FORMAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM YANG I

FORMAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM YANG IDEAL
(Suatu Solusi Alternatif Problematika Pendidikan Karakter di Indonesia)

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia, baik
melalui proses agama atau umum lebih-lebih pada kematangan perencanaan
kurikulumnya. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada beberapa saat saja, melainkan
pendidikan anak harus dimulai dari masa paling awal, yakni masa anak yang berada
dalam kandungan hingga lahir menjadi sosok generasi yang cakap dengan berbagai
potensi dan keahlian guna mencapai kehidupan yang layak dan bahagia dunia akhirat.
Pendidikan memang membutuhkan waktu yang panjang dan bahkan proses tersebut
berkelanjutan dan tidak akan pernah habis yang dimulai dari lahir sampai akhir hayat
dalam arti pendidikan seumur hidup (Life Long Education) dan ada juga yang
memberikan istilah pendidikan terus menerus (Continuing Educational).

Dengan

demikian pada esensinya pendidikan merupakan proses yang tidak pernah berhenti
dalam kondisi apapun, tinggal seberapa besar keinginan seseorang untuk merubah diri
menjadi diri yang berpotensi dan diperhitungkan oleh orang lain dalam bidang tertentu

dan penguasaan kemampuan tertentu.
Dewasa ini, kurikulum pendidikan di Indonesia sangat sensitif dengan tuntutan
kualitas akademik secara komprehensif, hal ini terlihat dengan tahapan-tahapan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam mendesain kurikulum sedemikian rupa, baik karena
kebutuhan maupun tidak menutup kemungkinan dengan mengikuti pola yang di reduksi
dengan menuju kegelapan ”Barat”, maupun sebatas kepentingan atau tertunggangi
kepentingan.

Beberapa kali kurikulum sudah mulai dirubah, baik kurikulum 94,

2
kemudian dirubah menjadi Competency Based Curriculum (KBK), kemudian berubah
ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kemudian dirubah lagi dengan
kurikulum 2013 yang sudah resmi dilauncingkan, akan tetapi masih belum jelas
statusnya sampai hari ini, atau masih dalam tanda (“), informasi terbaru juga akan
dirubah lagi menjadi kurikulum nasional, “Sebuah dilematika kurikulum bangsa di
bawah kebijakan yang tersandar”.
Disisilain, sumbangsih kurikulum dengan beberapa perubahan di atas
seyogyanya memberikan kekuatan dan pondasi kuat kepada setiap anak didik khususnya
dan terutama dalam membangun karakter seorang anak, “Akhlaq”, akan tetapi realitas

menjawabnya, dari hari kehari masih banyaknya degradasi moral bagi anak didik, baik
pergaulan bebas, kenakalan remaja, narkoba dan pelecehan seksual.
Sesuai dengan informasi yang diberitakan oleh (Trans TV pada hari Rabu, 06 Oktober
2015 pukul 15.00 Wib) memberitakan bahwa kenakalan remaja dan pelecehan seksual
dari tahun ketahun selalu mengtalami peningkatan, 2013 tercatat kurang lebih 3011
kasus, kemudian pada tahun 2014 naik menjadi 4331 kasus dan sampai oktober 2015
sudah mencapai 5000 lebih kasus.
Selain dampak perkembangan tekhnologi dan globalisasi, hal ini juga sangat erat
kaitanya dengan sumbangsih sistem kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia,
sejauhmana kekuatan sistem, pola atau format kurikulum tersebut dalam membentuk
pribadi yang berakhlaq, beriman, bertaqwa dan berwawasan. Dengan demikian, realitas
ini membutuhkan sumbangsih pemikiran dan konsep tentang format kurikulum yang
ideal dalam pendidikan Islam yang bisa diterima oleh public.
Pembahasan pada format kurikulum pendidikan Islam yang ideal ini lebih focus
pada beberapa tawaran model ataupun format alternatif dalam menyelesaikan
problematika karakter bangsa dengan melihat implementasi kurikulum pendidikan
sekarang serta beberapa dampak-dampaknya terutama dalam bidang akhlaq “Karakter”

3
anak, sehingga dengan batasan demikian, pembahasan ini lebih spesifik dan tidak terlalu

melebar.

Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal
Pengertian kurikulum pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu pola atau format dengan segala
hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam yang harus didesain sedemikian rupa guna
menghasilkan generasi muslim yang tidak diragukan lagi terutama dalam bidang
karakter.
Dalam bahasa arab, kata kurikulum dapat diterjemahkan dengan istilah manhaj yang
berarti jalan terang, atau jalan yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan. Dikutip oleh Jalaludin dalam (Toumy al-Syaibany, 478)
Sacara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu “curir” yang berarti
pelari dan “curer” yang berarti tempat terpacu. Jadi istilah kurikulum berasal dari
bidang olahraga di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari dari garis strart sampai garis finish. Jalaludin mengutip dari
(Sudirman, 1987:9).
Aly dalam A. Beane. (1991, hal. 28-29) mengemukakan dalam karyanya curriculum
Planning and Development, menyimpulkan adanya empat kategori pengertian
kurikulum, yaitu: (1) kurikulum sebagai produk (curriculum as product), (2) kurikulum
sebagai program (curriculumas a program), (3) kurikulum sebagai program

(curriculum as intended learnings), dan (4) kurikulum sebagai pengalaman peserta
didik (curriculum as the experiences of the learner).

4
Sedangkan Sanjaya (2011, hal. 9) mendefensikan kurikulum sebagai sebuah dokumen
perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman
belajar yang harus dilakukan siswa dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta
implementasinya dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Definisi yang populer terkait kurikulum adalah “ the curriculum of a school is all the
experiences that pupils have under the guidance of the school”

yaitu segala

pengalaman anak disekolah dibawah bimbingan sekolah. (Nasution, 2003. hal. 10).
Secara terminologis, kurikululum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
atau sejumlah pengetahuan yang haurs dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau
ijazah. Dikutip oleh Jalaludin dalam (Zuhairini, 1983, hal.58)
Esensinya kurikulum memiliki pengertian yang sangat luas dan universal dan tidak

terbatas pada lingkaran pengertian olahraga “Yunani” saja. Dan ini salah satu menu
dalam menunjang pola pikir yang menimbulkan makna kerdil dalam pendekatan Islam
(Alqur’an dan Hadits) dalam memaknai kurikulum secara lughat.
Kurikulum pada hakekatnya juga merupakan perencanaan bahan-bahan materi
ajar baik dari isi materi dan pengalaman anak didik serta produk yang disediakan
sebagai acuan dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi pembelajaran. Dan pada
substansinya, format kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu pola yang
merencanakan tujuan, bahan, metode, isi dan evaluasinya dalam mencapai tujuan
pendidikan Islam, yakni insan kamil yang berakhlak, berwawasan dan bertaqwa kepada
Allah swt yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Pendidikan Islam yang ideal

5
Pendidikan merupakan suatu proses yang komprehensif yang berupaya mempersiapkan
diri dengan segala yang dimilikinya menuju kabaikan dan ketaqwaan kepada Allah swt.
Pendidikan Islam berupaya menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan
damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan
segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya (al-Qardawi, 1980, hal. 39)
Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses

penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan kemampuan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
beramal dan memetik hasilnya kelak di akhirat (Langgulung, 1980, hal. 6)
Pendidikan juga merupakan sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan mulai dari
tingkat dasar sampai menuju tingkat selanjutnya yang lebih tinggi. (Gunawan, 2012
hlm. 198).
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai-nilai
Islami yang akan menjadi penolong dan penentu umat Islam dalam menjalani
kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat Islam secara
utuh. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan
generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia sekarang, telah
sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya.
Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban
suatu masyarakat atau suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang
dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Pendidikan juga merupakan sebuah proses
tranformasi ilmu dalam upaya mempersiapkan manusia untuk kehidupan dengan
sempurna baik dalam pengetahuan, sikap, mental serta dapat melakukan hubungan
harmonis kepada sesama manusia dan Allah swt juga alam semesta.

