Tingkat religiusitas dan moralitas remaja awal di asrama : studi deskriptif pada remaja Asrama St. Aloysius, Turi dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan dan konseling di asrama - USD Repository

  

TINGKAT RELIGIUSITAS DAN MORALITAS

REMAJA AWAL DI ASRAMA

(Studi Deskriptif pada Remaja Asrama St. Aloysius,Turi

dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Dan

  

Konseling di Asrama)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Supriyati

  

NIM: 101114004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2014

  

TINGKAT RELIGIUSITAS DAN MORALITAS

REMAJA AWAL DI ASRAMA

(Studi Deskriptif pada Remaja Asrama St. Aloysius, Turi

dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Dan

  

Konseling di Asrama)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Supriyati

  

NIM: 101114004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

  • Tuhan Yesus yang selalu memperkati
  • Sr.M.Julia Juliarti pemimpin propinsi beserta staf Dewan Propinsi St.Yusuf Pringsewu – Lampung.
  • Para suster propinsi St.Yusuf Pringsewu Lampung.
  • Sr.M.Anita dan para suster komunitas St. Maria Yogyakarta.
  • Para dosen dan staf Prodi Bimbingan dan Konseling.
  • Teman-teman BK angkatan 20110 yang selalu

  memberikan dukungan dan semangat

  Motto

Satu-satunya cara untuk mendapatkan perkembangan yang cepat di

jalur kasih ilahi adalah dengan menjaga diri tetap kecil dan menaruh segala kepercayaan pada Allah yang Maha Kuasa.

  • St. Therese dari Lisieux - “ Dalam hidup hanya ada satu tujuan yaitu Yesus Kristus, kalau kita tidak memiliki tujuan yang pasti maka akan kehilangan orientasi hidup”

  Sr.M.Maura, FSGM

  

ABSTRAK

TINGKAT RELIGIUSITAS DAN MORALITAS

REMAJA AWAL DI ASRAMA

( Studi Deskriptif pada Remaja Asrama St.Aloysius Turi

dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan dan Konseling)

  Supriyati Universitas Sanata Dharma

  2014 Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tingkat religiusitas remaja di asrama St. Aloysius Turi, (2) mendeskripsikan tingkat moralitas remaja di asrama St. Aloysius Turi, dan (3) mengusulkan topik-topik bimbingan dan konseling berdasarkan item-item instrumen yang terindentifikasi kategori sedang dan rendah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif kuatitatif. Subjek penelitian ini adalah remaja yang berusia 13-15 tahun yang tinggal di asrama St. Aloysius Turi,yang berjumlah 37 anak. Instrumen yang digunakan adalah Skala Religiusitas dan Skala Moralitas Remaja dengan masing- masing item 43 dan 67 item. Nilai koefisien Relibilitas skala religiusitas 0,79 dan skala moralitas 0,91. Hasil dari penelitian menunjukkan sebanyak (19%) anak berada pada kategori tinggi, (65%) anak pada kategori sedang, dan (16%) anak pada kategori rendah tingkat Religiusitas. Sedangkan sebanyak (13%) anak berada pada kategori sangat tinggi, (22%) anak berada pada kategori tinggi, (57%) anak berada pada kategori sedang, dan (8%) anak berada pada kategori rendah tingkat Moralitas. Usulan topik-topik bimbingan religiusitas: 1) beragama dan berkepercayaan sekaligus beriman; 2) kehadiran Tuhan dalam tanda dan doa; 3) menjadi pribadi yang berkualitas; 4) aku memiliki kemampuan. Usulan topik- topik bimbingan Moralitas:1) menjadi anak empatik; 2) suara hati; 3) manusia berhadapan dengan aneka peraturan; 4) manusia makluk sosil; 5) menolong orang miskin; 6) bergaul dan bekerjasama. Kata kunci : Religiusitas, Moralitas, Remaja, Program Bimbingan dan Konseling

  ABSTRACT

LEVEL OF RELIGIOUSITY ANDMORALITY

OF EARLYADOLESCENCE INDORMITORY

  

(A descriptive Study on Adolescent in St. Aloysius indormitory at Turiand

the Implications to the suggeted topics of Guidance and Counseling)

  Supriyati Sanata Dharma University

  2014 This research study aims:(1) to describe there ligiosity of adolescent of St. Aloysius indormitory at Turi; (2) to describe the morality of the teenagers of St. Aloysius indormitory at Turi; and (3) to identify the topics proposed for guidance and counseling based on items of medium and low instrument.This research is a field study with adescriptive-quantitative approach, where as respondents in this study are the adolescent taged 13-15 years who live in St.Aloysius boarding house at Turi. The number of respondents in this study counts 37 students. The instrument usedis as cale of Religiosity and Adolescent morality scale with each of the 43 items and 67 items. The coefficient value of realiability is for religiosity scale 0.79 and morality scale 0.91 The result of this study shows: on the level of religiosity, 19% students in high category, 65% students in medium category, and 16% students in low category. And on the level of morality, 13% students in the very high category, 22% students in the high category, 57% students in the medium category, and 8% students in the low category. The suggested topics for guidance of religiosity: 1) having religion,belief and faith; 2) the presence of God insigns and prayer; 3) to bea qualified person; 4) I have ability. The suggested topics for guidance: 1) to be an empathetic child; 2) conscience; 3) human being deals with regulation; 4) social beings; helping the poor; 6) mingling with and working together. Key words : Religiosity, Morality, Adolescent, Suggested of Guidance and Counseling

KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur bagi Allah sumber segala rahmat dan kekuatan. Berkat kemurahan dan kelimpahan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, dukungan, perhatian dan bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada:

  1. Drs. G. Barus, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dan Konseling yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini.

  2. J. Donal Sinaga, M.Pd. sebagai dosen pembimbing skripsiyang telah dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan bimbingan, saran, petunjuk, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Para dosen dan staf Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bekal, bantuan, dukungan, dan bimbingan kepada penulis dalam tugas studi.

  4. Sr. M. Julia Juliarti, FSGM pemimpin propinsi beserta Staf Dewan Propinsi St. Yusup Pringsewu Lampung, yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan diri dengan mengikuti studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  5. Br.Cosmas, CSA sebagai pemimpin asrama St.Aloysius Turi yang telah memberikan ijin, bantuan dan kemudahan kepada penulis untuk melakukan penelitian di asrama yang dipimpinnya.

  6. Sr.M. Anita dan dan para suster St.Maria Yogyakarta, yang telah me h memberikan doa, bantuan, n, perhatian dan dukungan kepada penuli nulis selama melaksanakan tuga n tugas studi.

  7. Para suster Pr Propinsi St.Yusup Pringsewu Lampung ya yang telah memberikan doa doa, perhatian, dan dukungan kepada penuli nulis selama melaksanakan tuga n tugas studi.

  8. Teman-teman Pr Program Studi Bimbingan dan Konseling angka gkatan 2010, atas persahabata batan, kerjasama, dan kebersamaannya selam ama penulis melaksanakan tuga n tugas studi.

  Semoga a skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca da a dan dapat memberikan sum umbangan bagi pengembangan bidang bimbinga ngan di luar sekolah khususny usnya di asrama.

  Yogyakarta, 19 Agustus tus 2014

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii

  

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

  KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8 E. Definisi Operasional.................................................................... 8 BAB IITINJAUAN PUSTAKA

  3. Faktor-faktor Pembentukan Religiusitas............................... 13

  3. Tugas Perkembangan Remaja ............................................. 30

  E. Kerangka Berpikir....................................................................... 38

  3. Langkah-langkah Pembuatan Program Bimbingan ............ 37

  2. Syarat-syarat Program Bimbingan....................................... 36

  1. Pengertian Program Bimbingan.......................................... 36

  D. Program Bimbingan

  5. Perkembangan Religiusitas dan moralitas Pada Remaja .... 35

  4. Kebutuhan Remaja .............................................................. 31

  2. Ciri-ciri Remaja ................................................................... 28

  4. Karakter Individu yang Memiliki Religiusitas.................... 15

  1. Pengertian Remaja ............................................................... 27

  C. MasaRemaja

  4. Karakter Moralitas ................................................................ 26

  3. Faktor Pembentuk Moralitas ................................................. 25

  2. Perkembangan Moralitas....................................................... 21

  1. Pengertian Moralitas ............................................................. 18

  B. Moralitas

  BAB III. METODE PENELITIAN A. Jeni s Penelitian........................................................................... 39 B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 39

  E. Variabel Penelitian ...................................................................... 45

  F. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ........................................... 46

  G. Teknik Analisis Data................................................................... 53

  H. Prosedur Pengumpulan dan Data Penelitian ............................. 58

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

  1. Tingkat Moralitas dan Religiusitas ...................................... 59

  2. Pembahasan ......................................................................... 63

  B. UsulanTopik Bimbingan ............................................................. 66

  BAB V. PENUTUP DAN SARAN A. Ringkasan .................................................................................... 87 B. Kesimpulan ................................................................................. 88 C. Saran............................................................................................ 90 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data hasil Penelitian anak Asrama St Aloysius turi mengenai Religiusitas dan Moralitas

  

Lampiran 2 : Kuesioner Tingkat Religiusitas dan Moralitas anak asrama St Aloysius Turi

Lampiran 3 : Data Uji Valliditas Instrumen.

