PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN
PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN
Irwan Sugiarto
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Hukum Bandung E-mail : [email protected]
Abstract
Tax payment is a mutual agreement among citizens as it is contained in the 1945 Constitution article 23A. Today, tax does not become something strange to society. Some groups of people have already put the tax proportionally in their lives. Tax has already been assumed as one of obligations for every citizen. Referring to the dividend division, there is a tax obligation. The tax levy on dividend refers to taxation principle on revenue in a wide meaning; that is to say tax on dividend which is an obtained or received additional economic capability should pay the tax without referring to where it derives from, to be used for consumption or to add morewealth. The method of tax levy on dividend is regulated in Act No. 36 year 2008 on the fourth amendment of Act No. 7 year 2000 on Income Tax. The received income referring to article 23 paragraph (1) letter a number 1 is as meant in article 4 paragraph (1) letter g with the tariff as many as 15 % from the total amount by the party who must pay dividend. Then, article 26 with the tax levy as many as 20 % from the total amount by the party who must pay dividend, and article 17 paragraph (2c) with tax levy as many as 10 % . Non-tax object is received revenue which is meant in article 4 paragraph (3) letter f; letter i; and letter k.
Keywords: income tax; dividend;
Abstrak
Membayar pajak merupakan kesepakatan bersama di antara warga negara seperti yang dituangkan di dalam Pasal 23A Undang-undang Dasar (UUD) Tahun 1945. Saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat. Sebagian kalangan telah menempatkan pajak secara proporsional dalam kehidupannya, bahwa pajak telah dianggap sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara. Terkait dengan pembagian dividen, dalam hal ini juga terdapat kewajiban perpajakan. Pengenaan perpajakan untuk dividen menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak atas dividen yang merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak tanpa melihat dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan. Metode pengenaan pajak penghasilan atas dividen diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Penghasilan yang diterima yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a angka 1 yaitu sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g, dengan pengenaan tarif sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan dividen. Kemudian Pasal 26, dengan pengenaan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan dividen, dan Pasal 17 ayat (2c) dengan pengenaan tarif sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final. Yang bukan objek pajak, adalah penghasilan yang diterima yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf f ; huruf i ; dan huruf k.
Kata Kunci: Pajak Penghasilan, Dividen Keywords: income tax; dividend;
54 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
A. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak, kemudian hasil dari pemungutan pajak akan digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan dan kesejahteraan bersama. 1
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat. 2
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah
penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang- undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak. 3
Saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat. Sebagian kalangan telah menempatkan pajak secara proporsional dalam kehidupannya, bahwa pajak telah dianggap sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas kenegaraan yang ditangani oleh pemerintah. Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah wajib pajak, demikian juga dengan keikut- sertaan masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini dapat dilihat apabila ada suatu penyelenggaraan kegiatan mengenai perpajakan, seperti halnya seminar, dialog, penyuluhan, dan sebagainya. Selain itu juga dapat dilihat dengan makin banyaknya buku-buku mengenai perpajakan, serta berbagai kolom atau rubrik khusus tentang perpajakan di berbagai mass media. Namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian masyarakat juga belum memahami tentang hukum perpajakan. 4
P.J.A. Adriani menyatakan bahwa : 5 “Pajak adalah iuran kepada negara
Jurnal 55 Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
1 Waluyo dan B. Ilyas Wirawan, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Cetakan II, Jakarta, 2000, hlm . 2 2 “Pajak”, http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak, diakses tanggal 10 Januari 2014 3 Ibid.
(yang dapat dipaksakan) terutang pertahanan serta menyelenggarakan oleh yang wajib membayarnya
pemerintahan yang baik. Lazimnya sebuah menurut peraturan-peraturan, dengan
perikatan, maka ada pihak yang berhak tidak mendapat prestasi kembali, yang
mendapatkan sesuatu dan ada pihak lain langsung dapat ditunjuk, dan yang
yang wajib memenuhi hak tersebut, begitu gunanya adalah untuk membiayai
pula sebaliknya. Dengan demikian pajak pengeluaran-pengeluaran umum
merupakan perikatan antara Fiscus berhubung dengan tugas negara untuk
(negara sebagai pemungut pajak yang menyelenggarakan pemerintahan”.
diwakili Direktorat Jenderal Pajak) dengan wajib pajak sebagai pembayar pajak, dan
Pengertian pajak yang disebutkan Prof. masing-masing pihak mempunyai hak Adriani sejalan dengan Pasal 1 ayat (1)
sekaligus kewajiban. Tetapi tidak seperti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
perikatan jual beli, hubungan timbal balik tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
dalam perikatan pajak tidak bersifat undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
sempurna, sebab pihak wajib pajak sebagai Ketentuan Umum dan Tata Cara
pembayar pajak hanya mempunyai Perpajakan (KUP) yang menyatakan: 6 kewajiban, tanpa mempunyai hak untuk
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada memperoleh kontraprestasi (imbalan) negara yang terutang oleh orang
langsung, sedangkan fiscus hanya pribadi atau badan yang bersifat
mempunyai hak, yaitu hak memungut memaksa berdasarkan undang-
pajak tanpa mempunyai kewajiban. undang, dengan tidak mendapat
Kontraprestasi yang diterima pembayar imbalan secara langsung dan
pajak dari fiscus bersifat tidak langsung, digunakan untuk keperluan negara
melainkan dijalankan oleh negara, berupa bagi sebesar-besarnya kemakmuran
pelayanan publik, pemeliharaan rakyat”. 7 pertahanan dan keamanan.
