BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN STRATEGI RESTRUKTURING KOGNITIF UNTUK OPTIMALISASI BELAJAR SEORANG SISWA KELAS VIII DI MTS NURUL HUDA SAWO DUKUN GRESIK.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh: AMI MAYASARI

B03212029

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Ami Mayasari (B03212029), Bimbingan dan Konseling Islam dengan Strategi Restrukturing Kognitif untuk Optimalisasi Belajar Seorang Siswa Kelas

VIII di Mts Nurul Huda Sawo Dukun Gresik.

Permasalahan yang diangkat dalam masalah ini adalah (1) Bagaimana proses terapi Restrukturing Kognitif untuk optimalisasi belajar seorang siswa kelas VIII di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik?, (2) Bagaimana hasil akhir terapi Restrukturing Kognitif untuk optimalisasi belajar seorang siswa kelas VIII di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik ?.

Stratetgi Restructuring Kognitif adalah cara penerapan strategi yang menitikberatkan pada kasus konseli berupa cara berfikir yang negative dalam belajar, tidak tertarik pada mata pelajaran sekolah, terpaku sama kegiatan ekschool yang mengakibatkan dampak kurang baik pada konseli. Optimalisasi belajar adalah belajar yang dimana seseorang bisa nyaman dan menyenangkan sehingga informasi yang dipelajari dapat dengan mudah diserap oleh seseorang.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan strategi

restructuring kognitif untuk optimalisasi belajar seorang siswa kelas VIII di MTS

Nurul Huda Sawo Dukun Gresik. Serta membandingkan keadaan konseli sebelum dan sesudah proses mendapatkan konseling melalui strategi tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumentasi hasil observasi dan wawancara dari konseli serta informan.

Adapun proses pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan strategi restructuring kognitif untuk optimalisasi belajar seorang siswa kelas VIII di MTS Nurul Huda sawo Dukun Gresik yakni dengan langkah-langkah bimbingan konseling islam yaitu identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment/terapi dan evaluasi/follow up.

Berdasarkan hasil analisis, terdapat pengaruh yang positif dalam penggunaan strategi Restrukturing Kognitif untuk optimalisasi belajar seorang siswa kelas VIII di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik. Setelah mendapatkan terapi konseli menunjukkan tanda ada sedikit perubahan meskipun belum maksimal.

Kata kunci: Bimbingan dan Konseling Islam, Strategi Restructuring Kognitive, dan Optimalisasi Belajar.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat penelitian ... 5

E. Definisi Konsep ... 6

F. Metode Penelitian ... 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2. Subjek Penelitian ... 10

3. Tahap-tahap Penelitian ... 11

4. Jenis dan Sumber Data ... 14

5. Tehnik Pengumpulan data ... 15

6. Tehnik Analisis Data ... 17

7. Tehnik Keabsahan data ... 18

G. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 23

A. Kajian Teoritik ... 23

1. Bimbingan dan Konselinh Islam ... 23

2. Strategi Restrukturing Kognitif ... 33

3. Pengertian Optimalisasi Belajar ... 35

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 38


(8)

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 40

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 40

2. Deskripsi Konselor ... 44

3. Deskripsi Konseli ... 45

B. Deskripsi hasil Penelitian ... 50

1. Deskripsi Data Tentang Penyebab-Penyebab Belajar Kurang Optimalisasi Belajar pada Seorang Siswa Kelas VIII di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik ... 50

2. Deskripsi Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Strategi Restructuring Kognitive Seorang Siswa Di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik ... 52

3. Deskripsi Hasil Akhir Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Strategi Restructuring Kognitive Seorang Siswa Di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik ... 78

BAB IV : ANALISIS DATA ... 81

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam 1. Strategi Restrukturing Kognitif untuk Optimalisasi Belajar Seorang Siswa Kelas VIII di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik ... 81

2. Pola Restrukturing Kognitif ... 91

B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam dengan Strategi Restrukturing Kognitif Untuk Optimalisasi Belajar Seorang Siswa di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik 93 BAB V : PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar.

Belajar adalah key term, „istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar.1

Belajar dikatakan kurang optimal apabila seorang belum bisa membagi waktu antara pentingnya belajar dan bermain, usia anak-anak merupakan usia bermain bagi mereka jadi mereka belum mampu berfikir panjang untuk memilih mana yang lebih penting antara belajar dan bermain. Disini diperlukan bimbingan dan dampingan dari orang tua untuk membantu anak supaya bisa membagi waktu kapan ia harus bermain dan kapan ia harus belajar, terkadang orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anak nya dalam hal mengatur waktu karena bagi para orang tua selama anaknya sudah mau belajar itu sudah cukup meskipun hanya

1


(10)

dalam waktu sebentar saja. Disitulah keoptimalan belajar seorang anak menjadi berkurang dan menimbulkan efek tidak baik bagi diri dan prestasi anak.

Belajar dapat disebut optimal ketika anak telah dapat menyadari kapan waktu dia belajar dan dapat pula mengurangi waktu bermain tanpa harus dingatkan dan dipaksa (kemauan sendiri) dan tentunya tetap dalam bimbingan orang tua, karena meskipun seorang anak belajar dengan giat namun tanpa didampingi oleh orang tua hasilnya akan sama saja dengan ia tidak belajar. Hal tersebu dikarenakan bahwa dalam proses belajar anak tidak sepenuhnya memahami materi apa yang ia pelajari. Maka dari itu dalam proses belajar seorang anak harus didampingi oleh orang tua.

Proses belajar anak akan lebih optimal apabila anak dapat memanfaatkan waktu yang telah disediakan dan serius dalam belajar sehingga dia dapat mencapai tujuan yangdiinginkan (dalam berprestasi). Optimalnya belajar seseorang tidak bisa diukur dengan berapa lama waktu yang dihabiskan dalam belajar akan tetapi seberapa serius dia memanfaatkan waktu itu untuk memahami materi-materi yang sedang ia pelajari.

Muhammad Luki Amri Abdullah, siswa kelas VIII Mts yang mempunyai hobi bermain dan mengotak-atik mesin sehingga lupa waktu serta kurang optimal dalam belajar yang mengakibatkan nilai akdemik nya merosot, setiap hari, sepulang sekolah Luki selalu pergi ke bengkel untuk menyalurkan hobi nya dan akan pulang ketika sore hari, sheingga di waktu malam ia gunakan untuk bermain. Akan tetapi, ketika di siang hari Luki tidak ke bengkel ia selalu menghabiskan


(11)

waktunya dengan pergi bermain bersama teman-temannya dan tidak ingat lagi dengan pelajaran atau pekerjaan rumah yang di dapat dari sekolah nya.

Di sekolah, konseli tergolong siswa yang memiliki kemampuan sedang, akan tetapi karena kurang memperhatikan guru dan malas-malasan di dalam kelas Luki mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Luki (konseli) juga mengatakan bahwa tidak lagi tertarik dengan pelajaran-pelajaran akademik di sekolahnya, ia merasa kebih tertarik dengan hobinya di bengkel.

Disini peran orang tua sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak, dimana orang tua harus berperan penuh untuk membangun karakter dan pendidikan anak untuk bekal ketika dewasa nanti.Pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak-anak bukanlah hal yang dapat disepelekan. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti memberikan banyak dampak positif bagi anak-anak dan pada perkembangannya anak-anak tersebut banyak yang mencapai kesuksesan tatkala mereka menginjak usia dewasa dan terjun kedalam dunia sosial yang sebenarnya2.

Akan tetapi jika orangtua kurang berperan dalam tumbuh kembang anak akan berakibat fatal bagi anak, karena anak-anak masih membutuhkan perhatian dan perlindungan dari orang tua.Apabila orangtua tidak berperan didalamnya, maka anak akan merasa kurang perhatian dan akan bertindak seenaknya sendiri, tidak lagi memperhatikan kondisi sekeliling bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa anak akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti berbohong, tertutup pada keluarga dan menyendiri.

2

Rendra, Pentingnya Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak-Anak, (http://dbagus.com/pentingnya-peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak-anak) diakses pada tanggal 23 Maret 2016)


(12)

Peneliti ingin sekali membantu konseli supaya dapat belajar dengan optimal kembali tanpa menghentikan hobi yang sekarang sedang ia tekuni dan mencapai nilai-nilai yang bagus dalam setiap pelajaran dan meningkatkan prestasinya. Dengan terapi restructuring kognitif yang dirasa efektif, peneliti berharap agar tercipta pemikiran baru yang diharapkan, melalui modifikasi tingkah laku yang bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan diukur.3 Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Bimbingan dan Konseling Islam dengan Strategi Restructuring Kognitif untuk Optimalisasi Belajar Seorang Siswa Kelas VIII di MTS Nurul

Huda Sawo Dukun Gresik.”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelotian ini, yaitu: 1. Bagaimana proses strategiRestructuring Kognitifuntuk optimalisasi belajar

seorang siswa kelas VIII MTS Nurul Huda di Desa Sawo Dukun Gresik ? 2. Bagaimana hasil akhir strategiRestructuring Kognitif untuk optimalisasi belajar

seorang siswa kelas VIII MTS Nurul Huda di Desa Sawo Dukun Gresik?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan proses strategiRestructuring Kognitif untuk optimalisasi belajar anak kelas VIII MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik.

