BAB II Kajian Teori - Pengaruh Konsepdiri dan Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 4 Kota Jambi - Repository Unja

BAB II Kajian Teori A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

  Menurut Burn (1993) dalam buku ( Ghufron Nur & Risnawita Rini S, 2010: 13 ) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan mendapat tentang hal- hal yang dicapai.

  Menurut Atwater (1987) dalam ( Desmita, 2014: 163 ), menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengandirinya.Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubunya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri.Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita- cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, bagaimana orang lain melihat dirinya.

  Branden ( 1983 ) mendefinisikan konsep diri sebagai pikiran, keyakinan, dan kesan seseorang tentang sifat dan karakteristik dirinya, keterbatasan dan kapabilitasnya, serta kewajiban dan aset-aset yang yang ditunjukan melalui gambaran diri seseorang berdasarkan fikiran, perasaan, kemampuan dan sikap serta gambaran diri seseorang berdasarkan hubungan dan aktivitas sosialnya,nilai-nilai yang dianutnya serta hal-hal lain diluar dirinya. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yang baik/positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap dan berpikir secara positif. Sebaliknya, semakin jelek atau negative konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil. Sebab dengan konsep diri yang jelek/ negative akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku interior lainnya.

2. Dimensi konsep diri

  Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi konsep diri.Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya, menyebutkan dimensi utama dari konsep diri, yaitu : dimensi pengetahuan, dimensi pengharapan, dan dimensi

  a. Pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya.

  Individu dalam benaknya mempunyai satu daftar yang menggambarkan tentang dirinya. Kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama dan lain-lain. Persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan adanya diri yang sebenarnya.

  Penglihatan tentang diri kita hanyalah merupakan rumusan, definisi, atau versi subjektif pribadi kita tentang diri kita sendiri.Penglihatan itu dapat sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan diri kita sesungguhnya. Demikian juga, gambaran diri yang kita miliki tentang diri kita seringkali tidak sesuai dengan gambaran orang lain atau masyarakat tentang diri kita.

  b. Harapan

  Pada saat-saat tertentu, seseorang mempunyai satu aspek pandangan tentang dirinya. Harapan atau diri yang dicita-citakan dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumblah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumblah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita dimasa mendatang. Cita-cita diri ( self ideal ) terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia apa yang kita inginkan. Tetapi, perlu diingat bahwa cita-cita diri belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dimiliki

c. Penilaian

  Didalam penilaian, individu berkedudukan sebagai penilai dirinya sendiri.Penilai diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan :1) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa), 2) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita menyukai diri sendiri. Orang yang hidup dengan standard dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya, apa yang sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya akan memiliki rasa harga diri yang tinggi (hight self esteem). Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari standard harapan-harapan akan memiliki rasa harga diri yang rendah (low self esteem). Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk penerimaan terhadap diri (self acceptance), serta harga diri (self esteem) seseorang.

  Ketiga konsep diri sebagaimana diuraikan diatas bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Tingkat harga diri dipengaruhi oleh gambaran diri, apakah diri kita sebagaimanayang kita lihat dan cita-cita diri,

3. Pembagian Konsep diri

  Konsep diri dibagi menjadi beberapa bagianpembagunan konsep diri tersebutditemukan oleh stuar dan sundeen (1995) dalam buku ( Abdul Muhith, 2015: 84-95) yang terdiri dari:

a. Citra Tubuh

  Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat inidan masa lalu secara berkesinambungandimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (stuart dan sundeen, 1995). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Kliet, 1994). Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Citra tubuh adalah sikap, persepsi keyakinan, dan pengatahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu: ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, maka objek kontak secara terus menerus (acting, make up, lensa kontak, pakaian, kursi roda ) dari masa lalu maupun sekarang.

  Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, keterbatasan makna dan

  Individu yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak factor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang, stres, yang dapat mengganggu integrasi gambaran diri.

  b. Ideal Diri

  Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu ( stuart dan sundeen, 1995 ). Gangguan ideal diri adalah ideak diri terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis, ideal diri yang samaratau tidak jelas akan cendrung menuntut. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diingikan atau sejumlah aspirasi, cita-cita dan nilai nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapana prbadi berdasarkan norma social ( keluarga budaya ) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembangpada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dalam harapan masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, dan teman (Kliat, 1994).

  c. Peran

  Peran adalah seprangkat prilaku yang diharapkan secara social yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Kliat, 1994 ). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan.Sedangkan peran yang diterima adalahperan yang terpilih atau dipiliholeh individu.Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri.Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur social yang yang menimbulkan kesukaan, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 1994).

d. Identitas

  Identitas adalah kesadar akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian merupakan sintesa dari semua aspek. Konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan utuh ( Stuart dan Sudeen, 1995). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri dendiri ) kemampuan dan penyesuaikan diri . Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersama dengan perkembangan konsep diri.

  Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat, Perasaan dan prilaku yang kuat akan identitas diri individu dapat ditandai dengan : a) Kematangan diri

  b) Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain

  c) Merasa otonomi: menghargai diri, mampu diri, menerima diri, dan dapat mengontrol diri d) Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran, dan konsep diri

e. Harga Diri

  Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa beberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1995). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cendrung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1994). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri

  Berbagai faktor yang mempengarhi konsep diri meurut squart dan

  

sunden (1995) dalam buku ( Abdul Muhith, 2015:77-78 ) adalah sebagai

  berikut: sendiri melalui cermin orang lain dengan cara pandagan diri merupakan intropeksi dari pandangan orang lain terhadap diri sendiri. Pertama-tama orang yang mempengaruhi konsep diri kita adalah orang tua kita semua manusi akan memandang penting orang tua sehingga orang tua bisa dikatakan sebagai pemberi pengaruh yang pertama dan utama dalam pembentukan konsep diri kita.

  b. Reference group

  Yaitu kelompok yang dipakai sebagai acuan kelompok tersebut memberi arahan dan pedoman agar kita mengikuti prilaku yang sesuai dengan dengan norma yang berlaku dalam kelompok tersebu. Hal ini berkaitan dengan salah satu sifat manusia yang selalu hidup dalam kelompok. Tidak ada manusia yang hidup menyendiri, kecuali karena terpaksa. Semua manusia membutuhkan orang lain. Kelompok kelompok tersebut ikut secara sukarela kelompok acuan itu mempengaruhi pembentukan konsep diri kita.

  c. Teori perkembangan

  Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya, memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama

d. Self perseption (Persepsi diri sendiri)

  Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, secara persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu.

  Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

B. Kedisiplinan

1. Pengertian Disiplin

  Menurut john Garmo ( 2013: 45 ) kedisiplinan yaitu kualitas inti dari tanggung jawab pribadi. Kedisiplinan diri dilihat dari kerapian, ketapatan waktu. Kedisiplinan dalam beprilaku diterapkan dalam diri orang. Kedisiplinan bisa dijabarkan sebagai “Berkonsentrasi pada tujuan yang berharga ketimbang gangguan gangguan”.

  Menurut N, A. Ametembun 1991:8 dalam buku ( Darmadi, 2017:321) disiplin dapat diartikan secara etimologi maupun terminologi. Secara etimologi istilah disiplin berasal dari bahasa inggris “Disipline” yang artinya pengikut atau penganut. Sedangkan secara terminologi, istilah disiplin

  Menurut kamus besar bahasa indonesia disiplin ( 2003: 268 ) disiplin

  

adalah tata tertib di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya

(ketaatan/kepatuhan terhadap tata tertib di sekolah).

  Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Disiplin adalah suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib, norma-norma yang berlaku, baik tertulis maupun yang tidak tertulis.Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Disiplin dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktivitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktivitas pendidikan di sekolah.

