BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Perbandingan Harga Pembelian Dan Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten Karo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun

  yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan lingkungan yang baik (Indranada, H.K. 1989) Berdasarkan atas pembentukannya, pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang langsung di dapat dari alam misalnya pupuk organik (pupuk kandang dan kompos) dan sebagainya. Jumlah dan jenis unsur hara dalam pupuk alam terdapat secara alami. Pupuk buatan adalah pupuk yang di buat di pabrik dengan jenis dan kadar unsur hara sengaja di tambahkan kedalam pupuk tersebut dalam jumlah tertentu. Pupuk anorganik misalnya: Pupuk N (Urea), P (TSP), KCL dan lain-lain (Harjowigeno, 1995). Pupuk memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor dalam peningkatan produksi komoditas pertanian. Hal ini menjadikan pupuk sebagai sarana produksi yang strategis. Untuk menyediakan pupuk ditingkat petani diupayakan memenuhi azas 6 tepat yaitu: Tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga yang layak sehingga petani dapat menggunakan pupuk sesuai kebutuhan (Lingga, Pinus, dan Marsono. 2001).

  7 Lian (2003) dalam Moenandir (2004: 39) menyatakan bahwa pemberian pupuk buatan yang terus-menerus tanpa bahan organik yang ditambahkan akan dapat menyebabkan kerusakan lahan tanah dan mengurangi produktivitas tanah. Pupuk organik mempunyai kadar nutrisi rendah dan melepaskan N lambat sedangkan pupuk anorganik sebaliknya. Karena itu perlu adanya kombinasi perlakuan antara kedua jenis pupuk tersebut sehingga interaksi kedua jenis pupuk itu dan seberapa jauh bahan organik dapat membantu mempertahankan kesuburan tanah. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai.

  Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah (Novizan, 2005: 66). Seperti halnya pupuk anorganik, jenis pupuk organik sangat beragam. Kalau jenis pupuk anorganik ditentukan oleh kadar haranya maka jenis pupuk organik ini ditentukan oleh asal bahan terbentuknya. Dari sinilah lahir sebutan pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus, dan pupuk burung atau guano.

1. Pupuk kandang

  Pupuk kandang ialah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Itulah sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis, yaitu padat dan cair.

  2. Pupuk kompos Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya.

  Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Oleh karena itu, siapa pun dapat membuat kompos asalkan tahu caranya.

  3. Pupuk hijau Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagai pupuk adalah hijauan, yaitu bagian-bagian seperti daun, tangkai, dan batang tanaman tertentu yang masih muda. Tujuannya, untuk menambah bahan organik dan unsur-unsur lainnya ke dalam tanah, terutama nitrogen.

  4. Humus Humus adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang, dan batang yang sudah membusuk secara alami lewat bantuan mikro-organisme (di dakam tanah) dan cuaca (di atas tanah). Lapisan atas tanah di hutan banyak terbentuk humus.

  5. Kotoran burung liar (guano) Pupuk kotoran burung yang lazim disebut guano merupakan kotoran dari berbagai jenis burung liar (bukan burung piaraan). Pupuk ini terhitung pupuk yang tidak kalah dibanding pupuk lainnya. Salah satu kotoran burung yang hingga kini sangat terkenal kehebatannya sebagai pupuk adalah kotoran kelelawar.

6. Pupuk organik buatan

  Kelebihan dari pupuk organik buatan ini di antaranya ialah kadar haranya tepat untuk kebutuhan tanaman, penggunaannya lebih efektif dan efisien seperti halnya pupuk kimia serta kemampuannya setara dengan pupuk organik murni walaupun kuantitasnya sangat sedikit (Lingga dan Marsono, 2001:58).

  Pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk melindungi konsumen. Pabrik pupuk yang sebagaian besar adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini sedang bersiap melaksanakan tugas pemerintah tentang konsep distribusi pupuk kepada petani. Pemerintah sendiri kini memperkenalkan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dalam distribusi pupuk bersubsidi. Konsep baru ini diyakini mampu mengatasi kelangkaan pupuk di tingkat petani yang kerap terjadi pada setiap musim panen tiba, karena seharusnya petani menerima pupuk bersubsidi tersebut sebulan sebelum musim tanam tiba (Anonimus, 2010). Pupuk telah menjadi kebutuhan pokok bagi petani dalam produksi usahataninya. Tetapi penggunaan pupuk memerlukan biaya dan biaya tersebut merupakan beban bagi petani dalam proses produksi. Karena itu pada satu sisi pemerintah bermaksud membantu beban biaya pupuk petani dan mendorong peningkatan produksi mereka. Sementara pada sisi lain pemerintah menganggap pupuk memiliki peran sangat penting didalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian untuk mewujudkan Program Ketahanan Pangan Nasional.

  Dengan demikian pemerintah merasa perlu mensubsidi pupuk (Amang, 1995).