3

Gerald Corey, Teori dan Praktik Konseling & Psikoterapi, cet.VII, (Bandung : Refika Aditama, 2013),hal.193


(13)

2. Mengetahui hasil akhir strategiRestructuring Kognitif untuk optimalisasi belajar anak kelas VIII MTS Nurul Huda sawo Dukun Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Setiap hasil penelitian tentu memiliki arti, makna dan manfaat baik yang berkaitan dengan manfaat secara teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang berarti untuk mengoptimalkan belajar anak melalui terapi restrukturing kognitif.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan bagi upaya pengembangan wawasan keilmuan bidang Bimbingna Konseling Islam, khususnya konsentrasi karir terhadap optimalisasi belajar anak.

b. Menambah referensi bagi khalayak umum terkait Bimbingan dan Konseling Islam dengan strategi restrukturing kognitif untuk optimalisasi belajar anak.

c. Bagi orangtua nantinya dari penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi dan masukan yang positif sebagai upaya dalam mengoptimalkan belajarsehingga anak tersebut dapat berhasil dan menyesuaikan diri seperti anak lain pada umumnya.


(14)

E. Definisi Konsep

Peneliti memaparkan3 (tiga) istilahyang perlu dijelaskanyaitu: 1. Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.4

Menurut Ahmad Mubarok, MA menyatakan dalam bukunya konseling agama teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.5

Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw.kedalam

4

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam , (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15

5

Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5


(15)

dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.6

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.

2. Restrukturing Kognitif

Menurut Cormierstrategi pengubahan pola berfikir, merupakan salah satu strategi atau prosedur membantu klien untuk menetapkan hubungan antara persepsi dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya dan untuk mengidentifikasi persepsi dan kognisi tersebut dengan persepsi yang lebih meningkatkan diri.7

Menurut Nursalimstrategipengubahan pola berfikir tidak hanya membantu klien mengenal dan menghentikan pikiran-pikiran negatif /yang merusak diri, tetapi juga mengganti pikiran-pikirantersebut dengan pikiran yang positif. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategiCognitive Restucturing (CR)adalah strategi konseling untuk membantu klien mengenal pikiran- pikiran negatif pada dirinya dan hubungan antara persepsi dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya, dan menghentikan serta mengganti pikiran-pikiran

6

Drs. Syamsul Munir Amin M.A, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH,2010), hal. 23

7


(16)

negatif tersebut dengan pikiran yang lebih positifhingga dapat berfikir secara rasional danlogisdengan tujuan untuk lebih meningkatkan diri8. Ada beberapa langkah dalam terapi restructuring kognitif, tetapi disini penulis hanya memakai 2 (dua) langkah untuk menghadapi klien, yaitu: memeriksa alternative dan reframing.9 Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Memeriksa alternative, yaitu mengarahkan klien untuk memilih dan

mengenali kognisi alternatif (cara lain) yang dapat meredam masalah yang ada.10

b. Reframing, yaitu merubah sudut pandang yang semula adalah sudut

pandang yang belum sesuai menjadi sudut pandang yang lebih baik.11 3. Optimalisasi Belajar

Belajar yang optimal adalah belajar yang dimana seseorang merasa nyaman dan menyenangkan sehingga informasi yang dipelajari dapat dengan mudah diserap oleh seseorang.12 Sebaliknya, belajar non optimal adalah dimana informasi yang dipelajari tidak dapat diserap dengan mudah karena adanya ketidaksenangan atau ketidaknyamanan. Optimalisasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik atau tertinggi.Jadi, optimalisasi adalah suatu proses meninggikan atau meningkatkan.13 Dapat disimpulkan bahwa optimalisasi belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorangsecara optimal dan

8

Journal.unnes.ac.id>article>view file (diakses pada tanggal 20 Juli 2016) 9

Imron, Mengenal Terapi Kognitif, (http://imron46.blogspot.co.id/2009/02/terapi-kognitif.html) diakses 30 Maret 2016

10

Setio Melfiati, Psikriatri, (Jakarta: EGC, 1994), hal.639 11

Waidi,Self empowerment by NLP, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), hal. 4 12

Rini Utami Aziz, Anak Sulit Belajar, (Solo: Tiga Serangkai, 2006), hal. 33 13


(17)

sistematis untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

F. Metode Penelitian

Adapun beberapa metode yang penulis pergunakan antara lain : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian inimetode yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sebagaimana dalam buku Lexy J. Moleong metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang teramati.14

Penelitian ini berbentuk studi kasus, penelitian studi kasus adalah penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam.

Kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untu menghasilkan teori. Penelitian studi kasus dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu gejala tertentu dari kasus yang diteliti oleh peneliti.15

Jadi, jenis penelitian yang berbentuk studi kasus adalah penelitian dilakukan secara mendalam, maksudnya pengumpulan data secara lengkap dan dilakukan secara intensif dengan mengikuti dan mengamati perilaku ataupun dampak yang terjadi pada anak yang kurang optimal dalam belajar.

14

Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 2007), hal.127 15

Sumadi Subrata, Metode Penelitian,(Jakarta :PT Remaja Grafindo Persada, 2005),hal 54


(18)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitianadalah sasaran dan lokasi yang akan dijadikan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek sasaran penelitian adalah anak yang mengalami belajar kurang optimal yaitu:

Nama : Muhammad Luki Amri Abdullah

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat dan Tanggal Lahir : Gresik, 23 Juli 2002

Agama : Islam

Anak ke- : 1 (pertama)

Status Dalam Keluarga : Anak Kandung

Alamat : Sawo Dukun Gresik

Asal Sekolah : MI Nurul Huda

Alamat Sekolah : Mts Nurul Huda

Nama Orang Tua

a. Ayah : Tafsir

b. Ibu : Muniroh

Alamat Orang Tua : Sawo Dukun Gresik

Agama : Islam

Pekerjaan Orang Tua

a. Ayah : Tani


(19)

3. Tahap-tahap Penelitian

Tahapan penelitian merupakan langkah-langkahpelaksanaan penelitian agar terarah dan sistemastis.

a. Tahap pra lapangan

1) Menyusun Rencana Penelitian (perencanaan)

Penelitimembuat rumusan masalah yang dijadikan obyek penelitian, kemudian membuat usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Pemilihan dalam memilih penelitian lapangan adalah dengan cara mempertimbangkan teori apakah yang sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan. Berdasarkan pertimbangan peneliti memilih penelitian lapangan di Desa Sawo Kecamatan Dukun Kabupaen Gresik sebagai obyek atau lokasi penelitian karena memangterdapatanak yang mengalami rendah motivasi belajar.

3) Mengurus surat izin

Setelah memilih lapangan penelitian, peneliti mengurus surat izin kepada ketua jurusan BKI, dan dekan fakultas dakwah dan komunikasi. Peneliti juga mengurus perizinan kepada pihakkonseli beserta keluarga yang bersangkutan dalam penelitian ini


(20)

Peneliti terjun langsung kelapangan untuk mewawancarai orang-orang yang terkait agar mengetahui langkah selanjutnya yangmenjadi keputusan peneliti selanjutnya.

5) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Peneliti menyiapkan sejumlah perlengkapan penelitian

baikhardtools maupun softtools, seperti alat tulis, buku, map,

laptop,pedoman wawancara, izin penelitian dan semua yang berhubungandengan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan deskripsidata di lapangan.

b. Tahap Lapangan

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar belakang penelitian, bisa menempatkan diri, menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan dari tempat penelitian terlebih dahulu, selain itu mempersiapkan fisik maupun mental juga diperlukan agar penelitian berjalan dengan lancar dan efektif.

2) Memasuki Lapangan

Dalammemasukilapangan,seorangpenelitimenciptakan hubungan antara peneliti dan subyek yang sudah melebur sehinggaseolah-olah tidak lagi ada dinding pemisah diantara keduanya.Selain itupenyesuaian bahasa juga diperlukan, karena dalammenciptakanhubungan diperlukan bahasa yang sama antarapeneliti dan subyek. Sehingga subyekdengan sukarela memberikan informasi yang diperlukan.