2. Macam-macam Disiplin

  Pembahasan mengenai macam-macam disiplin dijelaskan oleh (Tu‟u 2004: 44-6) dalam Siti Ma‟sumah (2015) yakni:

a. Disiplin otoritarian

  Disiplin otoritarian bersifat memaksa kehendak orang lain tanpa mempertimbangkan dampaknya. Dalam disiplin ini, peraturan dibuat sangat melanggar disiplin tersebut, maka akan mendapatkan sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, apabila berhasil mematuhi peraturan kurang mendapatkan penghargaan karena disiplin otoritarian sudah dianggap sebagai kewajiban.

b. Disiplin permisif

  Disiplin permisif bersifat membebaskan seseorang untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keinginan hatinya. Dalam disiplin ini, tidak ada sanksi bagi pelanggarannya sehingga menimbulkan dampak kebingungan dan kebimbangan. Penyebabnya yaitu mereka tidak tahu mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang.

c. Disiplin demokratis

  Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan pada aspek edukatif bukan hukuman. Sanksi disiplin diberikan kepada seseorang yang melanggar sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Disiplin demokratis berusaha mengembangkan disiplin yang muncul karena kesadaran diri sehingga siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Dalam disiplin ini, siswa memiliki tanggung jawab dan kemandirian yang tinggi.

  Seperti halnya Tu‟u, Hurlock (2008: 93) juga mengemukakan

  a. Disiplin Otoriter

  Dalam disiplin yang bersifat otoriter, orang tua dan pengasuh yang lain menetapkan peraturan-peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan-peraturan tersebut. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak mengapa ia harus patuh dan tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat tentang adil tidaknya peraturan-peraturan tersebut.

  b. Disiplin yang Lemah

  Filsafat yang mendasari teknik disiplin ini adalah melalui akibat dari perbuatannya sendiri, anak akan belajar bagaimana berperilaku secara sosial.

  Dengan demikian, tidak diajarkan peraturan-peraturan, ia tidak dihukum karenamelakukan pelanggaran dan tidak diberi hadiah bagi anak yang berperilakubaik.

  c. Disiplin demokratis

  Disiplin ini menekankan pada anak untuk mengetahui mengapaperaturan-peraturan yang dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakanpendapatnya sendiri bila ia menganggap peraturan itu tidak adil. Terdapatpemberian hukuman bagi anak yang melanggar dan pemberian hadian bagiyang berperilaku baik.

  Selain macam-macam disiplin tersebut, ada juga disiplin individu

  a. Disiplin individu

  Disiplin individu adalah disiplin yang dikembangkan dan dimiliki seseorang.Disiplin ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan kemauanmengendalikan diri. Disiplin ini lahir dari dalam dirinya karena adanyakesadaran diri untuk mengikuti dan menaati aturan yang berlaku.

  b. Disiplin Sosial

  Disiplin sosial merupakan perwujudan adanya disiplin pribadi yang berkembang melalui kewajiban pribadi dalam individu dan karakter.

  (Tu‟u2004: 46).

  3. Perlunya Disiplin

  Hurlock (1978: 83) mengemukakan bahwa disiplin itu perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu, di antaranya adalah disiplin memberi anak rasa aman, memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial, anak bisa belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan, berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkannya, membantu anak mengembangkan

  4. Tujuan Disiplin

  Menurut Maman Rachman (Tulus Tu’u, 2004: 35) Tujuan disiplin individu lainnya, menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar, agar siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin

  Menurut Darmadi ( 2017: 322 ) faktor yang dapat mempengaruhi disiplin siswa dalam belajar atau disiplin belajar siswa, yaitu:

  a. Keteladanan

  Keteladanan orang tua sangat mempengaruhi sikap disiplin anak, sebab sikap dan tindak tanduk atau tingkah laku orang tua sangat mempengaruhi sikap dan akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua bukanlah hanya sebagai pemberi kebutuhan anak secara materi, tetapi orang tua juga adalah sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan dituntut untuk menjadi suri tauladah untuk anaknya.

