T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat dalam Penyelesaian Tindak Pidana: Studi Kasus di Desa Banyubiruabupaten Semarang T1 BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian dan Tugas Pokok Polisi

a. Pengertian Polisi

  Polisi dalam arti formal mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan daripada instansi Kepolisian. Sedangkan polisi dalam arti materiil memberikan jawaban terhadap persoalan – persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan Kepolisian Umum maupun melalui ketentuan – ketentuan yang diatur dalam peraturan (Undang- Undang tentang

  Kepolisian khusus). 18

  Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata polisi adalah suatu badan yang bertugas memelihara keamanan, ketentraman, dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar hukum), merupakan suatu anggota badan

  18 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, CV. Sandaan, Jakarta, 1984, h. 24.

  pemerintah (pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban). 19

  Identitas polisi sebagai abdi hukum itu memang seharusnya demikian, Polisi yang memberikan pengabdian, perlindungan, penerang masyarakat serta berjuang mengamakan dan mempertahankan kemerdekaan dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dengan semangat tri brata serta jiwa yang besar, Polisi yang memiliki hati nurani yang bersih, bersikap tenang, mantap dan tidak tergoyahkan dalam situasi dan kondisi apapun

  serta selalu tepat dalam mengambil keputusan. 20

  Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering di singkat dengan Polri dalam kaitannya dengan pemerintah adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat. Bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan

  pengayoman, dan pelayanan masyarakat, serta terciptanya

  19 W.J.S. Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, h. 763. 20 Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2005, h. 12.

  ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, hal ini terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 2

  Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. 21

  Dari beberapa istilah Polisi tersebut di atas, bisa diartikan pengertian Polisi yaitu sebagai salah satu organ yang melaksanakan tugas kepolisian dan dilaksanakan oleh pejabat Polisi menurut peraturan hukum baik hukum formal maupun hukum materiil untuk mewujudkan tujuan bangsa dan Negara.

b. Fungsi Tugas Pokok Polisi

  Kaitannya dengan kehidupan bernegara Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dam pelayanan pada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Agar dalam melaksanakan fungsinya dan perannya di seluruh wilayah Indonesia atau yang di anggap sebagai wilayah Negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian

  21 Budi Rizki Husin, Studi Lembaga Penegak Hukum, Universitas Lampung, Bandar Lampung, h. 15.

  Negara Republik Indonesia, sebagai mana ditentukan dalam peraturan pemerintah. 22

  Fungsi kepolisian seperti yang diatur dalam Pasal 2 UU Nomor

  2 Tahun 2002 yaitu sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. 23

  Sementara tugas pokok kepolisian diatur dalam Pasal 13 ialah untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan

  pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Lalu penjabaran dari tugas-tugas pokok kepolisian tersebut tertuang dalam Pasal 14

  UU Nomor 2 Tahun 2002 yaitu 24 :

  1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

  2. Menyelengarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan.

  3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan peraturan perundang- undangan.

  4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

  22 Ibid., h. 15. 23 Ibid., h. 20. 24 Ibid., h. 16.

  5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

  6. Melakukan kordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengaman swakarsa.

  7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

  8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik, dan psikologis kepolisian untuk kepentingan tugas polisi.

  9. Melindungi keselamatan jiwa raga harta benda masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

  10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum dilayani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang.

  11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian, serta

  12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Adapun kewenangan kepolisian yang diatur dalam Pasal 15

  ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002 ialah sebagai berikut 25 :

  1. Menerima laporan danatau pengaduan.

  2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum.

  3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.

  4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

  25 Ibid., h. 17.

  5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian.

  6. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.

  7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.

  8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.

  9. Mencari keterangan dan barang bukti.

  10. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.

  11. Mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.

  12. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.

  13. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

  Sehingga, Polisi memiliki fungsi penting dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat, Polisi merupakan organ pengayom masyarakat dalam segala kondisi sosial. Peran Polisi dapat dikatakan sebagai aspek kedudukan yang berhubungan dengan kedudukanya sebagai pelindung masyarakat.

  Dalam hal ini Bhabinkamtibmas sebagai salah satu anggota kepolisisan harus berperan aktif di dalamnya. Seperti dalam jurnal internasional yang ditulis Maya Indah (2017) sebagai berikut

  Democratic police could not be apart from its habitat, the society. The orientation of Community policing meant that police are the public and public are the police. The police officers are those who are paid to give fulltime attention to the duties of every citizen, emphasis on local accountability to community needs. Police should formally recognize the importance of communication with the public and constantly seek to improve its ability to determine the needs and expectations of the public, and to act upon these needs and expectations for acces to justice, and to improve the delivery of police services. A basic principle of a democratic society that the police should be answerable to

  the public. 26

  Polisi yang demokratis tidak bisa terlepas dari habitatnya, masyarakat. Orientasi kepolisian masyarakat berarti bahwa polisi adalah publik dan publik adalah polisi. Petugas polisi adalah mereka yang dibayar untuk memberikan perhatian penuh pada tugas setiap warga negara, dengan penekanan pada akuntabilitas lokal terhadap kebutuhan masyarakat. Polisi harus secara formal menyadari pentingnya komunikasi dengan publik dan terus berusaha memperbaiki kemampuannya untuk menentukan kebutuhan dan harapan masyarakat, dan untuk bertindak berdasarkan kebutuhan dan harapan untuk mengakses keadilan, dan untuk memperbaiki penyampaian

  26 Maya Indah, The Reconstruction of Police Lega Culture to Interpreting Law in the Democratic Era, Advances in Social Science, Education and Humanities Research, Vol. 84, 2017, h. 76. Diakses dari

  http:www.atlantis-press.comphppub.php?publication=iconeg-16frame=http3Awww.atlantis- press.comphppaper-details.php3Fid3D25874214 tanggal 26 Sepetember 2017 pukul 12.13.

  layanan polisi. Prinsip dasar masyarakat demokratis bahwa polisi harus bertanggung jawab kepada publik.

2. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat

a. Pengertian Perpolisian Masyarakat

  Model Polmas berkembang karena organisasi kepolisian menyadari bahwa sebagaian besar upaya untuk memberantas kejahatan tidaklah efektif. Kepolisian mennggunakan berbagai cara untuk lebih mengendalikan kestabilan sosial dengan kegiatan yang terwujud dalam model perpolisian tradisional seperti patroli preventif, reaksi cepat terhadap peristiwa-peristiwa kejahatan, dan kegiatan investigasi kejahatan.

  Menurut Trojanowicz dan Bucqueroux sebagaimana dikutip oleh Bailey dalam buku Ensiklopedia Ilmu Kepolisian Edisi Bahasa Indonesia, perpolisian masyarakat dideskripsikan sebagai berikut :

  ”Perpolisian masyarakat merupakan pembaharuan besar pertama dalam kepolisian sejak aparat kepolisian menganut prinsip manajemen ilmiah lebih dari setengah abad yang lalu. Hal ini merupakan perubahan yang cukup drastis dalam konteks interaksi polisi dengan masyarakat. Sebuah falsafah baru yang memperluas misi kepolisian dari yang semula cenderung hanya berfokus pada kriminalitas berubah menjadi kewajiban yang mendorong kepolisian untuk mendayagunakan solusi kreatif bagi berbagai persoalan dalam masyarakat ”Perpolisian masyarakat merupakan pembaharuan besar pertama dalam kepolisian sejak aparat kepolisian menganut prinsip manajemen ilmiah lebih dari setengah abad yang lalu. Hal ini merupakan perubahan yang cukup drastis dalam konteks interaksi polisi dengan masyarakat. Sebuah falsafah baru yang memperluas misi kepolisian dari yang semula cenderung hanya berfokus pada kriminalitas berubah menjadi kewajiban yang mendorong kepolisian untuk mendayagunakan solusi kreatif bagi berbagai persoalan dalam masyarakat

  masyarakat serta disupervisi oleh polisi”. 27 Dalam konsep perpolisian masyarakat, polisi menempatkan

  masyarakat sebagai mitra. Dengan kemitraan polisi bersama-sama dengan masyarakat memikul tanggungjawab dalam menjaga keamanan dan ketertiban dan meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungan masyarakat. Perpolisian masyarakat memiliki orientasi yang lebih luas dibanding program hubungan masyarakat. Polisi dan publik menjadi partner dalam menentukan peran polisi dan mengidentifikasi solusi masalah sosial seperti kejahatan dan masalah sosial.

  Pendekatan perpolisian masyarakat didasari pada asumsi yang terbukti bahwa polisi tidak dapat secara efektif mengendalikan kejahatan atau menangani penyebeb kejahatan sendirian. Perlu dibangun suatu kemampuan bersama untuk mencegah kejahatan. Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) merupakan salah

  27 William G Bailey, Ensiklopedia ilmu Kepolisian, Diterjemahkan oleh Angkatan III dan IV KIKUI bekerjasama dengan Rahayu Hidayat, YPKIK, Jakarta, 2005, h. 112.

  satu mekanisme yang efektif untuk merencanakan atau memecahkan masalah bersama-sama.

  Terdapat beberapa elemen yang menjadi tujuan atau ambisi perpolisian masyarakat. Five elements may be considered as the main ambitions of community policing: proximity, a focus on a wide range of problems in the neighbourhood, prevention, cooperation with other agencies and the promotion of citizen

  involvement. 28 Bila diterjemahkan kurang lebih adalah, lima elemen dapat dianggap sebagai ambisi utama perpolisian

  masyarakat antara lain, kedekatan, fokus pada berbagai masalah di lingkungan sekitar, pencegahan, kerjasama dengan lembaga lain dan promosi keterlibatan warga negara.

b. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)

  Kata ”forum” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti lembaga atau badan, wadah, sidang, tempat pertemuan untuk bertukar pikiran secara bebas. Oleh karena itu Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) merupakan lembaga, badan, wadah atau tempat pertemuan antara polisi dan masyarakat untuk bertukar

  28 Maya Indah, The Reconstruction of Police Lega Culture to Interpreting Law in the Democratic Era, Advances in Social Science, Education and Humanities Research, Vol. 84, 2017, h. 76. Diakses dari

  http:www.atlantis-press.comphppub.php?publication=iconeg-16frame=http3Awww.atlantis- press.comphppaper-details.php3Fid3D25874214 tanggal 26 Sepetember 2017 pukul 12.13.

  pikiran secara bebas berkitan dengan masalah-masalah sosial di lingkungan warga khususnya masalah keamanan. Dengan dibentuknya forum ini maka kemitraan polisi dan masyarakat dapat dibangun dan dimantapkan. Dalam forum tersebut polisi dan masyarakat bisa saling berkomunikasi tentang masalah keamanan ataupun masalah-masalah lain yang ada kaitannya dengan kepentingan masyarakat dan polisi. Dari hasil kegiatan tukar pikiran dalam Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM), diharapkan diperoleh suatu cara untuk mencegah kejahatan. Lewat forum ini juga masing-masing pihak dapat menyampaikan pandangan masing-masing mengenai kejahatan.

  Dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep433VII2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Polmas), unsur-unsur yang menjadi anggota Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) adalah terdiri dari unsur polisi, unsur warga dan unsur pemerintah. Keanggotaan forum ini harus memperhatikan keterwakilan

  anggota

  berdasarkan

  wilayah geografis

  (RWDusunKampung dan lain-lain). Penunjukkan anggota forum harus dengan persetujuan yang bersangkutan atas dasar kesukarelaan dan komitmen untuk kemaslahatan masyarakat.

  Dihindari pendekatan formal dan pendekatan politis. Jumlah pengurusanggota Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) sebaiknya antara 10 sampai dengan 20 orang.

