Hubungan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di Daerah Istimewa Yogyakarta [Polres Sleman] tahun 2001-2006 - USD Repository

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PELANGGARAN PERATURAN LALU-LINTAS DENGAN TINGKAT KECELAKAAN

  

DI JALAN RAYA DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA (POLRES SLEMAN)

TAHUN 2001-2006

  SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

OLEH :

BUDI PRIHARTANTO

  

01 9114 172

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

If an individual has a calm state of mind,

that person's and views will be calm

and tranquil even in the presence of great agitation.

  Tenzin Gyatso, 14th Dalai Lama

  • E specially F or :

    ’’’GOD’’’

    Jesus & Virgin Mary

    MyParents, Andreas (Alm) & Maria

    MyBrothers, Anang (Alm) & Cay “siKrebo”

    ‘Ve’ Mylove, ‘Ve’

    MySpiritual Master, Uki Sadewa

  

‘N Much More Souls.....

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 13 Mei 2008 Penulis

  Bernardus Budi Prihartanto

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Bernardus Budi Prihartanto Nomor Mahasiswa : 01 9114 172

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul :

  

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PELANGGARAN PERATURAN LALU-

LINTAS DENGAN TINGKAT KECELAKAAN DI JALAN RAYA DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA (POLRES SLEMAN)TAHUN 2001-2006

  Berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 14 Mei 2008 Yang menyatakan (B. Budi Prihartanto)

KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur kepada Tuhan Allah Semesta Alam atas semua Berkat yang tak terbalaskan kepada penulis dalam hidup ini yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pelanggaran dan Tingkat Kecelakaan di Jalan Raya di Daerah Istimewa Yogyakarta (Polres Sleman) Tahun 2001-2006. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, dukungan, perhatian, bimbingan, semangat dan keterlibatan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan setinggi-tingginya kepada :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.si. selaku Dekan Program Studi Psikologi dan Dosen Pembimbing Akademik angkatan ’01, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang penuh keikhlasan, kesabaran, dukungan dan membantu penulis dalam hal pendidikan dan administrasi dari proses pembuatan sampai selesainya skripsi ini, serta selama penulis belajar di Program Studi Psikologi.

  2. Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari S.Psi, M.si. selaku Ketua Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang juga penuh keikhlasan, kesabaran, dukungan dan membantu penulis dalam hal pendidikan dan administrasi dari proses pembuatan sampai selesainya skripsi ini, serta selama penulis belajar di Program Studi Psikologi.

  3. Bapak Dr. A. Supratiknya, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang penuh pengertian, penuh keramahan, penuh kesabaran dan ketulusan dalam memberi banyak sekali masukan, meluangkan banyak waktu, segenap tenaga, berbagai macam share pengalamannya, dukungan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Minta Istono, S.Psi, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

  6. Segenap Dosen Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan materi perkuliahan, pengalaman dan dukungan selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  7. Segenap karyawan Program Studi Psikologi, Mba’ Nanik, Mas Gandung, Mas Doni, Mas Mudji “Playboy” serta Pa’ Gie… Terima kasih atas semua kerja sama juga senyumnya.

  8. Kepolisian Resort Sleman, Terima kasih atas data-data yang diberikan sehingga proses pengolahan data dapat terlaksana.

  9. Buat kedua Orang Tuaku, Andreas (Alm) & Maria, Abangku Anang (Alm) & Adikku Cay, Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, pengertian, kesabaran, dukungan serta semangat yang tiada terhenti dan sangat berarti sekali dalam perjalanan hidup… diberikan kepada penulis. I Love U 4ever & Always.

  10. Veron MyLove & family, Makasih atas semua cinta, semua kasih sayang, semua pengertian, kesabaran, dukungan, semangat dan juga bantuannya sampai selesai skripsi ini dan nanti… Terima kasih telah mengisi dan menjadi bagian dalam hidupku… Thanks alot & Always, ya… mylove… Ve…

  11. Uki Sadewa, Spiritual Master yang selalu memberikan pencerahan, mengiringi serta menuntunku dari jalanku yang gelap dan kering, kini dan akan datang menjadi terang dan bersemi… Terima kasihku takkan pernah habis terucapkan. Mas Dwi temen seperjuanganku yang sekarang dan akan datang…

  12. Buat temenku Denny ”Benjoe”&Adhis, Thanks a lot buat semangat dan bantuan ketika aku berusaha untuk bangkit kembali… Yossi, makasih udah mau nyempet2in waktunya buat jadi second leaderku! Peng-Q ”bakul warto adol cerito”, Galih ”Sang Wartawan”, Temen2ku Anak Teknik Mesin ’99, Anak2 “Pondok”, Mami, Babe Gendut & Family, makasih atas semua nasehat dan makannya… so, Punks&Skins like Jose, Miftah, Anom, Aing, Santo, Chabib, Doni, Ukat, Alex, Miko, Avie, Ipix,… Anak2 Bali, Haddy, Hardy “Brekele”, Kusma, Eka, Putu, Gede& Erik.

