Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu--ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

  

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN

DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI

PENYAKIT INFEKSI JAMUR KULIT OLEH IBU-IBU

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Fandy Kurniawan

NIM : 048114105

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN

DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI

PENYAKIT INFEKSI JAMUR KULIT OLEH IBU-IBU

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Fandy Kurniawan

NIM : 048114105

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  Persembahan Jika anda menjumpai jalan hidup yang tidak mempunyai hambatan, mungkin saja anda tidak menuju kemanapun. Frank A. Clark) Kegagalan akan terus menguji anda dan kesuksesan tidak akan pernah

habis. Kesuksesan adalah perjalanan, bukan destinasi akhir.

(Robert Schuller) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu

bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

(Roma 8 : 28)

  Karya kecil ini saya persembahkan dengan penuh cinta untuk : ♥ My Holy Father, Jesus Christ ♥ Mama dan Papa tercinta ♥ My sister, Stephanie ♥ My Love, Gracia

  

PRAKATA

  Puji dan Syukur saya haturkan kepada Allah Bapa Yang Maha kuasa, atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya, hingga penulis diberikan waktu, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Dengan Perilaku Swamedikasi Penyakit Infeksi Jamur Kulit Oleh Ibu-Ibu Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya tidak lepas dari bimbingan serta bantuan yang diberikan oleh semua pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. “Jesus Christ”, yang selalu setia menemani dan memberikanku kekuatan baru setiap harinya sehingga penulis tidak mengenal lelah dan mempunyai daya juang tinggi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. PHK (Program Hibah Kompetisi) A3 yang telah memberikan dukungan dana dalam penelitian ini.

  3. Ibu Rita Suhardi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., dan Bapak dr. Harimat Hendarwan, M.Kes sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi saran dari awal hingga akhir sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt., dan Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberi bimbingan dan saran.

  6. Mama dan Papa tercinta, dan adiku tersayang yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga baik materiil maupun non materiil.

  7. Gracia yang telah memberikan motivasi dan sayangnya dari awal hingga akhir sehingga skripsi ini dapat selesai.

  8. Bpk Suroso, selaku Lurah Banyuroto yang telah memberikan izin bagi kami untuk melakukan pengambilan data di kelurahan Banyuroto.

  9. Masyarakat Banyuroto khususnya padukuhan Dlingo dan Ngangin-Ngangin.

  10. Bpk Iman, selaku Lurah Donomulyo yang telah memberikan izin bagi kami untuk melakukan pengambilan data di kelurahan Donomulyo.

  11. Masyarakat Donomulyo khususnya padukuhan Dukuh dan Penjalin.

  12. Bpk Landung Joko Purnomo, SIP, selaku Lurah Wates yang telah memberikan izin bagi kami untuk melakukan pengambilan data di kelurahan Wates.

  13. Masyarakat Wates khususnya padukuhan Beji dan Durungan.

  14. Bpk Prawoto Adi, MBA selaku Lurah Sogan yang telah memberikan izin bagi kami untuk melakukan pengambilan data di kelurahan Sogan.

  15. Masyarakat Sogan khususnya padukuhan Sogan I dan Sogan II.

  16. Bpk Purbatin Sukarsan selaku Lurah Baciro yang telah memberikan izin bagi kami untuk melakukan pengambilan data di kelurahan Baciro.

  17. Masyarakat Baciro khususnya RW 02 dan RW 08.

  18. Ibu Rochman Astuti Ningsih selaku Lurah Demangan yang telah memberikan izin bagi kami untuk melakukan pengambilan data di kelurahan Demangan.

  20. Bpk L. Daning Krisnawati, S.IP selaku Lurah Wirobrajan yang telah memberikan izin bagi kami untuk melakukan pengambilan data di kelurahan Wirobrajan.

  21. Masyarakat Wirobrajan khususnya RW 02 dan RW 08.

  22. Bpk Herjani S.W., selaku Lurah Pakuncen yang telah memberikan izin bagi kami untuk melakukan pengambilan data di kelurahan Pakuncen.