(21)

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Dalam tahap ini peneliti mulai memperhatikan waktu, tenaga,biaya, serta pembuatan filed notes. Filed notes atau catatan lapangan dibuat peneliti sewaktu melakukan pengamatan, wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu.Dalampengumpulan data peneliti juga memperhatikan sumber data lainnya seperti: dokumen, laporan, foto, gambar yang sekiranya perlu dijadikan informasi bagi peneliti.

c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurtutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. peneliti menganalisis data dari lapangan kemudian peneliti menyajiakan data dengan cara mendeskripsikan masalah anak yang mengalami belajar kurang optimal.

d. Tahap Penulisan Laporan

Peneliti menyusun data yang selama ini yang diperoleh selama penelitian di lapangan. Penulisan laporan ditulis sesuai fakta yang ada dilapangan. Setting pertama, penelitian yang meliputi deskripsi tentang sekolah dan konseli. Setting kedua, upaya bimbingan konseling dengan terapi behavior dalam meningkatkan keterampilan baca tulis siswa


(22)

penderita dyslexia. Setting ketiga, analisa upaya bimbingan konseling dengan terapi behavior dalam meningkatkan motivasi belajar anak.

4. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di lapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan menggali data, tentang pengaalaman orang tua dalam menangani anaknya yang kurang optimal dalam belajar, kiat-kiat, cara-cara, serta bimbingan apa saja sehingga anaknya yang kurang optimal dalam belajar bisa diteliti.

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan anak, riwayat pendidikan anak, dan perilaku keseharian anak.16

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.

16

Burhan Bungin,Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif . (Surabaya: Universitas Airlangga. 2001). hal: 128


(23)

1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh penulis dilapangan yaitu informasi dari orangtua anak, teman dan lingkungan anak tersebut tinggal yang diberikan pengamat dan pengamat yang memberikan kesimpulan.

2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data primer.17 Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga anak, tetangga anak, dan teman anak. Dalam penelitian ini data diambil dari keluarga dan tetangga klien,serta teman klien.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut: 1) Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Interview atau wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini teknik wawancara dilakukan terhadap konseli dan informan guna mendapatkan data-data yang mendukung dalam penelitian bimbingan dan konseling islam denganterapi restrukturing kognitif untuk optimalisasi belajar anak.

2) Observasi

Observasi adalah peninjauan secara cermat, dalam penelitian bimbingan dan konseling islam dengan strategirestructuring kognitifuntuk

17

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002), hal: 129


(24)

optimalisasi belajar anak, peneliti akan melihat dan bahkan terlibat secara langsung bagaimana kehidupan sehari-hari yang terjadi pada konseli.18

Dalam melaksanakan pengamatan ini sebelumnya peneliti akan mengadakan pendekatan dengan subyek penelitian sehingga terjadi keakraban antara peneliti dengan subyek penelitian.

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.19

Tabel 1.1

Jenis, sumber data dan teknik pengumpulan data

No Jenis Data Sumber Data TPD

1 Gambaran umum lokasi penelitian Informan I+O+D 2 Deskripsi latar belakang konselor,

konseli dan keluarga

Konseli, keluarga dan

informan

I+O

3 Bentuk-bentuk masalah yang dialami siswa belajar kurang optimal

Keluarga dan informan

I+O

4 Pelaksanaan bimbingan dan konseling

Konseli dan konselor

I+O

5 Perubahan perilaku konseli setelah pelaksanaan bimbingan dan konseling islam

I+O

18

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R Dan D, (Bandung : Alfabeta, 2011), hal.231

19

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal.130


(25)

Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan data I : Interview

O : Observasi D : Dokumentasi 6. Teknik Analisis Data

Teknis analisis dataadalah sebuah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.20

Teknik analisis data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data diperoleh, yang mana analisis data bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan terapi kognitif untuk mengoptimalkan belajar anak. Untuk mengetahui hasil dari proses pelaksanaan tersebut menggunakan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah dengan satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.21

20

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R Dan D, (Bandung : Alfabeta, 2011), hal.224

21


(26)

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan pelaksanaan praktek konseling dengan kriteria keberhasilan secara teoritik, membandingkan kondisi awal konseli sebelum proses konseling dengan kondisi setelah pelaksanaan proses konseling.

7. Teknik Keabsahan Data

Dalam hal ini peneliti sebagai instrumennya langsung menganalisa data lapangan untuk menghindari kesalahan-kesalahan. Maka untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian ini harus mengetahui tingkat keabsahan data, antara lain :

a. Perpanjangan keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti berarti peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan kekutsertaan pada latar penelitian. Dengan memperpanjang keikutsertaan peneliti dapat menguji ketidakbenaran informasi baik berasal dari responden maupun kesalahpahaman sendiri dalam menangkap informasi.

Hal ini dilakukan untuk memperkuat pengumpulan data dengan kata lain supaya data yang terkumpul benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang


(27)

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan lagi.

Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secraberkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah secara rinci sampai pada tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk keperluan teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

c. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzim membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemerikasaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, petode penyidik dan teori.

Triangulasi sebagai sumber berita membandingkan data, mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal inidapat dicapai dengan jalan :

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan adat hasil wawancara 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang di depan umun

dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.


(28)

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan

Triangulasi dengan metode Patton terdapat dua strategi yaitu : a) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data

b) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama

Jadi triangulasi peneliti dapat mengetahui temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode dan teori.Untuk itu peneliti dapat melakukan dengan jalan :

a) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan b) Mengeceknya dengan berbagai sumber data

c) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.22

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok bahasan yang meliputi:

22

Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 2007).hal.327-332


(29)

1. Bagian awal

Bagian awal terdiri dari : judul penelitian (sampul), persetujuan pembimbing skripsi, pengesahan tim penguji, motto, persembahan, penyataan otensitas skripsi, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan daftar tabel.

2. Bagian inti

Bab pertama :Pendahuluan yangterdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

Bab kedua : Kerangka teoritik meliputi kajian pustaka yang membahas tentang pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, Pengertian Terapi Restrukturing Kognitif, Tahapan Terapi Rekstrukturing Kognitif, Pengertian Optimalisasi Belajar Anak.

Bab ketiga :Di dalam penyajian data, meliputi tentang deskripsi umum objek penelitian yang dipaparkan secukupnya agar pembaca mengetahui gambaran tentang objek yang akan dikaji dan deskripsi lokasi penelitian meliputi hasil penelitian. Pada bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian, terutama yang terkait dengan perumusan masalah yang diajukan. Bab keempat : Penyajian dan analisis data yang meliputipenyajian data, analisis, dan pembahasan. Penyajian dan analisis data berisi tentang hasil dari studi tentang Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi

rekstructuringkognitif untuk optimalisasi belajar seorang siswa kelas VIII

MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik.

Bab kelima :Penutup, penutup merupakan bagian terakhir. Di mana pada bagian ini akan membahas tentang kesimpulan, saran dan lampiran-lampiran.


(30)

3. Bagian akhir

Dalam bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teorotik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam secara etimologis merupakan akronim dari istilah yang berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Arab, Istilah dari bahasa Inggris Guidance and Counseling. Kata Guidance itu sendiri berasal dari kata kerjaguide yang secara bahasa berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar. Sedangkan dalam bahasa Arab dalam bentuk masdar yang secara harfiah berarti selamat, sentosa atau damai. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.23

Hakikat Bimbingan dan konseling Islam adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrahdengan cara memberdayakan iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah SWT. kepadanya untuk untuk mempelajari tuntutan Allah dan Rasul-Nya agar fitrah yang ada pada individu berkembang dengan benar dan kukuh sesuai dengan tuntunan Allah.24

23

Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, (Surabaya : Dakwah Digital Press, 2009), hal. 8-9

24

Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori Dan Praktik), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hal.22


(32)

Hakikat Bimbingan dan konseling Islam adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrahdengan cara memberdayakan iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah SWT. kepadanya untuk untuk mempelajari tuntutan Allah dan Rasul-Nya agar fitrah yang ada pada individu berkembang dengan benar dan kukuh sesuai dengan tuntunan Allah.25

Bimbingan Konseling Islam menurut Samsul Munir Amin ialah “Proses pemberian bantuan terarah, kontinue dan sistematis kepada setiap individu (oleh konselor) agar ia (konseli) dapat mengembangkan potensi an agaman yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam AL-Qur’an dan Al-Hadits Rasulullah SAW.”26

Dapat diartikan pula, bahwaBimbingan Konseling Islam ialah proses pemberian bantuan kepada individu terhadap eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.27

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan Bimbingan Konseling Islam secara umum ialah untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar

25

Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori Dan Praktik), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hal.22

26

Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : Amzah, 2010), hal.23

27

Anik Masruroh dan Ragwan Albar, Bimbingan Konseling Islam dalam Mengatasi Depresi Seorang Remaja Korban Pornografi di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jagir Wonokromo Surabaya, dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Fak.Dakwah UIN SA, vol 1, 2011, hal.164


(33)

mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sedangkan tujuan khususnya diuraikan menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Membantu mencegah individu agar tidak menghadapi atau menemui masalah.

