Peran Anak dalam Pembangunan Ekonomi Nur S. Buchori

Peran Anak dalam Pembangunan Ekonomi
Nur S. Buchori

Abstract: This paper describes t he role of children in econom ic developm ent . The
aut hor t ries t o explain about t he value of children and econom ic
developm ent are discussed by Peter H. Lindert in his book " Child Cost s
and Economic Development " as w ell as add som e source ot her t han
dem ography researchers about the role of children in t he perspective of
econom ic development t hrough t he approach t o child labor force
part icipation. From t his paper can be seen t hat t he role of children in
econom ic development has a close relationship. That t he cost of child
affect fertilit y and fert ilit y influence child developm ent. Ie the higher t he
populat ion grow t h increasingly affect t he rat e of econom ic grow t h.
Increased levels of econom ic developm ent also has an impact on
low ering fert ility rat es.

Pendahuluan
Pembangunan ekonomi pada dasarnya bert ujuan unt uk kesejaht eraan
dan kem akmuran, nam un kit a juga
t idak dapat menut up m at a oleh suat u
kenyat aan yang m enunjukan bahw a

pem bangunan selam a ini disam ping
m em buat sejaht era dan m akm ur
penduduk juga meninggalkan banyak
orang yang sering disebut kelom pok
orang yang t idak berunt ung at au
t erim bas dam pak negat if oleh adanya
pem bangunan. Salah sat u kelom pok
orang yang t erkena at au sebagai
kelom pok yang t idak berunt ung
adalah anak. Anak yang m erupakan
m odal
pem bangunan
mest inya
m em punyai nilai yang t inggi dalam
pem bangunan ekonomi sebagai suat u
sum berdaya m anusia. Peran anak

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

lebih m erupakan suat u konsep yang

m em iliki
berbagai
perm asalahan
kom pleks, karena selalu berubahubah sesuai dengan perubahan
norm a
sosial
ekonom i
dan
kebudayaan yang berlaku disuat u
negara. Bahkan set iap orang t ua yang
m em punyai
anakpun
memiliki
pandangan yang berbeda m engenai
peran anak, karena peran anak
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan,
norm a sosial dan fakt or kepribadian
seseorang.
Penulis m encoba mem aparkan
seput ar nilai anak dan Pem bangunan

ekonomi yang dibahas oleh Pet er H.
Lindert dalam bukunya ” Child Cost
and Economic Development ” sert a
m enam bahkan beberapa sum ber dari
para peneliti dem ographi lainnya

37

seput ar peran anak dalam perspektif
pem bangunan
ekonom i
melalui
pendekat an part isipasi angkat an kerja
anak. Sehingga dapat diket ahui
pengaruh anak t erhadap pem bangunan ekonomi baik di t ingkat yang
lebih besar (m akro) at au dit ingkat
keluarga. Oleh karena it u t ulisan ini
akan m em aparkan pem bangunan
ekonomi yang m elibat kan partisipasi
angkat an kerja anak baik dipasar kerja

m aupun di dalam rum ah t angga
Peran anak dim at a pem bangunan
ekonomi merupakan sesuat u yang
m em iliki cakupan perm asalahan yang
sangat
kom pleks karena selalu
berubah-ubah sesuai dengan perubahan norm a sosial ekonom i dan
budaya yang berlaku disebuah daerah
at au negara. Pada prinsipnya ada dua
m acam penilaian t ent ang anak dalam
perspekt if pem bangunan ekonomi,
yait u nilai positif dan nilai negatip.
Pembangunan ekonomi sendiri lebih
banyak dipengaruhi tingkat perumbuhan penduduk terut am a jika laju
pert um buhan penduduk t idak sam a
dengan laju pert umbuhan ekonom i
suat u negara. Oleh karenanya Transisi
Fert ilit as m erupakan suat u kat a kunci
dalam pem bangunan ekonom i sebuah
negara.

Pembahasan peran anak dalam
pem bangunan ekonom i ini t idak lepas
dari cara pandang orang t ua dalam
m em posisikan
anak
dalam
keluarganya yang dit unjukan dengan
part isipasi pekerja anak baik di pasar

38

kerja m aupun dalam rum ah t angga
m ereka sert a sert a kait annya dengan
m asalah fert ilit as .
Anak Dimata Orang Tua
Penelit ian
mengenai
anak
dikalangan orang t ua t elah banyak
dilakukan para peneliti sejak t ahun

1970 an. Soegit o seorang peneliti di
Banyumas m enem ukan bahw a alasan
ut am a unt uk m em punyai anak adalah
unt uk melanjut kan ket urunan, lebih
m em perkuat ikat an suam i ist eri,
m em bant u pekerjaan rum ah t angga
dan sebagai jam inan dihari t ua.
Faw chet t dan Arnold dalam Edeng H
Abdurahm an
(1992) m engat akan
bahw a orang t ua pada um um nya
m em punyai pandangan bahw a anak
m erupakan penerus kebudayaan,
sem ent ara unt uk sebagian orang t ua
yang lain, anak dapat m erupakan
sum ber t erjadinya perubahan (Agen
of change) pada gaya hidup dan
st rukt ur sosial. Anak m ungkin dihargai
dan dinilai sebagaim ana adanya at au
m ungkin dipandang sebagai alat yang

m engunt ungkan secara ekonomis dan
alat unt uk penerus nam a keluarga.
Saefullah (1990) m eneliti di daerah
Cibodas memperlihat kan hasilnya
bahw a keunt ungan m em punyai anak
lebih
dilihat
secara
ekonom i
khususnya
unt uk
m em bant u
pekerjaan rum ah t angga. Sem ent ara
it u M ayer dan Singarim bun (1981)
yang m enelit i anak dikalangan Orang
t ua Jaw a dan Sunda, menem ukan