  Keanggotaan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) terdiri dari warga setempat. Warga bersama dengan petugas polmas mengidentifikasikan permasalahan, menentukan prioritas penanganan dan memecehkan masalah. Keputusan yang diambil dalam forum merupakan keputusan bersama dan untuk tujuan bersama. Dalam Buku Pegangan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) yang diterbitkan oleh lembaga Organisasi Migrasi Untuk Internasional (IOM) dan Mabes Polri disebutkan bahwa tujuan dari Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)

  adalah 29 :

  1. Membangun dan memelihara kemitraan antara polisi dan warga.

  2. Secara bersama-sama mengenali, memprioritaskan dan memecehkan masalah yang terkait dengan kejahatan, ketidaktertiban, hubungan polisi dan masyarakat yang buruk dan pemberian pelayanan.

  3. Meningkatkan hubungan polisi masyarakat dalam menangani faktor-faktor yang menyebabkan persepsi dan disfungsional, seperti adanya korupsi dan rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan polisi.

  29 Mabes Polri, Buku Pegangan Forum Kemitraan polisi-Masyarakat (FKPM), Kerjasama Mabes Polri dengan Organisasi Migrasi Untuk Internasional (OIM) dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda,

  Mabes Polri, Jakarta, 2005, h. 12.

  4. Meningkatkan komunikasi antara polisi dengan masyarakat lokal.

  5. Mengembangkan

  cara-cara

  untuk meningkatkan

  keterbukaan dan akuntabilitas polisi.

  6. Mendorong dan memajukan peliputan media yang obyektif tentang kegiatan polisi.

  7. Memajukan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia di dalam jajaran polisi dan masyarakat.

  kerjasama dengan

  lembagainstansi lain di tingkat lokal.

  9. Meningkatkan kerjasama dengan semua elemen warga yang ada di wilayah.

  Menurut Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep433VII2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Polmas), Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) memiliki tugas dan wewenang antara lain :

  1. Mengumpulkan data dan mengidentifikasi permasalahan, mempelajari instrumenperangkat kamtibmas seperti :

  a. Peta Kamtibmas, yaitu peta yang melukiskan kondisi kongkrit dari desakelurahan seperti jumlah penduduk, obyek vital, perumahanpemukiman, tempat ibadah dan sebagainya.

  b. Peta Topografi, yaitu peta yang melukiskan tanda- tanda berupa bangunan jalan, gunung, sungai, parit, kali, jembatan dan lain sebagainya.

  c. Peta Kriminalitas, yaitu peta yang melukiskan jumlah kejahatan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu serta daerah rawan yang sering terjadi kejahatan dan tempat tinggal pelaku kejahatan.

  d. Peta Lalu Lintas yaitu peta yang melukiskan lokasi kerawanan kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.

  e. Peta Rute Patroli yaitu peta yang melukiskan rute atau jalur patroli kepolisian.

  2. Ikut serta mengambil langkah-langkah yang proporsional dalam rangka pelaksanaan fungsi kepolisian umum dan bimbingan masyarakat.

  3. Membahas permasalahan sosial aspek kamtibmas dalam wilayah atau yang bersumber dari wilayahnya dan menemukan permasalahan serta menentukan jalan keluar pemecahannya.

  4. Secara terus menerus memantau pelaksanaan kegiatan warga dari aspek ketertiban.

  5. Menampung keluhanpengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah kejahatanpelanggaran dan permasalahan kepolisian

  pada

  umumnya serta

  membahasnya bersama petugas polmas.

  6. Menampung dan membahas keluhanpengaduan warga tentang masalah-masalah sosial terkait lainnya dan berusaha menyalurkan dengan mengkoordinasikan kepada aparat yang berkepentingan.

  Dalam hal ini tugas dan wewenang yang sudah ada mestinya bisa implementasikan di setiap daerah yang mana terdapat FKPM.

3. Penanganan Tindak Pidana Melalui Restorative Justice

a. Restorative Justice

  Istilah restorative justice merupakan terminologi asing yang baru dikenal di Indonesia sejak era tahun 1960-an dengan istilah Keadilan Restoratif. Di beberapa negara maju keadilan restoratif Istilah restorative justice merupakan terminologi asing yang baru dikenal di Indonesia sejak era tahun 1960-an dengan istilah Keadilan Restoratif. Di beberapa negara maju keadilan restoratif

  penuntutan, ajudikasi dan tahap eksekusi. 30

  Menurut Eva Achjani Zulfa, keadilan restoratif adalah sebuah konsep pemikiran yang merespon pengembangan sistem peradilan pidana dengan menitikberatkan pada kebutuhan pelibatan masyarakat dan korban yang dirasa tersisih dengan mekanisme

  yang bekerja pada sistem peradilan pidana yang ada pada saat ini. 31

  Lebih lanjut, pengertian keadilan restoratif merupakan suatu jalan untuk menyelesaikan kasus pidana yang melibatkan masyarakat, korban dan pelaku kejahatan dengan tujuan agar tercapainya keadilan bagi seluruh pihak, sehingga diharapkan terciptanya keadaan yang sama seperti sebelum terjadinya

  kejahatan dan mencegah terjadinya kejahatan lebih lanjut. 32

  30 Eriyantouw Wahid, Keadilan Restoratif Dan Peradilan Konvensional Dalam Hukum Pidana, Universitas Trisakti, Jakarta, 2009, h. 1.

  31 Eva Achjani Zulfa, Keadilan Restoratif, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 65.

  32 Amelinda Nurrahmah, Restorative Justice, 28 April 2012, http:www.kompasiana.comamelindanurrahmahrestorative-justice_55101738813311ae33bc6294,

  dikunjungi pada tanggal 8 Agustus 2017 pukul 02.12.

  Jadi Restorative Justice atau keadilan retoratif adalah suatu proses penyelesaian masalah diluar sistem peradilan pidana yang melibatkan masyarakat, pelaku, dan korban untuk mengedepankan musyawarah untuk mencapai tujuan.

b. Prinsip Umum Pendekatan Restoratif

  Secara umum, prinsip- prinsip keadilan restoratif adalah membuat pelanggar bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan atas perbuatannya. Memberikan kesempatan kepada pelanggar untuk membuktikan kualitas dirinya. Melibatkan para korban dan pihak-pihak yang terkait di dalam forum sehubungan dengan penyelesaian masalah. Menetapkan hubungan langsung

  dan nyata antara kesalahan dengan reaksi sosial yang formal. 33

  Keadilan restoratif akan bertentangan dengan asas legalitas dan kepastian hukum. Hal ini karena keadilan restoratif tidak berfokus pada hukuman penjara, melainkan pada bagaimana perbaikan atau pemulihan keadaan korban pasca terjadinya suatu tindak pidana. Dalam hal ini, pelaku tindak pidana dapat diwajibkan untuk membayar ganti rugi, melakukan kerja sosial, atau tindakan wajar lainnya.