6

Islam telah menetapkan suatu metode sempurna dan mencakup berbagai aspek
pada diri manusia, sekiranya metode itu diterapkan benar, pasti terlahir pada masyarakat
Islam seorag musim manusia yang sempurna “Insan Kamil” dan lurus. Yang mempu
mewujudkan tujuan dalam pendidikan dalam Islam (Musthafa, 2009: 19).
Disisilain, pendidikan Islam selalu mengajarkkan untuk mempersiapkan anak
yang alim dan sholeh. Bukan sebatas cerdas, berwawasan maupun pandai saja. Islam
telah menggariskan beberapa aspek kepribadian bagi seorang muslim. Karena itu alQur’an menyebutkan sifat-sifat kaum muslimin yang disebut dengan “Ibaadurrahman”
(Hamba-hamba Arrahman). Mereka adalah orang-orang yang menggambarkan pribadi
muslim yang tulus dalam kehidupan nyata di dunia ini.

Allah swt berfirman,

‫وعباد ارحمن الذين يمشؤن على الرض هونا واذا خاطبهم الجهلون قالوا سلما‬
Artinya : Dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Q.S. Al-Furqan:
63).
Islam telah memberikan pilihan kepada umat Islam dengan tepat, Islam telah
menetapkan pola hidup yang lengkap bagi pemeluknya. Sehingga apabila seseorang itu
memahaminya pola hidup ini, realitanya akan seimbang sesuai dengan tuntunan dalam

al-Qur’an dan sunnah.
Hal tersebut juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh DR. Adnan Ali Ridha AnNahrawi yang dikutip oleh Syekh ahmad farid (2012:499) mengemukakan bahwa
sebaiknya seorang muslim tidak melakukan aktfitas hariannya sebelum membuat

7
rencana harian. Rencana harian ini dimulai dengan shalat shubuh dimasjid, kemudian
membaca do’a-do’a yang mu’tsar, kemudian melakukan apa yang telah tercatat di dalam
kurikulum pribadinya, serta melakukan pekerjaan-pekerjaan dan tugas-tugas rumah
tangga dan agamanya.
Sedangkan ideal menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) itu sendiri adalah
sangat sesuai dengan yangg dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki.
Dimaksudkan pendidikan Islam yang ideal disini merupakan sebuah proses.
Dengan demikian, pendidikan Islam yang ideal merupakan suatu upaya
mewariskan sekaligus mentransformasikan nilai-nilai Islami yang akan menjadi
penolong dan penentu umat Islam dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk
memperbaiki nasib dan peradaban umat Islam secara komprehensif yang berdasarkan
al-Qur’an dan al-Hadits.

Kurikulum perspektif Al-qur’an dan Al-Hadits
Dasar pendidikan Islam adalah identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri.

Keduanya berasal dari sumber yang sama, yakni Al-Qur’an dan Hadits.
Jika dasar dasar pendidikan Islam dikembangkan oleh pemahaman ulama dalam bentuk
qiyas syar’i, ijma’ yang di akui, ijtihad dan tafsir yang benar-benar dalam bentuk
pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagad raya, manusia, masyarakat dan
bangsa, pengetahuan, kemanusiaan dan akhlaq dengan merujuk kedua sumber asal,
yakni A-Qur’an dan Hadits sebagai sumber rujukkan utamanya. Dikutip oleh Jalaludin
dalam (Mohammad Omar al-Thoumy al-Syaibani, 1979, hal.36)