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

bahw a

orang
tua
jaw a lebih
m em entingkan keuntungan m at eril
dari anak sedangkan orang t ua Sunda
lebih m em entingkan pada keunt ungan psikologis.
Pada prinsipnya ada dua m acam
nilai anak dalam perspektif sifat , yait u
nilai posit if dan nilai negat ip. Nilai
posit f diperlihat kan dalam perasaan
puas
karena
m em iliki
anak
disebabkan
adanya
keunt ungan
keunt ungan ant ara lain :
1.
Keunt ungan Em osional sepert i kebahagiaan, kecintaan m aupun

penerus ket urunan. Tidak sedikit dari
para orang t ua m erasa bahagia
m anakala
m em iliki
penerus
ket urunan
2.
Keunt ungan Ekonomi misalnya bant uan ekonomi at aupun
m enjam in hari t ua
3.
Keunt ungan
Sosial
yait u
berhasil m em bent uk w at ak dan
kepribadian anak, dan lain-lain proses
sosialisasi anak.
Sem ent ara it u nilai negat if anak
dit unjukan dalam berbagai m acam
beban yang dirasakan at au yang
diderit a orang t ua karena memiliki

anak. Beban-beban ini adalah :
1.
Beban
perasaan
yang
dit unjukan seperti rasa t akut kalau
anak sakit , nakal, m erusak barangbarang dan alat -alat rum ah t angga.
2.
Beban Ekonomi, misalnya
pengeluaran biaya-biaya peraw at an,
pem eliharaan
anak,
pendidikan,
kesehat an dan lain-lain.

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

3.
Beban Ruang dan Gerak
yait u

m em bat asi
kegiat an
dan
kesem pat an
dalam
berm acam m acam akt ifit as sosial, ekonomi,
rekreasi dan lain-laina.
4.
Beban
Fisik,
t erut am a
m enam bah pekerjaan dan
5.
Beban
Kem asyarakat an,
yait u menam bah jum lah penduduk
dalam m asyarakat nya.
Apapun cara pandang orang
t ua t erhadap anak past i berpengaruh
t erhadap pola hidup, perilaku dan
cara pandang seperti ini dan
t erkont am inasi oleh pem bangunan
negara yang juga sangat berpengaruh
pada orang t ua dan anak dalam
keluarga dan lingkungannya. Kenyat aan m em ang m enunjukan bahw a
kelahiran seorang anak ada yang
sangat dit unggu-t unggu sem ent ara
banyak pula yang lahir t anpa
dikehendaki (unw ant ed pregnancy).
Ada anak yang sangat dicint ai,
dilindungi dan bahkan dim anja,
sem ent ara yang lain di eksploit asi dan
bahkan disiksa sepert i kasus Ari
hanggara, juga beberapa berit a
elekt onik
m aupun
cet ak
yang
m em berit akan kekejam an orang t ua
t erhadap anaknya.
Sangat ironis bahw a posisi anak
sebagai m odal dasar pem bangunan
m asa depan m alah dieksploit asi,
disiksa, dan
t erpinggirkan
oleh
dam pak pem bangunan it u sendiri.
Seharusnya anak dipandang sebagai
m odal pem bangunan

39

Secara kult ural, anak-anak yang
bekerja dianggap bukan suat u hal
yang aneh, karena anak-anak yang
bekerja
sebenarnya
m erupakan
bagian dari proses sosialisasi nilai-nilai
kebudayaan tempat anak-anak t ersebut berkem bang. Pem bangunan
ekonomi bert ujuan unt uk kesejaht eraan dan kem akm uran, nam un
demikian t idak m enut up kem ungkinan
pem bangunan
ekonom i
disam ping unt uk kesejahteraan dan
kem akm uran t erdapat orang-orang
yang t erim bas dam pak negatif karena
adanya pem bangunan ekonomi it u
sendiri. Salah sat u kelom pok orang
yang t erkena im bas pem bangunan
ekonomi t ersebut adalah para pekerja
anak. Dalam era globalisasi, pekerja
anak m enjadi isyu yang sensit if. Di
Negara-Negara
m aju
dit erapkan
sangsi perdagangan kepada negara
yang berkem bang yang menggunakan
pekerja anak dalam proses produksi
suat u barang. Sement ara di NegaraNegara berkem bang kerap m enjadikan pekerja anak sebagai sebagai
salah sat u pemenuhan kebut uhan
produksinya untuk m encapai keunt ungan yang m aksim al. Konvensi ILO
no. 182/ 1999 mengenai Worst Form
Of
Child
Labour
Convent ion
m encerm inkan kepedulian dan konsensus int ernasional unt uk m enghapus pekerja
anak.
Indonesia
m erat ifikasi
Konvensi
ILO
ini
m engenai pelarangan dan tindakan
segera penghapusan bent uk-bent uk

40

pekerjaan t erburuk unt uk anak.
Dengan m erat ifikasi konvensi ini
berarti Indonesia t erikat dengan
konvensi it u dan w ajib m enjalankan
isi konvensi
Konsep
” bekerja”
disini
sebenarnya m empunyai art i yang
cukup luas jika diterapkan t erhadap
anak-anak. Bekerja bisa berart i
m em bant u menyelesaikan pekerjaan
rum ah (dom estic w ork), disaw ah at au
ladang, at au unt uk memperoleh
upah. Konsep bekerja juga berart i
bekerja di perusahaan. At au dalam
kondisi lebih ekst rem , anak-anak
bekerja karena dijual orang t uanya
unt uk bekerja disuat u t em pat . Jenis
pekerjaan ini bisa disebut eksploit atif
jika anak-anak bekerja m ulai usia dini
dengan jam kerja yang panjang at au
pekerjaan yang secara fisik
dan
psikologis membebani anak sehingga
m engganggu perkembangan anak
(Groot aert
dan
Kanbur
1995).
Berdasarkan difinisi bekerja yait u
penduduk usia dibaw ah 15 t ahun
yang
akt if
secara
ekonomi,
berdasarkan dat a dari 124 Negara
(diakui underist em ate oleh ILO)
t erdapat 78,5 jut a anak-anak yang
akt if secara ekonom i unt uk t ahun
1990. UNICEF m em perkirakan ada 80
jut a anak-anak usia 10 -14 t ahun yang
bekerja dengan jam kerja panjang
yang m engganggu perkem bangan
anak. M enurut Anker (2000), jum lah
pekerja anak diseluruh dunia adalah
250 jut a. Angka ini m erupakan

