081750 MQFM 2010 03 Editorial 09 Maret 2010

Editorial MQ 92,3 FM Jogjakarta
Edisi Selasa, 9 Maret 2010
Rekayasa Tindak Pidana Harus dihentikan
Sahabat MQ/ rekayasa tindak pinana harus segera dihentikan// Tentu masih
segar dalam ingatan kita/ pada beberapa waktu lalu terkait penahanan
Kedua ketua KPK -Bibit Samad Riyanto dan Canda M. Hamzah-/ yang
menimbulkan banyak aksi di mana-mana/ yang menjadikan banyak aksi
yang terdiri 2 kubu/ yaitu pendukung kepolisian/ dan pendukung KPK//
Akhir-akhir ini/ juga banyak

Anggota Komisi Polisi Nasional -Kompolnas- -Novel Ali- dan Ketua Presidium
Indonesia Police Watch -Neta S Pane- seracara terpisah/ menilai polisi
yang memfitnah dan merekayasa hukum pantas dipecat// Alasannya/
sebagai penegak hukum/ mereka justru merusak hukum dengan
menyalahgunakan kekuasaan// Novel menegaskan/ jajaran teras kepolisian
harus bertindak keras/ terhadap anggota yang melakukan tindakan
tersebut// Novel mengaku/ sudah lama Kompolnas menerima pengaduan
publik mengenai hal tersebut/ dan hingga kini belum mendapat tanggapan
layak dari kalangan kepolisian// Novel mengingatkan petinggi kepolisian/
agar segera menyadari dampak sosial kasus tersebut///
Kasus rakayasa pidana tersebut bukanlah kasus yang ringan// Sebab hal

tersebut menyangkut ..// Bagaimana mungkin/ masyarakat yang tidak
berdosa harus menjadi korban rekayasa yang diperuntukkan hanya untuk
segelintir orang tak bertanggungjawab///
Sahabat MQ/ tentu tidak semua anggota kepolisian seperti apa yang ada
dalam banyak pemberitaan menyudutkan tersebut// Akibat mereka yang
tidak
bertanggungjawab
tersebut/
sehingga
masyarakat
seolah
menjeneralisir semua anggota kepolisian adalah mereka yang tidak dapat
memperjuangkan akbenaran dan keadilan///
Kita harus menjadi masyarakat yang cerdas/ sadr hukum/ dan tidak mudah
terprofokasi oleh hembusan-hembusan kabar

”Kasus ini bukan kasus ringan. Ini penyalahgunaan diskresi. Kasus ini
menunjukkan, dengan kewenangan atau kekuasaan yang diberikan negara
kepada polisi, polisi bertindak korup. Tindakan ini bakal memancing reaksi
keras publik,” ujar Novel.

Ia mengusulkan agar kasus- kasus serupa dibawa ke sidang kode etik dan

disiplin yang terbuka untuk publik. Bila ternyata menjadi kasus pidana,
kasusnya harus dibawa ke meja hijau.
Sementara itu, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin, juga digelar
sidang perkara narkoba yang menjerat Aan Susandhi, mantan karyawan PT
Maritim Timur Jaya. Aan didakwa memiliki satu butir pil ekstasi (0,1467
gram) yang digerus dan disimpan dalam lipatan uang Rp 50.000.
Agenda sidang yang dipimpin Artha Theresia tersebut adalah pemeriksaan
saksi yang diajukan jaksa Martha P Berliana.
Saksi tersebut adalah Glen Tupamahu, karyawan yang bekerja di Lantai 8
Gedung Artha Graha, tempat Aan pernah bekerja. Aan hanyalah korban
rekayasa pidana polisi dengan modus penjebakan narkoba.

walloohu a'lam bsishowwaabb///