PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN HASIL

ISSN 0215 - 8250

27

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN HASIL BELAJAR
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI DALAM MATA
KULIAH KALKULUS I DENGAN PENERAPAN STRATEGI
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI
PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
oleh
Ni Made Sri Mertasari
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan penguasaan
konsep, hasil belajar, aktivitas belajar, serta persepsi mahasiswa tentang
relevansi matakuliah Kalkulus dengan bidang studi Biologi melalui
penerapan strategi pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
pemecahan masalah. Subjek penelitian adalah 33 orang mahasiswa
semester I jurusan Pendidikan Biologi tahun akademik 2004/2005. Data
penelitian dikumpulkan dengan observasi, angket dan tes hasil belajar, dan

dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa strategi pembelajaran kontekstual dengan pendekatan pemecahan
masalah dalam pembelajaran Kalkulus dapat meningkatkan penguasaan
konsep, hasil belajar, aktivitas belajar, dan persepsi mahasiswa tentang
relevansi mata kuliah Kalkulus dengan bidang studi Biologi.
Kata kunci : penguasaan konsep, pendekatan kontekstual, pemecahan
masalah
ABSTRACT

____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

28

This action research want to improve students’ concept
acquisition, their achievement, involvement in the learning process,
including their perception about the role of Calculus in Biology. The
subjects involved 33 Biology students of the first semester. The data were

gathered by observasion, questionnaire and achievement test, and analyzed
descriptively. The research results show that the implementation of context
teaching learning strategy with problem solving approach in Calculus
course can improve concept acquisition, achievement, learning involvement
and student’s perception about the role of Calculus on their major subject,
such as Biology.
Key word : concept acquisition, context teaching learning, problem solving

1. Pendahuluan
Kurikulum pendidkan MIPA S1 memuat beberapa matakuliah yang
wajib diambil oleh semua mahasiswa dari semua jurusan, yang dekenal
dengan program bersama. Program ini merupakan pengetahuan dasar yang
membentuk kesatuan dalam keempat bidang studi MIPA. Program bersama
ini dimaksudkan untuk membina landasan berpikir yang sama serta
mengembangkan wawasan yang luas mengenai rumpun ilmu MIPA.
Kesamaan landasan berpikir serta keluasan wawasan di kalangan
mahasiswa akan menjadikan mereka para guru MIPA yang dapat
berkomunikasi dengan lebih lancar di antara sesamanya, serta dapat
menghubungkan materi bidang ilmu MIPA. Program bersama ini sekaligus
berfungsi sebagai wahana bagi pengembangan sikap ilmiah, serta

pembinaan cara belajar di perguruan tinggi. Di samping itu, untuk
menghadapi tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), khususnya teknologi informasi sekarang ini, dituntut sumberdaya
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

29

yang handal dan mampu berkompetisi secara global sehingga diperlukan
keterampilan yang tinggi dengan melibatkan pemikiran yang logis,
sistematis, kritis dan kreatif, dibarengi kemauan bekerja sama yang efektif.
Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan MIPA
yang tepat dan bermakna.
Kalkulus adalah matakuliah program bersama dalam bidang
matematika yang berarti wajib diikuti oleh semua mahasiswa S1 dari semua
jurusan pendidikan MIPA, termasuk Pendidikan Biologi. Meskipun biologi
pada hakikatnya banyak mempelajari mahluk hidup, namun pengetahuan
dasar ketiga disiplin ilmu yaitu fisika, kimia dan matematika perlu dimiliki

secara memadai oleh mahasiswa agar mereka dapat memahami bilogi
dengan baik. Perkembangan biologi banyak didukung oleh kemajuan di
bidang kimia dan fisika. Hasil pengamatan yang lebih terperinci hingga
taraf submikrokopis dimungkinkan dengan kemajuan fisika, sedangkan
pengetahuan tentang susunan kimia dari substansi hidup hingga atomatomnya memberikan orientasi yang berdimensi molekuler kepada
penalaran biologi. Meningkatnya peranan ilmu fisika dan kimia sebagai
ilmu pendukung menyebabkan bertambahnya kadar matematika yang
diperlukan untuk memahami dengan lebih baik maknanya bagi biologi.
Matematika diperlukan oleh sains (bahkan semua disiplin ilmu)
untuk meningkatkan daya prediksi ilmu tersebut dan merupakan sesuatu
yang imperatif karena merupakan sarana untuk meningkatkan penalaran
lebih jauh yang bersifat deduktif. Di samping itu, matematika terkenal pula
dengan materinya yang sangat herarkis sifatnya serta menghasilkan bahasa
yang efisien yang sangat dibutuhkan oleh Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Dari segi kemampuan analisis kuantitatif terhadap masalah yang berkaitan
dengan pengajaran MIPA, permodelan matematis dalam taraf sederhana
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250


30

dengan menerapkan pemahaman atas berbagai konsep dan prinsip dalam
MIPA merupakan hal yang mutlak perlu dikuasai karena tanpa matematika
pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif.