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

est im asi
karena
dinegara-negara
berkem bang dat a yang baik t ent ang
pekerja anak sulit didapat. Nam un
demikian, berapapun jum lah pekerja
anak, perlu mendapat perhat ian
karena anak-anak m erupakan sum ber
daya
yang
penting
dim asa
m endat ang. Bent uk perhatian ini
dapat difokuskan pada pert umbuhan
dan perkem bangan Anak-Anak. Anakanak akan t um buh dan berkembang
m ereka m em butuhkan penget ahuan
dan
ketram pilan
agar
m enjadi
m anusia yang produktif. Penget ahuan
dan Ket ram pilan dapat diperoleh
disekolah form al, informal, non
form al m aupun m elalui pengalam an
bekerja (belajar mandiri, t anggung
jaw ab). Anak-anak yang bekerja
sam bil sekolah perlu diperhatikan
karena
akan
m em pengaruhi
kehadirannya
di
sekolah
juga
m enggagu proses belajar mengajar.
Anker m enyarankan bahw a anak yang
bekerja sam bil sekolah sebaiknya
bekerja 2 – 3 jam sehari at au sekit ar
15
jam
sem inggu.
Dari
hasil
penelit iannya t erlihat bahw a semakin
banyak jam unt uk bekerja, prest asi
belajar anak disekolah semakin
m enurun.
Dibeberapa
negara
berkem bang keberadaan
sekolah
kurang m enarik bagi anak-anak dan
orang t ua dari kelom pok miskin
karena buruknya kualit as pendidikan
dasar. Dalam hal ini jenis pekerjaan
ringan dan tidak berbahaya bagi anakanak dapat m enyum bang proses

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

pem belajaran dan ket ram pilan anakanak. Berkait an dengan kualit as
pendidikan dasar, bagi orang t ua dari
kelom pok m iskin jika dihadapkan
pada pilihan : m enyekolahkan anak,
m em biarkan anak ” m enganggur” at au
bekerja, m aka secara rasional orang
t ua lebih suka menyuruh anaknya
unt uk bekerja. Berbeda dengan kasus
anak perem puan. Banyak anak-anak
perem puan bekerja m em bantu orang
t ua dengan jam kerja yang panjang
sehingga m ereka tidak
sem pat
m enikm ati sekolah. Padahal m enurut
difinisi angkat an kerja anak-anak ini
dikat agorikan sebagai yang tidak
bekerja.
Fertilitas dan Permasalahannya
Banyak
pihak
yang prihat in
t erhadap pertum buhan penduduk
yang begit u cepat di negara-negara
berkem bang
berharap
dan
berkeinginan agar pem bangunan ekonom i bisa m enjadi suat u kontrasepsi
yang efektif. Jika dem ikian, m aka
kebijakan kependudukan dapat m embat asi dirinya hingga kebebasan
propaganda m ensubsidi
keluarga
berencana (KB) dan alat -alat kont rasepsi.
Saat
pengalam an
m em perlihat kan bahw a programprogram
KB hanya m engurangi
fertilit as (kesuburan) dengan cara
yang sangat sederhana saat t idak
m enginginkan keluarga besar, t ugas
m engurangi ukuran keluarga yang
diinginkan
dapat
ditinggalkan

41

sehingga berbagai kebijakan tinggal
m engarah
kepada pem bangunan
ekonomi. Dengan m em bant u perkembangan pendidikan, indust rialisasi,
peningkat an
pendapat an,
dan
pem berdayaan perem puan di luar
rum ah,
kebijakan
pem bangunan
um um akan dapat dilaksanakan
dengan cepat dan efisien unt uk
m engurangi fert ilit as. Tet api jika
pem bangunan ekonom i gagal dilaksanakan dengan cepat dan pengurangan fertilit as t ert ahan, m aka
negara-negara berkem bang akan
m em iliki lebih banyak alasan unt uk
m em pert im bangkan
t indakant indakan pencegahan kelahiran yang
lebih
keras
seperti
tindakan
pencegahan (disinsentif) kelahiran
ket at pada t ahun 1972-1973 at au, di
luar semuanya, st erilisasi w ajib. Nilainilai sosial unt uk t indakan ini harus
dipengaruhi oleh keunt ungan sosial
yang dirasakan dari pengurangan
fertilit as yang lebih cepat sebagai
sarana m em perkecil kem acet an dan
perbedaan pendapat an.
Ada suat u kesepat akan um um
bahw a pem bangunan ekonomi pada
akhirnya akan m encegah kelahiran,
baik dengan m eningkatkan penyediaan alat
kont rasepsi m aupun
dengan
meningkat kan
m ahalnya
biaya anak-anak t am bahan. Dengan
m engabaikan pendapat t am bahan
George St igler yang m engat akan
bahw a “ t idak ada sepuluh alasan
bagus unt uk apapun,” kit a dapat

42

m em buat
daft ar-daft ar
panjang
m engenai berbagai alasan um um
m engapa pem bangunan ekonom i
m em buat anak-anak tam pak begit u
banyak memiliki nilai dan kurang
m enjadi
aset
ekonomi.
Perkem bangan ekonomi m enarik para
w anit a
keluar
rum ah
yang
m em berikan m ereka perasaan lebih
ingin m engendalikan hidup m ereka
sendiri, m emberikan akses lebih
banyak ke inform asi m engenai
kont rasepsi,
dan
mempertinggi
perasaan
bahw a
m ereka
akan
kehilangan pendapat an jika memiliki
anak.
Perkem bangan
ekonom i
m enarik anak yang lebih t ua unt uk
bekerja
dan
sekolah
sehingga
m engurangi
kont ribusi
ekonom i
langsung kepada rum ah t angga
orangt ua m ereka. Hal ini juga
m eningkat kan
kesadaran
para
pasangan bahw a m obilitas sosial
bergantung
pada
pengeluaran
keluarga per kapit a yang akan
m enurun karena terpakai m em biayai
kelahiran anak t am bahan. “ Aspirasi
pem akaian”
m ereka
m enjadi
m eningkat baik oleh pert um buhan
ekonomi it u sendiri m aupun oleh
pengeksposan besar-besaran barangbarang m ew ah. Pengeksposan ini
dibant u oleh migrasi dari pert anian
dan perkebunan ke kot a, oleh
indust rialisasi, dan oleh pendidikan.
Anak-anak menjadi kurang berharga
sebagai jaminan hari t ua karena
perkem bangan pasar m odal dan