2) Membantu individu menghadapi masalah yang sedang dihadapinya. 3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.28

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling islam

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam bisa dikelompokkan menjadi tiga sifat:

1) Secara tradisisonal, Bimbingan dan Konseling Islam dapat digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:

a. Fungsi remedial atau rehabilitative, yang berkaitan dengan penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologis, pemulihan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.

b. Fungsi Edukatif, pendidikan maupun pengembangan yang terkait dengan bantuan peningkatan ketrampilan-ketrampilan maupun kecakapan hidup.

c. Fungsi Preventif (Pencegahan), upaya ini dapat ditempuh melalui pengembangan strategi dan program-program yang dapat

28

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konsling Dalam Islam, Cet.III, (Yogyakarta : UII Press Yogyakarta, 2004), hal.36


(34)

digunakan untuk mengantisipasi dan menghindarkan berbagai resiko hidup yang tidak perlu.

2) Secara umum, fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dapat digolongkan pada lima bentuk, yaitu:

(a) Fungsi Pemahaman (Understanding) (b) Fungsi Pengendalian (Control)

(c) Fungsi Pengembangan ( Development) (d) Fungsi Peramalan (Prediction)

(e) Fungsi Pendidikan (Educationj)

3) Secara Spesifik, funsi Bimbingan dan Konseling Islam dapat digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:

(a) Fungsi Pencegahan (Prefention)

(b) Fungsi Penyembuhan dan Perawatan (Treatment) (c) Fungsi Penyucian diri(sanctification).

(d) Fungsi Pembersihan (purification).29

d. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam

(1) Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat

Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim hanya merupakan kebahagiaan sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang

29Aswadi, Iyadah da Ta’ziyah Perspektif Bimb

ingan Konseling Islam, (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), hal. 14-15


(35)

amat banyak. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 201, yaitu:









































Artinya: Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”

(2) Asas Fitrah

Manusia menrut Islam, dilahirkan dalam atau membawa fitrah, yaitu berbagi kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam. Fitrah kerap kali diartikan sebagai bakat, kemampuan atau potensi diri.

(3) Asas Lillahi Ta’ala

Bimbingan dan konseling Islam diselenggarakan semata-mata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa yang dilakukan adalah karena dan untuk pegabdian kepada Allah semata. (4) Asas bimbingan seumur hidup

Manusia hidup tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia, mungkin saja manusia akan mengalami kesulitan dan kesusahan. Oleh


(36)

karena itulah bimbingan dan konseling Islam diperlukan sebagai pendidikan seumur hidup selama hayat masih dikandung badan, karena belajar menurut Islam wajib dilakukan oleh semua orang Islam tanpa membedakan usia.

(5) Asas kesatuan jasmaniah rohanian

Manusia itu dalam hidupnya didunia merupakan satu kesatuan jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam memperlakukan konselinya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak memandangya sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Akan tetapi membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah-rohaniah.

(6) Asas keseimbangan rohaniah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan berpikir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu diketahuinya dan apa-apa yang perlu dipikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja tetapi juga tidak menolak begitu saja. Orang yang dibimbing diajak untuk menginternalisasikan norma dengan semua kemampuan rohani, bukan cuma mengikuti hawa nafsunya.

(7) Asas kemaujudan individu

Bimbingan dan konseling Islam, berlangsung pada citra manusia menurut Islam, memandang seorang individu merupakan suatu maujud


(37)

(eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak dan perbedaan dari individu yang lainnya.

(8) Asas sosialitas manusia

Manusia merupakan makhluk sosial, maka dalam bimbingan dan konseling Islam sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab sosial.

(9) Asas kekhalifahan manusia

Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan, sebab problem-problem kehidupan kerap muncul dari ketidakseimbangan yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.

(10)Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain Islam menghendaki manusia berlaku “adil” terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta (hewan, tumbuhan, dsb), dan juga hak Tuhan.

(11)Asas pembinaan akhlaqul-karimah

Bimbingan dan konsleing Islam membantu konseli dalam memelihara, mengembangkan, dan menyempurnakan sifat-sifat yang baik dari konseli tersebut.

(12) Asas kasih sayang

Bimbingan dan konsleing Islam dilakukan berlandaskan kasih sayang, sebab dengan kasih sayanglah bimbingan dan konseling akan berhasil. (13) Asas saling menghargai dan menghormati


(38)

Dalam bimbingan dan konseling Islam kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang dibimbing atau konseli pada dasarnya sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu menerima bantuan. Hubungan yang terjalin merupakan hubungan yang salin menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah.

(14) Asas musyawarah

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah artinya antara konselor dengan konseli terjadi dialog yang baik, satu sama lain tidak saling mendiktekan, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.

(15) Asas keahlian

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan keahlian dibidang tersebut. Baik keahlian secara metodologi dan teknik-teknik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan (obyek garapan/materi) bimbingan dan konseling.30

b. Unsur-unsur dalam Proses Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Isam memiliki beberapa unsur atau komponen yang paling terkait dan berhubungan satu sama lain, yaitu:

1) Konselor

30

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konsling dalam Islam, cet.III, (Yogyakarta : UII Press Yogyakarta, 2004), hal.22-35


(39)

Konselor adalah orang yang bermakna bagi konseli, konselor menerima apa adanya dan bersedia sepenuh hati membantu konseli mengatasi masalahnya disaat yang amat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah.

2) Konseli

Konseli adalah orang yang sedang menghadapi masalah karenadia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Sekalpun konseli adalah individu yang memperoleh bantuan, dia bukan objek atau individu yang pasif atau yang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Dalam konteks konseling individu adalah subyek yang memiliki kekuatan, motivasi, memiliki kemauan untuk berubah dan pelaku bagi perubahan dirinya.

3) Masalah

Menurut Sudarsono dalam kamus konseling, masalah adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang atau kelompok menjadi rugi atau sakit dalam melakukan sesuatu.31

c. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam memberikan bimbingan terdapat langkah sebagai berikut: (a) Identifikasi

31

Aswadi, Iyadah Dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, (Suabaya : Dakwah Digital Press, 2009), hal. 22-27


(40)

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal klien beserta gejala-gejala yang tampak. Dalam langkah ini, konselor masalah apa yang sedang dihadapi oleh pribadi individu.

(b) Diagnosis

Langkah diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi anak berdasarkan latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data menggunakan berbagai studi terhadap anak, menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul, ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.

(c) Prognosis

Langkah prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan yang akan dilaksanakan untuk membim bing anak. Langkah prognosis ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis ini, ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.

2. Langkah Terapi/Treatment

Langkah terapi yaitu pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam langkah prognosis. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu, proses yang kontinyu, dan sistematis, serta memerlukan pengamatan yang cermat.


(41)

3. Langkah Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauhmanakah terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.32

2. Strategi Restructuring Kognitif a. Pengertian Restructuring Kognitif

Menurut Cormier Strategi pengubahan pola berfikir (Restructuring

Kognitif), merupakan salah satu strategi atau prosedur membantu konseli

untuk menetapkan hubungan antara persepsi dengan emosi dan perilakunya dan untuk mengidentifikasi perepsi dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya dan untuk mengidentifikasi persepsi dan kognisi tersebut dengan persepsi yang lebih meningkatkan diri.33

Menurut Nursalim strategi pengubahan pola berfikir tidak hanya membantu klien mengenal dan menghentikan pikiran-pikiran negatif /yang merusak diri, tetapi juga mengganti pikiran-pikirantersebut dengan pikiran yang positif. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategiCognitive Restucturing (CR)adalah strategi konseling untuk membantu klien mengenal pikiran- pikiran negatif pada dirinya dan hubungan antara persepsi dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya, dan menghentikan serta mengganti pikiran-pikiran negatif tersebut dengan

32

Emikomocca.blogspot.co.id/2014/05/langkah-langkah bimbingan dan konseling.html?m=1 (diakses pada tanggal 18 april 2016)

33


(42)

pikiran yang lebih positifhingga dapat berfikir secara rasional danlogisdengan tujuan untuk lebih meningkatkan diri.

b. Tujuan strategi restructuring kognitif

1) Membantu konseli mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang keakuratan kognisi negatif konseli.

2) Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara berfikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional. 3) Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang

maladaptive, berfokus pada pikiran individu yang menentukan sifat fungsionalnya.

