BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK REWARD BERBASIS HOBI DAN PUNISHMENT UNTUK MENGATASI MALAS BELAJAR SEORANG SISWA KELAS 2 MTs TASYWIRUL AFKAR DI DESA BARON LOR KEC. DUKUN KAB. GRESIK.

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK REWARD BERBASIS HOBI DAN PUNISHMENT UNTUK MENGATASI MALAS BELAJAR SEORANG SISWA KELAS 2 MTs TASYWIRUL AFKAR DI DESA

BARON LOR KEC. DUKUN KAB. GRESIK.

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh: Ririn Intartik NIM. B33214502

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

ISLAM


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Ririn Intartik : Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Teknik Reward Berbasis Hobi dan Punishment untuk Mengatasi Malas Belajar Seorang Siswa Kelas 2 MTS Tasywirul Afkar di Desa Baron Lor Kec Dukun Kab gresik. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasih UIN Sunan Ampel Surabaya.

Focus penelitian adalah (1) Bagaimana Bimbingan dan Konseling Islam dengan pemberian reward berbasis hobi dan punishment untuk mengatasi malas belajar?, (2)Bagaimana hasil proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan pemberian reward berbasis hobi dan punishment dalam mengatasi malas belajar?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif komperatif. Dalam menganalisa hasil akhir dari pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward Berbasis Hobi dan Punishment untuk Mengatasi malas Belajar seorang siswa Kelas 2 MTs Tasywirul Afkar di Desa Baron Lor Kec. Dukun Kab. Gresik, menggunakan analisa deskriptif komperatif, yang mana penulis membandingkan data teori dan data yang terjadi dilapangan.

Proses yang dilakukan konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, selanjtnya treatment dengan langkah yang pertama adalah konselor membantu klien keluar dari persepsi yang kurang rasional. Kedua, memberikan motivasi kepada klien agar dapat menilai perilakunya dan dapat merubah sikapnya. Ketiga, membantu klien untuk merumuskan perbuatan apa yang akan dilakukan. Dan yang keempat, ikut terlibat dalam pemberian reward berbasis hobi dan punishment. Setelah proses terakhir selesai yaitu langkah terakhir menindak lanjuti masalah yang dialami konseli setelah dilakukannya proses konseli.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi adalah malas belajar dari perilaku yang dilakukan klien sering melakukan pelanggaran peraturan yang ada di sekolah seperti bolos sekolah, pulang pada saat jam istirahat, tidak adanya semangat, tidak ada minat dalam pelajaran akademik, kurangnya motivasi, dan tidak mempunyai cita-cita yang jelas, enggan untuk menggerjakan tugas serta melakukan kebiasaan atau hobi. Sedangkan hasil akhir dari proses konseling terhadap klien dalam penelitian ini cukup berhasil, yang mana dari hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada prilaku klien yang tidak lagi melakukan pelanggaran di sekolah.


(8)

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konsep ... 10

F. Metode Penelitian ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 33

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. KajianTeoritik ... 36

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 36

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 36

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ... 37

c. Fungsi dan Peran Bimbingan dan Konseling Islam 39 d. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam ... 41

e. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ... 43

f. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam . 44 2. Terapi Behavior ... 46

a. Pengertian Terapi Behavior ... 46

b. Tujuan Terapi Behavior ... 48

c. Fungsi Terapi Behavior ... 49

d. Ciri-ciri Terapi Behavior ... 50

e. Teknik Terapi Behavior ... 50

3. Reward dan Punishment ... 54

1. Reward ... 55

a. Pengertian Rewaard (Hadih) ... 55

b. Bentuk-bentuk Reward (Hadiah) ... 56

c. Komponen-komponen Penerapan Reward ... 58

d. Tujuan Reward ... 60

2. Punishment ... 61


(10)

b. Macam-macam Punishment ... 62

4. Malas Belajar ... 66

a. Pengertian Malas Belajar ... 67

b. Faktor-faktor Belajar ... 68

c. Ciri-ciri Malas Belajar ... 78

5. Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward Berbasis Hobi dan Punishment dalam Mengatasi MalasBelajar ... 79

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 88

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 91

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 91

2. Deskripsi Konselor ... 92

3. Deskripsi Klien ... 93

4. Deskripsi Masalah Klien ... 94

B. Deskripsi Data Penelitian ... 97

1. Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward Berbasis Hobi dan Punishment untuk Mengatasi Malas Belajar Seorang Siswa Kelas 2 MTs Taywirul Afkar di Desa Baron Lor Kec Dukun Kab Gresik ... 97

2. Hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward Berbasis Hobi dan Punishment untuk Mengatasi Malas Belajar Seorang Siswa Kelas 2 MTS Tasywirul Afkar di Desa Baron Lor Kec Dukun Kab Gresik ... 120

BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan teknik reward berbasis hobi untuk mengatasi malas belajar seorang siswa ... 123

1. Identifikasi Masalah ... 124

2. Diagnosis ... 125

3. Prognosis ... 126

4. Treatment/Terapi ... 126

5. Follow Up/Evaluasi ... 130

B. Analisis hasil akhir bimbingan dan konseling islam dengan teknik reward berbasis hobi dan punishment untuk mengatasi malas belajar seorang siswa... 131

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 138 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data, Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data ... 29 Tabel 3.1 Sebelum dilakukan proses Bimbingan dan Konseling Islam ... 96 Tabel 3.2 Kondisi Klien sesudah melaksanakan proses Bimbingan

Konseling ... 121 Tabel 4.1 Penyajian data perbandingan sebelum dan sesudah Proses Bimbingan


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Siapapun tidak menyangkal kalau dikatakan bahwa pada masa anak-anak atau menginjak ke masa remaja merupakan masa yang sangat sulit. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri remaja sekarang ini baik fisik maupun psikis mempengaruhi keseluruhan dalam prilakunya. Orang tua yang memiliki anak remaja bisa dilihat betapa kesulitannya mereka untuk mendidik atau memompa anak remaja untuk belajar. Reni Akbar-Hawadi dalam bukunya keluhan malas belajar atau kurang bergairah untuk belajar acap kali kita dengar di sekitar kita pada mereka yang masih duduk dibangku sekolah, dan kita tidak segan-segan

untuk memberi label “Pemalas” pada mereka yang secara sadar melakukan

kegiatan itu. Kondisi malas, kurang bergairah, atau kurang berhasrat ini disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar.1 Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif.2

Berbicara mengenai motivasi tentu banyak sekali hal yang dilakukan dalam memberikan motivasi baik buat diri sendiri ataupun orang lain. Motivasi

1

Reni Akbar-Hawadi, Psikilogi Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hal. 43. 2


(13)

bisa menggunakan reward atau hadiah untuk digunakan dalam masalah malas belajar oleh seorang siswa. Hadiah adalah memberikan sesuatu tanpa adanya imbalan dan dibawah ketempat orang yang akan diberi karena hendak memuliakannya. Hadiah merupakan suatu penghargaan dari pemberi kepada si penerima atas prestasi yang dikehendakinya.3 Hadiah bisa diberikan lewat yang disukai atau diinginkan, dan juga bisa dilihat dari hobi yang biasannya dilakukan guna untuk menumbuhkan rasa semangat dan bisa dijadikan motivasi dalam menumbuhkan rasa semangat belajar dalam pencapaian prestasi belajar yang baik.

Kata hobi di definisikan dengan kegemaran, kesenangan yang sangat istimewa yang di lakukan pada waktu senggang, bukan pekerjaan umum, bukan sebuah mata pencaharian, bersifat memuaskan hati dan mendapatkan kesenangan. Karena itu merupakan hal yang di sukai, biasanya hobi tumbuh secara otodidak, tanpa adanya bimbingan pada saat memulai pertama kali. Selain itu, hobi juga dapat membentuk karakter dari diri masing-masing. Baik dari karakter emosi, karakter bentuk fisik atau tubuh kita, karakter seni, karakter pribadi, dan juga imajinasi.

Tugas seorang siswa adalah belajar untuk mendapatkan prestasi dalam pendidikan disekolah yang pada umumnya dilakukan seorang siswa. Akan tetapi banyak siswa yang menurun rasa ingin belajar atau bisa dibilang malas belajar sehingga mempengaruhi prestasinya. Salah satu faktor dari adanya rasa malas

3


(14)

belajar,dari dalam diri sendiri bagi pelajar (Intrinsik) faktor rasa malas yang menimbulkan diri dalam anak atau pelajar tersebut disebabkan karena kurang atau tidak adanya motivasi diri sendiri yang membuat anak giat belajar. Motivasi ini dikarenakan belum tumbuhnya mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya atau keinginannya. Selain itu juga keminatan dalam pencarian ilmu atau proses belajar sangat berpengaruh terhadap presentasi belajar, karena jika seorang siswa kehilangan rasa minat dalam belajar maka akan sulit bagi siswa untuk belajar maksimal.