  23. Masyarakat Pakuncen khususnya RW 02 dan RW 08.

  24. Semua teman seperjuanganku, teman-teman 1 kelompok : Rissa, Limdra, Ana, Pipin, Tika, Arie, Heni atas semua bantuan dan kerjasamanya.

  25. Buat teman-teman terdekatku : Andrew, Cin Frengky, Brian, Tintus dan Agus yang telah memberi support dan semangat serta bantuan selama menjalani perkuliahan.

  26. Semua teman-teman 2004 FKK dan 2004 C serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan orang lain yang membutuhkannya.

  Yogyakarta, 2 Januari 2008 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 2 Januari 2008 Penulis,

  Fandy Kurniawan

  

INTISARI

  Swamedikasi atau pengobatan sendiri dipilih oleh masyarakat daripada berobat ke dokter atau puskemas karena memiliki keuntungan yaitu menghemat biaya dan mudah dilakukan. Dermatitis merupakan salah satu penyakit ringan yang dapat diobati dengan pengobatan sendiri. Salah satu penyakit dermatitis adalah infeksi jamur kulit, dimana infeksi jamur kulit adalah penyakit kulit yang dapat menyerang kuku, rambut dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur dengan cara membentuk filamen multiseluler, hifa, yang berkembang biak dengan membentuk spora/ragi unisel yang berkembang biak dengan membentuk tunas. Hasil penelitian tentang swamedikasi pada vaginitis di Kota Yogyakarta tahun 2006 (Widayati, 2006) menunjukkan bahwa terdapat 71% ketidaksesuaian dalam aspek pengenalan penyakit dan 33% ketidaksesuaian dalam pemilihan obatnya. Dengan demikian, diperlukan penelitian untuk meningkatkan kesesuaian perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menggambarkan permasalahan yang terjadi dan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental deskriptif dan non eksperimental analitik. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional (studi potong lintang). Lokasi penelitian berada di 16 dusun, 8 desa, 4 kecamatan dan 2 kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang didapatkan dengan metode acak sederhana. Instrumen penelitian adalah kuesioner dan pedoman wawancara. Data kualitatif yang didapatkan diolah dengan menggambarkan permasalahan yang timbul sedangkan data kuantitatif yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan Chi-Square.

  Kata kunci : swamedikasi, dermatitis, infeksi jamur kulit, pengetahuan, sikap, perilaku, pendidikan, dan pendapatan.

  

ABSTRACT

  People like having self-medication better than going to a doctor or a clinic, because it has some advantages such as more economical and easy to do. Dermatitis is one of minor diseses which can be cured by self-medication. One of this illness is fungal-skin infections in which it attacks nails, hair, and mucosa. It is caused by fungus infection which composes into multi-cellular filament and hifa. They expand themselves by forming cells of spore or yeast that compose by making buds. A research of self medication on vaginitis in Jogjakarta in 2006 (Widayati, 2006) showed that there were 71% unappropriateness on identified-disease aspects and 33% unappropriateness on medicine election. Therefore, a research is needed to increase the appropriateness of doing self-medication on fungal skin infections illness.

  The research is aimed to find out mothers characteristics on having self- medication of fungal skin infections illness in Jogjakarta province. The second aim is to describe the problems that are happening. The last one is to find out the relationship between educational effect and income effect on having self-medication of fungal skin infections illness done by mothers in Jogjakarta province.

