Tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama (studi deskriptif pada mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap penyusunan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial).

(1)

TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap Penyusunan Usulan

Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Adriana Octavia Zeca Carion 121114072

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecilku ini untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku tercinta; Bapak Yafridus Da Zeca Nahak dan Ibu Veronica Ximenes Da Costa

Ketiga adikku tersayang; Joanina Fatima Ximenes, Sandro Zeca Noronha, Filomino Ricki Ximenes.

Keluarga besar Ferik Katuas dan Lakubolin. Donatur beasiswa Porticus Asia (Hongkong) dan para pendamping mahasiswa Baku Peduli, Romo Wiryono SJ,

Pater Saverinus OFM, dan Bapak Emanuel Bele Bau. Program Studi Bimbingan dan Konseling. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.


(5)

MOTTO

Jangan takut sebab Aku menyertai engkau Jangan bimbang sebab Aku ini Allahmu

Bahkan akan menolong engkau (Yes. 41:10)


(6)

(7)

(8)

ABSTRAK

TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap Penyusunan

Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial) Adriana Octavia Zeca Carion

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Selain itu untuk menganalisis aspek-aspek toleransi hidup bersama yang paling tinggi intensitasnya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma dan mengidentifikasi item-item instrumen yang rendah untuk dijadikan dasar penyusunan usulan topik bimbingan konseling.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaif deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma angkatan 2012 sampai 2015 dengan jumlah responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 74 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama. Instrumen penelitian ini terdiri dari 40 item dengan nilai koefisien reliabilitas 0,892, disusun berdasarkan aspek-aspek toleransi hidup bersama. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan distribusi normal yang terdiri dari 5 kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat 64,9%, 48 mahasiswa memiliki toleransi yang sangat tinggi, dan 29,7%, 22 mahasiswa memiliki toleransi tinggi. Terdapat 4 mahasiswa (5,4%) memiliki toleransi sedang, dan tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. (2) Analisis aspek yang memiliki intensitas tertinggi berada pada aspek 4 dengan persentase 90,47%, aspek 2 (83,96%), aspek 3 (83,85%), aspek 5 (83,36%) dan aspek 1 (82,18%). (3) Analisis item dengan perolehan skor dalam kategori sangat tinggi terdapat 27 item, tinggi 11 item, sedang 2 item, sedangkan rendah dan sangat rendah tidak ada. Berdasarkan hasil perolehan skor tersebut disusun beberapa usulan topik yaitu kerja sama dan proaktif. Dengan demikian mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma memiliki tingkat toleransi hidup bersama yang tinggi.


(9)

ABSTRACT

TOLERANCE LEVEL OF LIVING TOGETHER AMONG RESIDENTS OF STUDENT RESIDENCE

(Descriptive Study on Residents of Student Residence of Sanata Dharma University of Academic Year of 2015/2016, and its Implication on Social

Personal Guidance topics Compilation) Adriana Octavia Zeca Carion

Sanata Dharma University 2016

This research was aimed at finding tolerance level of living together among residents of student residence of Sanata Dharma University of Academic Year of 2015/2016, and also to analyze the highest intensity of tolerance aspects of living together as a descriptive manifestation of tolerance level of residents of Student Residence of Sanata Dharma University and to identify low instrument items as the basis of guidance and counseling topics draft compilation.

This research was a quantitative descriptive research. The subject of this research was 74 students/residents of Student Residence of Sanata Dharma University batches 2012 to 2015. The data collection technique was questionnaire of Tolerance of Living Together Among Residence of Student Residence. This research’s instrument consisted of 40 items with reliability coefficient of 0.892, compiled based on tolerance of living together aspects. Data analysis technique used was percentage calculation with normal distribution consisting of 5 categories, i.e. very high, high, medium, low, and very low.

The result of this research showed (1) There were 48 (64.9%) students having very high tolerance; 22 (29.7%) students having high tolerance; 4 (5.4%) medium; and none having low or very low categories. (2) Aspect analysis which had the highest intensity was on aspect 4 with 90.47% aspects, aspect 2 (83.96%), aspect 3 (83.85%), aspect 5 (83.36%), and aspect 1 (82.18%). (3) Items analysis yielded 27 items with very high category, 11 items high, 2 items medium, none with low or very low. Based on the scores, several topic drafts were compiled, i.e. cooperative and pro-active. In conclusion, residents of Student Residence have a high level of tolerance of living together.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinnya terhadap Penyusunan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis selama kuliah dan menyusun skripsi.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan masukan, semangat, dukungan, mengarahkan dan membimbing dengan baik selama proses menulis dan sampai menyelesaikan skripsi.

4. Bapak dan Ibu dosen dari Program Studi Bimbingan dan Konseling juga Bapak, Ibu, Romo, Suster sebagai dosen yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis selama studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Mas Moko selaku tenaga kependidikan di sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling, atas kesabaran dalam mendukung dan membantu mengurus administrasi perkuliahan sampai penyelesaian skripsi.


(11)

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Toleransi Hidup Bersama ... 9

1. Pengertian Toleransi Hidup Bersama ... 9

2. Aspek-aspek Toleransi Hidup Bersama... 10

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Toleransi Hidup Bersama ... 11

4. Manfaat Toleransi Hidup Bersama ... 13


(13)

1. Pengertian Dewasa Awal ... 14

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 15

3. Ciri-ciri Dewasa Awal ... 18

4. Karakteristik Dewasa Awal ... 19

C. Hakikat Hidup Berasrama ... 24

1. Hidup berasrama ... 24

2. Fungsi asrama ... 24

3. Upaya-upaya membangun toleransi hidup bersama ... 26

D. Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

1. Pengertian bimbingan pribadi-sosial ... 27

2. Tujuan bimbingan pribadi-sosial ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Validitas dan Reliabilitas ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016 ... 43

2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama Yang Intensitasnya Paling Tinggi Sebagai Cermin Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma ... 46

3. Hasil Analisis Item-Item Instrumen Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Yang Teridentifikasi Rendah Untuk Dijadikan Dasar Penyusunan Usulan Topik Bimbingan Pribadi Sosial ... 48


(14)

B.Pembahasan ... 50

1. Deskripsi Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 50

2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama ... 52

3. Identifikasi Capain Skor Item Instrumen Untuk Dijadikan Dasar Penyusunan Usulan Topik Bimbingan Pribadi Sosial ... 54

4. Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55

B. Keterbatasan Penelitian ... 56

C. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1: Data Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016 ... 2

Tabel 3.1: Kisi-Kisi Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama ... 33

Tabel 3.2: Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Penelitian ... 36

Tabel 3.3: Kualifikasi Reliabilitas ... 37

Tabel 3.4: Penentuan Skor Alternatif Jawaban ... 38

Tabel 3.5: Pedoman Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 39

Tabel 3.6: Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 40

Tabel 3.7: Kategorisasi Butir-butir Item Instrumen Penelitian ... 42

Tabel 4.1: Kategorisasi Perolehan Skor Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 43

Tabel 4.2: Persentase Perolehan Skor Per Aspek Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 46

Tabel 4.3: Kategori Capaian Skor Item Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 48

Tabel 4.4: Item-Item Pernyataan Yang Tergolong Dalam Kategori Sedang ... 49


(16)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1: Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 44 Grafik 4.2: Persentase Perolehan Skor Per Aspek ... 47


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... 61

Lampiran 2: Kisi-Kisi Kuesioner ... 62

Lampiran 3: Kuesioner ... 63

Lampiran 4: Tabulasi Data ... 69

Lampiran 5: Tabulasi Data Per Aspek Setelah Validasi ... 75

Lampiran 6: Validitas ... 79


(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Hidup bersama dalam sebuah komunitas atau asrama tentu memiliki beragam perbedaan dari setiap individu tersebut. Melihat perbedaan yang ada begitu kompleks dalam kehidupan berasrama peneliti ingin melihat tingkat toleransi antara mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma. Kehidupan di Student Residence Sanata Dharma ini memiliki latar belakang yang beragam baik daerah, agama, suku, budaya, status sosial ekonomi dan bahasa. Selain itu mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang datang dari berbagai daerah yang berbeda.

Mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma berasal dari Sabang sampai Merauke. Ada yang berasal dari Sumatera (Aceh, Nias, Mentawai), Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (Atambua, Kefa, Soe, Kupang, Rote, Alor, Sumba, Larantuka, Adonara, Lembata, Bajawa, Ende, Manggarai), Maluku (Ambon), dan Papua (Biak, Sorong, Asmat). Keberagaman di atas dapat dilihat pada tabel berikut:


(19)

Tabel 1.1

Data Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016

No Thn JnsKel Agm Asal Jml

P L KP K I Sum Kal Jw NTT Mlk Pap 1. 2012 33 24 32 22 3 17 - - 36 - 4 57

2. 2013 34 11 6 35 4 5 - - 36 2 2 45

3. 2014 5 9 7 7 - 10 - - - - 4 14

4. 2015 19 14 12 20 1 5 11 1 12 - 4 33

5. 2016 7 7 7 6 1 10 2 - - - 2 14

Jumlah 98 65 64 90 9 47 13 1 84 2 16 163

Keterangan: Thn : Tahun Jml : Jumlah

JnsKel : Jenis Kelamin (P=Perempuan; L=Laki-laki)

Agm : Agama (KP=Kristen Protestan; K=Katolik; I=Islam)

Asal : Berdasarkan pulau (Sum=Sumatra; Kal=Kalimantan; Jw=Jawa; NTT=Nusa Tenggara Timur; Mlk=Maluku; Pap=Papua)

Keberagaman yang kompleks dilihat dari bahasa, suku, agama, budaya dan asal daerah yang berbeda menjadi rentan masalah bagi setiap individu yang tinggal di asrama tersebut. Kemungkinan terjadi kesalahpahaman pun menjadi rentan antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya maupun dengan para pamong atau pembimbing.


(20)

Hubungan yang baik antara sesama mahasiswa dapat menjadi kehidupan bersama yang akan menunjang pertumbuhan setiap individu. Ketika seseorang tinggal di asrama, individu tersebut harus belajar hidup bersama orang lain dan belajar untuk saling berbagi dengan orang lain. Dalam hidup bersama seseorang harus belajar menyesuaikan diri dengan beragam aturan dan perbedaan. Seseorang akan berkembang dengan baik ketika dapat menyesuaikan diri, dan memiliki relasi yang baik dengan orang lain.

Ada pribadi yang mengalami hambatan-hambatan dalam menyesuaikan diri, ketika tidak dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain karena berbeda latar belakang, suku, budaya dan bahasa. Ketika berhadapan dengan orang yang berbeda daerah tentu butuh penyesuaian diri, toleransi dan belajar untuk menerima setiap individu tersebut apa adanya.

Indonesia adalah salah satu negara yang multikultur dengan banyak ragam bahasa, suku, budaya dan lainnya. Masyarakat Indonesia terbiasa dengan adanya perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan bersama di masyarakat, adanya hubungan yang tetap terjalin baik dan harmonis antara masyarakat. Namun ada juga beberapa peristiwa yang terjadi di masyarakat terkait toleransi antara lain kerusuhan yang terjadi di Poso, Ambon, dan Aceh.

Toleransi dan komunikasi sangat penting dalam hidup bersama, jika seseorang mampu berkomunikasi dengan orang berbeda dengannya akan sangat membantu perkembangan dirinya. Hubungan keakraban, rasa persaudaraan dan kekeluargaan dapat terjalin dengan baik ketika seseorang memiliki relasi yang


(21)

baik dengan orang lain. Toleransi menjadi sangat penting ketika kita hidup bersama dalam sebuah komunitas. Ketika seorang individu dapat menerima perbedaan dan toleransi dengan orang lain maka individu tersebut dapat berkembang dengan baik. Melihat keberagaman yang kompleks di Student Residence Sanata Dharma ini maka sangat dibutuhkan untuk saling toleransi dalam hidup bersama.

Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinnya terhadap Penyusunan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial )”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang ditemukan di Student Residence Sanata Dharma yaitu sebagai berikut:

1. Kesalahpahaman tentang proses pendampingan antara mahasiswa dan pamong (pembimbing), adanya perasaan pilih kasih.

2. Adanya indikasi kurang toleransi dalam hidup bersama (dalam menghargai perbedaan pendapat dan keragaman).


(22)

4. Terjadi salah paham antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya yang berbeda daerah karena menggunakan bahasa daerah.

5. Kurang terciptanya suasana tenang saat mahasiswa lainnya sedang menjalankan ibadahnya, saat jam istirahat dan jam belajar yang sudah ditetapkan oleh asrama.

6. Mahasiswa tidak terlibat saat merayakan hari raya temannya dan berperilaku pasif saat pentas seni dan budaya.

7. Mahasiswa acuh tak acuh mengikuti pertemuan komunitas dan mengikuti kegiatan-kegiatan asrama lainnya.

C. Batasan Masalah

Berhubung adanya keterbatasan waktu maka penelitian dibatasi pada beberapa masalah saja untuk diteliti lebih mendalam. Fokus kajian pada penelitian ini yaitu toleransi dalam hidup bersama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat toleransi hidup bersama diantara mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016?


(23)

2. Aspek-aspek toleransi hidup bersama mana saja yang paling tinggi intensitas persentasenya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma?

3. Item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi perolehan skornya rendah untuk dijadikan dasar penyusunan usulan topik bimbingan pribadi sosial?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016.

2. Menganalisis aspek-aspek toleransi hidup bersama yang paling tinggi intensitasnya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma.

3. Mengidentifikasi item-item instrumen yang rendah untuk dijadikan dasar penyusunan usulan topik bimbingan pribadi sosial.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pendidikan, khususnya bidang Bimbingan dan Konseling dalam program pendampingan untuk meningkatkan toleransi hidup bersama.


(24)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengelola asrama

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi kepada pengelola asrama, dalam membimbing dan mendampingi mahasiswa untuk meningkatkan sikap toleransi hidup bersama di asrama. Kegunaan lain dari hasil penelitian ini untuk membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma.

b. Bagi mahasiswa

Dengan penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan sikap toleransi dalam hidup bersama di Student Residence Sanata Dharma.

G. Definisi Istilah

1. Toleransi hidup bersama yaitu sikap tidak memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya dan bisa menerima perbedaan yang ada pada orang lain dengan dirinya.

2. Mahasiswa yaitu individu dengan rentang usia 18-25 tahun yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi.

3. Student Residence Sanata Dharma yaitu pemondokan atau tempat tinggal bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, yang hidup bersama dalam komunitas dan mengikuti program-program pendampingan dari asrama.


(25)

4. Bimbingan pribadi-sosial adalah bantuan berupa layanan yang diberikan kepada individu untuk mencapai tugas perkembangannya mengenai diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai hakikat toleransi hidup bersama dan hakikat mahasiswa sebagai dewasa awal.

A. Hakikat Toleransi Hidup Bersama 1. Pengertian Toleransi Hidup Bersama

Toleran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Menurut Kemendiknas (2010), toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, etnis, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

Menurut Wibowo (2013: 101), toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Menurut Rawls (Mustari, 2014: 168), toleransi ini menjadi penting ketika kebebasan-kebebasan nurani individu bertemu dalam wilayah publik.

Toleransi (tasamuh) adalah sikap bersedia menerima keanekaragaman pendapat, adat istiadat yang dihayati oleh orang lain. Toleransi diperlukan karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu memerlukan kehadiran dan


(27)

bantuan orang lain. Toleransi merupakan modal untuk saling menolong dan kerjasama dalam berbagi bidang kehidupan, baik secara pribadi maupun kelompok. Toleransi diperlukan untuk membangun kehidupan yang damai. Menurut Aly (Nashir, 2013: 94) dengan toleransi manusia membiasakan bersikap menenggang, menghargai, dan mengijinkan sikap yang berbeda atau bertentangan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa toleransi adalah sikap menenggang, menerima dan menghargai adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Sikap toleransi sangat dibutuhkan dalam membina hidup bersama di tengah masyarakat yang multikultur.

