PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MATERI GERAK BENDA KELAS III SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Teknik Token Economy a. Pengertian token economy Ada beberapa cara untuk mengubah perilaku individu,

  diantaranya adalah melalui modifikasi perilaku. Eysenk dalam Purwanta (2015: 6) menyatakan bahwa “modifikasi perilaku adalah usaha mengubah perilaku dan emosi manusia dengan cara yang menguntungkan dengan hukum teori modern proses belajar”. Salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan modifikasi perilaku adalah teknik token economy.

  Token economy merupakan suatu wujud modifikasi perilaku

  yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemberian token (tanda-tanda). Martin dan Pear (2015: 675) menjelaskan bahwa

  “token economy adalah sebuah program behavioral, individu dapat

  memperoleh token untuk beragam perilaku yang diinginkan dan dapat menukarkan penanda atau token tersebut demi memperoleh penguat pendukung”. Token atau tanda khusus diberikan sebagai penghargaan atas perilaku yang diubah, baik memunculkan perilaku yang diinginkan, maupun menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

  8

  Token economy sebagai salah satu teknik modifikasi perilaku,

  dalam pelaksanaannya didasarkan pada pendekatan perilaku yang menggunakan penguatan positif. Erford (2016: 395) menyatakan bahwa “token economy adalah suatu bentuk reinforcement positif yang dalam prosesnya seorang siswa menerima suatu token ketika mereka memperlihatkan perilaku yang diinginkan

  ”. Token yang diterima diakumulasikan dalam jumlah tertentu, untuk kemudian ditukarkan dengan penguat (hadiah).

  Teknik token economy adalah teknik yang menekankan pada pemberian penghargaan yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Purwanta (2015: 148) menjelaskan bahwa “token economy merupakan salah satu teknik dalam modifikasi perilaku dengan cara pemberian satu kepingan (atau satu tanda, satu isyarat) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul”. Token-token tersebut dikumpulkan dan kemudian dalam jangka waktu tertentu dapat ditukarkan dengan hadiah atau sesuatu yang mempunyai makna. Singkatnya token economy merupakan sebuah penguatan untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang dapat menerima penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang diinginkan.

  Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

  

token economy merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku

  dengan cara pemberian token atau kepingan untuk menguatkan perilaku positif. Token ini berupa poin, cek, lubang di kartu, kupon, chip, uang mainan, tanda bintang atau apapun yang bisa dengan mudah diidentifikasi sebagai milik siswa. Token ini bisa ditukar dengan benda atau aktivitas pengukuh yang sering disebut pengukuh idaman (hadiah).

b. Tahapan pelaksanaan token economy

  Teknik token economy dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahapan. Purwanta (2015: 152-157) menjelaskan bahwa “pelaksanaan teknik token economy dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi”. Agar pelaksanaan program token economy dapat berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada tiap tahapan. Tahapan dalam token economy tersebut yaitu: 1) Tahap persiapan

  Ada empat hal yang perlu dipersiapkan dalam melaksanakan teknik token economy yaitu: a) menetapkan tinggkah laku yang akan diubah, disebut sebagai tingkah laku yang ditargetkan; b) menentukan barang (benda) yang mungkin dapat menjadi penukar kepingan; c) memberi nilai atau harga untuk setiap kegiatan atau tingkah laku yang ditargetkan dengan kepingan; d) menetapkan harga barang dengan kepingan.

  2) Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan diawali dengan pembuatan kontrak antara siswa dengan guru. Kontrak cukup secara lisan dan kedua belah pihak dapat saling memahami, atau dapat ditulis tangan dan ditandatangani pihak yang bersangkutan. Guru dalam tahap ini melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan. Apabila tingkah laku yang ditargetkan muncul, maka siswa segera diberikan kepingan. Setelah kepingan sudah mencukupi untuk ditukarkan dengan barang yang diinginkan, siswa dibimbing ke tempat penukaran kepingan dengan membeli barang sesuai nilai kepingan yang didapat.