Dimaksudkan bahwa menempatkan alqur’an dan hadits sebagai dasar pemikiran
dalam membina sistem pendidikan, bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang

8
didasarkan pada keyakinan semata. Lebih dari itu kebenaran dimaksud juga sejalan
dengan kebenaran yang dapat diterima oleh nalar (rasio) dan bukti-bukti sejarah .
menurut Jalaludin (2011, hal,74), mengemukakan, apabila pemikiran-pemikiran ini
difokuskan pada masalah yang berhubungan dengan hakekat pendidikan, maka
pemikiran seperti itu disebut sebagai pemikiran filosofis.
Dalam perspektif

ini, kurikulum dipahami dengan sangat universal dan


fleksibel, baik pada tujuan, metode, isi maupun evaluasinya. Pertama,

Tujuan

kurikulum itu sendiri juga tidak terlepas dari substansi pendidikan Islam yang
berasaskan Al-qur’an dan Al-Hadits, sesuai tujuannya, kurikulum pendidikan Islam
harus sesuai dengan Al-Qur’an, Allah swt menciptakan manusia tujuannya untuk
menjadi khalifah yang bertugas memakmurkan bumi dan menebarkan keamanan ,
keadilan, serta kesejahteraan di dalamnya.
Allah swt berfirman:

‫واذ قال ربك للملئكة انى جا عل فى الرض خليفة‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalaifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah; 30).
Untuk itu, yang menjadi dasar pendidikan dasar Islam adalah hubungan yang terus
berkelanjut antara seorang muslim dengan Allah. Dengan demikian, seorang muslim
sudah berjalan sesuai dengan peraturan dari Allah SWT. Alqur’an dan Hadits dijadikan
sebagai satu-satunya dasar utama dalam mendesain sistem kurikulum pendidikan Islam,
dan hal ini masih tabu dan dilihat sebelah mata oleh penemuan-penemuan dari kaum

menuju kegelapan “Eropa”.
Kaitannya dengan pendidikan karakter, Allah SWT juga berfirman,

9

‫وانك لعلى خلق عظيم‬
Artinya : “ Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. AlQalam, 4).
Selain itu, Rasulullah saw juga bersabda,

‫بعثت لتمم مكارم ال خلق‬
Artinya : “ Saya diutus untuk menyempurnakan Akhlaq” (HR. Al-Bukhari).
Diriwayat lain, Rasulullah saw juga bersabda,

‫ان ل كتب الحسا ن على كل شىئ‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah swt memerintahkan bebuat baik dalam segala hal”.
Sesuai kacamata kurikulum, sangatlah jelas bahwa al-Qur’an dan al-Hadits seirama
dalam maksud dan tujuannya, yakni dalam bidang akhlaq. “Karakter”. Dengan
demikian kurikulum pendidikan Islam sudah seyogyanya focus pada pembentukan
karakter mulia, bukan sebatas pada penguasaan kompetensi.
Kedua, pada metode, metode, salah satu bentuk metode yang dianjurkan dalam alQur’an adalah dengan metode Uswah.
Menurut Musthafa (2010, hal.22) mengemukakan pendidikan akhlaq merupakan
tanggung jawab para bapak, ibu, bapak dan ibu guru. Agar pendidikan akhlaq
memberikan buah yang baik, hendaknya seorang anak mendapati dalam rumah dan
sekolahnya, seorang Qudwah Hasanah, (Panutan yang baik). Yang bisa dijadikannya
panutan dan teladan dalam hidupnya.

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an,

10

‫لقد كان لكم فى رسول ل اسوة حسنة‬
Artinya : “ Sungguh telah ada bagi kamu diri Rasulullah itu suri teladan yang baik. ( Alahzab:21).
Rasulullah saw juga bersabda,

‫يا ايها انا س ا نى صنعت هذا لتا تموا بى ولتعموا صل تى‬
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya aku melakukan hal ini agar kamu mengikutiku,
dan agar kamu belajar dari shalatku”.
Disisilain, metode yang sering digunakan oleh pendidik yakni dengan metode ceramah,
Dalam hal ini Allah SWT juga sudah menegaskan dalam firmannya ”Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu sekalian menyampaikan amanat kepada yang berhak meneriman.
Dan (menyuruh kamu sekalian) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu, sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (QS. An-Nisa’:58).

