Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN
DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI PENYAKIT COMMON COLD
OLEH IBU-IBU DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Andriana Isti Handayani
NIM : 048114032
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN
DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI PENYAKIT COMMON COLD
OLEH IBU-IBU DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Andriana Isti Handayani
NIM : 048114032
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
”And I pray that you may have the power to grasp how wide, and how long, and how high, and how deep, Is the love of Christ, and to know this love that surpasses all knowledge” Ephesus 3 : 18 “Masa depan itu milik Tuhan dan hanya Dia yang dapat mengungkapkannya, dalam kondisi yang luar biasa. Jalanilah setiap hari menuju ajaran, percayalah bahwa Tuhan mencintai hamba-hambanya. Tiap-tiap hari pada dirinya, membawakan suatu Keabadian”
PAULO COELHO
Kupersembahkan karya ini untuk : Jesus Christ & Mother Marry….
My Parents, My Love Maheswara Wisnubhuana My Brothers & My Sisters…..
PRAKATA
Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Penyakit Common Cold oleh Ibu-Ibu di Provinsi Daerah Istimwa Yogyakarta”.
Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, sekaligus sebagai upaya memperdalam dan memperluas wawasan serta menambah wacana di dunia farmasi. Penulis dengan penuh kesadaran memahami bahwa penelitian ii masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu saran dari pembaca sangat diharapkan.
Penulis telah mendapatkan segala bentuk bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian serta memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak dr. Harimat Hendarwan, M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian.
4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam skripsi ini.
5. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam skripsi ini.
6. Penyandang Hibah A3, atas kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
7. Bapak dan Ibu, yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan kasih sayangnya.
8. Kakak-kakak dan adik-adikku, mbak Tanti, mas Puji, mas Aris, mas Pujo, mbak Susi, mbak Surat, Jati . Terimakasih buat pengertian dan bantuan yang selalu diberikan.
9. Maheswara Wisnubhuana. Terimakasih untuk semuanya, untuk kasih sayang, penyertaan, dan motivasi serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Rissa, Tice, Pipin, Henny, Limdra, Ari dan Fandy, atas kerjasama dan kebersamaannya selama penelitian sehingga penelitian ini dapat selesai.
11. Teman-teman tersayang : Sisca, Wida, Atin, Nur, Rina, Fila, Sisil, Nana, Manda, Novi, Made, Liza, Reni, dan segenap mahasiswa angkatan 2004 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma khususnya FKK.
12. Dito dan Edi atas bantuannya selama melakukan penelitian 13. Anak-anak wisma Mawar, atas semua bantuannya.
14. Para Pejabat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta yang telah banyak membantu
15. Semua responden yang telah memberikan waktunya untuk diwawancara, tanpa mereka maka skripsi ini tidak akan pernah ada.
16. Semua pihak, yang langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala kebaikan yag telah dilakukan. Ahkir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua yang membutuhkan.
Penulis
INTISARI
Tindakan swamedikasi mempunyai kecenderungan untuk meningkat dari waktu ke waktu. Common cold termasuk penyakit yang banyak diderita dan ditangani dengan swamedikasi. Perbedaan usia, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan berpengaruh dalam menentukan pengambilan keputusan swamedikasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang timbul pada swamedikasi common cold serta hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi common cold yang dilakukan oleh ibu- ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental deskriptif dan analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian klaster multi tahap, dimana pemilihan sampel dilakukan secara random pada tingkat kabupaten, kecamatan, desa, dusun, dan tingkat sampel. Instrumen yang digunakan pedoman wawancara dan kuesioner dengan skala Likert. Data kualitatif diolah secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan uji statistik chi-
square .
Hasil analisis data kualitatif menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang swamedikasi dalam hal pemahaman swamedikasi, pertimbangan melakukan swamedikasi dan tindakan yang dilakukan ketika swamedikasi yang dilakukan hasilnya tidak membaik masih kurang. Pada bagian pengenalan penyakit terdapat ketidaksesuaian dalam pengenalan gejala, penyebab dan defferensial diagnosis
common cold . Pada bagian pemilihan obat terdapat ketidaksesuaian dalam
melakukan pertimbangan pemilihan obat, pemilihan obat yang tidak sesuai, dan kurangnya tingkat kesadaran responden untuk membaca informasi yang lengkap sebelum menggunakan obat.
