pemanfaatan media karikatur untuk meningkatkan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran sejarah bab 1
PEMANFAATAN MEDIA KARIKATUR UNTUK MENINGKATKAN
BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI-IPS2 Semester II
Tahun Ajaran 2007/2008 SMA Negeri 20 Bandung)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya kemampuan berfikir kritis siswa terhadap mata
pelajaran sejarah antara lain karena pelajaran sejarah dianggap
membosankan.
Disamping
itu
buku-buku
sejarah
kurang
menampilkan gambar/foto yang menarik siswa, sehingga siswa
kurang termotivasi untuk membaca dan atau mempelajari sejarah.
Gejala ini sangat umum terjadi di sekolah-sekolah, mulai dari di
Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Oleh karena
itu perlu diupayakan pemanfaatan berbagai media gambar yang
menarik, salah satu alternatifnya adalah media karikatur. Karikatur
dapat dijadikan media pembelajaran karena memiliki ciri yang khas
yaitu merangsang berfikir kritis dari makna yang ditampilkan dalam
gambar dan dapat memberi petunjuk kondisi pemikiran pada saat
karikatur itu dibuat.
Keunggulan media gambar kartun dalam proses pembelajaran
belum pernah ada yang meneliti, namun sebagai media belajar
sangat relevan jika dijadikan sebagai media interaksi antara peserta
didik dengan sumber belajar. Sumber-sumber belajar yang ada di
sekitar siswa adalah potensi yang memungkinkan siswa melakukan
perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi
bisa, tidak jelas menjadi jelas, dan seterusnya.
Sumber belajar yang berupa karikatur juga dapat dijadikan
alasan bahwa sumber belajar tidak hanya buku teks tetapi juga
1
yang lainnya. Sumber belajar tidak terbatas pada buku tetapi semua
pesan, bahan, alat, orang, teknik dan lingkungan merupakan
sumber-sumber belajar. Proses belajar akan terjadi antara pebelajar
(siswa) dengan sumber belajar manakala siswa membuka diri untuk
menerima informasi dari luar. Siswa bersedia mengubah sikap,
pandangan hidup, perasaan, kebiasaan dan pengalaman yang pada
diri peserta didik kearah yang lebih dewasa. Bila peserta didik
apatis, tidak senang, atau menganggap buang waktu maka sulit
untuk mengalami proses belajar. Faktor keterbukaan dari peserta
didik merupakan faktor internal.
Selain faktor internal, juga ada faktor eksternal yang perlu
dikondisikan oleh guru sebagai orang yang ”bermaksud” membantu
siswa menuju peningkatan kompetensi dan kedewasaan siswa. Guru
harus mampu memberi rangsangan dengan berbagai media yang
menarik siswa untuk belajar, yaitu terutama pendengaran dan
penglihatan. Media pembelajaran sebagai faktor eksternal dapat
dimanfaatkan
untuk
meningkatkan
efisiensi
belajar
karena
mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya
proses belajar.
Edgar
Dale
dengan
konsep
kerucut
pengalamannya,
menggambarkan pentingya suatu media nyata atau dalam bentuk
visual. Edgar Dale mengatakan bahwa bahwa ada suatu kontinuum
orang tertarik minat belajarnya dari suatu yang abstrak ke konkrit,
dari hanya mendegar saja hingga merasakan pengalaman langsung,
dari verbal ke visual. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan
akan lebih menjamin terjadinya proses belajar.
Permasalahannya adalah bagaimana dengan materi sejarah
yang menjadikan peristiwa masa lalu sebagai objek kajian? Salah
satu cara guru dalam menghadirkan suasana ”pemikiran” tokoh
dalam sejarah adalah dari hasil karyanya dan dari foto-foto
2
peristiwa. Artinya, guru sejarah dapat menghadirkan contoh hasil
karya dari para tokoh dihadirkan di depan kelas. Contoh hasil karya
yang dapat dijadikan sumber belajar langsung misalnya lukisan,
hasil fotografi, dan karikatur. Gambar karikatur yang dibuat oleh
orang di jaman peristiwa sejarah tersebut terjadi.
Dengan asumsi dan kajian pendahuluan, kesulitan belajar
sejarah ternyata terjadi pula di kelas XI-IPS-2 SMA Negeri 20
Bandung. Di sejumlah pokok bahasan, siswa sulit ”dihadirkan”
suasana pikirannya dalam mengikuti penjelasan tentang masa lalu.