2. Aspek-aspek Toleransi Hidup Bersama

Hidup dalam lingkungan yang multikultur sangat dibutuhkan sikap toleransi. Thomas Lickona (Borba, 2008: 225) menguraikan bahwa toleransi sebagai kebajikan etis mempunyai dua aspek, yaitu:

a. Rasa hormat

Rasa hormat terhadap martabat manusia dan hak asasi setiap orang, termaksud kebebasan hati nurani menentukan pilihan selama tidak mengganggu hak orang lain. Bersikap toleransi akan mencegah seseorang dalam tindakan pemaksaan, atau secara tidak adil membatasi kebebasan seseorang maupun sekelompok orang. Dengan


(28)

bersikap toleransi mengarahkan seseorang untuk memperlakukan orang lain dengan baik dan pengertian.

Toleransi juga membuat orang mampu untuk menghadapi perbedaan dan sepakat untuk tidak sependapat. Misalnya pada saat pertemuan seseorang memiliki pendapat yang berbeda dengan beberapa orang lainnya, maka orang yang memilki sikap toleransi akan menghormati perbedaan tersebut dan tidak memaksa untuk memiliki pendapat yang sama.

b. Menghargai keragaman manusia, berbagai nilai positif, serta bermacam peran manusia yang memiliki latar belakang, suku, agama, negara dan budaya yang berbeda.

Kehidupan yang kompleks dengan latar belakang yang beragam menuntut seseorang untuk bisa menghargai perbedaan. Bersikap toleransi berarti seseorang memahami bahwa semua orang berhak memperoleh keadilan, kasih sayang dan pengertian meski tidak memiliki keyakninan yang sama. Selain itu memahami bahwa setiap individu itu unik dan bertoleransi juga mengarahkan untuk melihat sisi baik dari setiap individu maupun kelompok yang berbeda.

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Toleransi Hidup Bersama Mustari (2014:168) menguraikan karakteristik individu yang bersikap toleransi sebagai berikut:


(29)

a. Menerima perbedaan dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

Individu yang mampu bersikap toleransi akan berusaha untuk menerima perbedaan baik pendapat maupun keyakinan. Selain itu individu yang bertoleransi akan menghargai perbedaan tersebut dan tidak memaksa orang lain sesuai kehendaknya.

b. Menerima adanya perbedaan antara berbagai latar belakang sosial-ekonomi, budaya, dan sebagainya.

Bersikap toleransi dalam hidup bersama membuat individu belajar untuk memahami bahwa kehidupan memiliki banyak aspek. Perbedaan dalam berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya, agama dan lainnya bukan menjadi pemisah melainkan kekayaan dalam hidup bersama.

c. Tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan kebiasaanya sendiri pada orang lain.

Individu bersikap toleransi tidak akan memaksa orang lain untuk sama dengan dirinya dalam hal pemikiran, keyakinan ataupun kebiasaannya. Melainkan individu menghormati keputusan yang berbeda dan memberi kebebasan akan perbedaan tersebut.


(30)

d. Tidak memaksakan pada seseorang untuk menganut suatu kepercayaan tertentu.

Bersikap toleransi berarti tidak memaksa orang lain untuk sama dengan dirinya, melainkan mengakui kebebasan untuk berbeda sesuai kepercayaan. Tidak bisa seseorang mengharuskan individu lainya untuk berpandangan picik. Misalnya individu lainnya harus menghormati hak orang untuk beragama lain.

4. Manfaat Toleransi Hidup Bersama

Aly (Nashir, 2013:94) menguraikan adanya keuntungan yang diperoleh dari sikap toleran atau toleransi ialah:

a. Membuat orang terbuka untuk mengenal orang lain

Bersikap toleransi akan membantu individu untuk terbuka mengenal orang lain meski berbeda dengan dirinya. Mau menerima perbedaan dan belajar dari orang lain.

b. Mengembangkan kemampuan untuk menerima kehadiran orang lain yang berbeda-beda dengan tujuan dapat hidup bersama orang lain secara damai.

c. Dapat mengakui individualitas dan keragaman

Individu yang memiliki sikap toleransi memahami bahwa setiap individu memiliki keunikan tersendiri sehingga ada keragaman yang tampak dalam hidup bersama.


(31)

d. Mudah menghilangkan topeng-topeng kepalsuan yang memecah-belah

Bertoleransi membuat individu untuk lebih memahami perbedaan sehingga tidak mudah untuk terjerumus dalam hal-hal yang menghancurkan kehidupan bersama.

e. Mengatasi ketegangan akibat kemasabodohan

Individu yang bertoleransi lebih mudah terbuka untuk peduli dengan orang lain meski berbeda dalam pendapat maupun keyakinan.

f. Memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengenyahkan prasangka negatif dan stigma negatif mengenai orang-orang yang berbeda bangsa, agama, budaya maupun warisan etniknya (Aly, 2009:83).

B. Hakikat Mahasiswa sebagai Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal

Tilker dan Hurlock mengemukakan dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.

Masa dewasa dini atau masa dewasa awal merupakan masa penuh konflik di antara ketiga pola (masa dewasa awal, madya, dan masa tua).


(32)

Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (2011), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically transition), transisi secara intelektual (cognitive transition), transisi peran sosial (social role transition). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang berada pada tahap dewasa awal yaitu individu yang baru meninggalkan masa remaja untuk menuju masa dewasa.

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Menurut Havighurst (Khairani, 2013), tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.

Havighurst (Rochmah, 2005:80-83) membagi kehidupan masa dewasa berikut tugasnya menjadi tiga fase, yaitu: dewasa muda, dewasa, dan usia lanjut. Pada dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu adalah:

a. Memilih pasangan hidup

Masa dewasa muda merupakan masa awal membina karier dan keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan memilih pasangan hidup sebagai suami istri. Pasangan suami istri selain didasari oleh


(33)

pertimbangan yang matang, tentang kesesuaian sifat, kesamaan tujuan hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melaksanakan tugas-tugas rumah tangga.

b. Belajar hidup dengan pasangan

Hidup berkeluarga merupakan hidup bersama antara dua orang yang memiliki dua latar belakang kehidupan, sifat dan mungkin minat dan kebiasaan yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki kebutuhan yang sama, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama. Pemahaman tentang kesamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut tidak muncul begitu saja, tetapi harus ada kesediaan dan usaha dari kedua belah pihak untuk mempelajarinya. Tanpa pemahaman, maka keharmonisan keluarga sulit direalisasikan.

c. Memulai hidup berkeluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Hampir seluruh aspek kehidupan kemasyarakatan ada didalam keluarga. Dalam keluarga ada aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, pendidikan, kesehatan, keamanan, etika, estetika, dan lain-lain. Suami istri dengan anak-anaknya, harus mengembangkan mekanisme kerja, menciptakan iklim kehidupan dan lain-lain sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi dan semua urusan keluarga dapat diselesaikan dengan baik.