4) Membentuk kembali prilaku individu dengan pesan-pesan internal.34 c. Teknik strategi restructuring kognitif

Ada beberapa langkah dalam terapi restructuring kognitif, tetapi disini penulis hanya memakai 2 langkah untuk menghadapi konseli, yaitu: memeriksa alternative dan reframing.35Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Memeriksa alternative, yaitu mengarahkan konseli untuk memilih dan mengenali kognisi alternatif (cara lain) yang dapat meredam masalah yang ada.36

2) Reframing, yaitu merubah sudut pandang yang semula adalah sudut

pandang yang belum sesuai menjadi sudut pandang yang lebih baik.37

34

Sri Ramadhoni, Terapi Kognitif, (http://studentners.blogspot.co.id/2013/11/terqpi kognitif.html) diakses pada tanggal 17 April 2016

35

Imron, Mengenal Terapi Kognitif, (http://imron46.blogspot.co.id/2009/02/terapi-kognitif.html) diakses 30 Maret 2016

36


(43)

3. Pengertian Optimalisasi Belajar a. Optimalisasi Belajar

Belajar yang optimal adalah belajar yang dimana seseorang merasa nyaman dan menyenangkan sehingga informasi yang dipelajari dapat dengan mudah diserap oleh seseorang.38 Sebaliknya, belajar non optimal adalah dimana informasi yang dipelajari tidak dapat diserap dengan mudah karena adanya ketidaksenangan atau ketidaknyamanan. Optimalisasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik atau tertinggi.Jadi, optimalisasi adalah suatu proses meninggikan atau meningkatkan.39 Dapat disimpulkan bahwa optimalisasi belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorangsecara optimal dan sistematis untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Faktor-faktor belajar kurang optimal

Menurut Kartini Kartono, faktor-faktor yang menghambat optimalisasi belajar antara lain :

1) Penghambat dari dalam

Penghambat dari dalam meliputi :

37

Waidi,Self empowerment by NLP, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), hal. 4 38

Rini Utami Aziz, Anak Sulit Belajar, (Solo: Tiga Serangkai, 2006), hal. 33 39


(44)

(a) Faktor kesehatan

Siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan anak tertinggal pelajarannya. Karena itu orang tua harus memperhatikan kesehatan anak-anaknya dengan makanan yang bergizi.

(b) Faktor Kecerdasan

Siswa dengan kecerdasan yang kurang menyebabkan siswa tersebut lambat dan akan tertinggal dari teman-temannya. Hasil yang dicapai tidak optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat lambatnya belajar siswa.

(c) Faktor Perhatian

Perhatian disini terdiri dari perhatian disekolah dan dirumah. Perhatian belajar dirumah sering terganggu dengan acara televise, kondisi keluarga dan rumah sedangkan perhatian belajar disekolah sering terganggu dengan suasana pembelajaran, serta kurangnya konsentrasi. Perhatian yang kurang memadai akan berdampak kurang baik terhadap hasil belajar.

(d) Faktor Minat

Minat merupakan kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Apabila pembelajaran yang dikembangkan guru tidak menimbulkan minat, akan membuat siswa tidak tidak sungguh-sungguh dalam belajar sehingga hasil belajar dicapai tidak optimal.


(45)

Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajar yang dicapai tidak optimal.

2) Penghambat dari luar

Penghambat dari luar meliputi :

(a) Guru sebagai Pembina siswa dalam belajar (b) Sarana dan prasarana pembelajaran

(c) Kebijakan penilaian

(d) Lingkungan sosial siswa disekolah40

c. Ciri-ciri anak yang mengalami belajar kurang optimal 1) Nilai pelajaran yang naik turun.

2) Sulit mengatur kegiatan 3) Mudah lupa

4) Sering melamun

5) Tidak termotivasi untuk belajar

6) Sulit duduk yang tenang untuk jangka waktu yang lama. 7) Banyak bicara.41

40

https://occiie23.wordpress.com/2012/07/05/masalah-masalah-dalam-belajar-dan-penanggulangannya-3/ (diakses pada tanggal 25 juli 2016)

41

Santikaegix.blogspot.co.id/2016/02/ciri-ciri-anak-kesulitan-belajar.html?m=1 (diakses pada tanggal 25 juli 2016)


(46)

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan

a. Judul : Optimalisasi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Menggunakan Metode Information Search pada Siswa Kelas 5 SD Tuntang 04 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Pada Tahun Ajaran 2009/2010

Oleh : Siti Aspiyah

NIM : 11408085

Jurusan : Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 2010

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar dan dapat berfikir kreatif meskipun kegiatan belajar mengajar tidak dihadiri seorang guru atau pendamping dengan menerapkan metode Information Search yang dirasa mampu membuat siswa mandiri dan tidak selalu bergantung pada guru agar belajar bisa lebih optimal.

Persamaan : peneliti sama-sama berfokus pada optimalisasi belajar siswa dan menggunakan metode kualitatif.

Perbedaan : peneliti yang satu menggunakan tehnik Informan search dan yang satunya menggunakan Reframing (merubah sudut pandang) dan memeriksa alternative.

b. Judul : Optimalisasi Pembelajaran dengan Pendekatan Working Backward Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MAN Batam Tahun Pelajaran 2012/2013

Oleh : Rita Sri Heryanti


(47)

Jurusan : Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) Batam 2012

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa yang rendah, menciptakan situasi pembeajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Working Backward.

Persamaan : peneliti sama-sama berfokus apada optimalisasi belajar.

Perbedaan :peneliti yang satu menggunakan pendekatan Working Backward dan yang satunya menggunakan reframing (merubah sudut pandang) dan Memeriksa Alternative, dan menggunakan metode kuantitatif sedangkan satunya menggunakan kualitatif.


(48)

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Sekolah

Tema penelitian yang berjudul Bimbingan dan Konseling Islam dengan Strategi Restrukturing Kognitif untuk Optimalisasi Belajar Seorang Siswa kelas 2 di MTS Nurul Huda Sawo Dukun Gresik.

Berdasarkan tema yang diangkat serta subyek yang diteliti, maka lokasi penelitian menjadi penting untuk dibahas secara mendetail, sehingga dapat mempermudah dalam mencari data-data yang berkaitan dengan subyek penelitian.

Lokasi penelitian diwilayah Gresik di sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, dengan Luas 30 m Panjang 15 m yang terdiri dari 3 ruang kelas, jumlah siswa keseluruhan 102 jumlah siswa laki-laki 46 dan siswi perempuan 56. Dari jumlah siswa per kelas mulai dari kelas sat 38 siswa-siswi kelas dua 38 siswa-siswa-siswi dan kelas tiga berjumlah 36 siswa-siswa-siswi. b. Sejarah Perkembangan Sekolah

Hasil wawancara sama kepala sekolah peneliti dapat mengetahui sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda ini. Keberadaan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sawo berdiri sudah cukup lama sejak tahun 1995 yang di dirikan oleh sebagian tokoh masyarakat diantaranya H. Muhiyyidin, H. Ra’is, dan H. Rokhim. Kepala sekolah sejak ditetapkannya


(49)

Madrasah ini di pegang oleh H. Rokhim, lalu berpindah kepada Drs. H. Muhammad Shulhan, M.M dan sekarang dialihkan kepada Drs. Suwandi yang sampai sekarng masih menjabat sebagai kepala sekolah. Sekarang Madrasah tersebut sudah berkembang pesat dari awal pertama hanya ada 10 siswa siswi sekarang sudah berkembang menjadi 102. Sebelumnya terjadi beberapa kali pergantian guru disebabkan beberapa alasan dan kemudian sekarang sudah mendapatkan guru tetap. Dulu hanya di bawah naungan 3 guru sekarang berkembang menjadi 15 guru diantaranya :

1) Drs. H. Muhammad Shulhan, M.M 2) Drs. Suwandi

3) Abdul Syakur 4) H. Muntaha

5) Muhammad Yasir, S.Pd 6) Nurziyan, S.Pd

7) Drs. Sutaji, S.Pd 8) Ahmad Yani, S.Pd 9) Sudirman, S.Pd

10) Ahmad Muqoyyim, S.Pd 11) Hanafi, S.Ag

12) Amir Muntono, S.Pd. 13) Muslimah, S.Ag 14) Qomariyah, S.Ag 15) Henny Setiyowati, S.Pd


(50)

Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda tersebut lembaga pendidikan pertama yang ada di desa Sawo, antusiasme masyarakat membawa mmadrasah ini menjadi lebih maju. Seiring berjalannya waktu Madrasah ini semakin tahun semakin membuahkan hasil atas perjuangan para sesepuh terdahulu. Pada tahun 2010 lembaga pendidikan ini mengikuti lomba cerdas cermat matematika tingkat kabupaten Gresik dan mampu meraih juara pertama, kemudian tahun berikutnya meraih juara kedua mata pelajaran Bahasa Inggris dalam lomba smart combart tingkat kecamatan di wilayah Lamongan. Dan sampai sekarang Madrasah masih berjuang untuk memajukan sekolah secara bahu membahu.