Minat merupakan suatu dorongan yang timbul karena adanya perasaan senang terhadap sesuatu untuk melakukan segala sesuatu dalam pewujudan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. Kelelahan beraktifitas dapat mengakibatkan menurunnya semangat belajar bagi pelajar. Faktor yang memengaruhi dari luar (Ekstrinsik). Faktor yang mempengaruhi dari luar anak sangatlah penting dari pelajar. Hal yang mempengaruhi faktor tersebut adalah: Sikap Orangtua, Sikap Teman, Sikap Guru, Kurangnya fasilitas belajar dirumah dan sarana belajar.4

Seperti halnya yang dialami oleh subyek dalam penelitian ini, dimana anak ini yang diberi nama “Rico” ( nama samaran) berasal dari Desa Baron Lor Kec. Dukun Kab. Gresik, duduk dibangku kelas II MTs. Mengalami kendala dalam proses belajar, kendala yang dihadapi yaitu rasa malas dalam belajar, sehingga sangat mempengaruhi dalam prestasinya. Pada proses belajar anak ini

4


(15)

sering bolos sekolah, pulang pada saat jam istirahat, tidak adanya semangat, tidak ada minat dalam pelajaran akademik, kurangnya motivasi, dan tidak mempunyai cita-cita yang jelas. Hal inilah yangdialami oleh Rico selama masa pendidikan.

Akan tetapi anak ini mempunyai hobi atau kebiasaan yang positif dimana pada saat waktu luangnya dia senang sekali menggerjakan seperti otomotif dan membuat kerajinan tangan. Yang acapkali dibilang dengan hobi atau kebiasaan. Rico sering mengotak-atik sepeda yang dia miliki dalam waktu sengganggnya dia sangat bersemangat sekali dalam melakukan aktivitas tersebut.

Rasa malas yang ditimbulkan diri dalam anak atau pelajar tersebut disebabkan karena kurang atau tidak adanya motivasi diri sendiri yang membuat anak giat belajar. Motivasi ini dikarenakan belum tumbuhnya mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya atau keinginannya.

Terapi yang digunakan peneliti dalam mengatasi rasa malas belajar yaitu

pemberian Reward and Punishment. Dalam pemberian reward atau hadiah yang

ada hubungannya dengan hobi yang subyek gemari guna untuk menimbulkan prilaku baru yang positif, dengan cara memberikan motivasi dalam pemberian reward berbasis hobi.

Malas belajar yang dialami oleh klien ini karena kurangnya minat dan motivasi dalam belajar, sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar serta bisa menimbulkan prilaku yang kurang baik. Prilaku yang ditimbulkan oleh klien ini sering melanggar peraturan yang ada disekolah seperti: tidak pernah belajar,


(16)

sering bolos sekolah, pulang diwaktu jam istirahat, bermain sendiri ketika pelajaran berlangsung, sering keluar ketika pelajaran dimulai, sering melanggar peraturan disekolah, tidak konsentrasi saat belajar. Klien juga tidak mengikuti pelajaran tambahan (Les) akan tetapi setelah pulang dari sekolah langsung melakukan kebiasaan yang klien senangi. Hobi yang sering dilakukan oleh klien ini yakni mengotak-atik speda atau otomotif dan membuat kerajinan seperti membuat sanggar burung atau sanggar ayam. Yang sampai saat ini masih dilakukan oleh klien.

Dari permasalahan yang dihadapi klien, disini konselor menggunakan terapi behaviour karena masih ada keterkaitan dengan tingkah laku. Dalam teknik behaviour yang diambil konselor menggunakan teknik modifikasi prilaku dimana dalam teknik ini bermanfaat untuk merubah prilaku yang tidak diinginkan menjadi prilaku yang diinginkan. modifikasi prilaku ini dilakukan dengan cara memberikan penguatan positif (reward) dan penguatan negatif (punishment).

Dalam pemberian reward ada beberapa bentuk penghargaan seperti bentuk pujian, penghormatan, hadiah, tanda penghargaan. Disini konselor memberikan reward berbentuk hadiah dimana hadiah ini nanti akan diberikan kepada klien yang berkaitan dengan hobi yang klien senangi. Karena dengan memberikan hadiah berbasis hobi ini akan bisa memberikan motovasi tersendiri serta dorongan kepada klien agar mau melaksanakan perintah yang diberikan oleh konselor dan bisa menumbuhkan minat serta motivasi lebih cenderung ke proses belajar tanpa harus menghilangkan hobi atau skill yang dimiliki klien.


(17)

Perintah yang diberikan oleh konselor kepada klien disini yakni memberikan punishment atau penguatan negatifnya. Dalam metode punishment sendiri ada beberapa bentuk yaitu tertip, anjuran dan perintah, larangan, paksaan, disiplin. Dari kelima bentuk ini yang nantinya akan digunakan konselor dalam memberikan punishment atau penguatan yang akan dilaksanakan oleh klien. Agar bisa merubah prilaku yang tidak baik menjadi prilaku yang lebih baik lagi.

Berkaitan dengan reward dalam Al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan dalam penggunaan hadiah/pahala dalam mendidik. Salah satunya ialah Q.S Ali Imran ayat 136:

اَهيِف َنيِدِلاَخ ُراَهْ نأا اَهِتََْ ْنِم يِرََْ ٌتاّنَجَو ْمِهَّر ْنِم ٌةَرِفْغَم ْمُُؤاَزَج َكِئَلوُأ

َنِلِماَعْلا ُرْجَأ َمْعِنَو

Artinya: “ Balasan dari mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal”. (Q.S Ali Imran ayat 136).5

Metode reward and punishment ini salah satu teknik yang diambil dari teori Behavioristik.Behavioristik merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotesis yang terjadi dalam diri individu.Behaviorisme muncul sebagai respon atas memuncaknya perkembangan ilmu pasti alam dan industrialisasi di

5


(18)

Amerika.Dengan kemajuan industrialisasi, maka orang tidak lagi bekerja dengan tenaganya. Perhatiannya tertuju kepada jalannya mesin, alat kerjanya.6 Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya aspek-aspek kesadaran atau mentalisasi dalam individu.Sehingga, manusia hanya disamakan dengan mesin reaksi.

Perbuatan hanya diterangkan dengan susunan reflex-refleks yang berlaku mekanis.7 Kemudian munculah teori-teori belajar yang disebut dengan teori belajar behavioristik. Teori pembelajaran behavioristik berisi tentang penjelasan mengenai pembelajaran yang difokuskan pada kejadian-kejadian eksternal sebagai penyebab perubahan pada perilaku yang dapat diobservasi. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) reinforcement and Punishment (2) primary and Secondary Reinforcement (3) Schedules of Reinforcement (4) contingency Management (5) Stimulus Control in Operant Learning (6) The Elimination of Responses.

Menurut aliran ini, pendidikanlah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan penentuan kemampuan seseorang. Karena pada dasarnya manusia menurut aliran ini dilahirkan dengan kemampuan yang sama antara satu individu dengan individu lainnya. Reinforment dan Punishment memeliki peran yang penting dalam teori pembelajaran Behavioristik untuk membentuk

6

Agus Suyanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1993), hal. 125. 7


(19)

kepribadian seorang anak. Reinforment merupakan bentuk penguat yang dapat dilakukan salah satunya dengan memberikan reward kepada anak didik.8

Dengan terapi memberi reward and punishment berbasis hobi bisa memberikan perubahan prilaku yang positif. Sehingga bisa meningkatkan rasa ingin belajar yang baik dan bisa berdampak terhadap prestasinya dan bisa menunjang karirnya kedepan dengan cemerlang. Karena dengan adanya ilmu yang bermanfaat Insya Allah menjadi manusia yang dimuliakan oleh Allah SWT. Dan menuntut ilmu adalah salah astu kewajiban seorang muslimyang dimana dijelaskan dalam suatu riwayat Rasulullah bersabda:

ك َع ةضيرف معلا بلط

ةملسم و مسم

Artinya:“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah).