  Lampiran 4 :Data Uji Relibilitas Intrumen

Lampiran 5 : Surat Pernyataan untuk mengadakan Penelitian Di asrama St.Aloysius Turi

Lampiran 6 : Pernyataan Telah Mengadakan Penelitian di Asrama ST.Aloysius Turi

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian,dan definisi operasional. A. Latar Belakang Asrama Santo Aloysius Turi, merupakan tempat pembinaan anak-anak

  remaja yang pada awal berdirinya sebenarnya hanya dimaksudkan untuk menampung anak-anak usia SMP yang berasal dari dusun di sekitar Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Anak-anak ini bersekolah di SMP Santo Aloysius Turi, yang didirikan pada tahun 1969 oleh tokoh umat setempat dan kemudian sejak tahun 1969, para bruder CSA membantu mengelola sekolah ini.

  Seiring dengan perkembangan waktu, asrama tersebut kini tidak hanya dihuni oleh anak-anak dari dusun sekitar Gunung Merapi, tetapi bisa dari beberapa kota besar di Indonesia yang menginginkan tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anaknya. Sesuai kebutuhan masyarakat, Asrama St.

  Aloysius Turi kemudian menampung siswa SMP putra dan putri, walaupun lokasi, pendampingan serta bentuk pembinaan tetap dipisah dan dibedakan.

  Asrama St Aloysius Turi dikelola dengan tujuan untuk mendidik generasi muda menjadi pribadi yang memiliki hati nurani dan kepedulian terhadap dan menjalankan aturan yang telah ditetapkan oleh asrama bukan semata-mata sebagai rutinitas belaka, tetapi anak-anak memaknai sebagai latihan mengolah diri untuk mengenal Tuhan lebih dekat. Di dalam perjalanan waktu tidak mudah anak-anak untuk mengikuti dan menaati peraturan yang telah di tetapkan di asrama. sebagian besar anak-anak berasal dari keluarga yang orang tuanya sibuk dengan pekerjaan, sehingga kebutuhan anak mengenai pengetahuan religiusitas dan moralitas sedikit. Hal ini terlihat ketika anak-anak mengikuti doa bersama masih belum sungguh-sungguh kusuk dan serius.

  Fenomena ini yang menjadi semangat para bruder CSA dalam mendapingi anak-anak asrama.

  Pengelolaan asrama merupakan salah satu perwujudan kepedulian bruder- bruder CSA terhadap pendidikan generasi muda jaman ini. Dalam karya pendidikan bruder-bruder CSA memiliki visi dan misi seperti yang tercantum

  1

  dalam Visi Misi karya kerasulan bruder-bruder CSA. Sesuai dengan visi dan misi karya kerasulan bruder-bruder CSA, asrama St Aloysius Turi mengutamakan mereka yang sangat membutuhkan bantuan, mereka yang berasal dari daerah yang jauh dan tidak memiliki saudara di sekitar Turi, mereka yang memiliki semangat untuk maju. Asrama St. Aloysius menampung mereka yang beragama Katolik.

  Asrama St Aloysius menampung siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama. Para penghuni asrama ini berada dalam taraf perkembangan yang homogen sekolah menengah pertama. Para penghuni asrama adalah para siswa-siswi SMP St. Aloysius turi, yang terdiri dari kelas I, II, III.

  Para penghuni asrama tersebut berusia sekitar 13 tahun sampai 15 tahun. Mereka berada pada masa remaja awal, suatu masa yang sangat penting bagi perkembangan pribadinya untuk mencapai taraf kedewasaan. Remaja membutuhkan bimbingan yang intensif untuk menghadapi perubahan- perubahan yang terjadi dalam taraf perkembangan mereka. Pembimbingan yang intensif dari orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya sangat mempengaruhi keberhasilan dan menyelesaikan tugas perkembangannya. Para siswa-siswi mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah kemudian dilanjutkan dengan pendidikan di asrama seperti pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus seperti pendidikan moralitas.

  Remaja yang tinggal di asrama dihadapkan pada berbagai tuntutan, seperti harus mengikuti kegiatan rohani di gereja dan kegiatan rohani yang diadakan di asrama. Kemampuan remaja dalam mengatur prilakunya terhadap tuntutan- tuntutan tersebut didasarkan pada sikap dan prilaku yang dimiliki. Dalam hal ini remaja perlu memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam berprilaku khususnya mengenai religiusitas dan moralitas.

  Masa remaja adalah masa penguasaan tugas-tugas perkembangan yang memerlukan perubahan besar dalam sikap dan pola prilaku, banyak remaja mencapai usia kematangan dengan beberapa tugas perkembangan yang belum asrama sangat mempengaruhi perkembangan diri bagi anak-anak itu sendiri. Maka timbul pertanyaan apakah telah terjadi suatu penyimpangan moral dan religiusitas.

  Menurut Hurlock (1997), periode remaja disebut sebagai periode keraguan religiusitas sehingga banyak remaja memiliki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para remaja ingin mempelajari agama (religiusitas) berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya secara begitu saja. Remaja meragukan agama bukan karena ingin menjadi ateis melainkan karena mereka menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan sendiri. Perkembangan remaja dalam pengenalan akan religiusitas mempengaruhi juga dengan perkembangan moralitas remaja.