(34)

d. Memelihara dan mendidik anak

Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai pemersatu suami-istri, sebagai penerus generasi. Kehadiran anak harus dirawat, dipelihara dan dididik dengan baik. Jika tidak, mungkin saja anak itu bukan lagi penghibur dan penerus kebanggaan, tetapi menjadi sumber kedukaan dan kegundahan. Memelihara pertumbuhan fisiknya relatif lebih mudah dibandingkan dengan mendidik kerohaniannya. Membimbing perkembangan rohani (psikis) anak membutuhkan kesiapan tertentu dari kedua orang tuanya.

e. Mengelola rumah tangga

Rumah tangga ibarat suatu perusahaan atau lembaga yang memiliki banyak bagian atau kaitan, baik antar bagian-bagiannya maupun bagian tersebut dengan bagian diluar rumah. Semua hal tersebut perlu direncanakan dan dikelola dengan baik, sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang harmonis.

f. Memulai kegiatan pekerjaan

Pekerjaan bukan hanya berfungsi untuk mendapatkan nafkah, tetapi juga merupakan bagian dari karier sekaligus identitas dan prestise keluarga. Seorang dewasa muda harus mempersiapkan, memilih, serta memasuki pekerjaan yang cocok dengan kemampuan latar belakang pendidikannya, untuk kemudian mengembangkan dirinya seoptimal mungkin dalam pekerjaan tersebut. Walaupun


(35)

seseorang telah mengikuti pendidikan untuk suatu pekerjaan, tetapi dalam praktek masih harus banyak belajar dan mengembangkan diri. g. Bertanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara

Seorang dewasa muda harus mampu membina hubungan sosial dengan sesama warga masyarakat. Selain ia dituntut mematuhi semua peraturan, ketentuan, dan nilai yang ada dalam masyarakat, ia juga dituntut untuk memelihara dan menggawasinya, ia juga dituntut untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. h. Menentukan persahabatan dalam kelompok sosial

Di masyarakat terdapat berbagai kelompok sosial, seperti kelompok etnis, agama, budaya, profesi, hobi dan lain-lain. Seorang dewasa muda dituntut untuk dapat hidup dalam berbagai kelompok sosial tersebut dengan harmonis.

3. Ciri-Ciri Dewasa Awal

Anderson (Marleny, 2015) mengemukakan adanya beberapa ciri periode masa dewasa awal:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri dan ego yaitu berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya dan tidak condong pada perasaan diri sendiri atau kepentingan pribadi.

b. Tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien, yaitu melihat tujuan yang yang ingin dicapai dengan jelas.


(36)

c. Mengendalikan perasaan pribadi, yaitu dapat mengolah perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain.

d. Keobjektifan, yaitu memiliki sikap objektif, yakni berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.

e. Menerima kritik dan saran, yaitu memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar sehingga terbuka terhadap kritik dan saran orang lain demi peningkatan dirinya.

f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi, yaitu memberi kesempatan kepada orang lain membantu usaha-usahanya untuk mencapai tujuan sehingga membutuhkan bantuan orang lain tetapi tetap bertanggung jawab secar pribadi.

g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orany yang memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

4. Karakteristik Periode Dewasa Awal

Menurut Hurlock (Khairani, 2013) masa dewasa terbagi dalam beberapa periode, yaitu: periode dewasa awal: 18-40 tahun, dewasa madya: 40-60 tahun dan dewasa akhir 60 tahun keatas (periode ini sering disebut lanjut usia atau lansia). Adapun karakteristik periode dewasa awal yaitu:


(37)

a. Merupakan periode pemantapan dan pengendapan.

Apabila kematangan telah tercapai, seseorang diharapkan mulai memikul tanggung jawab dan mengadakan pemantapan-pemantapan dalam:

1) Bidang kerja, yang dipilih sebagai kariernya dimasa depan bagi umumnya pria dan beberapa wanita. Sedangkan bagi beberapa wanita lainnya memilih sebagai ibu rumah tangga saja, atau memilih berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai pekerja/ karyawan.

2) Bidang kehidupan keluarga, yaitu dalam memilih calon teman hidupnya. Umumnya, sebelum mantap dalam memilih, terlebih dahulu mencoba bergaul dengan bermacam-macam teman, sampai menemukan yang cocok. Atau sampai akhirnya memutuskan untuk hidup sendiri.

b. Merupakan usia reproduktif

Pasangan-pasangan yang menikah pada usia mudah memusatkan perhatian untuk menjadi orang tua sekitar usia 20-30 tahun. Sedangkan mereka yang sekolah terus meniti karir, baru menjadi orang tua sekitar usia 30 tahun, manakala sudah merasa betul-betul siap.


(38)

c. Merupakan problem rumah tangga

Masalah yang dihadapi berbeda dengan masalah-masalah pada periode sebelumnya. Meskipun pada periode dewasa awal individu telah memperoleh kebebasan (secara hukum), namun kebebasan ini justru menimbulkan berbagai masalah yang tadinya tidak terbayangkan. Masalah-masalah tersebut antara lain: penyesuaian diri dalam perkawinan, pekerjaan, dan menjadi orang tua terutama antara usia 20-30 tahun.

d. Merupakan periode penuh ketegangan emosional

Dengan meninggalkan masa remaja dan memasuki masa dewasa, terjadi kenaikan/ketegangan emosi, karena dirasakannya semua serba baru dan asing baginya. Kadang-kadang mereka ingin merubah keadaan masyarakat (ingat, usia mahasiswa yang penuh gejolak dan ide-ide baru), namun mendekati usia 30-an umumnya mereka telah menjadi tenang dan emosional stabil, serta telah dapat mengatasi masalh-masalahnya. Ketegangan tersebut antara lain disebabkan karena meraka harus mulai mampu melepaskan ketergantungan dari orang tua, teman-teman dan mencapai kemandirian secara emosional, walaupun ia tetap mempertahankan hubungan emosional yang erat dengan orang lain. Mereka tidak terlalu merasa kecewa atau marah bila orang lain tidak sependapat dengannya, atau tidak senang dengannya.


(39)

e. Merupakan periode isolasi sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal dan mulai memasuki pola kehidupan orang dewasa, dalam pekerjaan dan perkawinan, ikatan-ikatan dengan peer grups masa remaja semakin berkurang. Dengan demikian, ketergantungan pada kelompok terputus dan mereka merasa kesepian, ditambah pula dengan adanya tanggung jawab dirumah tangga maunpun pekerjaan, maka mereka merasa terisolasi secara sosial.

f. Merupakan saat untuk memenuhi tanggung jawab

Dengan adanya peran-peran baru sebagai orang dewasa, menimbulkan pola-pola hidup yang baru, penerimaan tanggung jawab tersebut. Meskipun hal-hal tersebut mungkin berubah kelak sejalan dengan tahapan perkembangan, namun pada periode ini merupakan dasar bagi perkembangan selanjutnya dalam pola hidup, tanggung jawab dan pemenuhannya.

g. Periode ketergantungan

Meskipun secara legal/hukum telah dianggap mandiri, namun banyak dari mereka masih tergantung kepada orang tua maupun instansi-instansi tertentu secara finansial. Beberapa individu masih dibantu orang tua dalam segi keuangan, beberapa lagi masih disekolahkan oleh instansi atau pemerintah. Sebagai reaksi terhadap


(40)

hal tersebut, sebagian merasa terpaksa namun tetap menuntut otonominya dan sebagian lainnya menjadi terbiasa bergantung.

h. Periode perubahan nilai

Banyak nilai-nilai yang telah dikembangkan selama masa anak-anak dan remaja mengalami perubahan setelah individu memasuki usia dewasa muda, karena kontak sosialnya yang makin meluas dan bervariasi dengan orang-orang yag berbeda usianya.

i. Merupakan masa penyesuaian diri terhadap gaya hidup baru

Penyesuaian diri yang paling banyak dilakukan adalah terhadap gaya hidup baru seperti persamaan hak antara wanita dan pria, pola-pola kehidupan keluarga, pembatasan kelahiran/KB, pola-pola vokasional baru.

j. Merupakan usia kreatif

Oleh karena pembatasan-pembatasan terhadap tingkah laku telah berkurang, maka individu menjadi lebih bebas berkreasi, melakukan apa yang diingini, melakukan aktivitas-aktivitas yang memberikan kepuasan. Sebagian orang mengekspresikan kreativitasnya melalui hobby dan sebagian orang lagi melalui pekerjaan.


(41)

C. Hakikat Hidup Berasrama 1. Hidup berasrama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh kepala asrama. Misalnya asrama mahasiswa, asrama putri SMP/SMA, asrama polisi dan lain sebagainya. Asrama mahasiswa banyak terdapat di sekitar kampus. Dimana ada kampus maka akan diikuti dengan berbagai fasilitas seperti asrama, kos-kosan, warung makan, toko alat tulis, jasa laundry, jasa rental dan lain-lain.