  3) Tahap evaluasi Pada tahap ini akan diketahui faktor-faktor yang perlu ditambah atau dikurangi dalam daftar pengubahan perilaku yang telah dilaksanakan. Misalnya nilai kepingan perlu diuji untuk setiap tingkah laku yang akan diubah, dan melihat ketertarikan subjek dalam program yang dibuat. Keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaan didiskusikan untuk merencanakan program selanjutnya.

c. Aturan dan pertimbangan dalam token economy

  Guru dalam menerapkan teknik token economy perlu memperhatikan aturan yang ada agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Purwanta (2015: 158-165) mengemukakan beberapa aturan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan teknik token economy agar efektif antara lain sebagai berikut:

  1) Hindari penundaan, pemberian token dilakukan seketika setelah perilaku sasaran muncul.

  2) Berikan token secara konsisten, pemberian token yang terus menerus (continuous) dan konsisten akan mempercepat peningkatan perilaku sasaran. 3) Memperhitungkan pengukuh dengan harga kepingan. Perlu dipertimbangkan banyaknya kepingan yang akan diterima cukup untuk ditukar dengan barang yang diinginkan. 4) Persyaratan hendaknya jelas, aturan yang diterapkan harus jelas dan mudah diikuti.

  5) Pilih pengukuh (hadiah) yang macam dan kualitasnya memadai.

  Bila berupa benda, pengukuh tersebut harus ringan, menarik, mudah dibawa atau disimpan.

  6) Kelancaran pengadaan pengukuh idaman. 7) Pemasaran pengukuh idaman, perlu memperhitungkan hukum penawaran dan permintaan. Pengukuh yang banyak peminatnya berharga lebih tinggi dari yang tidak banyak peminatnya. 8) Jodohkan pemberian kepingan dengan pengukuh sosial positif.

  Pemasangan kepingan dengan pengukuh sosial positif dapat mendidik keterampilan sosial siswa maupun guru.

  9) Perhitungkan efeknya terhadap orang lain. Program token

  economy seyogianya melibatkan satu kelompok agar tidak ada rasa iri karena perlakuan yang istimewa.

  10) Perlu persetujuan berbagai pihak, agar tidak mengganggu pelaksanaan program yang menyertainya.

  11) Perlu kerjasama subjek, dalam pelaksanaan teknik token

  economy makin jelas aturan main, makin setuju subjek pada

  program yang akan dilaksanakan, maka akan semakin lancar program dan semakin efektif hasil yang diperoleh.

  12) Perlu latihan bagi pelaksana. Program token economy sering membutuhkan bantuan dalam pelaksanaannya, maka pelaksana perlu mendapatkan latihan-latihan dan pengetahuan yang diperlukan dalam melaksanakan token economy.

  13) Perlu pencatatan, selain untuk pertanggungjawaban, juga untuk mendeteksi keberhasilan program.

  14) Kombinasi dengan prosedur lain. Program token economy dapat dikombinasikan dengan program lain seperti denda dan penyisihan. 15) Follow-up dan penundaan pengukuhan. Apabila token economy sudah berhasil meningkatkan perilaku, sedangkan pengukuhan sosial belum dapat menggantikan program kepingan, maka perlu adanya penundaan pemberian kepingan.

d. Kelebihan teknik token economy

  Token economy sebagai salah satu teknik dalam memodifikasi perilaku tentu memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknik lain.

  Ayllon dan Azrin (Miltenberger, 2008: 510-513) menyatakan bahwa menggunakan token economy mempunyai banyak kelebihan, yaitu: 1) Token dapat menguatkan tingkah laku siswa dengan seketika setelah terjadi.

  2) Token economy tersusun dengan baik sehingga tingkah laku siswa yang diharapkan diperkuat secara konsekuen.

  3) Token merupakan penguat yang dikondisikan secara umum karena akan dipasangkan dengan penguat lain yang bervariasi.

  4) Token mudah untuk dibagikan dan penerima mudah menjumlahkan.

  5) Token dapat dengan mudah diukur sehingga tingkah laku yang berbeda dapat menerima token lebih banyak atau lebih sedikit.

  6) Penukaran token mudah dilaksanakan karena penerima dapat menjumlahkan token yang dapat mengubah masalahnya dalam bertingkah laku. 7) Penerima dapat belajar kemampuan-kemampuan yang terlibat dalam perencanaan ke depannya dengan menyimpan token untuk penukaran hal-hal yang lebih diinginkan.