  33 Ibid.

  Di sisi korban, keadilan restoratif memberi kekuatan untuk memberi kesempatan pada pelaku untuk mengungkapkan rasa penyesalan kepada korban dan lebih baik bila difasilitasi bertemu dalam pertemuan yang dilakukan secara professional. Perspektif keadilan restoratif ini sebagai akibat adanya pergeseran hukum dari lex talionis atau retributive justice dengan menekankan pada upaya pemulihan (restorative). Dalam upaya pemulihan korban bilamana dengan pilihan pendekatan yang lebih retributive dan legalistic sulit untuk mengobati luka korban. Maka keadilan restoratif berupaya untuk menekankan tanggung jawab pelaku atas

  perilakunya yang menyebabkan kerugian orang lain. 34

  Di sisi bantuan hukum, secara umum tidak selalu tersedia atau kalaupun tersedia biaya pranata hukum tidak murah dan kesadaran akan peran para pihak sendiri dalam menentukan keputusan masih membutuhkan pengalaman dan konsistensinya. Implikasi dari keadilan restoratif ini, diharapkan dapat berkurangnya jumlah orang yang masuk dalam proses peradilan pidana khususnya dalam lembaga pemasyarakatan, berkurangnya beban sistem peradilan

  34 H. Siswanto Sunarso, Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, h.

  pidana dan meningkatnya partisipasi publik dalam membantu penyelesaian kasus hukum. 35

4. Konsep Peran

a. Pengertian Peran

  Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal itu berarti dia menjalankan suatu peran. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Setiap orang mempunyai macam- macam peranan yang berasal dari pola- pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan masyarakat

  kepadanya. 36

  Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang

  terutama. 37 Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari

  35 Ibid., h.158. 36 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 212-

  37 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. 735 37 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. 735

  Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu tindakan yang diharapkan oleh sekelompok orang danatau lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang individu, kelompok, organisasi, badan atau lembaga yang karena status atau kedudukan yang dimiliki akan memberikan pengaruh pada sekelompok orang dan atau lingkungan tersebut.

b. Implementasi Peran FKPM

  Tujuan, tugas, dan wewenang FKPM sudah tertera dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep433VII2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Polmas) serta tertera pula di dalam Buku Pegangan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) yang diterbitkan oleh lembaga Organisasi Migrasi Untuk Internasional (IOM) dan Mabes Polri. Dalam hal ini peran FKPM sudah jelas Tujuan, tugas, dan wewenang FKPM sudah tertera dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep433VII2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Polmas) serta tertera pula di dalam Buku Pegangan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) yang diterbitkan oleh lembaga Organisasi Migrasi Untuk Internasional (IOM) dan Mabes Polri. Dalam hal ini peran FKPM sudah jelas

  Bila dihubungkan dengan FKPM, peran yang dimaksud adalah serangkaian tindakan berupa kegiatan atau usaha- usaha yang dijalankan oleh FKPM sebagai gerakan implementasi tugas dan wewenang polisi masyarakat yang diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pencegahan dan penanganan segala tindak kejahatan dan masalah sosial di suatu daerah.

B. HASIL PENELITIAN

  1. Profil Desa Banyubiru 38

a. Gambaran Umum

  Desa Banyubiru merupakan salah satu dari 10 Desa yang berada di wilayah Kecamatan Banyubiru Kab. Semarang Provinsi Jawa Tengah. Terdiri dari 9 dusun yang berpenduduk 8.814 jiwa dengan luas wilayah desa : 677.087 Ha. Dengan alamat sekretariat Desa di Jl. Wijaya Kusuma No 7 Tlp (0298) 593793 Kode pos 50664. Email: pemdesbanyubiruyahoo.com .

  38 Wawancara dengan Bapak Sri Anggoro Siswaji selaku Kepala Desa Banyubiru, Banyubiru, 25 Agustustus 2017.

  Ditinjau dari jumlah penduduk yang cukup besar dan luas wilayah yang kuat tersebut, maka Desa Banyubiru merupakan desa yang sangat potensial dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di wilayah Kecamatan Banyubiru. Dan juga letak sangat strategis yaitu di Ibu kota Kecamatan dan antara Kota Salatiga dan Ambarawa, maka tidak salah kiranya jika Desa Banyubiru nantinya dipakai sebagai barometer dari desa-desa lainnya. Dan perlu diingat bahwa desa Banyubiru adalah daerah yang sebagian besar tanahnya adalah sawah (agraris) yang subur maka Banyubiru termasuk penyanggah padi (pangan) untuk Kabupaten Semarang.

b. Keadaan Sosial

  Keadaan sosial budaya di Desa Banyubiru cukup baik walaupun keadaan masyarakatnya sangat kompleks, antar umat beragama juga nampak adanya rasa toleransi yang tinggi. Demikian juga antar organisasi masyarakat di Desa Banyubiru kerjasamanya cukup baik.

  Kehidupan beragama di wilayah Desa Banyubiru terasa penuh dengan rasa kekeluargaan, toleransi antar umat beragama juga nampak hidup dengan harmonis. Dengan adanya pengajian- Kehidupan beragama di wilayah Desa Banyubiru terasa penuh dengan rasa kekeluargaan, toleransi antar umat beragama juga nampak hidup dengan harmonis. Dengan adanya pengajian-

  Selama ini situasi Kamtibmas secara umum di wilayah Desa Banyubiru tetap aman dan terkendali. Hal ini berkat adanya kerjasama antara Linmas dengan masyarakat masing-masing dusun dan pihak RW MAS AMAN khususnya Bhabinkamtibmas dan Babinsa, walupun sudah sangat jarang mengadakan pembinaan maupun penyuluhan masalah Kamtibmas. Disamping itu juga berkat adanya partisipasi masyarakat dalam bidang Kamtibmas cukup baik, hal ini dilakukan karena adanya kesadaran jaga di masing-masing Pos kamling yang tersebar di Desa Banyubiru pada waktu–waktu tertentu. Dengan adanya kerja keras dari aparat keamanan beserta masyarakat inilah sehingga angka kriminalitas di wilayah Desa Banyubiru dapat ditekan seminimal mungkin.

