080206 MQFM 2010 03 Editorial 05 Maret 2010
Editorial MQ 92,3 FM Jogjakarta
Edisi Jum'at, 5 Maret 2010
Muslim Indonesia, Tak Berdaya Meski Mayoritas Jumlahnya
Sahabat MQ/ selama ini/ tidak ada daftar resmi dari pemerintah/ mengenai obatobatan yang terjamin kehalalannya// Padahal semestinya/ dalam buku panduan
obat pemerintah yang bahan-bahannya haram/ diberi warna halaman yang
berbeda// Kondisi ini/ praktis membuat kebanyakan doketr di Indonesia menjawab
“tidak tahu”/ ketika ditanya akan halal atau haramnya suatu obat// wajar saja/
para dokter ini/ tidak memiliki rujukan dan buku referensi// Pemerintah sendir/
belum bersikap tegas/ dalam menangani masalah ini// Badan Pengawas Obat dan
Makanan atau BPOM/ sebagai lembaga resmi yang berwenang/ sampai saat ini
masih fokus pada makanan dan minuman/ dan belum menyentuh masalah farmasi
dan obat-obatan//
Dokter banyak yang tidak mengetahui hal ini/ sebab dokter selama ini tidak terlibat
dalam penelitian// Doketr/ selama ini hanya mempertimbangkan kontra indikasi/
dan khasiat yang ada dilabel obat saja// Hal ini tentu menjadi kewajiban bagi
pemerintah/ BPOM/ dan MUI/ untuk membantu dokter//
Selama ini/ sebagian besar masyarakat/ belum memberikan perhatian terhadap
obat-obatan halal di Indonesia// Padahal/ dengan menimbang mayoritas jumlah
muslim/ dimana obat halal menjadi satu kebutuhan mutlak/ permasalahan ini
semestinya dibicarakan secara terbuka//
kita tidak boleh meremehkan obat-obatan yang akan diasup tubuh// Sebab disini/
peran obat sama dengan makanan// Kita/ wajib untuk tahu/ dan tidak boleh
membiarkan diri tenggelam dalam kebodohan// kita sebagai pasien/ harus tahu
dan punya hak untuk tahu/ akan kehalalan obat yang diberikan// Beberapa waktu
lalu/ memang sudah ditetapkan surat mengenai peraturan halal haram// Sayang/
surat tersebut banyak mendapat protes dari produsen/ juga para penyuplai obat
dari luar negeri// Padahal/ sebagian besar obat di indonesia/ diimpor dari luar
negeri//
Sahabat MQ/ semua orang tentu ingin hidpu sehat// begitu besar dan
bermaknanya kesehatan/ hingga kesehatan disebut sebagai nikmat terbesar kedua
setelah keimanan// Namun sebagai muslim/ kita tidak bisa mengabaikan ke
halalan obat yang akan kita konsumsi// rasululloh SAW/ tak hanya mengajari kita
sholat dan ibadah ritual lain// Beliau juga mengajarkan kepada kita/ bagaimana
mengobati sebuah penyakit//
Upaya untuk menawarkan dilakukannya sertifikasi halal ke sejumlah produsen/
juga telah dilakukan// Sayang/ banyak produsen obat yang enggan
melakukannya// Para produsen ini berkelit/ bahwa hal ini nantinya akan membatasi
pasar edar produk mereka// Keengganan untuk dilakukannya sertifikasi ini/ jelas
menimbulkan keheranaan/ mengapa mereka enggan untuk disertifikasi?// Adalah
hal yang sengaja ditutup-tutupi?// Entah apa sebabnya/ sehingga pprodusen kita
enggan mendaftarkan produknya untuk memperoleh sertifikat halal// Entah
mengapa/ halal-haram tak juga menjadi perhatian penting/ di sebuah negeri
dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia// Mungkin/ lagi-lagi ini karena
persoalan pemasaran dan keuntungan semata//
Sahabat MQ/ obat dipakai oleh konsumen/ melalui dokter dan apoteker//
Celakanya/ dokter dan apoteker/ kerap kali tidak mengetahui kandungan
tersebut// Sementara pasien/ kerapkali 100 persen percaya kepadadokter/ tanpa
perduli/ apakah obat yang diberikan dokter/ mengandung unsur-unsur haram//
Tentu saja setiap orang tak ingin sakit// Namun bila sakit itu datang/ tak ada satu
pun yang dapat menolak// Langkah bijaknya/ adalah berobat// Namun Islam/
punya aturan dan konsep sendiri dalam berobat// Sesuai dengan yang dicontohkan
Rasulullah SAW/ dan tentu saja/ terjamin kehalalannya/// walloohu a'lam