  b. Kewibawaan

  Orang tua yang berwibawa dapat memberi pengaruh yang positif bagi anak, hal ini sebagaimana yang tertulis dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan (1983: 3) bahwa kewibawaan adalah pancaran kepribadian yang menimbulkan pengaruh positif sehingga orang lain mematuhi perintah dan larangannya. Orang yang berwibawa kepada pembentukan kepribadian anak. Anak yang biasa melaksanakan tugas sesuai petunjuk orang tua, maka dalam dirinya sudah tertanam sikap disiplin, dan sebaliknya apabila orang tua sudah tidak memiliki kewibawaan, akan sulit bagi orang tua tersebut untuk mengarahkan, membimbing anak dan yang akan terjadi adalah tindakan-tindakan indisipliner, dengan demikian kewibawaan sangat mempengaruhi prilaku anak.

  c. Anak

  Agar disiplin dilingkungan keluarga dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan kerjasama antar yang ada semua dirumah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka sangat diharapkan adanya kesadaran anak itu sendiri dalam membina kedisiplinan. Anak harus menyadari kedudukannyasebagai anak yang memerlukan orang tua.

  d. Hukuman dan Ganjaran

  Hukuman dan Ganjaran, merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi prilaku. Apabila anak melakukan suatu perlanggaran atau suatu perbuatan yang tidak terpuji dan tidak mendapat teguran dari orang tua, maka akan timbul dalam diri anak tersebut suatu kebiasaan yang kurang baik.

  e. Lingkungan

  Faktor yang tidak kalah pentingnya dan berpengaruh terhadap disiplin adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dan begitu pula sebaliknya. Agar dapat terlaksana sikap disiplin siswa yang diharapkan, maka ketiga lingkungan tersebut harus saling membantu.

6. Bentuk-Bentuk Disiplin

  Menurut buku panduan bagi ibu bapak mengenai disiplin murid-murid sekolah (1982: XX ) dalaman buku James (2013: 5 ) menguraikan bentuk- bentuk disiplin yang perlu ada pada murid antara lain sebagai berikut :

  a. Disiplin Asas Disiplin asas melibatkan individu dalam masyarakat yang lebih besar.

  Bagi memupuk disiplin asas, individu dikatakan perlu mematuhi peraturan- peraturan yang ditetapkan oleh institusi-institusi bukan formal dan non formal yang wujud dalam masyarakat demi menjaga keharmonisan dan kesejateraan hidup seharian.

  b. Disiplin Intrinsik

  Disiplin intrinsik atau disiplin kendiri adalah disiplin yang lahir daripada dalam diri individu. Disiplin jenis ini merangkumi sifat empati yaitu seseorang bagaikan dapat merasai apa yang dilalui oleh orang lain. Seseorang tidak melakuka sesuatu perkara apabila dia tidak inginkan perkara itu berlaku ke atas dirinya sendiri.

  Individu yang disiplin intrinsik dikatakan mempunyai kesadaran moral, agama, dan pergaulan yang tinggi dalam masyarakat. Disiplin intrinsik

C. Prestasi Belajar

  Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar.Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut sebagai berikut.

1. Pengertian Belajar

  Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ( Slameto, 2010: 2 ).

  Belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi- kondisi atau situasi-situasidisekitar kita. Dalam penyesuai diri itu termasuk mendapatkan kecekatan-kecekatan pengertian-pengertian yang baru, dan sikap-sikap yang baru. (Mustaqim dan wahid abdul, 2010: 61).