  13. Buat semua temen2ku yang masih berjuang, lanjutkan perjuangan sampe titik keringat penghabisan di ruang rapat… like, Awan, Lastro, Angga, Justo&Orry, Yoppy, Dion, Jaja, Nyit2, Dina, Rini, Mira, Daru, Ndus dan semua temen2ku Psi

  14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun telah memberikan banyak bantuan, dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

  Yogyakarta, 14 Mei 2008 Penulis

  B. Budi Prihartanto

  ABSTRACT

The Correlation between the Degree of the Traffic Regulations Transgression

and the Degree of the Highway Traffic Accident in the City of Yogyakarta

  

(Polres Sleman) in the Year 2001-2006

Bernardus Budi Prihartanto Sanata Dharma University Faculty of Psychology 2008

  This study is a correlative research which takes into account of the secondary data. It is intended to find the positive relationship between the degree of the traffic regulations transgression and the intensity of the highway traffic accident in the city of Yogyakarta (Polres Sleman) in the year 2001-2006. The controlled variable in this study is the intensity of highway traffic accident and the free variable is the degree of the traffic regulation transgression. All variable are measured with reference to the total account of data obtained from Polres Sleman throughout the year 2001-2006. Accordingly, the category of the traffic regulations transgression is classified in terms of Situpak data and Susceptibility of the highway traffic accident.

  The hypothesis in this study denotes that there is a positive significant correlation between the traffic infraction which is committed by the individual, the higher the intensity of the highway traffic accident will be. Conversely, the lower the degree of the traffic infraction which is undertaken by the individual, the lower the intensity of the highway traffic accident will be. The hypothesis of this study is analyzed by applying the Kendall’s tau_b method of correlation.

  The finding of this study constitutes that there is a positive and significant correlation between the degree of the traffic infraction and the intensity of the highway traffic accident. It means that the correlation coefficient value (tau) = 0.816 is in accordance to the significance level 1% z value = 10,2 (z > 2,58). That is to say that the hypothesis in this study is feasible due to the fact that there is a positive as well as significant correlation between the degree of the traffic infraction and the intensity of the highway traffic accident.

  Key word: Transgression behavior, The Traffic regulation, The Highway traffic accident.

  ABSTRAK

Hubungan Antara Tingkat Pelanggaran Peraturan Lalu-Lintas Dengan

Tingkat Kecelakaan Di Jalan Raya Di Daerah Istimewa Yogyakarta

  (Polres Sleman)Tahun 2001-2006 Bernardus Budi Prihartanto Universitas Sanata Dharma Fakultas Psikologi 2008

  Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan data sekunder. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan yang positif antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di Daerah Istimewa Yogyakarta (Polres Sleman) tahun 2001-2006. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah tingkat kecelakaan di jalan raya dan variabel bebas penelitian ini adalah pelanggaran peraturan lalu-lintas. Semua variabel diukur berdasarkan data Laporan Tuntas Polres Sleman selama tahun 2001-2006. Sedangkan untuk pembagian kategori pelanggaran peraturan lalu-lintas diperoleh berdasarkan data Situpak dan Kerawanan Lantas Polres Sleman tahun 2005.

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya. Semakin tinggi pelanggaran peraturan lalu-lintas yang dilakukan individu maka semakin tinggi juga tingkat kecelakaan di jalan raya. Sebaliknya Semakin rendah pelanggaran peraturan lalu-lintas yang dilakukan individu maka semakin rendah pula tingkat kecelakaan di jalan raya. Hipotesis penelitian dianalisa dengan menggunakan teknik korelasi dari Kendalls tau_b.

  Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (tau) = 0,816 dengan taraf signifikan 1% nilai z = 10,2 (z > 2,58). Ini berarti hipotesis penelitian diterima atau ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya.

  Kata kunci: Perilaku melanggar, Peraturan lalu-lintas, Kecelakaan di jalan raya.

  DAFTAR ISI

  Halaman Judul Halaman Persetujuan..................................................................................... i Halaman Pengesahan..................................................................................... ii Halaman Moto dan Persembahan.................................................................. iii Halaman Pernyataan Keaslian Karya............................................................. iv Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi .................................................. v Kata Pengantar.............................................................................................. vi ABSTRACT.................................................................................................. ix ABSTRAK.................................................................................................... x Daftar Isi........................................................................................................ xi Daftar Tabel................................................................................................... xiii Daftar Grafik.................................................................................................. xiv Daftar Lampiran............................................................................................. xv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah..............................................................................

  6 C.Tujuan Penelitian.................................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian..............................................................................

  6 BAB II. KAJIAN PUSTAKA

  A. Perilaku melanggar peraturan Lalu-lintas 1. Pengertian perilaku menyimpang/melanggar...............................

  8 2. Faktor-faktor Perilaku Menyimpang/Melanggar..........................