  The research is called non-experimental descriptive research and non- experimental analytic research. The research uses a design on cross sectional research. The settings of the research were 16 remote villages, 8 villages, 4 subdsictricts and 2 regencies in Jogjakarta province. They were obtained using simple random methodology. The instruments of the research are questionnaire and interview. The obtained qualitative data was processed by describing problems which appeared, whereas the obtained quantitative data was analyzeding Chi-Square. Key words : self-medication, dermatitis, fungal skin infections, knowledge, attitude, action, education and income

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................... v HAK CIPTA…………………………………………………………………………. vi PRAKATA .................................................................................................................. vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................................... x

  INTISARI. ................................................................................................................... xi

  

ABSTRACT .................................................................................................................. xii

  DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xx

  BAB I. PENGANTAR .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

  1. Perumusan masalah. ................................................................................. 6

  2. Keaslian penelitian .................................................................................... 6

  3. Manfaat penelitian. ................................................................................... 7

  B. Tujuan Penelitian. ......................................................................................... 8

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................................... 10 A. Anatomi dan Fungsi Kulit .......................................................................... 10

  B. Definisi dan Patogenesis Infeksi ................................................................ 13

  C. Infeksi Jamur Kulit ..................................................................................... 15

  D. Penatalaksanaan Infeksi Jamur Kulit ......................................................... 27 E. Persepsi Sehat-Sakit ...................................................................................

  39 F. Swamedikasi ...............................................................................................

  40 G. Perilaku Kesehatan .................................................................................... 54

  H. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ............................................................. 58

  I. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan .................. 63 J. Landasan Teori ............................................................................................

  65 K. Hipotesis……. ............................................................................................

  66 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 69

  A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 69

  B. Definisi Operasional ................................................................................... 69 C. Variabel Penelitian .....................................................................................

  71 D. Subyek Penelitian ....................................................................................... 72

  E. Populasi dan Sampel ................................................................................... 72

  F. Waktu Penelitian ......................................................................................... 73

  G. Tempat Penelitian ....................................................................................... 73

  H. Besar Sampel dan Teknik Sampling .......................................................... 73

  I. Instrumen Penelitian .................................................................................... 81 J. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 84

  K. Pengambilan Data ...................................................................................... 92 L. Tata Cara Pengolahan Data ........................................................................ 92 M. Kesulitan Penelitian ................................................................................... 94

  IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………. 95

  A. Karakteristik Demografi Responden…………..……………………….. 95

  B. Pola Perilaku dan Identifikasi Permasalahan ………………………… . 101

  C. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Swamedikasi...………. 126

  D. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi…….…... 131

  V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………….. 136

  A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 136

  B. Saran…………………………………………………………………….. 138 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… . 139 LAMPIRAN …………………………………………………………………….... 144

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi .... 44 Tabel II. Jumlah dan distribusi sampel di Kota Yogyakarta ........................ 76 Tabel III. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Gondokusuman ........ 76 Tabel IV. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Demangan ................. 76 Tabel V. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Baciro ........................ 77 Tabel VI. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wirobrajan ............... 77 Tabel VII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wirobrajan ................ 77 Tabel VIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Pakuncen ................. 77 Tabel IX. Jumlah dan distribusi sampel di Kabupaten Kulonprogo ............. 77 Tabel X. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Nanggulan ............... 78 Tabel XI. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Banyuroto ................ 78 Tabel XII. Jumlah dan distribusi sampel di kelurahan Donomulyo ............... 78 Tabel XIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wates …..………… 78 Tabel XIV. Jumlah dan distribusi sampel di kelurahan Sogan ........................ 78 Tabel XV. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wates ……….……... 79 Tabel XVI. Bagian Pedoman Wawancara ....................................................... 82 Tabel XVII. Bagian Kuesioner ......................................................................... 84 Tabel XVIII. Permasalahan Pada Alasan Responden (n = 97) di Propinsi Daerah

  Istimewa Yogyakarta Melakukan Swamedikasi ........................... 105

  Tabel

  XIX. Permasalahan Pada Pemahaman Penyakit Ringan Yang Menurut Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dapat Ditangani Dengan Swamedikasi ................................................... 106

  Tabel XX. Permasalahan Mengenai Keuntungan Pengobatan Sendiri Menurut Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ..... 107

  Tabel XXI. Permasalahan Mengenai Kerugian Pengobatan Sendiri Menurut Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ..... 108