  Dari uraian diatas menunjukan pendapat mengenai apa yang dimaksud belajar, namun demikian disamping adanya perbedaan-perbedaan itu terdapat juga suatu persamaan yang besar. Semua pendapat itu menunjukan bahwa belajar adalah proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkahlakunya yang nampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak diamati. Perubahan-perubahan itu bukan perubahan yang negaif, tetapi Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang atau kelompok atas kegitan yang telah dilakukan. Tanpa sebuah kegitatan prestasi tidaklah dapat dicapai. Pada dasarnya, prestasi dan hasil belajar itu sama, artinya dalam prestasi belajar terdapat hasil belajar. Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000:71) dalam (Muhibbin Syah, 2011:141) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Prestasi ini, dinyatakan dalam nilai raport atau indeks prestasi yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran proses belajar.

  Muryono (2000) dalam buku (Sumantri Bambang, Jurnal: 2011)

menyebutkan prestasi belajar adalah suatu istilah yang menunjukkan derajat

keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar setelah mengikuti proses belajar dari

satu program yang telah di tentukan

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan sehingga siswa dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Informasi tentang prestasi belajar siswa/mahasiswa dapat diperoleh melalui nilai rata-rata rapot atau indeks prestasi setelah melaksanakan proses belajar mengajar selama satu semester. Prestasi yang dicapai oleh siswa berbeda satu dengan lainnya. dan ada yang prestasinya rendah.Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Perlunya perhatian faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses belajar. Suasana yang nyaman dan kondusif mengakibatkan proses belajar akan menjadi lebih baik. Termasuk juga keaktifan proses mental untuk sering dilatih, sehingga nantinya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa

  Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Menurut Haji Djaali (2012: 99) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Faktor dari dalam diri 1) Kesehatan

  Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, demam dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi.

1) Intelegensi

  teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.

  2) Minat dan motivasi

  Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan.

  3) Cara belajar

  Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat seta fasilitas belajar.

  b. Faktor dari lingkungan

  a) Keluarga Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak.

  Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.

a) Sekolah

  b) Masyarakat

  Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.

  c) Lingkungan sekitar

  Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

D. Pengaruh Konsep Diri dan Kedisiplinan terhadap Prestasi Belajar

1. Pengaruh Konsep Diri terhadap Prestasi Belajar

  Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nilor (1972) misalnya, mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan konsep yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar disekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik disekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi disekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukan hubungan antar pribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktifitas-aktifitas mereka slalu diarahkan pada kegiatan akademis.Mereka juga memperlihatkan kemandirian dalam belajar, sehingga tidak tergantung sejumlah siswa laki-laki dan perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkat inteligensi mereka. Disamping itu, mereka digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok berprestasi lebih ( Overachievers ) dan kelompok berprestasi kurang ( Derachievers ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsep diri antara siswa yang tergolong Overachiever dan underachiever.Siswa yang tergolong

  

Overachiever menunjukkan konsep diri yang lebih positif, dan hubungan

  yang erat antara konsep diri dan prestasi belajar terlihat jelas pada siswa laki- laki.

  Penelitian Walsh ( dalam Burns, 1982 ), juga menunjukkan bahwa siswa-siswa yang tergolong underachiever mempuyai konsep diri yang negative, serta memperlihatkan beberapa karakteristik kepribadian: 1) mempunyai perasaan dikeritik, ditolak dan diisolir, 2) melakukan mekanisme pertahanan diri dengan menghindar dan bahkan bersikap menentang, 3)tidak mampu mengekspresikan perasaan dan prilakunya ( Desmita, 2014: 171 ).

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut jelas bahwa konsep diri dan prestasi belajar siswa disekolah mempunyai hubungan yang erat. Siswa yang berprestasi tinggi cendrung memiliki konsep diri yang berbeda dengan siswa yang berprestasi rendah. Siswa yang berprestasi rendah akan memandang diri mereka sebagai orang yang tidakmempunyai kemampuan dan kurang dapat

  Siswa yang memandang dirinya negative, pada gilirannya akan menganggap keberhasilan yang dicapai bukan karena kemampuan yang dimilikinya, melainkan lebih mereka kebetulan atau karena faktor keberuntungan saja. Lain halnya dengan siswa yang memandang dirinya positif, akan menganggap keberhasilan sebagai hasil kerja keras dankarena faktor kemampuannya.