  9 3. Perilaku Melanggar Peraturan Lalu-Lintas...................................

  11 4. Bentuk-bentuk Pelanggaran Peraturan Lalu-Lintas......................

  15

  5. Hal-hal yang Mempengaruhi Pengguna Jalan Melakukan- Pelanggaran Peraturan Lalu-Lintas...............................................

  17 6. Dampak Psikologis Pelanggaran Peraturan Lalu-Lintas...............

  29

  B. Kecelakaan Lalu Lintas 1. Pengertian kecelakaan lalu lintas di jalan raya..............................

  30 2. Bentuk-bentuk dan ukuran kecelakaan di jalan raya.....................

  31 3. Faktor-faktor penyebab kecelakaan di jalan raya..........................

  32 C. Hubungan Pelanggaran Peraturan Lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan- Di Jalan Raya......................................................................................

  35 D. Hipotesis Penelitian.............................................................................

  38 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian....................................................................................

  39 B. Subjek Penelitian...............................................................................

  39 C. Variabel Penelitian. ..........................................................................

  39 D. Metode Pengumpulan Data...............................................................

  42 E. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data..............................................

  42 F. Tekhnik Analisis Data. ......................................................................

  43 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian.....................................................................................

  45 B. Pembahasan...........................................................................................

  51 BAB V. RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................

  59 B. Saran......................................................................................................

  60 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

  62 LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1: Uji Korelasi Antara Masing-masing Pelanggaran Peraturan Lalu-Lintas dengan Kecelakaan di Jalan Raya............................

  49 Tabel 2: Deskripsi Data Rekapitulasi Jumlah Pelanggaran Peraturan Lalu-Lintas dengan Jumlah Kecelakan Selama Tahun 2001-2006 Di Wilayah Kepolisian Resort Sleman......................................... Lampiran 1

DAFTAR GRAFIK

  Halaman Grafik 1 : Pelanggaran Peraturan lalu lintas Polres Sleman tahun 2001 – 2006...

  47 Grafik 2 : Kecelakaan lalu lintas Polres Sleman tahun 2001 – 2006....................

  48

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1: Tabel Hasil Rekapitulasi penjumlahan antara tiap pelanggaran peraturan lalu-lintas dan tingkat kecelakaan di jalan raya setiap bulannya selama tahun 2001-2006 di wilayah Polres Sleman

  Lampiran 2: Hasil uji korelasi Total perilaku melanggar peraturan lalu-lintas dengan kecelakaan di jalan raya.

  Lampiran 3: Hasil uji korelasi 4 (empat) jenis perilaku melanggar peraturan lalu-lintas dengan kecelakaan di jalan raya.

  Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yang sangat vital, karena

  merupakan penghubung antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Banyak pengguna jalan baik itu yang berjalan kaki, pengendara sepeda, pengendara kendaraan bermotor roda dua dan roda empat, serta kendaraan jenis lainnya yang melintas di jalan raya, sehingga terkadang menyebabkan kemacetan terutama pada jalan-jalan protokol. Keadaan seperti ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan (antar pengguna jalan). Faktor lainnya adalah pelanggaran terhadap peraturan lalu-lintas yang dilakukan oleh pengguna jalan khususnya kendaraan bermotor. Jauh sebelum kendaraan bermotor ditemukan, kecelakaan di jalan hanya melibatkan kereta, hewan, dan manusia. Kecelakaan lalu lintas menjadi meningkat secara eksponensial ketika ditemukan berbagai jenis kendaraan bermotor. Kecelakaan sepeda motor yang tercatat pertama kali terjadi di New York pada tanggal 30 Mei 1896. Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama, tercatat terjadi kecelakaan yang menimpa pejalan kaki di London. Sejak saat itu, kecelakaan di seluruh dunia terus terjadi hingga jumlah kumulatif orang meninggal akibat kecelakaan tercatat 25 juta orang pada tahun 1997. Pada tahun 2002 saja tercatat 1,2 juta orang. Jumlah kecelakaan tidak merata untuk masing-masing wilayah dan negara (Kompas, 21 April 2004). Selain itu, menurut data yang diperoleh setidaknya di seluruh dunia setiap tahunnya korban yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas hampir

  Perhubungan Darat Departemen Perhubungan (Ditjen Hubdar Dephub) rata-rata korban meninggal dunia dalam 1 tahun sejumlah 10.696 jiwa atau setiap harinya lebih dari 20 keluarga yang harus kehilangan anggota keluarganya. Bahkan menurut prediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kecelakaan lalu-lintas merupakan penyebab kematian tertinggi pada tahun 2020 yang akan datang (M Subair, 2005). Berdasarkan data Situpak dan kerawanan Lantas Tahun 2005 dari pihak Polres Sleman, Yogyakarta, pelanggaran dan kecelakaan merupakan ancaman faktual yang kerap terjadi khususnya di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Menurut data pelanggaran lalu lintas 5 tahun terakhir periode 2001-2005, kejadian pelanggaran total berjumlah 92.980, dengan jumlah denda Rp 999.526.500 sedangkan data Laka Lantas 5 tahun terakhir periode 2001-2005, kejadian kecelakaan total berjumlah 1.465 kejadian dengan 363 orang meninggal dunia, 369 orang mengalami luka berat dan 1557 orang mengalami luka ringan. Sedangkan total kerugian dikalkulasikan sebesar Rp 1.758.946.000.