Keberadaan asrama di Yogyakarta sangat diperlukan dilihat dari banyaknya mahasiswa ataupun pelajar yang datang dari berbagai daerah. Tentu saja ini diasumsikan bahwa keberadaan asrama sebagai tempat tinggal juga semakin meningkat. Asrama menjadi kebutuhan untuk menampung mahasiswa dari berbagai daerah.

2. Fungsi Asrama

Menurut Purwaningsih (2014) asrama tidak sekedar untuk menampung mahasiswa untuk sekedar bertempat tinggal, akan tetapi asrama juga berfungsi untuk berbagai hal. Ada beberapa fungsi yang diemban oleh sebuah asrama mahasiswa, antara lain sebagai berikut:


(42)

a. Tempat tinggal mahasiswa; asrama mahasiswa pada prinsipnya berfungsi untuk menampung para mahasiswa dari daerah luar yang melanjutkan pendidikan di suatu tempat. Dengan tujuan membantu mahasiswa mengatasi kesulitan dalam menemukan tempat tinggal b. Asrama sebagai sarana penunjang kegiatan belajar yang efektif

dengan lingkungan yang kondusif.

Dengan tinggal di asrama dapat memberi kontribusi positif dalam mengisi kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan oleh pihak asrama. Asrama menciptakan lingkungan belajar yang baik dengan fasilitas penunjang seperti ruang belajar dan kegiatan-kegiatan pendampingan lainnya.

c. Asrama sebagai anjungan budaya; keberadaan asrama mahasiswa dari berbagai daerah dapat dimanfaatkan sebagai anjungan budaya. Masyarakat setempat dapat mengenal budaya dari daerah lainnya, melalui kegiatan pentas seni dan budaya

d. Asrama sebagai tempat bersosialisasi.

Tempat bersosialisasi diartikan sebagai tempat penyesuaian diri bagi penghuni asrama dengan lingkungan barunya. Individu dapat bersosialisasi dengan orang lain dengan bergaul dan berinteraksi dengan sesama penghuni asrama. Hal ini membantu individu untuk menyesuaikan diri dengan orang lain di lingkungan sekitar.


(43)

3. Upaya-upaya Membangun Toleransi Hidup Bersama

Dalam kehidupan beragama berbangsa, seperti kita ketahui kehidupan dalam beragama itu benar-benar tejadi. Agama tidak mengajarkan untuk melaksakan keyakinan kita kepada orang lain. Upaya-upaya membangun toleransi hidup bersama dikalangan mahasiswa di asrama (Salikun, 2014) adalah sebagai berikut:

a. Menghormati agama yang diyakini oleh orang lain; Tidak memaksa keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama.

b. Bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan oleh yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda.

c. Melaksanakan ajaran agama dengan baik; Tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang berbeda dan dianut oleh orang lain.

d. Mengetahui keanekaragaman salah satu seni budaya sesuai dengan minat dan kesenangannya; menonton seni pertunjukkan tradisional dari daerah lain.

e. Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap nilai-nilai dan norma sosial yang berbeda dari anggota-anggota masyarakat yang ditemui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok agamanya sendiri dalam menjalankan tugas-tugasnya.

f. Menambah pengetahuan tentang suku-suku lain. Mempelajari suku bangsa lain tidak harus datang ke daerah tempat tinggalnya. Individu


(44)

bisa belajar tentang adat istiadat, kesenian, dan bahasa dari daerah lainnya.

D. Bimbingan Pribadi Sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Ragam bimbingan ada 3 yaitu: (1) bimbingan karier, (2) bimbingan akademik, dan (3) bimbingan pribadi sosial. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2006) bimbingan pribadi sosial yaitu bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Syamsu Yusuf (2009: 53) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya. Sedangkan bimbingan sosial yaitu proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial atau hubungan dengan orang lain dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dialaminya.


(45)

Berdasarkan pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan layanan yang isinya menyangkut diri sendiri, dan hubungannya dengan orang lain di lingkungannya. Selain itu bimbingan pribadi sosial yaitu layanan yang diberikan untuk membantu individu dalam menghadapi dan mangatasi masalah, dimulai dari masalah dengan diri sendiri hingga masalah dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya.

2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial

Berkaitan dengan bimbingan pribadi sosial, Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2008: 14) menyebutkan beberapa tujuan dari bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai berikut: a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai

keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat

fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran yang dianutnya.


(46)

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstuktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati dan menghargai orang lain, tidak melecehkan mertabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya.

i. Memiliki kemampua beriteraksi sosial (human relationship) yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silahturahmi dengan sesama manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. Dengan memahami tujuan bimbigan pribadi-sosial diharapkan individu mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dan mampu beriteraksi dengan baik.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2000), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel dan populasi sebagaimana adanya dengan melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian ini termaksud deskriptif kuantitatif yaitu data diperoleh dari analisis skor jawaban subjek pada alat instrumen yang dipakai.

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat toleransi hidup bersama pada mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Selain itu berdasarkan analisis data pencapaian pengukuran tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama diidentifikasi item-item yang rendah untuk dijadikan dasar penyusunan topik bimbingan pribadi sosial.


(48)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Student Residence Sanata Dharma yang terletak di Jalan Jenengan Raya, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada Juni 2016.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma, angkatan 2012 sampai 2015. Populasi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma sebanyak 163 orang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling non random. Sampling non random dengan cara Cluster Sampling. Cluster Sampling adalah cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada cluster-cluster tertentu (Sugiyono, 2003:74). Jumlah responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah 74 orang yang terdiri dari 45 perempuan dan 29 laki-laki.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket/kuesioner. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014). Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket tertutup tentang toleransi hidup bersama mahasiswa asrama.


(49)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup yaitu Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama. Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS). Pertanyaan atau pernyataan pada setiap item berupa pernyataan positif (favorable) maupun negatif (unfavorable) dengan tingkat skor yang berbeda. Pemberian skor untuk setiap pernyataan positif sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS) skor 4; Sesuai (S) skor 3; Kurang Sesuai (KS) skor 2; Tidak Sesuai (TS) skor 1. Sedangkan pemberian skor untuk setiap pernyataan negatif sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS) skor 1; Sesuai (S) skor 2; Kurang Sesuai (KS) skor 3; Tidak Sesuai (TS) skor 4. Kisi-kisi kuesioner tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama dapat dilihat pada tabel berikut:


(50)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Aspek Indikator Nomor item

Favorable Unfavorable 1. Rasa hormat a. Menghormati martabat

manusia dan hak asasi manusia

1,2,4

b. Menghormati kebebasan hati nurani menetukan pilihan

5,7,8 c. Mengembangkan kesetaraan

dengan orang lain

10 15

d. Menghargai privasi teman 14,17, 12,18,21 2. Menghargai

keragaman manusia

a. Mampu menghargai keragaman agama, suku, bahasa, dan daerah

19,29,37 33

b. Mampu bekerja sama denga orang lain

20,40,44 42 c. Mampu menerima kelebihan

dan kekurangan orang lain

22,31 39,46,48 3. Menerima

perbedaan dan tidak memaksa kehendak kepada orang lain

a. Mampu mendengarkan orang lain

23.34 45

b. Mengetahui batas-batas dalam hidup bersama

43,49 50

c. Menghormati hak orang yang beragama lain

26,38,41,47 4. Menerima adanya

perbedaan antara berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya dan sebagainya

a. Menghargai keragaman budaya

28,32,35 24 b. Mampu menerima kehadiran

orang lain berbeda status sosial ekonomi

25 30

5. Tidak memaksa pemikiran,

keyakinan, dan kebiasaannya pada orang lain

a. Menghargai pemikiran orang lain

11 3,6

b. Menerima perbedaan keyakinan

13 9

c. Membolehkan orang lain menganut suatu kepercayaan tertentu

16 27,36

Jumlah 32 18


(51)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Menurut Azwar (2012, 173) validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukur. Suatu tes mempunyai validitas yang tinggi apabila memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Semakin tinggi nilai validitas item menunjukkan semakin valid dan instrumen yang baik untuk digunakan di lapangan.