Hasil analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dan tindakan swamedikasi common cold; tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap swamedikasi common
cold ; ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan swamedikasi
common cold ; serta tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan
pengetahuan dan sikap swamedikasi common cold. Kata kunci : , swamedikasi, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
common cold
perilaku
ABSTRACT
Self medication practice tends to develop from time to tome. Common cold belong to most common prevalence illness and can be cure by self medication. The different of age, social economic status, and education level influence the decision to self medication. The aim of this study are to find problem that appear in common cold self medication practice and to find the relation between education and income level toward common cold self medication behavior by housewife in Daerah Istimewa Yogyakarta.
The method of this study is non experimental descriptive and analytic with cross sectional research planning. This is a multilevel cluster research in which the sample determination randomly on level of regencies, sub districts, rural, cluster of village and sample. Qualitative data from the interview is processed descriptively, while the quantitative data use chi-square statistic test.
The result of qualitative data show that problem appear in self medication practice are lack in understanding self medication practice, inappropriate way in considering self medication practice, and the steps that they do if self medication not success is less appropriate. In the explanation about the disease, there is inappropriate way in identifying the symptom, causes, and about differential diagnosis common cold. Problem that appear in aspect of appropriateness medication are considering to choose the medication, inappropriate way in choosing medicine, and lack of awareness from respondent to read the complete information before using medicine.
The analysis of quantitative data show four possibilities. First, there is a relation between education level to common cold self medication knowledge and practice. Second, there is no relation between education level to common cold self medication attitude. Third, there is a relation between economic level to common cold self medication practice. The last, there is no relation between economic level to common cold self medication knowledge and attitude.
: Key words common cold , self medication, education level, income level, practice
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv PRAKATA.................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... viii
INTISARI. .................................................................................................... ix x
ABSTRACT....................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................. xi DAFTAR TABEL......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xix
BAB I. PENGANTAR .................................................................................. 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
2. Keaslian Penelitian........................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1. Tujuan Umum ................................................................................... 6
2. Tujuan Khusus .................................................................................. 7
BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA........................................................... 8
A. Sistem Pernafasan ................................................................................... 8
B. Common Cold ......................................................................................... 11
1. Definisi............................................................................................. 11
2. Etiologi ............................................................................................ 12
3. Patogenesis....................................................................................... 12
4. Tanda dan Gejala............................................................................... 13
5. Penatalaksanaan ............................................................................... 15
C. Swamedikasi ........................................................................................... 19
1. Definisi ............................................................................................. 20
2. Perilaku Swamedikasi ....................................................................... 21
3. Minor Ailment ................................................................................... 21
4. Obat Bebas, Bebas Terbatas dan OWA ............................................ 22
5. Pengobatan yang Rasional ................................................................ 23
6. Peran Apoteker dalam Swamedikasi................................................. 25
7. Algoritma Swamedikasi pada Common Cold .................................. 26
D. Perilaku ................................................................................................... 27
1. Pengetahuan ...................................................................................... 29
2. Sikap.................................................................................................. 31
3. Tindakan............................................................................................ 32
E. Teori tentang Perilaku ............................................................................. 33
F. Beberapa Variabel yang berhubungan dengan Perilaku Swamedikasi ... 36
1. Pendidikan......................................................................................... 36
2. Pendapatan ...................................................................................... 36
G. Landasan Teori........................................................................................ 37
H. Hipotesis.................................................................................................. 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 40 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 40 B. Variabel penelitian .................................................................................. 41 C. Definisi Operasional ............................................................................... 41 D. Subyek Penelitian.................................................................................... 43 E. Populasi dan Sampel ............................................................................... 43 F. Teknik Sampling ..................................................................................... 44 G. Besar Sampel........................................................................................... 47 H. Lokasi Penelitian..................................................................................... 51 I. Waktu Penelitian ..................................................................................... 51 J. Instrumen Penelitian ............................................................................... 52 K. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 55 L. Tata Cara Pengolahan Data..................................................................... 60 M. Analisis Data ........................................................................................... 62 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 63 A. Karakteristik Responden ......................................................................... 63 B. Identifikasi Permasalahan yang Timbul dalam Swamedikasi Common
72 Cold ... ....................................................................................................
1. Pengetahuan Responden tentang Swamedikasi ................................ 75
2. Kesesuaian Pengenalan Penyakit ...................................................... 72
3. Kesesuaian Pemilihan Obat............................................................... 78
C. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Swamedikasi Common
Cold .... ....................................................................................................