Dengan bimbingan dan konseling islam dengan terapi memberi reward and punishment berbasis hobiuntuk menyelesaikan masalah, membantu, dan

mengarahkan klien dalam memecahkan permasalahannya agar bisa

menghilangkan rasa malas belajar,menumbuhkan semangat baru dalam belajar, serta dapat menjadi seorang siswa yang dapat mencapai prestasi cemerlang.

Berlatar belakang dari kasus diatas, untuk mengetahui perbuatan yang dialami konseli. Maka penulis mengadakan penelitian dengan judul: “Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward Berbasis Hobi dan

8

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT: Refika Aditama, 2013), hal. 202-203.


(20)

Punishment untuk Mengatasi Malas Belajar Seorang Siswa Kelas 2 MTs

Tasywirul Afkar di Desa Baron Lor Kec. Dukun Kab. Gresik.” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan pada tema di atas, maka peneliti memfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Bimbingan dan Konseling Islamdengan pemberian reward

berbasis hobi dan punishment untuk mengatasi malas belajar?

2. Bagaimana hasil proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan

pemberian rewardberbasis hobi dan punishment dalam mengatasi malas belajar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Bimbingan Konseling Islam dengan pemberian reward berbasis hobi dan punishment untuk mengatasi malas belajar.

2. Untuk mengetahui hasil proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan pemberian reward berbasis hobi dan punishment dalam mengatasi malas belajar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis bagi para pembaca, antara lain sebagai berikut :


(21)

1. Secara Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang bimbingan konseling Islam tentang pengembangan terapi reward and punishment dalam menangani malas belajar.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan Bimbingan Konseling Islam mengenai Bimbingan Konseling Islam terhadap malas belajar.

2. Secara Praktis

a. Peneliti diharapkan membantu memecahkan masalah yang berkaitan

dengan malas belajar pada siswa yang mengalami malas dalam belajar. b. Menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas penelitian. E. Definisi Konsep

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur yang sangat penting dari suatu penelitian yang merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala-gejala yang diamati. Oleh sebab itu konsep-konsep yang dipilih dalam penelitian ini sangat perlu dibatasi ruang lingkup dan batasan masalahnya sehingga pembahasanya tidak akan melebar atau kabur.

Sesuai dengan judul yang diteliti oleh penulis, maka perlulah ada pembatasan konsep dari judul yang ada yaitu:“Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward Berbasis Hobi dan Punishment untuk Mengatasi

Malas Belajar Seorang Siswa Kelas 2 Mts Tasywirul Afkar di Desa Baron Lor Kec. Dukun Kab. Gresik.”


(22)

Untuk dapat lebih memahami judul diatas, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat didalamnya. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan Konseling Islam

Menurut Samsul Munir Amir, Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragam yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginteralisasikan nilai- nilai yang terkandung di dalam al-qur’an dan hadist Rosulullah SAW kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan al- qur’an dan hadist.9

Menurut Aunur Rahim Faqih Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.10

Dari uraian diatas Peneliti menyimpulkan bahwa bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu maupun kelompok agar bisa mengenali dirinya dan lingkungannya secara countinue dan sistematis agar tercapai kehidupan di dunia maupun diakhirat dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist.

9

Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23. 10


(23)

2. Terapi Reward and Punishment

Dalam kamus inggris, reward dirtikan sebagai ganjaran atau penghargaan.11 Menurut M. Ngalim Purwanto, reward yaitu alat untuk pendidikan anak-anak supaya anak-anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.12 Menurut Amir Daien Indrakusuma, reward adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajarnya siswa.13

Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa penghargaan merupakan suatu yang diberikan kepada seseorang karena sudah mendapatkan prestasi dengan yang dikehendaki, yakni mengikuti peraturan sekolah yang sudah ditentukan.14 Penghargaan atas prestasi bisa diberikan dalam bentuk materi dan non materi yang masing-masing sebagai bentuk motivasi positif. Reward biasa digunakan sebagai bentuk motivasi atau sebuah penghargaan yntuk hasil atau prestasi yang baik, dapat berupa kata-kata pujian, pandangan senyuman, pemberian tepukan tangan serta sesuatu yang menyenangkan anak didik, misalnya memberikan hadiah yang ada hubungannya dengan hobi yang dia senangi karena mendapatkan nilai yang bagus.15 Menurut

11

Jhon M, Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996) hal. 485.

12

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Ramadja Karya, 1985) hal. 182.

13

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973) hal. 159.

14

Suharsimi Arikunto, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hal. 182. 15

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Alih Bahasa Med. Meitasari Tjandra dalam


(24)

Suharmisi Arikunto ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penghargaan, yaitu:

1. Penghargaan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari aspek yang menunjukkan keistimewaan prestasi.

2. Penghargaan harus diberikan langsung sesudah perilaku yang

dikehendaki sudah dilaksanakan.

3. Penghargaan harus diberikan sesuai dengan kondisi orang menerimanya. 4. Penghargaan yang harus diterima anak hendaknya diberikan.

5. Penghargaan harus benar-benar berhubungan dengan prestasi yang dicapai.

6. Penghargaan harus diganti (bervarisi).

7. Penghargaan hendaknya mudah dicapai.

8. Penghargaan harus bersifat pribadi.

9. Penghargaan social harus segera diberikan.

10.Jangan memberikan penghargaan sebelum siswa berbuat.

11.Pada waktu penyerahan penghargaan hendaknya disertai penjelasan rinci tentang alasan dan sebab mengapa yang bersangkutan menerima penghargaan tersebut.

Pemberian reward tidak selamanya bersifat baik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemberian reward merupakan satu hal yang


(25)

bernilai positif.16 Selain itu diungkapkan juga bahwa pemberian reward akan bersifat positif apabila pelaknsanaan reward dipakai sebagai berikut:

a. Pelajar akan berusaha mempertinggi prestasinya.

b. Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa untuk melakukan

perbuatan yang positif dan bersifat progresif.

c. Menjadi pendorong bagi anak lainnya (teman) untuk mengikuti anak yang memperoleh reward.

d. Bertingkah laku yang lebih baik, sopan santun, semangat dan

memotivasinya dalam berbuat yang lebih baik.17

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa penghargaan atau ganjaran menunjukkan balasan terhadap apa yang diperbuat oleh seseorang dalam kehidupan ini atau diakhirat kelak karena amal perbuatan yang baik. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, QS Fushilat ayat 46:

ِديِبَعْلِل ٍماَظِب َكّبَر اَمَو اَهْ يَلَعَ ف َءاَسَأ ْنَمَو ِهِسْفَ نِلَف اًِِاَص َلِمَع ْنَم

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka (pahalannya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Fushilat: 46)18

Dari ayat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian reward merupakan suatu bentuk penghargaan atas prestasi yang telah diraih seseorang atau bentuk motivasi terhadap apa yang telah dilakukannya.

16

Suharmisi Arikunto, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990) hal. 163. 17

Suharsimi Arikunto, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990) hal. 129. 18


(26)

Punishment merupakan siksaan atas prilaku yang telah diperbuat.19 Kamus besar Indonesia menjelaskan ada tiga macam bentuk hukuman, yaitu:

1. Siksa yang dikenakan kepada orang-orang yang melanggar undang-undang.

2. Keputusan yang dijatuhkan oleh hakim. 3. Hasil atau akibat menghukum.20

Punishment adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh pendidik (guru) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.21 Pemberian punishmentakan membuat anak menjadi kapok (jera), artinya sebuah upaya dalam memberikan sanksi agar anak tidak akan melakukan kesalahan yang serupa lagi.22 Sekalipun sudah diberikan peringatan agar tidak melakukan berbuatan yang dilarang.

Dalam hadits telah dijelaskan bahwa punishment harus

diterapkan untuk memberi petunjuk terhadap memberi petunjuk terhadap tingkah laku manusia. Sehubungan dengan punishment yang dijatuhkan atas orang yang melakukan pelanggaran yang sifatnya badaniyah, Rasulullah saw bersabda:

19

Jhon M Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996) hal. 456.

20

WJS, Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1976) hal. 333 21

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Ramadja Karya, 1985) hal. 186.