  Berdasarkan realitas yang terjadi sekarang ini bahkan sebelumnya, banyak sekali pelanggaran yang terjadi di jalan raya. Pada umumnya pelanggaran- pelanggaran terhadap peraturan lalu-lintas terjadi diakibatkan oleh kelalaian pengguna jalan itu khususnya pengendara kendaraan bermotor. Pelanggaran yang sering dilakukan oleh kendaraan bermotor misalnya: tidak memperhatikan dan tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di sepanjang jalan, mengabaikan kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor sampai dengan kelengkapan kendaraan baik itu roda empat maupun roda dua.

  Data dari Kepolisian mengungkap bahwa 60% kasus kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan oleh pengendara kendaraan bermotor yang kurang mematuhi petunjuk mengemudikan kendaraan dan peraturan lalu-lintas di jalan raya (Asosiasi keselamatan jalan, 1993). Pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara kendaraan bermotor cenderung disebabkan karena mereka kurang mengetahui peraturan yang berlaku di jalan raya (Asosiasi keselamatan jalan, 1993). Pendataan yang dilakukan oleh Mabes Polri menunjukkan, 91% kecelakaan di jalan terjadi karena perilaku warga yang tidak disiplin, 5% faktor kendaraan, 3% faktor jalan, dan hanya 1% faktor lingkungan alam. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank

  

dalam Road Safety Guidelines for The Asian and Pacific (2006), menilai keselamatan

  berlalu lintas di Indonesia menduduki tempat yang cukup memprihatinkan dibanding dengan bangsa-bangsa tetangga kita Asia Tenggara lainnya, menempatkan Indonesia masuk daftar negara paling buruk dalam bidang keselamatan lalu lintas se-Asia Pasifik, Indonesia berada di bawah Laos dan Nepal. Sedangkan hasil penelitian PBB menunjukan 80% dari kecelakaan lalu lintas di jalan terjadi di negara-negara yang berpenghasilan menengah dan rendah, dan tentu ini termasuk Indonesia.

  Pada dasarnya semuanya dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kejadian- kejadian yang sebenarnya tidak diinginkan jika semua pengendara mau dan berusaha untuk memperhatikan dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas serta berusaha untuk berhati-hati, sopan dan saling menghormati ketika berkendaraan di jalan raya demi keselamatan diri sendiri dan orang lain sebagai pengguna jalan. Dirjen Perhubungan Darat yang diwakili oleh Kasubdit Manajemen Keselamatan, Gede Pasek Suardika beberapa aspek, yaitu sumber daya manusia dan manajemen. Dari sisi sumber daya manusia, kecelakaan disebabkan rendahnya disiplin berlalu lintas, rendahnya kesadaraan akan keselamatan, dan belum memadainya kompetensi petugas bidang keselamatan. Sedangkan dari sisi manajemen di antaranya disebabkan penegakan hukum yang belum menimbulkan efek jera dan sistem informasi yang belum memadai (Pikiran Rakyat, 24 November 2006). Selain itu, muara dari seluruh persoalan kecelakaan lalu lintas di negeri ini ialah hukum yang masih amburadul. Hukum belum mampu menciptakan ketertiban sosial. Disiplin dan kepatuhan terhadap hukum belum menjadi bagian dari peradaban masyarakat. (Media Indonesia editorial. 13 Februari 2007).

  Selain itu menurut dosen psikologi klinis Universitas Padjadjaran Aris Buditomo, mengemudikan kendaraan merupakan kegiatan yang bisa sangat melelahkan, apalagi saat suasana jalan yang macet, dapat menimbulkan kejenuhan, kekesalan, dan bisa mengganggu emosi sehingga kondisi jiwa yang tadinya tenang, menjadi kurang tenang. Ia juga menambahkan bahwa tidak aneh apabila pengemudi kendaraan ngebut, serobot sana serobot sini atau melakukan pelanggaran. Kondisi kemacetan lalu lintas, gangguan di perjalanan, jarak tempuh yang jauh, dan kekurangnyamanan alat atau perlengkapan kendaraan, memang berpotensi mengganggu kestabilan emosi setiap pengemudi kendaraan. (Pikiran Rakyat 17 Desember 2002).