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, peneliti mencoba
melakukan
perbaikan
kelas
yaitu
akan
menggunakan
media
karikatur dengan sasaran antaranya yaitu merangsang berfikir kritis
siswa. Harapannya adalah bahwa siswa termotivasi dalam belajar
karena chi (inti) motivasinya tersentuh untuk berfikir. Siswa yang
memiliki motivasi belajar akan mempunyai dorongan dalam dirinya
baik berupa gairah, kesenangan dan semangat untuk belajar,
sehingga tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka
masalah yang akan dibahas pada penelitian ini secara garis adalah,
apakah penggunaan media karikatur dapat meningkatkan berfikir
kritis siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS-2 SMAN 20
Bandung?
Masalah penelitian di atas akan diuraikan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana guru merencanakan penggunaan media karikatur di
kelas XI IPS-2 pada mata pelajaran sejarah?
2. Bagaimana guru menggunakan media karikatur di kelas XI IPS-2
pada mata pelajaran sejarah?
3
3. Apakah dengan media karikatur dapat meningkatkan cara berfikir
kritis siswa kelas XI IPS-2 pada mata pelajaran sejarah?
4. Kendala-kendala
apa
saja
yang
dialami
oleh
guru
ketika
menerapkan media karikatur dalam pembelajaran sejarah di
kelas XI IPS-2?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang akan dicapai antara lain :
1. Mendeskripsikan perencanaan penggunaan media karikatur oleh
guru di kelas IPS-2 pada mata pelajaran sejarah.
2. Mendeskripsikan penggunaan media karikatur oleh guru di kelas
XI IPS-2 pada mata pelajaran sejarah.
3. Mengkaji perubahan tingkat berfikir kritis siswa kelas XI IPS-2
dalam
pembelajaran
sejarah
setelah
digunakannya
media
karikatur.
4. Menganalisis kendala-kendala yang dialami oleh guru ketika
menerapkan media karikatur pada pembelajaran sejarah di kelas
XI IPS-2.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru
a. Dapat menambah wawasan untuk berimprovisasi dalam
proses kegiatan belajarm mengajar guna mengatasi kesulitankesulitan
yang
dihadapi
sebagai
akibat
pengembangan/
pembaharuan kurikulum
b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
2. Bagi siswa
4
a.
Dapat
lebih
menggairahkan
mengajar. Aktifitas siswa
proses
kegiatan
belajar
lebih dinamis, sehingga
materi yang diperoleh siswa akan lebih bermakna.
b.
Dapat mengembangkan daya berpikir kritis siswa
3. Bagi institusi
Dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran,
citra lembaga, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
kepada sekolah.
5
BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI-IPS2 Semester II
Tahun Ajaran 2007/2008 SMA Negeri 20 Bandung)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya kemampuan berfikir kritis siswa terhadap mata
pelajaran sejarah antara lain karena pelajaran sejarah dianggap
membosankan.
Disamping
itu
buku-buku
sejarah
kurang
menampilkan gambar/foto yang menarik siswa, sehingga siswa
kurang termotivasi untuk membaca dan atau mempelajari sejarah.
Gejala ini sangat umum terjadi di sekolah-sekolah, mulai dari di
Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Oleh karena
itu perlu diupayakan pemanfaatan berbagai media gambar yang
menarik, salah satu alternatifnya adalah media karikatur. Karikatur
dapat dijadikan media pembelajaran karena memiliki ciri yang khas
yaitu merangsang berfikir kritis dari makna yang ditampilkan dalam
gambar dan dapat memberi petunjuk kondisi pemikiran pada saat
karikatur itu dibuat.
Keunggulan media gambar kartun dalam proses pembelajaran
belum pernah ada yang meneliti, namun sebagai media belajar
sangat relevan jika dijadikan sebagai media interaksi antara peserta
didik dengan sumber belajar. Sumber-sumber belajar yang ada di
sekitar siswa adalah potensi yang memungkinkan siswa melakukan
perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi
bisa, tidak jelas menjadi jelas, dan seterusnya.
Sumber belajar yang berupa karikatur juga dapat dijadikan
alasan bahwa sumber belajar tidak hanya buku teks tetapi juga
1
yang lainnya. Sumber belajar tidak terbatas pada buku tetapi semua
pesan, bahan, alat, orang, teknik dan lingkungan merupakan
sumber-sumber belajar. Proses belajar akan terjadi antara pebelajar
(siswa) dengan sumber belajar manakala siswa membuka diri untuk
menerima informasi dari luar. Siswa bersedia mengubah sikap,
pandangan hidup, perasaan, kebiasaan dan pengalaman yang pada
diri peserta didik kearah yang lebih dewasa. Bila peserta didik
apatis, tidak senang, atau menganggap buang waktu maka sulit
untuk mengalami proses belajar. Faktor keterbukaan dari peserta
didik merupakan faktor internal.