22


(27)

بيعش نب رمع نع

ا رم :ملس يلع ه ل سر لاق :لاق دج نع يبأ نع

رشعءا بأ م ا يلع م برضا ,ني س ع س ءا بأ م ََصلاب مكدَ أ

م يب ا قِرف ,ني س

عجاضملا يف

Artinya: “Rasulullah saw bersabda: suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat bila mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukulah jika meninggalkannya bila mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah

mereka ditempat tidur.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan oleh Al -Albany).23

Reward yang diberikan kepada siswa bentuknya bermacam-macam. Secara garis besar reward dapat dibedakan menjadi empat yaitu:24

a. Pujian

Pujian adalah satu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali dan lain sebagainya, ataupun berupa kata-kata yang bersifat sugesti.

Misalnya. “nah, lain kali pasti akan lebih baik lagi”.

b. Penghormatan

Reward berupa penghormatan ini biasanya berbentuk penobatan. Pelajar yang layak diberikan reward, diberikan penghormatan dengan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-temannya.

c. Hadiah

Hadiah bermaksud reward yang berbentuk pemberian materil. Hadiah yang diberikan biasanya perkara yang disukai dan diharapkan. Dalam

23

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Terjemahan oleh Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008) hal. 133.

24

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973) hal. 159-161.


(28)

pemberian reward ini bisa dengan cara melalui hal berhubungan dengan yang dia senangi. Disini bisa diberikan melalu hobi yang berhubungan dengan hobi yang biasanya dia lakukan, guna untuk menimbulkan rasa semangat dalam belajar karena dengan diberikan sebuah hadiah yang berbasis hobi ini kemungkinan bisa menimbulkan rasa semangat atau bisa dijadikan sebagai motivasi bagi siswa yang sedang mengalami penurunan atau malas dalam belajar.

Kata hobi di definisikan dengan kegemaran, kesenangan yang sangat istimewa yang di lakukan pada waktu senggang, bukan pekerjaan umum, bukan sebuah mata pencaharian, bersifat memuaskan hati dan mendapatkan kesenangan. Karena itu merupakan hal yang di sukai, biasanya hobi tumbuh secara otodidak, tanpa adanya bimbingan pada saat memulai pertama kali. Selain itu, hobi juga dapat membentuk karakter dari diri kita masing-masing. Baik dari karakter emosi, karakter bentuk fisik atau tubuh kita, karakter seni, karakter pribadi, dan juga imajinasi.

Sedangkan hadiah bisa didevinisikan Hadiah adalah memberikan sesuatu tanpa adanya imbalan dan dibawah ketempat orang yang akan diberi karena hendak memuliakannya. Hadiah merupakan suatu penghargaan dari pemberi kepada si penerima atas prestasi yang dikehendakinya.25

25


(29)

d. Tanda penghargaan

Berbeda dengan ganjaran hadiah, tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang tersebut, melainkan dinilai dari segi kesan atau nilai kenangnya. Tanda penghargaan juga disebut sebagai reward simbolis. Reward simbolis ini biasanya berbentuk medal, trofi atau sertifikat.

Dalam teori punishment adapun beberapa macam-macam tekhnik akan tetapi berbekal dari kaus yang akan diteliti disini menggunakan teknik punishment preventif, yaitu:Punishment preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran dilakukan. Aturan hal-hal yang termasuk dalam punishment preventif adalah:26

1. Tata Tertip

Tata tertip yaitu sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata kehidupan, misalnya tata tertip didalam kelas, tata tertib ujian sekolah dan sebagainya.

2. Anjuran dan perintah

Anjuran adalah suatu saran atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang berguna.Misalnya, anjuran untuk belajar setiap hari, anjuran untuk tepat waktu, dan lain sebagainya.

26

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hal. 140-141.


(30)

3. Larangan

Larangan sebenarnya tidak jauh beda dengan perintah. Jika perintah merupakan suatu keharusan utuk berbuat, sedangkan larangan pula adalah suatu keharusn untuk meninggalkan sesuatu yang meragukan. 4. Paksaan

Paksaan adalah suatu perintah dengan kekerasan terhadap siswa untuk melakukan sesuatu. Paksaan dilakukan dengan tujuan agar proses pendidikan tidak terganggu dan terhambat.

5. Disiplin

Disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan.Kepatuhan disini bukan hanya karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan tersebut.

Reward and punishment merupakan satu rangkaian yang dihubungkan dengan pembahasan reinforcement yang diperkenalkan oleh Thorndike dalam observasinya tentang trial and eror sebagai landasan utama reinforcement tingkah laku atau perbuatan individu semakin menguat, sebaliknya reinforcement tingkah laku tersebut semakin melemah.27

27

Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hal. 117.


(31)

Pelaksanaan terapi reward and punishment berbasis hobi ini akan dilaksanakan di luar proses Konseling, akan tetapi sebelum melaksanakan terapi reward and punishment berbasis hobi, konselor melakukan pengarahan serta nasihat agar klien bisa meninggalkan kebiasaan dalam malas belajar. Jika klien sudah mulai menunjukkan perubahan prilaku, misalnya dia sudah mulai melaksanakan pergi kesekolah dengan tepat waktu maka konselor mulai melakukan terapi reward berbasis hobi dengan memberikan reward atau hadiah yang berbasis hobi yang dia senangi dan menekankan peraturan baru dalam proses belajarnya.

3. Malas Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.28 Malas adalah sebuah rasa menurunnya semangat kejiwaan dalam keinginan yang positif yang di reflesikan dalam gerak tubuh untuk melakukan aktifitas rohani atau jasmani menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban.29 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, malas ini diartikan sebagai: tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar. Malas belajar berarti tidak mau, enggan,

28

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 63. 29


(32)

tidak suka, tak bernafsu untuk belajar (Muhammad Ali).30 Secara psikologis malas belajar dapat diindikasikan dengan lemahnya kondisi mental, fisik, intelektual dan psikis sang anak. Adapun beberapa prilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar atau ciri-ciri umum dari rasa malas belajar, yaitu:31

a. Belajar tidak teratur b. Daya tahan belajar rendah

c. Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian d. Tidak memilki catatan pelajaran yang lengkap e. Tidak terbiasa membuat ringkasan

f. Tidak memilki motivasi.

g. Senang menjiplak pekerjaan teman h. Sering datang terlambat.

Keseluruhan sikap diatas merupakan menunjukkan sikap malas dalam belajar.dari kedelapan ciri-ciri diatas klien termasuk kategori: belajar tidak teratur, tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap, sering datang terlambat, daya tahan belajar rendah, dan tidak memiliki motivasi.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis

30

Pooerwadarminta WJS, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hal. 124. 31


(33)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena.32 Pendekatan kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata atau bahasa untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi secara umum.

Jenis penilitian ini adalah studi kasus yaitu uraian dan penjelasan komperatif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program atau suatu situasi sosial.33 Jenis penelitian

ini dipilih karena penulis ingin menela’a data sebanyak mungkin secara

rinci dan mendalam selama waktu tertentu mengenai subyek yang diteliti sehingga dapat membantunya keluar dari permasalahannya dan memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik.

2. Sasaran dan Lokasi

Sasaran dalam penelitian ini adalah seorang siswa yang bernama Rico (nama samaran) yang mengalami kendala dalam proses belajar yaitu malas belajar selanjutnya disebut klien, sedangkan konselornya adalah

32

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), hal. 6.

33

Deddy Mulyuna, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 201.


(34)

mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya yaitu Ririn Intartik.Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Baron Lor Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data

Sehubung dengan penelitian yang sifatnya study kasus yang hanya melibatkan satu klien, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel ataupun populasi. Jadi pengetahuan diri klien dengan cara observasi dan interview mengenai perkembangan klien secara rinci yang diperoleh dari klien.

Adapun jenis data ini dikelompokkan menjadi data primer dan sekunder, sebagai berikut:

1) Data primer

Data primer yaitu data paling utama dan paling penting yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data primer dalam penelitian ini antara lain: bagaimana teknik reward berbasis hobi dan punishment untuk mengatasi malas belajar, faktor-faktor malas belajar, prilaku ketika disekolah, kegiatan dirumah yang langsung diambil dari sumber pertama di lapangan, yaitu rico (seorang siswa kelas 2 MTs Tasywirul Afkar).


(35)

2) Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang mendukung kelengkapan penelitian.34 Data ini diperoleh dari gambaran lokasi penelitian dan keadaan lingkungan sekolah dan rumah. Adapun data skunder dalam penelitian ini antara lain: data tentang keluarga klien, data pendidikan klien. b. Sumber data

Untuk mendapatkan sumber data tertulis, peneliti mendapatkannya dari sumber data. Adapun sumber data pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Sumber data primer

Sumber data primer yaitu sumber utama yang menjadi tempat untuk mendapatkan data.35 Adapun yang menjadi sumber primernya adalah rico (klien), disini peneliti melakukan wawancara dan observasi langsung pada klien (rico).