Kenyataan menunjukkan bahwa matakuliah kalkulus pada
umumnya kurang disenangi oleh mahasiswa jurusan biologi, bahkan
dianggap menghambat waktu studi atau memperkecil IPK karena dirasakan
sulit untuk memahaminya. Hal ini dilihat dari hasil belajar matakuliah
kalkulus yang kurang memuaskan. Dalam dua tahun terakhir ini hasil
belajar Kalkulus I dapat dirinci sebagai berikut.
Tahun kuliah
2002/2003
2003/2004

Persentase Perolehan Nilai Mahasiswa
A
B

C
D
E
11,11
18,15
50,74
20,02
8,14
17,67
50,38
21,43
2,38

Hasil wawancara dengan beberapa dosen dan penyebaran angket
kepada mahasiswa yang telah menempuh matakuliah kalkulus
mengidentifikasikan beberapa sebab kurangnya hasil belajar kalkulus
sebagai berikut. (1) Mahasiswa kurang memahami manfaat belajar
matakuliah kalkulus dan mereka berpendapat bahwa kalkulus kurang
relevan bagi bidang studinya. (2) Cara belajar mahasiswa masih seperti
belajar di Sekolah Menengah, yaitu mengacu pada keterampilan

menyelesaikan soal-soal tanpa didukung oleh penguasaan atau memahami
konsep secara mantap. (3) Strategi pembelajaran cenderung menggunakan
alur memberikan informasi-memberikan contoh-contoh soal-latihan soal
pekerjaan rumah. (4) Soal-soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bidang studi atau lingkungan sekitar masih kurang. (5) Mahasiswa kurang
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

31

mampu belajar mandiri. (6) Pada umumnya mahasiswa kurang menguasai
materi prasyarat kalkulus yang pernah dipelajari di Sekolah Menengah.
Pembelajaran Kalkulus yang belum memberikan hasil optimal perlu
dicarikan solusi berupa strategi pembelajaran yang lebih memberdayakan
mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak belajar berdasarkan menghafal faktafakta, tetapi terdorong belajar melalui mengalami. Pada kesempatan ini
dikaji penerapan strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning = CTL) dengan pendekatan pemecahan masalah pada
pembelajaran Kalkulus.

CTL dapat berperan penting dalam mengatasi masalah-masalah
pembelajaran saat ini. Lebih jauh dikatakan bahwa CTL memiliki dua
peranan penting yakni sebagai filosofi pendidikan dan sebagai strategi
pendidikan (Ratumanan, 2003). Sebagai filososfi, CTL mengasumsikan
bahwa peranan pendidik adalah membantu siswa menemukan makna dalam
pendidikan dengan cara membuat hubungan antara apa yang mereka
pelajari di sekolah dan cara mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
kehidupan nyata. Ini berarti membantu siswa untuk memahami bahwa apa
yang mereka pelajari adalah penting. Di lain pihak, sebagai strategi, CTL
memadukan tehnik-tehnik yang membantu siswa menjadi lebih aktif
sebagai pebelajar dan reflektif terhadap pengalamannya.
Pembelajaran kontekstual memberi peluang kepada siswa untuk
meningkatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimuliki dalam berbagai kegiatan di sekolah maupun di
luar sekolah, dalam upaya memecahkan permasalahan simulasi atau
permasalahan riil. Pembelajaran kontekstual menekankan pada berpikir
tingkat tinggi dan transfer pengetahuan dengan mengumpulkan informasi,
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005