82 D. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Common
Cold .... ....................................................................................................
87 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 91
A. Kesimpulan ............................................................................................. 91
B. Saran . .................................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 94 LAMPIRAN.................................................................................................. 98 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 171
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I. Gejala pada penyakit gangguan pernafasan ............................ 14 Tabel II. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi 21 Tabel III. Kabupaten dan Kota di Propinsi DIY ...................................... 44 Tabel IV. Jumlah dan distribusi sampel ................................................... 48 Tabel V. Jumlah dan distribusi sampel di Kabupaten Kulon Progo ....... 48 Tabel VI. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Nanggulan.......... 48 Tabel VII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Banyuroto............ 49 Tabel VIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Donomulyo ......... 49 Tabel IX. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wates ................. 49 Tabel X. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Sogan .................. 49 Tabel XI. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wates .................. 49 Tabel XII. Jumlah dan distribusi sampel di Kotamadya Yogyakarta ........ 49 Tabel XIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Gondokusuman.. 50 Tabel XIV. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Demangan ........... 50 Tabel XV. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Baciro ................. 50 Tabel XVI. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wirobrajan......... 50 Tabel XVII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wirobrajan .......... 50 Tabel XVIIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Pakuncen............. 51 Tabel XIX. Bagia-bagian pedoman wawancara.......................................... 52 Tabel XX. Bagian-bagian kuesioner.......................................................... 54
Tabel XXII. Sumber perolehan obat yang digunakan responden................. 71 Tabel XXIII. Permasalahan yang timbul pada pemahaman responden tentang swamedikasi ............................................................................. 73 Tabel XXIVI. Permasalahan pada kesesaian pengenalan penyakit................. 75 Tabel XXV. Permasalahan pada kesesuaian pemilihan obat........................ 79 Tabel XXVI. Jenis distribusi dari data pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi common cold responden ..................................... 82 Tabel XXVII. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan pengetahuan swamedikasi common cold responden....................................... 84 Tabel XXVIII. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan sikap swamedikasi common cold responden ..................................... 85 Tabel XXIX. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan tindakan swamedikasi common cold responden ..................................... 86 Tabel XXX. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan pengetahuan swamedikasi common cold responden ..................................... 87 Tabel
XXXI. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan sikap swamedikasi common cold responden ..................................... 89 Tabel XXXII. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan tindakan swamedikasi common cold responden ..................................... 90
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Struktur saluran pernafasan..................................................... 10 Gambar 2. Mekanisme virus mengalami replikasi dan menyebabkan infeksi....................................................................................... 13 Gambar 3. Patogenesis common cold ........................................................ 13 Gambar 4. Bagan langkah-langkah dalam pengembangan intervensi yang dimaksudkan pada peningkatan penggunaan obat yang rasional oleh konsumen ......................................................................... 24
Gambar 5. Langkah-langkah dalam peningkatan penggunaan obat yang rasional ..................................................................................... 24 Gambar 6. Algoritma swamedikasi common cold ..................................... 26 Gambar 7. Hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi................................................ 38 Gambar 8. Profil sampel klaster yang diperoleh dengan teknik klaster multi tahap................................................................................ 46 Gambar 9. Bagan tata cara penelitian ........................................................ 61 Gambar 10. Karakteristik umur responden .................................................. 63 Gambar 11. Karakteristik tingkat pendidikan responden............................. 64 Gambar 12. Kategorisasi tingkat pendidikan responden ............................. 65 Gambar 13. Karakteristik tingkat pendapatan responden ......................... 65 Gambar 14. Kategorisasi tingkat pendapatan responden ................................ 67 Gambar 15. Karakteristik jenis pekerjaan responden ..................................... 67
Gambar 16. frekuensi responden melakukan swamedikasi dalam satu bulan terakhir .............................................................................. 68 Gambar 17. Frekuensi responden terserang common cold dalam satu bulan terakhir .............................................................................. 69 Gambar 18. Jenis obat yang digunakanresponden dalam swamedikasi
common cold ............................................................................... 69
Gambar 18. Keutuhan kemasan obat yang dibeli oleh responden .................. 72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Perijinan ................................................................................... 98 Lampiran 2. Pedoman wawancara................................................................ 116 Lampiran 3. Kuesioner ................................................................................. 122 Lampiran 4. Hasil uji reliabilitas kuesioner.................................................. 125 Lampiran 5. Data karakteristik rsponden ..................................................... 126 Lampiran 6. Data skor hasil kuesioner ......................................................... 129 Lampiran 7. Analitik deskriptif variabel pengetahuan, sikap dan tindakan . 134 Lampiran 8. Hasil uji statistik chi-square .................................................... 135 Lampiran 9. Hasil wawancara ...................................................................... 141
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari nenek moyangnya ialah
melakukan swamedikasi atau pengobatan sendiri jika menderita sakit (Sartono,1993). Swamedikasi adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan Hall, 1990). Swamedikasi di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan obat-obat modern baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas terbatas (Sartono, 1993).