2. Stuktur, Organisasi, dan Tugas Forum Kemitraan Polisi dan

  Masyarakat di Desa Banyubiru 39

a. Pengantar

  Panduan pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat yang ada pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pemolisian Masyarakat dalam lampiran bagian D poin 2 angka a tertera bahwa

  ‘Kapolsek bersama Bhabinkamtibmas pengemban Polmas melakukan persiapan pembentukan FKPM atau nama istilah lain dengan kegiatan sebagai berikut: (i) bersama- sama dengan Camat Kelurahan serta pejabat atau aparat pemerintahan desa kelurahan atau komunitas kawasan merencanakan dan melaksanakan sosialisasi Polmas kepada seluruh warga masyarakat desa kelurahan atau komunitas kawasan untuk memberikan pemahaman tentang kegunaan manfaat FKPM atau nama istilah lain; (ii) bersama- sama dengan tokoh aparat desa kelurahan atau

  komunitas

  kawasan

  merencanakan dan

  melaksanakan pertemuan persiapan pembentukan FKPM’ Dalam hal ini nama FKPM tidak harus dipakai dalam

  rangka mewujudkan program pemolisian masyarakat. Dapat digunakan istilah yang lain yang mana bertujuan untuk lebih

  mudah dipahami atau diingat oleh masyarakat. 40 Seperti halnya dengan implementasi FKPM di Banyubiru yang tidak

  39 Wawancara dengan Bapak FX. Hartanto selaku anggota FKPM RW MAS AMAN, Banyubiru, 23 Agustus 2017.

  40 Wawancara dengan Bapak Muhamad Amirrudin selaku Bhabinkamtibmas Polsek Banyubiru, Banyubiru, 26 Agustus 2017.

  menggunakan nama FKPM sebagai organisasinya. Nama forum tersebut di Banyubiru adalah Rumah Rembug Warga Masalah Keamanan yang selanjutnya disingkat RW MAS AMAN.

  Sejarah singkat, menindak lanjuti program Kapolres Semarang tentang (Rumah Pelayanan Masyarakat) RPM selanjutnya Kapolsek Banyubiru mengadakan rapat intern dan selanjutnya koordinasi secara intern melibatkan tokoh masyarakat dan Pemerintah Desa Banyubiru dengan hasil kesepakatan bahwa untuk Tempat sekretariatan RPM Desa Banyubiru di tempatkan di Rumah Alm. Bapak H. Sri Hartono Rismanto,S.Pd. sekaligus untuk tempat launching yang diresmikan oleh Kapolres Semarang.

  Maksud tujuan didirikan RW MAS AMAN adalah bentuk implementasi program Polmas yang salah satu tujuanya adalah untuk membantu pihak kepolisian dan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan – permasalahan atau kasus - kasus ringan diluar proses pengadilan yang terjadi di masyarakat dengan mengedepankan nilai- nilai kearifan lokal dan musyawarah kekeluargaan, dengan tetap memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :

  1. Prioritas utama kepentingan korban.

  2. Atas keinginan kedua belah pihak.

  3. Melibatkan tokoh setempat.

  4. Kasusnya ringan.

  5. Polri Polmas sebagai Fasilitator.

  Tanggal 18 Mei 2011 Kapolres Semarang disaksikan para Kapolsek Se-Polres Semarang, Muspika Banyubiru dan tokoh masyarakat serta tokoh agama di Desa Banyubiru meresmikan RW MAS AMAN di Rumah Alm Bapak H. Sri Hartono Rismanto, S.Pd. yang berlokasi di Jalan Skip No 25 Rt 03 Rw II Dusun Krajan Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah yang sekaligus dijadikan sebagai sekretariat.

  Dengan telah diresmikannya RW MAS AMAN, maka masyarakat Desa Banyubiru bisa menggunakan lembaga ini untuk menyelesaikan kasus- kasus ringan yang terjadi di masyarakat seperti uraian tersebut diatas. Pada saat itu era kebangkitan dan keterbukaaan antara Polisi dan masyarakat Dengan telah diresmikannya RW MAS AMAN, maka masyarakat Desa Banyubiru bisa menggunakan lembaga ini untuk menyelesaikan kasus- kasus ringan yang terjadi di masyarakat seperti uraian tersebut diatas. Pada saat itu era kebangkitan dan keterbukaaan antara Polisi dan masyarakat

b. Stuktur Organisasi

  Sejak berdiri pada tahun 2011, stuktur organisasi RW MAS AMAN belum pernah mengalami perubahan sampai tahun 2017 terakhir. Hingga pada awal bulan Agustus tahun 2017 lalu ketua RW MAS AMAN desa Banyubiru meninggal dunia. Namun hingga sampai saat ini belum ada perubahan terkait meninggalnya ketua. Rencana perubahan akan dilaksanakan pada tahun 2018 dengan pertimbangan calon pengganti ketua agar memahami lebih dalam segala materi tentang RW MAS AMAN di dalamnya terlebih dahulu. Berikut ini struktur organisasi RW MAS AMAN yang aktif hingga tahun 2017.