Dari pernyataan diatas Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sawo sudah berdiri sejak tahun 1995 dan sejak di dirikan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda sampai sekarang sudah berganti kepala sekolah sebanyak tiga kali.

c. Visi MTS Nurul Huda Sawo

Unggul, Religius, dan Berakhlaqul Karimah. d. Misi MTS Nurul Huda Sawo

1) Tidak menghilangkan pengajaran agama

2) Memberi hukuman tegas bagi siswa-siswi yang melanggar peraturan sekolah


(51)

e. Tujuan MTS Nurul Huda Sawo

Menghasilkan insan yang beriman, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, berdisiplin, terampil. Inovatif, kreatif, berprestasi, dan berorientasi kedepan.

f. Target MTS Nurul Huda Sawo

Target yang ingin dicapai Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sawo adalah:

1) Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda sawo menjadi intuisi pendidikan yang berkwalitas, mampu menyelenggarakan pendidikan secara professional, dan berorientasi menyiapkan peserta didik yang berdaya saing dalam jenjang pendidikan menengah atas, pendidikan tinggi maupun karier.

2) Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sawo sebagai intuisi pendidikan yang mampu mendemonstrasikan proses pendidikan yang komperhensif, dan memfokuskan kegiatan pada upaya memfasilitasi proses belajar peserta didik yang aktif, dinamis, inovatif, dan terampil. 3) Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sawo sebagai intuisi pendidikan

percontohan yang mampu menyebarluaskan bentuk kinerja profesionalnya dalam pengolahan madrasah.

4) Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sawo sebagai intuisi pendidikan yang mampu memperansertakan posisi masyarakat secara fungsional, proposional dan integrative.


(52)

Dari Visi, Misi serta tujuan sekolah tersebut Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sawo telah memiliki tujuan dan arahan kemana lembaga ini akan dibawa, dan sekaligus untuk melakukan kerja prestasi dalam setiap program dan kegiatan madrasah.

2. Deskripsi konselor a. Deskripsi konselor

Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam konseling. Sebagai pihak yang memahami dasar dan teknik konseling, disini konselor betindak untuk mendampingi konseli dan memberi nasehat kepada konseli sampai konseli mampu mengatasi dan menyelesaikan masalahnya. Adapun data diri konselor sebagai berikut:

Nama : Ami Mayasari

NIM : B03212029

Jurusan : Bimbingan dan Konseling Islam

Jenis Kelami : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Gresik, 15 Juni 1994

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Alamat asal : Ds. Sawo Kec. Dukun Kab. Gresik

Alamat Kos : Jemur Wonosari Wonocolo Gang Lebar No 58 H


(53)

Riwayat Pendidikan

1) Madrasah Ibtida’iyah Nurul Huda Sawo Dukun Gresik. Tahun 2005-

2006

2) Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sawo Dukun Gresik. Tahun 2009-2010

3) Madrasah Aliyah yayasan pondok pesantren Matholi’ul Anwar Karang

Geneng Lamongan. Tahun 2012-2013

4) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Bimbingan dan konseling Islam. Tahun 2015-2016

Pengalaman : Melakukan Konseling pada remaja pergaulan bebas di Smp Nurul Huda Sencaki Surabaya.42

b. Deskripsi Konseli 1) Data Konseli

Konseli adalah orang yang perlu mendapatkan perhatian lebih sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan orang lain untuk menyelesaikannya. Akan tetapi kunci keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah tetap dari konseli sendiri. Adapun data pribadi konseli adalah sebagai berikut:

Nama : Muhammad Luki Amri Abdullah

Tempat Tanggal Lahir : Gresik, 23 Juli 2002 Jenis kelamin : Laki-laki

42

Pada saat PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) di yayasan SMP Nurul Huda Sencaki Surabaya pada bulan september-oktober 2015.


(54)

Agama : Islam

Usia : 14 Tahun

Alamat Sekarang : Ds. Sawo Kec. Dukun Kab. Gresik Alamat Asal : Gresik

Riwayat Pendidikan Klien :

- MI Nurul Huda - MTS Nurul Huda 2) Latar Belakang Pendidikan

Dalam hal pendidikan konseli duduk di kelas VIII Mts Nurul Huda Sawo Dukun. Konseli termasuk anak yang rajin dan disiplin hanya saja kurang memiliki semangat belajar, semua itu terbukti dari dua semester yang sudah ditempuh yaitu ketidakhadiran tanpa keterangan (alpa) tidak ada, dengan sakit (S) 5 kali dan izin (I) 2 kali, serta berpakaian rapi dalam penampilannya. Kedua hal ini merupakan tata tertib sekolah. Dalam menempuh pendidikannya konseli pernah mengalami kenaikan gantungan pada saat kelas VIII ini dikarenakan nilai rata-rata yang kurang memenuhi syarat sehingga konseli diberi peringatan dengan naik gantungan. Dalam menempuh pendidikan ini konseli pernah mengikuti les privat, akan tetapi kegiatan tersebut hanya berlangsung selama satu semester.


(55)

3) Latar Belakang Keluarga

Konseli adalah seorang remaja anak pertama dari dua bersaudara. Konseli memiliki seorang adik perempuan yang masih balita berusia 2 setengah tahun.

Konseli, kedua orang tua beserta adiknya tinggal dalam satu rumah. Ketika masih kecil konseli mengalami masa kecil kurang bahagia karena konseli selalu diajak di dalam rumah dan di kunciin pintu oleh ibunya sehingga konseli tidak bisa keluar dan bermain dengan teman-teman sebayanya, serta tidak bisa mengeksplor bakat dan minat yang ia miliki. Berbeda dengan masa kecil adiknya yang sejak kecil selau diberi kebebasan bermain sehingga dapat mengeksplor pikiran nya, namun meskipun diberi kebebasan masih adiknya masih tetap dalam pengawasan dan bimbingan orang tua.

4) Latar Belakang Ekonomi

Apabila dilihat dari ekonomi konseli tergolong dalam masyarakat menengah keatas, hanya saja penampilan keluarga konseli yang sederhana dan terkesan kumel membuat orang berpresepsi bahwa konseli tergolong masyarakat menengah kebawah. Ayah konseli bekerja disawah sebagai buruh tani orang lain, dan ibu konseli sebagai ibu rumah tangga dan bekerja dirumah. Disamping bekerja sebagai buruh tani, ayah konseli juiga mempunyai 3 ekor sapi dan 10 kambing yang di ternak olehnya, dari pendapatan inilah, orang tua konseli mencukupi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan konseli.


(56)

5) Latar Belakang Keagamaan

Dalam beragama konseli tidak begitu patuh, hal itu bisa dilihat dari keseharian konseli dalam melaksanakan sholat lima waktu yang masih belum penuh bahkan tidak jarang konseli tidak melaksanakan sholat sama sekali. Jika hari-hari sekolah konseli masih mengikuti kegiatan sholat dhuhur berjama’ah di sekolah, tetapi ketika hari jum’at konseli sama sekali tidak melaksanakan sholat kecuali sholat maghrib yang ia laksanakan di musholah dekat rumahnya.43

6) Deskripsi Masalah Konseli

Masalah adalah kensenjangan antara harapan dan kenyataan, masalah dapat membebani perasaan, fikiran serta perilaku seseorang yang harus segera mendapat penyelesaian. Sebab tidak semua masalah dapat diceritakan kepada orang lain meskipun kerabat dekat. Akan tetapi jika masalah tidak bisa diungkapkan akan membawa dampak negatif bagi konseli maupun individu lainnya. Dalam hal ini masalah yang dialami konseli adalah kurang optimalnya kegiatan belajar. Adapun sebab konseli belajar kurang optimal karena 1) suka bermain otomotif 2) bermain tanpa alasan 3) kurang tertarik dengan mata pelajaran sekolah.

Mohammad Luki Amri Abdullah atau yang biasa disapa Luki ini remaja 14 tahun yang sedang mengenyam pendidikan Madrasah Tsanawiyah duduk di kelas VIII, sebelumnya Luki mempunyai latar belakang pendidikan dan perilaku yang bagus baik di sekolah, keuarga

43


(57)

maupun lingkungannya, akan tetapi semua itu berubah ketika Luki mulai mengenal mesin atau mengotak-atik mesin yang sekarag menjadi hobi sekaligus peerjaannya, pada mulanya Luki bermain ke bengkel dan sedikit-sedikit menyalurkan hobi serta bakatnya dalam bermain mesin, sekali-dua kali orang tua luki tidak mempermasalahkan kegiatan luki yang bermain ke bengkel asalkan ia tetap belajar ketika pulang, tetapi lama-kelamaan konseli jadi kebiasaan main dan bahkan tidak belajar sama sekali, ia hanya belajar ketika orang nya sudah mulai menegur dan memarahinya. Hal ini membuat Luki mengalami perubahan dalam prestasi belajarnya di sekolah, awalnya Luki masih tergolong siswa yang menempati peringkat sedang dalam prestasinya namun semua itu berubah menjadi peringkat terakhir sejak Luki mengenyampingkan belajar dan mengutamakan hobi serta pekerjaannya tersebut. sampai sekarang Luki belum bisa membagi waktu antara hobi dan kewajibannya sebagai seorang siswa untuk belajar.