Melihat kenyataan tersebut, kadang Berdasarkan pengertian di atas, secara
timbul pertanyaan : jika tidak ada imbalan singkat dapat dikatakan bahwa pajak
langsung, mengapa harus membayar adalah iuran kepada negara. Sebuah iuran
pajak? Jawabannya adalah membayar yang wajar, mengingat negara dan mereka
pajak merupakan kesepakatan bersama di yang membayar iuran sesungguhnya saling
antara warga negara seperti yang membutuhkan. Iuran yang disetor kepada
dituangkan di dalam Pasal 23A Undang- negara itu digunakan untuk menjalankan
undang Dasar (UUD) Tahun 1945 dan berbagai kewajiban negara, seperti
Amandemennya ditegaskan: “Pajak dan pelayanan publik, menjaga keamanan dan
pungutan lain yang bersifat memaksa
5 Liberty Pandiangan, Pemahaman Praktis Undang-Undang Perpajakan Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2002, hlm. 2. 6 R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang
7 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Koperasi Pegawai KP DJP, Tinjauan Perpajakan Indonesia, Gemilang Gagasanido Handal, Jakarta, 2006, hlm. 2.
56 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 56 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
Dilihat dari sejarahnya, sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, ketentuan pemungutan pajak di Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode :
1. periode ordinasi, dimana pemerintah masih menggunakan ketentuan- ketentuan dari zaman penjajahan (ordonansi) untuk memungut pajak,
2. periode reformasi perpajakan 1983, dilakukan pada awal tahun 1980-an melalui Pembaruan Sistem Perpajakan Nasional (PSPN). Pada periode ordonansi, banyak jenis
pajak yang wajib dibayar masyarakat sehinga menimbulkan kebingungan dan beban pajak berganda. Maka berbagai jenis pajak direformasi melalui Pembaruan Sistem Perpajakan Nasional (PSPN) yang menghasilkan dua paket undang-undang perpajakan yang merupakan produk asli Indonesia. Paket I terdiri dari Undang- undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP); Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan; Undang-undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), sedangkan paket II terdiri dari dua undang- undang, yaitu Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); dan Undang-undang No.
13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (BM).
Secara historis, hingga saat ini pemerintah telah melakukan perubahan- perubahan atas undang-undang perpajakan yang ada (yaitu tahun 1983, 1985, 1994, 1997 dan 2000 serta 2007). Hal ini menunjukkan bahwa peraturan perpajakan Indonesia cukup akomodatif, dinamis dan antisipatif dalam mengamati, mengkaji dan menerapkan perkembangan yang terjadi di luar perpajakan-seperti perkembangan ekonomi, moneter, industri dan perdagangan, bahkan perkembangan sosial, politik, teknologi dan sebagainya- untuk disesuaikan pengaturan perpajakannya. 8
Dalam praktiknya tidak semua negara berhasil mengenakan, menarik dan memungut pajak, karena ada juga masyarakat yang menolak atau bahkan melakukan pemberontakan demi menolak pajak. Dapat ditengok catatan sejarah, seperti : salah satu pemicu meletusnya Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika Serikat dua abad silam adalah masalah pajak. Dalam Revolusi Amerika, pajak diangkat menjadi slogan umum pemberontakan, yakni No Taxation without Representation, dengan maksud bahwa warga Amerika enggan membayar pajak jika mereka tidak memiliki wakil di lembaga legislatif. Kegagalan pemungutan pajak ini bisa terjadi jika penerapan pajak tidak berdasarkan kepada asas-asas maupun prinsip-prinsip dasar perpajakan yang berlaku secara universal. Hal ini juga berkaitan erat dengan perkembangan tata kelola pemerintahan, sehingga pengelolaan pajak oleh negara atau pemerintah, harus mengacu kepada
Jurnal 57 Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
8 Liberty Pandiangan, Op.Cit., hlm. 3.
prinsip-prinsip Good Governance. 9 Indonesia, rencana penyediaan dana Bila dicermati pendapat masyarakat
dan barang serta jasa publik tentang pajak seperti yang acap muncul di
terangkum dalam APBN tiap tahun. media massa, secara umum dapat
Oleh karena penyediaan dana ini disimpulkan bahwa masih banyak anggota
menyangkut budgeter, sesuai dengan masyarakat yang belum mengetahui atau
ketentuan yang berlaku, memahami hakikat dan fungsi dari pajak,
pelaksanaannya harus dibahas lebih baik bagi kehidupan negara maupun
dulu oleh pemerintah dengan Dewan kehidupan masyarakat sendiri.
Perwakilan Rakyat (DPR), kemudian Pembayaran pajak umumnya dipandang
disetujui DPR.
2. fungsi regulerend, pemerintah kepada negara, lantaran ciri khas pajak
sebagai suatu kewajiban (satu arah)
mengatur segala sesuatu yang berada adalah dapat dipaksakan kepada
di dalam wilayahnya. Melalui masyarakat, tanpa masyarakat
pengaturan ini pemerintah dapat memperoleh imbalan balik secara
melaksanakan tugasnya, baik dalam langsung. Pandangan yang kurang luas ini
rangka melayani masyarakat dan mengakibatkan pajak hanya dianggap
mewujudkan masyarakat yang adil dan sebagai beban semata. Padahal bila diteliti
makmur.
lebih jauh, pajak yang telah diterima
3. fungsi distribusi, dapat dibagi dua, negara juga menjadi hak masyarakat,
yaitu :
artinya bahwa masyarakat memperoleh
a. berdasarkan sektor dijalankan oleh kembali pajak itu tanpa terkecuali dalam
instansi pemerintah sesuai dengan bentuk lain, yakni melalui penyediaan
tugas pokoknya, seperti bidang berbagai barang dan jasa publik (public
kesehatan, pendidikan, keamanan, dan goods and services). Hal ini bisa dipahami
lainnya,
secara mendalam melalui sistem keuangan
b. berdasarkan wilayah dilakukan negara. Secara teoritis dan praktis dapat
melalui pembagian anggaran belanja dilihat bahwa pajak memiliki beberapa
untuk masing-masing daerah. fungsi dalam kehidupan negara dan
4. fungsi demokrasi, keikut-sertaan masyarakat, yaitu :
masyarakat dalam pengelolaan negara
1. fungsi budgeter, untuk kelangsungan merupakan hal mutlak, sehingga hidup negara, seluruh komponen
segala kegiatan negara dapat tugas-tugas negara, apakah itu
direncanakan dan diarahkan guna pemerintah (eksekutif), pengawasan
kemakmuran dan kesejahteraan (legislatif) maupun penegakan hukum 10 masyarakat.