  STRUKTUR ANGGOTA RW MAS AMAN

  Ketua

  : H. Sri Hartono Rismanto, S.pd (Alm)

  Wakil Ketua : Edi Handoko Sigid

  Unsur Tokoh Agama

  : H. Mustam

  Unsur Tokoh Masyarakat

  : Nurhadi Dimyati

  Anggota

  : 1. FX. Hartanto, S.pd

  2. Yohanes Subagyo

  3. Bagowi

  4. H. Basuki. S.pd

  5. ST. Prawadi

  6. Tri Susanto

  7. H. Soetarmo

  8. Sutrisno

  9. Zomrotul Solikin

c. Tujuan

  Menjadikan desa Banyubiru menjadi salah satu desa yang aman, tentram, sejahtera, dan makmur merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh RW MAS AMAN. Tujuan utama tersebut lebih dikedepankan dari tujuan yang lain. Tujuan RW MAS AMAN adalah sebagai berikut:

  1) Meningkatkan keamanan dan menciptakan perdamaian di lingkungan desa Banyubiru.

  2) Menciptakan ikatan yang lebih erat antara masyarakat dan kepolisian.

  3) Meningkatkan kemampuan perihal penyelesaian masalah diluar pengadilan.

  4) Mengumpulkan segala keluhan dan masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat.

  5) Memberikan solusi terhadap segala masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat dan menyelesaikan masalah kejahatan ringan.

  6) Mengurangi angka kejahatan.

  7) Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang segala hal berkaitan tersebut.

d. Tempat penyelesaian masalah

  Penyelesaian masalah dalam rangka mewujudkan salah satu tujuan RW MAS AMAN adalah dilakukan dengan cara musyawarah. Tempat penyelesaian masalah ditempatkan di setiap dusun yang ada di desa Banyubiru. Digunakan cara tersebut Penyelesaian masalah dalam rangka mewujudkan salah satu tujuan RW MAS AMAN adalah dilakukan dengan cara musyawarah. Tempat penyelesaian masalah ditempatkan di setiap dusun yang ada di desa Banyubiru. Digunakan cara tersebut

  Ada 9 dusun di desa Banyubiru, yaitu

  1) Dusun Krajan,

  2) Dusun Kampung Rapet,

  3) Dusun Tawang,

  4) Dusun Cerbonan,

  5) Dusun Tegalwuni,

  6) Dusun Demakan,

  7) Dusun Pancuran,

  8) Dusun Dangkel, dan

  9) Dusun Randusari.

  Namun, sejak akhir tahun 2014 hanya ada 2 dusun yang masih aktif hingga saat ini yaitu dusun Krajan dan dusun Kampung

  Rapet. 7 dusun lainya lebih memilih menyelesaikan masalah tanpa ada embel- embel RW MAS AMAN. Bahkan sejak awal pembentukan, memang hanya dusun Krajan dan dusun Kampung Rapet yang melaksanakannya.

e. Biaya Operasional

  Setiap organisasi pasti membutuhkan biaya operasional guna mendukung kegiatan- kegiatan dan programnya supaya berjalan dengan baik. Namun pada kenyataanya RW MAS AMAN hanya satu kali mendapat sumber dana operasional dari pemerintah kabupaten pada saat peresmian organisasi pada tahun 2011. Biaya operasional tersebut sudah habis dikala RW MAS AMAN berjalan tidak kurang dari satu tahun. Menurut kepala dusun Kampung Rapet, dana tersebut habis hanya untuk kebutuhan konsumsi pada saat memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat serta untuk pembuatan beberapa spanduk untuk keperluan

  program 41 .

  Dengan tidak adanya sumber dana, dusun Krajan dan dusun Kampung Rapet cukup mempermasalahkan hal tersebut. Kedua dusun itu menjalankan program RW MAS AMAN dengan

  41 Wawancara dengan Bapak Supri Daryono selaku Kepala Dusun Kampung Rapet, Banyubiru, 23 Agustus 2017.

  menggunakan dana masing- masing dusun selama kurang lebih 4 tahun terakhir. Menurut bapak Supri Daryono selaku kepala dusun Kampung Rapet, permasalahan dana cukup membuat program RW MAS AMAN menjadi tersendat. Karena hanya bisa melaksanakan program penyelesaian masalah saja tanpa melakukan sosialisasi dan penyuluhan dengan pertimbangan akan lebih banyak memakan

  dana. 42

  3. Penyelesaian Tindak Pidana Melalui FKPM Desa Banyubiru 43

a. Gambaran Tindak Pidana yang Ditangani FKPM Desa Banyubiru

  Tabel 1

  Perkara yang ditangani oleh FKPM RW MAS AMAN Desa

  Banyubiru tahun 2017

  No

  Kasus Perkara

  Penyelesaian

  Keterangan

  1 Hutang Piutang antara A

  Selesai di RW

  Pihak A

  (debitur) dengan B

  MAS AMAN

  legowo

  (kreditur) masalah tanda terima.

  2 Adu Domba yang dilakukan Selesai di RW

  Pihak A

  A (provokator) yang

  MAS AMAN

  meminta

  mengakibatkan kakak adik

  maaf kepada

  42 Ibid., 43 Wawancara dengan Bapak FX. Hartanto selaku anggota FKPM RW MAS AMAN, Banyubiru, 23

  Agustus 2017.

  bertengkar.

  2 bersaudara tsb.

  3 Perselingkuhan dan

  Selesai di RW

  Pihak B

  perzinahan antara A dan B

  MAS AMAN

  Membayar

  warga dusun Kampung

  denda kepada

  Rapet.

  suami A sebesar 10juta

  4 Melarang istri menjadi

  Selesai di RW

  Mengizinkan

  TKW dengan ancaman

  MAS AMAN

  istri menjadi

  bunuh diri.

  TKW

  5 Hamil diluar nikah.

  Selesai di RW

  Membayar

  MAS AMAN

  denda 5juta dan tidak dinikahkan.

  6 Pencurian pisang kepok 1

  Selesai di RW

  Pelaku

  tundun milik dusun.

  MAS AMAN

  diketahui warga dan diberi sanksi sosial

  7 Penganiayaan menggunakan Diteruskan ke senjata.

  Polsek Banyubiru

  8 Penipuan berkedok kontrak Diteruskan ke

  Pelaku

  rumah.

  Polsek Banyubiru melarikan diri

  9 Seorang laki- laki menginap Selesai di

  dirumah seorang janda.

  tingkat RT

  Sumber: Data Primer FKPM RW MAS AMAN

  Keterangan :

  • Data kasus tersebut diambil dari 2 dusun yaitu dusun

  Krajan dan Dusun Banyubiru. Tidak diambilnya data kasus dari 7 dusun lain dikarenakan tidak adanya RW MAS AMAN di ketujuh dusun tersebut.