ISSN 0215 - 8250

32

menganalisis informasi dan mensitesiskan informasi dari berbagai sudut
pandang.
Sebagai sistem dalam proses pendidikan, CTL dapat membantu
siswa melihat manfaat akademis materi yang dipelajari dalam konteks
kehidupan sehari-hari, baik kehidupan pribadi, kehidupan sosial maupun
lingkungan budaya. Dengan cara membuat makna keterkaitan, melakukan
kegiatan bermakna, belajar teratur, kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif,
nurturing individu, mencapai standar tinggi dan menggunakan tugas-tugas
yang otentik (Johnson, 2002).
CTL melibatkan tujuh komponen, yaitu konstruktivisme
(constuctivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat
belajar (learning community), permodelan (modeling), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment) (Depdiknas 2002). Ratumanan (2003)
menyatakan bahwa banyak penelitian menunjukkan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam problem solving, kesulitan pula dalam
menerapkan pengetahuannya dalam mengatasi masalah dalam

kehidupannya, bahkan tidak dapat melihat keterkaitan materi pelajaran
dengan dunia riil, untuk itu CTL merupakan alternatif pemecahannya.
Nurhadi (2002) menambahkan bahwa CTL merupakan konsep belajar yang
membantu guru (dosen) mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
sebagai keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep tersebut, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna, bagi siswa, proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

33

CTL menuntut mahasiswa belajar dengan mengalami bukan
menghafal, sehingga mampu mengkonstruksikan pengetahuan di benaknya.

Mahasiswa dibiasakan memecahkan masalah, sehingga tahu untuk apa
belajar dan bagaimana menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh. Akbar Sutawijaya (1998) menyatakan bahwa pemecahan
masalah merupakan sentral tujuan belajar matematika yang mana ini sering
terabaikan. Jadi, bukan metode latihan hafal yang utama, meskipun latihan
hafal itu perlu dalam belajar matematika. Puja Astawa (2003) menemukan
bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan hasil belajar statistik. Suharta (1999) juga menemukan bahwa
implementasi strategi pengajuan masalah dapat memperbaiki kesalahan
konsep matematika siswa.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika
yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
ketrampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah
yang bersifat tidak rutin (Erman Suherman. 2003). Kemampuan
matematika yang penting, seperti penerapan aturan pada masalah,
penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan lain-lain
dapat dikembangkan secara baik melalui pemecahan masalah. Pemecahan
masalah model Polya (dalam Jonassen, 1996), misalnya, selalu
menganjurkan empat langkah pemecahan masalah, yaitu: (1) memahami
masalah, (2) merencanakan pemecahannya, (3) menyelesaikan masalah
sesuai rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang
diperoleh. Keempat langkah terebut dapat melatih penemuan pola,
perumusan model matematika, pembuktian kebenaran dan komunikasi
matematika.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

34

Meskipun demikian, besarnya manfaat pemecahan masalah dalam
matematika, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan
pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum
dijadikan sebagai kegiatan utama. Suryadi dkk. (1999) dalam surveinya
antara lain menemukan bahwa pemecahan masalah masih dianggap sebagai
bagian yang paling sulit dalam matematika baik bagi siswa dalam
mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
Hasil
penelitian Capper (1984) menunjukkan bahwa pengalaman siswa
sebelumnya, perkembangan kognitif serta minat (ketertarikan) terhadap
matematika merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan dalam pemecahan masalah. Artinya, keterkaitan materi
pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari sangat penting.
Apabila materi matematika diusahakan menyentuh pengalaman siswa,
perkembangan kognitifnya, serta bidang yang diminatinya, maka hasil
belajarnya dalam pemecahan masalah akan lebih baik.
Beberapa teori dan hasil peneltian terkait dengan strategi
pembelajaran kontekstual yang telah diuraikan mengindikasikan bahwa
penerapan strategi pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
pemecahan masalah dalam pembelajaran Kalkulus dapat memberi
pengalaman kepada mahasiswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak sendiri, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep, hasil
belajar, aktivitas belajar, serta persepsi mahasiswa tentang relevansi
matakuliah Kalkulus dengan bidang studi Biologi.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi semester I tahun
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

35

perkuliahan 2004/ 2005 sebagai subjek penelitian. Pelaksanaan penelitian
diawali dengan melakukan refleksi awal berdasarkan informasi yang
diperoleh dari dokumen tertulis dan hasil wawancara dengan mahasiswa
dan dosen pengajar kalkulus. Hasil refleksi awal digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan siklus pertama yang terdiri dari tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan tindakan dan refleksi akhir. Selama persiapan dibuat
rencana pembelajaran dan instrumen penelitian berupa angket, lembar
observasi dan tes hasil belajar. Rencana pembelajaran yang disusun
dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan dan hasilnya dievaluasi
dengan instrumen yang sudah dikembangkan. Hasil evaluasi digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan siklus kedua yang juga terdiri dari tiga tahap
seperti sikulus pertama. Hasil evaluasi pada masing-masing siklus dianalisis
menggunakan statistik deskriptif.