(yudikatif) harus dapat melaksanakan Meningkatnya hasil yang diperoleh tugasnya dengan baik. Agar rencana
pemerintah di bidang perpajakan hingga tersebut berjalan dengan baik, tentu
saat ini, baik itu dari aspek budgeter, harus didukung dana yang cukup. Di
tingkat kesadaran dan kepatuhan, maupun
9 Ibid, hlm. 70.
58 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 58 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
dikenal sebagai pajak pusat, sebaliknya reform) dan penerapan prinsip-prinsip
pajak yang menjadi kewenangan good governance yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dikenal sebagai pajak pemerintah sejak pertama sekali tahun
daerah.
1983. Dilihat dari segi waktu, saat Jenis-jenis pajak pusat yang menjadi pelaksanaan reformasi perpajakan
kewenangan Direktorat Jenderal Pajak pertama kali tersebut sangatlah tepat,
tersebut, meliputi :
sebagai upaya reposisi andalan dalam
1. Pajak Penghasilan (PPh), penerimaan negara. Karena di tengah iklim
merupakan pajak yang dikenakan atas perekonomian nasional yang terpengaruh
penghasilan yang diterima atau saat itu akibat kemerosotan harga minyak
diperoleh seseorang atau badan usaha di pasar internasional, telah membawa
dalam tahun pajak.
dampak yang cukup berarti bagi Dalam terminologi pajak, seseorang penerimaan negara. Lebih dari itu,
atau badan usaha yang menerima atau Indonesia bukanlah satu-satunya negara
memperoleh penghasilan dikenal yang melakukan reformasi perpajakan
sebagai Subjek Pajak. Subjek Pajak pada kurun waktu itu, karena dilakukan
Penghasilan terdiri dari Orang Pribadi, juga oleh banyak negara. Hal ini sesuai
Badan Usaha-termasuk Badan Usaha dengan penelitian Richard A Musgrave
milik Pemerintah-yang secara umum yang menyatakan bahwa tahun 1980-an
disebut sebagai Badan, serta Bentuk merupakan dekade reformasi
Usaha Tetap (BUT). Penjelasan lebih perpajakan. 11 rinci tentang jenis subjek pajak
Penyelenggaraan pemerintahan dan penghasilan dapat dilihat berikut ini : pembangunan berkesinambungan
a. Orang Pribadi
memerlukan dana untuk pengeluaran
1) orang pribadi yang bertempat rutin dan pembangunan yang bersumber
tinggal di Indonesia atau orang dari pemerintah dan masyarakat.
pribadi yang berada di Indonesia Pengeluaran rutin sedapat mungkin
lebih dari 183 hari dalam jangka dipenuhi dari hasil pajak, sedangkan
waktu 12 bulan atau orang pribadi pembangunan dibiayai dari tabungan,
yang dalam suatu tahun pajak apakah itu tabungan pemerintah maupun
berada di Indonesia dan tabungan masyarakat. Kewenangan
mempunyai niat untuk bertempat pemungutan dan pengelolaan pajak oleh 12 tinggal di Indonesia.
pemerintah pusat diserahkan kepada
2) orang pribadi yang tidak Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi
bertempat tinggal di Indonesia di bawah Departemen Keuangan sesuai
atau berada di Indonesia kurang dengan undang-undang dan peraturan
dari 183 hari dalam jangka waktu
11 Koperasi Pegawai KP DJP, Op.Cit, hlm. 73. Liberty Pandiangan, Op.Cit, hlm. 2.
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
12 bulan yang menjalankan Bentuk usaha yang digunakan oleh kegiatan usaha atau melakukan
orang pribadi yang tidak bertempat kegiatan usaha melalui Bentuk
tinggal atau berada di Indonesia Usaha Tetap di Indonesia. 13 kurang dari 183 hari dalam jangka
3) orang pribadi yang tidak waktu 12 bulan atau yang digunakan bertempat tinggal di Indonesia
oleh badan yang tidak didirikan dan atau berada di Indonesia kurang
tidak bertempat kedudukan di dari 183 hari dalam jangka waktu
Indonesia untuk menjalankan kegiatan
12 bulan yang dapat menerima usaha atau melakukan kegiatan di atau memperoleh penghasilan
Indonesia, seperti kantor cabang, dari Indonesia bukan dari
kantor perwakilan, pabrik, gedung menjalankan kegiatan usaha atau
kantor dan orang atau badan usaha melakukan kegiatan usaha melalui
yang bertindak sebagai agen yang
14 Bentuk Usaha Tetap (BUT). 17 tidak independen.
4) warisan yang belum terbagi Subjek pajak menjadi wajib pajak sebagai satu kesatuan
apabila memenuhi kriteria subjek pajak menggantikan yang berhak. 15 sebagaimana tercantum di atas, dan
memenuhi kriteria kewajiban objektif,
b. Badan
yaitu apabila yang bersangkutan telah
1) badan yang didirikan atau menerima atau memperoleh penghasilan berkedudukan seperti Perseroan
yang dikenakan pajak sesuai dengan Terbatas (PT), Commanditter
ketentuan Pajak Penghasilan, yaitu Veenotschap (CV), perseroan lainnya,
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Badan Usaha Milik Negara
tentang Pajak Penghasilan. Kewajiban (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah
subjektif dipenuhi, antara lain dengan (BUMD) dengan nama dan bentuk
mendaftarkan diri untuk memperoleh apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), pensiun, persekutuan, perkumpulan,
sedangkan kewajiban objektif dipenuhi yayasan, organisasi massa, organisasi
dengan pembayaran dan pelaporan pajak sosial politik, atau organisasi yang 18 yang terutang.
sejenis, lembaga dan bentuk badan lainnya.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
2) badan yang tidak didirikan dan tidak Pajak Penjualan Barang Mewah bertempat kedudukan di Indonesia. 16 (PPnBM), adalah pajak atas konsumsi
barang dan/atau jasa yang dikenakan
c. Bentuk Usaha Tetap
pajak di dalam daerah pabean
13 Pasal 2 ayat (3) butir a Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. 14 Pasal 2 ayat (4) butir a Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. 15 Pasal 2 ayat (4) butir b Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. 16 Pasal 2 ayat (3) butir c Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.