  Tabel XXII. Permasalahan Mengenai Tindakan Yang Dilakukan Responde (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jika Swamedikasi Tidak Berhasil .......................................................................................... 108

  Tabel XXIII. Permasalahan Mengenai Pemahaman Infeksi Jamur Kulit Menurut Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .... 109

  Tabel XXIV. Permasalahan Pada Penyebab Infeksi Jamur Kulit Menurut Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ....................... 110

  Tabel

  XXV. Permasalahan Pada Pengenalan Infeksi Jamur Kulit Menurut Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .... 110

  Tabel XXVI.Permasalahan Pada Pembedaan Infeksi Jamur Kulit Dengan Penyakit Kulit Lain Menurut Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .................................................................................. 114

  Tabel

  XXVII. Permasalahan Pada Sumber Informasi Infeksi Jamur Kulit Bagi Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ..... 115

  Tabel XXVIII.Permasalahan Pada Pemilihan Obat Infeksi Jamur Kulit Oleh Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .......................................................................................................... 116

  Tabel XXIX. Permasalahan Pada Alasan Pemilihan Obat Infeksi Jamur Kulit Oleh Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ...... 117

  Tabel XXX. Permasalahan Mengenai Alasan Responden (n = 97) Tidak Bertanya Mengenai Informasi Obat Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ..................................................................... 120

  Tabel XXXI. Permasalahan Pemilihan Tempat Pembelian Obat Infeksi Jamur Kulit Oleh Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta....

  ......................................................................................................... 121 Tabel XXXII.Permasalahan Informasi Yang Perlu Diketahui Oleh Responden

  (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sebelum Menggunakan Obat Infeksi Jamur Kulit ...................................... 124

  Tabel XXXIII.Tabel Normalitas Hasil Uji Kuisioner Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ..................................................................................... 126

  Tabel XXXIV.Tabel Crosstabs Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .................. 127

  Tabel XXXV.Tabel Chi-Square Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .................. 128

  Tabel XXXVI.Tabel Crosstabs Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Sikap Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................ 129

  Tabel XXXVII.Tabel Chi-Square Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Sikap Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................ 129

  Tabel XXXVIII.Tabel Crosstabs Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................ 130

  Tabel XXXIX.Tabel Chi-Square Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................ 130

  Tabel XL. Tabel Crosstabs Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Pengetahuan Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .................. 131

  Tabel XLI. Tabel Chi-Square Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Pengetahuan Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .................. 132

  Tabel XLII. Tabel Crosstabs Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Sikap Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................ 133

  Tabel XLIII. Tabel Chi-Square Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Sikap Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................ 133

  Tabel XLIV. Tabel Crosstabs Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Tindakan Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................ 134

  Tabel XLV. Tabel Chi-Square Hasil Uji Kuisioner Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Tindakan Pada Responden Pelaku Swamedikasi Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................ 134

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Penampang/anatomi Kulit dan Apendiks ....................................... 13 Gambar 2. Pembagian penyakit infeksi jamur kulit ....................................... 16 Gambar 3. Pengobatan sendiri infeksi jamur kulit …………………………. 37 Gambar 4. Pengobatan sendiri infeksi jamur kulit …………………………. 38 Gambar 5. Bagan intervensi peningkatan kerasionalan obat ………………… 52 Gambar 6. Ringkasan Proses Identifikasi Permasalahan Penggunaan Obat …. 53 Gambar 7. Skema teori aksi menurut Weber ................................................... 55 Gambar 8. Derajat kesehatan menurut Green ………………………………... 56 Gambar 9. Skema model kepercayaan kesehatan menurut Rosenstock ………. 58 Gambar 10. Skema Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Swamedikasi

  ........................................................................................................... 65 Gambar 11. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi ...... 65 Gambar 12. Profil sampel klaster yang diperoleh dengan teknik klaster multi tahap ……………………………...............................................................