Tindakan swamedikasi (self medication) mempunyai kecenderungan untuk meningkat dari waktu ke waktu. Beberapa faktor dapat dikatakan berperan dalam peningkatan tersebut, yaitu: pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan obat – obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter atau OTR / Obat Tanpa Resep (OTC / Over The Counter) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan (WHO, 1998).
Dalam menentukan pengambilan keputusan pengobatan mandiri dapat dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pengetahuan, tingkat pendidikan, serta persepsi seseorang terhadap gejala-gejala penyakit dan cara penyembuhannya. Keterkaitan terhadap struktur budaya setempat dan latar belakang pendidikan turut menentukan pengambilan keputusan swamedikasi (Schwartz & Hoopes, 1990).
Common cold merupakan infeksi virus yang dapat sembuh dengan
sendirinya, merupakan 50% dari semua penyakit yang dialami orang dewasa dan sekitar 75% dari penyakit pada anak-anak (Tietze, 2004). Menurut hasil sensus .
US Census Bureau, International Data Base menunjukkan bahwa kejadian
sebanyak 66 juta kasus di Amerika Serikat pada tahun 1994 dan
common cold
hampir separuh dari kasus tersebut terjadi pada usia dibawah 17 tahun (Anonim, 2004). Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2002 menunjukkan bahwa 45,14 % penduduk Indonesia mempunyai keluhan sakit
common cold sedangkan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 47,13%
(DepKes RI, 2003).Common cold termasuk penyakit yang banyak diderita dan ditanggulangi
dengan menggunakan obat tanpa resep (Covington, 2000). Hal ini juga dipertegas oleh Tieze (2004) bahwa salah satu penyakit yang banyak diobati dengan melakukan swamedikasi adalah common cold dan alergi rhinitis (Tietze, 2004). Walaupun common cold merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya dan dapat ditangani dengan melakukan swamedikasi, namun tetap harus diperhatikan bahwa gejala pada common cold mempunyai kemiripan gejala dengan penyakit infeksi saluran pernapasan lain. Menurut (Slotnick, 2001), infeksi pada common cold dapat juga mengakibatkan tubuh mudah terserang tipe infeksi lain, termasuk bronkritis, infeksi telinga, dan infeksi sinus. Gejala common
cold yang berlangsung lebih dari satu minggu dapat juga menunjukkan adanya
penyakit yang lebih parah, seperti influenza atau pneumonia. Oleh karena itu ketepatan pengenalan penyakit dan pemilihan tindakan maupun pemilihan obat dalam swamedikasi common cold harus diperhatikan.
Permasalahan seputar swamedikasi relatif banyak yang tidak muncul ke permukaan karena sesuai dengan konsep swamedikasi bahwa tindakan pengobatan dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa intervensi dan pengawasan dari tenaga kesehatan. Obat – obat yang digunakan untuk swamedikasi juga obat tanpa resep yang dapat diperoleh di warung – warung biasa dan tidak harus di apotek. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengobatan sendiri sakit kepala, demam, batuk dan pilek di Jawa Barat (Supardi dan Notosiswoyo, 2005) menunjukkan bahwa pengobatan sendiri yang benar (sesuai dengan aturan) masih rendah.
Sebagai responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu. Seorang ibu mempunyai peranan yang penting dalam kesehatan keluarga. Tindakan swamedikasi yang dilakukan oleh seorang ibu tentu berpengaruh terhadap keluarga, baik untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga maupun dirinya sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi common cold yang dilakukan oleh ibu-ibu khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
1. Permasalahan Penelitian
a. Seperti apa karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi common cold di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ?
b. Seperti apa permasalahan yang timbul dalam swamedikasi common
cold
yang dilakukan oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
c. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi common cold oleh ibu- ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
d. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 2.
