View of ANALISIS PENGARUH VARIASI JUMLAH LINTASAN TERHADAP KEPADATAN CAMPURAN ASPAL BETON

  

ANALISIS PENGARUH VARIASI JUMLAH LINTASAN TERHADAP KEPADATAN

CAMPURAN ASPAL BETON

  1 BUDI NURYONO

  2 HENDRA KURNIAWAN

  Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Jl. Soekarno Hatta No. 597 Bandung,

  Telp. (022) 7301738, 70791003 Fax. (022) 7304854

  

ABSTRACT

The value of the field density is greatly influenced by the number of paths of the compactor. The

process of field compaction experiments using a tandem roller and a pneumatic tire roller which

works in a dynamic manner, namely compaction by crushing. This research uses comparative

causal analysis method. The purpose of this study was to evaluate the effect of variation in the

number of paths to the value of field density in compaction experiments. The number of paths of

compactor in variation 1 is twelve passing, on variation 2 is fourteen passing, on variation 3 is

sixteen passing. Based on the analysis on data processing, the percent value of field density and

thickness of asphalt concrete asphalt concrete in each variation of the number of passing. for the

test object was taken using core drill method. From the result of calculation of six samples, 97.98%

for compacting with twelve passing, 98.81% for compacting with fourteen passing, and 99.21% for

compacting with sixteen passing. Of the three variations, the results that qualify for the General

Specification of 2010 Revision 3 with a minimum average density of 98.5% are compacted by

using fourteen rubber wheel tracks (Pneumatic Tire Roller) with a 98,81% Field Density (Density)

value.

  Keywords: Compactor Equipment, Amount of Passing, Field Density.

  

ABSTRAK

Nilai kepadatan lapangan sangat dipengaruhi oleh jumlah lintasan alat pemadat. Proses

percobaan pemadatan lapangan menggunakan alat pemadat roda baja (tandem roller) dan alat

pemadat roda karet (pneumatic tyre roller) yang prinsip kerjanya secara dinamis, yaitu pemadatan

dengan cara digilas. Penelitian ini menggunakan metode analisis kausal komparatif. Tujuan

Penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh variasi jumlah lintasan terhadap nilai

kepadatan lapangan pada percobaan pemadatan. Jumlah lintasan alat pemadat pada variasi 1

adalah dua belas lintasan, pada variasi 2 adalah empat belas lintasan, pada variasi 3 adalah

enam belas lintasan. Berdasarkan analisis pada pengolahan data diperoleh nilai persen

kepadatan (density) lapangan dan ketebalan campuran aspal beton jenis Asphalt Concrete

Wearing Course pada masing-masing variasi jumlah lintasan. untuk benda uji diambil dengan

menggunakan metode core drill. Dari hasil perhitungan enam contoh benda uji, diperoleh hasil

yaitu 97,98% untuk pemadatan dengan dua belas lintasan, 98,81% untuk pemadatan dengan

empat belas lintasan, dan 99,21% untuk pemadatan dengan enam belas lintasan. Dari ketiga

variasi tersebut hasil yang memenuhi syarat Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3 dengan nilai

minimum kepadatan rata-rata 98,5% adalah pemadatan dengan menggunakan empat belas

lintasan roda karet (Pneumatic Tyre Roller) dengan nilai kepadatan (Density) Lapangan 98,81%.

  Kata Kunci: Alat Pemadat, Jumlah Lintasan, Kepadatan Lapangan

I. PENDAHULUAN akan pekerjaan, bukan atas dasar

  Percobaan pemadatan di lapangan (Trial permintaan dari pemilik proyek, konsultan, compaction) adalah salah satu kebutuhan atau penyedia jasa. Pengujian percobaan pemadatan dilapangan (Trial compaction) adalah tahapan akhir dari Formula Campuran Rancangan (FCR) yang dikenal dengan nama DMF (Design Mix Formula). Apabila hasil dari percobaan pemadatan di lapangan (Trial compaction) sesuai dengan yang disyaratkan maka bisa menjadi acuan untuk dirumuskannya Formula Campuran Kerja (FCK) atau yang dikenal dengan nama JMF (Job Mix Formula). Selanjutnya bisa di jadikan tolak ukur atau rambu-rambu dalam pelaksanaan pekerjaan. Pengendalian kepadatan lapis perkerasan aspal yang dihampar di lapangan merupakan hal sangat penting. Kepadatan lapis perkerasan aspal yang kurang memadai akan menyebabkan stabilitasnya menurun besar. Hal ini akan berakibat umur lapis perkerasan aspal tersebut menjadi berkurang, dan bahkan bisa menimbulkan terjadinya kerusakan dini pada lapis perkerasan tersebut. Lapis perkerasan yang terlalu tipis, saat menerima beban kendaraan akan mengalami regangan yang besar. Regangan akan hilang saat beban kendaraan tersebut telah lewat. Proses peregangan yang berulang- ulang akan mempercepat kelelahan bahan perkerasan aspal tersebut. Bahan perkerasan aspal yang sudah mengalami kelelahan menyebabkan sifat perkerasan aspal tersebut menjadi kurang elastis, sehingga akan menjadi mudah retak. Kerusakan jalan telah menjadi permasalahan yang biasa dihadapi oleh pengguna jalan sekarang ini, beberapa hal yang menjadi penyebab kerusakan di beberapa ruas jalan adalah dikarenakan mutu jalan yang kurang baik, salah satunya adalah karena proses penghamparan dan pemadatan yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan.