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

jam inan sosial m em berikan cara-cara
yang lebih m urah kepada orang t ua
unt uk m em ast ikan bahw a diri m ereka
m em iliki sokongan biaya hidup dihari
t ua. M obilit as geografis yang lebih
besar m enempat kan keluarga kerabat
pada keluarga int i yang meningkat kan
biaya
dan
kesulit an
m engat ur
peraw at an
anak
t am bahan.
Sem ent ara
it u,
pengurangan
m ort alit as bayi dan anak m enurunkan
angka kelahiran
penting unt uk
m encapai jum lah anak yang bert ahan.
Dalam
penelaahan
t erhadap
penelit ian para ekonom dem ografer
m enjelang t ahun 2000 m enyim pulkan
bahw a
” pertum buhan
penduduk
m em punyai hubungan kuat , negatif
dan
signifikan
t erhadap
laju
pert um buhan ekonomi. Penurunan
Fert ilit as yang pesat m em berikan
kont ribusi yang relevan t erhadap
penurunan kemiskinan. Kondisi ini
m em berikan kesan kuat bahw a
fertilit as tinggi di negara berkembang
selam a ini ternyat a merupakan salah
sat u sebab dari kemiskinan yang t erus
m enerus baik dalam t ingkat keluarga
m aupun
dalam
t ingkat
m akro
(Birdsall, Kelley dan Sinding eds,
2001). Kelly dan Schm idt (2001)
m engembangkan m odelnya sendiri
dengan
m engaplikasikan
ham pir
sem ua ukuran-ukuran yang pernah
dipakai oleh para pakar ekonom
dem ografer sepert i : St udy Baro dan
Lee 1993, Barro dan Lee, 1996,
Gast il,1991, UN 1996, WB 1997 dll.

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

Dalam st udy dan persam aan Kelley
m elihat dampak perubahan penduduk
t erhadap pertum buhan ekonomi.
Kelley dan Schm id m engem ukakan
bahw a penurunan fert ilit as dan
m ort alit as
m asing-m asing
telah
berpart isipasi sebesar 22 persen
dalam m eningkat kan pert um buhan
out put , at au kurang lebih sam a
dengan 21 persen dari 1,5 persen
rat a-rat a pert um buhan perkapit a
out put selam a periode t ersebut.
Penafsiran
pert am a
m engenai
fertilitas yang
t inggi
sepanjang
pem bangunan
aw al
m enam pilkan
fakt a
t hreshold
(ambang)
kesadaran
ekonomi ;
M enurut pandangan ini, yang lebih
bersifat
sam ar
dalam
lit erat ur
daripada sebagai bant ahan yang jelas,
para pasangan
t idak m engat ur
fertilit as m ereka kecuali dalam
m em enuhi
perat uran
tradisional
m engenai
pernikahan, hubungan
suam i ist ri, dan m enyusui. Aw al
penyebaran
nilai-nilai
m oderen
m em iliki sedikit pengaruh pada
prakt ek
pem bent ukan
keluarga,
m ungkin bahkan di kalangan m ereka
yang t erpelajar, pindah dan t inggal di
kot a, hidup m ereka lebih m akm ur.
Apakah anak-anak m enjadi lebih
bernilai at au t idak, at au lebih
berharga at au tidak, sebenarnya
secara sederhana t idak relevan
karena t idak dirasakan. Hanya set elah
proses
pem bangunan
melalui
beberapa para pasangan suami-istri

43

m em ikirkan m asalah biaya dan
kepent ingan anak-anak sebagai suat u
yang m em pengaruhi t ingkah laku
m ereka, dan pada saat it ulah anakanak pada kenyat aannya m enjadi
lebih m ahal unt uk dibiayai, t erlebih
m erupakan bagian dari kesulit an
unt uk
m encapai
aspirasi-aspirasi
baru.
Pandangan
ini
t idak
m engandung cara yang jelas unt uk
m em prediksikan
kelom pok
at au
m asyarakat m ana yang akan lebih
lam a m encapai t ingkat kesadaran
ekonomi, kecuali m ungkin dengan
m em balikkan definisi pem bangunan
sehingga
sesuai dengan aw al
jat uhnya fert ilit as dalam sem ua kasus.
Hal ini sepert inya juga bert ent angan
dengan bukt i lain yang menyat akan
bahw a di m asyarakat tradisional
sekalipun, para keluarga m erespon
kesem pat an-kesem pat an
ekonom i
dan melihat anak-anak lebih kepada
hubungan ekonom i. Nam un, cara
yang
tidak
beralasan
unt uk
m enjelaskan kelam bat an penurun
fertilit as adalah cara yang tidak
disangkal at au tidak dianggap salah
oleh uji coba penent uan apapun.
Penafsiran kedua adalah t erkadang
kelam bat an
digabungkan
dengan m odel t erkini pem bangunan
dem ografis oleh Riad Tabbarah dan
Richard Est erlin. M odel ini m engident ifikasikan dim ana pergan-t ian
fertilit as dari yang dit et apkan oleh
suplai anak (at au “ out put pot ensial
anak” ) dengan yang diarahkan ke

44

baw ah oleh penurunan t unt ut an
unt uk anak-anak. Pada penafsiran ini,
Homo economicus t idak lahir setelah
pem bangunan t elah berlanjut. Dia
sudah
ada
dalam
m asyarakat
t radisional dan pada fase aw al
m odernisasi. Nam un, pada susunan
aw al ini para pasangan m elihat bahw a
anak-anak cukup berm anfaat sehingga m ereka m enginginkan keluarga
yang lebih besar daripada yang dapat
m ereka capai. M anfaat at au keunt ungan
yang
dirasakan
t idak
disebut kan sebagai ekonom is at au
non ekonomis, t et api pem bat as aw al
pada fertilit as dan ukuran keluarga
yang dilengkapi digambarkan sebagai
sosial dan biologis yang past i. Sepert i
dalam penafsiran pert am a, fert ilit as
para pasangan didesak oleh kodekode
sosial
yang
m engat ur
pernikahan, hubungan suam i-ist ri,
dan menyusui, dan oleh kesuburan
m ereka. Dalam desakan-desakan ini,
m ereka m em biarkan fert ilit as “ t anpa
diat ur” unt uk bisa m em iliki anak
sebanyak m ungkin; “ sebanyak yang
Tuhan berikan” .
Dalam m odel ini, aw al pem bangunan
ekonom i
meningkat kan
fertilit as pada saat yang bersam aan
dengan pem bangunan it u sendiri
m enghent ikan jumlah opt im al anak.
St andar hidup yang lebih baik
m eningkat kan
nat alitas
(angka
kelahiran)
dengan
meningkat kan
kesuburan dan m ungkin dengan
m engendurkan beberapa bat asan