Keaslian Penelitian
Penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan terhadap perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta belum pernah dilakukan, meskipun ditemukan penelitian- penelitian sejenis. Penelitian mengenai evaluasi pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep di kalangan orang tua murid kelompok bermain dan taman kanak-kanak di kecamatan Umbulharjo pernah dilakukan oleh Putri (2006). Penelitian tersebut lebih menguraikan tentang pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak yang dilakukan oleh orang tua. Penelitian mengenai pengobatan sendiri dengan obat selesma tanpa resep yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2000) yang lebih menguraikan tentang pertimbangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma dalam Pemilihan obat selesma. Penelitian mengenai Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat oleh Supardi dan Notosiswoyo (2005) yang dilakukan untuk menggali pola perilaku swamedikasi yang dikhususkan pada penyakit demam, sakit kepala, batuk dan pilek, yang dilakukan dengan wawancara.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terdapat pada subyek penelitian yang digunakan, jenis instrumen dan pendekatan analisis datanya. Penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan untuk mengetahui gambaran permasalahan yang muncul pada swamedikasi common
cold serta mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan
dengan perilaku swamedikasi common cold yang dilakukan oleh ibu-ibu.Instrument penelitian berupa kuesioner skala Likert dan pedoman wawancara. Data kualitatif dari hasil wawancara diolah secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif diolah dengan uji statistik chi-square.
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang kefarmasian mengenai gambaran permasalahan yang timbul pada swamedikasi common cold serta memberikan informasi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu farmasi mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi common cold di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Manfaat praktis
Dengan mengetahui gambaran permasalahan dalam swamedikasi common serta hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan
cold
perilaku swamedikasi common cold maka hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan model edukasi swamedikasi
common cold pada suatu populasi agar dapat melakukan tindakan swamedikasi secara tepat dan benar dalam menangani penyakit common cold.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan pada perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan terhadap perilaku swamedikasi common cold di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang pada akhirnya akan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan model edukasi swamedikasi common cold .
2 . Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk :
a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit common cold di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Mengetahui gambaran permasalahan yang timbul dalam swamedikasi
common cold yang dilakukan oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta?
c. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
d. Mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB II PENELAHAAN PUSTAKA A. Sistem Pernafasan Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO
2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan
adalah untuk mengambil O
2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO
2 hasil dari metabolisme (Gunawan, 2006).
a. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk menghangatkan udara (Gunawan, 2006). Udara kering, panas, atau dingin dilembabkan dan dihangatkan atau didinginkan pada waktu mereka melewati membran hidung yang kaya akan darah (Hardnge and Shryock, 2003).
b. Faring Faring atau kerongkongan merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Faring terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher (Gunawan, 2006). Sejumlah jaringan limfoid yang agak terpisah mengelilingi faring. Di bagian atas, di sebelah kanan dan kiri, terdapat adenoids yang mengelilingi saluran pendengaran. Sedikit di bawah adenoids terdapat amandel atau palatine
tonsils di kanan dan kiri. Di antara amandel terdapat jaringan limfe kecil yang
agak terpencar. Pada waktu udara yang dihirup melewati struktur limfe ini, mereka menyaring kuman-kuman penyebab penyakit (Hardnge and Shryock, 2003).
c. Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara.
Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis (Gunawan, 2006).
d. Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan (Gunawan, 2006). Bila fungsi silia terganggu sehingga lendir berkumpul, maka batuk akan membersihkan saluran pernafasan (Hardnge and Shryock, 2003).
e. Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli (Gunawan, 2006).
f. Paru-paru Paru-paru merupakan saluran bercabang-cabang, dari cabang tenggorok besar hingga bronchioles. Bronchioles yang jumlahnya sangat banyak terdiri dari kantung-kantung udara yang disebut alveoli. Dinding alveoli ini hanya setebal satu lapis sel, sehingga memungkinkan oksigen dan karbondioksida bisa keluar masuk dengan bebas melewati pembuluh-pembuluh darah kapiler yang berdekatan (Hardnge and Shryock, 2003).