17 Pasal 2 ayat (3) butir b Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.
60 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No.1 Februari 2014
Indonesia. Menurut ajaran materiil, bahwa Dalam terminologi perpajakan, barang
timbulnya utang pajak adalah karena bunyi dan jasa yang dikenakan p ajak
undang-undang saja, tanpa diperlukan berdasarkan Undang-undang Nomor 8
suatu perbuatan manusia (jadi sekalipun Tahun 1983 s.t.d.d. Undang-Undang
tidak dikeluarkan surat ketetapan pajak Nomor 18 Tahun 2000 tentang PPN
oleh fiscus asalkan dipenuhi syarat dan PPnBM. Atas Barang dan Jasa
terdapatnya suatu Taatbestand yang disebutkan dengan istilah Barang Kena
terdiri dari keadaan-keadaan tertentu dan Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP),
atau juga peristiwa ataupun perbatasan
sedangkan PPnBM merupakan pajak 20 tertentu. Tidak demikian halnya dengan konsumsi tambahan yang dikenakan
para penganut ajaran formal, yang atas penyerahan dan/atau impor BKP
mengaitkan timbulnya utang pajak dengan
yang tergolong mewah. 21 dikeluarkannya surat ketetapan pajak.
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bagaimanapun juga dapatlah adalah pajak yang dikenakan atas
dimengerti bahwa penting sekali, baik buat tanah (bumi) dan/atau bangunan yang
negara maupun buat para wajib pajak, berada di wilayah Republik Indonesia
untuk dapatnya segera ditentukan jumlah yang diatur dalam Undang-undang
utang pajaknya, dan pekerjaan ini menjadi Nomor 12 Tahun 1985 s.t.d.d. Undang-
tugas Direktorat Jenderal Pajak, dan hal ini undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang
sesuai undang-undang perpajakan hasil Pajak Bumi dan Bangunan.
reformasi 1983 mengubah pendekatan
4. Bea Materai adalah pajak atas pemungutan pajak dari sistem official dokumen yang dipakai masyarakat di
assessment menjadi sistem self assessment, dalam lalu-lintas hukum, yang diatur
yakni wajib pajak diberi tanggung jawab dalam Undang-undang Nomor 13
dan kewajiban untuk menghitung, Tahun 1985 tentang Bea Materai.
membayar dan melaporkan pajak-pajak
5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan 22 yang menjadi kewajibannya. Bangunan (BPHTB) merupakan
Terkait dengan pembagian dividen, bentuk pajak yang dikenakan pada
dalam hal ini juga terdapat kewajiban setiap peristiwa pengalihan hak atas
perpajakan, yaitu sesuai dengan Undang- tanah dan bangunan, yang diatur
undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang dalam Undang-undang Nomor 21
Pajak Penghasilan. Kata dividen berasal Tahun 1997 s.t.d.d. Undang-undang
dari bahasa Inggris, yang memiliki arti
Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea 23 pembagian keuntungan atas saham. Peolehan Hak atas Tanah dan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Bangunan (BPHTB). 19
arti dividen adalah : “bagian laba atau pendapatan perusahaan
19 Pasal 2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 20 Koperasi Pegawai KP DJP, Op.Cit., hlm. 17-34 R. Santoso Brotodihardjo, Op.Cit., hlm. 116
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
pembayaran kembali itu adalah akibat saham untuk dibagikan kepada para
dari pengecilan modal dasar (statuter) pemegang saham, atau sejumlah uang
yang dilakukan secara sah; yang berasal dari keuntungan yang
8. pembayaran sehubungan dengan dibayarkan kepada pemegang saham
tanda-tanda laba, termasuk yang sebuah perseroan. 24 diterima sebagai penebusan tanda-
Dividen secara umum adalah tanda laba tersebut; merupakan bagian laba yang diperoleh
9. bagian laba sehubungan dengan pemegang saham atau pemegang polis
pemilikan obligasi; asuransi atau pembagian sisa hasil usaha
10. bagian laba yang diterima oleh koperasi yang diperoleh anggota
pemegang polis;
koperasi. 25
11. pembagian berupa sisa hasil usaha Termasuk dalam pengertian dividen
kepada anggota koperasi; ini adalah: 26
12. pengeluaran perusahaan untuk
1. pembagian laba baik secara langsung keperluan pribadi pemegang saham ataupun tidak langsung, dengan nama
yang dibebankan sebagai biaya dan dalam bentuk apapun;
perusahaan.
2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah yang disetor;
Kata dividen berkaitan erat dengan
3. pemberian saham bonus yang saham atau modal dalam hukum dilakukan tanpa penyetoran termasuk
perusahaan / perseroan, sedangkan saham bonus yang berasal dari
perusahaan/perseroan dalam istilah kapitalisasi agio saham;
perpajakan dikenal dengan istilah badan,
4. pembagian laba dalam bentuk saham; sehingga apabila kita membaca bunyi Pasal
5. pencatatan tambahan modal yang
1 angka 3 Undang-undang Nomor 28 dilakukan tanpa penyetoran;
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
6. jumlah yang melebihi jumlah setoran Tata Cara Perpajakan ditegaskan bahwa : sahamnya yang diterima atau
“Badan adalah sekumpulan orang diperoleh pemegang saham karena
dan/atau modal yang merupakan kesatuan pembelian kembali saham-saham oleh
baik yang melakukan usaha maupun yang perseroan yang bersangkutan;
tidak melakukan usaha yang meliputi
7. pembayaran kembali seluruhnya atau perseroan terbatas, perseroan komanditer, sebagian dari modal yang disetorkan,