Selain faktor internal, juga ada faktor eksternal yang perlu
dikondisikan oleh guru sebagai orang yang ”bermaksud” membantu
siswa menuju peningkatan kompetensi dan kedewasaan siswa. Guru
harus mampu memberi rangsangan dengan berbagai media yang
menarik siswa untuk belajar, yaitu terutama pendengaran dan
penglihatan. Media pembelajaran sebagai faktor eksternal dapat
dimanfaatkan
untuk
meningkatkan
efisiensi
belajar
karena
mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya
proses belajar.
Edgar
Dale
dengan
konsep
kerucut
pengalamannya,
menggambarkan pentingya suatu media nyata atau dalam bentuk
visual. Edgar Dale mengatakan bahwa bahwa ada suatu kontinuum
orang tertarik minat belajarnya dari suatu yang abstrak ke konkrit,
dari hanya mendegar saja hingga merasakan pengalaman langsung,
dari verbal ke visual. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan
akan lebih menjamin terjadinya proses belajar.
Permasalahannya adalah bagaimana dengan materi sejarah
yang menjadikan peristiwa masa lalu sebagai objek kajian? Salah
satu cara guru dalam menghadirkan suasana ”pemikiran” tokoh
dalam sejarah adalah dari hasil karyanya dan dari foto-foto
2
peristiwa. Artinya, guru sejarah dapat menghadirkan contoh hasil
karya dari para tokoh dihadirkan di depan kelas. Contoh hasil karya
yang dapat dijadikan sumber belajar langsung misalnya lukisan,
hasil fotografi, dan karikatur. Gambar karikatur yang dibuat oleh
orang di jaman peristiwa sejarah tersebut terjadi.
Dengan asumsi dan kajian pendahuluan, kesulitan belajar
sejarah ternyata terjadi pula di kelas XI-IPS-2 SMA Negeri 20
Bandung. Di sejumlah pokok bahasan, siswa sulit ”dihadirkan”
suasana pikirannya dalam mengikuti penjelasan tentang masa lalu.
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, peneliti mencoba
melakukan
perbaikan
kelas
yaitu
akan
menggunakan
media
karikatur dengan sasaran antaranya yaitu merangsang berfikir kritis
siswa. Harapannya adalah bahwa siswa termotivasi dalam belajar
karena chi (inti) motivasinya tersentuh untuk berfikir. Siswa yang
memiliki motivasi belajar akan mempunyai dorongan dalam dirinya
baik berupa gairah, kesenangan dan semangat untuk belajar,
sehingga tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka
masalah yang akan dibahas pada penelitian ini secara garis adalah,
apakah penggunaan media karikatur dapat meningkatkan berfikir
kritis siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS-2 SMAN 20
Bandung?
Masalah penelitian di atas akan diuraikan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana guru merencanakan penggunaan media karikatur di
kelas XI IPS-2 pada mata pelajaran sejarah?
2. Bagaimana guru menggunakan media karikatur di kelas XI IPS-2
pada mata pelajaran sejarah?
3
3. Apakah dengan media karikatur dapat meningkatkan cara berfikir
kritis siswa kelas XI IPS-2 pada mata pelajaran sejarah?
4. Kendala-kendala
apa
saja
yang
dialami
oleh
guru
ketika
menerapkan media karikatur dalam pembelajaran sejarah di
kelas XI IPS-2?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang akan dicapai antara lain :
1. Mendeskripsikan perencanaan penggunaan media karikatur oleh
guru di kelas IPS-2 pada mata pelajaran sejarah.
2. Mendeskripsikan penggunaan media karikatur oleh guru di kelas
XI IPS-2 pada mata pelajaran sejarah.
3. Mengkaji perubahan tingkat berfikir kritis siswa kelas XI IPS-2
dalam
pembelajaran
sejarah
setelah
digunakannya
media
karikatur.
4. Menganalisis kendala-kendala yang dialami oleh guru ketika
menerapkan media karikatur pada pembelajaran sejarah di kelas
XI IPS-2.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru
a. Dapat menambah wawasan untuk berimprovisasi dalam
proses kegiatan belajarm mengajar guna mengatasi kesulitankesulitan
yang
dihadapi
sebagai
akibat
pengembangan/
pembaharuan kurikulum
b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
2. Bagi siswa
4
a.
Dapat
lebih
menggairahkan
mengajar. Aktifitas siswa
proses
kegiatan
belajar
lebih dinamis, sehingga
materi yang diperoleh siswa akan lebih bermakna.
b.
Dapat mengembangkan daya berpikir kritis siswa
3. Bagi institusi
Dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran,
citra lembaga, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
kepada sekolah.
5