Gambar 1. Struktur saluran pernafasan (Anonim, 1995) Pusat saraf di otak secara otomatis mengendalikan proses pernafasan. Pusat ini mengirimkan impuls-impuls saraf ke otot-otot pernafasan supaya berkontraksi dan mengendor secara bergantian. Pusat pernafasan mengendalikan tindakan-tindakan seperti batuk dan bersin. Bila lapisan saluran pernafasan teriritasi, pusat pernafasan memberikan tanda pada otot perut untuk segera berkontraksi. Hal ini dengan tiba-tiba mendorong udara ke arah atas melalui saluran udara. Pada batuk, udara dipaksa keluar melalui mulut; pada bersin, melalui hidung dan mulut. Tindakan tiba-tiba batuk dan bersin menolong mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan terjadinya iritasi (Hardnge and Shryock, 2003).
B. Common cold 1. Definisi
Common cold merupakan infeksi virus pada saluran pernafasan atas yang
dapat sembuh dengan sendirinya. Penyebab yang paling sering pada Common cold adalah Rhinovirus (Tietze, 2004). Bryant and Lombardy (1990) mendefinisikan
common cold sebagai gabungan berbagai gejala yang mengganggu saluran
pernafasan atas, terutama selaput lendir hidung yang disebabkan oleh virus.Menurut Hardnge and Shryock (2003), common cold adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung, sinus, kerongkongan) yang disebabkan oleh salah satu dari kemungkinan dua ratus virus, yang menyerang sel-sel lapisan tersebut, menyebabkan lapisan tersebut mengeluarkan lendir.
2. Etiologi Rhinovirus , merupakan penyebab common cold yang paling sering, sekitar
50%, pada orang dewasa dan anak-anak. Patogen lain yang dapat menyebabkan gejala pada saluran pernafasan yang mirip dengan common cold adalah
Coronavirus, Parainfluenza virus, Adenovirus, Respiratory Syncytial Virus,
Echovirus dan Chocksakievirus (Tietze, 2004). Kondisi yang dapat memicu
timbulnya common cold antara lain daya tahan tubuh yang lemah atau menurun, pergantian musim biasanya musim dingin, usia balita dan anak-anak lebih mudah terserang common cold dan pada wanita berkaitan dengan siklus menstruasi. Infeksi silang common cold kebanyakan terjadi dari kontak secara fisik atau udara yang disebarkan melalui bersin dan batuk (Li Wan Po, 1997).
3. Patogenesis
Infeksi dimulai ketika Rhinovirus berikatan pada intercellular adhesion
molecular-1 reseptor pada sel epithelial pernafasan di hidung dan nasofaring,
virus mengalami replikasi dan menyebabkan infeksi. Hal ini menyebabkan terjadinya komplek reaksi sistem imun di jaringan yang melibatkan akumulasi dan aktivasi leukosit dan protein plasma di tempat infeksi, yang akan mengeluarkan chemokine distress signal dan sitokin, sehingga mengaktifkan mediator nyeri dan reflek neurogenik, menghasilkan penambahan mediator nyeri, vasodilatasi, transudasi plasma, sekresi glandular, dan stimulasi reflek nyeri serabut saraf serta bersin dan batuk. Terjadinya hipersekresi cairan hidung yang disebabkan reflek mediator nyeri dan mekanisme sistem saraf parasimpatik (Tietze, 2004).
Gambar 2. Mekanisme virus mengalami replikasi dan menyebarkan infeksi (Slotnick, 2001)
Rhinovirus berikatan dengan reseptor ICAM-1 Virus mengalami replikasi dan menyebabkan infeksi
Terjadi komplek reaksi sistem imun di jaringan yang melibatkan akumulasi dan aktivasi leukosit mengeluarkan chemokine distress signal atau sitokin Mengaktivkan mediator nyeri dan reflek neurogenik
Vasodilatasi Keluarnya lendir pada hidung
Sakit tenggorokan Stimulasi reflek nyeri serabut saraf
Hidung tersumbat Pengeluaran histamine dari sel mast
Bersin-bersin Batuk Formasi bradykinin, histamine atau prostaglandin
4. Tanda dan Gejala Gejala pada common cold mulai timbul 1-3 hari setelah terinfeksi.
Tenggorokan sakit merupakan gejala pertama yang diikuti dengan hidung tersumbat, rhinorrhea (keluarnya lendir pada hidung), bersin, dan batuk. Pasien akan merasa dingin, sakit kepala, merasa tidak enak badan, myalgia (nyeri otot) atau demam dengan suhu rendah. Tenggorokan sakit akan berubah dengan cepat.