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang dapat melengkapi data dari sumber utama.36 Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah informan yakni dalam hal ini adalah teman kelas klien, guru klien dan ibu klien.

34

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Unair, 2011), hal. 129. 35

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), hal. 62-63. 36

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format- format Kuantitatif dan Kualitati


(36)

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari penelitian. a. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.37

Tahap ini digunakan untuk menyusun rencana penelitian. Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana penelitian apa yang akan peneliti hendak teliti ketika sudah terjun kelapangan.

1) Memilih lapangan penelitian Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti.

2) Mengurus perizinan: Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan sebagai bentuk administrasi dalam penelitian sehingga dapat mempermudah kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian.

3) Menjajaki dan memilih lapangan: Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan. Dalam hal ini peneliti

37


(37)

akan menjajaki dengan lapangan dengan mencari informasi dari masyarakat tempat peneliti melakukan penelitian.38

4) Memilih dan memanfaatkan informan: Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan informan guna mendapatkan informasi tentang situasi dan kondisi lapangan.

5) Menyiapkan perlengkapan: Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian seperti alat-alat-alat-alat tulis, tape recorder, kamera, dan lain-lain. Persoalan Etika.

6) Penelitian: Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Dalam hal ini peneliti harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang ada di latar penelitian.39

b. Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

38

J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 130. 39


(38)

Dalam tahap ini peneliti menganalisa data yang telah didapat dari lapangan. Analisis dan laporan ini merupakan tugas terpenting dalam suatu proses penelitian.40

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode observasi merupakan metode yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.41 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien baik kondisi sebelum, saat proses konseling maupun sesudah mendapatkan konseling, kegiatan klien, dan proses konseling yang dilakukan. Selain itu untuk mengetahui deskripsi lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data dengan dialog tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung.42 Dalam

40

M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis (Yogyakarta: BPFE, 1995), hal. 3. 41

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hal. 133. 42

Djumhur dan M. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal. 50.


(39)

penelitia ini, wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam pada diri klien yang meliputi: Identitas diri klien, kondisi keluarga klien, lingkungan dan ekonomi klien, serta deskripsi klien dan permasalahan yang dialami klien. Selain mendapatkan informasi mengenai klien wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan data tentang deskripsi lokasi penelitian.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.43 Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang lokasi penelitian yang meliputi: Luas Wilayah Penelitian, Jumlah penduduk, batas Wilayah, kondisi geografis desa Baron Lor Dukun Gresik serta data lain yang menjadi data pendukung dalam lapangan penelitian.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui table dibawah ini:

43

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi aksara, 1995), hal. 73.


(40)

Tabel 1.1

“Jenis Data, Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data”

No. Jenis data Sumber data TPD

1.

a) Identitas Klien

b) Tempat tanggal lahir klien c) Usia klien

d) Pendidikan klien

e) Masalah yang dihadapi klien f) Proses konseling yang dilakukan

Klien

W + O

2.

a) Identitas Konselor b) Pendidikan konselor c) Usia konselor

d) Pengalaman dan proses

konseling yang dilakukan

Konselor W+O

3.

a) Kebiasaan klien

b) Kondisi keluarga, lingkungan dan ekonomi klien

Informan (keluarga, guru, kerabat dekat, teman klien) W+O 4.

a) Luas wilayah penelitian

b) Jumlah penduduk

c) Batas wilayah

Gambaran lokasi penelitian

O+W+D

Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi


(41)

D : Dokumentasi 6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan

menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.44

Teknik analisis data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data yang telah diperoleh. Penelitian ini bersifat studi kasus, untuk itu, analisis data yang digunakan adalah deskriptif-komparatif yaitu setelah terkumpul dan diolah maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. analisa yang dilakukan untuk mengetahui tentang proses yaitu dengan membandingkan proses bimbingan konseling Islam dengan terapi reward and punishment berbasis hobi secara teoritik, dan bimbingan konseling Islam dengan terapi reward and punishment berbasis hobi di lapangan. Selanjutnya

untuk mengetahui tentang hasil penelitian yaitu dengan cara

membandingkan hasil akhir dari pelaksanaan bimbingan konseling Islam dan terapi reward and punishment berbasis hobi. Apakah terdapat perbedaan pada kondisi malas belajar, prilaku klien sebelum dan sesudah mendapatkan bimbingan konseling Islam dengan terapi reward and punishment berbasis hobi.

44


(42)

7. Teknik Keabsahan Data a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan itu tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam latar penelitian.45

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan penelitian menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan pengamatan menyediakan pendalaman data. Oleh karena itu ketekunan pengamatan merupakan bagian penting dalam pemeriksaan keabsahan data.

c. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data. Trianggulasi dibedakan menjadi empat macam yaitu:

1) Trianggulasi data (data trianggulation) atau trianggulasi sumber adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis.

45


(43)

2) Trianggulasi peneliti (investigator trianggulation) adalah hasil peneliti baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.

3) Trianggulasi metodologis (methodological trianggulation) jenis

trianggulasi bisa dilakukan oleh seorang peneliti, dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.

4) Trianggulasi teoritis (theoretical trianggulation) trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan prespektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Dalam trianggulasi data atau sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama. Artinya bahwa data yang ada dilapangan diambil dari beberapa sumber penelitian yang berbeda-beda dan dapat dilakukan dengan:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.


(44)

d) Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan dan orang berada.

e) Membandingkan hasil awal wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Penelitian menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain menggunakan teknik observasi dan dokumentasi, penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.46

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan ini, peneliti membagi pembahasan kedalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN yaitu: gambaran umum yang membuat pola

dasar dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

46

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 269.


(45)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA: dalam bab ini peneliti menyajikan tentang kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji, dalam skripsi ini akan membahas tentang pengertian Bimbingan Konseling Islam, unsur-unsur BKI, Tujuan dan fungsi Bimbingan Konseling Islam, Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam, langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam, asas-asas Bimbingan Konseling Islam, pengertian terapi Behavior,

tujuan, Fungsi, Ciri-ciri, Teknik, pengertian Riward and

punishment, Bentuk-bentuk reward, komponen-komponen penerapan, tujuan, teknik punishment,dan pengertian malas belajar, faktor-faktor belajar, ciri-ciri malas belajar dan penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III PENYAJIAN DATA: yang menjelaskan tentang setting penelitian yang meliputi, deskripsi umum objek penelitian, deskripsi konselor, deskripsi klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian

BAB IV ANALISIS DATA: Menjelaskan tentang analisis proses

pelaksanaan Bimbingandan Konseling IslamDengan Teknik Reward Berbasis Hobidan Punishment Untuk Mengatasi Malas Belajar Seorang Siswa Kelas 2 MTs Tasywirul AfkarDi DesaBaron Lor Kec.Dukun Kab. Gresik dan analisis akhir Bimbingandan


(46)

Punishment Untuk Mengatasi Malas Belajar Seorang Siswa Kelas 2 MTs Tasywirul Afkar Di DesaBaron Lor Kec.Dukun Kab. Gresik. BAB V PENUTUP: yang berisi tentang kesimpulan dari kajian ini dan


(47)

36 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Samsul Munir Amir, Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragam yang dimilikinya secara optimal dengan cara melihat nilai- nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadist Rosulullah SAW kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al- Qur’an dan Hadist.47

Menurut Aunur Rahim Faqih Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.48

Dari uraian diatas Peneliti menyimpulkan bahwa bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu maupun kelompok agar bisa mengenali dirinya dan lingkungannya secara countinue dan sistematis agar tercapai kehidupan di dunia maupun

47

Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23. 48


(48)

diakhirat dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dalam hal ini bimbingan konseling islam digunakan Peneliti untuk memberikan arahan dan bimbingan agar klien menyadari dirinya sebagai hamba Allah senantiasa bisa mengendalikan hawa nafsu dan menjadi insan yang taat beribadah, sabar atas segala ketentuan-ketentuan Allah sehingga klien tidak merasa sombong, perasaan berdosa, gelisah, takut atau cemas, terburu nafsunya dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya b. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Dari pengertian bimbingan konseling islam diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan umum dari bimbingan konseling islam adalah membantu individu untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia maupun diakhirat. Menurut Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd. bahwa yang menjadi tujuan bimbingan konseling adalah sebagai berikut:

1.) Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga

memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.