perseroan lainnya, badan usaha milik jika dalam tahun-tahun yang lampau
negara atau badan usaha milik daerah
22 Ibid, hlm. 119. 23 Koperasi Pegawai KP DJP, Op.Cit., hlm. 11.
24 John M. Echols and Hasan Shadily, An English-Indonesian Dictionary, Gramedia, Jakarta, 2003, hlm. 191. 25 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 271. A. Syarifuddin Alsah, Pemotongan-Pemungutan Pajak Penghasilan, Kharisma Bintang Kreativitas Prima, Jakarta, 2002, 26 hlm. 95. Pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
62 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 62 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
dividen yang diterima atau diperoleh oleh persekutuan, perkumpulan, yayasan,
Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) dalam organisasi massa, organisasi sosial politik,
negeri mengacu pada metode one tier dan atau organisasi lainnya, lembaga dan
pengenaan pajaknya bersifat final, bentuk badan lainnya termasuk kontrak
maksudnya adalah untuk mendorong investasi kolektif dan bentuk usaha tetap”. 27 perusahaan membagikan dividen kepada
Pengenaan perpajakan untuk dividen pemegang sahamnya sehingga hal tersebut sebagaimana diuraikan di atas menganut
akan menstimulasi bertumbuhnya prinsip pemajakan atas penghasilan dalam
kegiatan perekonomian dan investasi di pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak
Indonesia dan juga untuk atas dividen yang merupakan tambahan
menyederhanakan administrasi kemampuan ekonomis yang diterima atau
perpajakan bagi Wajib pajak maupun diperoleh wajib pajak tanpa melihat dari 29 Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak).
manapun asalnya yang dapat Menurut Hector S. de Leon, terdapat 3 dipergunakan untuk konsumsi atau
(tiga) prinsip dasar dari suatu sistem
menambah kekayaan. 30 perpajakan yaitu: Hal ini sesuai dengan yang diatur
1) Kecukupan pajak (fiscal adequacy) dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang
Menurut prinsip ini, sumber Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
penghasilan secara keseluruhan harus Keempat atas Undang-undang Nomor 7
memadai sebagai sumber bagi Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
anggaran negara. Hal ini berarti yang menyatakan bahwa yang menjadi
penghasilan harus elastis atau mampu objek pajak adalah penghasilan, yaitu
berkontraksi setiap tahunnya untuk setiap tambahan kemampuan ekonomis
menjawab keperluan pengeluaran yang diterima atau diperoleh wajib pajak,
negara. Sebagai alternatifnya adalah : baik yang berasal dari Indonesia maupun
a) adanya resiko dari defisit atau surplus dari luar Indonesia yang dapat dipakai
anggaran karena ketidak-elastisan untuk konsumsi atau menambah kekayaan
penghasilan; atau
wajib pajak yang bersangkutan, dengan
b) menyesuaikan jumlah pengeluaran nama dan dalam bentuk apapun.
negara terhadap aliran/arus dana yang Berdasarkan pada uraian di atas,
ada dengan membatasi atau tulisan ini akan membahas masalah:
mengurangi kegiatan tertentu, Bagaimanakah metode pengenaan pajak
sehingga anggaran yang ada dapat penghasilan atas dividen?
secara optimal dimanfaatkan. Elastisitas diperoleh tanpa membuat
B. PEMBAHASAN
pengenaan pajak baru setiap tahun,
1. Metode Pengenaan Pajak Atas
tetapi dengan mengubah tarif yang
Penghasilan
dapat diterapkan atas pajak yang telah
28 Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Majalah Berita Pajak, Vol. XLI No. 1633, 15 April 2009
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
2) Kesamaan atau teori keadilan dalam asuransi. Inti dari teori ini (equiality or theoretical justice)
adalah bahwa negara menjamin dan Dengan prinsip ini, suatu beban pajak
melindungi jiwa raga dan harta dari harus proporsional dengan
rakyat, dan karenanya rakyat harus kemampuan yang dimiliki wajib pajak
membayar premi berupa pajak kepada untuk membayar pajak. Prinsip ini
negara.
akan menciptakan kondisi di mana
2) Teori Daya Pikul (draagkrecht), kewajiban setiap orang terhadap
merupakan teori yang mengajarkan pemenuhan anggaran negara dibagi
bahwa besarnya pajak yang dipungut secara adil.
dari seorang wajib pajak haruslah
3) Kelayakan administrasi (adminitrative sesuai dengan kemampuan feasibility)
pembayaran (daya pikul) dari wajib Menurut prinsip kelayakan
pajak. Yang dimaksud dengan daya administrasi, setiap peraturan harus
pikul di sini adalah kekuatan seseorang mampu menciptakan adminitrasi yang
untuk memikulvbeban dari apa yang mudah, adil, dan efektif. Dalam hal ini,
tersisa setelah seluruh penghasilannya setiap sistem perpajakan harus jelas
dikurangi dengan pengeluaran- dan mudah dilaksanakan oleh Wajib
pengeluaran yang mutlak untuk pajak maupun petugas (fiscus), harus
kehidupan primer dirinya dan memiliki keserasian antara waktu
keluarga yang ditanggungnya. pembayaran, tempat, dan cara
3) Teori Keseimbangan (equivalentie), pembayaran, serta tidak terlalu
disebut juga dengan teori kepentingan membebankan atau menghambat
(belangen theorie) mengajarkan bahwa kegiatan usaha.
seorang individu mempunyai kepentingan atas pekerjaan negara.
Mengapa rakyat harus dipaksa Semakin banyak seseorang memberikan uang kepada negara dalam
mengenyam kepentingannya dari bentuk pajak? Jawabannya ada di beberapa
negara, semakin besar pula pajak yang teori terhadap pembenaran dari segi
harus dibayarnya.
