Konsep diri mahasiswa : studi deskriptif pada mahasiawa angkatan 2015/2016 program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

(1)

ABSTRAK

KONSEP DIRI MAHASISWA

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2015/2016

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan)

Annisa Devy Anggraini Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan penelitian ini: (1) Mengetahui seberapa tinggi konsep diri positif yang dimiliki oleh mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016, (2) Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 berdasarkan analisis butir-butir item konsep diri yang memiliki skor item terendah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian ini adalah angket yang diadopsi dari Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang dikembangkan oleh William H. Fitts pada tahun 1965 dan telah diadaptasi dan dikembangkan oleh Sri Rahayu Partosuwido, dkk di Indonesia pada tahun 1979, dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 dengan jumlah 52 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggolongan konsep diri positif ke dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah berdasarkan distribusi normal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 15 mahasiswa (28,8%) memiliki konsep diri positif yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, dan 30 (57,6%) mahasiswa memiliki konsep diri positif yang termasuk dalam kategori tinggi, dan ada 7 mahasiswa (13,4%) memiliki konsep diri positif yang termasuk dalam kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 tinggi. Berdasarkan skor item terendah, diusulkan 2 topik-topik bimbingan untuk meningkatkan konsep diri positif mahasiswa. Topik-topik tersebut adalah: mengelola emosi dan manajemen waktu.


(2)

ABSTRACT

STUDENTS SELF-CONCEPT

(Descriptive Study in 2015-2016 Academic Year Students of Guidance and Counseling Study Program in Sanata Dharma University

and Its Implication to the Guidance Topics Proposed) Annisa Devy Anggraini

Sanata Dharma University 2016

The purposes of this study are: (1) To knowing how high a positive self-concept of the second semester students of Guidance and Counseling Program Sanata Dharma 2015/2016 academic year, (2) To propose appropriate guiding topics for the second semester students of Guidance and Counseling study program in Sanata Dharma in 2015/2016 academic year based on the analysis of the self-concept points item that have lowest scores.

This research is a quantitative research. The research instrument was a questionnaire that was adopted from the Tennessee Self Concept Scale (TSCS) developed by William H. Fitts in 1965 and has been adapted and developed by Sri Rahayu Partosuwido, et al in Indonesia in 1979, from the University of Gajah Mada, Yogyakarta. The subjects were all students of the second semester of the Guidance and Counseling Program in Sanata Dharma in 2015/2016 academic year with the numbers are 52 people. Data analysis techniquest that used in this study was a positive self-concept classification devided into five categories: very high, high, average, low and very low based on the normal distribution.

The results of this study showed that there are 15 students (28, 8%) have a positive self-concept belong in the very high category, and 30 (57, 6%) students have a positive self-concept belong in the high category, and there are 7 students (13, 4%) have a positive self-concept belong in the medium category. These results showed that a positive self-concept of the second semester students in Guidance and Counseling Program of Sanata Dharma in 2015/2016 academic year was high. Based on the lowest score item, proposed two topics guidance to increase positive self-concept of students. The topics are: managing emotions and time management. Keywords: self-concept, adolescent, guidance topic.


(3)

KONSEP DIRI MAHASISWA

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2015/2016

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Annisa Devy Anggraini NIM: 121114056

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

“Man Jadda Wa Jadda”

(Barang Siapa Yang Bersungguh-Sungguh Akan Mendapatkannya)

”Pekerjaan Besar Tidak Dihasilkan Dari Kekuatan, Melainkan Oleh

Ketekunan”


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan bagi:

Sang maha pencipta Allah S.W.T karena atas izin dan kasih karunia-Nyalah maka

skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur

Yang telah membantu dalam hal finansial sehingga saya bisa kuliah hingga selesai

Keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma

Orang tua tercinta

Bapak Suyono dan Ibu Sumarsih yang selalu memberikan doa terbaiknya,

semangat, serta dukungan

Adik-adik tersayang,

Dewi Indriani dan Farid Dzulfiqar yang selalu memberikan doa, perhatian, serta

semangat

Seluruh keluarga,

Ibu Martini, Om Tono, dan segenap keluarga


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

KONSEP DIRI MAHASISWA

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2015/2016

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan)

Annisa Devy Anggraini Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan penelitian ini: (1) Mengetahui seberapa tinggi konsep diri positif yang dimiliki oleh mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016, (2) Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 berdasarkan analisis butir-butir item konsep diri yang memiliki skor item terendah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian ini adalah angket yang diadopsi dari Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang dikembangkan oleh William H. Fitts pada tahun 1965 dan telah diadaptasi dan dikembangkan oleh Sri Rahayu Partosuwido, dkk di Indonesia pada tahun 1979, dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 dengan jumlah 52 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggolongan konsep diri positif ke dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah berdasarkan distribusi normal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 15 mahasiswa (28,8%) memiliki konsep diri positif yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, dan 30 (57,6%) mahasiswa memiliki konsep diri positif yang termasuk dalam kategori tinggi, dan ada 7 mahasiswa (13,4%) memiliki konsep diri positif yang termasuk dalam kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 tinggi. Berdasarkan skor item terendah, diusulkan 2 topik-topik bimbingan untuk meningkatkan konsep diri positif mahasiswa. Topik-topik tersebut adalah: mengelola emosi dan manajemen waktu.


(11)

ix ABSTRACT

STUDENTS SELF-CONCEPT

(Descriptive Study in 2015-2016 Academic Year Students of Guidance and Counseling Study Program in Sanata Dharma University

and Its Implication to the Guidance Topics Proposed) Annisa Devy Anggraini

Sanata Dharma University 2016

The purposes of this study are: (1) To knowing how high a positive self-concept of the second semester students of Guidance and Counseling Program Sanata Dharma 2015/2016 academic year, (2) To propose appropriate guiding topics for the second semester students of Guidance and Counseling study program in Sanata Dharma in 2015/2016 academic year based on the analysis of the self-concept points item that have lowest scores.

This research is a quantitative research. The research instrument was a questionnaire that was adopted from the Tennessee Self Concept Scale (TSCS) developed by William H. Fitts in 1965 and has been adapted and developed by Sri Rahayu Partosuwido, et al in Indonesia in 1979, from the University of Gajah Mada, Yogyakarta. The subjects were all students of the second semester of the Guidance and Counseling Program in Sanata Dharma in 2015/2016 academic year with the numbers are 52 people. Data analysis techniquest that used in this study was a positive self-concept classification devided into five categories: very high, high, average, low and very low based on the normal distribution.

The results of this study showed that there are 15 students (28, 8%) have a positive self-concept belong in the very high category, and 30 (57, 6%) students have a positive self-concept belong in the high category, and there are 7 students (13, 4%) have a positive self-concept belong in the medium category. These results showed that a positive self-concept of the second semester students in Guidance and Counseling Program of Sanata Dharma in 2015/2016 academic year was high. Based on the lowest score item, proposed two topics guidance to increase positive self-concept of students. The topics are: managing emotions and time management.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “KONSEP DIRI MAHASISWA

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2015/2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan)”.

Segala upaya dilakukan untuk bisa menyelesaikan tugas akhir ini untuk memenuhi salah syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan, nasehat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari keterbatasan atau kekurangan, semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini, dengan tulus hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:


(13)

xi

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Ibu Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu mendampingi, memberi arahan, saran, motivasi, serta kesabaran dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai hal selama peneliti kuliah.

6. Orang tua tercinta bapak Suyono dan Ibu Sumarsih yang selalu memberikan doa terbaiknya, semangat, serta dukungan.

7. Adik-adik tercinta, yakni Dewi Indriani dan Farid Dzulfiqar yang selalu memberikan doa, perhatian, serta semangat.

8. Sahabat-sahabat peneliti, yakni Clara Vania, Gesta Cahyaningtyas, Megawati, Laurensia P. Noviani, Christina Nilawati, Regina Caeli Shinta, Mellica P. Oktavia, dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, serta nasehat selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 4

D. Rumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 6

G. Batasan Istilah Istilah 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9

A. Hakikat Konsep Diri 9

1. Pengertian Konsep Diri 9

2. Terbentuknya Konsep Diri 11

3. Jenis-jenis Konsep Diri 11

4. Kriteria Konsep Diri Positif dan Kriteria Konsep Diri Negatif 12

5. Dimensi-dimensi Konsep Diri 13

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri 16

B. Hakikat Remaja 19

1. Pengertian Remaja 19

2. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja 20

3. Mahasiswa 21

C. Hakikat Topik-topik Bimbingan 21

BAB III METODE PENELITIAN 23

A. Jenis atau Desain Penelitian 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian 23

C. Subjek Penelitian 24

D. Variabel Penelitian 24

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 24


(16)

xiv

G. Teknik Analisis Data 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39

A. Hasil Penelitian 39

B. Pembahasan 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 52

A. Kesimpulan 52

B. Keterbatasan Penelitian 56

C. Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 54


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kombinasi Subdimensi-subdimensi dalam Konsep Diri 26 Tabel 2 Norma Skor dalamTennesse Self Concept Scale 27 Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Positif (Tennesse Self Concept