2.) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. Jika hal ini tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif dengan lingungan disekitarnya.

3.) Penyelesaian masalah. Disini Individu dibantu oleh konselor untuk menyelesaikan masalahnya jika klien tidak dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri.


(49)

4.) Mencapai keefektivan pribadi. Maksud dari pribadi yang efektif adalah pribadi yang sanggup memperhitungkan diri, waktu, dan tenaganya, serta bersedia memikul resiko-resiko ekonomi, psikologis, dan fisik. Sehingga Individu memiliki kemampuan untuk mengenal, mendefinisikan, dan menyelesaikan masalah-masalahnya.

5.) Mendorong individu agar mampu mengambil keputusan yang penting

bagi dirinya.49

Dari tujuan bimbingan konseling islam diatas dapat dirumuskan bahwa tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah agar individu dapat mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerja, mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam penyesuaian dengan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk:

1) Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, serta tugas-tugasnya.

2) Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada

dilingkungannya.

3) Mengenal dan menentukan tujuan, rencana hidupnya, serta rencana pencapaian tujuan tersebut.

49

Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar kehidupan. (Bandung: PT Refika Aditama, 2006). Hal. 12-13.


(50)

4) Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.

5) Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari

lingkungannya.

6) Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat, teratur dan optimal.50

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa bimbingan konseling islam merupakan usaha yang baik untuk ditetapkan, agar kedepannya individu (klien) mempunyai pegangan keagamaan dalam memecahkan permasalahannya, dan agar klien dapat menjalankan ajaran agama dengan baik, penuh kesadaran dan bertawakkal kepada Allah.

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Dewa Ketut Sukardi bahwa dalam layanan bimbingan konseling islam berfungsi sebagai:

1). Fungsi Preventif (Pencegahan)

Layanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi individu agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.

50

Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar kehidupan. Hal. 8.


(51)

2). Fungsi Pemahaman

Fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan individu. Pemahaman ini mencakup:

a) Pemahaman diri

b) Pemahaman lingkungan

c) Pemahaman lingkungan yang lebih luas (informasi pendidikan, jabatan, pekerjaan, karier budaya.)

3). Fungsi Perbaikan

Membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu dapat bertahan lama.

4). Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Membantu individu dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Sehingga individu dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.51

51

Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di


(52)

d. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam 1). Konselor

Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai pihak yang memahami dasar dan teknik konseling secara luas, disini konselor bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapi.52 Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang konselor adalah:

a. Kemampuan profesional (keahlian)

b. Sifat kepribadian yang baik (akhlakul karimah)

c. Ketakwaan kepada Allah SWT.

d. Ukhuwah Islamiyah (kemampuan kemayarakatan).53

2). Klien

Mengenai unsur-unsur diatas, maka yang dapat dinyatakan sebagai klien dalam bimbingan konseling islam adalah:

a) Individu yang mempunyai masalah yang berasal dari dirimereka sendiri maupun dari lingkungan tentang maslah sosial, dimana masalah tersebut dapat mengakibatkan kondisi keagamaan individu tersebut terganggu.

52

Namora Lumongga Lubis. Memahami dasar-dasar Konseling dalam teori dan praktik. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011). Hal. 22.

53

Thohari Musnamar. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam. (Yogyakarta: UII Press, 1992). Hal 42.


(53)

b) Individu yang mempunyai problem agama, dimana kondisikeagamaannya secara sengaja atau tidak sengaja ada gangguan, maksudnya adalah pada dasarnya tidaklah ada manusia yang sempurna kecuali Rasulullah SAW.

3). Masalah

Setiap individu pasti pernah mengalami masalah. Masalah dalam kehidupan adalah fenomena yang akan terus terjadi disepanjang sejarah hidup manusia, permasalahan ini terjadi dari dalam dan luar diri manusia. Baik emosi yang tidak stabil ditambah lagi dengan kesalahan dalam mempersepsi tindakan orang lain, ini merupakan contoh kecil yang dapat menimbulkan masalah besar.54

Menurut Aunur Rahim Faqih dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling Islam”. Mengatakan bahwa masalah-masalah yang perlu diselesaikan dalam Bimbingan Konseling Islam adalah:

a. Masalah pernikahan dan keluarga

b. Masalah Pendidikan

c. Sosial (kemasyarakatan) d. Masalah pekerjaan

e. Masalah keagamaan.55

54

Namora Lumongga Lubis. Memahami dasar-dasar Konseling dalam teori dan praktik. Hal. 34.

55


(54)

e. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Pelaksanaan bimbingan dan konseling islam perlu memerhatikan prinsip-prinsip dasar bimbingan konseling, prinsip dasar bimbingan konseling islam dapat menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip yang akan dibahas adalah prinsip umum dan prinsip khusus.

1) Prinsip-prinsip umum

a. Karena bimbingan berhubungan dengan sikap dantingkah laku

individu, maka perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan rumit. b. Perbedaan individual dari pada individu-individu yang dibimbing,

adalah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.

c. Masalah yang tidak dapat diselesaikan disekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.

d. Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian dan pelaksanan serta rencana yang dirumuskan terdahulu.


(55)

e. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.

f. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.

2) Prinsip-prinsip Khusus

a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan.

b) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu. c) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan. d) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan.

f. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Untuk dapat melaksanakan bimbingan konseling islam dengan baik, diperlukan adanya pemahaman yang mendalam mengenai keadaan individu, dalam hal ini langkah-langkah yang perlu dipahami dalam bimbingan konseling islam adalah sebagai berikut:

1). Analisa Masalah

Analisa Masalah adalah pengumpulan data atau informasi tentang diri klien dari berbagai sumber, baik dalam diri klien itu sendiri maupun dari luar dari klien. Adapun data atau informasi yang perlu dihimpun meliputi data pribadi, meliputi: identitas diri, pendidikan, keagamaan, kepribadian.


(56)

Sintesis adalah langkah mengorganisir data dari hasil analisis kemudian dipelajari dan diteliti dengan cermat, setelah dikaji dan diteliti dengan cermat. Data tersebut dikonfirmasikan dengan data yang lain untuk mendapatkan gambaran mengenai sebab yang menjadikan timbulnya masalah pada klien.

3). Diagnosis

Diagnosis adalah suatu langkah pengambilan atau penetapan kesimpulan atas dasar analisis dan sintesis diatas, diagnosis dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengetahui masalah yang dihadapi klien secara mendalam.

4). Prognosis

Prognosis merupakan langkah penentuan mengenai hal-hal (kegiatan, program, ide-ide) atau dapat disebut sebagai penentuan terapi yang diambilnya sesuai dengan masalah dan faktor penyebabnya.

5). Treatment/ Terapi

Treatment merupakan lagkah pemberian bantuan berdasarkan dari prognosis diatas.

6). Follow Up

Follow Up merupakan langkah untuk melihat sampai sejauh mana hal-hal yang telah disampaikan dalam bimbingan dan konseling. Dengan


(57)

follow up ini dapat dikontrol keberhasilan bimbingan dan konseling islam.56

Keenam langkah-langkah bimbingan konseling diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi klien ,disini konselor harus bisa memahami permasalahan yang dihadapi klien dan memberikan treatment sesuai dengan karakteristik serta masalah yang dihadapi klien, akan tetapi keberhasilan proses bimbingan dan konseling sepenuhnya ada di tangan klien.

2. Terapi Behaviour

a. Pengertian Terapi Behaviour

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotesis yang terjadi dalam diri individu. Menurut Gerald Corey, terapi behavior adalah menerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang pelajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistimatis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kearah cara-cara yang lebih adaptif. Pendekatan ini telah memberikan

56

Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling. (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Sosiologi UGM. 1982). Hal. 90-91


(58)

sumbangan-sumbangan yang berarti, baik pada bidang-bidang klis maupun pendidikan.57

Terapi behavior berasal dari dua arah konsep yaitu Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Pada mulanya terapi ini dikembangkan oleh wolpe untuk menanggulangi neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku yang tidak adaptif melalui proses belajar. Dasar teori behavior adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi: (1) belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan serupa, (2) keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan lingkungan, (3) perbedaan-perbedaan biologic baik secara genetic atau karena gangguan fisiologi. Dengan eksperimen-eksperimen terkontrol secara seksama maka menghasilkan hukum-hukum yang mengontrol perilaku tersebut.58

Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah laku atau kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavior membantu klien untuk belajar mengubah kebiasaan yang negative menjadi positif. Dengan kata lain, membantu klien agar tingkah lakunya dari yang malas menjadi semangat dalam belajar .59

57

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Eresco, 1997), hal. 193.