  Perkembangan dalam aspek moral sangat penting untuk diperhatikan supaya remaja mampu menemukan identitas dirinya, mengembangkan personal yang harmonis dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi.

  Dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan selama KKN komunitas di Asrama St.Aloysius Turi selama satu bulan, bahwa anak-anak asrama dalam hal religiusitas masih kurang memaknai dan memahaminya. Mereka mengenal atau memaknai religiusitas hanya samar-samar atau bayangan saja belum sepenuh hati. Anak-anak mengenal religiusitas hanya

  Kurangnya pemahaman tentang religiusitas yang telah diberikan di asrama mempengaruhi hidup moral mereka. Disaat menjalankan ibadat atau doa yang diberikan di asrama anak-anak mengikutinya dengan baik tetapi karna keterpaksaan, setelah itu anak-anak melakukan kekerasan terhadap teman yang lainnya. Hal ini terbukti ketika diadakan rekoleksi bersama seluruh anak-anak asrama selama dua hari, anak-anak senang mengikutinya karna keterpaksaan dari asrama. Setelah melewati satu hari ternyata ada tiga anak yang melakukan kekerasan terhadap satu anak hingga anak tersebut mengalami memar dibagian wajah, perut dan kaki akibat di pukuli. Peristiwa ini telah menunjukkan bahwa sebagian anak-anak asrama masih belum mampu memaknai religiusitas dalam hidup dan mendalami moralitas sebagai perkembangan dirinya.

  Moralitas dan religiusitas merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moralitas dan religiusitas bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa. Dengan begitu remaja tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Disisi lain, kurangnya moralitas dan religiusitas ini sering dituding sebagai fakta penyebab meningkat tingkah laku remaja yang kurang baik.

  Untuk dapat melaksanakan pembimbingan yang mampu menyentuh semua aspek kehidupan para remaja , pembimbing harus memiliki perencanaan atau program yang relevan dengan permasalahan dan kebutuhan remaja. Salah satu dapat melaksanakan program tersebut dalam upaya mempersiapkan setiap remaja menjadi pribadi yang mampu bertanggungjawab terhadap hidupnya sendiri.

B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat religiusitas dan moralitas remaja di Asrama St. Aloysius Turi Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yaitu:

  1. Seberapa tinggi tingkat religiusitas pada remaja di asrama St.Aloysius Turi?

  2. Seberapa tinggi tingkat moralitas pada remaja di asrama St.Aloysius Turi?

  3. Topik-topik Bimbingan apa saja yang relevan diusulkan diberikan kepada remaja Asrama St Aloysius Turi berdasarkan item-item instrumen yang terindentifikasi sedang dan rendah?

C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan masalah-masalah yang dikemukakan diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

  1. Mendiskripsikan tingkat religiusitas pada remaja di Asrama St Aloysius Turi tahun ajaran 2013/2014.

  2. Mendiskripsikan tingkat moralitas pada remaja di Asrama St Aloysius Turi tahun ajaran 2013/2014.

  3. Menyusun usulan topik-topik bimbingan yang relevan bagi remaja Asrama St Aloysius Turi berdasarkan item-item instrumen yang terindentifikasi rendah.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat:

  1. Manfaat Teoritik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan di bidang ilmu bimbingan khususnya bimbingan untuk perkembangan remaja dan ilmu pendidikan remaja yang berkaitan dengan tingkat religiusitas dan moralitas remaja di asrama.

  2. Manfaat Praktis:

  a. Pembimbing di asrama St Aloysius Turi Usulan Program Layanan Bimbingan dan Konseling ini dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan bimbingan di asrma St. Aloysius Turi.

  b. Para penghuni asrama St. Aloysius Turi Adanya program Pelayanan Bimbingan dan Konseling yang sistematis memungkinkan para penghuni Asrama memperoleh Bimbingan yang intensif dan serius sesuai dengan kebutuhan mereka.

E. Definisi Operasional

  Definisi operasional beberapa istilah yang di pakai dalam penelitian ini adalah:

  1. Religiusitas merupakan kualitas dalam memahami, menghayati serta mengimplikasikan nilai-nilai luhur dan aturan agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan ketaatan individu terhadap agama.

  2. Moralitas merupakan kualitas perbuatan remaja yang dapat dikatakan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk.

  Moralitas menyangkut pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia.

  3. Asrama merupakan rumah pemondokan yang besar dengan menerima remaja yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Asrama St Aloysius Turi didirikan di bawah naungan Yayasan St Aloysius dengan tujuan yang sesuai dengan visi dan misi karya kerasulan bruder-bruder CSA.