Scale) 29

Tabel 4 Hasil Analisis uji Validitas Item 31

Tabel 5 Hasil Analisis Uji Validitas Item per Aspek 32

Tabel 6 Hasil Perhitungan Reliabilitas 33

Tabel 7 Kriteria Guilford 34

Tabel 8 Norma Kategorisasi Konsep Diri Positif 36

Tabel 9 Norma Kategorisasi Konsep Diri Positif Mahasiswa Semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Angkatan 2015/2016 37

Tabel 10 Kategorisasi Skor Item Konsep Diri Positif 38 Tabel 11 Penggolongan Konsep Diri Positif Mahasiswa Semester II Program

Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Angkatan 2015/2016 39

Tabel 12 Rekapitulasi hasil penelitian mengenai deskripsi konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 42 Tabel 13 Penggolongan Butir-butir Item Konsep Diri Positif 43

Tabel 14 Analisis Butir Item Penelitian 44

Tabel 15 Usulan Topik-topik Bimbingan untuk Meningkatkan Konsep diri Positif Mahasiswa Semester II Program Studi Bimbingan dan


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 11 Diagram Batang Penggolongan Konsep Diri Positif

Mahasiswa Semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 40


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Konsep Diri Positif 57

Lampiran 2. Tabulasi Data Angket 62

Lampiran 3. Validitas Angket Konsep Diri Positif 81

Lampiran 4. Uji Reliabilitas 85

Lampiran 5. Angket Konsep Diri Positif (Terpakai) 86 Lampiran 6. Tabulasi Angket Penelitian (Terpakai) 90


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan dalam dunia kerja di Indonesia semakin ketat, apalagi setelah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tanggal 31 Desember 2015 lalu. Meskipun pada dasarnya MEA menguntungkan negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia, pemerintah Indonesia perlu menyiapkan generasi muda yang cerdas dan berkualitas agar mampu bersaing dengan negara-negara lain se Asia Tenggara. Menyiapkan generasi muda yang cerdas dan berkualitas penting karena akan menjadi bekal generasi muda untuk mampu menghadapi persaingan saat ini. Menciptakan generasi muda yang cerdas dan berkualitas serta mengerti dan memahami apa yang menjadi kekurangan serta kelebihannya, dimulai dari bangku sekolah sampai di bangku perkuliahan. Maka dari itu, selain lembaga informal, lembaga formal juga menjadi tempat individu untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Untuk bisa menjadi generasi muda yang cerdas dan berkualitas, konsep diri yang positif perlu untuk dimiliki.

Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan generasi muda karena konsep diri menentukan bagaimana generasi muda tersebut berperilaku. Terbentuknya konsep diri bukan bawaan genetik seseorang, melainkan terbentuk


(21)

dari hasil belajar atau pengalaman-pengalaman generasi muda dalam berelasi atau berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Konsep diri merupakan hasil dari proses belajar melalui pengalaman hidup dan perlakuan dari lingkungan sekitarnya yang akhirnya mempengaruhi bagaimana generasi muda dalam memberikan penilaian terhadap dirinya secara positif maupun negatif. Oleh sebab itu, generasi muda perlu terus mengembangkan konsep diri positifnya. Dengan memiliki konsep diri positif, generasi muda memiliki bekal dalam menjalani kehidupannya dan terus mampu mengembangkan diri dalam segala hal.

Konsep diri positif perlu dimiliki oleh generasi muda agar dapat berperilaku atau melakukan interaksi sosial serta bergaul dengan lingkungan dimana generasi muda itu berada. Generasi muda dalam pergaulan sosialnya yang merasa diterima, dicintai, dan dihargai, maka generasi muda tersebut mampu menerima, mencintai, dan menghargai dirinya sendiri. Artinya, generasi muda tersebut mampu menilai dengan baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri positif. Sebaliknya, generasi muda yang merasa dirinya tidak diterima, tidak dicintai, dan ditolak akan mengelami kesulitan untuk menerima keadaan dirinya dan memberi penilaian negatif terhadap dirinya dan apa yang ada pada dirinya. Konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri negatif. Perilaku generasi muda salah satunya adalah efek dari konsep diri yang dimiliki, baik positif maupun negatif. Generasi muda yang memiliki konsep diri positif memiliki kecenderungan lebih terbuka dan mampu mengembangkan diri dalam berinteraksi atau bergaul dengan orang lain. Sedangkan generasi muda yang


(22)

memiliki konsep diri negatif memiliki kecenderungan lebih tertutup dan susah untuk mengembangkan diri dalam berinteraksi atau bergaul dengan orang lain.

Seperti halnya pada mahasiswa semester II prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2015 yang berada pada masa remaja akhir, yang merupakan calon pendidik. Umumnya mahasiswa memiliki latar belakang yang berbeda baik dari usia, suku, agama, dan lain-lain. Variasi yang berbeda-beda ini, akan mempengaruhi cara pandang terhadap diri sendiri dan orang-orang disekitarnya. Permasalahan yang terjadi berdasarkan observasi, penuturan salah satu dosen pembimbing akademik (DPA), serta wawancara pada mahasiswa semester II Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2015/2016 yaitu kurang mampu menerima apa yang ada pada diri. Mahasiswa cenderung menganggap dan merasa bahwa diri mereka tidak mampu seperti teman-temannya yang dianggap lebih baik dari dirinya. Perilaku yang muncul pada mahasiswa yang beranggapan demikian adalah menarik diri, takut salah, ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat, menutup diri, pasif, minder, malu, dan rendah diri. Namun, dalam hal ini mahasiswa diharapkan bisa memiliki konsep diri positif supaya mahasiswa bisa menggambarkan dirinya secara baik, menghargai perbedaan, serta menerima apa yang dimiliki. Membentuk konsep diri positif mahasiswa bisa dimulai di lingkungan kampus serta kegiatan-kegiatan mahasiswa yang mendukung untuk membentuk konsep diri positif.


(23)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti seberapa tinggi konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswa semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016. Setelah mengetahui gambaran konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswa semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 yang bersangkutan, peneliti akan mengusulkan topik-topik bimbingan berdasarkan analisis butir-butir item yang yang memiliki skor terendah agar bisa memiliki konsep diri yang lebih positif.

B. Identifikasi Masalah

1. Beberapa mahasiswa cenderung memusatkan pada hal-hal yang negatif pada diri sendiri dan meyakini persepsi yang belum tentu obyektif.

2. Ada mahasiswa yang kurang mampu menghargai diri sendiri dan melihat hal-hal positif dalam diri.

3. Mahasiswa cenderung tertutup dan sulit untuk berinteraksi dengan orang baru atau orang lain.

4. Mahasiswa yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda membentuk batasan dalam diri sehingga memiliki cara pandang yang berbeda tentang diri sendiri dan orang lain.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan keterbatasan waktu, tempat, tenaga, biaya, dan lain-lain, dalam penelitian ini hanya akan meneliti seberapa tinggi konsep diri positif yang dimiliki oleh Mahasiswa semester II Program studi Bimbingan dan Konseling


(24)

Angkatan 2015/2016 dan usulan topik-topik bimbingan yang sesuai berdasarkan analisis butir-butir item yang memiliki skor terendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa tinggi konsep diri positif yang dimiliki oleh mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016?

2. Berdasarkan analisis butir-butir item konsep diri yang memiliki skor item terendah, topik-topik bimbingan apa sajakah yang sesuai untuk mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui seberapa tinggi konsep diri positif yang dimiliki oleh mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 berdasarkan analisis butir-butir item konsep diri yang memiliki skor item terendah.


(25)

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi terhadap kajian akademis sekaligus sebagai masukan bagi peneliti lainnya, sehingga dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain. Selain itu penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pengetahuan tentang bagaimana sebenarnya konsep diri positif mahasiswa khususnya mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi: a. Mahasiswa

Harapannya setelah mahasiswa mengisi angket konsep diri positif mampu merefleksikan dirinya dan mulai menyadari mahasiswa memiliki konsep diri positif atau negatif. Selain itu harapannya mahasiswa bisa memiliki konsep diri yang positif dan bisa menerima kekurangan maupun kelebihan yang ada dalam diri. Selain itu, supaya mahasiswa mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada kesehariannya baik di dalam perkuliahan, di kampus, maupun tempat tinggalnya.


(26)

b. Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

Harapannya adalah bisa mengetahui bagaimana gambaran konsep diri positif yang dimiliki oleh mahasiswanya termasuk bisa menjadi bahan evaluasi bagi setiap dosen pengampu akademik (DPA) untuk memperhatikan bagaimana konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswanya. Selain itu juga bisa sebagai masukan bagi pihak Prodi BK USD untuk lebih mengembangkan konsep diri positif bagi mahasiswanya supaya kelak menjadi pendidik yang profesional dimanapun mahasiswa berkarya.

c. Para peneliti dengan tema yang sama

Harapannya adalah bisa sebagai bahan kajian untuk penelitian. G. Batasan Istilah

Supaya tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dalam judul penelitian ini, perlu dijelaskan penegasan-penegasan batasan operasional variabel dalam judul, antara lain:

1. Konsep Diri

Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep diri positif yang merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang menyangkut dimensi internal dan eksternal seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir angket konsep diri positif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang dikembangkan oleh William H. Fitts pada tahun 1965 dan telah diadaptasi dan dikembangkan oleh Sri Rahayu


(27)

Partosuwido, dkk di Indonesia pada tahun 1979, dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

2. Mahasiswa

Mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang sedang menjalani masa perkuliahan dengan rentang usia remaja yang berkuliah di Program Studi Bimbingan dan Konseling semester II Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016.