  Pengguna jalan perlu memiliki kesadaran terhadap pentingnya berkendaraan dengan sopan, saling menghormati, taat terhadap hukum yang berlaku dan memiliki pembelajaran guna mengurangi resiko terjadinya kecelakaan di jalan raya. Di jalan raya diperlukan kesadaran dari para pengguna kendaraan atau jalan raya demi terciptanya ketertiban dan keteraturan. Taraf kepatuhan hukum atau disiplin pengemudi bergantung pada taraf pengetahuan hukum, dan sikapnya terhadap hukum dan pola perikelakuannya (Soekanto, 1981:65).

  Selain itu menurut Suryohadiprojo (1989) niat untuk mentaati peraturan merupakan suatu kesadaran bahwa tanpa disadari unsur ketaatan, tujuan tidak akan tercapai. Hal itu berarti bahwa sikap dan perilaku didorong adanya kontrol diri yang kuat. Artinya sikap dan perilaku untuk mentaati peraturan yang berlaku muncul dari dalam dirinya. Niat juga dapat diartikan sebagai keinginan untuk berbuat sesuatu atau kemauan untuk menyesuaikan diri dengan aturan-aturan. sikap dan perilaku dalam disiplin berlalu lintas ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan dan kehendak untuk mentaati peraturan. Artinya, orang yang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi tidak semata-mata patuh dan taat terhadap peraturan secara kaku dan mati, tetapi juga mempunyai kehendak(niat) untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

  Berdasarkan uraian diatas maka perlu untuk diketahui secara lebih mendalam mengenai hubungan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya. Oleh karena itu penulis ingin meneliti mengenai hubungan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya. Wilayah penelitian pada penelitian ini adalah wilayah hukum Polres Kabupaten Sleman propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  B. Rumusan Masalah

  Pertanyaan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan positif antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di wilayah hukum Polres Kabupaten Sleman tahun 2001- 2006.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di wilayah hukum Polres Kabupaten Sleman.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan semakin menambah dan melengkapi teori-teori yang sudah ada mengenai hubungan antara pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di wilayah hukum Polres Kabupaten Sleman.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Pihak Kepolisian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pengetahuan dalam hal hubungan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan yang terjadi di wilayah kabupaten Sleman, sehingga muncul suatu usaha dari pihak Kepolisian untuk menekan laju tingkat pelanggaran lalu lintas dan tingkat kecelakaan yang b. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan pengetahuan khususnya dalam hal yang berkaitan dengan interaksi antara emosi, motivasi, persepsi dan peran sensori-motorik dalam diri manusia yang mengemudikan kendaraan. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi tentang hubungan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di wilayah kabupaten Sleman tahun 2001-2006.

  c. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini membantu peneliti semakin mengembangkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah sehingga mampu untuk mengetahui metode yang sesuai dengan kebutuhan pengguna jalan atau kendaraan dan petugas lalu lintas dalam menciptakan suasana yang aman dan tenang serta teratur dan juga mengerti akan pentingnya keselamatan di jalan raya.

  d. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi atau bahan pembanding apabila peneliti lain ingin mengembangkan penelitian yang serupa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini disajikan tiga pokok bahasan yaitu pertama mengenai perilaku

  melanggar peraturan lalu-lintas, kedua mengenai kecelakaan lalu-lintas, dan yang ketiga hubungan antara perilaku melanggar peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya.

A. Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas

1. Pengertian Perilaku Menyimpang/Melanggar

  James (1958) menjelaskan bahwa perilaku menyimpang adalah keadaan individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik, jabatan atau sosial, biasanya dengan akibat negatif pada tingkah laku dan kehidupan emosionalnya. Cohen, (Saparinah, 1986) juga mengemukakan berbagai definisi yang menyangkut perilaku menyimpang. Definisi-definisi tersebut adalah: tingkah laku yang menyimpang dari aturan-aturan normatif atau dari pengharapan- pengharapan masyarakat; tingkah laku yang secara statistis abnormal; tingkah laku yang patologis; tingkah laku yang secara sosial dinilai tidak baik, serta tingkah laku yang berhubungan dengan peranan menyimpang. Dengan kata lain perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar, atau bertentangan, atau menyimpang dari aturan-aturan normatif, dari pengertian-pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan.

  Perilaku menyimpang adalah sikap yang bertentangan dengan aturan yang berlaku atau harapan masyarakat, yang mengakibatkan terjadinya penolakan penyimpangan ini dibagi dua, yakni penyimpangan primer dimana yang menjadi masalah adalah sikap pribadi yang mengundang reaksi negatif dari pihak lain, dan penyimpangan sekunder dimana persoalannya adalah hakikat dan konsekuensi tanggapan masyarakat terhadap tingkah laku menyimpang itu. Suatu sikap tidak mungkin dikatakan menyimpang, sebelum ada suatu reaksi terhadap tingkah laku itu. Penyimpangan bukan merupakan suatu kualitas yang ada dalam sikap itu sendiri, namum ada pada interaksi antara orang yang melakukannya dengan tanggapan terhadap sikap itu (Soekanto, 1988).

  Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya, sehingga timbul tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, serta norma-norma yang ada didalam suatu lingkup sosial budaya dimana individu tersebut berada.

2. Faktor-faktor Perilaku Menyimpang/Melanggar Faktor-faktor penyimpangan sosial Menurut James (Soekamto, 1984).

  adalah sebagai: a. Longgar/tidaknya nilai dan norma.

  Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran longgar tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat. Norma dan nilai sosial masyarakat yang satu berbeda dengan norma dan nilai sosial masyarakat yang lain. Misalnya: mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi dijalan raya dianggap hal yang biasa dan wajar.

  b. Sosialisasi yang tidak sempurna.

  Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Contoh: di masyarakat Polisi idealnya bertindak sebagai panutan atau pedoman, menjadi teladan namun kadangkala terjadi oknum Polisi justru memberi contoh yang salah, seperti melakukan pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas. Karena masyarakat mentolerir tindakan tersebut maka terjadilah tindak perilaku menyimpang.

  Lombroso (Soekamto, 1984), mengemukakan perilaku menyimpang salah satunya disebabkan oleh faktor psikologis yaitu menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan kepribadian retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk melakukan penyimpangan dan dapat juga karena pengalaman traumatis yang dialami seseorang.

  Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.

  Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma- norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat.

3. Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas

  Perilaku melanggar peraturan lalu lintas adalah perilaku yang menunjukkan ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan peraturan lalu lintas di jalan raya (termasuk di sini rambu-rambu lalu-lintas dan petunjuk, serta larangan bagi pengguna jalan).

a. Pengertian Peraturan Lalu-lintas.

  Peraturan lalu-lintas adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kegiatan di jalan raya sehari-hari dan akan dilaksanakan sanksi-sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Di negara Indonesia peraturan-peraturan yang mengatur tentang seluk beluk lalu-lintas dituangkan dalam bentuk Undang- Undang no. 14 tahun 1993 Peraturan lalu-lintas diperlukan guna terwujudnya situasi yang tertib, aman, dan lancar di jalan raya. Peraturan lalu-lintas dimaksudkan untuk menegakkan tata tertib dan disiplin di jalan raya. Dengan memberlakukan disiplin, para pengguna jalan dapat beradaptasi dengan peraturan yang diberlakukan di jalan raya, sehingga muncul keseimbangan

b. Peraturan Lalu-Lintas Bagi Pengguna Jalan

  Peraturan yang mengatur hal yang berkaitan dengan kelancaran lalu- lintas di jalan raya didasari oleh adanya undang-undang no. 14 tahun 1993 mengenai tata tertib berlalu-lintas yang harus diketahui, ditaati dan diikuti oleh para pengguna jalan.

  Khusus bagi pengguna jalan yang mengemudikan kendaraan bermotor, penulis akan menguraikan beberapa hal yang perlu dan penting untuk diketahui dan diperhatikan selama berada di jalan raya. Peraturan-peraturan tersebut antara lain sebagai berikut (Asosiasi keselamatan jalan, 1993) : 1). Petunjuk Sebagai Pengemudi

  a). Sebelum berangkat: perhatikan kesehatan anda, apakah anda cukup sehat untuk mengemudi; periksalah, apakah surat-surat keterangan anda seperti KTP, SIM, dan STNK ada pada saku anda; periksalah peralatan kendaraan anda seperti lampu isyarat, lampu besar, lampu rem, kipas kaca, dan lain-lain; perhitungkanlah jalan mana yang terdekat atau yang menurut perkiraan anda tidak macet untuk mencapai ke tempat yang anda tuju.

  b). Dalam perjalanan: (1) Sebelum keluar halaman berhentilah di pintu halaman, apabila aman barulah anda ke luar ke jalan.

  (2) Taatilah semua rambu-rambu lalu-lintas. (3) Kurangi kecepatan anda apabila: menghadapi tikungan; menghadapi persimpangan/lampu pengatur lalu-lintas; menghadapi tempat-tempat penyeberangan; megnhadapi lintasan jalan kereta api; menghadapi tempat-tempat ramai; akan didahului oleh kendaraan lain; berpapasan dengan kendaraan lain;berpapasan/didahului iring-iringan jenasah/ rombongan/pasukan yang bila perlu minggir dan berhenti.

  (4) Bila akan berhenti/berjalan, merubah arah/berbelok, berilah tanda yang jelas dan jangan mendadak (5) Selalu waspada terhadap kemungkinan gangguan yang datang mendadak, seperti orang yang tiba-tiba menyebrang jalan.

  (6) Jalankan kendaraan sesuai dengan yang telah ditetapkan. (7) Apabila hendak membelok ke kanan, dahulukan kendaraan yang datang dari depan (8) Selalu menjaga jarak dengan kendaraan yang berada didepan sehingga apabila kendaraan yang didepan berhenti mendadak masih ada kesempatan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. 2) Larangan-larangan bagi pengemudi.