Azwar (2012, 175) membagi validitas menjadi 3 yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas berdasar kriteria. Penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam kuesioner mencakup semua isi yang hendak diukur dan isi dari kuesioner tersebut juga harus relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan penelitian. Validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang dilakukan seorang ahli (expert judgement), guna menelaah secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan kuesioner agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan dan isi indikator atributnya sebagaimana dikonstruk dalam kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro,2009). Instrumen tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek toleransi hidup bersama kemudian validasi item dilakukan oleh Juster Donal Sinaga, M.Pd. (Dosen pembimbing skripsi).


(52)

Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya Arikunto (2002:160) menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari

kuesioner dengan taraf signifikan (α = 5%) digunakan rumus koefisien

korelasi product moment Person sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= korelasi product moment

= nilai setiap butir = nilai dari jumlah butir

= jumlah responden

Koefisien korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi 16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2012: 95), item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item

yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu,

suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30.

Hasil uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini memperoleh 40 item yang valid dan terdapat 10 item yang tidak valid. Hasil uji validitas menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran, sedangkan kisi-kisi setelah uji coba dapat dilihat pada tabel berikut:


(53)

Tabel 3.2

Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Butir Instrumen Penelitian

Aspek Indikator No Item

Valid Gugur 1. Rasa hormat a. Menghormati martabat manusia

dan hak asasi manusia

1,2 4

b. Menghormati kebebasan hati nurani menetukan pilihan

5,7 8

c. Mengembangkan kesetaraan dengan orang lain

10, 15

d. Menghargai privasi teman 12,14, 17, 18,21

2. Menghargai

keragaman manusia

a. Mampu menghargai keragaman agama, suku, bahasa, dan daerah

29,33, 37 19 b. Mampu bekerja sama denga orang

lain

20,40,44 42 c. Mampu menerima kelebihan dan

kekurangan orang lain

22,31,39, 46,48 3. Menerima perbedaan

dan tidak memaksa kehendak kepada orang lain

a. Mampu mendengarkan orang lain 23, 34, 45 b. Mengetahui batas-batas dalam

hidup bersama

43,49, 50 c. Menghormati hak orang yang

beragama lain

26,38,41 47 4. Menerima adanya

perbedaan antara berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya dan sebagainya

a. Menghargai keragaman budaya 24, 28,32 35 b. Mampu menerima kehadiran orang

lain berbeda status sosial ekonomi

25, 30

5. Tidak memaksa pemikiran,

keyakinan, dan kebiasaannya pada orang lain

a. Menghargai pemikiran orang lain 11 3, 6 b. Menerima perbedaan keyakinan 9, 13

c. Membolehkan orang lain menganut suatu kepercayaan tertentu

27 16, 36

Jumlah 40 10


(54)

2. Reliabilitas

Menurut Azwar (2012, 180) reliabilitas diartikan dari kata reliability. Pengukuran kuesioner yang memiliki reliabilitas tinggi berarti menghasilkan data yang reliabel. Inti dari reliabilitas adalah konsistensi sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Perhitungan reliabilitas penelitian ini dihitung menggunakan rumus Cronbach’s alpha dan memberikan hasil sebagai berikut:

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

.892 40

Hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan ke kriteria Guilford (Masidjo, 1995) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,9 – 1,00 Sangat tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

Negatif – 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan kriteria tersebut, hasil reliabilitas instrumen tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama yaitu 0.892 dan dapat disimpulkan, reliabilitas instrumen penelitian ini termasuk dalam kualifikasi tinggi.


(55)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah (Sugiyono, 2010:207). Analisis data dilakukan untuk memberi gambaran tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama.

Langkah-langkah teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Menentukan skor

Penentuan skor mengacu pada pedoman skoring yang telah dibuat. Peneliti melihat pertanyaan favorable maupun unfavorable dengan memberi angka 1 sampai 4 berdasarkan jawaban dari responden. Setelah itu peneliti memasukan hasil dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor item serta jumlah skor subjek.

Tabel 3.4

Penentuan Skor Alternatif Jawaban

No Pernyataan

Alternatif Jawaban Sangat

Sesuai (SS)

Sesuai (S)

Kurang Sesuai (KS)

Tidak Sesuai (TS)

1. Favorable 4 3 2 1


(56)

2. Menentukan kategori

Azwar (2009; 106) mengatakan bahwa pengkategorian memiliki tujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan atribut yang diukur secara berjenjang dan menurut suatu kontinum. Peneliti mengelompokkan skor tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama dalam kategori. Norma kategorisasi pada penelitian disusun mengacu pada kategorisasi yang disusun oleh Azwar. Pengkategorisasian dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.5

Pedoman Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Kriteria Skor Kategori

X≤µ-1,5σ Sangat Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ Sedang

µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ Tinggi

µ+1,5σ≤X Sangat Tinggi

Keterangan:

Skor maksimum empiris : Skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan data nyata lapangan Skor minimum empiris : Skor terendah yang diperoleh subyek

penelitian berdasarkan data nyata lapangan

Standar deviasi (σ) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

Mean empiris (µ) : Rata-rata empiris dari skor maksimum dan minimum


(57)

Kategorisasi tersebut menjadi acuan dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama. Kategorisasi subyek penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah item 40) sebagai berikut:

X maksimum : 4 x 40 = 160 X minimum : 1 x 40 = 40 Luas jarak : 160 – 40 = 120

σ : 120 : 6 = 20

µ : (160 + 40) : 2 = 100

Penentuan kategorisasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama Kriteria Skor Rentang Skor Keterangan

X≤µ-1,5σ <70 Sangat Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 70 – 90 Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 90 – 110 Sedang

µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 110 – 130 Tinggi

µ+1,5σ≤X >130 Sangat Tinggi

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan subyek berdasar kategorisasi atau skala tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama.


(58)

Langkah berikutnya yaitu menghitung persentase aspek-aspek toleransi hidup bersama dengan perhitungan sebagai berikut:

x 100%

Hasil perhitungan tersebut yang memiliki intensitas persentase paling tinggi akan dijadikan sebagai cermin untuk mendeskripsikan tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016.

Langkah selanjutnya yaitu mengkategorisasi butir-butir item melalui perhitungan (dengan n = 74) sebagai berikut:

X maksimum : 4 x 74 = 296

X minimum : 1 x 74 = 74

Luas jarak : 296 – 74 = 222

σ : 222 : 6 = 37

µ : (296+74) : 2 = 185


(59)

Tabel 3.7

Kategori Butir-butir Item Instrumen Penelitian

Kriteria Skor Rentang Skor Keterangan

X≤µ-1,5σ <129,5 Sangat Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 129,5 – 166,5 Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 166,5 – 203,5 Sedang

µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 203,5 – 240,5 Tinggi

µ+1,5σ≤X >240,5 Sangat Tinggi

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan dalam pengelompokkan skor item dalam kategorisasi tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan atas hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama pada Mahasiswa Student

Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan toleransi hidup bersama yang dimiliki oleh mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Berdasarkan data yang terkumpul dan analisis data yang telah dilakukan, tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Kategorisasi Perolehan Skor Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Penghitungan skor

Rentang

skor Frekuensi Persentase Kategori

X≤ µ-1,5σ <70 0 0 % Sangat rendah

µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 70-90 0 0 % Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 90-110 4 5,4 % Sedang

µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 110-130 22 29,7 % Tinggi

µ+1,5σ≤X >130 48 64,9 % Sangat tinggi


(61)

Kategorisasi tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama ini jika digambarkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 4.1 Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Berdasarkan grafik di atas, tampak bahwa:

a. Tidak terdapat mahasiswa Student Residence Sanata Dharma yang toleransi hidup bersama di asrama tergolong kategori sangat rendah yang artinya mahasiswa dalam kategori ini sangat tidak mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.

b. Tidak terdapat mahasiswa Student Residence Sanata Dharma yang toleransi hidup bersama di asrama tergolong kategori rendah yang artinya mahasiswa dalam kategori ini tidak mampu bertoleransi hidup bersama di asrama.