(28)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, dipaparkan mengenai hakikat konsep diri yang mencakup: pengertian konsep diri, terbentuknya konsep diri, jenis-jenis konsep diri, kriteria konsep diri positif dan kriteria konsep diri negatif, dimensi-dimensi konsep diri, faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri; hakikat remaja yang mencakup; pengertian remaja, Tugas-tugas perkembangan remaja, pengertian mahasiswa; dan hakikat topik-topik bimbingan.

A. Hakikat Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri

Fitts (dalam Agustiani, 2009) mengungkapkan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seorang individu, sebab konsep diri merupakan sebuah kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ketika seorang individu mampu mempersepsikan, bereaksi, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, itu artinya ia menunjukkan suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari diri untuk melihat dirinya sendiri.

Menurut Brehm & Kassin (dalam Tri & Hudaniah, 2009:55) konsep diri adalah suatu pandangan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri sifat) yang dimilikinya. Sejalan dengan pendapat Worchel, dkk (dalam Tri & Hudaniah, 2009:55) konsep diri dapat dimengerti sebagai pandangan terkait dengan pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki individu tentang


(29)

karakteristik atau ciri-ciri pribadi. Burns (1993) konsep diri merupakan pandangan individu tentang sebuah hubungan antara sikap dan keyakinan terkait diri sendiri.

Konsep diri bukan hanya sekedar pandangan individu tentang dirinya tetapi juga bisa sebagai penilaian individu untuk menilai dirinya sendiri dilihat dari beberapa aspek. Aspek diri tersebut meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain, Verdeber & Brook (dalam Sobur, 2003).

Dalam teorinya “diri-kaca-cermin” (looking-glass-self), Cooley (dalam Burns, 1993) mengungkapkan bahwa konsep diri individu dipengaruhi oleh apa yang diyakini individu dan pendapat-pendapat orang lain mengenai dirinya serta yang dibayangkan dalam pikiran individu itu sendiri. Kaca cermin memantulkan evaluasi-evaluasi yang dibayangkan orang-orang lain tentang seseorang Coleey (dalam Burns, 1993).

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsep diri adalah persepsi seorang individu tentang dirinya yang didapat dari hubungannya dengan orang lain maupun yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa sepanjang hidupannya sebagai hasil dari umpan balik individu tersebut dengan orang lain.


(30)

2. Terbentuknya Konsep Diri

Sobur (2003) mengatakan konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama, dan pembentukan ini tidak bisa diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat mengubah konsep diri.

Lidgren (dalam Sobur, 2003) mengatakan bahwa konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-orang disekitarnya. Apa yang dipersepsi individu lain mengenai diri individu, tidak lepas dari struktur, peran, dan status sosial yang disandang seorang individu. Struktur, peran, dan status sosial merupakan gejala yang dihasilkan dari adanya interaksi antara individu satu dengan individu lain, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok denga kelompok.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa terbentuknya konsep diri individu dengan ditandai apabila seorang individu memiliki citra diri yang baik dalam dirinya dan mampu menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi baik positif maupun negatif pada dirinya dan dalam pembentukannya memerlukan waktu yang cukup lama bahkan selama rentan hidupnya.

3. Jenis-jenis Konsep Diri a. Konsep diri positif

Menurut Calhound & Acocella (1990) konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Seorang individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang mengerti betul tentang dirinya dan bisa menerima


(31)

segala macam fakta yang ada ada dirinya, baik kelebihan maupun kekurangan.

b. Konsep diri negatif

Menurut Burns (1993) konsep diri negatif menjadi sebuah sinonim dari evaluasi yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri, dan tiadanya perasaan yang menghargai pribadi dan penerimaan diri.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pada individu terdapat dua macam konsep diri yang dimiliki. Namun, masing-masing individu kecenderungan memiliki satu dari dua macam konsep diri, yaitu positif atau negatif.

4. Kriteria Konsep Diri Positif dan Kriteria Konsep Diri Negatif

William (dalam Rakhmat, 1992) menyatakan orang yang mempunyai konsep diri positif memiliki ciri-ciri, yaitu: yakin akan mampu mengatasi masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa merasa malu; menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya, karena ia sanggup menggunakan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk mengubahnya.

Selanjutnya William (dalam Rakhmat, 1992) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif ditandai berbagai-ciri-ciri yaitu: peka terhadap kritik, sehingga orang ini sangat tidak tahan terhadap kritik


(32)

yang diterimanya; responsif terhadap pujian; cenderung tidak disukai oleh orang lain; selalu mencela; mengeluh atau meremehkan apapun dan siapapun; bersikap psimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam merebut prestasi.

5. Dimensi-dimensi Konsep Diri

Fitts (dalam Agustiani, 2009) membagi konsep diri menjadi dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut:

a. Dimensi internal

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan oleh individu yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari 3 bentuk, yaitu:

1) Diri identitas (identity self)

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyan “siapa saya?”. Dari pertanyaan itulah individu akan menggambarkan dirinya sendiri dan membangun identitas diri. Pengetahuan indidvidu tentang dirinya akan bertambah dan semakin kompleks seiring dengan interaksinya dengan lingkungan dan bertambahnya usia.

2) Diri perilaku (behavioral self)

Diri perilaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisi segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”.


(33)

Diri perilaku ini muncul berdasarkan umpan balik yang bersifat eksternal maupun internal terhadap perilaku yang ditampilkan individu. Umpan balik yang positif dari oranglah otomatis akan membuat seorang individu mempertahankan perilakunya tersebut. Sebaliknya, jika mendapat umpan balik negatif, perilaku individu tersebut akan dihilangkan. Tingkah laku yang dipertahankan oleh individu, akan mempengaruhi pembentukan konsep diri individu itu sendiri. Bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas.

3) Diri penerimaan/Penilai (judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara antara diri identitas dan diri pelaku. Penilaian ini nantinya akan berperan dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan individu dan menentukan kepuasan individu akan diri sendiri.

b. Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan dunia pendidikan, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi yang dikemukan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu: 1) Diri sosial


(34)

Bagian ini merupakan persepsi dan penilaian individu mengenai interaksi dirinya dengan orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya yang lebih luas terkait dengan pergaulannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Diri fisik

Bagian ini berkaitan dengan persepsi individu terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang menegnai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik), keadaan tubuhnya (tinggi pendek, gemuk, kurus) dan terkait seksualitas.

3) Diri pribadi

Diri pribadi merupakan perasaan serta persepsi individu tentang keadaan pribadinya. Diri pribadi tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi lebih pada sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana individu merasa dirinya sebagai individu yang tepat.

4) Diri keluarga

Bagian ini persepsi individu tentang dirinya serta menunjukkan perasaan harga diri individu dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga atau orang-orang terdekat.


(35)

Diri etik-moral berkaitan dengan bagaimana individu menilai dirinya yang dilihat dari pertimbangan nilai, moral, dan etika. Hal ini berhubungan antara individu dan tuhan, kepuasan kehidupan keagamaan, dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk serta kepuasan dalam kehidupannya.

6) Kritik Diri

Menurut Fitts (dalam Marcelline, 1997) bagian ini menunjukkan bagaimana seseorang individu menggambarkan pribadinya atau dirinya, apakah individu memiliki sifat defensif (menutupi) atau memiliki sifat terbuka terhadap kelebihan dan kelemahan diri. Aspek ini juga untuk menggambarkan bagaimana seorang individu bersikap dalam menerima kritik atau umpan balik dari orang lain, apakah mau menerima dan mengevaluasi lebih lanjut atau langsung menutupi diri dan menolak dengan tegas.

Berdasarkan pemaran dari ahli tentang dimensi-dimensi konsep diri, peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh individu dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal dari diri individu tersebut.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Ketika seorang individu lahir di dunia, individu tidak bisa mengenal dirinya dan tidak memiliki penilaian terhadap dirinya sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, individu mulai membedakan antara dirinya,


(36)

orang lain, dan hal-hal disekitarnya, apa yang diinginkan serta bisa melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri (Calhoun dan Acocella, 1990).