  Di bawah ini merupakan larangan-larangan bagi pengemudi pada saat mengemudikan kendaraannya di jalan raya (Asosiasi keselamatan jalan, 1993) : a) Apabila kesehatan terganggu, lelah jasmani/rohani.

  b) Dalam keadaan mabuk atau sehabis minum-minuman keras. d) Memotong kendaraan lain secara mendadak.

  e) Mengendarai kendaraan dengan cara zig-zag.

  f) Mendahului kendaraan lain pada tikungan, jembatan, tanjakan, turunan, zebra-cross/penyebrangan, lintasan jalan kereta api, di persimpangan dan apabila pandangan mata kedepan tidak bebas.

  g) Mengemudi sambil mengobrol, merokok, makan dan minum. 3) Rambu-rambu lalu-lintas.

  Yang dimaksud dengan rambu-rambu lalu-lintas adalah alat-alat pengatur dan pengendali lalu-lintas yang dipasang dan ditempatkan oleh badan atau instansi yang berwenang untuk pengaturan, memberikan peringatan dan petunjuk bagi para pengguna jalan.

  a.) Perambuan lalu-lintas (1.) Perambuan lalu-lintas yang berlaku sekarang ini, penerapannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.

  170/L/Phb./1975 tanggal 6 Mei 1975 tentang Perambuan. (2.) Ada tiga jenis rambu-rambu lalu-lintas yaitu: yang menunjukkan peringatan suatu bahaya yang terdiri dari 26 jenis rambu dengan jumlah 56 buah, berbentuk bujur sangkar diagonal tegak, dan berwarna dasar kuning; yang menunjukkan larangan dan amar (perintah) yang terdiri dari 61 buah rambu, berbentuk lingkaran, dan berwarna dasar putih atau merah; yang memberikan petunjuk yang terdiri dari 40 buah jenis rambu, berbentuk persegi panjang, terdapat pula bentuk-bentuk petunjuk yang dapat digunakan oleh pengguna jalan, seperti: (a) Tanda-tanda di permukaan jalan

  Marka jalan adalah salah satu perangkat pengendali lalu-lintas yang tidak kalah pentingnya dengan lampu lalu- lintas dan rambu-rambu. Perangkat ini berupa garis kuning atau putih atau garis putus-putus, huruf, tanda panah, angka yang digambarkan pada permukaan jalan. (b) Tanda-tanda isyarat.

  Sistem pengendalian lalu-lintas dengan isyarat cahaya lampu-lampu sampai kini dianggap cukup efektif dan efisien terbukti dari pemakaiannya yang hampir merata di seluruh dunia, terutama lalu-lintas perkotaan. Isyarat cahaya/lampu lalu-lintas berguna bagi pengguna jalan antara lain : pejalan kaki, pengemudi kendaraan bermotor dan pengemudi kendaraan tidak bermotor. Ada dua macam isyarat cahaya yaitu: cahaya tidak kedip (terus menerus menyala), dan cahaya berkedip (nyala terputus-putus). Sedangkan warna cahaya meliputi warna merah, kuning, hijau.

4. Bentuk-bentuk Pelanggaran Peraturan Lalu-Lintas

  Dalam Asosiasi keselamatan jalan (1993), bentuk-bentuk perlanggaran peraturan lalu-lintas adalah sebagai berikut : b. Berhenti di jalur lalu-lintas, sedangkan masih ada tempat lain di luar jalur lalu-lintas.

  c. Berhenti di belokan, persimpangan, perempatan, atau jembatan tanpa alasan.

  d. Melanggar tanda pengatur lalu-lintas.

  e. Melanggar garis tanda berhenti.

  f. Berhenti tidak cukup ke kiri untuk dilewati kendaraan lain.

  g. Meninggalkan kendaraan yang masih dalam keadaan hidup.

  h. Melanggar tanda larangan masuk yang telah ditetapkan waktu dan jenis kendaraan. i. Melanggar tanda larangan parkir, berhenti. j. Melanggar tanda larangan memutar arah. k. Melanggar tanda larangan melewati atau memotong kendaraan lain. l. Melanggar tanda larangan masuk. m. Melanggar penggunaan jalur yang tidak diperuntukkan baginya. n. Melanggar tanda larangan membelok. o. Melanggar ijin muat yang ditetapkan. p. Mengemudikan kendaraan terlalu cepat, berliku-liku, zig-zag atau dengan cara yang dapat membahayakan keamanan lalu-lintas atau merusak jalan. q. Berjalan di sebelah kanan jalur lalu-lintas tanpa alasan yang sah. r. Tidak cukup ke kiri ketika dilewati atau berpas-pasan atau tidak cukup ke kanan sewaktu mendahului kendaraan lain. s. Tidak mendahulukan kendaraan yang mendapat prioritas seperti kereta api, terjadi kecelakaan, iring-iringan penguburan, barisan militer, rombongan polisi, pawai anak sekolah yang berbaris teratur atau bersepeda berkelompok disertai pengiringnya. t. Menimbulkan bahaya, gangguan, rintangan, karena gaduh, asap atau bahan lain. u. Mengemudi sedemikian rupa hingga tidak menguasai kendaraannya. v. Naik sepeda motor tanpa gandengan lebih dari dua orang. w. Melanggar syarat-syarat penomoran, penerangan, perlengkapan, dan muatan.