  4. Program layanan bimbingan merupakan rangkaian kegiatan bimbingan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam periode waktu tertentu.Program Layanan Bimbingan akan diberikan kepada remaja Asrama St Aloysius Turi. Dasar penyusunan program ini berdasarkan dari hasil angket tentang tingkat moralitas dan tingkat

BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan landasan teori

  yaitu pengertian religiusitas, pengertian moralitas, perkembangan remaja, dan program bimbingan.

A. Religiusitas

  1. Pengertian Religiusitas Relegiusitas berasal dari bahasa Latin religiosus yang merupakan kata sifat dari kata benda religio dan kemudian dihubungkan menjadi kata

  re-eligere yang berarti mengikat kembali. Menurut Glock dan Stark (1965),

  religiusitas adalah suatu bentuk kepercayaan adi kodrati di mana di dalamnya terdapat penghayatan dalam kehidupan sehari-hari dengan menginternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Religiusitas merupakan aspek yang telah dihayati oleh individu di dalam hati, getaran hati nurani pribadi, dan sikap personal. Kata religius sendiri dipahami secara beragam, bukti pemaknaan ini dapat ditemukan di lingkungan sekitar.

  2. Dimensi Religiusitas Menurut Glock dan Stark (1965) religiusitas mempunyai lima dimensi yaitu: a. Dimensi Keyakinan

  Dimensi ini membicarakan mengenai keyakinan. Keyakinan dapat dipelajari dalam ragam cara dan metode. Struktur keyakinan terdapat tiga bagian; pertama setiap agama memiliki keyakinan yang peran utamanya adalah mengakui keberadaan yang ilahi dan untuk menerangkan karakter-karakter; kedua terkait dengan keyakinan akan dosa asal, keselamatan manusia, dan penghakiman terakhir; ketiga tata tingkah laku yang harus di kaitkan terhadap Tuhan dan terhadap sesama.

  b. Dimensi Peribadatan Dimensi peribadatan berkaitan dengan praktik-praktik keagamaan yang dilakukan oleh pemeluk agama. Dalam dimensi ini praktik- praktik keagamaan bisa berupa praktik keagamaan secara personal maupun secara umum. Seorang yang religiusitas mampu menjalankan ibadat yang diyakini dengan rutin, misalnya mengikuti

  2

  3 perayaan Ekaristi dan ibadat, pujian, doa, perayaan puasa.

2 Ekaristi ; Eucharist – Yun Syukur. Kata yang dipakai untuk menyebut seluruh acara misa, ekaristi juga

  3 menunjukkan pada ucapan syukur dan kehadiran Tuhan.

  Ibadat adalah memberikan penghormatan kepada Allah sebagai pencipta, penyelamat, dan pengudus. c. Dimensi Penghayatan Dimensi penghayatan membahas tentang penghayatan seseorang terhadap ajaran agamanya, dan bagaimana perasaan mereka terhadap Tuhan, dan bagaimana mereka bersikap terhadap agama.

  d. Dimensi Pengetahuan Dimensi ini menyangkut pengetahuan mengenai ajaran iman dan kitab suci. Mampu memiliki informasi dan pengetahuan yang memadai mengenai hal-hal agama dan iman. Untuk mengetahui pengetahuan digunakan empat cara yaitu; menanyakan mengenai pengetahuan yang sudah dimiliki, menanyakan mengenai sikap-sikap terhadap pengetahuan, dan dapat juga dibuktikan dengan memeriksa tingkat pengetahuan terkait dengan membaca kitab suci dan pengetahuan tentang iman dan agama.

  e. Dimensi Pengalaman Setiap agama memiliki harapan terdasar yaitu mencapai pengetahuan akan yang ilahi atau yang tertinggi. Pengalaman ini melibatkan juga emosi, persepsi, dan sensasi. Ada empat tempat dimana perasaan religius diekspresikan. Tempat-tempat tersebut adalah perhatian, kognisi, kepercayaan atau iman dan ketakutan. Pertama perhatian, ini terkait dengan tema-tema seperti tujuan hidup dan ketidakpuasan akan yang ilahi, ketiga kepercayaan ini berkaitan dengan ketergantungan kepada yang ilahi atau penyerahan kepada yang maha tinggi dan keempat ketakutan, hal ini tidak menekankan rasa takut akan yang ilahi.

  3. Faktor-faktor Pembentuk Religiusitas Menurut Yusuf (2009) pembentuk religiusitas dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan.

  a. Faktor Bawaan Setiap manusia yang lahir ke dunia, menurut tingkat kejadiannya mempunyai potensi religiusitas atau keimanan kepada Tuhan atau percaya adanya kekuatan di luar dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan alam semesta. Masyarakat yang primitif muncul kepercayaan terhadap roh-roh gaib yang dapat memberikan kebaikan atau malapetaka.

  b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan itu tiada lain adalah lingkungan individu itu hidup. Lingkungan itu adalah keluarga, sekolah dan masyarakat:

  1. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak kepribadian sangat dominan. Dalam hal ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan tingkat religiusitas anak remaja. Peranan orang tua dalam menumbuhkan religiusitas anak remaja yaitu: a) Orang tua merupakan pembina pribadi yang sangat penting bagi remaja, dan tokoh yang diindentifikasi atau ditiru anak remaja, maka hendaknya orang tua memiliki kepribadian yang baik atau berakhal mulia.

  b) Orang tua hendaknya mempermalukan anaknya dengan baik.

