atau menjual dari rumah ke rumah. Sektor pertanian
merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan
penting dalam pembangunan nasional. Elastisitas penawaran menerangkan
perubahan penawaran yang penting dalam pembuatan keputusan produksi, karena
tingkat elastisaitas ini menggunakan sensitivitas dari penawaran barang terhadap
perubahan harga. Permaslaahan yang terjadi terkait dengan penawaran produk
pertanian adalah ketidakstabilan antara penawaran dengan permintaan pada
komoditas pertanian. Selain itu laju permintaan di Indonesia terhadap komoditas
hortikultura terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk namun
penawaran produksi pertanian justru peningkatannya lebih besar dibanding
dengan permintaan barang yang menyebabkan dampak dalam perekonomian
masyarakat.
5.2 Saran
Untuk menjaga kestabilan penawaran produk pertanian peran pemerintah
daerah perlu ditingkatkan terutama dalam pengaturan saat tanam antar wilayah di
daerah sentra produksi pertanian, perbaikan manajemen irigasi sangat diperlukan
dalam pengaturan pola tanam antar wilayah, pengaturan pola tanam akan mampu
menekan fluktuasi produksi antar waktu sehingga harga yang diterima petani
dapat ditingkatkan, penyuluhan dan pelatihan pada petani untuk mengolah produk
hasil panennya. Selain itu pemasaran dan penanganan pasca panen perlu
dilakukan lebih terkoordinasi oleh kelembagaan yang ada seperti KUD atau
kelompok tani.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, I. (2007). Membuka Cakrawala Ekonomi. Bandung: Pt Setia Purna Inves.
Ariningsih, Ening Dan Mari Komariah Tentamia. 2004. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penawaran Dan Permintaan Bawang Merah Di Indonesia.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi, Badan Penelitian
Dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Chairia. (2013). Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi
Sumatera Utara. 11-14.
Daniel, M. (2002). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Indonesia, B. P. (2015). Kajian Efektivitas Kebijakan Impor Produk Pangan
Dalam Rangka Stabilisasi Harga . Jakarta: Kementrian Perdagangan
Republik Indonesia.
Karl E Case.2006. Prinsip – Prinsip Ekonomi. Erlangga. Jakarta
Maulana, Mohamad. Nizwar Syafa’at. Dan Pantjar Simatupang. 2006. Analisis
Kendala Penawaran Dan Kebijakan Revitalisasi Produksi Padi. Jurnal Agro
Ekonomi, Volume 24 No.2, Oktober 2006 : 207-230
Mutiara Nugraheni, T. H. (2005). Diversifikasi Cabai Merah Kering Sebagai
Alternatif Penanganan Pasca Panen Cabai Merah Di Kecamatan Sanden
Kabupaten Bantul Yogyakarta. 50-62.
Pratama Rahardja Dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro: Suat
Pengantar, Lembaga Penerbit Fe Ui, 2008.
Purwiyatno Hariadi, A. M. (1999). Pertanian : Motor Penggerak Pembangunan
Nasional. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian-Ipb.
Santika. 2001. Agribisnis Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sawit, M. H., M. Ariani, I. Setiajie, T. B. Purwantini Dan A. Supriatna. 1997.
Perubahan Pola Konsumsi Komoditas Hortikultura Di Indonesia. Laporan
Hasil Penelitian. Pusat Penelitan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Sukirno, S., 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga). Pt Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Ui Press. Jakarta.
Sugiarto, Said Kelana, Tedy Herlambang, Rachmat Sudjana. Bastoro. 2007.
Ekonomi Mikro, Suatu Pendekatan Praktis. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Sukirno, S. (2010). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit
FEUI.