58

Sofyan S. Willis, Konseling Individual, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 69. 59


(59)

b. Tujuan Terapi Behaviour

Tujuan terapi behavior adalah untuk mrmbantu klien membuang respon-respon lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon baru yang lebih sehat.60

Tujuan umum terapi tingkah laku yaitu menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptive. Jika tingkah laku neurotic learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh.

Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang didalamnya terdapat respon-respon yang layak, namun belum dipelajari.61 Misalnya, tujuan menghapus rasa malas dalam belajar menjadi semangat bisa dipecahkan kedalam beberapa subtujuan yang lebih konkret sebagai berikut: (1) Membantu klien untuk menghilangkan rasa malas belajar menjadi bersemangat, (2) membantu klien dalam proses belajar yang lebih efektif dan bisa memperbaiki prestasinya, (3) konflik batin yang menghambat klien dari membuat putusan-putusan yang penting bagi kehidupannya.

60

Sofyan S. Willis, Konseling Individual, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 71. 61

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Eresco, 1997), hal. 199-201.


(60)

c. Fungsi Terapi Behaviour

Salah satu fungsi lainnya adalah peran terapis sebagai model bagi klien. Sebagian besar proses belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengalaman terhadap tingkah laku orang lain. Salah satu proses fundamental yang memungkinkan klien bisa mempelajari tingkah laku baru adalah imitasi dan percontohan sosial yang disajikan oleh terapis. Terapis menjadi pribadi model yang penting bagi klien karena selain memandang terapis sebagai orang yang patut untuk diteladani, klien juga acapkali sering meniru sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah laku terapis, jadi terapis harus menyadari peranan penting yang dimainkannya dalam proses identifikasi. Bagi seorang terapis, tidak menyadari kekuatan yang dimilikinya dalam mempengaruhi dan membentuk cara berfikir dan bertindak kliennya, berarti mengabaikan arti penting kepribadiannya sendiri dalam proses terapi.62

Pada umumnya konselor yang mempunyai orientasi behavioral yang bersikap aktif dalam sesi-sesi konseling. Klien belajar, menghilangkan atau belajar kembali bertingkah laku tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasihat, pemberi

62

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Pt. Eresco, 1997), hal. 204.


(61)

dukungan dan fasilitator. Ia juga bisa memberi intruksi atau mesupervisi orang-orang pendukung yang ada dilingkungan klien yang membantu dalam proses perubahan tersebut. Konselor behavioral yang efektif beroperasi dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan klien dalam setiap fase konseling.63

d. Ciri-ciri Terapi Behaviour

Terapi behaviour berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh: (1) Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (2) kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment, (3) perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah, (4) penafsiran objektif atas hasil-hasil terapi.64

e. Teknik-Teknik Terapi Behaviour

Berikut ini teknik-teknik yang dilakukan dalam proses terapi behaviour:

1). Desensitisasi

Teknik ini merupakan satu terapi perilaku yang dipergunakan untuk mengatasi fobia. Fobia sendiri diartikan sebagai ketakutan tak berdasar kepada hal-hal yang bagi sebagian besar orang lain tidak menakutkan. System desensitisasi membantu mereka yang terserang fobia dan gangguan kecemasan yang lain, termasuk bagi mereka yang

63

Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: UI Press, 2008), hal. 196. 64

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Eresco, 1997), hal. 196.


(62)

memiliki mental blok untuk segera terbebas dari hal buruk tersebut. Teknik desensitisasi mengajak kita melakukan relaksasi, sehingga dengan pikiran yang benar-benar rileks kita bisa menghadapi dengan segala ketentuan tak penting menjadi sebuah hal yang wajar terjadi.65 2). Exposure and Response Prevention (ERP)

Teknik ini biasa digunakan pada mereka yang seringkali lari dari permasalahan. Menghindari permasalahan bukan cara terbaik untuk terbebas dari masalah tersebut. Oleh karena itu terapi ini, mengedepankan teknik menghadapi setiap permasalahan yang timbul dan menjadi beban dalam kehidupan seseorang. Teknik ini dinamakan dengan strategi coping yaitu cara untuk mengkontrol situasi diri sendiri dan lingkungan sekitar agar tidak lagi menimbulkan kecemasan berlebihan dan mengganggu aktifitas untuk mencapai kesuksesan.66 3). Modifikasi Prilaku

Teknik ini bermanfaat untuk merubah prilaku yang tidak diiginkan menjadi perilaku yang diinginkan atau yang miliki dampak positif. Modifikasi prilaku dilakukan dengan cara memberikan penguatan positif (reward) dan penguatan negatif (punishment). Reinforcement (penguatan) terhadap perilaku positif dan negatif bisa dilakukan oleh diri sendiri dan orang lain seperti melakukan pujian,

65

Afin Murtie, Soul Detox, (Yogyakarta: Scritto Books Publiser, 2014), hal. 146-147. 66


(63)

memberi hadiah dan keuntungan lainnya. Pemberian hadiah ini bisa diberikan kepada klien berupa barang atau benda yang ada hubungannya dengan hobi yang dia senangi, Misalnya klien mempunyai kebiasaan otomotif dan kerajinan tangan tangan, disini konselor bisa memberikan hadiah berupa, alat-alat yang ada hubungannya dengan otomotif untuk mengotak-atik sepeda atau bisa memberikan hadiah barang yang bisa dijadiakan alat untumengerjakan kerajinan tangan yang biasanya klien lakukan. Dengan dilakukannya hal tersebut bisa memberikan motivasi atau seangat baru bagi si klien untuk merubah dari prilaku yang negatif menjadi positif.67

4). Flooding

Teknik biasanya digunakan oleh psikiater atau psikolog dalam menghadapi klien yang mengalami fobia. Teknik ini menempatkan klien bersama obyek fobia yang selama ini ditakutinnya. Mereka yang takut tinggi akan diajak ketempat-tempat yang tinggi. Dengan menghadapi obyek penyebab ketakutan secara langsung maka seorang mengalami fobia akan terbiasa.68

5). Aversi

Teknik ini telah digunakan luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik. Melibatkan pengasosiasian

67

Afin Murtie, Soul Detox, (Yogyakarta: Scritto Books Publisher, 2014), hal. 148. 68


(64)

tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemuculannya. Stimulus-stimulus aversi biasannya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pembuat ramuan yang membuat mual. Kendali aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuatan positif atau penggunaan berbagai bentuk hukuman.69

6). Asertif

Penggunaan teknik ini biasannya dilakukan kepada klien yang tidak memiliki kepercayaan diri. Seseorang yang tidak mampu menunjukkan emosi saat seharusnya dia marah, seseorang yang selalu mengala kepada orang lain sehingga sering ditipi, atau seseorang yang bertingkah sopan secara berlebihan sampai membuat orang lain merasa jengah. Teknik ini membutuhkan bantuan orang lain yang berperan sebgai diri seseorang yang bermasalah dan seseorang yang bermasalah berperan sebagai seseorang yang menekannya. Hal ini bertujuan sebagai pembelajaran bagi klien agar mampu menghadapi gangguan yang merugikan dirinya sendiri.70

7). Operant Conditioning

Menurut Skinner dalam bukunya Gerald Corey, jika suatu tingkah laku diganjar, maka probabilitas kemunculan kembali tingkah

69

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Eresco, 1997), hal. 215-216.

70


(65)

laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip perkuatan yang menerangkan pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusan pola-pola tingkah laku merupakan inti dari pengondisian operan.71

3. Reward and Punishment

Reward and punishment merupakan satu rangkaian yang dihubungkan dengan pembahasan reinforcement yang diperkenalkan oleh Thorndike dalam observasinya tentang trial and eror sebagai landasan utama reinforcement tingkah laku atau perbuatan individu semakin menguat, sebaliknya reinforcement tingkah laku tersebut semakin melemah. Reward and punishment merupakan dua bentuk metode untuk memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya.