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

sosial pada pernikahan. Pem bangunan lebih lanjut akan m eningkat kan kem ungkinan bahw a anakanak akan bert ahan hingga dew asa
yang m engakibat kan ukuran keluarga
yang dicapai m eningkat k lebih cepat
daripada fert ilit as. Nam un pada saat
yang
bersam aan,
pem bangunan
ekonomi juga menarik jum lah anak
yang diinginkan m enurun ke arah
m aksim um
yang dapat
dicapai,
m elalui m ekanism e sosioekonom i
yang kem udian m em buat fert ilit as
sekular m enurun. Yait u pada saat
jum lah anak yang diinginkan jat uh di
baw ah jum lah yang dapat dicapai,
at au saat para pasangan merasakan
ini
dan
m ulai
m engendalikan
kelahiran yang t idak diinginkan secara
pribadi.
Sangat
m ungkin
m elakukan
pengujian parsial pada asum si yang
digaris baw ahi bahw a suplai anak
jat uh di baw ah angka yang diinginkan
di era sebelum aw al penurunan
fertilit as. Uji parsial t erdiri dari
penghitungan rat a-rat a keunt ungan
bersih ekonomi at au biaya akt ual at as
seorang anak t am bahan dalam
ukuran rat a-rat a keluarga yang
dicapai. Jika t ernyat a seorang anak
t am bahan mem baw a nilai ekonom i ke
dalam susunan ini, para pendukung
pandangan suplai anak akan dipaksa
unt uk
m enyat akan
dan
m emperlihat kan bahw a baik penam bahan
anak akan merupakan bagian dari
keunt ungan at as dasar non ekonom i

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

yang dit olak at au bahw a persepsi
para pasangan dibuat berat sebelah
karena lebih m enghargai keunt ungan/ m anfaat anak daripada biaya
anak. Di sisi lain, jika t ernyat a
t am bahan
anak
tersebut
telah
m em berikan keunt ungan-keunt ungan
ekonomi kepada para orang t ua, krit ik
pandangan suplai anak jat uh di
belakang posisi yang lebih goyah
dim ana anak m em berikan nilai non
ekonomi yang dit olak at au bahw a
para
pasangan
t ersebut
lebih
m erasakan nilai ekonom i daripada
m ereka
merasakan
keunt ungan
ekonomi.
Peter
H.
Lindert
berargum ent asi bahw a seseorang
yang berpendapat , bahw a biaya
relat if
anak
t ambahan
pada
keseimbangan yang diberikan bisa
jadi tidak naik hingga m em asuki
proses pembangunan. Ini m ungkin
karena rat a-rat a jumlah anak yang
hidup yang diinginkan t idak pernah di
baw ah jum lah pot ensial. M ungkin
fertilit as dan kelangsungan hidup
anak secara luas “ diat ur” oleh
m asyarakat dan oleh para pasangan
individu melalui cara-cara sederhana
t radisional
sepert i
penundaan
pernikahan, penahanan hasrat diri,
penarikan diri dari m asyarakat , dan di
beberapa
kelom pok
m asyarakat ;
m elalui aborsi dan pem bunuhan bayi.
M ungkin
generasi
bert urut -turut
suat u pasangan selalu secara tidak
jelas m enyadari akan konsekuensikonsekuensi
ekonom i
jika

45

m em besarkan dan m eraw at anak dan
t idak diberikan dorongan baru yang
kuat unt uk m encegah kelahiran
hingga m em asuki proses pem bangunan dengan baik. Tidak ada bukt i
yang t ersedia m engenai pola w akt u
kelahiran at au mengenai norm anorm a sosial yang dinyat akan, at au
m engenai biaya dan m anfaat anak
yang bisa m em buat kit a m enolak
pandangan ini.
Belum dilakukan ujicoba em piris
unt uk penafsiran ini, sebagian karena
konsep biaya relatif belum ditet apkan
secara operasional dan sebagian
karena belum t erkumpulnya dat a
yang mencukupi mengenai peranan
ekonomi anak dalam rum ah t angga di
negara-negara berkem bang. Pada
bagian berikut ini didefinisikan ukuran
biaya relatif anak t am bahan yang
m ew ujudkan sebagian besar intuisi
t eoritis
m engenai
bagaim ana
berbagai perubahan pada ekonom i
m em pengaruhi pilihan-pilihan para
pasangan ant ara anak t ambahan dan
pendapat an lain. Ukuran at au st andar
ini kem udian diukur secara t erinci dan
dit erapkan unt uk m enjumlahkan pola.
Diluar dukungan kecil yang diberikan
kepada
penafsiran
m engenai
kelam bat an transisi fertilit as ini,
ukuran
biaya
anak
relatif
m enaw arkan kenyam anan t eoritis,
dan seringkali dapat dilaksanakan
secara em piris, cara mengurut an
berbagai argumen yang tidak t erat ur
m engenai bagaim ana nilai anak

46

berkem bang seiring perkem bangan
at au pem bangunan ekonom i.
Unt uk m enguji pengaruh st andar
biaya anak relatif, seseorang harus
m enem pat kan st andar ke persaingan
langsung dengan variabel sosioekonomi dan dem ografis lain dalam
regresi yang m enjelaskan sebagian
dari pola fert ilit as yang diteliti. Jenis
ujicoba tersebut t elah dilaksanakan
hanya unt uk abad keduapuluh di
Am erika Serikat , t idak unt uk kont eks
pem bangunan
sebelumnya
yang
m erupakan perhatian ut am a dalam
pem bahasan ini. Kegunaan st andar
biaya relat if, dan w akil-w akilnya yang
t ersedia, dalam m em pertim bangkan
sering t erjadinya kelam bat an pada
penurunan fertilit as hanya didasarkan
pada ujicoba secara garis besar
m engenai
korelasi
yang
tidak
t erorganisir. Ujicoba ini m em perlihat kan alasan yang baik m engapa
biaya
relat if
anak
t am bahan
sepert inya belum naik dalam susunan
pem bangunan aw al nam un t ent u saja
kem udian sangat m eningkat .
Kurangnya dokum en m engenai
korelasi yang kem ungkinan besar
t erjadi ant ara pergerakan biaya relatif
dan kecenderungan-kecenderungan
fertilit as di negara-negara berkem bang,
sepertinya
m em bat asi
kem am puan
argum en
unt uk
m enjelaskan pergerakan pada biaya
anak. Pergerakan dalam biaya anak
relatif t idak dapat menjelaskan sem ua
pola fert ilit as lint as bagian pada abad