  Pengadaan penyaluran pupuk bersubsidi (Urea, SP-36, ZA dan NPK) di Indonesia telah diterbitkan Peraturan Mentri Perdagangan No.03/M-DAG/PER/2/2006 pada tanggal 16 Februari 2006 memutuskan bahwa: Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah di sektor pertanian dan produsen, distributor dan pengecer yang bertanggung jawab atas pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai dengan 6 tepat yaitu jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan mutu sesuai dengan tugas dan kewajiban masing masing (PT. PUSRI, 2009). Perlu diketahui bahwa sistem distribusi pupuk bersubsidi yang berlaku terdahulu adalah bersifat terbuka dan pasif. Yang dimaksud bersifat pasif adalah bahwa penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan oleh produsen mulai dari pabrik sampai ketingkat pengecer yang selanjutnya dijual dipasar secara pasif dalam arti siapapun baik petani yang berhak maupun bukan secara sendiri-sendiri maupun kelompok dapat membeli pupuk dengan datang ke kios pengecer yang berlokasi di kecamatan ataupun desa. Yang dimaksud bersifat terbuka adalah sistem distribusi hanya memiliki delivery system (sistem distribusi dari produsen sampai pengecer) dan tidak memiliki receiving system (sistem penerimaaan oleh petani). Sistem distibusi pupuk bersubsidi diatur dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 tahun 2008 mulai dari tingkat produsen sampai ke tingkat pengecer dan dalam kondisi tertentu bila distributor dan pengecer tidak dapat menyalurkan pupuk bersubsidi penyalurannya dapat dapat dilakukan langsung dari produsen ke petani.

  Pengecer juga hanya bisa melayani petani atau kelompok tani yang terdaftar dalam RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) (Sinar Tani, 2008).

  Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 03/M-DAG/PER/2/2010 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian menetapkan bahwa penanggungjawab pengadaan pupuk bersubsidi di Sumatera Utara dilakukan oleh PT. PUSRI untuk jenis pupuk urea dan PT. Petro Kimia Gresik untuk pupuk ZA, SP-36 dan Phonska (Anonimous, 2010). Kelangkaan dan mahalnya pupuk bersubsidi dirasakan para petani hampir di semua tempat sepanjang tahun 2009 hingga awal 2010. Petani di Kabupaten Kerinci kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi jenis SP-36, NPK, dan ZA. Di daerah pertanian pinggiran Surabaya tidak hanya mengalami kelangkaan, tapi juga harga urea melambung tinggi. Di beberapa daerah di Jatim, seperti Bojonegoro, ditemukan distributor yang menjual pupuk ke kios-kios, dan tidak langsung ke petani akibatnya harga pupuk melonjak. Para petani di wilayah Kalimantan Selatan mengalami kesulitan mendapatkan pupuk SP-36 dan NPK Phonsha bersubsidi karena kelangkaan stok di kios-kios resmi yang ditunjuk menyediakan dua jenis pupuk tersebut. Sedangkan di Kabupaten Malang penyebab terjadinya kelangkaan pupuk urea dan ZA karena Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemerintah Kabupaten Malang lambat membuat data alokasi kebutuhan pupuk. Di pihak lain, distributor biasanya belum berani memasok pupuk bila data kebutuhan pupuk belum ada (Anonimous, 2010).

  Landasan Teori

  Harga keseimbangan adalah harga dimana baik konsumen maupun produsen sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah yang dikonsumsi atau dijual. Permintaan sama dengan penawaran. Jika harga di bawah harga keseimbangan, terjadi kelebihan permintaan. Sebab permintaan akan meningkat, dan penawaran menjadi berkurang. Sebaliknya, jika harga melebihi harga keseimbangan, terjadi kelebihan penawaran. Jumlah penawaran meningkat, jumlah permintaan menurun. Pemerintah menetapkan suatu harga minimum bagi barang atau jasa tertentu, yang disebut harga dasar (price floor). Harga dasar yang efektif mengakibatkan kelebihan penawaran. Akan muncul surplus yang tak terjual atau seseorang harus melibatkan diri dan membeli kelebihan produksi (excess production).

  Harga Kelebihan S

  Penawaran P

1 Harga Dasar

  P E D Kuantitas

  0 Q

1 Q Q

  2 Gambar 1. Kebijakan Harga Dasar Bila harga dasar lebih tinggi dari pada harga ekuilibrium, jumlah yang ditawarkan akan melebihi jumlah yang diminta. Titik ekuilibrium dalam pasar bebas terletak pada E, dengan harga P dan kuantitas Q . Jika pemerintah melarang turunnya harga sampai dibawah P , terciptalah harga dasar yang efektif. Jumlah yang

  1

  ditawarkan akan melebihi jumlah yang diminta sebanyak Q

  1 Q 2 (Lipsey dkk, 1993: 103).

  

Price ceiling adalah adalah intervensi pemerintah dalam menentuan harga suatu

  komoditas yang ditujukan untuk melindungi konsumen dengan cara menentukan batas atas harga suatu komoditas. Dengan menentukan harga yang lebih rendah daripada harga yang seharusnya terjadi akan lebih banyak anggota masyarakat yang mampu membeli komoditas tersebut. Namun demikian dampak dari price

  ceiling adalah: 1.