  Pemadatan adalah proses pemampatan untuk memperoleh kekuatan dan stabilitas serta rongga yang cukup pada campuran aspal, sehingga sudah tidak banyak berdeformasi lagi akibat repetisi beban.

  2.2 Pemadatan Laboratorium.

  Untuk perancangan campuran di laboratorium, proses pemadatan disimulasikan dengan membebani campuran di dalam cetakan (mold). Cetakan berupa silinder baja berdiameter 10 cm atau 4 inchi dan tinggi 7,5 cm atau 3 inchi. Pengujian campuran aspal di laboratorium dengan menggunakan metode Marshall, proses pemadatan dilakukan dengan menggunakan palu (compaction hammer) seberat 10 pound atau 4,54 kg yang dijatuhkan dengan tinggi jatuh sekitar 18 inchi atau 457 mm. Pada perencanaan Marshall konvensional, yang menggunakan agregat berukuran maksimum 25,4 mm, maka jumlah tumbukan 2 x 50 disyaratkan untuk Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), namun untuk campuran lainnya diharuskan dengan 2 x 75 tumbukan. Untuk agregat berukuran maksimum lebih dari 25,4 mm digunakan peralatan Marshall modifikasi dengan cetakan berdiameter 152,4 mm, berat palu penumbuk 10,2 kg dan jumlah tumbukan 2 x 112 tumbukan (Pratama, FT UI, 2011). Tabel 2.1 memberikan batasan tentang jumlah tumbukan yang dilakukan untuk setiap sisi benda uj, berdasarkan beban lalu lintas yang dilayani oleh perkerasan ini. Setelah pemadatan selesai dilakukan, maka benda uji dibiarkan dingin dan dikeluarkan dari mold.

Tabel 2.1 Jumlah Tumbukan

  Masing-masing Benda Uji

  Jumlah Jumlah lintasan tumbukan

  Beban sumbu masing- lalu lintas standar masing sisi

  18000 pon benda uji (ESA) Ringan >10

II. TINJAUAN PUSTAKA.

  35 Sedang 10 -10

2.1 Pemadatan

  50 Berat >10

  75 Sumber: Sukirman,2012

2.3 Pemadatan Lapangan

  menghilangkan gelombang-gelombang di permukaan akibat roda karet Pneumatic

  Campuran Aspal Beton Sumber : Spesifikasi Umum Tahun 2010, Revisi 3

Tabel 2.4 Batasan Nilai Kepadatan

  Campuran beraspal yang mempunyai kepadatan rendah maka rongga terisi akan rendah sebaliknya apabila kepadatan campuran beraspal tinggi maka rongga terisi aspal makin tinggi sehingga perkerasan akan lebih tahan terhadap terjadinya oksidasi pada akhirnya perkerasan akan dapat berumur lebih lama (Suroso,2008).

  2.5 Pengaruh Kepadatan Terhadap Rongga Terisi Aspal.

  Besar kecilnya kepadatan campuran beraspal akan mempengaruhi nilai rongga diantara agregat, rongga dalam campuran makin kecil kepadatan campuran maka rongga dalam campuran dan rongga diantara agregat makin besar hal ini akan Campuran beraspal yang mempunyai kepadatan rendah maka rongga terisi akan rendah sebaliknya apabila kepadatan campuran beraspal tinggi maka rongga terisi aspal makin tinggi sehingga perkerasan akan lebih menyebabkan oksidasi lebih cepat terjadi sehingga terjadi pelapukan aspal (Suroso,2008).

  2.4 Pengaruh Kepadatan Campuran Beraspal Terhadap Karakteristik Marshall.

  memperlihatkan batasan kepadatan relatif yang harus dipenuhi dari analisis data pengujian kepadatan.