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

keduapuluh di Amerika. M ereka tidak
m em pert im bangkan
ledakan
kelahiran bayi dan kegagalan pasca
perang w alaupun mereka mem ainkan
peranan parsial. M ereka belum
m elakukan
semua
pengujian
sederhana mengenai korelasi garis
besar dalam pengalam an yang alam i
negara-negara
berkem bang:
m isalnya,
mereka
t idak
dapat
m enjelaskan m engapa fert ilit as m ulai
sedikit m enurun di M esir dan India
t et api t idak di M eksiko.
Dampak Paasar Kerja Pada Pekerja
Anak
Bagi keluarga miskin, anak-anak
yang bekerja m erupakan sum ber
pendapat an yang pent ing. Dinegara
berkem bang, kem iskinan m enjadi
alasan kenapa anak-anak bekerja.
Keluarga
sering
m enyandarkan
pendapat an
anak-anak
unt uk
m em enuhi kebut uhan hidup seharihari. Pada t ingkat m ikro, jika program
penghapusan
pekerja
anak
dilaksanakan, m aka dalam jangka
pendek hal ini akan berdam pak pada
penurunan pendapat an keluarga.
Pada t ingkat m akro dipercaya bahw a
kehadiran pekerja anak dalam pasar
kerja akan berpengaruh pada pekerja
dew asa
akan
berakibat
pada
penurunan
upah
dew asa
dan
pengangguran.
Artinya
makin
banyaknya jumlah pekerja anak
dipasar
kerja akan m engurangi
peluang pekerja dew asa unt uk m asuk

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

pasar kerja yang pada gilirannya akan
m engurangi upah pekerja dew asa.
Penghapusan pekerja anak dalam
jangka panjang akan berdam pak
posit if bagi perekonomian. Tet api
perekonomian yang m endasarkan
pada
pekerja
anak
akan
m engakibat kan
kem iskinan
dari
generasi kegenerasi berikut nya dan
sebaliknya
kem iskinan
akan
” mem produksi” pekerja anak. Unt uk
m em ecahkan lingkaran syet an ini
peran pendidikan sangat diperlukan.
M akin t inggi t ingkat pendidikan
kualit as sum ber
daya
m anusia
sem akin
meningkat
yang
pada
akhirnya akan m enyum bang pada
perekonomian secara keseluruhan.
M enurut Groot aert dan Kanbur
(1995) ada em pat fakt or penent u
(det erminant s) pekerja anak ant ara
lain
1.
Jum lah anak dalam Rum ah
Tangga
Penelit ian
disejum lah
negara
berkem bang
menunjukan
bahw a
m akin besar jumlah keluarga akan
m engurangi partisipasi sekolah anakanak dan m engurangi invest asi orang
t ua unt uk m enyekolahkan anaknya.
Dengan kat a lain, m akin besar jum lah
anggot a keluarga akan meningkat kan
resiko anak-anak unt uk bekerja. Oleh
karenanya prilaku fertilit as sangat
berpengaruh pada dalam penawaran
pekerja anak. Partisipasi anak di
sekolah
berkait an
erat
dengan
pendidikan ibu dan st at us kerja ibu.

47

Ada efek subst it usi ant ara anak
perem puan yang bersekolah dengan
part isipasi angkat an kerja ibu. Kalau si
Ibu (dari rum ah t angga m iskin) m asuk
dan bekerja dipasar kerja, m aka anak
perem puan tinggal dirum ah unt uk
m engurusi rum ah t angga. Karena it u
Opport unit y cost -nya bukan upah
yang hilang dari anak perem puan
t adi, t api upah ibu yang bekerja
dipasar
kerja.
Dalam
sist em
perekonomian di sekt or inform al,
banyak orang t ua berpendapat bahw a
m enarik anak-anak m ereka dari
sekolah dan m enem pat kan m ereka
pada pasar kerja merupakan solusi
yang m asuk akal agar rum ah t angga
dapat survive.
2.
Fakt or Resiko Rum ah Tangga
Pada
rum ah
t angga
m iskin
m engizinkan anak-anak m asuk pasar
kerja merupakan st rat egi unt uk
m em inim alkan
t erhentinya
rus
pem asukan
pendapat an
rum ah
t angga dan mengurangi dam pak
anggot a keluarga yang kehilangan
pekerjaan..Pada rum ah t angga yang
t idak m em iliki dana sim panan, dan
t idak m em iliki aset yang dapat dijual
sert a t idak m em iliki jaringan unt uk
m em injam kan
uang,
kehilangan
pekerjaan m erupakan ancam an bagi
kelangsungan hidup keluarga. Karena
it u m enjadi jelas kenapa pekerja anak
lebih banyak t erjadi pada keluarga
m iskin.
3.
Fakt or St rukt ur Pasar Kerja