  80 Gambar 13. Bagan Tata Cara Penelitian……………………………………….. 91 Gambar 14. Usia Responden (n = 97) Pelaku Swamedikasi Penyakit Infeksi Jamur

  Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .............................. 96 Gambar 15. Status Pernikahan Responden (n = 97) Pelaku Swamedikasi Penyakit

  Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ........ 96 Gambar 16. Tingkat Pendidikan Responden (n = 97) Pelaku Swamedikasi Penyakit

  Gambar 17. Kategorisasi Pendidikan Responden (n = 97) Pelaku Swamedikasi Penyakit Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .........................................................................................................

  98 Gambar 18. Pekerjaan Responden (n = 97) Pelaku Swamedikasi Penyakit Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ................... 98

  Gambar 19. Tingkat Pendapatan Responden (n = 97) Pelaku Swamedikasi Penyakit Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ........ 99

  Gambar 20. Kategorisasi Pendapatan Responden (n = 97) Pelaku Swamedikasi Penyakit Infeksi Jamur Kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

  ......................................................................................................... 100 Gambar 21. Frekuensi Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

  Melakukan Pengobatan Sendiri Dalam 1 Bulan Terakhir ............... 101 Gambar 22. Pengobatan Sendiri Oleh Responden (n = 97) di Propinsi Daerah

  Istimewa Yogyakarta Dilakukan Untuk Siapa ................................ 102 Gambar 23. Pemahaman Mengenai Infeksi Jamur Kulit Menurut Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............... ........................ 102 Gambar 24. Permasalahan Pada Tindakan Responden (n = 97) di Propinsi Daerah

  Istimewa Yogyakarta Saat Mengalami Penyakit Ringan ................. 103 Gambar 25. Permasalahan Mengenai Pemahaman Swamedikasi Menurut Responden

  (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ......................... 104

  Gambar

  26. Permasalahan Pada Pengenalan Penyakit Kadas (Tinea corporis) Menurut Responden (n = 16) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

  ...................................................................................................... 112 Gambar 27. Permasalahan Mengenai Pernah atau Tidaknya Responden (n = 97)

  Bertanya Mengenai Informasi Obat Infeksi Jamur Kulit Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ......................................................... 119

  Gambar 28. Ada Atau Tidaknya Bantuan Dalam Pemilihan Obat Infeksi Jamur Kulit Oleh Penjual Kepada Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ....................................................................................... 121

  Gambar 29. Permasalah Mengenai Perhatian Responden (n = 97) Terhadap Informasi Yang Terdapat Pada Label Atau Kemasan Obat Infeksi Jamur Kulit Oleh Responden di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ..................... 122

  Gambar 30. Permasalah Mengenai Perhatian Responden (n = 97) Terhadap Informasi Yang Terdapat Pada Label Atau Kemasan Obat Infeksi Jamur Kulit Oleh Responden di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ...................... 123

  Gambar 31. Keefektifan Penggunaan Obat Infeksi Jamur Kulit Untuk Swamedikasi Oleh Responden (n = 97) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .....

  ............................................................................................................ 125

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari nenek moyangnya ialah melakukan swamedikasi atau pengobatan sendiri jika menderita sakit (Sartono,1993). Swamedikasi adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat-obat

  tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan Hall, 1990). Swamedikasi di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan obat-obat paten baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas.

  Dari data Survei Sosial Ekonomi (Susenas) tahun 2001 dilaporkan bahwa perilaku kesehatan pada penduduk yang mengeluh sakit 56,3% mencari pengobatan sendiri. Dari yang mengobati sendiri didapatkan 84,2 % menggunakan obat modern, 28,7% menggunakan obat tradisional dan 8,5 % menggunakan cara lainnya.

  Mengobati sendiri lebih banyak dilakukan penduduk di kawasan Jawa Bali (59,2 %) dibanding Sumatera (51,8 %) dan Kawasan Timur Indonesia (49,6 %). Hasil ini tidak terlalu berbeda dengan survei di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun, sebanyak 75% penduduk mengalami gejala atau merasa menderita sakit. Dari jumlah tersebut, diketahui sebanyak 65% “mengobati sendiri menggunakan obat bebas”, 25% “pergi ke dokter”, dan 10% “tidak berbuat apa-apa” (Sartono, 1993). Data-data di atas menunjukkan bahwa persentasi penderita yang

  Tindakan swamedikasi (self medication) mempunyai kecenderungan untuk meningkat dari waktu ke waktu. Beberapa faktor dapat dikatakan berperan dalam peningkatan tersebut, yaitu: pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan obat – obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter atau OTR / Obat Tanpa Resep (OTC / Over The Counter) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan (WHO, 1998).