  Sikap dan prilaku orang tua yang baik adalah memberikan curahan kasih sayang yang iklas, bersikap respek, menerima anak sebagaimana biasanya, mau mendengar keluhan anak, memaafkan kesalahan anak dan meminta maaf bila orang tua sendiri salah dan meluruskan kesalahan anak dengan alasan yang tepat.

  c) Orang tua hendaknya memelihara hubungan yang harmonis antar anggota keluarga. Hubungan yang harmonis penuh pengertian dan kasih sayang maka akan mempengaruhi perkembangan anak remaja.

  d) Orang tua hendaknya membimbing, mengajarkan dan melakukan ajaran agama.

  2. Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan pelatihan pada anak.

  Menurut Hurlock (1997) pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substansi dari keluarga dan guru substansi dan orang tua.

  3. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat yang dimaksud adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosio kultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan remaja dalam religiusitas atau kesadaran individu. Dalam masyarakat individu akan melakukan interaksi sosial dengan teman-teman sebaya atau anggota masyarakat lainnya.

  4. Karakter Individu yang Memiliki Religiusitas Individu yang memiliki religiusitas tinggi akan tercermin dalam perilakunya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glock dan Stark dalam dimensi religiusitas, karakteristik individu memimiliki religiusitas berdasarkan dimensi religiusitas yaitu: a. Memiliki ciri utama berupa keyakinan yang kuat, ini mengkaitkan dengan iman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab, dan Nabi. Seorang yang memberikan rahmat dan anugerah. Melakukan kebaikan-kebaikan terhadap orang lain di dunia, melaksanakan perintah Allah, serta menyakini adanya hal-hal yang dianggap suci dan sakral, seperti kitab suci, tempat ibadah.

  b. Mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagimana disuruh dan diajarkan oleh agamanya.

  c. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan disesuaikan dan dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya seperti suka menolong, bekerjasama, berderma, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, memaafkan.

  d. Mengetahui dan memahami hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi terhadap ajaran agamanya. Dengan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan agama yang dianut, seseorang akan lebih paham tentang ajaran agama yang dipeluknya.

  e. Merasakan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Allah, seperti merasakan bahwa doanya dikabulkan Allah, merasakan ketentraman karena menuhankan Allah, tersentuh atau bergetar ketika bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah.

  Hawari (dalam Sutoyo 2009) menyebutkan ciri seseorang yang memiliki religiuistas yaitu:

  1. Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah atau melakukan sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Ia akan merasa malu ketika berbuat sesuatu yang tidak baik meskipun tak seorangpun melihatnya. Selain itu Ia juga selalu ingat kepada Allah, perasaannya tenang dan aman karena merasa dilindungi oleh zat yang maha perkasa lagi bijaksana.

  2. Selalu merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya ada yang mengontrol. Oleh sebab itu mereka selalu berhati-hati dalam bertindak dan berucap.

  3. Melakukan pengamalan agama seperti yang dicontohkan oleh para Nabi, karena hal tersebut dapat memberikan rasa tenang dan terlindungi bagi pemeluknya.

  4. Memiliki jiwa yang sehat sehingga mampu membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya.

  5. Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam kehidupannya, walaupun aktivitas tersebut tidak mendatangkan keuntungan materi dalam kehidupan dunianya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kontrol diri yang baik sehingga timbul kesadaran bahwa apapun yang ia lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah.

  6. Kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin dicapainya, karena ia menyadari bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakankehendak Allah dan tidak mudah mengalami stress ketika mengalami kegagalan serta tidak pula menyombongkan diri ketika sukses, karena ia yakin bahwa kegagalan maupun kesuksesan pada dasarnya merupakan ketentuan Allah.

  Secara umum, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki religiusitas yaitu memiliki keyakinan yang kuat akan adanya Allah sehingga ia merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah dan sesuatu yang dilarang Allah serta merasa segala tingkah lakunya ada yang mengontrol. Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin dicapainya karena ia menyadari bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakan takdir Allah. Mampu membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya dan selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam hidupnya.

B. Moralitas

  1. Pengertian moralitas Istilah moralitas berasal dari kata Latin “mos”, yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai-nilai dan tatacara kehidupan.

  Sedangkan moralitas sendiri merupakan kemampuan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.