Dengan demikian, hakekatnya kurikulum pendidikan Islam itu sudah dijabarkan
dengan jelas dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sudah seyognya pendidikan Islam di
Indonesia mengevaluasi dan memformulasi kembali substansi kurikulum itu sendiri,
baik pada tujuan, metode, bahan dan evaluasi serta pada sistemnya yang disesuaikan
dengan tujuan al-Qur’an dan al-Hadits menuju bangsa yang berkakrakter dan
berintegritas.

Format kurikulum alternatif pendidikan Islam ideal

11
format dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Format adalah bentuk, pola dan
ukuran (buku, surat kabar, dsb). Sedangkan alternatif adalah pilihan diantara dua atau
beberapa kemungkinan, (KBBI). Sehingga dapat dideskripsikan bahwa format
kurikulum pendidikan ideal yang dapat menyelesaikan problematika karakter bangsa
adalah sebagai berikut:
Kurikulum yang sehat dan berkarakter
Kurikulum yang sehat dan berkakter merupakan sebuah kurikulum yang
memiliki tujuan, metode, isi dan evaluasinya bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits.
Sesuai firman Allah swt,

‫واذ قال ربك للملئكة انى جا عل فى الرض خليفة‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalaifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah; 30).
Selain itu, Rasulullah saw juga bersabda,

‫بعثت لتمم مكارم ال خلق‬
Artinya : “ Saya diutus untuk menyempurnakan Akhlaq” (HR. Al-Bukhari).
Untuk itu, kurikulum yang sehat dan berkakarter lebih diasumsikan bahwa adanya
upaya untuk memberdayakan potensi sumber daya timur atau Indonesia sendiri dalam
hal substanstif, bahkan sumber dasarnya dengan tetap memprioritaskan pendidikan
karakter dan tidak terlalu terpaku dan mengikuti pola-pola yang di bangun oleh ilmuan
eropa, “kembali pada konsep Rasulullah saw”
Pola kurikulum sehat dan berkarakter,

Tujuan

12

Al-Qur’an
Pendidikan
sehat &

Metode

&
Al-Hadits
Isi

Afektif,
Kognitif,
Psikomotori

Evaluasi

Berbasis Pesantren
Keseluruhan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang asli Indonesia, yang pada
saat ini merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia yang terus berkembang.
(Dhofier, 2011 hlm. 41).
Hal ini juga dikemukakan oleh Madjid (1997, hlm. 03) bahwa Pesantren juga
merupakan suatu lembaga pendidikan agama Islam tradisional yang telah
mengembangkan dan ikut serta berperan dalam proses penyebaran agama Islam di
Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga saat sekarang ini. Pesantren atau pondok
adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan
sistem pendidikan Nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan
makna ke-Islaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indoneisa (Indegenous).

Dengan pernyataan demikian, maka pesantren merupakan suatu lembaga
tradisional yang lahir dari beberapa tokoh sebagai wujud kekayaan budaya Indonesia
yang tidak hanya identik dengan makna ke-agamaan atau ke-Islaman melainkan juga