Rencana pembelajaran disusun sedemikian rupa agar relevan dengan
pemberlakuan strategi pembelajaran kontruktivis dengan pendekatan
pemecahan masalah. Materi pembelajaran diusahakan sedapat mungkin
agar relevan dengan konteks kehidupan mahasiswa sehari-hari, sehingga
mampu mengakomodasi pengalaman mahasiswa. Selama pelaksanaan
tindakan, diusahakan terjadinya kondisi agar mahasiswa mampu
mengkonstruksi sendiri hubungan antar konsep. Kondisi tersebut diciptakan
melalui pertanyaan, pengarahan atau pemberian kata kunci.
Instrumen penelitian berupa angket dan tes hasil belajar disusun dengan
memperhatikan indikator masing-masing variabel yang diukur. Indikator
kebenaran konsep adalah ketepatan mahasiswa memilih konsep untuk
memecahkan masalah atau soal. Apabila mamahsiswa menjawab persoalan dengan
menerapkan konsep yang tepat dan jawabannya benar maka ditetapkan bahwa
mahasiswa menjawab dengan konsep yang benar. Evaluasi dalam hal ini terbatas
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

36

hanya pada ranah kognitif. Kriteria peningkatan penguasaan konsep dilihat dari
perubahan prosesntase jawaban siswa dengan konsep yang benar dari satu siklus
ke siklus berikutnya.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan pemecahan masalah pada
mata kuliah Kalkulus di jurusan Pendidikan Biologi dapat meningkatkan
penguasaan konsep. Hal ini terbukti dari jumlah mahasiswa yang menjawab
permasalahan dengan konsep benar terus meningkat dari kondisi awal
sampai dengan pelaksanaan siklus kedua. Awalnya, hanya 39,39%
mahasiswa menjawab permasalahan dengan konsep yang benar.
Selanjutnya, pada siklus pertama mahasiswa yang menjawab permasalahan
dengan konsep yang benar menjadi 66,66%. Akhirnya, pada siklus kedua
mahasiswa yang menjawab permasalahan dengan konsep yang benar
sebanyak 72,72%.
Penerapan strategi pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
pemecahan masalah pada mata kuliah Kalkulus di jurusan Pendidikan
Biologi juga dapat meningkatkan hasil belajar. Sebagai kondisi awal, tahun
sebelumnya, mahasiswa yang memperoleh nilai A atau B hanya 25,81%.
Setelah pelaksanaan siklus pertama, mahasiswa yang memperoleh nilai
kategori A atau B sebanyak 27,27%. Keadaan ini terus meningkat, sebagai
bukti, pada akhir siklus kedua sebanyak 33,33% mahasiswa memperoleh
nilai kategori A atau B. Selain hasil belajar, aktivitas belajar mahasiswa
juga mengalami peningkatan. Pada refleksi awal, aktivitas belajar
mahasiswa tergolong kurang aktif. Peningkatan aktivitas belajar terus
terjadi, baik pada siklus pertama maupun pada siklus kedua. Pada akhir
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

37

siklus pertama, aktivitas belajar mahasiswa tergolong cukup aktif dengan
skor rata-rata 5,1 dan tergolong cukup aktif pula pada akhir siklus kedua
namun dengan skor rata-rata yang meningkat menjadi 5,87.
Setelah tindakan pada siklus pertama, dalam penguasaan konsep,
jika dibandingkan dengan tes awal, memang ada perbaikan, namun masih
belum memuaskan. Persentase mahasiswa yang menjawab soal dengan
konsep benar hanya 66,66%, dibandingkan dengan pada keadaan awal
sebanyak 39,39%. Dari sisi hasil belajar, mahasiswa yang mendapat nilai A
atau B ada 27,27% berarti sudah ada perbaikan dibandingkan tes awal yaitu
21,21%. Walaupun demikian, mahasiswa yang mendapat nilai D atau E
masih ada 24,24%. Dalam hal aktivitas belajar siswa selama pembelajaran,
sudah mencapai indikator yang ditentukan yaitu dalam kategori cukup aktif.
Demikian pula persepsi mahasiswa tentang relevansi matakuliah kalkulus
dengan bidang studinya sudah termasuk kategori cukup positif.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti melalui observasi dan
catatan harian selama pembelajaran, kendala yang tampak adalah
mahasiswa yang kemampuan matematikanya kurang sejak awal sulit untuk
diperbaiki. Mereka kurang mampu menghubungkan apa yang telah
dipelajari waktu di SMU dengan konsep yang sedang dipelajari karena
memang tidak memahami konsepnya, meskipun diarahkan oleh dosen
melalui tanya jawab. Sebagai dampaknya, hasil belajar kurang. Apalagi jika
permasalahan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, mahasiswa kurang
mampu menentukan model matematikanya. Mahasiswa yang kurang
mampu juga kurang aktif, baik dalam kegiatan individu maupun kelompok,
malu bertanya meskipun dosen sudah mendorong dengan kata-kata malu
bertanya sesat di jalan.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