  2. Tahap-Tahap Perkembangan Moralitas Menurut Kohlberg ada enam tahap dalam perkembangan moral dapat dikaitkan satu sama lain dalam tiga tingkat sehingga tiap tingkat memiliki dua tahap yaitu:

  a. Tingkat Prakonvensional Pada tingkat ini si anak mengakui adanya aturan-aturan dan baik serta buruk mulai menpunyai arti baginya, tapi hal itu semata-mata dihubungkan dengan reaksi orang lain. Penilaian tentang baik buruknya perbuatan hanya ditentukan oleh faktor-faktor dari luar. Motivasi untuk penilaian moral terhadap perbuatan hanya didasarkan atas akibat atau konskuensi yang dibawakan oleh perilaku si anak. Pada tingkat prokonvensional ini dapat dibedakan dua tahap:

  1. Orientasi hukuman dan kepatuhan Anak mendasarkan perbuatannya atas otoritas konkret, dan atas hukuman yang akan menyusul, bila ia tidak patuh. Perspektif si anak semata –mata egosentris. Ia membatasi diri pada kepentingannya sendiri dan belum memandang kepentingan orang lain. Ketakutan untuk akibat perbuatannya adalah perasaan dominan yang menyertai motivasi moral itu.

  2. Orientasi realitivis instrumental Perbuatan adalah baik, jika ibarat instrumen dapat memenuhi kebutuhan menyadari kepentingan orang lain juga, tapi hubungan antara manusia dianggapnya seperti hubungan orang dipasar: tukar menukar.

  b. Tingkat Konvensional Anak mulai beralih ke tingkat antara umur sepuluh dan tiga belas tahun. Perbuatan sudah dinilai berdasarkan norma-norma umum dan kewajiban serta otoritas dijunjung tinggi. Anak mulai menyesuaikan penilaian dan perilakunya dengan harapan orang lain atau kode yang berlakunya dengan harapan orang lain atau kode yang berlaku dalam kelompok sosialnya.

  1. Penyesuaian dengan kelompok atau orientasi menjadi anak manis: Anak cenderung mengarahkan diri kepada keinginan serta harapan dari para anggota keluarga atau kelompok lain. Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan dan membantu orang lain serta disetujui oleh orang lain.dalam tahap ketiga perbuatan itu dianggap baik, karena di baliknya ada maksud baik.

  2. Orientasi hukum dan ketertiban Anak mulai menyesuaikan diri dari kelompok , kekelompok yang lebih abstrak. Perilaku yang baik adalah melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan mempertahankan ketertiban sosial yang berlaku demi ketertiban itu sendiri. c. Tingkat Pascakonvensional Tingkat ketiga disebut juga tingkat otonom atau tingkat berprinsip.

  Moral dipandang sebagai penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip-prinsip yang dianut dalam batin. Orang muda mulai menyadari bahwa kelompoknya tidak selamanya benar. Tingkat ketiga mempunyai dua tahap yaitu:

  1. Orientasi kontrak sosial legalistis.

  Dalam tahap ini disadari relativisme nilai-nilai dan pendapat-pendapat pribadi dan kebutuhan akan usaha-usaha untuk mencapai konsensus.

  Apa yang disetujui dengan cara demokratis, baik buruknya tergantung pada nilai-nilai dan pendapat-pendapat pribadi.

  2. Orientasi prinsip etika yang universal Orang mengatur tingkah laku dan penilaian moralnya berdasarkan hati nurani pribadi. Prinsip-prinsip etis dan hati nurani berlaku secara universal. Orang yang melanggar prinsip-prinsip hati nurani ini akan mengalami penyesalan yang mendalam.

  2. Perkembangan Moralitas Perkembangan moral remaja adalah masa dimana remaja menjadi lebih matang dibandingan dengan usia anak. Mereka lebih mengenal tentang terdapat tujuh hal utama yang merupakan sifat dasar dari moral dan dapat membantu anak untuk bersikap sesuai dengan moral ketika menghadapi tekanan lingkungan. Sifat-sifat tersebut dapat diajarkan, dicontohkan, diinspirasikan, dan dibentuk agar anak dapat menguasainya. Ketujuh sifat baik utama tersebut adalah:

  a. Empati (Empathy) Empati merupakan inti emosi moral yang membantu anak memahami perasaan orang lain. Kebajikan ini membuatnya menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih sayang. Emosi moral yang kuat mendorong anak bertindak benar karena ia bisa melihat kesusahan orang lain sehingga mencegahnya melakukan tindakan yang dapat melukai orang lain

  b. Hati Nurani (Conscience) Hati nurani adalah suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar daripada jalan yang salah serta tetap berada di jalur yang bermoral; membuat dirinya meras bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya. Kebajikan ini membentengi anak dari pengaruh buruk dan membuatnya mampu bertindak benar meski tergoda untuk melakukan hal yang sebaliknya. Kebajikan ini merupakan fondasi bagi perkembangan sifat jujur, tanggungjawab, dan integritas diri yang tinggi. c. Kontrol Diri (self-Control) Kontrol diri merupakan dorongan dari dalam diri dan berfikir sebelum bertindak, sehingga dapat melakukan hal yang benar, dan kecil kemungkinan mengambil tindakan yang akan menimbulkan akibat buruk. Kebajikan ini membantu anak menjadi mandiri karena ia tahu bahwa dirinya bisa mengendalikan tindakkannya sendiri. Sifat ini membangkitkan sikap murah dan baik hati karena anak mampu menyingkirkan keinginan memuaskan diri serta merangsang kesadaran mementingkan keperluan orang lain.