Reward bisa menggabungkan perbuatan dan kelakukan seseorang dengan perasaan bahagia, senang dan biasanya akan membuat mereka melakukan perbuatan secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi untuk meningkatkan prestasinya. Sedangkan punishment suatu metode yang bisa menimbulkan rasa tidak senang seseorang pada suatu konsekuensi dari akibat perbuatan yang dilakukan, sehingga tidak akan melakukan perbuatan yang tidak baik lagi.72 Dalam penelitian ini, metode reward and punishment diaplikasikan dalam

71

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Eresco, 1997), hal. 219.

72

Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990) hal. 117.


(1)

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward

berbasis hobi dan punishment dalam menangi malas belajar seorang siswa didesa baron lor Kec. Dukun Kab. Gresik. Adalah dengan mengikuti langkah-langkah yang ada dalam proses bimbingan konseling islam. Langkah konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, disini konselor mengumpulkan data dari teman kelas klien sekaligus teman dekat, guru kelas klien,danibu klien,agar bisa mengenal lebih dalam kasus dan masalah-masalah yang dihadapi klien, langkah kedua adalah sintesis, yaitu langkah mengorganisir data dari hasil analisis kasus kemudian dipelajari dan diteliti dengan cermat, setelah dikaji dan diteliti dengan cermat.

Data tersebut dikonfirmasikan dengan data dari para informant yakni teman kelas klien sekaligus teman dekat klien, guru kelas klien, dan ibu klien untuk mendapatkan gambaran mengenai sebab yang menjadikan timbulnya masalah pada klien. Langkah ke dua ini konselor mencoba untuk menggabung-gabungkan permasalahan yang dihadapi klien melalui beberapa informant. Langkah konselor yang ke tiga adalah pengambilan atau penetapan kesimpulan


(2)

137

Dalam langkah ini konselor menggunakan teknik reward berbasis hobi dan

punishment untuk membantu klien keluar dari permasalahannya, adapun langkah untuk membantu klien dalam teknik reward berbasis hobi dan

punishment:

Membantu Klien keluar dari persepsi yang kurang irrasional, Memberikan motivasi kepada klien agar dapat menilai perilakunya dan dapat merubah sikapnya, Membantu Klien untuk merumuskan perbuatan apa yang akan dilakukan, ikut terlibat mencari kehidupan yang baik dalam pencarian ilmu, dengan memberikan reward atau hadiah yang berbasis hobi dengan tujuan agar klien mempunyai motivasi untuk pergi kesekolah dan belajar lebih baik lagi.

Hadiah akan diberikan apabila klien sudah bisa melakukan punishment dengan baik. Berikut tahapan dalam memberikan reward berbasis hobi (1) memberikan hadiah sesuai dengan kesenangan klien, (2)menunjukan hadiah yang ingin diberikan, (3)memeberikan hadiah apabila klien sudah melakukan hal yang telah diberikan konselor, (4)memberikan reward atau hadiah yang berbasis hobi kepada klien. Kemudian bentuk punishment yang diberikan konselor dalam bentuk peraturan sebagai berikit: (1) tata tertip, (2) anjuran dan paksaan, (3)larangan (4) paksaan, (5) disiplin.

Yang Terakhir adalah follow up sekaligus mengevaluasi tindakan klien dengan melihat perubahan-perubahan yang ada pada klien, yang didapat berdasarkan


(3)

138

pernyataan klien, teman kelas sekaligus teman deket klien, guru kelas klien, dan ibu klien.

2) Hasil Akhir Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konselin Islam dengan teknik

reward berbasis hobi dan punishment seorang siswa didesa baron loro kec dukun kab gresik. Dikategorikan cukup berhasil Hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase sebanyak 70%. klien sudah mulai aktif untuk pergi kesekolah, tidak pernah pulang pada saat jam istirahat, sudah mulai mau menggerjakan tugas kelompok atau pekerjaan rumah, mendengarkan guru ketika sedang menjelaskan pelajaran tanpa harus meninggalkan kebiasaan atau hobi yang dikerjakan serta juga bisa melakukan hobinya tersebut dengan lebih baik lagi tanpa harus mengganggu jam belajar.

B.Saran

Setelah melaksanakan proses konseling demikian adalah saran yang dapat dibuat sebagai berikut:

1. Bagi klien supaya bersikap lebih baik, menjadi pelajar yang baik serta merai prestasi yang cemerlang aga bisa menjadi seseorang yang sukses dan mempunyai minat untuk sekolah dan juga mempunyai motivasi dalam melakukan proses belajarr agar lebih bersemangat dan mempunyai tujuan. Dan juga melakukan kebiasaan atau hobi yang baik tanpa harus melalaikan kewajiban sebagai seorang siswa.


(4)

139

2. Bagi konselor, apabila menghadapi masalah yang sama seperti kasus yang diangkat oleh peneliti, sebaiknya konselor menggunakan jangka waktu yang lebih lama agar pelaksanaan proses konseling lebih efektif.

3. Bagi pembaca pada umumnya untuk tidak menjadikan masalah sebagai beban,

karena Setiap manusia diberikan coba’an oleh Allah SAW sesuai dengan kemampuannya hambanya masing-masing, dan Allah akan memberikan solusi yang terbaik. Maka dari itu tetaplah semangat menjalani kehidupan dan melakukan yang terbaik bagi nusa, bangsa dan agama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amir Munir Samsul, Bimbingan dan Konseling Islam. 2010. Jakarta: Amzah. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. 2010. Bandung: Alfabeta.

Bungin Burhan, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif.2001. Surabaya: Universitas Airlangga.

Deddy Mulyuna, Metodologi Penelitian Kualitatif. 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. 2006. Jakarta: Rineka Cipta. Djumhur dan M. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah (Bandung: CV.

Ilmu, 1975).

Faqih Rahim Aunur, Bimbingan dan Konseling dalam Islam. 2001. Yogyakarta: UII Press, cet kedua.

Hawadi -Akbar Reni, Psikilogi Perkembangan Anak. 2001. Jakarta: PT Grasindo. Hurlock B Elizabeth, Perkembangan Anak, Alih Bahasa Med. Meitasari Tjandra

Dalam Child Development. 1978. Jakarta: TP. Erlangga. Hakim Thursan, Belajar secara Efektif. 2002. Jakarta: Puspa Swara.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial

(Jakarta: Bumi aksara, 1995).

Indrakusuma Daien Amir, Pengantar Ilmu Pendidikan. 1973. Surabaya: Usaha Nasional.

Maslow H Abraham, Motivasi dan Kepribadian. 1984. Jakarta: PT. Gramedia. M Jhon, Echols dan Shadily Hasan, Kamus Bahasa Inggris Indonesia. 1996.

Jakarta: Gramedia.

Moleong J Lexy., Metode Penelitian Kualitatif. 2009. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis (Yogyakarta: BPFE, 1995).

Purwanto Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. 1985. Bandung: Ramadja Karya.


(6)

Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011. Suyanto Agus, Psikologi Umum. 1993. Jakarta: Aksara Baru.

Suharsimi Arikunto, Teknik Belajar yang Efektif. 1990. Jakarta: PT Rineka Cipta. Shadily Hasan dan M Echols Jhon, Kamus Bahasa Inggris Indonesia. 1996.

Jakarta: Gramedia.

Slameto, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah, Terjemahan oleh Nor Hasanuddin. 2008. Jakarta: Pena Pundi Aksara.

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. 2011. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sumanto Wasty, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan.1990. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syah Muhibbin, Psikologi Belajar. 2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. 2006.

(Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011).

Sudirman A.M, Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. 2014. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

WJS Pooerwadarminta, Kamus Besar Indonesia. 1985. Jakarta: Balai Pustaka.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Reward dan Punishment terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran di SD Islam Al-Fajar Villa Nusa Indah Bekasi

1 7 0

Pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa SMP Islam Plus Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan

11 92 154

Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Shalat Tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik.

3 22 135

PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK RELAKSASI DALAM MENANGANI STRES PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN : DESA BABAK BAWO DAN DESA BARON KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK.

0 3 120

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SEORANG ANAK DI DESA GUMENG BUNGAH GRESIK.

6 42 114

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENUNTASKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEORANG SISWA DI MTS MA’ARIF RANDEGANSARI DRIYOREJO GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN STRATEGI RESTRUKTURING KOGNITIF UNTUK OPTIMALISASI BELAJAR SEORANG SISWA KELAS VIII DI MTS NURUL HUDA SAWO DUKUN GRESIK.

0 3 110

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK.

0 3 114

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING UNTUK MENGATASI ONLINE SHOP ADDICT : STUDI KASUS SEORANG WARGA KELURAHAN MAGERSARI DI SIDOARJO.

0 0 109