0 0 5,4

29,7

64,9

0 10 20 30 40 50 60 70

sangat rendah


(62)

c. Terdapat 5,4% atau 4 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori sedang yang artinya mahasiswa dalam ketegori ini cukup mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.

d. Terdapat 29,7% atau 22 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori tinggi yang artinya mahasiswa dalam ketegori ini mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.

e. Terdapat 64,9% atau 48 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori sangat tinggi yang artinya mahasiswa dalam ketegori ini sangat mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma memiliki toleransi hidup bersama yang baik.


(63)

2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama yang Intensitasnya Paling Tinggi sebagai Cermin Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2

Persentase Perolehan Skor per Aspek Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

No Aspek Persentase

1. Rasa hormat 82,18 %

2. Menghargai keragaman manusia 83,96 %

3. Menerima perbedaan dan tidak memaksa kehendak kepada orang lain

83,85 %

4. Menerima adanya perbedaan antara berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya dan sebagainya

90,47 %

5. Tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan kebiasaannya pada orang lain


(64)

Hasil tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Grafik 4.2

Persentase Perolehan Skor per Aspek

Berdasarkan data pada gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut: aspek-aspek toleransi hidup bersama mahasiswa asrama yang memiliki intensitas paling tinggi berada pada aspek 4 yaitu “menerima adanya perbedaan antara berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya dan sebagainya”, dengan persentase sebesar 90,47 %. Perolehan persentase aspek-aspek lainnya secara berurutan yaitu sebagai berikut: “menghargai keragaman manusia”, 83,96 %; “menerima perbedaan dan tidak memaksa kehendak kepada orang lain”, 83,85 %; “tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan kebiasaannya pada orang lain”, 83,36 %; dan aspek dengan persentase terendah yaitu “rasa hormat”, 82,18 %.

82,18%

83,96% 83,85%

90,47%

83,36%

78,00% 80,00% 82,00% 84,00% 86,00% 88,00% 90,00% 92,00%


(65)

3. Hasil Analisis Item-Item Instrumen Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa yang Teridentifikasi Rendah untuk Dijadikan Dasar Penyusunan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial

Berdasarkan hasil pengolahan data telah diperoleh skor-skor item yang tergolong dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Hasil pengkategorisasian skor item toleransi hidup bersama mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Kategori Capaian Skor Item Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Rentang

Skor Kategori No Item

≤129,5 Sangat Rendah 129,5-166,5 Rendah

166,5-203,5 Sedang 7, 40 2

203,5-240,5 Tinggi 5,9,11,15,18,20,23,37,43,45,49 11

≥240,5 Sangat Tinggi 1,2,10,12,13,14,17,21,22,24,25,26,27,28, 29,30,31,32,33,34,38,39,41,44,46,48,50

27

Total 40

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa item yang capaian skornya tergolong dalam kategori sangat rendah tidak ada. Item yang capaian skornya tergolong rendah juga tidak ada. Item yang capaian skornya tergolong dalam kategori sedang berjumlah 2 item. Item yang capaian skornya tergolong dalam kategori tinggi berjumlah 11 dan item yang capaian skornya tergolong dalam kategori sangat tinggi berjumlah 27 item.


(66)

Butir-butir item toleransi hidup bersama mahasiswa yang memiliki frekuensi sedang menunjukkan bahwa toleransi hidup bersama pada mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016 sudah cukup baik/cukup tinggi. Hal-hal toleransi hidup bersama mahasiswa di asrama yang belum baik tampak pada item-item yang ada dalam kategori sangat rendah dan rendah. Berdasarkan kategori tersebut tidak ada. Item-item yang termaksud dalam kategori sedang diuraikan dalam tabel di berikut:

Tabel 4.4

Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Sedang

No Pernyataan Skor

1. Saya terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan asrama

191

2. Saya membantu para pamong (pendamping) ketika ada acara di asrama

183

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016, beberapa mahasiswa masih kurang bertoleransi dalam hidup bersama di asrama. Hal ini tampak pada item yang tergolong kategori sedang yaitu mahasiswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan asrama. Item ini berada pada aspek (1) Rasa hormat. Selain itu tampak juga pada item mahasiswa kurang membantu para pamong (pendamping) ketika ada acara di asrama. Item ini berada pada aspek (2) Menghargai keragaman manusia.


(67)

B. Pembahasan

1. Deskripsi Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Hasil penelitian tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016 menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki toleransi hidup bersama dengan kategori sangat tinggi sebanyak 48 orang dengan persentase 64,9%. Kategori tinggi sebanyak 22 orang dengan persentase 29,7%. Kategori sedang sebanyak 4 orang dengan persentase 5,4%, sedangkan yang yang tergolong kategori rendah dan sangat rendah tidak ada (0%).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016 tergolong pada kategori sangat tinggi. Sebagian kecil berada pada kategori tinggi dan sedang. Meminimalisir agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu hasil penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu: toleransi hidup bersama yang rendah (yang berada pada kategori sedang ditafsirkan menjadi rendah), dan toleransi hidup bersama yang tinggi (yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi disatukan menjadi tinggi)

Ada 5,4% mahasiswa yang toleransi hidup bersama masih tergolong sedang. Hal ini bisa disebabkan oleh individu tersebut kurang aktif dalam berinteraksi bersama orang lain, belajar dari keragaman dan perbedaan di


(68)

lingkungan masyarakat sekitar. Kemungkinan lainnya individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan baru dimana individu tersebut harus bisa berbagi dan hidup bersama orang lain. Boleh jadi individu tersebut memiliki toleransi yang rendah karena pola asuh dari keluarga yang tidak terbiasa untuk saling berbagi dalam hidup bersama dengan orang lain. Mahasiswa yang berada pada kategori toleransi hidup bersama yang rendah bukan berarti individu tersebut tidak mampu bertoleransi, hanya masih kurang bertoleransi dalam hidup bersama seperti di asrama. Hal ini didukung dengan adanya indikasi kurangnya toleransi hidup bersama mahasiswa asrama yang seperti dijelaskan pada latar belakang yaitu ada beberapa mahasiswa yang merasa pilih kasih dan tidak mau terlibat pada acara atau ibadat dengan tata cara agama yang berbeda dengannya.

Terdapat 94,6% mahasiswa berada pada kategori tinggi dalam toleransi hidup bersama. Mahasiswa yang berada dalam kategori tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kemampuan dalam bertoleransi hidup bersama orang lain misalnya di asrama. Karakteristik individu yang bersikap toleransi seperti yang diuraikan Mustari (2014:68) yaitu individu tersebut mampu menerima perbedaan dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, menerima adanya perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan kebiasaan sendiri ada orang lain, seta tidak memaksa pada seseorang suatu kepercayaan tertentu. Individu yang mampu bertoleransi


(69)

artinya memiliki sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yag berbeda darinya (Wibowo, 2012:101).

Seseorang yang dikatakan sebagai mahasiswa adalah individu dengan rentang usia 18-25 tahun yang sedang mengeyam pendidikan di perguruan tinggi. Hakikat sebagai mahasiswa yaitu individu berada pada tahap dewasa awal. Adapun karakteristik mahasiswa sebagai dewasa awal seperti yang diuraikan oleh Hurlock (Khairani, 2013), yaitu ada 10 karakteristik dapat dilihat pada bab II.