Gejala berupa rasa tidak menyenangkan pada hidung terjadi selama 2 atau 3 hari dan batuk, walaupun gejalanya tidak sering (< 20 %), terjadi selama 4 atau 5 hari.
Gejala common cold terjadi berkisar 7 hari. Tanda dan gejala common cold hampir sama dengan influenza atau penyakit pernafasan lainnya (Tietze, 2004).
Tabel I. Gejala pada penyakit gangguan parnafasan (Tietze, 2004) Penyakit Tanda dan Gejala
Rhinitis alergi Asma Infeksi bakteri pada Tenggorokan
Croup
Influenza Otitis media Pnemonia atau bronkritis Sinusitis
Whooping cough
Mata berair, gatal pada hidung, mata atau tenggorokan, akumulasi cairan yang berlebihan atau keluarnya lendir jernih pada hidung Batuk, sesak nafas nafas berbunyi Sakit pada tenggorokan, demam, nyeri tekan atau pembengkakan kelenjar limfe Demam, rhinitis, dan faringitis . Berkembang menjadi batuk, stridor, dan susah bernafas Nyeri otot, nyeri pada sendi, demam, sakit tenggorokan, batuk tidak produktif Ear popping, nyeri pada telingga, keluarnya sekret telinga, pendengaran berkurang, kepala seperti berputar Nyeri pada dada, nafas berbunyi, susah bernafas, batuk produktif, demam yang menetap Nyeri tekan pada sinus, nyeri pada wajah, demam lebih sari 38,6
◦
C, sakit gigi, gejala pada saluran pernafasan atas lebih dari 7 hari dengan respon yang rendah pada dekongestan Fase initial catarrhal yang meliputi keluarnya lender pada hidung, bersin, batuk ringan, bersin selama 1-2 minggu, diikuti batuk Menurut Donatus (1997), perbedaan antara common cold, rhinitis alergi, dan influenza terletak pada penyebab dan gejala. Isolasi dan identifikasi virus penyebab merupakan metode yang efektif, namun metode tersebut tidak semudah dalam praktek yang relevan. Influenza biasanya menimbulkan gejala yang lebih serius daripada common cold diantaranya adanya temperatur tinggi, lemah dan lesu, sering digunakan untuk indikasi influenza daripada common cold (Li Wan Po, 1997).
5. Penatalaksanaan
a. Tujuan Terapi Common cold merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Oleh karena itu pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk meringankan gejalanya saja (Tietze, 2004).
b. Sasaran Terapi
Tidak semua gejala yang timbul harus diobati. Karena merupakan perluasan gejala sebelumnya, sehingga sasaran terapi adalah gejala yang paling berat dan merupakan awal rantai gejala berikutnya yaitu cairan nasal dan sumbatan nasal. Dengan berkurangnya cairan dan sumbatan nasal, rentetan gejala berikutnya kemungkinan besar juga akan berkurang (Donatus, 1997).
c. Strategi Terapi
Gejala cairan dan sumbatan nasal pada common cold dapat dikurangi atau dihilangkan dengan dua macam terapi, yaitu terapi non farmakologis dan terapi farmakologis.
1) Terapi non Farmakologis
Terapi non farmakologis merupakan terapi tanpa obat, antara lain dengan menambah asupan cairan seperti memperbanyak minum, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi dan minum minuman yang hangat (Tietze, 2004).
2) Terapi Farmakologis
Dekongestan merupakan terapi utama common cold. Hidung tersumbat dapat dihilangkan dengan dekongestan agonis adrenergik topikal atau oral.
Keluarnya lendir cair pada hidung disebabkan oleh beberapa faktor dan hanya sebagian yang dapat ditangani dengan pengobatan yang tersedia. Antihistamin dan obat antikolinergik dapat mengurangi gejala keluarnya lendir dari hidung. Bersin merupakan gejala yang umum namun ringan, dapat dikurangi dengan antihistamin. Batuk sekunder dengan postnasal drip dapat sembuh dengan sendirinya namun dapat ditangani dengan dekongestan atau antitusif. Demam dapat ditangani dengan antipiretik sistemik (Tietze,2004).