Tidak ada semangat konseli untuk sekolah pun membuat belajarnya kurang optimal karena konseli tidak ada keinginan lagi untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi dan tidak menyukai pelajaran-pelajaran yang di ajarkan disekolah. Saat ini konseli hanya berfokus pada hobi dan pekerjaannya.


(58)

B.Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi data tentang penyebab-penyebab belajar kurang optimal pada seorang siswa kelas VIII

Sebelum pelaksanaan konseling, konselor dengan konseli sudah saling mengenal sangat akrab karena konseli masih saudara dengan konselor. Meskipun antara rumah konseli dengan rumah konselor sangat jauh tetapi tali silaturrahim tetap terjalin dengan baik. Tak jarang konseli sering bercanda dengan konselor sehingga semakin rekatlah hubungan saudara antara konseli dengan konselor. Konseli juga kadang suka bercerita kepada konselor mengenai pengalaman-pengalamnnya meskipun tidak terlalu detail.

Meskipun sudah saling mengenal satu sama lain dari sebelumnya, pelaksanaan konseling yang dilakukan oleh konselor dengan konseli tetap dilakukan sebagaimana mestinya, artinya konselor mengedepankan sikap profesional dalam pelaksanaan konseling yaitu tetap menunjukkan sifat obyektif, apa adanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan dan tetap pada tujuan konseling yakni untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh konseli.

Dalam penyajian data ini peneliti menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dan perilaku yang diamati. Dan dalam penyajian data ini peneliti akan mendeskripsikan data yang diperoleh di lapangan yang terkait faktor penelitian yaitu, meliputi faktor penyebab belajar seorang siswa kelas VIII Kurang Optimal.


(59)

Dari deskripsi konseli sebagaimana yang sudah dijelaskan, maka disinilah peneliti akan mendeskripsikan faktor masalah tersebut, sebagai berikut:

a. Bermain Otomotif

Merupakan faktor utama yang dialami konseli sehingga tidak bisa belajar dengan optimal. Setiap hari sepulang sekolah konseli selalu terburu-buru untuk berangkat ke bengkel dan mengotak-atik mesin-mesin yang sedang diperbaiki dibengkel tersebut. Konseli akan pulang pada jam 5 sore dan terkadang konseli bisa pulang lebih dari jam 5. Sepulang dari bengkel konseli langsung beristirahat sehingga ia tidak lagi membuka mata pelajaran dan mempelajarinya sedikitpun.

b. Tuntutan Keinginan Bermain

Pada dasarnya usia 14 tahun memanglah masih usia-usia remaja bermain dan mencari jati diri. Sebagaimana yang dialami konseli, dalam dirinya ada keinginan untuk bermain tetapi ia tak mempunyai waktu senggang untuk memenuhi keinginanya tersebut jadi ia selalu menghabiskan waktu belajar untuk bermain dengan teman-temannya, sehingga konseli tidak lagi mempunyai waktu senggang untuk belajar selain waktu kegiatan belajar mengajar (KBM) disekolah.

c. Tidak suka dengan pelajaran

Rasa ketidaktertarikan konseli dalam hal ini tidak cuma pada satu atau dua pelajaran saja, tetapi pada semua pelajaran. Tetapi sejauh ini konseli


(60)

masih tetap bersekolah dan mengikuti peajaran hanya sebagai formalitas remaja seusianya yang masih sepatutnya mengenyap pendidikan.

d. Tuntutan untuk berperan lebih dewasa

Karena konseli sebagai anak pertama, konseli merasa sudah memikul tanggung jawab dan melakukan pekerjaan apapun yang dilakukan oleh ayahnya. Bahkan sejauh peneliti melakukan penelitian, konseli sama sekali tidak memikirkan pelajaran dan rasa ingin belajar, tetapi konseli melakukan hal-hal yang belum sepantasnya dikerjakan.

e. Konsidi fisik yang mengganggu

Karena seringkali konseli pulang petang dan beraktifitas padat dibengkel membuat kondisi tubuh konseli lemah sehinga konseli sering merasa pusing dan sakit hingga beberapa hari, karena kondisi koseli tersebut, konseli tidak lagi semangat dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan acapkali konseli ketiduran ketika tengah belajar.

Seringkali ibu konseli mengingatkan dan menyuruhnya untuk belajar tetapi konseli tidak pernah menghiraukan, kecuali bila ibu konseli sudah membentak dan memarahinya baru konseli mau membuka buku, itu pun hanya sebagai penenang supaya ibunya berhenti memarahinya.

2. Deskripsi Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Strategi Restructuring Kognitif Untuk Optimalisasi Belajar Seorang Siswa di Mts Nurul Huda Sawo

Dalam melaksanakan proses konseling, konselor terlebih dahulu menentukan tempat, waktu dan tempat ini konselor membuat kesepakatan


(61)

dengan konseli agar waktu proses pelaksanaan konseling tidak berbenturan dengan waktu belajar konseli dan waktu yang kondusif untuk melaksanakan konseling. Untuk itu waktu dan tempat ini sangat penting dalam proses pelaksanaan konseling. Pelaksanaan dilakukan dua kali setiap pulang sekolah dan pulang dari bengkel di rumah konseli.waktu dan tempat ini lah yang konselor dan konseli sepakati.

a. Identifikasi Masalah

Langkah identifikasi dilakukan untuk mengetahui masalah yang dialami konseli beserta gejala-gejala yang nampak, untuk mengetahui masalah yang saat ini sedang dihadapi konseli. Maka konselor menggali data dengan wawancara kepada guru konseli, teman sekelas, teman dekat, ibu konseli, konseli dan pemilik bengkel tempat konseli menyalurkan hobinya tersebut. Berikut hasil wawancara tertulis antara konselor dan guru sekolah konseli. Pada tanggal : 18 Mei 201644

Tempat : Ruang guru pada jam istirahat

Pada wawancara ini konselor mencari tahu tentang gejala tentang keseharian konseli disekolah. Guru tersebut mengungkapkan bahwa konseli termasuk anak yang pintar dan aktif di kelasnya, namun beberapa minggu terakhir ini konseli menjadi kurang semangat dalam belajar, kurang aktif, bahkan Konseli sekarang sudah tidak focus seperti dulu. Guru tersebut juga mengatakan bahwa konseli kalau ada kegiatan belajar mengajar (KBM) tdak memperhatikan pelajaran tetapi bermain sendiri dengan temannya. Guru

44


(62)

konseli juga mengatakan bahwa selama konseli menempuh pendidikan, konseli belum pernah terlambat masuk sekolah ataupun melanggar peraturan dan tata tertib sekolah. Guru konseli sangat menyayangkan akan masalah yang dialami konseli tersebut.

Guru konseli juga mengungkapkan bahwa konseli sering tidak mengikuti kegiatan bimbel disekolah, pada mulanya guru konseli masih memberi keringanan dan teguran supaya konseli bisa masuk dan mengikuti bimbel, tetapi setelah kegiatan bimbel itu berlangsung beberapa hari, konseli juga masih tidak terlihat mengikuti pembeajaran. Dari hal itu guru konseli memanggil konseli ke ruang guru dan bertanya apa alasan konseli tidak masuk dan tidak mengikuti bimbel, dan konseli menjawab bahwa masih di bengkel. Dengan ramah guru tersebut menerima alasan konseli dan memberi peringatan yang terakhir bahwa kalau masih tidak masuk dan mengikuti bimbel konseli tidak akan di naikan kelas dan akan di keluarkan. Dan peringatan tersebut membuahkan hasil, sekarang ini konseli aktif kembali dalam mengikuti kegiatan bimbel di sekolah meskipun masih terlambat ketika datang.

Untuk mendapatkan data yang lebih legkap, maka konselor menggali informasi tentang konseli dengan bertanya kepada teman sebangku konseli di kelas.

Pada tanggal : 19 Mei 201645

Tempat : di ruang kelas pada jam istirahat

45


(63)

Wawancara kali ini konselor mencoba menggali kebenaran tentang masalah yang dialami konseli yang telah dipaparkan oleh guru konseli. Teman konseli mengungkapkan bahwa konseli adalah anak yang lebih pintar darinya (teman sebangku), tetapi konseli malas untuk mengerjakan PR, mengerjakan tugas di sekolah dan juga jarang mencatat pelajaran yangdiberikan oleh guru. Teman konseli juga mengungkapkan bahwa konseli mulai seperti itu ketika konseli mulai gemar bermain otomotif dan terlebih ketika konseli sering ke bengkel.