  Meningkatkan jumlah komoditas yang diminta 2. Jumlah komoditas yang ditawarkan menurun 3. Menimbulkan shortage (kekurangan di pasar) (Sugiarto, dkk, 2005: 74)

  Ciri-ciri kebijakan harga maksimum: Harga

  S P

1 B

  P E P

  m

  A D Kuantitas

  0 Q

2 Q Q

  1 Gambar 2. Kebijakan Harga Maksimum Tanpa adanya campur tangan pemerintah, keseimbangan akan tercapai pada E, dimana harga dalam pasar bebas adalah sebesar P, dan barang yang diperjual belikan sebesar Q. Harga sebesar P dianggap pemerintah terlalu tinggi dan mendorong pemerintah melaksanakan kebijakan harga maksimum. Misalkan harga maksimum tersebut ditetapkan di P m , dan pada harga tersebut jumlah yang ditawarkan para penjual adalah Q

  2 sedangkan jumlah yang diminta para pembeli

  adalah Q

  1 . Dengan demikian kebijakan harga maksimum menimbulkan kelebihan

  permintaan sebanyak Q

2 Q 1 (Sukirno, 2005: 138).

  Subsidi adalah pemberian pemerintah kepada para produsen dengan maksud meringankan beban pengeluaran (biaya operasional) produsen. Dampak dari subsidi adalah kebalikan dari pengenaan pajak, karena subsidi akan menurunkan harga. Pengenaan subsidi akan berdampak pada keseimbangan pasar (Sugiarto, dkk, 2005: 75-76). Keputusan-keputusan penetapan harga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan. Faktor-faktor internal mempengaruhi penetapan harga mencakup tujuan pemasaran, strategi bauran pemasaran, biaya, dan pertimbangan keorganisasian suatu perusahaan. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga meliputi sifat pasar dan permintaan, persaingan dan unsur-unsur lingkungan lain; (Kotler dan Armstrong, 2004: 432).

  Ada beberapa metode yang digunakan sebagai rancangan dan variasi dalam penetapan harga yang terdiri:

  1. Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan Produsen menetapkan harga jual untuk satu barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk laba yang diinginkan (margin) pada tiap-tiap unit tersebut. Metode ini mempertimbangkan bermacam-macam jenis biaya dan jenis biaya ini dipengaruhi secara berbeda oleh kenaikan atau penurunan keluaran (output).

  2. Harga didasarkan pada keseimbangan antara perkiraan permintaan pasar dengan suplai (biaya produksi dan pemasaran).

  Metode ini menentukan harga terbaik demi tercapainya laba yang optimal melalui keseimbangan antara biaya dengan permintaan pasar.

  3. Harga didasarkan pada kondisi-kondisi pasar yang bersaing.

  Penetapan harga yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar adalah suatu metode penetapan harga yang berorientasi pada kekuatan pasar di mana harga jual dapat ditetapkan sama dengan harga jual pesaing, di atas harga pesaing atau di bawah harga pesaing (Angipora, 1999: 181-184).

  Kerangka Pemikiran

  Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang merupakan masyarakat petani kelompok miskin yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah di sektor pertanian.

  Pemerintah menyalurkan Pupuk bersubsidi kebeberapa Kabupaten adalah melalui distributor yang telah ditunjuk pemerintah, salah satu nya adalah Kabupaten Karo yang mendapat distribusi pupuk yang paling besar. Dari perbedaan ini, yang akan diteliti adalah perbandingan harga jual pupuk bersubsidi di tingkat pengecer, harga jual di (tingkat pengecer) dibandingkan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah. Di masing-masing lini penjualan pupuk diduga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga dan faktor – faktor yang menyebabkan kelangkaan daerah penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga adalah biaya pemasaran (bongkar muat, transportasi, upah tenaga kerja, pajak SIUD, sewa gudang, goni dan plastik, penyusutan timbangan.

  Secara skematis, kerangka pemikirannya dapat digambarkan sebagai berikut: Pupuk

  Bersubsidi Kenaikan Harga Kelangkaan

  Kabupaten Pembelian Pupuk

  Karo Faktor-faktor yang

  Faktor-faktor yang Memepengaruhi

  Memepengaruhi Perbedaan Harga

  Jual Pupuk HET diTingkat Pengecer

  Ket.: : menyatakan hubungan : menyatakan pengaruh : menyatakan perbandingan

  Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

  Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Perbandingan harga jual pupuk subsidi:

  • pengecer.

  Terdapat perbedaan harga jual pupuk bersubsidi di tingkat pedagang

  • Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

  Harga jual pupuk bersubsidi di tingkat pedagang pengecer lebih tinggi dari

  2. Faktor-faktor yang kenaikan harga pembelian pupuk bersubsidi tingkat pedagang pengecer di daerah penelitian adalah biaya bongkar muat, biaya transportasi, upah tenaga kerja, sewa gudang, pajak SIUD dan biaya goni dan plastik.

  3. sikap fanatisme petani terhadap satu jenis pupuk, lemahnya sistem pengawasan pupuk bersubsidi, distributor yang ditunjuk tidak mempunyai gudang penyimpanan dan keterlambatan pasokan merupakan faktor–faktor penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi di daerah penelitian.