  • Dari 9 kasus yang ada, hanya 6 yang terselesaikan di RW

  MAS AMAN.

  • Kasus tindak pidana terlihat tidak mendominasi.

b. Cara Penyelesaian Masalah di FKPM Desa Banyubiru

  Proses penyelesaian sebuah masalah perkara melalui RW MAS AMAN adalah sebagai berikut:

  1) Warga melapor suatu kasus permasalahan ke RW MAS AMAN

  2) Anggota RW MAS AMAN tanpa di dampingi kepolisian merespon laporan dengan memanggil langsung pihak- pihak yang terkait untuk mengklarivikasi dan mejelaskan mengenai permasalahan yang terjadi untuk mengetahui akar permasalahan.

  3) Setelah diketahui akar permasalahannya, RW MAS AMAN memberikan solusi untuk menyelesaikan persoalan dengan beberapa pilihan.

  4) Selanjutnya setelah bermusyawarah, keputusan diserahkan kepada para pihak untuk menentukan sendiri apakah sudah cukup selesai atau dilanjutkan ke Polsek.

  5) Jika para pihak menerima penyelesaian perkara melalui RW MAS AMAN, maka akan dibuatkan surat pernyataan yang mana ditanda tangani kedua belah pihak.

c. Kendala yang Dihadapi FKPM Desa Banyubiru

  Sejauh ini masih banyak kendala yang dihadapi oleh RW MAS AMAN. Berikut adalah beberapa kendala hambatan yang dihadapi oleh RW MAS AMAN :

  1) Dana operasional.

  Sejak pertama kali dibentuk hingga sampai sekarang, RW MAS AMAN hanya menerima dana sebanyak satu kali pada saat pembentukan. Dana tersebut habis kurang dari kurun waktu satu tahun. Dana tersebut habis hanya untuk kebutuhan konsumsi pada saat memberikan penyuluhan Sejak pertama kali dibentuk hingga sampai sekarang, RW MAS AMAN hanya menerima dana sebanyak satu kali pada saat pembentukan. Dana tersebut habis kurang dari kurun waktu satu tahun. Dana tersebut habis hanya untuk kebutuhan konsumsi pada saat memberikan penyuluhan

  Jelas ini menjadi satu kendala besar yang sangat menghambat kegiatan RW MAS AMAN untuk saat ini dan kedepanya. Saat ini, dana untuk kegiatan RW MAS AMAN diambil dari kas masing- masing dusun.

  2) Tidak adanya penyuluhan hukum dari pihak Kepolisian untuk anggota RW MAS AMAN.

  Bapak Subagyo selaku anggota RW MAS AMAN menuturkan, ilmu kita tentang hukum selaku masyarakat biasa itu sangat minim walaupun memang dalam pelaksanaanya tidak selalu menggunakan hukum yang berlaku seperti yang berlaku di Kepolisian. Namun, alangkah baiknya bila anggota RW MAS AMAN juga dibekali ilmu hukum. Paling tidak supaya masyarakat juga yakin jika memilih jalur penyelesaian masalah melalui RW MAS AMAN.

  Termasuk tidak adanya pemberian buku- buku hukum yang berkaitan dengan kegiatan RW MAS AMAN juga menjadi satu kendala yang dihadapi para anggota.

  3) Penyelesaian masalah terbilang susah.

  Hal ini diakibatkan karena beberapa faktor dari pihak pelapor, antara lain :

  • Susah terbuka dan terus terang, • Sulit mengingat kejadaian, • Menjadi ajang tempat meluapkan emosi.

  Faktor- faktor tersebut membuat anggota RW MAS AMAN susah untuk menemukan akar permasalahan.

  4) Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan RW MAS AMAN.

  Hal ini terjadi karena memang tidak ada sosialisasi yang dilakukan pihak Kepolisisan maupun pihak RW MAS AMAN sendiri. Dari pihak RW MAS AMAN tidak bisa melakukan sosialisai- sosialisasi kepada masyarakat karena faktor dana operasional yang memang tidak ada. Sedangkan dari pihak Kepolisian Polsek Banyubiru menuturkan, kurangnya personil Bhabinkamtibmas menjadi faktor utama tidak terealisasinya penyuluhan sosialisasi kepada masyarakat perihal RW MAS AMAN.

  Dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tersebut, ditakutkan semua masalah tindak pidana ataupun sekedar masalah sosial langsung dilimpahkan ke Polsek tanpa melibatkan perangkat desa yang mana RW MAS AMAN termasuk di dalamnya.

d. Efek Penanganan Tindak Pidana yang dilakukan FKPM desa Banyubiru

  Ada yang menarik disini, dimana pada tahun 2014 lalu terdapat kasus kumpul kebo perzinahan yang dilakukan di Dusun Kampung Rapet. Pelaku laki- laki berasal dari Kampung Rapet, sedangkan pelaku perempuan tidak berasal dari Dusun Kampung Rapet. Dalam penyelesaiannya, dibuatlah satu surat pernyataan dimana kedua pelaku ini tidak diperbolehkan melakukan perbuatan zina selama belum menikah yang mana sudah disetujui oleh kedua belah pihak dengan beberapa sanksi jika memang perjanjian itu dilanggar. Namun satu bulan kemudian, dua sejoli ini kembali melakukan perbuatan tersebut diluar daerah Kampung Rapet. Tepatnya di salah satu hotel yang berada di Bandungan. Yang mana penyelesaianya dilakukan oleh orang tua dan pihak dari SatpolPP.

  Dari sini terlihat, sanksi atau cara penyelesaian masalah yang dilakukan oleh RW MAS AMAN tidak memberikan efek jera kepada para pelaku. Hal ini diakibatkan karena cara penyelesaian masalah yang dilakukan oleh RW MAS AMAN tersebut kurang tegas. Bahkan mungkin bisa dijadikan jalan keluar bagi oknum yang tidak mau terjerat hukum.