  Tyre Roller yang berat. Tabel 2.4

  Proses pemadatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan tandem roller dengan kondisi campuran aspal terhampar tanpa terkekang mold. Pemadatan dengan tandem

  roller juga bervariasi, ada yang

  dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Pemadatan kedua atau pemadatan utama ini memberikan kepadatan yang disyaratkan, bersifat meremas, dimana butir-butir besar akan tertekan ke bawah dan butir-butir halus akan tertekan naik, memperkecil rongga- rongga di permukaan, memperkedap permukaan, menstabilkan kedudukan batuan dan membentuk ketahanan lapisan terhadap roda-roda kendaraan yang akan merusak lapisan permukaan.

  Pemadatan kedua atau antara harus

  Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan (satu kali pulang pergi) pengilasan awal.

  Pemadatan awal atau harus dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda baja.

  3. Pemadatan akhir

  2. Pemadatan kedua

  1. Pemadatan awal

  2010, Revisi 3), yaitu:

  menggunakan roda baja, roda karet, dan roda baja yang dilengkapi dengan vibrator untuk memberikan efek pembebanan dinamis pada lapis perkerasan aspal. Berbeda dengan pemadatan yang di lakukan di laboratorium, pemadatan di lapangan dilakukan atas dasar trial error, artinya dengan melakukan uji coba dengan melakukan beberapa lintasan dan di test dengan cara coring insitu lalu hasil coring di uji di laboratorium. Sehingga dapat diketahui efeknya dengan melakukan beberapa kali melakukan lintasan dengan besar dan tipe pembebanan tertentu di atas hamparan aspal dapat menghasilkan kepadatan berapa. Pemadatan di lapangan dilakukan dalam tiga operasi yang terpisah (Spesifikasi Umum

  Pemadatan akhir berfungsi untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian.

  Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis kausal komparatif yang menjelaskan hubungan sebab akibat. Penelitian ini menggunakan tiga variasi jumlah lintasan alat pemadat yaitu dua belas lintasan (enam kali pulang pergi), empat belas lintasan (tujuh kali pulang pergi), dan enam belas lintasan (delapan kali pulang pergi) pada masing-masing pemadatan kedua atau utama. dari setiap jumlah lintasan diambil dua contoh benda uji dengan menggunakan alat core drill. Dari ke enam benda uji tersebut dilakukan pengukuran ketebalan, berat dan volume dari benda uji dan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai kepadatan lapangan dari campuran aspal beton.

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Bagan Alir Penelitian.

  3.2 Bagan alir pelaksanaan penelitian

  untuk percobaan pemadatan di lapangan dilakukan dalam beberapa tahapan,secara skematis dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.3 Tahapan P.emadatan.

  Pemadatan dibagi dalam tiga tahap, yaitu pemadatan tahap awal, pemadatan

Gambar 3.2 Penghamparan dan tahap kedua atau antara, dan pemadatan

  Pemadatan Aspal Beton Sumber: Trial tahap akhir, dengan tiga variasi jumlah

  Compaction

  lintasan yang berbeda pada alat pemadat roda karet, pneumatic tyre roller. Pemadatan awal dengan jumlah dua lintasan (satu kali pulang pergi) menggunakan alat pemadat roda baja tandem roller. pemadatan antara menggunakan alat pemadat roda karet,

  pneumatic tyre roller dengan jumlah dua

  belas lintasan (enam kali pulang pergi) untuk variasi 1, empat belas lintasan (tujuh kali pulang pergi) untuk variasi 2, dan enam

Gambar 3.3 Penghamparan dan belas lintasan (delapan kali pulang pergi)

  Pemadatan Aspal Beton Sumber: Trial untuk variasi 3. pemadatan akhir

  Compaction

  menggunakan alat pemadat roda baja tandem roller dengan jumlah satu lintasan.

Gambar 3.2 dan Gambar 3.3, adalah ilustrasi skema penghamparan aspal beton dan

  lintasan alat pemadat.

  

IV. HASIL DAN ANALISIS Tabel 4.2 Tabel Nilai Kepadatan Lapangan

4.1 Analisis Percobaan Pemadatan Lapangan

  Diketahui nilai density laboratorium adalah 2.270 sebagaimana ditunjukkan.

Tabel 4.1 adalah hasil perhitungan kepadatan lapangan, dan Gambar 4.1 adalah

  Sumber: Trial Compaction titik pengambilan contoh benda uji inti dengan metode core drill. selanjutnya

Gambar 4.4 Grafik Nilai % Kepadatan

  dilakukan perhitungan untuk mencari nilai kepadatan lapangan sebagai Berikut :

Gambar 4.1 Gambar Lokasi Pengambilan

  Benda Uji Inti Sumber: Trial Compaction

Tabel 4.1 Tabel Perhitungan Kepadatan

  Lapangan Sumber: Trial Compaction

  V. PENUTUP

  5.1 Simpulan

  Dari penelitian pengaruh variasi jumlah lintasan alat pemadat padapelaksanaan percobaan penghamparan dan pemadatan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. dari ketiga variasi jumlah lintasan Sumber: Trial Compaction. diperoleh nilai kepadatan sebagai berikut:

  Dari hasil perhitungan kepadatan

  a) Pada percobaan variasi 1 dengan (Density) lapangan, dipilih jumlah lintasan dua belas lintasan (enam kali yang memenuhi syarat minimum kepadatan pulang pergi) diperoleh hasil 98,5% (Tabel 2.3 Batasan Nilai Kepadatan kepadatan sebesar adalah pada variasi 2, dengan empat belas

  97,98%,dengan tebal rata-rata lintasan Pneumatic Tyre Roller (tujuh kali 6,18cm. Nilai kepadatan ini di pulang pergi). Tabel 4.2 adalah Tabel Nilai bawah nilai minimum dari nilai

  Kepadatan dan Gambar 4.2 adalah Grafik yang di syaratkan pada %Kepadatan Spesifikasi Umum 2010, Revisi 3.

  b) Pada percobaan variasi 2 dengan dua belas lintasan (enam kali pulang pergi) diperoleh hasil kepadatan sebesar 98,81%, dengan tebal rata-rata 5,90cm. Nilai kepadatan ini di atas nilai minimum dari nilai yang di syaratkan pada Spesifikasi Umum 2010, Revisi 3.

DAFTAR PUSTAKA

  2. Dari ketiga nilai kepadatan di atas tersebut, diambil nilai kepadatan yang memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum 2010, Revisi 3 (Tabel 2.3) yaitu pada percobaan pemadatan dengan jumlah empat belas lintasan (tujuh kali pulang pergi) pada pemadatan kedua dengan menggunakan Pneumatic Tyre

  Prosedur Pemadatan Material Aspal Concrete (AC) Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab. www.bpjt.pu.go.id/konten/jalan-tol/tujuan- dan-manfaat (online) http://eprints.polsri.ac.id/1526/3/BAB%20II.pd f.(online)

  Tenriajeng.A.T.,1999,Rekayasa jalanraya 2, Universitas Gunadharma, Jakarta Widiasmoro,W.,Sutanto.M.H., Sudjatmiko.A., Riyanto.A.,Sunarjono.A., 2012, Studi

  Kerusakan Dini Pada Perkerasan Jalan, Puslitbang Jalan Dan Jembatan

  Suroso.T.W.,2008,Faktor-Faktor Penyebab

  Panas, Itenas, Bandung

  Sukirman,S., 2012, Beton Aspal Campuran

  Raya, Nova, Bandung

  Sukirman,S.,1999,Perkerasan Lentur Jalan

  Pemadatan Untuk Perkerasan Lapis Antara

  Raharjo,B.,2016,Pengaruh Temperatur

  Jumlah Tumbukan Pada Proses Pemadatan Campuran Aspal Beton

  c) Pada percobaan variasi 3 dengan dua belas lintasan (enam kali pulang pergi) diperoleh hasil kepadatan sebesar 99,21%,dengan tebal rata-rata 5,50cm. Nilai kepadatan ini di atas nilai minimum dari nilai yang di syaratkan pada Spesifikasi Umum 2010, Revisi 3.

  Beton Aspal, Majalah Tenik Jalan Dan

  Moeljono.J.H., 2008, Saran Pengendalian

  Studi Kadar Aspal Optimum Menggunakan Alat Marshall dan Alat Persentage Refusal Density,Itenas,Bandung

  Maulana,Y., Sukirman,S.,Zurni,R,.2016,

  Spesifikasi Umum, Revisi 3

  Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum, 2005, RSNI 03-1737-1989 DirektoratJenderal Bina Marga,2010,

  3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pengaruh temperatur campuran aspal beton pada pelaksanaan pemadatan di lapangan .

  2. Perlu dilakukan evaluasi lanjutan untuk jenis campuran aspal beton lainnya.

  1. Menjaga temperatur, kecepatan alat pemadat, serta jumlah lintasan pada saat penghamparan dan pemadatan.

  Dari penelitian pengaruh variasi jumlah lintasan alat pemadat pada pelaksanaan percobaan penghamparan dan pemadatan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

  pada variasi 2 diperoleh nilai persen kepadatan pada campuran aspal beton jenis Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) sebesar 98,81%. Beradasarkan nilai kepadatan tersebut, percobaaan pemadatan ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan pekerjaan. Baik dari sisi metode kerja maupun Formula Campuran Kerja (Job Mix Design).

  Roller. Untuk percobaan pemadatan

  Transportasi No. 112 Pratama,D., 2011, Analisa Pengaruh Variasi

5.1 Saran.