  Teknik token economy dapat diimplementasikan dengan tingkat keberhasilan tertentu untuk semua subyek yang perilakunya layak untuk dimodifikasi. Erford (2016: 402) juga menyatakan beberapa kelebihan dari token economy yaitu “token economy dapat digunakan untuk memperbaiki manajemen kelas, dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi kelas”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa selain memodifikasi perilaku, token economy juga dapat digunakan untuk peningkatan pembelajaran di kelas yaitu manajemen dan partisipasi kelas.

e. Kekurangan teknik token economy

  Penerapan teknik token economy selain memiliki kelebihan juga terdapat beberapa kekurangan. Miltenberger (2008: 513) menyatakan bahwa,

  “the disadvantages involved in the use of a token

economy include the time and effort involved in organizing and

conducting the program and the cost of purchasing the backup

reinforcers

  ”. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan

  bahwa kekurangan dalam penerapan token economy yaitu pada waktu, pengorganisasian program, dan harga pembelian token. Waktu dalam perencanaan cukup lama karena harus dirancamg dengan matang, begitu pula pengorganisasiannya. Pembelian token juga memerlukan biaya yang besar karena pengadaan pengukuh bukan hanya untuk satu siswa, melainkan siswa dalam suatu kelompok bahkan kelas.

2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama

  Kerjasama merupakan proses sosial yang paling dasar dan berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Soekanto dan Sulistyowati (2015

  : 66) menyatakan bahwa “kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama ”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.

  Kerjasama untuk mencapai tujuan bersama akan membentuk hubungan yang baik antar siswa. Abdulsyani (2012: 156) menjelaskan bahwa “kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat aktivitas tertentu dan ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing

  ”. Siswa yang bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok akan saling memberikan dorongan, bantuan, dan informasi pada teman kelompok yang membutuhkan bantuan.

  Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kerjasama siswa dapat diartikan sebagai sebuah interaksi atau hubungan antara siswa, maupun siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang saling menghargai, saling membantu, dan saling memberikan dorongan dalam belajar. Tujuan pembelajaran tersebut meliputi perubahan tingkah laku, penambahan pemahaman, dan peningkatan prestasi belajar.

b. Manfaat Kerjasama dalam Pembelajaran

  Kerjasama dalam proses pembelajaran dapat menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi dalam diri siswa. Djamarah (2010: 7) berpendapat bahwa:

  Siswa yang dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Siswa yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang kekurangan. Sebaliknya, yang memiliki kekurangan dengan rela hati mau belajar dari yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa siswa yang terbiasa bekerjasama dalam kelompok akan lebih memiliki jiwa sosial yang tinggi. Siswa akan menyadari bahwa dirinya memiliki kekurangan dan kelebihan begitu juga orang lain. Siswa yang memiliki kelebihan akan membantu temannya yang mengalami kesulitan, dan sebaliknya siswa yang mengalami kesulitan mau belajar dari yang sudah bisa. Kerjasama tersebut dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar sehingga memunculkan persaingan yang positif untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

  Kerjasama dalam belajar selain menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi juga akan memberikan banyak pengalaman dan memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Djamarah

  (2010: 68) menyatakan “keuntungan lain dari belajar bersama yakni siswa yang belum mengerti penjelasan guru, akan menjadi mengerti dari hasil penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok”. Siswa yang sudah memahami materi akan termotivasi untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Adanya kerjasama yang baik dalam belajar, memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.

  Kerjasama siswa terlihat dari kegiatan belajar bersama dalam sebuah kelompok. Belajar bersama dalam kelompok juga akan memberikan beberapa manfaat diantaranya yaitu menciptakan kekompakan dan keakraban. Siswa melalui kerjasama juga dapat meningkatkan kemampuan akademik, berkomunikasi dan menyelesaikan masalah.

c. Indikator Kerjasama

  IPA sebagai mata pelajaran yang mengutamakan proses bukan sekedar penyampaian konsep, tentu mengutamakan adanya prinsip kerjasama dalam belajar. Isjoni (2013: 64-65) berpendapat bahwa “dalam pembelajaran yang menekankan pada prinsip kerjasama tidak hanya mempelajari materi saja, siswa harus mempelajari ketrampilan- ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperatif”. Ketrampilan kooperatif berfungsi untuk memperlancar hubungan kerja dan tugas (kerjasama siswa dalam kelompok). Ketrampilan- ketrampilan kooperatif tersebut dikemukakan oleh Lungdren dalam Isjoni (2013: 65-66) sebagai berikut: 1) Menggunakan kesepakatan

  Menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.