C. ANALISIS

1. Peran FKPM dalam Penanganan Masalah Tindak Pidana di Desa Banyubiru

  A. Implementasi Peran FKPM RW MAS AMAN

  Dari beberapa peraturan yang mengatur tugas dan wewenang FKPM antara lain, Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep433VII2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Polmas) Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM), Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 3 Tahun 2015 Tentang Pemolisian Masyarakat, dan Skep Kapolri No. Pol : Skep 737X2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri, terdapat beberapa tugas dan wewenang FKPM antara lain :

  1. Mengumpulkan data dan mengidentifikasi permasalahan, mempelajari instrumen perangkat kamtibmas seperti Peta Kamtibmas, Peta Topografi, Peta Kriminalitas, Peta Lalu Lintas, dan Peta Rute Patroli. Menurut hasil penelitian, RW MAS AMAN sama sekali tidak memiliki data apapun mengenai hal peta tersebut. RW MAS AMAN hanya melakukan identifikasi masalah ketika ada laporan dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya fasilitas dari Kepolisian ataupun Pemerintah, serta kurangnya pengetahuan para anggota RW MAS AMAN karena memang pada faktanya tidak ada sosialisasi dari Bhabinkamtibmas. Maka dari itu, salah satu tugas FKPM ini belum bisa dilaksakan oleh RW MAS AMAN.

  2. Ikut serta mengambil langkah- langkah yang proporsional dalam rangka pelaksanaan fungsi kepolisian umum dan bimbingan masyarakat. Salah satunya adalah dengan cara sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi kepada masyarakat sudah semestinya harus dilakukan oleh RW MAS AMAN demi terbentuknya pola masyarakat yang baik dan tahu mengenai segala hal tentang kejahatan, masalah- masalah sosial, dan cara penangananya. Namun pada kenyataan di 2. Ikut serta mengambil langkah- langkah yang proporsional dalam rangka pelaksanaan fungsi kepolisian umum dan bimbingan masyarakat. Salah satunya adalah dengan cara sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi kepada masyarakat sudah semestinya harus dilakukan oleh RW MAS AMAN demi terbentuknya pola masyarakat yang baik dan tahu mengenai segala hal tentang kejahatan, masalah- masalah sosial, dan cara penangananya. Namun pada kenyataan di

  3. FKPM juga harus bisa membahas permasalahan sosial aspek kamtibmas dalam wilayah atau yang bersumber dari wilayahnya dan menemukan permasalahan serta menentukan jalan keluar pemecahannya. Pembahasan mengenai permasalahan- permasalahan sosial yang dilakukan oleh RW MAS AMAN terbilang masih kurang. Menurut hasil penelitian di lapangan, tindakan RW MAS AMAN hanya terlihat ketika mendapat laporan dari masyarakat untuk menyelesaikan suatu perkara masalah.

  4. Secara terus menerus memantau pelaksanaan kegiatan warga dari aspek ketertiban. Seperti halnya dalam implementasi tugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat, pemantauan pelaksanaan kegiatan warga dalam aspek ketertiban juga tidak terlihat. Segala kegiatan warga tidak terjangkau oleh RW MAS AMAN yang mana dalam pelaksanaanya ditempatkan di masing- masing dusun. Sedangkan tidak semua dusun 4. Secara terus menerus memantau pelaksanaan kegiatan warga dari aspek ketertiban. Seperti halnya dalam implementasi tugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat, pemantauan pelaksanaan kegiatan warga dalam aspek ketertiban juga tidak terlihat. Segala kegiatan warga tidak terjangkau oleh RW MAS AMAN yang mana dalam pelaksanaanya ditempatkan di masing- masing dusun. Sedangkan tidak semua dusun

  5. Mampu menampung keluhan pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah kejahatan pelanggaran dan permasalahan kepolisian pada umumnya serta membahasnya bersama petugas polmas. Terlihat dari data perkara yang masuk ke RW MAS AMAN selama tahun 2017, 6 perkara dapat diselesaikan walaupun tanpa melibatkan petugas polmas (Bhabinkamtibmas). Peran Bhabinkamtibmas memang sangat kurang dalam pelaksanaan program FKPM di Banyubiru. Jika hal ini berkelanjutan, tidak menutup kemungkinan RW MAS AMAN akan bubar dengan sendirinya. Padahal di desa Banyubiru hanya ada 2 dusun yang melaksanakan tugas RW MAS AMAN.

  Dari beberapa tugas dan wewenang FKPM menurut beberapa dasar hukum tersebut, FKPM RW MAS AMAN belum menjalankan tugasnya seperti apa yang diatur. FKPM RW MAS AMAN hanya menampung, mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah- masalah sosial dan tindak pidana yang kategorinya ringan tanpa diiringi Dari beberapa tugas dan wewenang FKPM menurut beberapa dasar hukum tersebut, FKPM RW MAS AMAN belum menjalankan tugasnya seperti apa yang diatur. FKPM RW MAS AMAN hanya menampung, mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah- masalah sosial dan tindak pidana yang kategorinya ringan tanpa diiringi

  B. FKPM dan Penyelesaian Masalah dengan Pendekatan Restorative Justice

  Pengertian restorative justice merupakan suatu jalan untuk menyelesaikan kasus pidana yang melibatkan masyarakat, korban dan pelaku kejahatan dengan tujuan agar tercapainya keadilan bagi seluruh pihak, sehingga diharapkan terciptanya keadaan yang sama seperti sebelum terjadinya kejahatan dan mencegah terjadinya kejahatan lebih lanjut dengan mengedepankan musyawarah.

  Dari data kasus RW MAS AMAN, penyelesaian perkara yang dilakukan oleh FKPM pada dasarnya menggunakan prinsip musyawarah dan pendekatan restorative justice, dimana perkara yang diselesaikan merupakan tindak pidana ringan. Berikut pengaturan mengenai tindak pidana ringan dalam Pasal 205 ayat (1) KUHAP:

  “Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian ini.”

  Pengaturan lain tentang tindak pidana ringan ada pada Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 02

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25