Menurut Sobur (2003:518-521) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu:

a. Memandang Diri Sendiri sebagai Objek

Seorang individu bisa membuat kesan-kesan tersendiri tentang dirinya. Mulai dari kesan dirinya terhadap fisiknya sendiri (lahiriah) sampai ke hal-hal lainnya yang menyangkut individu tersebut. Kesan-kesan yang dibuat seorang individu tersebut sangat berpengaruh terhadap cara individu memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri. Ketika seorang individu merasakan adanya ketidakcocokan atau ada yang tidak disukai tentang dirinya, maka seorang individu ini akan berusaha untuk mengubahnya dan jika tidak mau mengubahnya, maka inilah awal dari konsep diri yang negatif terhadap dirinya.

b. Reaksi dan Respon Orang Lain

Konsep diri seorang individu tidak hanya berkembang melalui pandangan seseorang terhadap dirinya sendirinya sendiri. Konsep diri seorang individu juga dipengaruhi oleh reaksi dan respon orang lainterhadap diri individu. Interaksi dengan orang lain adalah cara bagaimana seseorang individu melihat dirinya dari hasil evaluasi orang


(37)

lain terhadapnya. Evaluasi orang lain tersebut terhadap seorang individu ini akan mempengaruhi konsep diri yang dimilikinya.

c. Bermain Peran

Bermain peran pada anak-anak merupakan proses belajar melalui meniru (imitasi). Manfaat yang dimiliki dari bermain peran ini sangat besar. Bermain peran merupakan cara belajar melalui pengamatan seseorang dapat mengikuti dan mengambil suatu norma dan cara-cara orang lain bertingkah laku. Bermain peran mampu mempengaruhi konsep diri seseorang. Lebih banyak peran yang kita mainkan dan dianggap positif oleh orang lain, maka semakin positif konsep diri yang dimiliki.

d. Kelompok Rujukan

Reference groupatau kelompok rujukan adalah kelompok yang menjadi anggota didalamnya. Kekuatan yang menentukan konsep diri seseorang itu apabila sebuah kelompok menganggap penting seorang individu. Komunikasi merupakan suatu bahan yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap suatu perilaku seseorang dalam kelompok, apabila dirasa ada sikap yang menunjukkan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan terhadap kehadiran seseorang.

Akibat dari adanya kelompok rujukan, komunikasi tersebut akan dapat mengembangkon konsep diri seseorang. Semakin banyak


(38)

kelompok rujukan yang menganggap diri seseorang positif, maka semakin positif pula konsep diri yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Berdasarkan pemaparan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsep diri pada individu itu tidak terjadi begitu saja, namun ada beberapa yang mempengaruhi seperti individu memandang diri sendiri sebagai objek, reaksi dan respon individu terhadap orang lain, bermain peran, dan kelompok rujukan atau sosialnya menyikapi individu.

B. Hakikat Remaja 1. Pengertian remaja

Hurlock (2004), mengatakan bahwa remaja suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju ke dewasa. Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Remaja sudah tidak lagi dikatakan sebagai anak-anak, namun belum bisa juga disejajarkan dengan orang dewasa, namun remaja ada diantaranya. Oleh sebab itu, sering kali remaja dikenal dengan fase “mencari jati diri”.


(39)

Berdasarkan pemaran terkait masa remaja, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masa remaja merupakan sebuah masa yang akan dilalui oleh setiap individu. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja menjadi masa yang penuh dengan gejolak karena akan banyak sekali perubuhan yang terjadi pada diri remaja baik fisik, sosial, kognitif, dan psikologis.

2. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas-tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kenak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan untuk bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan menurut Hurlock (2004) adalah sebagai berikut: a) Mampu menerima keadaan fisiknya

b) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis

d) Mencapai kemandirian emosional e) Mencapai kemandirian ekonomi

f) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua


(40)

h) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa

i) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Berdasarkan urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam masa remaja terjadi banyak perubahan, baik fisik, sosial dan kognitif. Tugas-tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan perkembangan kognitifnya. Pencapaian kematangan fase kognitif akan sangat membantu remaja dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya.

3. Mahasiswa

Mahasiswa merupakan pelajar atau seseorang yang sedang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan atau institusi tertentu yang setara dengan S1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2011), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah individu yang terdaftar secara resmi untuk mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.

C. Hakikat Topik-topik Bimbingan

Poerwadarminta (1985), mengatakan bahwa topik adalah pokok pembicaraan atau bahan diskusi. Sedangkan bimbingan adalah bantuan yang


(41)

diberikan kepada seseorang kepada orang lain guna menetapkan pilihan dalam hidupnya, memecahkan masalah-masalah, penyesuaian diri, dan juga sebagai proses dalam membantu seorang individu memahami dirinya dan dunianya (Sukardi, 1988).

Berdasarkan pemaparan tersebut, topik bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bahan pembicaraan yang memiliki tujuan untuk membantu orang lain (dalam hal ini mahasiswa) dalam menetapkan pilihan, penyesuaian diri, memecahkan masalah yang ada dalam dirinya dan mengerti serta memahami diri dan dunianya.


(42)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, dipaparkan jenis atau desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis atau Desain Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menangkap fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan menyajikan apa adanya. Azwar (2001) mengatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena penulis hanya ingin memperoleh gambaran mengenai deskripsi konsep diri positif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling semester II Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2015/2016.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian : Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Hari dan Tanggal : Kamis, 2 Juni 2016


(43)

C. Subjek Penelitian

Subjek atau populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015 kelas A dan kelas B. Penelitian ini termasuk penelitian populasi karena semua anggota populasi menjadi subjek penelitian. Jumlah populasi penelitian adalah 78 mahasiswa, yang tersebar dalam 2 kelas, yaitu 38 orang kelas A dan 40 orang kelas B. Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya 55 subjek yang diperoleh peneliti karena terdapat 23 mahasiswa yang sudah tidak aktif dan ada mahasiswa yang tidak mengambil mata kuliah di hari bersangkutan. Alasan peneliti menggunakan subjek penelitian yaitu mahasiswa semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 karena sebagai calon konselor atau guru BK, perlu memiliki konsep diri yang positif agar bisa menjadi konselor atau guru BK yang profesional dalam bidangnya.

D. Variabel Penelitian

Chistensen (dalam Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005) menyatakan bahwa variabel merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan. Dalam penelitian ini, hanya ada satu variabel independen atau variabel bebas yaitu konsep diri positif mahasiswa.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah memberikan angket kepada subjek penelitian. Menurut Sugiono (2012) angket merupakan


(44)

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden dengan beberapa alternatif jawaban yang sudah disediakan. Penggunaan angket dalam penelitian ini dimaksudkan karena dengan menggunakan angket, dapat mengungkap data yang bersifat faktual atau yang dianggap fakta dan kebenarannya hanya diketahui oleh subjek penelitian.

2. Instrumen pengumpulan data

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat konsep diri positif yang dimiliki oleh subjek adalah dengan menggunakanTennessee Self concept Scale (TSCS) yang dikembangkan oleh William H. Fitts pada tahun 1965 dan telah diadaptasi dan dikembangkan oleh Sri Rahayu Partosuwido, dkk di Indonesia pada tahun 1979, dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.Tennessee Self concept Scale(TSCS) adalah sebuah alat untuk mengukur konsep diri secara umum yang berada dalam rentang usia 12 tahun ke atas. Alat ukur Tennessee Self Concept Scale (TSCS) ini dapat diberikan secara individual maupun kelompok. Peneliti juga telah memodifikasi alat ini dengan alasan ada beberapa pernyataan yang menggunakan kata “tidak”, namun tidak mengubah arti dari setiap pernyataan. Alat ukur Tennessee Self Concept Scale (TSCS) terdiri dari 100 item pernyataan, dengan 90 item pernyataan digunakan untuk mengukur tingkat konsep diri positif yang dimiliki oleh seseorang, dan 10 item pernyataan digunakan untuk mengukur tingkat derajat keterbukaan untuk mengakui dan


(45)

menerima kritik terhadap dirinya (kritik diri) yang diperoleh berdasarkan skala L dariMinnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI). Item-item yang berjumlah 90 pernyataan dalam alat ini digunakan untuk mengukur tingkat konsep diri positif seseorang yang merupakan kombinasi dari dua dimensional meliputi satu subself dari dimensi (identity, judging, dan behavioral) serta satu subself dari dimensieksternal (physical, moral-ethical, personal, family, dan social). Dengan demikian pernyataan dari TCSC berjumlah 100 buah. Dari gabungan kedua dimensi tersebut didapatkan 15 kombinasi yang masing-masing diwakili oleh 6 butir item. Kombinasi-kombinasi tersebut adalah sebagau berikut:

Tabel 1

Kombinasi Subdimensi-subdimensi dalam Konsep Diri

Eksternal Internal Eksternal Internal Eksternal Internal

Physical - Identity Moral- - Identity ethical

Personal - Identity Family - Identity Social - Identity

Physical - Identity Moral- - Identity ethical

Personal - Identity Family - Identity

Social - Identity

Physical - Identity Moral- - Identity ethical

Personal - Identity Family - Identity Social - Identity

Skor kritik diri yang diperoleh dari 10 item pernyataan kritik diri menunjukan tingkat defensiveness seseorang atau bagaimana ia berusaha untuk memunculkan kesan yang baik tentang dirinya. 10 item kritik diri ini berupa pernyataan-pernyataan yang pada kebanyakan orang akan diterima sebagai suatu kebenaran. Apabila skor kritik diri rendah, maka sejalan dengan


(46)

adanya tingkat defensive yang tinggi. Berdasarkan perhitungan persentil, maka skor kritik diri yang optimal adalah antara persentil 50% dan persentil 99%.