13
mengandung nilai-nilai keaslian Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan bayaksnya
pesantren di tanah air yang belum tentu didapatkan model pendidikan ini di Negaranegara lain.
Kata pondok diambil dari bahasa arab funduk yang berarti ruang tidur, wisma, dan atau
hotel sederhana. Dalam pengertian ini pondok merupakan asrama bagi santri yang
menjadi cirikhas pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan Islam
tradisional lainnya-seperti masjid, surau dan atau langgar. (Aly, 2011. hlm.159-160).
Dari segi fisik pesantren merupakan sebuah kompleks pendidikan yang terdiri dari
susunan bangunan yang dilengkapi dengan sarana prasarana yang mendukung
penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan secara kultural pesantren mencakup pengertian
yang lebih luas mulai dari sistem nilai khas yang secara intrinsik melekat di dalam pola
kehidupan komunitas santri, seperti kepatuhan pada kyai sebagai tokoh sentral, sikap
ikhlas dan tawādlu’, serta tradisi keagamaan yang diwariskan secara turun-temurun.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral
agama Islam sebagai pedoman hidup bermayarakat sehari-sehari.
Sedangkan menurut dhofier (2011, hlm. 41) perkataan pesantren berasal dari kata santri,
yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri.
Ziemek (1986, hlm. 16) juga mendifiniskan bahwa pesantren secara etimologis asalnya
pe-santri-an, berarti “tempat santri”. Santri atau murid (umumnya sangat berbeda-beda)
mendapat pelajaran dari pemimpin pesantren (Kyai) dan oleh para guru (‘ulāma’ atau
ustāz). Pelajarannya mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan Islam.
Disisi lain, Dalam memahami gejala modernitas yang kian dinamis, pesantren di
istilahkan oleh Gusdur “sub kultur” memiliki dua tanggung jawab secara bersamaan,

14
yaitu sebagai lembaga pendidikan agama Islam dan sebagai integral masyarakat yang
bertanggung jawab terhadap perubahan dan rekayasa sosial. (Haedari, 2005. hlm. 76).
Terlepas dari asal-usul kata itu berasal dari mana, yang jelas ciri umum keseluruhan
pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang asli Indonesia, yang pada saat ini
merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia yang terus berkembang. Bahkan pada
saat memasuki millennium ketiga ini menjadi salah satu penyangga yang sangat penting
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. (Dhofier, 2011 hlm. 41).

Dengan demikian Pendidikan pesantren merupakan pendidikan yang lahir dari
potensi intern dalam mewujudkan pendidikan yang dinamis dan efektif sesuai dengan
pengalaman dan ilmu yang diperoleh dengan latar belakang masing-masing yang
memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan agama Islam dan perubahan rekayasa
sosial. Pondok pesantren dapat dijadikan sebagai sumber penanaman akhlak pada santri
sehin serta menjunjung tinggi nilai-nilai Tafaqquh fiddīn. Hal tersebut menjadi prioritas
utama bagi orang tua khususunya dan masyarakat umunya dalam ikut serta mewujudkan
tujuan pendidikan Nasional, yakni menjadi manusia yang berbudi luhur.
Kurikulum merupakan salah satu komponen utama dalam pondok pesantren yang
tidak dapat ditinggalkan. Kurikulum dalam pesantren salaf dan sebagian pesantren
khalaf sangat dominan dengan pembelajaran kitab klasik dengan tujuan untuk mendidik
calon-calon ulama’.
Dhofier (2011, hal. 87) mengemukakan bahwa dalam pesantren terdapat kitab-kitab
klasik yang diajarkan, antaralain; (a) Nahwu (Syntax) dan sharaf (morfologi), (b) fiqih,
(c), Usul Fiqh, (d) Hadits, (e) Tafsir, (f) Tauhid, (g) Tasawuf dan etika, (h) cabangcabang lain seperti tarikh dan balāghah.