Pada bagian ini peneliti hanya membahas salah satu karakteristik yaitu tanggung jawab. Mahasiswa yang bertanggungjawab akan belajar untuk menyesuaikan diri dengan peran-peran barunya dimanapun berada. Ketika harus hidup bersama orang lain mahasiswa yang mampu menyesuaikan diri akan mudah untuk memiliki sikap toleransi. Kesadaran dan bersikap toleransi mengarahkan seseorang untuk memiliki rasa hormat kepada orang lain. Menerima perbedaan dan tidak memaksa orang lain untuk sama dengan dirinya. Adapun keuntungan ketika seseorang memiliki sikap toleransi dalam hidup bersama dapat dilihat pada bab II.

2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa aspek yang memiliki intensitas yang paling tinggi sebagai cermin deskripsi tingkat


(1)

80

VAR00013 Pearson Correlation ,604**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00014 Pearson Correlation ,321**

Valid

Sig. (2-tailed) ,005

N 74

VAR00015 Pearson Correlation ,409**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00016 Pearson Correlation ,265*

Tidak Valid

Sig. (2-tailed) ,023

N 74

VAR00017 Pearson Correlation ,497**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00018 Pearson Correlation ,393**

Valid

Sig. (2-tailed) ,001

N 74

VAR00019 Pearson Correlation ,112 Tidak Valid

Sig. (2-tailed) ,341

N 74

VAR00020 Pearson Correlation ,317**

Valid

Sig. (2-tailed) ,006

N 74

VAR00021 Pearson Correlation ,368**

Valid

Sig. (2-tailed) ,001

N 74

VAR00022 Pearson Correlation ,545**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00023 Pearson Correlation ,523**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00024 Pearson Correlation ,311**

Valid

Sig. (2-tailed) ,007

N 74

VAR00025 Pearson Correlation ,643**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00026 Pearson Correlation ,538**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00027 Pearson Correlation ,415**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000


(2)

81

VAR00028 Pearson Correlation ,549**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00029 Pearson Correlation ,513**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00030 Pearson Correlation ,469**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00031 Pearson Correlation ,478**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00032 Pearson Correlation ,525**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00033 Pearson Correlation ,448**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00034 Pearson Correlation ,532**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00035 Pearson Correlation ,278*

Tidak Valid

Sig. (2-tailed) ,016

N 74

VAR00036 Pearson Correlation -,140 Tidak Valid

Sig. (2-tailed) ,236

N 74

VAR00037 Pearson Correlation ,312**

Valid

Sig. (2-tailed) ,007

N 74

VAR00038 Pearson Correlation ,593**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00039 Pearson Correlation ,404**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00040 Pearson Correlation ,317**

Valid

Sig. (2-tailed) ,006

N 74

VAR00041 Pearson Correlation ,551**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00042 Pearson Correlation -,159 Tidak Valid

Sig. (2-tailed) ,175


(3)

82

VAR00043 Pearson Correlation ,445**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00044 Pearson Correlation ,550**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00045 Pearson Correlation ,370**

Valid

Sig. (2-tailed) ,001

N 74

VAR00046 Pearson Correlation ,451**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00047 Pearson Correlation ,286*

Tidak Valid

Sig. (2-tailed) ,014

N 74

VAR00048 Pearson Correlation ,512**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00049 Pearson Correlation ,417**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00050 Pearson Correlation ,522**

Valid

Sig. (2-tailed) ,000

N 74

VAR00051 Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 74

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(4)

83

LAMPIRAN 7

Reliabilitas Penelitian

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid

74 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 74 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items

N of Items


(5)

ABSTRAK

TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap Penyusunan Topik-topik Bimbingan

Pribadi Sosial)

Adriana Octavia Zeca Carion Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Selain itu untuk menganalisis aspek-aspek toleransi hidup bersama yang paling tinggi intensitasnya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma dan mengidentifikasi item-item instrumen yang rendah untuk dijadikan dasar penyusunan usulan topik bimbingan konseling.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaif deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma angkatan 2012 sampai 2015 dengan jumlah responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 74 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama. Instrumen penelitian ini terdiri dari 40 item dengan nilai koefisien reliabilitas 0,892, disusun berdasarkan aspek-aspek toleransi hidup bersama. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan distribusi normal yang terdiri dari 5 kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat 64,9%, 48 mahasiswa memiliki toleransi yang sangat tinggi, dan 29,7%, 22 mahasiswa memiliki toleransi tinggi. Terdapat 4 mahasiswa (5,4%) memiliki toleransi sedang, dan tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. (2) Analisis aspek yang memiliki intensitas tertinggi berada pada aspek 4 dengan persentase 90,47%, aspek 2 (83,96%), aspek 3 (83,85%), aspek 5 (83,36%) dan aspek 1 (82,18%). (3) Analisis item dengan perolehan skor dalam kategori sangat tinggi terdapat 27 item, tinggi 11 item, sedang 2 item, sedangkan rendah dan sangat rendah tidak ada. Berdasarkan hasil perolehan skor tersebut disusun beberapa usulan topik yaitu kerja sama dan proaktif. Dengan demikian mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma memiliki tingkat toleransi hidup bersama yang tinggi.


(6)

ABSTRACT

TOLERANCE LEVEL OF LIVING TOGETHER AMONG RESIDENTS OF STUDENT RESIDENCE

(Descriptive Study on Residents of Student Residence of Sanata Dharma University of Academic Year of 2015/2016, and its Implication on Social Personal Guidance topics

Compilation)

Adriana Octavia Zeca Carion Sanata Dharma University

2016

This research was aimed at finding tolerance level of living together among residents of student residence of Sanata Dharma University of Academic Year of 2015/2016, and also to analyze the highest intensity of tolerance aspects of living together as a descriptive manifestation of tolerance level of residents of Student Residence of Sanata Dharma University and to identify low instrument items as the basis of guidance and counseling topics draft compilation.

This research was a quantitative descriptive research. The subject of this research was 74 students/residents of Student Residence of Sanata Dharma University batches 2012 to 2015. The data collection technique was questionnaire of Tolerance of Living Together

Among Residence of Student Residence. This research’s instrument consisted of 40 items

with reliability coefficient of 0.892, compiled based on tolerance of living together aspects. Data analysis technique used was percentage calculation with normal distribution consisting of 5 categories, i.e. very high, high, medium, low, and very low.

The result of this research showed (1) There were 48 (64.9%) students having very high tolerance; 22 (29.7%) students having high tolerance; 4 (5.4%) medium; and none having low or very low categories. (2) Aspect analysis which had the highest intensity was on aspect 4 with 90.47% aspects, aspect 2 (83.96%), aspect 3 (83.85%), aspect 5 (83.36%), and aspect 1 (82.18%). (3) Items analysis yielded 27 items with very high category, 11 items high, 2 items medium, none with low or very low. Based on the scores, several topic drafts were compiled, i.e. cooperative and pro-active. In conclusion, residents of Student Residence have a high level of tolerance of living together.


Dokumen yang terkait

Opini Mahasiswa Terhadap Figur Obama Dalam Iklan Wafer Tango (studi deskriptif terhadap mahasiswa Universitas Sumatera Utara).

1 55 148

Analisis persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesionalisme dosen akutansi (studi empiris pada mahasiswa perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di Jember)

0 6 88

hubungan motivasi belajar antara mahasiswa yang bekerja dan tidak bekerja terhadap prestasi akademik (IPK) (Studi kasus mahasiswa pendidikan ips FITK semester 6)

7 23 89

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Pengaruh pelibatan politik dan sikap tentang demokrasi terhadap toleransi politik mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta

0 18 70

Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan akademik fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan Universitas islan Negeri syarif Hidayatullah Jakarta

0 2 161

Pengaruh character strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja.

16 112 145

Modernisme dan fundamentalisme Islam (studi kasus pada mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 7 148

Pengaruh persepsi kualitas layanan akademik terhadap kepuasan mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta

1 6 116

1. Menyetujui registrasi dan konsultasi akademik semester genap tahun ajaran 2014/2015 dilakukan secara online penuh untuk mahasiswa angkatan 2014/205 dan secara online dan offline bagi mahasiswa angkatan sebelumnya dengan menggunakan Fakultas Peternakan

0 1 7