Setiap item memiliki alternatif jawaban yang menunjukkan derajat kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan diri subjek. Alternatif jawaban terdiri atas 5 pilihan, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Pasti (TP), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian pada masing-masing jawaban responden dilakukan sebagai berikut:

Tabel 2

Norma Skor dalamTennesse Self Concept Scale

Item Positif (+) Item Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

SS 5 SS 1

S 4 S 2

TP 3 TP 3

TS 2 TS 4

STS 1 STS 5

Keterangan:

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TP : Tidak Pasti TS : Tidak Sesuai

STS : Sangat Tidak Sesuai

Skor total yang diperoleh subjek dari 90 item merupakan nilai konsep diri dari subjek tersebut. Skor total menunjukkan tingkat konsep diri yang


(47)

dimiliki oleh subjek yang berarti semakin tinggi skornya, maka semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh subjek. Skor konsep diri ini juga harus diimbangi dengan perolehan skor untuk kritik diri. Subjek yang memperoleh skor kritik diri di bawah nilai persentil 50% atau dibawah skor 25 maka tidak akan dilihat atau digunakan dalam penelitian, sebab jika skor kritik diri di bawah persentil 50% atau di bawah skor 25, maka sudah dipastikan subjek yang bersangkutan memiliki tingkat devensiveness yang tinggi atau dengan kata lain subjek berusaha untuk memunculkan kesan baik mengenai dirinya.

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan tidak melakukan uji coba terlebih dahulu dan langsung menggunakan item-item yang valid sebagai data penelitian, dengan alasan instrumen yang digunakan telah diuji validitas dan reliabilitasnya oleh tim dari Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada pada Tahun 1979. Selanjutnya instrumen ini sudah layak untuk mengungkap konsep diri seseorang dan sudah dilakukan untuk beberapa penelitian skripsi, diantaranya oleh Amaliah pada tahun 2012 (Universitas Indonesia), Beta Adistiana Pradnya pada tahun 2008 (Unika Atma Jaya), dan beberapa penelitian lainnya.


(48)

Tabel 3

Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Positif (Tennesse Self Concept Scale)

Variabel Dimensi Internal

Konsep

Diri Positif Identitas Penerimaan TingkahLaku Dimensi

Eksternal Fisik (+) : 1,2,3(-) : 4,5,6 (+) : 7,8,9(-) : 10,11,12 (+) : 13,14,15(-) : 16,17,18

Moral-Etik (+) : 19,20,21(-) : 22,23,24, (+) : 25,26,27(-) : 28,29,30 (+) : 31,32,33(-) : 34,35,36 Personal (+) : 37,38,39

(-) : 40,41,42 (+) : 43,44,45(-) : 46,47,48 (+) : 49,50,51(-) : 52,53,54 Keluarga (+) : 55,56,57

(-) : 58,59,60 (+) : 61,62,63(-) : 64,65,66 (+) : 67,68,69(-) : 70,71,72 Sosial (+) : 73,74,75

(-) : 76, 77,78 (+) : 79,80,81(-) : 82,83,84 (+) : 85.86,87(-) : 88,89,90 Kritik Diri (-) 91,92,93,94,95,96,97,98,99,100

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah alat ukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika bisa memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran tersebut sebaliknya bila menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai alat yang memiliki validitas rendah. Alat ukur yang valid tidak hanya sekedar bisa mengungkapkan data yang tepat, tetapi juga harus memberikan sebuah gambaran yang baik dan cermat mengenai data yang bersangkutan (Azwar, 2009).


(49)

Meskipun alat yang digunakan dalam penelitian ini telah di uji validitasnya oleh Sri Rahayu Partosuwido, dkk dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Momentdan menunjukkan bahwa semua item pada alat ukur TSCS valid, peneliti tetap melakukan validitas ulang dengan pertimbingan perbedaan responden. Uji validitas alat yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan validitas konstruk. Validitas konstruk merupakan validitas yang menunjukkan seberapa jauh suatu tes mengukur sifat atau bangun pengertian (construct) tertentu (Furchan, 2004:301).

Selanjutnya langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menguji keabsahan item dengan cara menganalisis setiap butir item dengan mengkorelasikan skor item X dengan skor total seluruh item Y yang diperoleh dari setiap responden dengan syarat r = 0,3, jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3, maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid atau gugur. Perhitungan validitas ini menggunakan teknik korelasi

Product Moment Pearson(Masidjo, 1995) sebagai berikut:

=

∑ (∑ )(∑ )

[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]

Ketertangan:

n = Jumlah responden X = Skor Variabel Y = Skor total variabel


(50)

Tabel 4

Hasil Analisis uji Validitas Item

Variabel Aspek-aspek Item Item yang

Gugur Konsep

Diri Positif

Dimensi

Internal 1. Identitas (-) : 4,5,6,22,23,24,40,41,42,58, 59,60,76,77,78

4

2. Penerimaan (-) : 10,11,12,28, 29,30,46,47,48,64, 65,66,82,83,84 11,12,29,64, 65, 66,82 3. Tingkah

Laku (-) :16,17,18,34,35,36, 52,53,54, 70,71,72, 88,89,90

17,18,88,89

Dimensi

Eksternal 1. Fisik (+) : 1,2,3,7,8,9,13,14,15 7,8,9 2. Moral-Etik (+) : 19,20,21,25,

26,27,31,32,33 31,33 3. Personal (+) : 37,38,39,43,

44,45,49,50,51 37,38,44,45,50,51 4. Keluarga (+) : 55,56,57,61,

62,63,67,68,69 67 5. Sosial (+) : 73,74,75,79,

80, 81,85,86,87 74,85,86,87 6. Kritik Diri (-) : 91,92,93,94,

95,96,97,98,99,100 91,96,97,99


(51)

Tabel 5

Hasil Analisis Uji Validitas Item per Aspek Variabel Aspek-aspek Jumlah Item

yang Valid Jumlah Itemyang Gugur Konsep

Diri Positif DimensiInternal 1. Identitas2. Penerimaan 148 17

3. Tingkah Laku 11 4

Dimensi

Eksternal 1. Fisik2. Moral-Etik 67 32

3. Personal 3 6

4. Keluarga 8 1

5. Sosial 5 4

6. Kritik Diri 6 4

Jumlah 68 32

Berdasarkan hasil analisis uji validitas item di atas, dari 100 item pernyataan terdapat 68 item yang memiliki nilai minimal di atas 0,3 dan dapat dikatakan valid. Terdapat 32 item yang memiliki nilai minimal dibawah 0,3 yang berarti item-item tersebut dinyatakan cacat/gugur itu artinya item tersebut tidak digunakan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauhmana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya yang artinya sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama (Azwar, 2001). Taraf reliabilitas dinyatakan dalam suatu koefisien reliabilitas atau rtt.

Koefisien reliabilitas suatu alat ukur berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 menandakan semakin reliabelnya instrumen yang digunakan, sebaliknya


(52)

koefisien reliabilitas yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknikalpa crombach untuk menguji reliabilitas dari alat ukur TSCS dengan rumus sebagai berikut:

σ =

2

[1 −

₁ ₂ ²

²

]

Keterangan:

₁ dan

₂ ²

= Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

²

= Varians skor skala

Selanjutnya proses perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 20, for windowsagar lebih efektif dan efisien.

Tabel 6

Hasil Perhitungan Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 52 100.0

Excludeda 0 .0

Total 52 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.


(53)

Untuk mempertegas keterandalan instrumen, hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (Masidjo, 1995) sebagai berikut:

Tabel 7 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,9 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 Negatif – 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan kriteria tersebut, hasil reliabilitas angket konsep diri positif diperoleh Reliability Statistik 0,934 dan dapat disimpulkan sangat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan penskoran dari setiap alternatif jawaban yang diberikan masing-masing subjek

b. Membuat tabulasi data dengan memberikan skor pada masing-masing item. Untuk pernyataan yang positif, skor untuk jawaban sangat sesuai (SS) adalah

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


(54)

5, sesuai (S) adalah 4, tidak pasti (TP) adalah 3, tidak sesuai (TS) adalah 2, dan sangat tidak sesuai adalah 1. Untuk pernyataan negatif, skor jawaban sangat sesuai (SS) adalah 1, sesuai (S) adalah 2, tidak pastii (TP) adalah 3, tidak sesuai (TS) adalah 4, dan sangat tidak sesuai adalah

c. Memilah responden yang memiliki skor kritik diri dibawah 50% atau dibawah angka 25, dan hasil yang diperoleh terdapat 3 responden yang memiliki skor kritik diri dibawah standar yang sudah ditetapkan lalu dibuang atau responden tersebut tidak diikutsertakan dalam penelitian.

d. Mengkategorisasikan subjek dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Kategori konsep diri positif

Peneliti mengelompokkan data tingkat konsep diri subjek penelitian secara umum dengan mengelompokkan tingkat konsep diri mahasiswa ke dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kategori ini disusun berdasarkan model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang (ordinal), yang bertujuan menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan stribut yang diukur (Azwar, 2014). Dalam penelitian ini, kontinum jenjang yang digunakan adalah sangat tinggi sampai sangat rendah. Analisis data penelitian ini menggunakan uji kategorisasi dengan memakai rumus sebagai berikut:


(55)

Tabel 8

Norma Kategorisasi Konsep Diri Positif

Perhitungan Kategori

µ+1,5σ<X Sangat Tinggi µ+0,5σ<X≤µ+1,5σ Tinggi

µ-0,5σ<X≤µ+0,5σ Sedang µ-1,5σ<X≤µ-0,5σ Rendah

X≤µ-1,5σ Sangat Rendah

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin dicapai subjek dalam skala.