15
Sedangkan Madjid (1997. hal. 8) mengemukakan bahwa para lulusan atau produk
pesantren berkisar pada bidang-bidang berikut; (a) Nahwu-sharaf (b) Fiqh, (c), ‘Aqaid,
(d) Tasawuf, (e) Tafsir, (f) Hadits, (g) Bahasa Arab, (h) Fundamentalisme.
Zainuddin dan Tuwah dalam Depag RI (2001, hal. 31-70) telah mengklasifikasikan
kurikulum pondok pesantren dengan beberapa materi antaralain; (a) Aqidah/ Tauhid, (b)
Tajwid, (c), Akhlaq/ Tasawuf, (d) Bahasa Arab (Nahwu-Sharaf), (e) Fiqh, (f), Ushul
Fiqh, (g) Al-Qur’an (Tafsir), (h) Ilmu Tafsir, (i) Hadits, (j) Ilmu Hadits, (k) Tarikh
( Sejarah Islam).

Dari beberapa pendapat di atas, kurikulum pesantren merupakan kumpulan bahanbahan pelajaran yang disediakan kepada seluruh santri guna mencapai visi dan misi
pesantren dengan tetap menyesuaikan kebutuhan dan kondisi masing-masing yang lebih
fleksibel dan komprehensif. Penyesuaian kondisi ini dilakukan karena pesantren
memiliki otonomi dalam menentukan kurikulum yang akan diterapkan.
Dengan

demikian,

kurikulum

pesantren

di

Indonesia

semestinya

mengimplementasikan jenis kurikulum yang telah ditentukan oleh Kementerian Agama
dengan tetap menyesuaikan kebutuhan dan kondisi masing-masing pesantren. Sehingga
dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Agama menjadi salah satu
upaya pemersatu dan eksistensi pesantren guna memberikan kontribusi pada bangsa dan
agama dengan tetap memprioritaskan nilai-nilai keagamaan dan akhlak al karīmah.
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,menghayati,
dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddīn) dengan menekankan
pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.
(Mastuhu,1989 hlm.14).
Uraian pola manajemen kurikulum pesantren

16
Uraian

Komponen

Kurikulum
berbasis
pesantren

Sub Komponen
Dasar pengembangan kurikulum

Perencanaan
kurikulum

Perencanaan Program Pendidikan
dan kurikulum
Nilai-nilai pesantren dalam
perencanaan kurikulum

Materi ajar pesantren

Indikator
Visi dan misi
Falsafah pesantren
Program kurikulum
Program pendidikan
Etika santri
Mata pelajaran diniyah/
pesantren
Ekstrakurikuler
Sorogan
Bandongan

Metode

Muhadatsah
Batsul masa’il/ diskusi
Hafalan

Implementas
i kurikulum

Nilai-nilai pesantren dalam
implementasi kurikulum

Etika santri/siswa
Kelas / klasikal

Tempat pembelajaran

Dalem Kiai
Muhsola/ masjid
Lapangan/ di luar kelas
Kitab

Bahan pembelajaran

Media Pembelajaran
Evaluasi
kurikulum

Evaluasi kurikulum
Nilai-nilai pesantren dalam
evaluasi kurikulum

Penghapus, Spidol,
Papan Tulis
Internet,
LCD, Alam.
Strategi pembelajaran
Sarana dan prasarana
Kemandirian
Tanggung jawab
Inovatif

17

(Analisa Penyusun)

Dimaksudkan bahwa adanya penanaman moral dan penguasaan dasar-dasar ilmu
agama pada anak merupakan hal yang paling mendasar bagi pesantren. Sesuai dengan
dikemukakan Wahid (2007, hlm. 183) bahwa prinsip yang digunakan dalam
pembenahan dan pengembangan pesantren adalah diktum yang sudah lama dikenal
kalangan pesantren sendiri yaitu memelihara hal-hal baik yang telah ada sambil
mengembangkan hal-hal yang baru yang lebih baik, (al-muhāfadlatu ‘ala al-qodhīmi
ash shālih ma’a al akhzu bī al jadīdi al ashlāh).
Dengan demikian, kurikulum berbasis pesantren ini sangat tepat diterapkan pada
lembaga-lembaga non pesantren dengan mereduksi

kurikulumnya mengacu pada

penanaman nilai-nilai kepesantrenan “karakter” yang bisa dijaidkan uswah bagi
generasi mendatang.