  2) Menghargai kontribusi Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain.

  3) Mengambil giliran dan berbagi tugas Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas atau tanggung jawab tertentu dalam kelompok. 4) Berada dalam kelompok

  Maksud disini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.

  5) Berada dalam tugas Berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan. 6) Mendorong partisipasi

  Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

  7) Mengundang orang lain

  Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.

  8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya 9) Menghormati perbedaan individu

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa indikator sikap kerjasama siswa antara lain: 1) Menggunakan kesepakatan 2) Menghargai kontribusi 3) Mengambil giliran dan berbagi tugas 4) Berada dalam kelompok 5) Berada dalam tugas 6) Mendorong partisipasi 7) Mengundang orang lain 8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya 9) Menghormati perbedaan individu 3.

   Prestasi Belajar

  Prestasi belajar merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Arifin (2016: 12) menjelaskan bahwa kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievment) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar (achievment) penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama antara lain: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

  b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

  e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa.

  Melihat banyaknya fungsi dari prestasi belajar, maka sangatlah penting bagi guru untuk mengetahui prestasi belajar siswa baik secara perorangan maupun kelompok. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

  Cronbach (Arifin, 2016: 13) menyatakan bahwa: Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah.

  Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa kegunaan prestasi belajar selain sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, juga untuk keperluan bimbingan, seleksi, penjurusan, penentuan isi kurikulum dan kebijakan sekolah. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan bimbingan lebih lanjut, seperti pelaksanaan remidial bagi siswa yang belum tuntas belajar dan pengayaan sebagai pemantapan bagi siswa yang sudah tuntas belajar. Guru dapat menyeleksi dan mengarahkan siswa pada jurusan yang sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki dengan melihat prestasi belajar yang siswa peroleh. Pencapaian prestasi belajar siswa tersebut juga dapat dijadikan tolak ukur dalam merumuskan kebijakan-kebijakan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

  Guru selain harus mengetahui fungsi dan pentingnya prestasi belajar, juga harus memahami faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) menjelaskan

  “prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu”. Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut yaitu:

  a. Faktor Internal 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2) Faktor psikologis, yang terdiri atas:

  a) Faktor intelektif yang meliputi: (1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

  (2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

  b. Faktor Eksternal 1) Faktor sosial yang terdiri dari:

  a) Lingkungan keluarga

  b) Lingkungan sekolah

  c) Lingkungan masyarakat

  d) Lingkungan kelompok 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

  3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

  4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

  Prestasi belajar siswa dapat diukur dengan penilaian prestasi belajar. Arifin (2016: 180) menyatakan bahwa “penilaian prestasi belajar

  

(achievement assessment) merupakan suatu teknik penilaian yang

  digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu sesuai kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum”. Penilaian prestasi belajar dapat memberikan informasi terkait tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan sebagai bahan evaluasi terhadap keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

  Penilaian prestasi belajar dilakukan dalam upaya mengumpulkan dan mendeskripsikan prestasi belajar siswa baik melalui tes maupun non tes. Gronlund (Azwar, 2016: 18-21) merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut: a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

  b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.

  c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

  d. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.

  e. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

  f. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan nilai hasil perolehan siswa pada aspek pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri maupun dari luar. Faktor-faktor tersebut menjadi penting untuk dipahami oleh guru agar dapat membantu siswa mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Prestasi belajar dapat diukur melalui penilaian hasil belajar (achievement assessment) berupa tes maupun non tes.

4. IPA a. Pengertian IPA

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di Sekolah Dasar (SD). Trianto (2010: 136) mengemukakan bahwa

  “IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui teknik ilmiah seperti observasi dan eksperimen”. IPA mempelajari tentang makhluk hidup dan hubungannya dengan alam sekitar.