48

Dalam pasar kerja yang kom petit ip
dim ana upah bersifat
fleksibel,
pekerja anak dapat mensubst it usi
pekerja
dew asa.
Seandainya
diberlakukan upah m inim um dipasar
kerja. Pengusaha mengasum sikan
bahw a pekerja dew asa lebih produktif
dari pekerja anak m aka pengusaha
akan lebih m em ilih pekerja dew asa.
Dengan
demikian
berart i
upah
m inimum dapat m engurangi pekerja
anak. M eskipun m asih disangsikan
efekt ifit as dari penet apan upah
m inimum t ersebut . Dibandingkan
dengan pelarangan secara legal
t erhdap pekerja anak. Dalam berbagai
penelit ian
di
beberapa
negara
berkem bang
banyak
dit em ukan
bahw a upah pekerja anak selalu lebih
rendah dari upah pekerja dew asa.
Dit em ukan juga bahw a pada jenis
pekerjaan t ert ent u pengusaha lebih
m enyukai pekerja anak daripada
pekerja dew asa dengan
alasan
pekerjaan it u justru t idak efekt if jika
dikerjakan oleh orang dew asa.
4.
Fakt or Peranan Teknologi
Dari
berbagai
penelit ian
perubahan
t eknologi
t erbukt i
m engurangi jum lah pekerja anak.
Pada
m asa
revolusi
industri
penggunaan m esin pint al (spinning)
dan w eaving t elah m engurangi
perm int aan pekerja anak. Dem ikian
pula
dalam
hal
pert anian,
penggunaan t rakt or dan pom pa irigasi
m ngurangi permint aan tenaga kerja
anak.
Nam un
dalam

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

perkem bangannya
perubahan
t eknologi juga bisa m endorong
m unculnya pekerja anak, misalnya
unt uk m enghem at beiaya overhed
perusahaan,
sebuah
perusahaan
m elakukan
subcontracting,
yait u
m enyerahkan
sebagian
proses
produksi
suat u
barang
kepada
penduduk disekit ar perusahaan unt uk
dikerjakan di rum ah. Cont oh kasus ini
pernah t erjadi di daerah Kp. Set u
Desa Tam an sari Bant ar Gebang
Bekasi. Sebuah perusahaan elekt ronik
di Bekasi m enyerahkan sebagian
proses produksinya kepada pant i
asuhan yat im piat u, dan dikerjakan
secara beram ai-ram ai oleh para
penghuni panti. Hal ini m erupakan
upaya perusahaan unt uk m engurangi
berbagai biaya dan fasilit as pekerja.
Dan pekerjaan ini biasanya dikerjakan
oleh perem puan dan anak-anak.
Proyeksi
pemerint ah
t ent ang
kem iskinan m isalnya, Indonesia juga
m asih mengalami persoalan serius
dengan kem iskinan. Pada t ahun 2004
t erdapat 36 jut a jiw a (16,7%)
penduduk yang m asih hidup dibaw ah
garis
kemiskinan.
Pem erint ah
m ent arget kan
bahw a
persent ase
penduduk miskin t ersebut akan t urun
m enjadi 11,7 persen pada t ahun 2015
(Bappenas ,2003,Dokum en kerja t im
M DGs ) . M elem ahnya kom itm en
t erhadap program KB juga akan
berdam pak
pada
” peledakan
kelahiran”
(baby
boom)
dan
m eningkat kan kem bali persent ase

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

penduduk usia balit a . Ini t ent u saja
akan m em buat penanganan kesejaht eraan m asyarakat m enjadi semakin
kom pleks . Oleh karena pada saat
yang bersam aan proporsi penduduk
lansia pun sudah m eningkat pesat .
Angka Part isipasi Angkat an Kerja
(APAK) pedesaan jauh lebih t inggi
dibandingkan
dengan
APAK
perkot aan. M isalnya unt uk t ahun
1995. APAK Perdesaan sebesar 11,53
% sedangkan APAK Perkot aan sebesar
4 %.. Didug hal ini berkait an dengan
sekt or pekerjaan yait u pert anian yang
relatif m udah dim asuki oleh pekerja
anak, selain it u secara absolut jum lah
penduduk Perdesaan lebih banyak
daripada penduduk perkot aan.
APAK penduduk usia 10 – 14
diproyeksikan hingga t ahun 2020
m engalam i penurunan setiap lim a
t ahun-an dari t ahun 2000 sebesar
9,63 persen hingga pada t ahun 2020
m enjadi 8,23 persen. Sem ent ara it u
jika dilihat dari jenis kelam innya,
t am pak APAK Laki-laki lebih tinggi dari
APAK Perempuan yait u pada t ahun
2020 sebesar 9,25 persen dan APAK
Perem puan hanya sebesar 7,18
persen. Hal ini di duga bahw a pekerja
anak laki-laki lebih banyak diserap di
sekt or-sekt or inform al sepert i di
saw ah at aupun berdagang.
M enurut dat a BPS, penduduk usia
10 -14 yang bekerja seminggu yang
lalu unt uk t ahun 1999 t erlihat anak
laki-laki yang sekolah dikot a sebesar
91,40 % t idak jauh berbeda dengan

49

anak w anit anya sebesar
91,50.
Sem ent ara di Perdesaaan anak lakilaki yang bersekolah sebesar 79.87
lebih kecil dari anak laki-laki yang
bersekolah di kot a. Dem ikian pula
dengan anak perem uannya sebesar
81,81 lebih kecil dari anak perem puan
yang bersekolah di Kot a. Sedangkan
yang bekerja t am pak anak laki-laki di
Peresaan m enunjukan angka 11,16
jauh lebih besar dari anak laki-laki
yang bekerja di kot a. Hal ini
m enunjukan bahw a t ingkat pekerja
anak di Perdesaan lebih besar dari
pekerja anak di Kot a
M enurut Dat a BPS 1997, sekit ar
separo pekerja anak 10 -24 jam per
m inggu nam un t ernyat a m asih ada
pekerja anak yang lebih bekerja dari
45 jam , m elebihi jam norm al pekerja
dew asa. Diperkot aan m isalnya 10,3 %
bekerja lebih dari 45 jam , sem ent ara
di pedesaan persent asenya lebih kecil
yait u 6,8 %. Hal ini t am pakanya
berkait an dengan sifat pekerjaan
diperkot aan yait u sekt or perdagangan
dan
m anufakt ur
yang
sering
m em but uhkan w akt u lam a. Jam kerja
yang lam a it u akan membahayakan
bagi pert um buhan dan perkem bangan anak, sehingga dikhaw at irkan
akan mengancam kualit as sum ber
daya manusia dim asa m endat ang.
Sem ent ara pekerja anak yang bekerja
10 – 24 jam per minggu at au 1 – 3 jam
per hari t ampaknya m asih dapat
dit olerir dengan syarat bahw a m ereka
bukan bekerja pada pekerjaan yang

50

dikat agorikan sebagai hazardous w ork
sesuai dengan konvensi ILO No.
182/ 1999.
Dari dat a BPS juga t erlihat bahw a
sekt or
bangunan
(konst ruksi)
m em berikan rat a-rat a upah yang
paling tinggi yait u Rp 113.455 dan
yang paling rendah adalah sekt or
pert anian yait u Rp 60.855. M eskipun
m em berikan
upah
t inggi,
t api
konsuekuensinya anak-anak harus
bekerja 44 jam per m inggu at au
sekit ar 7 jam per hari. Jika dilihat dari
jam kerja, anak-anak yang bekerja
pada sekt or jasa kem asyarakat an,
sosial, dan perorangan harus bekerja
rat a-rat a 55 jam per m inggu at au 9
jam per hari dengan ist irahat sat u
hari. Diduga anak-anak yang bekerja
di sekt or jasa kem asyarakat an ini
t erm asuk m ereka yang bekerja
sebagai pem bant u rum ah t angga.