4) Teori Daya Beli, mengajarkan bahwa pemungutan pajak.
hukum (rechtvaardiging) terhadap
pemungutan pajak akan menyedot Teori-teori tersebut adalah sebagai
daya beli masyarakat, tetapi dapat berikut: 31 dibenarkan karena hasil pajak tersebut
1) Teori Asuransi, merupakan teori akan dikembalikan juga kepada tertua tentang pembenaran
masyarakat dalam bentuk yang lain. pemungutan pajak. Teori ini
5) Teori Kewajiban Pajak Mutlak mengajarkan bahwa pembayaran
(absolute belastingplicht), atau sering
30 Majalah Berita Pajak, Vol. XLI No. 1622, 1 November 2008, hlm. 12. 31 Liberty Pandiangan, Op.cit; hlm. 23. Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 275.
64 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 64 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
hadiah.
mengajarkan bahwa negara Asas Effeciency (asas efesien atau mempunyai hak mutlak untuk
asas ekonomis): biaya pemungutan memungut pajak dari warganya,
pajak diusahakan sehemat sementara rakyat wajib patuh dan
mungkin, jangan sampai terjadi melakukan pengorbanan untuk
biaya pemungutan pajak lebih besar membayar pajak tersebut.
dari hasil pemungutan pajak.
b. Menurut W.J. Langen, asas Untuk dapat mencapai tujuan dari
pemungutan pajak adalah sebagai pemungutan pajak, beberapa ahli
berikut:
mengemukakan beberapa asas dalam Asas daya pikul: besar kecilnya pemungutan pajak, antara lain: 32
pajak yang dipungut harus
a. Menurut Adam Smith dalam bukunya berdasarkan besar kecilnya Wealth of Nations dengan ajaran yang
penghasilan wajib pajak. Semakin terkenal "The Four Maxims", asas
tinggi penghasilan maka semakin pemungutan pajak adalah sebagai
tinggi pajak yang dibebankan. berikut:
Asas manfaat: pajak yang dipungut Asas Equality (asas keseimbangan
oleh negara harus digunakan untuk dengan kemampuan atau asas
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat keadilan): pemungutan pajak yang
untuk kepentingan umum. dilakukan oleh negara harus sesuai
Asas kesejahteraan: pajak yang dengan kemampuan dan
dipungut oleh negara digunakan penghasilan wajib pajak. Negara
untuk meningkatkan kesejahteraan tidak boleh bertindak diskriminatif
rakyat.
terhadap wajib pajak. Asas kesamaan: dalam kondisi yang Asas Certainty (asas kepastian
sama antara wajib pajak yang satu hukum): semua pungutan pajak
dengan yang lain harus dikenakan harus berdasarkan UU, sehingga
pajak dalam jumlah yang sama bagi yang melanggar akan dapat
(diperlakukan sama). dikenai sanksi hukum.
Asas beban yang sekecil-kecilnya: Asas Convinience of Payment (asas
pemungutan pajak diusahakan pemungutan pajak yang tepat
sekecil - kecilnya (serendah- waktu atau asas kesenangan): pajak
rendahnya) jika dibandinglan harus dipungut pada saat yang tepat
sengan nilai obyek pajak. Sehingga bagi wajib pajak (saat yang paling
tidak memberatkan para wajib baik), misalnya disaat wajib pajak
pajak.
baru menerima penghasilannya
c. Menurut Adolf Wagner, asas atau disaat wajib pajak menerima
pemungutan pahak adalah sebagai
32 “Pajak”, http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak, diakses tanggal 15 Januari 2014.
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
daerah yang menerima dividen, dipungut negara jumlahnya
kepemilikan saham pada badan yang memadadi sehingga dapat
memberikan dividen paling rendah 25 membiayai atau mendorong semua
% (dua puluh lima persen) dari jumlah kegiatan negara
modal yang disetor dan harus Asas ekonomi: penentuan obyek
mempunyai usaha aktif di dluar pajak harus tepat Misalnya: pajak
kepemilikan saham tersebut. pendapatan, pajak untuk barang-
Selanjutnya, untuk mencegah barang mewah
timbulnya distorsi dalam perekonomian, Asas keadilan yaitu pungutan pajak
timbulnya pajak berganda (double berlaku secara umum tanpa
taxation) harus dapat dicegah dalam diskriminasi, untuk kondisi yang
penerapan metode pemajakan atas sama diperlakukan sama pula.
dividen, maka pelaksanaan metode 33 Asas administrasi: menyangkut tersebut:
masalah kepastian perpajakan
1) Pada metode klasik, perusahaan yang (kapan, di mana harus membayar
membagikan dividen dan pemegang pajak), keluwesan penagihan
saham merupakan 2 (dua) entitas yang (bagaimana cara membayarnya)
berbeda sehingga dividen yang dan besarnya biaya pajak.
dibagikan kepada pemegang saham Asas yuridis segala pungutan pajak
merupakan objek pajak dan wajib harus berdasarkan Undang-
dipotong pajak penghasilannya oleh Undang.
perusahaan yang membagikan dividen. Selanjutnya pajak penghasilan
2. Metode Pengenaan Pajak atas
yang dilunasi di muka oleh pemegang
Dividen
saham melalui mekanisme
a. Pemajakan atas Dividen di
pemotongan pajak dapat dikreditkan
Indonesia
atas pajak penghasilan yang terutang Pemajakan atas dividen di Indonesia
di akhir tahun. Maksudnya adalah dikenal beberapa metode antara lain
untuk mencegah timbulnya pengenaan metode klasik dan metode integrasi.
pajak berganda pada penerima Pengecualian penerapan metode klasik
dividen.