Kurikulum Terintegratif
Kurikum yang lebih fleksibel dan tidak mengikat baik pada lembaga, pendidik,
maupun peserta didik, dengan upaya integrasi nilai-nilai akademik baik umum dan
agama, ini menjadi suatu formula baru dalam membangun karakter bangsa yang rendah
hati dan mampu menjadi pemimpin dimuka bumi ini sesuai dengan al-Qur’an dan alHadits.

18
Kartanegara (2005, hal. 72) mengemukakan bahwa konsekuensi integrasi objek-objek
ilmu adalah adanya integrasi bidang-bidang, atau ada yang menyebutnya disiplindisiplin ilmu.
Teori Integrated Curriculum

(Kurikulum Terpadu) dari

Nasution adalah

mengintregasikan bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran”.
Integrasi dalam pandangan tauhid menurut kartanegara (2005, hal. 31) bahwa terdapat
beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam upaya integrasi ilmu yang mencakup
beberapa aspek antaralain, landasan atau basis integrasi ilmu, integrasi objek dan
sumber ilmu, integrasi bidang ilmu, seperti fisika, matematika dan metafisika, integrasi
metode dan penjelasan ilmiah serta integrasi ilmu-ilmu praktis dan teoritis.
Definisi di atas setidaknya memberikan penjelasan bahwa integrasi merupakan
upaya memusatkan bahan-bahan dari segala disiplin ilmu dan beberapa aspek guna
menyelesaikan masalah tertentu dengan lebih praktis dan teoritis. Sehingga dengan
integrasi kurikulum yang ada merupakan langkah-langkah yang sangat baik dan perlu
dikaji lebih dalam sejauh mana upaya-upayanya dalam mendidik siswa-siswanya guna
menjadi siswa yang berwawasan dan berakhlak.
Pola Kurikulum Terintegratif

Tujuan
Kurikulu
m Agama

Bahan
Integrasi
Kurikulum
Metode

Kurikulu
m Umum

Evaluasi

Afektif,
Psikomotori
k,Kognitif.



19

Al-qur’an dan Al-hadits

(Analisa Penyusun)

Pola di atas memiliki substansi bahwa adanya konsep integrasi kurikulum antara
ilmu agama dan umum, kemudian diintegrasikan menjadi satu konsep baru yang
disesuaikan dengan kebutuhan publik baik pada tujuan, bahan, metode dan isinya,
sehingga dengan pola yang lebih kompleks tersebut menghasilkan kemampuan afektif,
psikomotorik dan kognitif yang tetap bersumber pada alqur’an dan al-hadits. Sehingga
terbangun karakter bangsa yang memang sesuai dengan cita-cita bangsa itu sendiri,
bangsa yang adil, makmur dan sejahtera, jauh dari kriminalitas, korupsi, ataupun lebih
fleksibel disebut dengan akhlaq tercela.

Kesimpulan

20
Kurikulum pendidikan Islam yang ideal merupakan suatu pola desasin kurikulum
yang direncanakan baik dalam tujuan, bahan, metode, isi dan caranya dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan Islam yang proporsional, yakni insan yang berakhlak,
berwawasan dan bertaqwa kepada Allah swt yang bersumber pada Al-Qur’an dan AlHadits. Format kurikulum alternatif pendidikan Islam ideal yang dapat menyelesaikan
problematika karakter bangsa setidaknya terdapat tiga alternatif, pertama, Kurikulum
yang sehat dan berkarakter, kedua, kurikulum berbasis pesantren, dan yang ketiga,
kurikulum terintegratif, yang kesemuanya itu tetap memiliki sumber utama pada alQur’an dan al-hadits baik dalam

tujuan, metode, isi dan caranya, sehingga pada

implementasi dan evaluasinya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dengan tetap
memprioritaskan konsep Allah dan Rasulullah Saw.