  d. Rasa Hormat (respect) Rasa hormat adalah menghargai orang lain dengan berlaku baik dan sopan. Kebajikan ini mengarahkan anak memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin orang lain memperlakukan dirinya, sehingga mencegah anak bertindak kasar, tidak adil, dan bersikap memusuhi. Jika anak terbiasa bersikap hormat terhadap orang lain, akibatnya ia juga akan menghormati dirinya.

  e. Kebaikan (kindness) Kebaikan adalah menunjukkan kepeduliaan terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain. Kebaikan hati membuat anak lebih banyak memikirkan kebutuhan orang lain, menunjukkan kepeduliaan, memberi bantuan kepada yang memerlukan, serta melindungi mereka yang kesulitan atau kesakitan.

  f. Toleransi( tolerance) Toleransi adalah menghormati martabat dan hak semua orang meskipun keyakinan dan perilaku mereka berbeda dengan kita. Toleransi membuat anak mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain, membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, kepercayaan, kemampuan. Kebajikan ini membuat anak memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang-orang berdasarkan karakter mereka.

  g. Keadilan (Fairless) Keadilan adalah berpikir terbuka serta bertindak adil dan benar.

  Kebaikan menuntut anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak, dan adil, sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi, serta mendengar semua pihak secara terbuka, sebelum memberi, penilaian apapun.

  Menurut Yusuf (2009) perkembangan moral remaja dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu:

  1. Pendidikan Langsung Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman tingkah laku yang benar dan salah, atau baik buruk oleh orangtua guru atau orang dewasa lainnya. Di samping itu yang paling penting dalam pendidikan moral ini adalah keteladanan dari orangtua, guru atau orang dewasa lainnya dalammelakukan nilai-nilai moral.

  2. Identifikasi Identifikasi yaitu cara atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya.

  3. Proses coba-coba Proses coba-coba yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan atau celaan akan dihentikannya.

  3. Faktor Pembentuk Moralitas Perkembangan moral remaja banyak dipengaruhi oleh lingkungan.

  Remaja memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut: a. Konsisten dalam mendidik anak

  Orangtua harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan kembali pada waktu lain.

  b. Sikap orangtua dalam keluarga Sikap orangtua terhadap anak dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses meniru. Sikap orangtua yang keras cenderung melahirkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurang memperdulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah dan konsisten.

  c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut.

  Orangtua merupakan panutan bagi anak, termasuk di sisi panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religius dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik. d. Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma Orangtua mengajarkan kepada anak agar berprilaku jujur bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat beragama tetapi orngtua sendiri menampilkan prilaku yang sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidakkonsistenan orangtua sebagai alasan untuk tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orangtuanya.

  4. Karakteristik Moralitas Remaja Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berpikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, temapat, dan situasi, tetapi juga ada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka. Perkembangan pemikiran moral remaja ditandai dengan mulai tumbuh kesadaran dan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai.

Dokumen yang terkait

Tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama (studi deskriptif pada mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap penyusunan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial).

0 2 102

Tingkat kematangan karier mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa prodi bimbingan dan konseling angkatan 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan karier).

0 1 2

Konsep diri mahasiswa : studi deskriptif pada mahasiawa angkatan 2015/2016 program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

0 3 120

Tingkat motivasi belajar siswa : studi deskriptif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Surakarta tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar.

0 0 108

Tingkat kemampuan penerimaan diri remaja : studi deskriptif pada remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 1 130

Tingkat kecerdasan emosi remaja panti asuhan : studi deskriptif tingkat kecerdasan emosi pada remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan serta implikasinya terhadap topik-topik bimbingan pribadi sosial

0 5 120

Tingkat konformitas siswa : studi deskriptif pada siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 2 121

Deskripsi tingkat kecerdasan interpersonal siswa di asrama putra-putri SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan tahun ajaran 2006/2007 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 147

Perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama - USD Repository

0 0 130

Deskripsi kecerdasan emosional para siswi remaja asrama putri Santa Yulia Surabaya tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok : tinjauan dari berbagai aspek kecerdasan emosional - USD Repository

0 0 150