diberlakukan atas dividen yang dibagikan
2) Sesuai metode integrasi, laba usaha kepada Wajib pajak badan (legal person)
yang diterima atau diperoleh oleh yang merupakan Perseroaan Terbatas
perusahaan yang membagikan dividen yaitu Wajib pajak dalam negeri, koperasi,
dengan dividen yang diterima atau badan usaha milik negara, atau badan
diperoleh pemegang saham dianggap usaha milik daerah, dengan syarat:
bersumber dari satu penghasilan yang
1) dividen berasal dari cadangan laba sama. Karena atas laba bersih telah yang ditahan; dan
dikenakan pajak penghasilan (disebut
2) bagi peseroan terbatas, badan usaha sebagai corperate income tax),
66 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 66 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
atas penghasilan yang timbul diberikan dibagikan dalam bentuk dividen
kepada negara domisili yaitu negara di kepada pemegang saham tidak
mana si Penerima penghasilan terdaftar dikenakan pajak lagi.
sebagai penduduk. Namun untuk melindungi kepentingan penerimaan dari
Pada umumnya dalam negara sumber yang berasal dari pajak, Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2008
pengecualian di atas diberikan dalam hal tentang Pajak Penghasilan diterapkan
penduduk dari negara mitra runding metode klasik atas dividen yang diterima
lainnya memperoleh penghasilan melalui atau diperoleh oleh pemegang saham,
Bentuk Usaha Tetap-nya (BUT) di negara pengecualian penerapan metode klasik
sumber. Selain itu, hak pemajakan terbatas diberlakukan atas dividen yang ditentukan
(limited tax rights) juga diberikan atas dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang
penghasilan pasif (passive income) yaitu Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
dividen, bunga dan royalti. Penghasilan. Dengan demikian, metode
Sehubungan dengan pembagian hak integrasi diterapkan atas pembagian
pemajakan atas penghasilan dividen diatur dividen terhadap wajib pajak badan yang
bahwa prinsipnya hak pemajakan memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
diberikan kepada negara domisili. di atas. 34 Namun untuk melindungi kepentingan
b. Pemajakan atas Pembagian Dividen
penerimaan dari negara sumber, maka
Sesuai Tax Treaty
dapat diberikan hak pemajakan atas Tax treaty merupakan perjanjian pajak
penghasilan tersebut secara terbatas bilateral antar dua negara mitra runding
kepada negara sumber.
yang bersepakat untuk mengatur Selanjutnya, batasan hak pemajakan pembagian hak pemajakanya atas
dimaksud sesuai dengan kesepakatan dari penghasilan yang diterima atau diperoleh
kedua negara mitra runding dan umumnya oleh penduduk (residence taxpayer) dari
dituangkan dalam Perjanjian salah satu negara mitra runding atau kedua 35 Penghindaran Pajak Berganda (P3B),
negara mitra runding, dengan tujuan untuk sebagaimana terlihat pada tabel 2 di bawah mencegah timbulnya pengenaan pajak
ini:
berganda (double taxation) dan memerangi timbulnya pengelakan pajak (tax evation).
Pengenaan pajak berganda dicegah dengan membatasi hak pemajakan dari negara sumber (source country) yaitu negara di mana penghasilan tersebut
34 Majalah Berita Pajak, Vol. XLI No. 1622, 1 November 2008, hlm. 13 35 Ibid. Majalah Berita Pajak, Vol. XLI No. 1622, 01 November 2008
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
Tabel. 2
pembuatan kebijakan pajak penghasilan.
Daftar Penghindaran Pengenaan
Pajak Berganda
3. Hak dan Kewajiban Perpajakan atas
Pembagian Dividen
Langsung
Algeria, Australia,
a. Kewajiban Perpajakan atas
Egypt, Norway
Pembagian Dividen
China, Democratic
Peoples’s Republic of Kewajiban utama dari Wajib pajak
Korea, Kuwait,Sudan. Syria, USA, Slovak
adalah pembayaran pajak itu sendiri. Di
Austria, Belgium,
samping kewajiban utama tersebut, Wajib
Canada, France, Germany, India,
pajak juga memiliki kewajiban-kewajiban
Pakistan, Poland,
yang khusus dan teknis, yaitu sebagai
South Africa, Spain,
Switzerland, Ukraine, 36 berikut:
UK,
1) kewajiban untuk mendaftarkan diri
Uzbekistan,Venezuela,
Brunei Darussalam,
dan meminta nomor pokok wajib pajak
Bulgaria, Vietnam
2) mengambil sendiri blangko surat
Finland, Singapore,
pemberitahuan pajak (SPT),
Sweden, Turkey
Hungary, New Zeland,
Tahiland, Philipinnes 3) mengisi SPT dengan benar dan Italy
4) menghitung dan menetapkan sendiri
Malaysia, Russia
jumlah yang harus dibayar. Ini sebagai
akibat dari berlakunya prinsip self
Sri Lanka
assessment, yang membebankan
kewajiban menghitung dan
menetapkan besarnya pajak pada
Sumber : Tax Treaty Indonesia dengan
Wajib pajak itu sendiri, negara-negara mitra runding Selain itu, terhadap penerima dividen
5) memperlihatkan pembukuan dan data yang merupakan penduduk dari negara
lain yang diperlukan oleh petugas mitra runding dengan penduduk dari non
pajak.
mitra runding, perlakuan pajak
b. Hak Perpajakan atas Dividen penghasilannya berbeda. Sesuai dengan
Keseimbangannya, Wajib pajak juga sovereignty rule, perbedaan perlakuan memiliki hak–hak tertentu. Hak-hak Wajib pajak penghasilan atas dividen yang pajak yang umum adalah untuk menerima diterima atau diperoleh oleh para kembali secara tidak langsung manfaat penerima dividen dimungkinkan. Namun dari uang pembayaran pajak tersebut, untuk menyelaraskan dengan misalnya lewat program sosial atau international best practice, maka aspek pembangunan yang dilaksanakan oleh level of playing field dan non discriminative pemerintah dari biaya hasil pajak tersebut. rule seyogianya tetap dipertahankan dalam Di samping hak–hak yang umum tersebut,
36 Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 280
68 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
Wajib pajak juga memiliki hak–hak yang yang siap untuk dikonsumsi. Namun khusus dan teknis, yaitu sebagai berikut: 37 berkurangnya penghasilan ini tidak serta
1) hak untuk menerima Surat merta menurunkan daya belinya secara Pemberitahuan Pajak (SPT),
mutlak, karena batasan yang dianggap
2) hak untuk mengajukan penundaan cukup proporsional. Sedangkan bagi dunia pengajuan SPT,
usaha, penghasilan/pendapatan yang siap
3) hak untuk melakukan pembetulan dikonsumsi jumlahnya tidak berkurang, sendiri atas SPT yang sudah
karena pajak penghasilan dipungut setelah dimasukkan,
dikurangi dengan biaya-biaya yang
4) hak untuk mengajukan permohonan dikeluarkan dunia usaha untuk penundaan dan pengangsuran 39 melaksanakan kegiatan usahanya.