Skor minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin dicapai subjek dalam skala.

µ : Rata-rata teoritik dari skor item maksimum dan minimum

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar

Kategorisasi di atas dijadikan patokan/norma dalam pengelompokan tinggi rendahnya konsep diri positif mahasiswa. Selanjutnya kategorisasi tinggi rendahnya konsep diri positif mahasiswa secara keseluruhan melalui perhitungan sebagai berikut: Skor maksimum teoritik : 5 x 68 = 340


(56)

Luas jarak : 340 – 68 = 272 Standar deviasi (σ/sd) : 272 : 6 = 45 μ (mean teoritik) : (340+68) : 2 = 204

Penentuan kategorisasi tinggi rendahnya konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015 secara umum dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 9

Norma Kategorisasi Konsep Diri Positif Mahasiswa Semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016

Perhitungan Rentang skor Kategori µ+1,5σ<X 271 – 340 Sangat Tinggi µ+0,5σ<X≤µ+1,5σ 226 – 270 Tinggi

µ-0,5σ<X≤µ+0,5σ 182 – 225 Sedang µ-1,5σ<X≤µ-0,5σ 137 – 181 Rendah

X≤µ-1,5σ ≤ 136 Sangat Rendah

2) Kategori skor item

Kategori skor item dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan item-item skala yang dijadikan dasar topik-topik bimbingan untuk pendampingan mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016. Kategori skor item skala dilakukan berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpatokan pada Azwar, (2012), yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kategori tersebut diterapkan sebagai


(57)

dasar dalam mengelompokkan skor item. Kategorisasi skor item secara keseluruhan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Jumlah subjek : 52

Skor maksimum : 5 x 52 = 260

Skor minimum : 1 x 52 = 52

Luas jarak : 260 – 52 = 208

Standar deviasi (σ/sd) : 208 : 6 = 34

μ (mean teoritik) : (260+52) : 2 = 156

Tabel 10

Kategorisasi Skor Item Konsep Diri Positif

Perhitungan Rentang skor Kategori µ+1,5σ<X ≥ 207 Sangat Tinggi µ+0,5σ<X≤µ+1,5σ 173 – 206 Tinggi

µ-0,5σ<X≤µ+0,5σ 139 – 172 Sedang µ-1,5σ<X≤µ-0,5σ 105 – 138 Rendah

X≤µ-1,5σ ≤ 104 Sangat Rendah

Selanjutnya, data dari skor total item dikelompokkan ke dalam kategori di atas dan item yang masuk dalam kategori rendah akan dijadikan dasar sebagai usulan topik-topik bimbingan.


(58)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan.

A. Hasil Penelitian

1. Hasil penelitian konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 11

Penggolongan Konsep Diri Positif

Mahasiswa Semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016

Perhitungan Rentang

skor Jumlahsubjek Persentase(%) Kategori µ+1,5σ<X 271 – 340 15 28,8% Sangat Tinggi µ+0,5σ<X≤µ+1,5σ 226 – 270 30 57,6% Tinggi

µ-0,5σ<X≤µ+0,5σ 182 – 225 7 13,4% Sedang

µ-1,5σ<X≤µ-0,5σ 137 – 181 0 0% Rendah

X≤µ-1,5σ ≤ 136 0 0% Sangat Rendah


(59)

Gambar 11

Diagram Batang Penggolongan Konsep Diri Positif Mahasiswa Semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016

Berdasarkan tabel 11 dan gambar 11 Penggolongan Konsep Diri Positif Mahasiswa Semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. 15 (28,8%) mahasiswa memiliki konsep diri positif yang termasuk kedalam kategori sangat tinggi.

b. 30 (57,6%) mahasiswa memiliki konsep diri positif yang termasuk kedalam kategori tinggi.

0 5 10 15 20 25 30 35

Ju

m

la

h

su

bj

ek

Konsep Diri Positif Mahasiswa

Sangat Tinggi Tinggi Sedang


(60)

c. 7 (13,4%) mahasiswa memiliki konsep diri positif yang termasuk kedalam kategori sedang.

d. Tidak ada (0%) mahasiswa memiliki konsep diri positif yang termasuk kedalam kategori rendah.

e. Tidak ada (0%) mahasiswa yang memiliki konsep diri positif yang termasuk kedalam kategori sangat rendah.

Dari data di atas, jumlah mahasiswa seluruhnya adalah 52 orang dan persentase yang seharusnya dicapai adalah 100%. Konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 dapat dikatakan tinggi. Konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 dikatakan tinggi didasarkan pada perolehan skor yang dicapai mahasiswa umumnya berada pada kategori tinggi. Di bawah ini adalah hasil rekapitulasi skor total mengenai deskripsi konsep diri positif mahasiswa.


(61)

Tebel 12

Rekapitulasi hasil penelitian mengenai deskripsi konsep diri positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma Angkatan 2015/2016 No Jumlah skor

yang dicapai Kualifikasi

1 315 Sangat Tinggi

2 310 Sangat Tinggi

3 308 Sangat Tinggi

4 288 Sangat Tinggi

5 284 Sangat Tinggi

6 278 Sangat Tinggi

7 277 Sangat Tinggi

8 276 Sangat Tinggi

9 276 Sangat Tinggi

10 274 Sangat Tinggi

11 274 Sangat Tinggi

12 274 Sangat Tinggi

13 273 Sangat Tinggi

14 273 Sangat Tinggi

15 272 Sangat Tinggi

16 269 Tinggi

17 268 Tinggi

18 266 Tinggi

19 264 Tinggi

20 261 Tinggi

21 260 Tinggi

22 260 Tinggi

23 260 Tinggi

24 259 Tinggi

25 256 Tinggi

26 255 Tinggi

27 255 Tinggi

28 254 Tinggi

29 253 Tinggi

30 253 Tinggi

31 252 Tinggi

32 250 Tinggi

33 249 Tinggi

34 247 Tinggi

35 244 Tinggi

36 241 Tinggi

37 240 Tinggi

38 238 Tinggi

39 238 Tinggi

40 237 Tinggi

41 235 Tinggi

42 235 Tinggi

43 231 Tinggi

44 229 Tinggi

45 227 Tinggi

46 225 Sedang

47 221 Sedang

48 220 Sedang

49 216 Sedang

50 214 Sedang

51 204 Sedang


(62)

Perolehan skor maksimal yang seharusnya dicapai oleh mahasiswa adalah 340 dan perolehan skor terendah adalah 85. Hasil penelitian ini, pencapaian skor tertinggi mahasiswa adalah 315 dan skor terendah adalah 198.

2. Hasil butir-butir skor terendah berdasarkan analisis butir-butir skor item yang mengungkap konsep positif mahasiswa semester II Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016

Berdasarkan perhitungan skor total yang diperoleh pada butir instrumen konsep diri positif, hasil yang diperoleh butir item yang masuk dalam kategori sangat rendah tidak ada. Umumnya, butir item masuk dalam kategori rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Berikut ini adalah penggolongan butir-butir aitem tersebut:

Tabel 13

Penggolongan Butir-butir Item Konsep Diri Positif No Perhitungan Rentang

skor Jumlahitem Persentase(%) Kategori

1 µ+1,5σ<X ≥ 207 23 75% Sangat Tinggi

2 µ+0,5σ<X≤µ+1,5σ 173 – 206 36 48% Tinggi

3 µ-0,5σ<X≤µ+0,5σ 139 – 172 7 7,6% Sedang

4 µ-1,5σ<X≤µ-0,5σ 105 – 138 2 0% Rendah

5 X≤µ-1,5σ ≤ 104 0 0% Sangat Rendah

Butir item-item konsep diri positif yang masuk dalam kategori rendah disajikan pada tabel berikut:


(63)

No Aitem Pernyataan Skor 1 68 Kadang-kadang saya menunda pekerjaan yang

harus saya lakukan 136

2 64 Saya kadang-kadang marah 134

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, menunjukkan bahwa perolehan skor terdapat 2 item yang masuk dalam kategori rendah yaitu item nomor 68 dan 64. Nomor item 68 dan 64 termasuk dalam aspek kritik diri. Nomor item 68 dan 64 akan dijadikan dasar untuk mengusulkan topik-topik bimbingan bagi Semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angakatan 2015/2016. Berikut ini merupakan hasil analisis butir-butir item penelitian:

Tabel 14

Analisis Butir Item Penelitian No

item Jumlah skor Jumlah skor daritertinggi hingga terendah

Kualifikasi No item

1 215 230 Sangat Tinggi 41

2 212 225 Sangat Tinggi 8

3 198 225 Sangat Tinggi 46

4 194 224 Sangat Tinggi 15

5 210 222 Sangat Tinggi 44

6 177 219 Sangat Tinggi 39

7 209 219 Sangat Tinggi 45

8 217 218 Sangat Tinggi 28

9 186 218 Sangat Tinggi 38

10 181 217 Sangat Tinggi 40

11 209 217 Sangat Tinggi 48

12 192 216 Sangat Tinggi 7

13 200 216 Sangat Tinggi 32

14 204 216 Sangat Tinggi 43

15 224 215 Sangat Tinggi 1

16 192 215 Sangat Tinggi 5


(64)

18 178 210 Sangat Tinggi 26

19 203 210 Sangat Tinggi 54

20 199 210 Sangat Tinggi 59

21 181 209 Sangat Tinggi 11

22 198 208 Sangat Tinggi 52

23 187 208 Sangat Tinggi 66

24 158 205 Tinggi 30

25 174 204 Tinggi 14

26 210 203 Tinggi 19

27 203 203 Tinggi 27

28 218 203 Tinggi 34

29 195 203 Tinggi 57

30 205 201 Tinggi 3

31 195 201 Tinggi 22

32 212 200 Tinggi 13

33 198 199 Tinggi 20

34 203 198 Tinggi 4

35 142 198 Tinggi 33

36 155 195 Tinggi 29

37 187 195 Tinggi 31

38 218 194 Tinggi 16

39 219 194 Tinggi 17

40 217 194 Tinggi 47

41 230 192 Tinggi 9

42 186 192 Tinggi 12

43 216 192 Tinggi 60

44 218 191 Tinggi 58

45 219 189 Tinggi 51

46 225 189 Tinggi 56

47 194 187 Tinggi 21

48 217 187 Tinggi 23

49 182 187 Tinggi 37

50 180 186 Tinggi 42

51 189 183 Tinggi 6

52 208 183 Tinggi 50

53 160 182 Tinggi 49

54 210 181 Tinggi 10

55 181 181 Tinggi 18

56 189 181 Tinggi 55

57 203 179 Tinggi 61


(65)

59 210 176 Sedang 67

60 192 168 Sedang 63

61 179 160 Sedang 53

62 157 160 Sedang 62

63 168 158 Sedang 24

64 134 155 Sedang 36

65 149 155 Sedang 65

66 205 142 Sedang 35

67 176 136 Rendah 68

68 136 134 Rendah 64

B. Pembahasan

Hasil penelitian konsep diri positif mahasiswa Semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015 menunjukkan:

1. Konsep diri positif mahasiswa Semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angakatan 2015 termasuk dalam kategori tinggi.

2. Terdapat 2 butir item konsep diri positif yang memiliki skor rendah dan termasuk dalam kategori rendah yang merupakan aspek dari kritik diri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri positif mahasiswa Semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016, terdapat 15 orang mahasiswa atau dalam persentase 28,8% yang masuk dalam kategori sangat tinggi, terdapat 30 mahasiswa atau dalam persentase 57,6% yang masuk dalam kategori tinggi, dan 7 mahasiswa


(66)

atau dalam persentase 13,4% yang masuk dalam kategori sedang dari jumlah responden 52 orang.

Mahasiswa yang masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi hampir mendekati skor maksimal bisa dikatakan sudah memiliki konsep diri positif dimana mahasiswa tersebut sudah bisa menerima apa yang ada pada dirinya, yang dimulai dari:

1. Mampu membangun identitas dirinya. 2. Tingkah laku positif yang dipertahankan. 3. Menerimaan/penilaian terhadap diri yang baik.

4. Mampu mengkritik dirinya dan terbuka terhadap hal-hal yang menjadi kekurangan maupun kelebihannya.

5. Mampu mengaktualisasikan dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain ataupun lingkungannya.

6. Mampu menerima keadaan dirinya seperti dari segi fisik. 7. Merasa puas dengan diri pribadinya.

8. Memahami dan mengerti kedudukannya dalam keluarga dan mampu menjalankan perannya dalam keluarga.

9. Mampu menjalankan dan memahami batasan nilai-nilai moral dan agama (etik-moral).

Fitts (dalam Agustiani, 2009) mengungkapkan seseorang yang memiliki konsep diri positif mampu mempersepsikan, bereaksi, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, yang artinya


(67)

seseorang tersebut menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari diri untuk melihat dirinya sendiri. Diperkuat dengan pendapat Calhound & Acocella (1990), yang mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang memahami dan mengerti tentang dirinya dan dapat menerima segala macam fakta yang ada pada dirinya, baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki.

William (dalam Rakhmat, 1992) menyatakan orang yang memiliki konsep diri positif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Yakin akan mampu mengatasi masalah. 2. Merasa setara dengan orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu.

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai macam perasaan, keinginan, dan perilaku yang seluruhnya tidak disetujui oleh masyarakat. 5. Mampu memperbaiki dirinya karena mampu menggunakan aspek-aspek

kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk mengubahnya. Mahasiswa dalam hal ini sudah mampu menerima, mencintai, dan menghargai dirinya sendiri, serta mampu menilai secara keseluruhan apa yang ada pada dirinya secara obyektif dan positif. Artinya, mahasiswa tersebut mampu menilai dengan baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri positif. Selain itu, pembentukan konsep diri yang dialami mahasiswa dari hasil belajarnya atau pengalaman-pengalaman mahasiswa dalam berelasi atau berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya


(68)

sudah baik. Sehingga menghasilkan konsep diri positif dalam diri mahasiswa. Meskipun demikian, mahasiswa yang sudah memiliki konsep diri positif masih harus mendapat bimbingan dan pendampingan supaya konsep diri positif yang dimilikinya terus terpelihara dan berkembang menjadi lebih baik lagi. Pengaktualisasian diri menjadi peran penting dalam mengembangkan konsep diri positif pada mahasiswa yang bisa diperoleh di lingkungan kampus maupun lingkungan tempat tinggalnya, agar bisa terus mengembangkan bakat dan minatnya serta menjalin bergaulan sebanyak-banyaknya dengan semua orang.

Ada 7 mahasiswa (13,4%) memiliki konsep diri positif yang masuk dalam kategori sedang. Konsep diri yang masuk dalam kategori sedang ditafsirkan sebagai konsep diri yang cenderung belum ideal atau cukup dan bisa dikatakan konsep dirinya negatif. Hal ini diduga bahwa mahasiswa belum mampu menerima, mencintai, dan menghargai dirinya sendiri, serta belum mampu menilai secara keseluruhan apa yang ada pada dirinya secara obyektif dan positif serta umpan balik dari lingkungan pergaulan yang tidak sesuai harapan. Mahasiswa yang memiliki konsep diri negatif memiliki kecenderungan lebih tertutup dan susah untuk mengembangkan diri dalam berinteraksi atau bergaul dengan orang lain dan mahasiswa cenderung melihat hal-hal yang negatif baik dalam diri maupun luar dirinya.


(69)

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015/2016

No Tujuan

Bimbingan Topik Sub Topik Waktu BimbingaBidang

n Deskripsi Kegiatan Sumber JP Pelaksanaan 1 Mahasiswa mampu mengelola emosi positif maupun emosi negatif yang dimiliki Mengelola

emosi a. Pengertianemosi b. Macam-macam emosi c. Pentingnya Mengelola Emosi d. Cara mengelola emosi

1 Saat dialog kelas dan ketika ada jam kelas yang kosong, dan setiap awal semester (selama berkuliah) Pribadi

Sosial 1.2. CeramahIce breaking Singkat 3. Melakukan permainan “Komunikata” 4. Sharing 5. Refleksi

1. Albin, Rochelle Semmel. (1986). Emosi Bagaimana mengenal, Menerima, dan mengarahkannya . Yogyakarta: Kanisius 2. Khairani, Makmun. (2013).

Psikologi Umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 3. Gitlin, Marek.

Tanpa tahun.

Kiat Membagi Waktu. Bandung : Arcan

2 Mahasiswa mampu

memanajemen

Manajemen

waktu a. PengertianManajemen Waktu

1 Saat dialog kelas dan ketika ada

Pribadi

Sosial 1.2. CeramahIce breaking singkat

1. Slameto. 2010.


(70)

Belajar&Faktor-melakukan kegiatannya sehari-hari

Memanejemen waktu

c. Langkah-langkah dalam memanajemen waktu

kosong, dan setiap awal

semester (selama berkuliah)

tentang manajemen waktu 4. Melakukan

permainan “Toples Prioritas” 5. Sharing 6. Refleksi

Mempengaruhi.J akarta: Rineka Cipta

2. Dra. R.H.Dj. Sinurat, M.A.


(71)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, memaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsep diri positif mahasiswa Semester II Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angakatan 2015 pada umumnya tinggi, yaitu 30 mahasiswa atau dalam persentase 57,6% memiliki konsep diri positif yang termasuk dalam kategori tinggi.