  Pembelajaran IPA tidak terbatas pada penerimaan materi atau konsep-konsep yang sudah ada, namun meliputi suatu proses untuk menemukan konsep yang baru. Kegiatan IPA dimulai dari pengamatan, hasil pengamatan atau observasi ini digunakan untuk merumuskan konsep-konsep dan teori. Aly dan Rahma (2010: 18) menyatakan bahwa:

  IPA adalah pengetahuan teoretis yang diperoleh atau disusun dengan cara khusus, yaitu melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

  Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala- gejala alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip- prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Siswa melakukan praktik dalam belajar

  IPA untuk menemukan permasalahan yang sedang dipelajari secara langsung, sekaligus menemukan solusi dan pemecahan masalahnya. IPA mulai diajarkan di SD untuk memberikan manfaat bagi siswa agar mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan dirinya dan tempat tinggalnya.

b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

  Mata Pelajaran IPA di SD merupakan konsep yang masih terpadu karena belum ada pemisahan seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika. Susanto (2015: 171-172) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006), dimaksudkan untuk: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-

  Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

  5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

  6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).

c. Materi Gerak Benda

  Materi IPA yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu materi gerak benda. Standar kompetensi dan kompetensi dasar materi gerak benda dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Materi Gerak Benda kelas III Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  4. Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi.

  4.1. Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran.

  4.2. Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, dan getaran dalam kehidupan sehari-hari.

  4.3. Mengidentifikasi sumber energi dan kegunaannya. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada

tabel 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa materi yang dijadikan bahan penelitian adalah materi gerak benda. Materi gerak benda mengkaji

  berbagai gerak benda dan faktor yang mempengaruhi gerak benda melalui percobaan, serta pengaruh energi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Teknik token economy telah banyak diteliti dan digunakan dalam bidang pendidikan maupun psikologi untuk memodifikasi perilaku seseorang menjadi seperti yang diinginkan. Salah satu penelitian yang menguji keefektifan teknik token economy dilakukan oleh Simeon, Abdullahi, dan Umaru (2015) dengan judul

  “Efficacy of Token Economy-Technique in

Reducing Lateness Behaviour among Primary School Pupils in Kaduna

Metopolis, Nigeria menunjukkan bahwa jumlah kehadiran telah meningkat

  secara signifikan sebagai akibat dari penerapan token economy pada tingkat keterlambatan sekolah. Total rata-rata per hari mereka yang hadir 23,03 dan 14,73 setelah dan sebelum diberikan perlakuan dengan token economy. Temuan ini berkolaborasi dengan temuan awal, yang menunjukkan bahwa teknik token economy efektif dalam mengurangi keterlambatan sekolah, kemalasan, penolakan sekolah dan meningkatkan kinerja sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Simeon, Abdullahi, dan Umaru, menunjukan bahwa teknik token economy secara efektif dapat mengubah perilaku siswa, yaitu mengurangi keterlambatan siswa dalam kehadiran di sekolah, kemalasan, penolakan sekolah, dan juga meningkatkan kinerja sekolah.

  Penerapan teknik token economy selain memodifikasi perilaku, juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Aljuhaish (2015), dalam jurnal penelitiannya yang berjudul

  “The Effectiveness of

Behaviourist’s Token Economy System on Teaching English as a Second

Language at Saudi Schools in Kuala Lumpur”, menyatakan bahwa “token

Economy, if implemented effectively, not just modifying behaviour, but also in

improving student academic performance”. Token economy, jika diterapkan

  secara efektif, tidak hanya memodifikasi perilaku, tetapi juga dalam meningkatkan prestasi akademik siswa.

  Penelitian yang dilakukan Aljuhaish tersebut menunjukan bahwa bahwa token economy dapat membantu guru dalam pembelajaran, memotivasi siswa, dan memulai kompetisi yang sehat antar siswa. Aiesha Y. Khudayer Al Aqeede juga menekankan bahwa token economy membantu dalam memanajemen kelas, membantu siswa yang berprestasi rendah, kurang partisipatif, dan yang berperilaku tidak pantas. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa penerapan token economy selain dapat digunakan untuk memodifikasi perilaku, juga memiliki banyak manfaat. Manfaat dari penerapan teknik token economy diantaranya yaitu meningkatkan prestasi belajar, motivasi, menumbuhkan persaingan yang sehat, menciptakan suasana pembelajaran yang partisipatif, serta membantu guru dalam memanajemen kelas.