pembayaran pajak sesuai kemampuan, Berdasarkan Peraturan Menteri
5) hak untuk memperoleh pengembalian Keuangan Republik Indonesia Nomor kelebihan pembayaran pajak,
256/PMK.03/2008 pada tanggal 31
6) hak untuk memperoleh kepastian Desember 2008 tentang penetapan saat batas ketetapan pajak yang terutang,
diperolehnya dividen oleh Wajib pajak
7) hak untuk mengajukan surat dalam negeri atas penyertaan modal pada keberatan pajak.
badan usaha di luar negeri selain badan
8) hak untuk mengajukan permohonan usaha yang menjual sahamnya di bursa banding surat keputusan atas surat
efek, dinyatakan:
keberatan pajak.
Pasal 1
Saat diperolehnya dividen oleh Wajib pajak
4. Pelaksanaan Pajak Penghasilan atas
dalam negeri atas penyertaan modal, pada
Pembagian Dividen
badan usaha di luar negeri selain badan Adapun arah dan tujuan pajak
usaha yang menjual sahamnya di bursa penghasilan adalah untuk lebih
efek adalah:
meningkatkan keadilan pengenaan pajak,
1) pada bulan keempat setelah lebih memberikan kemudahan kepada
berakhirnya batas waktu kewajiban Wajib pajak, dan menunjang kebijakan
penyampaian surat pemberitahuan Pemerintah dalam rangka meningkatkan
tahunan Pajak Penghasilan badan investasi langsung di Indonesia melalui
usaha di luar negeri tersebut untuk penanaman modal asing maupun
tahun pajak yang bersangkutan; atau penanaman modal dalam negeri di
2) pada bulan ketujuh setelah tahun bidang–bidang usaha tertentu dan daerah-
pajak berakhir apabila badan usaha di daerah tertentu yang mendapat prioritas. 38 luar negeri tersebut tidak memiliki
Pembayaran pajak atas pembagian kwajiban untuk menyampaikan surat dividen untuk orang pribadi, akan
pemberitahuan tahunan Pajak mengurangi penghasilan/pendapatan
Penghasilan atau tidak ada ketentuan
38 Ibid, hlm. 281. 39 Majalah Berita Pajak, Vol. XLI No. 1627, 15 Januari 2009, hlm. 23 Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Op.cit; hlm. 74
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
1) Dalam hal Wajib pajak dalam negeri pemberitahuan tahunan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Penghasilan.
menerima pembagian dividen dalam
Pasal 2
jumlah yang melebihi jumlah dividen Wajib pajak dalam negeri sebagaimana
yang dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah Wajib
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), atas pajak dalam negeri yang:
kelebihan jumlah dividen terebut
1) memiliki penyertaan modal paling wajib dilaporkan dalam Surat rendah 50% (lima puluh persen) dari
Pemberitahuan Tahunan Pajak jumlah saham yang disetor pada badan
Penghasilan pada tahun pajak usaha di luar negeri; atau
dibagikannya dividen tersebut.
2) secara bersama-sama dengan Wajib
2) Dalam hal Wajib pajak dalam negeri pajak dalam negeri lainnya memiliki
menerima pembagian dividen selain penyertaan modal paling rendah 50%
dividen sebagaimana dimaksud dalam (lima puluh persen) dari jumlah saham
Pasal 3 ayat (1), dividen tersebut wajib yang disetor pada badan usaha di luar
dilaporkan dalam surat negeri.
Pemberitahuan Tahunan Pajak
Pasal 3
Penghasilan pada tahun pajak
1) Besarnya dividen yang wajib dihitung dibagikannya dividen tersebut. oleh Wajib pajak dalam negeri
Pasal 5
1) Pajak atas dividen yang telah dibayar adalah sebesar jumlah dividen yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
atau dipotong di luar negeri dapat menjadi haknya terhadap laba bersih
dikreditkan sesuai dengan ketentuan setelah pajak yang sebanding dengan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 penyertaannya pada badan usaha di
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 luar negeri selain badan usaha yang
tentang Pajak Penghasilan menjual sahamnya di bursa efek.
sebagaimana telah beberapa kali
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud diubah terakhir dengan Undang- pada ayat (1) tidak berlaku apabila
Undang Nomor 36 Tahun 2008. sebelum batas waktu sebagaimana
2) Pengkreditan pajak yang dibayar atau dimaksud dalam Pasal 1, badan usaha
dipotong sebagimana dimaksud pada di luar negeri dimaksud sudah
ayat (1) dilakukan pada tahun pajak membagikan dividen yang menjadi hak
dibayarnya atau dipotongnya pajak Wajib pajak.
tersebut.
3) Dividen sebagaimana dimaksud pada
Pasal 6
ayat (1) atau pada ayat (2) wajib
Ketentuan mengenai:
dilaporkan dalam Surat
1) tata cara pelaporan penerimaan Pemberitahuan Tahunan Pajak
dividen dari luar negeri sebagaimana Penghasilan untuk tahun pajak saat
dimaksud dalam Pasal 1; dividen tersebut dianggap diperoleh.
2) tata cara perhitungan besarnya pajak
Pasal 4
yang harus dibayar oleh Wajib pajak
70 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 70 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014