2. Diharapkan supaya topik-topik bimbingan yang diusulkan bisa membantu mahasiswa dalam meningkatkan konsep diri positifnya.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, masih terdapat keterbatasan yang dapat diperbaiki dan dikembangkan lagi bagi peneliti selanjutnya, berikut adalah keterbatasan dalam penelitian:

1. Dalam angket yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat satu aspek yang belum cukup mewakilkan untuk mengungkap konsep diri positif karena separuh lebih dari jumlah item gugur atau tidak bisa digunakan.

2. Dalam pengambilan data, tidak semua responden dapat dijumpai karena ada mahasiswa yang tidak mengikuti mata kuliah diwaktu peneliti mengambil data.


(72)

C. Saran

1. Bagi program studi bimbingan dan konseling Universitas sanata Dharma a. Kepada para dosen terkhusus dosen pengampu akademik (DPA) agar

dapat bekerja sama untuk memperhatikan dan memahami apa yang menjadi kebutuhan mahasiswanya.

b. Meningkatkan konsep diri positif harus dilakukan karena mahasiswa sebagai calon guru BK atau konselor, perlu memiliki bekal yang baik yang dimulai dari dalam diri dengan cara memberikan kegiatan atau pendampingan khusus guna untuk meningkan konsep diri positif.

2. Peneliti lain

Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini disarankan lebih memahami benar-benar angket yang akan digunakan serta mengetahui cara penggunaannya agar hasilnya sesuai dengan apa yang ingin kita ketahui dalam penelitian.


(73)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Furchan. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Alwin, Hasan. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Agustiani. (2009). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan

Konsep Diri dan penyesuaian Diri Para Remaja. Bandung: PT Refika Aditama

Azwar, Saifuddin. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. (2009). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. (2011). Sikap dan Perilaku. Dalam:Sikap Manusia, Teori, dan

Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar

Burns, R. B. (1993). Konsep Diri (Teori Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku).

Jakarta. Arcan.

Calhoun, F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian

Hubungan Kemanusiaan. (Edisiketiga). Semarang: Ikip Semarang Press.

Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2009).Psikologi Umum. Malang: UMM Press

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan (terjemahan Instiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi Kelima.

Jakarta: Erlangga

Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional

Marcelline, E. (1997). Perbedaan Konsep Diri Antara Siswa Berinteligensi Tinggi

dengan Siswa yang Berinteligensi Rendah. Jakarta: Fakultas Psikologi UNIKA

Atmajaya

Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Rakhmat, J. (1992).Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Sarwono, S. W. (1988).Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada


(74)

Seniati, Yulianto, &Setiadi. (2005).Psikologi Eksperimen. Jakarta: Gramedia Sobur, A. (2003).Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukardi, D.K. (1988).Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Bina Aksara

W. J. S. Poerwadarmina. (1985). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka


(75)

56


(1)

3 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 198

3 4 3 4 4 4 5 4 3 2 5 5 3 238

5 5 3 4 3 3 2 2 1 5 5 5 3 241

3 3 4 4 3 3 3 1 1 1 3 3 3 214

4 5 5 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 268

4 5 5 5 4 2 4 3 3 3 4 4 4 276

3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 254

3 2 4 3 3 3 3 4 3 4 5 4 3 231

3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 3 252

5 5 5 5 5 3 3 5 5 3 5 5 5 315

3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 255

3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 2 235

5 5 4 4 5 3 4 5 2 3 5 3 2 260

4 4 4 4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 260

3 4 3 3 3 4 3 5 4 3 4 5 2 250

4 2 3 4 4 3 3 2 2 3 5 2 2 227

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 249

3 4 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 2 204


(2)

32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4

33 5 4 4 4 5 5 4 5 3 3 3 3 3

34 4 4 4 3 5 2 4 5 3 4 4 4 4

35 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4

36 5 5 4 5 5 3 4 5 4 4 4 3 5

37 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5

38 4 3 3 4 5 4 3 4 3 3 4 3 4

39 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4

40 4 3 3 2 3 2 4 3 3 5 3 3 4

41 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4

42 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5

43 3 4 5 3 3 2 5 5 4 4 5 2 2

44 4 3 3 4 5 5 5 5 3 5 3 3 3

45 4 3 3 4 5 5 5 5 3 5 3 3 3

46 4 3 3 4 5 4 3 4 3 5 4 4 5

47 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5

48 4 5 3 3 5 3 4 3 5 2 5 5 4

49 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5

50 5 5 4 4 4 2 5 4 3 3 5 4 5

51 3 4 3 2 4 3 4 4 4 3 4 3 2

52 5 5 3 4 5 3 4 4 2 3 4 4 4


(3)

3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4

4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5

4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4

3 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4

5 4 5 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 5

5 5 4 4 4 5 5 5 5 3 4 3 5 4

4 3 2 4 4 1 3 3 3 2 3 3 5 2

3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 3 4

5 3 5 4 3 4 3 3 4 5 3 3 4 4

4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3

5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4

3 4 3 4 2 5 3 2 2 3 1 2 4 3

4 5 5 4 3 4 4 3 3 3 2 4 5 4

4 5 5 4 3 4 4 3 3 3 2 4 5 4

4 5 3 3 3 3 3 4 3 5 3 4 3 3

5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5

1 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4

4 4 4 5 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4

4 4 3 4 3 5 2 4 4 3 2 3 4 4

3 5 2 4 3 5 2 2 3 2 3 2 5 4

4 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3


(4)

4 4 4 4 5 5 5 2 2 3 5 5 5 5

5 5 5 4 5 3 4 2 2 4 4 5 5 5

5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5

4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4

4 4 5 4 5 4 4 3 3 4 5 5 4 5

5 4 5 2 4 4 5 3 4 2 4 5 5 5

2 3 3 4 3 2 5 3 2 3 5 1 4 3

5 4 4 4 5 5 5 3 3 5 5 5 4 5

4 4 4 4 3 5 4 2 3 5 5 5 5 5

3 3 4 4 4 3 3 2 2 4 4 3 4 5

4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4

4 2 4 4 4 3 3 3 2 2 3 5 3 5

5 5 4 4 5 5 5 3 3 5 3 3 4 5

5 5 4 4 5 5 5 3 3 5 3 3 4 5

5 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4

5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5

5 2 4 4 2 4 3 2 4 2 5 3 5 5

4 4 5 4 4 3 4 3 3 3 5 5 5 4

4 2 5 3 3 3 5 3 2 3 4 5 5 3

5 3 4 5 5 3 4 2 2 2 5 5 5 5

5 3 5 3 4 4 5 3 3 4 4 4 4 5


(5)

4 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 3

4 5 5 4 5 4 5 3 5 4 3 3 4 4

4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4

4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4

4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 3 5 5

4 4 4 4 5 4 5 3 3 1 5 5 3 3

2 3 3 3 4 5 5 2 4 3 4 3 4 2

4 5 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3

4 2 4 4 4 5 5 3 3 3 4 3 3 4

3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3

3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4

2 5 5 5 5 3 5 3 3 3 5 3 5 3

4 5 4 4 4 4 4 4 3 5 3 3 5 4

4 5 4 4 4 4 4 4 3 5 3 3 5 4

3 5 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 5 3

5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4

3 5 4 4 4 5 4 3 4 3 5 3 4 5

4 4 5 5 5 4 5 4 3 3 5 3 4 4

3 3 5 5 5 5 5 3 2 3 3 3 3 2

4 3 5 5 5 3 5 2 3 2 3 2 4 4

4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 1 3 4


(6)

3 4 4 4 3 3 2 4 2 3 3 3 2 260

4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 256

4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 3 272

4 4 3 3 4 3 3 4 2 4 4 2 2 238

4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 2 2 288

2 5 4 5 3 1 4 2 2 3 2 3 3 274

2 5 4 4 4 4 3 2 2 3 5 2 2 221

3 4 3 4 4 3 2 3 3 2 5 3 3 253

3 4 4 4 3 3 2 1 1 1 5 3 2 240

4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 247

4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 2 273

3 4 5 4 2 2 1 3 2 2 3 3 1 225

5 5 4 5 5 5 3 3 3 4 5 5 3 274

5 5 4 5 5 5 3 4 2 5 5 5 4 276

3 3 2 4 3 3 4 5 3 2 4 4 2 237

4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 308

3 3 3 5 3 4 5 5 2 3 5 5 3 253

4 2 2 5 4 3 4 3 3 3 4 3 2 266

5 5 4 4 3 2 3 4 2 3 3 2 2 244

4 4 4 4 4 3 2 1 2 4 5 4 1 235

4 4 3 1 4 3 3 4 2 2 4 4 3 255