Setelah melakukan wawancara kepada teman sebangkunya, konseli ingin menggali kembali melalui wawancara dengan teman dekat konseli dirumahnya yang sekarang duduk di bangku kelas IX. Berikut hasil wawancara konselor dan teman konseli.

Tanggal : 21 Mei 201646

Tempat : Musholah dekat rumah konseli, pada jam bermain.

Pada wawancara konselor kali ini, teman konseli mengungkapkan bahwa konseli sekarang banyak berubah semenjak konseli sering main ke bengkel dan menjadikan kegiatan di bengkel itu sebagai hal yang penting. Konseli sekarang sudah jarang kumpul dengan teman-teman yang lain, konseli lebih sering menyendiri dan berdiam diri di teras rumahnya kalo tidak ke bengkel. Konseli jadi sering dimarahi oleh ayahnya dan lebih tertutup kepadanya.

Konselor : Assalamu’alaikum,

46

Hasil wawancara dengan teman dekat (rumah) konseli, di musholah dekat rumah konseli


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peneliti mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian yang di laksanakan

di Mts Nurul Huda sawo Dukun Gresik yang dipaparkan sebagai berikut:

a. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Strategi

Restructuring Kognitif Untuk Optimalisasi belajar Seorang Siswa di Kelas VIII Mts Nurul Huda Sawo Dukun Gresik dengan menggunakan

langkah-langkah konseling yaitu Identifikasi Masalah, Diagnosis, Prognosis,

Treatment/ terapi, dan Evaluasi/ follow up, yang dimana dalam langkah Treatment/ terapi konselor menggunakan strategi Restructuring Kognitifmelalui beberapa tahapan yaitu menyadarkan, mengarahkan dan

merubah sudut pandang yang irrasional menjadi rasional.

b. Hasil akhir Bimbingan dan Konseling Islam dengan strategi restructuring

kognitifuntuk optimalisasi belajar seorang Siswa Kelas VIII Di Mts Nurul Huda Sawo Dukun Gresikdikategorikan berhasil. Halini bisa dilihat dari

adanya perubahan terhadap sikap dan perilaku konseli yang mulai

menunjukkan ke arah yang lebih positif seperti: tidak lagi terpacu pada hobi,

mengurangi dan memindah jam bermain, serta lebih serius ketika belajar.

B.SARAN

1. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi restructuring kognitif,


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

memeriksa alternatif. Adapun proses dan hasil yang telah dilaksanakan

sebagai berikut.

Mengutamakan pergi ke bengkel

a. Proses Bermain sampai lupa waktu

Tidak tertarik pada mata pelajaran sekolah

Tidak masuk dan mengikuti bimbel

Sudah terlihat ada perubahan pada perilaku konseli.

b. Hasil

Belum bisa membagi waktu secara maksiamal.

Dari proses dan hasil diatas masih kurang maksimal. Maka dari itu

disarankan dalam penelitian selanjutnya dengan menggunakan srtategi

restructuring kognitif ini untuk lebih menguasai teori yang dipakai dan mampu membuahkan hasil yang maksiamal.

2. Bagi sekolah diharapkan lebih memperhatikan program kegiatan bimbingan

dan konseling untuk kepentingan para siswa.

3. Bagi konselor

Dapat memantau serta memberikan motivasi agar konseli lebih semangat

dalam menghadapi masa depan serta diharapkan bagi konselor untuk dapat

menambah pengetahuan dan wawasannya terutama dalam bidang konseling,

supaya dalam memberikan bantuan terhadap konseli baik remaja atau dewasa


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

4. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada para pembaca yang budiman, untuk

mengembangkan proses pelaksanaan konseling dengan terapi yang sesuai,

tepat, dan spesifik dalam menangani masalah untuk meningkatkan harga diri

seseorang atau pun masalah yang lain. Untuk para pembaca pada umumnya

jangan biarkan sebuah masalah menjadi sebuah beban yang merugikan diri

sendiri atau pun orang lain, cobalah untuk mengkomunikasikan beban Anda

kepada orang yang ada disekitar Anda, yang Anda kira sanggup untuk

berbagi dengan Anda. Sebaliknya jangan menjadikan masalah orang lain

sebagai sebuah beban karena sesungguhnya berbagi adalah hal yang indah


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA

Amin, Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta : AMZAH, 2010

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta:

PT. Rineka Cipta. 2002

Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, Surabaya :

Dakwah Digital Press, 2009

Aziz, Rini Utami, Anak Sulit Belajar, Solo: Tiga Serangkai, 2006

Biropsikologi.info/cara-menangani-kesulitan-belajar-anak.html (diakses pada

tanggal 18 April 2016)

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2006

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif. Surabaya: Universitas Airlangga. 2001

Corey, Gerald, Teori dan Praktik Konseling & Psikoterapi, cet.VII, Bandung :

Refika Aditama, 2013

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1995

Emikomocca.blogspot.co.id/2014/05/langkah-langkah bimbingan dan

konseling.html?m=1 (diakses pada tanggal 18 april 2016)

https://occiie23.wordpress.com/2012/07/05/masalah-masalah-dalam-belajar-dan-penanggulangannya-3/ (diakses pada tanggal 25 juli 2016)

Imron, Mengenal Terapi Kognitif,

(http://imron46.blogspot.co.id/2009/02/terapi-kognitif.html) diakses 30 Maret 2016


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Masruroh, Anik dan Ragwan Albar, Bimbingan Konseling Islam dalam Mengatasi

Depresi Seorang Remaja Korban Pornografi di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jagir Wonokromo Surabaya, dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Fak.Dakwah UIN SA, vol 1, 2011

Melfiati, Setio, Psikriatri, Jakarta: EGC, 1994

Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosda Karya, 2007

Mubarok, Ahmad, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 Jakarta : Bina

Rencana Pariwara, 2002

Munir, Samsul, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : Amzah, 2010), hal.23

Musnamar, Tohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam,

Yogyakarta: UII Press, 1992

Pada saat PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) di yayasan SMP Nurul Huda

Sencaki Surabaya pada bulan september-oktober 2015

Rahim Faqih, Aunur, Bimbingan Dan Konsling Dalam Islam, Cet.III,

Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2004

Ramadhoni, Sri, Terapi Kognitif, (http://studentners.blogspot.co.id/2013/11/terqpi

kognitif.html) diakses pada tanggal 17 April 2016

Rendra, Pentingnya Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak-Anak,

(http://dbagus.com/pentingnya-peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak-anak) diakses pada tanggal 23 Maret 2016

Santikaegix.blogspot.co.id/2016/02/ciri-ciri-anak-kesulitan-belajar.html?m=1 (diakses pada tanggal 25 juli 2016)


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R Dan D, Bandung : Alfabeta,

2011

Sutoyo, Anwar, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori Dan Praktik),

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013

Syah, Muhibbin, Pskologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press, 2009


Dokumen yang terkait

PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENANGANAN SISWA MEMBOLOS PADA KELAS VIII DI MTS NURUL HUDA SEDATI SIDOARJO.

6 33 74

PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENANGANAN SISWA MEMBOLOS PADA KELAS VIII DI MTs. NURUL HUDA SEDATI SIDOARJO.

0 1 73

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SEORANG ANAK DI DESA GUMENG BUNGAH GRESIK.

6 42 114

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK REWARD BERBASIS HOBI DAN PUNISHMENT UNTUK MENGATASI MALAS BELAJAR SEORANG SISWA KELAS 2 MTs TASYWIRUL AFKAR DI DESA BARON LOR KEC. DUKUN KAB. GRESIK.

0 1 152

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENUNTASKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEORANG SISWA DI MTS MA’ARIF RANDEGANSARI DRIYOREJO GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN FINGER PRINT APPRAISAL UNTUK MENINGKATKAN KEYAKINAN PEMILIHAN JURUSAN SEORANG SISWA KELAS X DI SMA NURUL HUDA SURABAYA.

1 8 119

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN FACE READING UNTUK MENINGKATKAN REGULASI EMOSI SEORANG SISWI KELAS VIII DI SMP ISLAM INSAN KAMIL SIDOARJO.

0 0 123

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI POSITIF THINKING DALAM MENGATASI MINDSET NEGATIVE SISWA KELAS XI IPS DI SMA NURUL HUDA SURABAYA.

0 0 112

A. Kontribusi Bimbingan Konseling Islam 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a) Bimbingan - KONTRIBUSI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN PESERTA DIDIK KELAS VIII DI MTS MAZRO’ATUL HUDA KARANGANYAR DEMAK TAHUN AJARAN 2016/2017

0 0 36