  Suatu penelitian oleh Consumers Healthcare Products Association di Amerika Serikat menunjukkan populasi wanita dewasa lebih banyak daripada pria dalam melakukan pengobatan sendiri dan persentase tersebut semakin bertambah pada wanita dengan semakin bertambahnya usia. Sebanyak 66% wanita saling memberikan motivasi diantara mereka untuk memahami persoalan kesehatan dan masalah pengobatannya, hal ini ditemukan pada kelompok pria hanya sebesar 58%. Sebanyak 82% wanita dan 71% pria mengakui menggunakan OTR untuk mengobati penyakit ringan yang sering mereka alami (Anonim, 2002b). Dari penelitian ini terlihat wanita lebih sering melakukan pengobatan sendiri, karena itu dalam penelitian ini menggunakan subyek ibu-ibu.

  Beberapa faktor terkait dengan peningkatan perilaku swamedikasi adalah perkembangan teknologi kesehatan, populasi kelompok geriatrik, harga obat yang seputar swamedikasi relatif banyak yang tidak muncul ke permukaan karena sesuai dengan konsep swamedikasi bahwa tindakan pengobatan dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa intervensi dan pengawasan dari tenaga kesehatan.

  Penyakit ringan yang dapat diobati dengan swamedikasi salah satunya adalah dermatitis. Salah satu yang paling sering dialami oleh masyarakat adalah infeksi jamur kulit. Dari data-data penyakit kulit akibat jamur yang pernah dilaporkan oleh pusat- pusat pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa insiden penyakit jamur kulit merupakan insiden nomor tiga dari seluruh kasus penyakit kulit setelah penyakit infeksi oleh bakteri dan penyakit kulit karena alergi (Siregar, 2004). Jamur memang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Ini didukung faktor Indonesia sebagai negara tropis sehingga Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat. Bahkan banyak masyarakat tak menyadari bahwa dirinya terinfeksi oleh jamur. Padahal, jamur bisa mengenai manusia dari kepala hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut usia. Masih banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu atau kurap. Padahal, penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur.

  Perkembangan pengetahuan akan penyakit infeksi jamur kulit ini menyebabkan tersebut, hal ini dikarenakan juga banyak produk farmasi khusus untuk obat jamur kulit yang dijual bebas di pasaran. Umumnya masyarakat pun melakukan self medication atau pengobatan sendiri dengan membeli obat antijamur yang bebas itu. Menurut Bramono (2004) penyakit infeksi jamur kulit dapat dilakukan swamedikasi asal penderitanya mengetahui dengan jelas jenis infeksi jamur yang dideritanya, oleh karena itu dalam penelitian ini akan menggambarkan pola perilaku swamedikasi infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta dan permasalah dalam perilaku swamedikasi tersebut.

  Hasil penelitian tentang swamedikasi pada vaginitis di Kota Yogyakarta tahun 2006 (Widayati, 2006) menunjukkan bahwa terdapat 71% ketidaksesuaian dalam aspek pengenalan penyakit dan 33% ketidaksesuaian dalam pemilihan obatnya. Hal ini juga menjadi dasar penelitian untuk swamedikasi pada penyakit infeksi jamur kulit, dimana terbukti bahwa ada ketidaksesuaian dalam pengenalan penyakit dan obat.

  Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam mengatasi masalah kesehatan (doctor minded), demografi dan epidemiologi, ketersediaan pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial ekonomi (Holt dan Hall, 1990). Perilaku swamedikasi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Consumers Healthcare Products Association di Amerika tahun 2002 menunjukkan peningkatan penjualan obat tanpa resep dari tahun 1970 – 2000 (Anonim, 2002b). Suatu survei yang pernah dilakukan di Amerika Serikat dengan beberapa parameter yaitu: tingkat kepuasan konsumen terhadap keputusan mereka sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, kecenderungan melakukan pengobatan sendiri dengan OTR untuk mengatasi gejala yang dirasakan dan penyakit ringan yang umum diderita, keyakinan bahwa OTR aman digunakan apabila dipakai sesuai petunjuk, keinginan agar beberapa obat yang saat itu harus diperoleh dengan resep dokter, diubah menjadi tanpa resep, kesadaran membaca label sebelum memilih dan menggunakan OTR, terutama mengenai aturan pakai dan cara pakai serta efek samping obat (Pal, 2004). Penggunaan OTR untuk swamedikasi menuntut kepastian bahwa obat tersebut terbukti aman, berkualitas dan memberikan efikasi sesuai yang diharapkan (Holt dan Hall, 1990).

  Berdasarkan hal – hal tersebut di atas sangat perlu untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui seperti apa kesesuaian tindakan swamedikasi yang dilakukan oleh ibu-ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ruang lingkup penelitian meliputi tindakan swamedikasi pada infeksi jamur kulit. Penelitian ini mencakup proses pengidentifikasian masalah, pemrioritasan masalah, dan penganalisisan masalah. Penelitian ini merupakan baseline survei bagi suatu rangkaian pengembangan modul edukasi untuk peningkatan appropriateness perilaku swamedikasi pada 7 penyakit ringan termasuk infeksi jamur kulit serta penggunaan vitamin. Selain itu dalam penelitian ini juga dicari hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi terhadap penyakit infeksi jamur kulit. Penelitian ini dilakukan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Perumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ini : a. seperti apa karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? b. seperti apa pola perilaku dan permasalahan yang terjadi pada swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

  c. apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

  d. apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 2.

   Keaslian penelitian

  Penelitian serupa sebelumnya pernah dilakukan oleh :

  a. Erlianti (2001) dengan judul Pola Pengobatan Penyakit Kulit (Infeksi Bakteri, Infeksi Jamur, Infeksi Virus) Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli 2001-Desember 2001. Hasil dari penelitian ini diperoleh persentase golongan dan jenis obat antijamur yang digunakan, variasi golongan obat selain antijamur, variasi jumlah penggunaan obat antijamur yang jumlah biaya pengobatan dan variasi lama pengobatan berdasarkan penggunaan antijamur.

  b.

  Nuryanti (2002) dengan judul Pola Pengobatan Penyakit Kulit Infeksi Jamur Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Mei-Juni 2001. Hasil dari penelitian ini diperoleh persentase golongan dan jenis obat antijamur yang digunakan, variasi golongan obat selain antijamur, variasi jumlah penggunaan obat antijamur yang diberikan berdasarkan bentuk sediaan, cara penggunaan obat antijamur, total jumlah biaya pengobatan dan variasi lama pengobatan berdasarkan penggunaan antijamur.

  Penelitian yang dilakukan oleh Erlianti (2001) tidak hanya meneliti infeksi jamur kulit saja tetapi juga infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, sedang penelitian yang dilakukan Nuryanti (2002) hanya meneliti infeksi jamur kulit. Penelitian Erlianti dan Nuryanti berbeda dengan penelitian ini dimana penelitian ini tidak dilakukan di rumah sakit dan juga penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pola perilaku dan permasalahan pada perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit serta mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Manfaat penelitian a.

  Manfaat teoritis Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi terhadap penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  b.