2. Pengaruh Kedisiplin terhadap Prestasi Belajar Siswa

  Pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi siswa menjadi faktor utama dalam keberhasilan penguasaan pelajaran di sekolah. Prestasi belajar merupakan akibat dari disiplin belajar. Dalam hal ini disiplin belajar berarti sikap keteraturan siswa dalam belajar. Keteraturan berarti siswa sudah terbiasa belajar dengan teratur tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Secara teori, apabila siswa sudah mampu menanamkan disiplin belajar dengan baik, maka prestasi belajar akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Saifudin, (2014: 64 ) selain motifasi belajar, prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh disiplin belajar. Adanya pengaruh tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi disiplin belajar akan semakin tinggi prestasi belajar yang diperoleh, sebaliknya semakin rendah disiplin belajar akan semakin rendah prestasi yang dicapai. Disiplin belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa karena dengan adanya disiplin siswa tidak dilaksanakannya setiap hari. Hal ini dikarenakan mereka sudah menyadari akan pentingnya belajar. Sebaliknya bagi siswa yang kurang menerapkan disiplin belajar, mereka menganggap belajar merupakan sebuah paksaan atau tekanan bagi dirinya. Belajar yang berlandaskan paksaan tidak akan bertahan lama, tetapi pudar seiring hilangnya paksaan tersebut. Namun, apabila siswa sudah menyadari pentingnya belajar walaupun pada mulanya atas dasar paksaan, maka lambat laun anak mampu menerapkan disiplin belajar yang baik.

  Pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa sangatlah besar dan sifatnya tidak sementara, akan tetapi dibawa terus sampai kapan pun. Tanpa dukungan orang tua di rumah, pengaruh disiplin belajar tidak akan berarti. Orang tua merupakan agen pendidikan siswa yang dapat membantu pelaksanaan disiplin di sekolah. Pendekatan orang tua di rumah menjadi senjata ampuh untuk menanamkan disiplin belajar dalam diri anak.

  Salah satu caranya yakni memotivasi anak agar senantiasa belajar di rumah sehingga akan tercipta kesinambungan antara disiplin belajar di rumah dan sekolah

Dokumen yang terkait

Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Mojolangu 3 Kota Malang

0 22 14

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kedisiplinan Belajar Siswa (Kelas VIII C dan Kelas VIII G) SMP Negeri 7 Salatiga Berdasarkan Pola Asuh Orangtua

0 0 10

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kedisiplinan Belajar Siswa (Kelas VIII C dan Kelas VIII G) SMP Negeri 7 Salatiga Berdasarkan Pola Asuh Orangtua

0 0 8

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kedisiplinan Belajar Siswa (Kelas VIII C dan Kelas VIII G) SMP Negeri 7 Salatiga Berdasarkan Pola Asuh Orangtua

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kedisiplinan Belajar Siswa (Kelas VIII C dan Kelas VIII G) SMP Negeri 7 Salatiga Berdasarkan Pola Asuh Orangtua

0 0 16

English Teachers’ Strategies In Managing A Large Class at SMP Negeri 4 Kota Jambi - Repository Unja

1 2 69

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle (IOC) Berbasis Kontekstual Terhadap Hasi Belajar Biologi Siswa Pada Materi Kingdom Protista Di Kelas X MIA SMA Negeri 4 Kota Jambi - Repository Unja

0 0 12

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa di SMP Negeri 2 Muaro Jambi - Repository Unja

0 0 63

Pengaruh Konsepdiri dan Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 4 Kota Jambi - Repository Unja

0 1 8

BAB I Pendahuluan - Pengaruh Konsepdiri dan Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 4 Kota Jambi - Repository Unja

0 0 9