38

Dalam siklus kedua dilakukan perbaikan strategi pembelajaran,
yaitu sebelum mulai pokok bahasan baru dosen melakukan tanya jawab
yang intensif mengenai konsep prasyarat. Mahasiswa yang kurang selalu
ditanya alasan apa yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan dosen. Di samping itu, mahasiswa selalu diminta memberikan
contoh masalah sehari-hari yang berkaitan dengan materi kalkulus yang
sedang dipelajari. Dengan demikian diharapkan mereka tidak jenuh atau
bosan karena mereka merasa sulit belajar kalkulus. Dalam diskusi
kelompok mahasiswa diharapkan bertanya pada teman sebelum bertanya
pada dosen, untuk memupuk keberanian bertanya.
Adanya perbaikan strategi pembelajaran berdasarkan kendala pada
siklus pertama membuahkan hasil yang baik. Penguasaan konsep
mahasiswa mengalami peningkatan, yang tampak dari banyak mahasiswa
yang menjawab permasalahan dengan konsep yang benar menjadi 72,72%.
Hasil belajar juga mengalami peningkatan, yang ditunjukkan oleh
peningkatan persentase mahasiswa yang memperoleh nilai A atau B
menjadi 33,33%, meskipun masih ada yang mendapat nilai D sebesar
12,12%. Mengenai aktivitas belajar mahasiswa ada kenaikan skor dari 5,1
menjadi 5,87 meskipun masih dalam kategori cukup aktif . Demikian pula
persepsi mahasiswa tentang relevansi matakuliah kalkulus dengan bidang
studinya mengalami peningkatan dari rata-rata skor 31,43 menjadi 35,64
yang masih dalam kategori positif.
Hasil di atas terjadi karena CTL dapat berperan penting dalam
mengatasi masalah-masalah pembelajaran. Secara filosofis, peranan
pendidik membantu siswa menemukan makna dalam pendidikan dengan
cara membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari di sekolah dan
cara mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata. Ini
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

39

berarti membantu siswa untuk memahami bahwa apa yang mereka pelajari
adalah penting. Selain itu, sebagai strategi, CTL memadukan tehnik-tehnik
yang membantu siswa menjadi lebih aktif sebagai pebelajar dan reflektif
terhadap pengalamannya.
Pembelajaran kontekstual juga memberi peluang kepada siswa
untuk meningkatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki dalam berbagai kegiatan di sekolah maupun di
luar sekolah, dalam upaya memecahkan permasalahan simulasi atau
permasalahan riil. Pembelajaran kontekstual menekankan pada berpikir
tingkat tinggi dan transfer pengetahuan dengan mengumpulkan informasi,
menganalisis informasi dan mensitesiskan informasi dari berbagai sudut
pandang. Jadi, CTL menuntut mahasiswa belajar dengan mengalami bukan
menghafal, sehingga mampu mengkonstruksikan pengetahuan di benaknya.
Selain hasil positif di atas, hasil observasi dan catatan harian
menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa yang sulit untuk memahami
konsep-konsep kalkulus karena kemampuan dasarnya kurang. Selain itu,
dosen pengajar juga kesulitan membimbing secara intensif karena kalkulus
hanya berbobot 2 sks dengan 3 jam semester, padahal materi cukup banyak.
Meskipun mahasiswa kelompok tersebut sudah mempunyai persepsi yang
positif, mereka tetap kurang aktif karena kurang mampu menghubungkan
konsep-konsep yang sudah dipelajari dengan yang sedang dipelajari,
sehingga lambat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan
dosen.
4. Penutup
Penerapan strategi pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
pemecahan masalah pada mata kuliah Kalkulus untuk mahasiswa jurusan
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