  Manfaat praktis Penelitian ini akan dijadikan sebagai dasar/baseline survey untuk mendesain modul edukasi swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit yang dapat digunakan sebagai panduan bagi masyarakat untuk melakukan swamedikasi secara tepat dan benar.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Mengetahui pola perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit serta mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  b. Mengetahui seperti apa pola perilaku dan permasalahan yang timbul dalam swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  c. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Propinsi d. Mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fungsi Kulit 1. Anatomi kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar merupakan pembungkus

  yang elastis dan membatasi dari lingkungan hidup manusia. Kulit juga merupakan alat

  2

  tubuh yang terberat dan terluas ukurannya 1,5 m luas kulit orang dewasa dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit bervariasi mengenai kelembutan, tipis dan tebalnya rata- rata tebal kulit 1-2 mm; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada kelopak mata, bibir dan alat kelamin sedangkan kulit yang tebal terdapat pada kaki dan tangan orang dewasa dengan tebal 6 mm. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala (Harahap, 2000).

  Pembagian kulit secara garis besar tersusun tiga lapisan, antara lain :

  a. lapisan epidermis atau kutikel Terdiri dari 5 lapisan (stratum) yakni stratum korneum merupakan lapisan kulit paling luar, stratum lusidum merupakan lapisan di bawah lapisan stratum korneum,

  

stratum granulosum merupakan lapisan keratohialin, stratum spinosum merupakan lapisan malphigi atau pickle cell layer dan stratum basale merupakan lapisan sel-sel berbentuk kubus (kolumner).

  b. lapisan dermis (korium) Lebih tebal daripada lapisan epidermis yang terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat.

  c. lapisan subkutis (hipodermis) Merupakan lapisan kelanjutan dermis yang terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak (Wasitaatmadja, 1999).

2. Fungsi kulit

  Kulit mempunyai fungsi yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia antara lain sebagai : a. pelindung, dimana pada kulit terdapat jaringan tanduk pada sel-sel epidermis paling luar yang akan membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melanin yang memberi warna kulit melindungi kulit dari sinar ultra violet.

  b. pengatur suhu, dimana pada waktu suhu dingin peredaran darah dikulit berkurang guna mempertahankan suhu bada, sedang pada waktu panas peredaran darah di kulit meningkat sehingga terjadi penguapan keringat dan menyebabkan suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.

  c. penyerapan kulit, kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat- zat yang larut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui masuk peredaran darah, karena dapat campur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit.

  d. indera perasa, kulit sebagai indera perasa terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu merasakan nyeri, peraba, dan merasakan panas atau dingin.

  e. fungsi pergetahan, dimana kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat. Getah sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat (Harahap, 2000).

  f. pembentukan vitamin D, terjadi dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Kebutuhan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

  g. mengekspresikan emosi, karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot dibawah kulit (Wasitaatmadja, 1999).

  Gambar 1. Penampang/anatomi Kulit dan Apendiks (Wasitaatmadja, 1999) Keterangan :

  1. Epidermis : a. Stratum korneum

  b. Stratum Lusidum

  c. Stratum granulosum

  d. Stratum spinosum

  e. Stratum basale

  2. Dermis : f. Pars papillare

  g. Pars retikulare h.Melanosit i. Badan Meissner j. Sel Langerhans k Glandula sebasea

  1. Rambut m.Muskulus arektor pili n. Badan pacini

  3. Subkutis

  4. Unit kelenjar Apokrin

  5. Unit kelenjar ekrin

  6. Vaskularisasi dermal : - pleksus superfisialis

  • pleksus profunda B.

  

Definisi dan Patogenesis Infeksi Jamur Kulit

1. Definisi

Dokumen yang terkait

Hubungan antara tingkat pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di Daerah Istimewa Yogyakarta [Polres Sleman] tahun 2001-2006.

1 6 88

Hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan dengan perilaku swamedikasi sakit kepala oleh ibu-ibu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli-September 2007.

0 0 2

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

9 48 194

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 199

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 7 204

Pengaruh tingkat pendidikan pendapatan p

0 0 14

Hubungan antara pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 168

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 202

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 197

Identifikasi permasalahan perilaku swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo tahun 2007 - USD Repository

0 0 127