  Penelitian lain yang menerapkan teknik token economy, dan menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu penelitian experiment yang dilakukan oleh Indrijati (2009). Indijati (2009) dalam jurnalnya yang berjudul

  “Efektivitas Metode Modifikasi Perilaku Token Economy dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas” menyatakan bahwa:

  Berdasarkan analisis SPSS diperoleh hasil yaitu adanya perbedaan efektivitas antara penerapan token economy dengan metode konvensional terhadap munculnya perilaku menjawab dengan benar pertanyaan dari guru, bertanya pada guru tentang materi pelajaran, menanggapi pertanyaan atau jawaban guru maupun teman, dan menjawab pertanyaan dari guru meskipun salah.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan efektivitas antara

  

token economy dengan metode konvensional terhadap munculnya perilaku

  yang diinginkan. Masing-masing dari keempat perilaku yang diukur menunjukkan hasil yang signifikan dan meannya menunjukkan perbedaan yang cukup besar untuk keempat perilaku tersebut. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan penerapan token economy dapat meningkatkan perilaku positif yang diharapkan.

  Penelitian yang telah dilakukan oleh Simeon, Abdullahi, Umaru, Aljuhaish, dan Indijati, menunjukan keberhasilan dan keefektifan penggunaan teknik token economy dalam memodifikasi perilaku, manajemen kelas, maupun meningkatkan prestasi. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai dasar dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan yaitu dengan menerapkan teknik token economy untuk meningkatkan sikap kerjasama dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi gerak benda di kelas III SD Negeri 1 Pageraji. Penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan inovasi dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

  Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa kondisi awal siswa kelas III di SD Negeri 1 Pageraji menunjukkan adanya permasalahan dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi gerak benda. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru membuat siswa yang satu dengan siswa lain tidak terbiasa untuk berinteraksi dan bekerjasama, sehingga memiliki sifat individual yang tinggi. Penggunaan metode ceramah dan penugasan yang masih mendominasi kegiatan pembelajaran menyebabkan kerjasama siswa dalam pembelajaran menjadi kurang, penyampaian materi tidak optimal, dan prestasi belajar yang diperoleh menjadi rendah.

  Penerapan teknik token economy diharapkan akan menciptakan suasana belajar yang mendukung siswa untuk saling berinteraksi dan bekerjasama. Kerjasama dalam belajar memberikan peluang pada siswa untuk berbagi pengetahuan dan saling membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Gambaran dari penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

  Sikap kerjasama dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Kondisi Awal

  IPA materi gerak benda Kelas III SD Negeri 1 Pageraji rendah.

  Siklus I Penerapan teknik Evaluasi

  Token Economy Tindakan Siklus II

  Penerapan teknik Evaluasi Token Economy

  Kondisi Akhir Sikap kerjasama dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gerak benda Kelas III SD Negeri 1 Pageraji meningkat.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

  1. Penerapan teknik token economy dapat meningkatkan sikap kerjasama siswa pada mata pelajaran IPA materi gerak benda Kelas III SD Negeri 1 Pageraji.

  2. Penerapan teknik token economy dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gerak benda Kelas III SD Negeri 1 Pageraji.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE MATA PELAJARAN IPA SIFAT-SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KELAS III SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG

2 23 20

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI TIGA DIMENSI PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR

1 6 27

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEMATIK DI KELAS 1 SEKOLAH DASAR NEGERI 3 PERUMNAS WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

0 37 46

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 2 KEDONDONG

0 5 44

METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN TARIKH

0 1 12

PENERAPAN METODE DEMOSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

1 7 13

PENERAPAN METODE TANYA JAWAB UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 8

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS III MATERI KENAMPAKAN ALAM MENGGUNAKAN QUANTUM TEACHING - Repository Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHAN BANGUNAN KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 20162017

0 0 19