40

Pendidikan Biologi dapat meningkatkan penguasaan konsep. Mahasiswa
yang menjawab soal-soal atau masalah dengan konsep benar pada tes awal
sebanyak 39,39%, meningkat menjadi 66,66% pada akhir siklus pertama
dan meningkat lagi menjadi 72,72% pada akhir siklus kedua. Hasil belajar
mahasiswa juga mengalami peningkatan. Mahasiswa yang mendapat nilai
A atau B pada refleksi awal sebanyak 25,81%, meningkat menjadi 27,27%
pada akhir siklus pertama dan meningkat lagi menjadi 33,33% pada akhir
siklus kedua. Mahasiswa yang mendapat nilai C atau D mengalami
penurunan dari 39,39% pada kondisi awal, menjadi 29,29% pada akhir
siklus pertama dan menurun lagi menjadi 12,12% pada akhir siklus kedua.
Aktivitas belajar mahasiswa juga mengalami peningkatan pada
eksperimen ini. Mulanya, aktifitas mahasiswa tergolong kurang aktif,
meningkat menjadi cukup aktif pada siklus pertama dan tetap pada kategori
cukup aktif pada akhir siklus kedua, namun terjadi peningkatan skor.
Selain itu, persepsi mahasiswa tentang kegunaan atau relevansi mata kuliah
kalkulus dengan bidang studi yang sedang ditekuni, yakni Biologi juga
mengalami peningkatan. Pada tes awal, persepsi mahasiswa tentang
relevansi kalkulus dengan bidang studi Biologi terkategori kurang positif.
Kondisi ini berubah pada akhir siklus pertama mejadi cukup positif dan
berubah lagi menjadi kategori positif pada akhir siklus kedua.
Berpedoman pada kesimpulan penelitian yang diperoleh, terkait
dengan pembelajaran Kalkulus, khususnya di jurusan Pendidikan Biologi
dapat disampaikan beberapa saran, antara lain: (1) pengajar mata kuliah
kalkulus pada jurusan Pendidikan Biologi diharapkan selalu berusaha
menggali materi prasyarat dan menghubungkan materi mata kuliah kalkulus
dengan masalah kehidupan sehari-hari, dan (2) mahasiswa dalam
mempelajari matakuliah kalkulus diharapkan untuk memahami materi
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

41

konsep demi konsep secara benar, kemudian berusaha mengkaitkan konsepkonsep yang telah dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar Sutawidjaja, 1998. Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran
Matematika. Malang: Prog. Pasca Sarjana IKIP Malang.
Capper, J. 1984. Mathematical Problem Solving. Research Reviewand
Instructional Implication. Research Into Practice Digest, I & II.
Depdiknas, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning),
Jakarta, 2002
Johnson Elaine B., Contextual Teaching and Learning, Corwin Press, Inc.,
202
Jonassen, David H., Handbook of Research for Educational
Communications and Technology, New York: Simon & Schuster
Macmillan, 1996
Nurhadi. 2002. Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching and
Learning). makalah. disampaikan pada kegiatan sosialisasi CTL
untuk dosen-dosen UM malang, 12 pebruari 2002.
Puja Astawa, I Wayan, 2003. Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan
Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Dalam
Perkuliahan Statistika Matematika I Melalui Penerapan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Laporan Penelitian (Tidak
Diterbitkan). Singaraja. IKIP Negeri Singaraja.
Ratumanan, T.G., 2003. Pembelajaran Menurut Kurikulum Berbasis
Kompetensi. makalah disampaikan pada workshop KBK di jurusan
P. Matematika IKIP Negeri singaraja. singajara:IKIP Negeri
Singaraja
Soedjadi, R., 2000. Kiat Pendidikan Matematika. Jakarta:Dirjen Dikti
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005

ISSN 0215 - 8250

42

Suharta, I Gusti Putu, 2000. Pengembangan Pengajuan Masalah (Problem
Posing) Dalam Pembelajaran Matematika. Laporan penelitian
(tidak diterbitkan). IKIP Negeri Singaraja
___________, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep
Pengembangan Silabus. Kendala Penerapan Dan Implikasinya
Pada Kurikulum LPTK. Singaraja : Jurusan Pend. Matematika IKIP
Singaraja.
The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning,
March 2002, Center for The Study and Teaching of At-Risk
Students (CSTRAR), University of Washington, College of
Education, 4725-30 Avenue NE., Seattle, Washington 98105

____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXVIII April 2005