Kesimpulan
Pada prinsipnya ada dua m acam
nilai anak dalam perspektif sifat , yait u
nilai posit if dan nilai negat ip. Nilai
posit f diperlihat kan dalam perasaan
puas
karena
m em iliki
anak
disebabkan
adanya
keunt ungan
keunt ungan ant ara lain : Keunt ungan
Em osional, Keunt ungan Ekonom i, dan
Keunt ungan Sosial. Sem ent ara it u
nilai negatif anak dit unjukan dalam
berbagai
m acam
beban
yang
dirasakan at au yang diderit a orang
t ua karena m emiliki anak. Beban-

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

beban ini adalah : Beban perasaan,
Beban Ekonom i, Beban Ruang dan
Gerak sert a Beban Kem asyarakat an.
Apapun
bent uk peran
anak
dikalangan
orang
tua
past i
berpengaruh terhadap pola hidup,
perilaku dan cara pandang sepert i ini
dan t erkont am inasi oleh pem bangunan negara yang juga sangat
berpengaruh pada orang t ua dan anak
dalam keluarga dan lingkungannya.
Para ekonom dem ografer menjelang
t ahun 2000 m enyim pulkan bahw a
” pertum buhan penduduk m em punyai
hubungan kuat , negatif dan signifikan
t erhadap laju pert um buhan ekonomi.
Penurunan Fert ilit as yang pesat
m em berikan kontribusi yang relevan
t erhadap penurunan kem iskinan.
Penafsiran pert am a m engenai
fertilit as yang tinggi
sepanjang
pem bangunan awal m enam pilkan
fakt a t hreshold (ambang ) kesadaran
ekonomi ; Penafsiran kedua adalah
t erkadang kelam bat an digabungkan
dengan m odel t erkini pem bangunan
dem ografis oleh Riad Tabbarah dan
Richard Est erlin. Penafsiran ketiga
dari t ransisi fertilit as, seseorang yang
berpendapat bahw a biaya relatif anak
t ambahan pada keseim bangan yang
diberikan bisa jadi t idak naik hingga
m em asuki
proses
pem bangunan
dengan baik. Belum dilakukan uji coba
em piris untuk penafsiran ini, sebagian
karena konsep biaya relat if belum
dit et apkan secara operasional dan
sebagian karena belum t erkum pulnya

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

dat a yang m encukupi m engenai
peranan ekonom i anak dalam rum ah
t angga di negara-negara berkem bang.
Implikasi
Berdasarkan kesim pulan tersebut
diat as bahw a peran anak dalam
pem bangunan
ekonom i
memiliki
ket erkait an erat . Bahwa biaya anak
berpengaruh t erhadap fert ilit asnya
dan fertilit as anak berpengaruh
t erhadap pem bangunan ekonomi.
Yakni sem akin t inggi pert um buhan
penduduk sem akin m em pengaruhi
laju pertum buhan ekonom i. Semakin
t ingginya Pem bangunan ekonomi pun
m em iliki dam pak pada bekurangnya
angka fertilit as. Dim ana set iap w anit a
yang m em asuki pasar kerja akan
m enjaga jarak kelahirannya. Dan
Angkat an kerja anak dipasar kerja
akan m em pengaruhi pasar kerja
dew asa. Sem ent ara UM P (upah
M inim um Propinsi) akan m engurangi
angkat an kerja anak dipasar kerja,
sebaliknya jika anak-anak t idak
bekerja berdam pak pada m eningkat nya angka kem iskinan. Karena
bekerjanya anak karena fakt or unt uk
m engurangi beban keluarga. M aka
solusinya adalah dengan invest asi
pendidikan. Karena pendidikan akan
m elahirkan
kedew asaan
berpikir,
t am bahan penget ahuan sert a dapat
m em bent uk sikap yang bijak dalam
pengam bilan keput usan.

51

Daftar Rujukan

Adioet om o,Sri M oert iningsih “ Bonus
Dem ografi M enjelaskan Hubungan
Ant ara
Pert um buhan
Penduduk
Dengan
Pert um buhan Ekonom i” . Wart a
Dem ografi
No.2 / 2005.
Anant a, Aris, Wongkaren,Turro S dan
M is Cicih, Lilis Heri. ” Beberapa
Im plikasi Perkem bangan Penduduk Indonesia Dalam PJP II”
Kant or M enteri Negara
Kependudukan/ BKKBN Jakart a, 1995
Beni, Rom anus, Anggal Yust inus,W.
Wiyono Nur hadi. Usm an, Hadius,
“ Nilai
Anak dalam Pem bangunan” , Wart a Dem ografi No.
4/ 2001

52

BPS, dat a Susenas, 2005
H. Lindert , Pett er, M ueller, Eva. ” Child
Cost s
and
Economic
Development ” . Dalam
“ Populat ion and Econom c Change in
Developing Count ries. A. East erlin,
Richard. Chicago and London : The
Universit y of Chicago Press
Kat alog BPS: 3202.” Estim asi Fertilit as,
M ort alit as dan M igrasi” . Hasil SP
2000. Badan Pusast St at ist ik,
Jakart a - Indonesia .
M anning, Chris.” Kegiat an Ekonm i
Agkat an Kerja Di Indonesia” . Pusat
Penelit ian
Kependudukan
Universit as Gajah
M ada. Yogyakart a 1990.

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011