bsishowwaabb///
Edisi Jum'at, 5 Maret 2010
Muslim Indonesia, Tak Berdaya Meski Mayoritas Jumlahnya
Sahabat MQ/ selama ini/ tidak ada daftar resmi dari pemerintah/ mengenai obatobatan yang terjamin kehalalannya// Padahal semestinya/ dalam buku panduan
obat pemerintah yang bahan-bahannya haram/ diberi warna halaman yang
berbeda// Kondisi ini/ praktis membuat kebanyakan doketr di Indonesia menjawab
“tidak tahu”/ ketika ditanya akan halal atau haramnya suatu obat// wajar saja/
para dokter ini/ tidak memiliki rujukan dan buku referensi// Pemerintah sendir/
belum bersikap tegas/ dalam menangani masalah ini// Badan Pengawas Obat dan
Makanan atau BPOM/ sebagai lembaga resmi yang berwenang/ sampai saat ini
masih fokus pada makanan dan minuman/ dan belum menyentuh masalah farmasi
dan obat-obatan//
Dokter banyak yang tidak mengetahui hal ini/ sebab dokter selama ini tidak terlibat
dalam penelitian// Doketr/ selama ini hanya mempertimbangkan kontra indikasi/
dan khasiat yang ada dilabel obat saja// Hal ini tentu menjadi kewajiban bagi
pemerintah/ BPOM/ dan MUI/ untuk membantu dokter//
Selama ini/ sebagian besar masyarakat/ belum memberikan perhatian terhadap
obat-obatan halal di Indonesia// Padahal/ dengan menimbang mayoritas jumlah
muslim/ dimana obat halal menjadi satu kebutuhan mutlak/ permasalahan ini
semestinya dibicarakan secara terbuka//
kita tidak boleh meremehkan obat-obatan yang akan diasup tubuh// Sebab disini/
peran obat sama dengan makanan// Kita/ wajib untuk tahu/ dan tidak boleh
membiarkan diri tenggelam dalam kebodohan// kita sebagai pasien/ harus tahu
dan punya hak untuk tahu/ akan kehalalan obat yang diberikan// Beberapa waktu
lalu/ memang sudah ditetapkan surat mengenai peraturan halal haram// Sayang/
surat tersebut banyak mendapat protes dari produsen/ juga para penyuplai obat
dari luar negeri// Padahal/ sebagian besar obat di indonesia/ diimpor dari luar
negeri//
Sahabat MQ/ semua orang tentu ingin hidpu sehat// begitu besar dan
bermaknanya kesehatan/ hingga kesehatan disebut sebagai nikmat terbesar kedua
setelah keimanan// Namun sebagai muslim/ kita tidak bisa mengabaikan ke
halalan obat yang akan kita konsumsi// rasululloh SAW/ tak hanya mengajari kita
sholat dan ibadah ritual lain// Beliau juga mengajarkan kepada kita/ bagaimana
mengobati sebuah penyakit//
Upaya untuk menawarkan dilakukannya sertifikasi halal ke sejumlah produsen/
juga telah dilakukan// Sayang/ banyak produsen obat yang enggan
melakukannya// Para produsen ini berkelit/ bahwa hal ini nantinya akan membatasi
pasar edar produk mereka// Keengganan untuk dilakukannya sertifikasi ini/ jelas
menimbulkan keheranaan/ mengapa mereka enggan untuk disertifikasi?// Adalah
hal yang sengaja ditutup-tutupi?// Entah apa sebabnya/ sehingga pprodusen kita
enggan mendaftarkan produknya untuk memperoleh sertifikat halal// Entah
mengapa/ halal-haram tak juga menjadi perhatian penting/ di sebuah negeri
dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia// Mungkin/ lagi-lagi ini karena
persoalan pemasaran dan keuntungan semata//
Sahabat MQ/ obat dipakai oleh konsumen/ melalui dokter dan apoteker//
Celakanya/ dokter dan apoteker/ kerap kali tidak mengetahui kandungan
tersebut// Sementara pasien/ kerapkali 100 persen percaya kepadadokter/ tanpa
perduli/ apakah obat yang diberikan dokter/ mengandung unsur-unsur haram//
Tentu saja setiap orang tak ingin sakit// Namun bila sakit itu datang/ tak ada satu
pun yang dapat menolak// Langkah bijaknya/ adalah berobat// Namun Islam/
punya aturan dan konsep sendiri dalam berobat// Sesuai dengan yang dicontohkan
Rasulullah SAW/ dan tentu saja/ terjamin kehalalannya/// walloohu a'lam
bsishowwaabb///