  Adapun jenis kelngkapan yang harus dipunyai setiap kendaraan bermotor, yaitu : kendaraan bermotor harus mempunyai rem, knalpot, ban hidup, kaca spion, lampu sen. Lampu penerangan pada malam hari.

5. Hal-hal yang Mempengaruhi Pengguna Jalan Melakukan Pelanggaran Peraturan Lalu-Lintas

  Pelanggaran peraturan lalu-lintas tidak sedikit mengakibatkan kerugian, baik berupa materi bahkan nyawa orang. Namun hal ini tidak membuat orang semakin berhati-hati dan belajar dari kejadian yang sebelumnya, melainkan semakin tidak perduli terhadap keadaan di jalan raya.

  Secara psikologis, karakteristik tingkah laku pemakai jalan dipengaruhi (Direktorat lantas Polri, 2006) :

  a. Karakteristik mental : 1) Motivasi adalah suatu faktor yang terdapat di dalam diri pengguna jalan

  (misalnya suatu kebutuhan biologis yakni rasa lapar/ingin makan atau haus/ tingkah laku si pengguna jalan dalam mengemudikan kendaraannya di jalan raya.

  2) Intelegensia/kecerdasan adalah suatu tingkat kemampuan yang dimiliki oleh pengguna jalan raya dalam mengolah dan mengintegrasikan informasi yang diperolehnya dari lingkungan dengan aspek-aspek lain yang juga ikut mempengaruhi situasi di jalan raya. Kemampuan tersebut diantaranya adalah bagaimana pengguna jalan memahami, merasakan, dan bertanggung jawab secara sosial, serta terampil dalam memelihara keadaan di jalan raya yang mendukung atau menghambat kelancaran lalu-lintas di jalan raya. Pengguna jalan yang tingkat kecerdasan berlalu-lintasnya berkisar antara cukup sampai dengan tinggi cenderung lebih “pandai” dalam berperilaku di jalan raya (lebih sopan-santun dalam mengemudikan kendaraannya ataupun lebih mematuhi peraturan lalu-lintas di jalan raya dan tidak ugal-ugalan dalam mengemudikan kendaraannya). 3) Belajar adalah suatu proses aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan sekitar (situasi dan keadaan jalan raya) yang terjadi dalam diri para pengguna jalan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikapnya terhadap aktivitas atau kegiatan yang berlangsung di jalan raya. Proses belajar para pengguna jalan dalam aktivitasnya di jalan raya dapat mempengaruhi bagaimana perilaku pengguna jalan pada saat mengemudikan kendaraan di jalan raya. Misalnya seorang pengemudi dan macet pada jam-jam tertentu akan lebih memahami keadaan tersebut dan akan lebih hati-hati dalam mengemudikan kendaraannya apabila melewati jalan tersebut. 4) Emosi adalah keadaan mental atau psikis pengguna jalan dalam bereaksi terhadap lingkungan jalan raya yang mengandung aktivitas dan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Tingkat perasaan pengguna jalan yang kuat (emosi) terutama pada saat pengguna jalan sedang mengemudikan kendaraannya di jalan raya dapat mempengaruhi perilakunya di jalan raya. Misalnya pengguna jalan yang sedang dalam keadaan emosi yang sangat kuat (gembira/marah/sedih) akan cenderung lebih mudah bereaksi (kebut- kebutan ataupun mengendarai kendaraan lebih pelan) terhadap situasi dan keadaan di jalan raya yang ramai, padat, macet,lenggang.

  b. Karakteristik fisik : 1) Penglihatan.

  Hal-hal seperti ketajaman penglihatan, kemampuan menanggapi obyek, bidang penglihatan pemakai jalan, pengenalan terhadap warna ikut mempengaruhi bagaimana perilaku pengemudi di jalan raya. Selain itu juga kemampuan antisipasi yang merupakan suatu kemampuan perkiraan seseorang terhadap benda / objek yang bergerak dengan kecepatan tertentu yang datang dari arah berlawanan maupun dari arah silang kanan atau kiri seberapa lama sampai dihadapannya juga dapat mempengaruhi perilaku

  2) Pendengaran.

Dokumen yang terkait

Hubungan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di Daerah Istimewa Yogyakarta [Polres Sleman] tahun 2001-2006.

1 6 88

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

9 48 194

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 7 204

Hubungan antara kunjungan wisatawan dengan tingkat kriminalitas di Daerah wisata Senggigi Lombak.

0 0 2

Hubungan antara pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 168

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 202

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 197

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu--ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 216

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 192

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 200